Bahan Kelompok 4 Evaluasi Risiko [PDF]

  • Author / Uploaded
  • kiki
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAHAN KELOMPOK 4 EVALUASI RISIKO



1.



Definisi Evaluasi Risiko Evaluasi risiko (evaluate the risk) adalah proses penilaian risiko untuk



menentukan apakah risiko yang terjadi dapat diterima atau tidak dapat diterima. Evaluasi risiko akan membantu proses pengambilan keputusan berdasarkan hasil dari analisis risiko. Evaluasi risiko adalah proses membandingkan perkiraan risiko terhadap kriteria risiko yang diberikan untuk menentukan signifikansi risiko. Maksud dari evaluasi risiko adalah untuk membuat keputusan berdasarkan pada hasil analisa risiko tentang perlunya perlakuan dan prioritas perlakuan terhadap risiko. Dalam beberapa keadaan evaluasi risiko dipakai untuk analisa yang lebih jauh. Proses yang ada dalam evaluasi risiko akan menentukan risiko mana saja yang membutuhkan mitigasi khusus dan bagaimana prioritas mitigasinya. Hasil dari evaluasi risiko akan menjadi inputan bagi proses penentuan rencana tindaklanjut (mitigasi). Sifat dari keputusan yang akan diambil dan kriteria yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan, sebaiknya telah ditetapkan pada tahap penyusunan konteks dan perlu ditinjau kembali pada tahap evaluasi ini. 2.



Tujuan Evaluasi Risiko



Tujuan evaluasi bahaya dan risiko yaitu : 1.



Untuk mengetahui level dan prioritas bahaya dan risiko di tempat kerja



2.



Mengetahui tindakan pengendalian/program K3 yang diperlukan



3.



Untuk membuat keputusan, berdasarkan hasil dari analisis risiko, tentang risiko mana yang membutuhkan pengendalian dan prioitas risiko



3.



Langkah Evaluasi Risiko Risiko yang diperhitungkan merupakan prinsip utama dalam mengelola



suatu risiko. Dalam melakukan suatu aktivitas, manusia berada diantara titik aman (seratus persen aman) dan titik bahaya (seratus persen risiko). Jika bekerja atau melakukan kegiatan pada titik aman, kegiatan tersebut akan berjalan dengan selamat, sebaliknya jika berada pada titik risiko (seratus persen bahaya), dengan seketika terjadi kecelakaan atau kejadian lain yang tidak diinginkan. Prinsip terbaik adalah Perhitungan risiko artinya seseorang melakukan sesuatu berdasarkan perhitungan untung rugi, perhitungan dan analisa risiko bahaya, perhitungan dampak dan setelah itu baru melakukan tindakan atau mengambil keputusan. Menghitung risiko adalah kata kunci dalam manajemen risiko. Perhitungan risiko atau biasa disebutkan dengan Penilaian Risiko diperoleh dari hasil identifikasi bahaya yang selanjutnya dianalisa dan dievaluasi untuk tingkat dampak bahayanya sehingga dapat ditentukan besarnya risiko serta tingkat risiko serta menentukan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak. Setelah semua risiko dapat diidentifikasi, dilakukan penilaian risiko melalui analisa risiko dan evaluasi risiko. Analisa risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya nilai risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kecelakaan dan akibat/dampak yang ditimbulkan dari suatu kecelakaan tersebut. Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko sehingga dapat dilakukan pemilahan risiko yang memiliki dampak besar terhadap organisasi/perusahaan, apakah risiko dengan katagori menengah dan risiko yang ringan atau dapat diabaikan. Analisa risiko adalah untuk menentukan besarnya risiko yang merupakan kombinasi antara kemungkinan (likehood) terjadinya kecelakaan dan keparahan (severity atau consequences) bila kecelakaan itu terjadi. 3.1



Tahap Analisis Risiko Setelah langkah identifikasi, cara untuk menentukan pentingnya setiap



risiko spesifik dan untuk memandu proses respons risiko, adalah menilai probabilitas dan dampak risiko yang diidentifikasi, yaitu menilai tingkat risiko.



Tingkat risiko didefinisikan sebagai pengaruh yang diharapkan dari kejadian risiko pada tujuan proyek, berdasarkan pada kemungkinan terjadinya dan tingkat dampak yang mungkin terjadi. Tingkat risiko dapat dinyatakan sesuai dengan rumus: Probabilitas kejadian adalah perkiraan terbaik peluang bahwa risiko yang diidentifikasi dapat terjadi. Untuk menilai probabilitas terjadinya suatu peristiwa tertentu, berikut ini dapat digunakan: 1. Basis data 2. Wawancara ahli 3. Perbandingan analogi 4. Metode delphi Analisa risiko (risk analisys) adalah suatu pengujian secara rinci dan sistematis terhadap suatu sistem yang komplek dan unsur-unsurnya serta keterkaitan yang ada melalui identifikasi risiko. identifikasi risiko adalah proses pengenalan dan penentuan/ inventarisasi risiko berkaitan dengan adanya unsurunsur risiko melalui prediksi probabilitas dan antisipasi severitas sehubungan dengan bahaya dalam sistem. Teknik analisa risiko adalah untuk menentukan besarnya suatu risiko yang dicerminkan dari kemungkinan dan keparahan yang akan ditimbulkan, terdapat 3 cara/metode yakni teknik kualitatif, kuantitatif dan semi kuantitatif. 1. Teknik Kualitatif Metoda kualitatif menggunakan matrik risiko menganalisa dan menilai suatu risiko dengan cara membandingkan terhadap suatu diskripsi/uraian dari parameter (peluang dan akibat) yang menggambarkan tingkat dari kemungkinan dan keparahan suatu kejadian, dinyatakan dalam bentuk rentang dari risiko paling rendah sampai risiko paling tinggi. Ukuran kualitatif



dari



“Kemungkinan



(likelihood)”



dan



“Keparahan



(severity/consequency)” Menurut standar AS/NZS 4360 Tingkatan ukuran kualitatif, “Kemungkinan (likelihood)”



Nilai Tingkat Risiko



Uraian



Keterangan



S L M H



Very Unlikely Unlikely Possible Probable



Kemungkinan terjadi jarang Dapat terjadi sekali-kali Kemungkinan terjadi sering Dapat dipastikan terjadi setiap saat



Tingkatan ukuran kualitataif, “Keparahan (severity/consequency)” No.



Uraian



S



Minor



L M H



Keterangan Tidak terjadi cedera, kerugian financial kecil



Moderate Cedera ringan, kerugian financial sedang Cedera sedang, perlu penanganan medis, Kerugian financial Serious besar Cedera berat lebih satu orang atau fataliti,, kerugian Major besar, gangguan produksi



Hubungan antara kekerapan (likehood) dan keparahan (severity) yang terjadi



2. Teknik Semi-kuantitatif Metode ini pada prinsipnya hampir sama dengan analisa kualitatif, perbedaannya pada metode ini uraian/deskripsi dari parameter yang ada dinyatakan dengan nilai/skore tertentu, Nilai risiko digambarkan dalam angka numeric. Namun nilai ini tidak bersifat absolute. Misalnya risiko S bernilai 1 dan



risiko L bernilai 2. dalam hal ini, bukan berarti risiko L secara absolute dua kali lipat dari risiko S. Dapat menggambarkan tingkat risiko lebih kongkrit dibandingkan metoda kualitatif. Teknik semi-kuantitatif dapat digunakan jika data-data yang tersedia lebih lengkap, dan kondisi operasi atau proses lebih komplek. Pada analisis semi kuantitatif, skala kualitatif yang telah disebutkan sebagaimana diuraikan diatas, diberikan nilai dimana setiap nilai yang diberikan haruslah menggambarkan derajat konsekuensi maupun probabilitas dari risiko yang ada. Misalnya suatu risiko mempunyai tingkat probabilitas sangat mungkin terjadi, kemudian diberi nilai 100. setelah itu dilihat tingkat konsekuensi yang dapat terjadi sangat parah, lalu diberi nilai 50. Maka tingkat risiko adalah 100 x 50 = 5000. Nilai tingkat risiko ini kemudian dikonfirmasikan dengan tabel standar yang ada (misalnya dari AS/NZS Australian New Zealand Standard, No. 96, 1999). Kehati-hatian harus dilakukan dalam menggunakan analisis semi-kuantitatif, karena nilai yang kita buat belum tentu mencerminkan kondisi obyektif yang ada dari sebuah risiko. Ketepatan perhitungan akan sangat bergantung kepada tingkat pengetahuan tim ahli dalam analisis tersebut terhadap proses terjadinya sebuah risiko. Oleh karena itu kegiatan analisis ini sebaiknya dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu dan latar belakangnya (background), tentu saja juga melibatkan manajer ataupun supervisor di bidang operasi. 3. Teknik kuantitatif Analisa risiko kuantitatif menggunakan perhitungan probabilitas kejadian atau konsekuensinya dengan data numeric dimana besarnya risiko tidak berupa peringkat seperti pada metoda semi-kuantitatif. Analisis dengan metode ini menggunakan nilai numerik. Kualitas dari analisis tergantung pada akurasi dan kelengkapan data yang ada. Konsekuensi dapat dihitung dengan menggunakan metode modeling hasil dari kejadian atau kumpulan kejadian atau dengan mempekirakan kemungkinan



dari studi eksperimen atau data sekunder/ data terdahulu. Probabilitas biasanya dihitung sebagai salah satu atau keduanya (exposure dan probability). Kedua variabel ini (probabilitas dan konsekuensi) kemudian digabung untuk menetapkan tingkat risiko yang ada. Tingkat risiko ini akan berbeda-beda menurut jenis risiko yang ada. Besarnya risiko lebih dinyatakan dalam angka seperti 1, 2, 3, atau 4 yang mana 2 mengandung arti risikonya dua kali lipat dari 1. oleh karena itu, hasil perhitungan kualitatif akan memberikan data yang lebih akurat mengenai suatu risiko disbanding metoda kualitatif atau semikuantitatif. Metoda kuantitatif jika potensi konsekuensi rendah, proses bersifat sederhana, ketidak pastian tinggi, biaya yang tersedia untuk kajian terbatas dan fleksibilitas pengambilan keputusan mengenai risiko rendah dan data-data yang tersedia terbatas atau tidak lengkap. Metoda kuantitatif digunakan jika potensi risiko yang dapat terjadi sangat besar sehingga perlu kajian yang lebih rinci. Dengan demikian, nilai risiko dapat diperoleh dengan mengalikan antara kemungkinan dan keparahannya yaitu antara 1-16. Dari matrik diatas, dapat dibuat peringkat risiko misalnya: 



Nilai 1-2 : Risiko Rendah







Nilai 3-4 : Risiko Sedang







Nilai 6-9 : Risiko tinggi



Gambaran hubungan tingkat keparahan dan kekerapan pada matrik risiko



3.2



Tahap Evaluasi Risiko



Proses evaluasi risiko akan menentukan risiko-risiko mana yang memerlukan perlakuan dan bagaimana prioritas perlakuan atas risiko-risiko tersebut dengan mengacu pada “kriteria risiko”. Dengan kata lain hasil dari evaluasi risiko menunjukkan peringkat risiko yang memerlukan penanganan (mitigasi) lebih lanjut dengan mengacu pada tingkat risiko yang dapat diterima. Tahapan evaluasi risiko meliputi: 1. Perusahaan/organisasi membuat kriteria risiko yang dapat diterima (tingkat risiko low), tidak dapat diterima (tingkat risiko high dan very high) dan dapat ditolerir (tingkat risiko medium). 2. Setiap tahapan kerja yang telah dianalisa dan diketahui tingkat risikonya, maka lakukan evaluasi apakah tingkatan risiko tersebut dapat diterima, tidak dapat diterima atau dapat ditolerir. 3. Jika tingkatan risiko yang ada tidak dapat diterima, maka perlu dilakukan tindakan pengendalian risiko guna menurunkan tingkatan risiko tersebut sampai tingkatan rendah atau dapat ditolerir. Setelah menyusun prioritas risiko selanjutnya menentukan risiko yg dapat diterima. Menyusun prioritas risiko dilakukan berdasarkan besaran risiko dengan ketentuan yaitu : a. Besaran risiko tertinggi mendapat prioritas paling tinggi. b. Apabila terdapat lebih dari satu risiko yang memiliki besaran risiko yang sama, maka prioritas risiko ditentukan berdasarkan urutan area dampak dari yang tertinggi hingga terendah sesuai kriteria dampak.



c. Apabila masih terdapat lebih dari satu risiko yang meiliki besaran dan area dampak yang sama, maka prioritas risiko ditentukan berdasarkan urutan kategori risiko yang tertinggi hingga terendah sesuai kategori risiko. d. Apabila masih terdapat lebih dari satu risiko yang memiliki besaran, area dampak, dan kategori yang sama, maka prioritas risiko ditentukan berdasarkan judgement pemilik Risiko. Langkah evaluasi risiko adalah proses menilai dampak dan kemungkinan risiko yang teridentifikasi, sehingga memprioritaskan risiko sesuai dengan potensi dampaknya pada tujuan proyek. Dalam mengevaluasi risiko, dapat menggunakan matriks workpackage. Dari matriks tersebut, dapat menghasilkan: 1.



Tingkat risiko dari setiap risiko yang teridentifikasi



2.



Tingkat risiko per kategori risiko untuk setiap workpackage dan untuk proyek



3.



Tingkat risiko per daerah dampak risiko untuk setiap workpackage dan untuk proyek



4.



Tingkat risiko untuk setiap workpackage



5.



Tingkat risiko proyek



Prioritasisasi semacam itu mendukung identifikasi: 1.



Risiko yang paling signifikan



2.



Risiko yang paling mempengaruhi workpackage



3.



Tingkat risiko proyek



4.



Dan



akan



mendorong



upaya



manajemen



risiko



dalam



hal



pemilihan strategi kontrol dan persyaratan kontrol. Hasil evalusi resiko diantaranya : 1. Gambaran seberapa penting resiko yang ada 2. Gambaran tentang prioritas resiko yang perlu ditanggulangi 3. Gambaran tentang kerugian ynag mungkin terjadi baik dalam parameter biaya maupun parameter lainnya 4. Masukan informasi untuk pertimbangan tahap pengendalian



Proses evaluasi tersebut harus dilakukan di dalam forum, seperti misalnya dalam pertemuan K3 di mana semua pihak termasuk karyawan, HSR dan manajemen dapat terlibat langsung. Pihak-pihak yang terlibat tersebut kemudian akan menganalisa dan membuat solusi yang efektif dalam mengendalikan kemungkinan risiko yang dapat timbul sewaktu-waktu di area kerja. Beberapa hal yang akan menjadi pertimbangan dalam proses evaluasi kemungkinan bahaya dan risiko dapat berupa: 1. Jumlah orang yang rentan terkena dampak risiko. 2. Siapa sajakah orang-orang tersebut – status dan hal-hal khusus apa saja yang diperlukan. 3. Tingkat kerentanan orang-orang tersebut terhadap dampak yang ditimbulkan. 4. Seberapa sering mereka kemungkinan akan terkena dampak. 5. Seberapa lama mereka akan terkena dampak. 6. Dampak-dampak yang akan mereka terima. 7. Seberapa jauh pengaruh dampak-dampak yang diterima tersebut. 8. Apakah dampak yang terjadi dapat mengakibatkan luka fisik. 9. Pengaruh kebijakan dan hukum terhadap pengendalian risiko. 10. Seberapa sering dampak tersebut terjadi di area kerja yang lain. 11. Faktor-faktor yang dapat memperparah dampak yang ditimbulkan. 12. Praktik kerja yang dilakukan oleh para pekerja. 13. Efektivitas identifikasi masalah dan risiko yang telah dilakukan. 4.



Kriteria Evaluasi Risiko Kriteria dalam pengambilan keputusan harus konsisten dengan konteks



eksternal, internal, dan manajemen risiko yang telah didefinisikan. Juga harus memperhatikan tujuan atau sasaran proyek, tujuan pengelolaan risiko, dan tanggapan tim manajemen. Keputusan dalam mengevaluasi berdasarkan pada peringkat risiko yang telah diperoleh dari hasil analisis risiko, juga dapat didasarkan atas nilai ambang yang ditetapkan sesuai dengan:



1. Tingkat dampak yang telah ditentukan 2. Kemungkinan timbulnya suatu kejadian tertentu 3. Efek kumulatif dari beberapa kejadian 4. Rentang ketidakpastian terhadap tingkat-tingkat risiko Suatu risiko tidak akan memberikan makna yang jelas bagi manajemen atau pengambil keputusan lainnya jika tidak diketahui apakah risiko tersebut signifikan bagi kelangsungan bisnis. Evaluasi risiko berarti membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar. Serta menetapkan tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan pengendalian Ada berbagai pendekatan dalam menentukan prioritas risiko antara lain bedasarkan standar Australia 100 14b, dengan menggunakan tiga kategori risiko yaitu: 1.



Secara umum dapat diterima (generally acceptable), diperlihatkan pada tabel matrik risiko blok yang berwarna Hijau.



2.



Dapat



ditolerir



(tolerable),



dengan



persyaratan



khusus



untuk



pengendaliannya, diperlihatkan pada tabel matrik risiko blok yang berwarna Kuning. 3.



Tidak dapat diterima sama sekali (generally unacceptable), diperlihatkan pada tabel matrik risiko blok yang berwarna Merah. Tabel Matrik Tingkat Risiko



Pengembangan kriteria dalam melakukan evaluasi risiko yaitu : 1.



Tentukan kriteria yang diduga akan menghambat evaluasi risiko yang akan dilakukan. Hal tersebut ditentukan oleh kesesuaian dan perlakuan risiko yang



didasari



kegiatan



operasional,



teknis,



dana,



hukum,



sosial,



kemanusiaan atau kriteria lainnya. 2.



Kriteria dipengaruhi oleh persepsi internal dan eksternal, serta ketentuan hukum. Sangat penting untuk menyesuaikan kriteria tersebut dengan lingkungan yang ada. Kriteria risiko harus dibuat sesuai dengan jenis risiko yang ada dan level risikonya. Kriteria risiko didapat dari kombinasi kriteria tingkat kemungkinan dan keparahan. Menurut Godfrey (1996) penilaian tingkat penerimaan risiko (assessment of



risk aceptability) dibedakan sebagai berikut: 1. Unacceptable yaitu risiko tersebut tidak dapat diterima, harus dihilangkan atau ditransfer 2. Undesirable yaitu risiko yang tidak diharapkan dan harus dihindari atau terus dimonitor 3. Acceptable yaitu risiko yang dapat diterima



4. Negligible yaitu risiko yang dapat diabaikan (tidak perlu mendapat perhatian khusus). Bilamana ditemukan atau didapatkan dari hasil perhitungan / penilaian risiko dalam bentuk evaluasi, maka risiko yang tidak dapat diterima harus diambil keputusan, apakah diterima dengan perbaikan, atau pengalihan risiko ke pihak lain, termasuk yang mau menanggung risiko yang tersisa. Tahap evaluasi umum dapat diterima merupakan risiko dengan kategori risiko bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap suatu tingkat risiko rendah. Batas aman, artinya pekerja dapat bekerja secara aman. Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut harus ditentukan apabila bahaya pada lingkungan kerjanya termasuk prioritas risiko atau peringkat risikonya kedalam tingkat risiko rendah, sehingga tidak diperlukan pendekatan yang digunakan dalam melakukan evaluasi suatu upaya pengurangan risiko lebih lanjut, karena jumlah risiko adalah dengan menggunakan konsep As Low As sumber daya yang tidak memungkinkan. Kategori Reasonably Practicable (ALARP). Dalam konsep ALARP selanjutnya adalah kategori risiko dapat ditolerir. Dalam pembagian tersebut diperkenalkan konsep ALARP (As Low As Reasonable Practicable) yang menekankan pengertian tentang “practicable” atau praktis untuk dilaksanakan. Praktis untuk dilaksanakan berarti pengendalian risiko tersebut dapat dikerjakan dalam konteks biaya, manfaat, interaksi dan operasionalnya. Adapun konsep ALARP terlihat pada Tabel berikut :



Menurut Flanagan dan Norman (1993) apabila risiko yang timbul akibat suatu aktivitas sudah teridentifikasi, maka selanjutnya dilakukan tindakan untuk



mengurangi risiko yang muncul. Tindakan ini disebut Penanganan Risiko (Risk Mitigation). Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi risiko, yaitu : 1. Menahan Risiko (Risk Retention) Risk retention adalah tindakan untuk menahan risiko karena dampak dari suatu kejadian yang merugikan masih dapat diterima (acceptable) 2. Mengurangi Risiko (Risk Reduction) Mengurangi risiko dilakukan dengan mempelajari secara mendalam risiko itu sendiri dan melakukan usaha-usaha pencegahan pada sumber risiko atau mengkombinasikan usaha agar risiko yang diterima tidak terjadi secara simultan. Dengan melakukan tindakan ini kadang-kadang masih ada risiko sisa (residual risk) yang perlu dilakukan penilaian (assessment) lagi. 3. Memindahkan Risiko (Risk Transfer) Alternatif lain dari manajemen risiko adalah memindahkan risiko ke pihak lain (mentransfer risiko ke pihak ketiga), misalnya dengan asuransi dengan kompensasi suatu biaya tertentu. Pihak ketiga tersebut memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan risiko. 4. Menghindari Risiko (Risk Avoidance) Sikap menghindari risiko adalah cara menghindari kerugian dengan menghindari aktivitas yang tingkat kerugiannya tinggi atau dampaknya tidak dapat diterima (unacceptable). 5.



Waktu Pelaksanaan Evaluasi Risiko Area kerja merupakan lingkungan yang bersifat dinamis. Oleh karena itu,



Kamu perlu melakukan riset penilaian risiko secara teratur – setidaknya tiga bulan sekali. Ketepatan dan keteraturan pelaksanaan evaluasi penilaian risiko menjadi dua hal yang sangat penting dalam menentukan proses selanjutnya, yaitu pengendalian risiko. Setiap perubahan yang diberlakukan di area kerja (seperti penataan ulang atau perubahan tatanan kerja) harus masuk ke dalam daftar evaluasi sehingga setiap kemungkinan risiko yang dapat ditimbulkan dari perubahan tersebut dapat dikenali.



Evaluasi penilaian risiko dapat dilakukan terhadap adanya perubahan sebagai berikut : 1.



Berdasarkan atas imbauan atau pemberitahuan dari pihak keselamatan dan kesehatan kerja industri terkait praktik kerja, produk, prosedur, teknik, dan/atau peralatan.



2.



Perubahan prosedur operasi internal.



3.



Pengadaan peralatan atau mesin industri baru.



4.



Perombakan lingkungan kerja, seperti perubahan alokasi kerja, tata letak ruang kerja, penempatan ulang barang-barang, kondisi kerja yang baru, atau pergantian mitra industri.



5.



Perubahan-perubahan yang dibuat berdasarkan masukan para pekerja, pelanggan, atau pihak manajemen. Proses evaluasi penilaian risiko tidak hanya cukup dilakukan satu kali. Akan



tetapi, suatu perencanaan matang dan tertata akan proses evaluasi penilaian risiko di suatu area kerja akan sangat berguna untuk merencanakan dan melaksanakan pengendalian risiko.



DAFTAR PUSTAKA Modul IV Manajemen Risiko, Diklat Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja Konstruksi Tingkat Dasar, Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Sumber Daya Air Dan Konstruksi Bandung 2016 Ronggo Yudo Wicaksono . Risk Management Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Engine Room Kapal Feri Selat Madura Ii Surabaya. JPH Recode Vol.1 No. 1 (2017) https://www.dictio.id/t/apa-saja-yang-dihasilkan-dari-tahap-evaluasi-risikomenggunakan-matriks-work-package-dalam-analisis-risikokuantitatif/53470 https://kelasips.com/manajemen-risiko/



http://rajapresentasi.com/2011/10/tahapan-dalam-identifikasi-risiko-danmitigasi-risiko/ https://www.ccohs.ca/oshanswers/hsprograms/risk_assessment.html https://irmapa.org/penilaian-risiko-in-general/ https://www.ajar.id/post/mengevaluasi-hasil-inspeksi-bahaya-dan-risikoberdasarkan-standar-k3 http://sibima.pu.go.id/pluginfile.php/55248/mod_resource/content/1/201808CPD%20Ahli%20K3%20Konstruksi-14-05-Identifikasi-Bahaya.pdf.pdf