Bahan Kompre Ukai [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Menurut Clinical practice guideline National Kidney Disease/KDIGO Jilid 2 page 27 menyebutkan bahwa pasien hipertensi stage 2 (TD >160 mmHg) dengan serum kreatinin tinggi dan nilai BUN tinggi (dengan penyakit penyerta CKD) dapat diberikan Kaptopril untuk pengobatan pertama



Lakilaki 11 tahun mengeluh 4 hari demam dan muka sembab, urin coklat kemerahan dan tidak mengeluh apapun lagi. a. Amoksisilin dan amlodipine b. Amoksisilin dan HCT c. Amoksisilin d. Tetrasiklin dan KCl e. Tetrasiklin dan amlodipine setelah dicek tidak ada obat diatas yang menyebabkan efek samping seperti di soal. amoksisilin (antibiotic) use: pengobatan salah satunya adalah urinary tract. ((DIH 23rd edition, p 116)



Seorang perempuan berumur 35 tahun dengan usia kehamilan 12 minggu mengalami demam tinggi, didiagnosa dokter terkena infeksi. Hasil dari pemeriksaan darah pasien tersebut terkena infeksi salmonella typhosa. Apakah obat yang dihindari penggunaan nya oleh pasien tersebut? a. b. Kloramfenikol c. Amoksisilin d. Penisilin e. Eritromisin f. Selafeksin a. kloramfenikol (US FDA Preg Cat, “C”) b. amoksisilin (US FDA Preg Cat, “B”) c. Penicilin (US FDA Preg Cat, “B”) d. Eritromisin (US FDA Preg Cat, “B”) e. Selafeksin (US FDA Preg Cat, “B”) Suatu industri farmasi ingin membuat sediaan steril salep mata dengan kandungan zat aktif memiliki titik leleh 78 C dan tidak tahan terhadap air. Cara sterilisasi manakah yang sesuai? a. b. Panas basah c. Panas kering d. Filtrasi e. Gas f. Refraks



Sumber : Buku Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Tahun 2012. Halaman 152-157. Dan FI ed IV. Tahun 1995. Halaman 1112-1114. a. Sterilisasi Cara Panas Basah Sterilisasi cara panas basah dengan menggunakan uap jenuh di bawah tekanan pada suhu ≤ 121 0C dan cocok untuk bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan serta merupakan proses sterilisasi yang paling banyak dilakukan. b. Sterilisasi Cara Panas Kering Sterilisasi cara panas kering dengan menggunakan oven ≥ 250 0C dan cocok untuk serbuk kering atau bahan yang tahan terhadap pemanasan. c. Sterilisasi Cara Filtrasi Sterilisasi cara filtrasi digunakan apabila produk tidak dapat disterilkan dalam wadah akhirnya, larutan atau cairan dapat difiltrasi kedalam wadah yang telah disterilkan sebelumnya melalui filter steril dengan ukuran pori nominal 0,22 mikron atau lebih kecil atau paling tidak melalui filter yang mampu menahan milkroba yang ekuivalen dapat menghilangkan bakteri dan kapang. Cara filtrasi dapat digunakan untuk bahan atau produk minyak, salep atau krim yang tidak tahan terhadap pemanasan tetapi dapat melarut dalam cairan pengencer.



Sterilisasi Cara Gas Sterilisasi cara gas dengan menggunakan etilen oksida dan digunakan apabila sterilisasi cara lain sudah tidak dapat digunakan lagi. Cara sterilisasi ini dapat digunakan apabila bahan atau produk tidak tahan terhadap suhu tinggi pada sterilisasi cara panas basah atau kering, tidak dapat menyerap residu dari etilen oksida. e. Sterilisasi Cara Radiasi Sterilisasi cara radiasi dengan menggunakan radiasi ion radiasi gamma (radioisotop) dan radiasi berkas elektron digunakan untuk bahan dan produk yang kurang tahan terhadap panas dan khawatir terhadap keamanan etilen oksida karena cara radiasi reaktivasi kimia dan residunya rendah.



Pada penderita stroke iskemik mendapatkan tPA, Tpa memiliki batas waktu pemberian yang dapat menimbulkan berbahaya. Berapa batas waktu yang menimbulkan bahaya tersebut? a. b. 1 jam c. 2 jam d. 3 jam e. 4 jam f. 5 jam batasan waktu 3-4,5 jam, lebih dari 4,5 jam akan terjadi perdarahan intraserebral (Lansberg et al, 2009) Phenobarbital menurunkan efek dari warfarin dengan cara meningkatkan proses metabolisme. Kemungkinan bisa menjadi interaksi serius yang mengancam jiwa. Lakukan monitoring. Gunakan alternatif lain bila perlu.



Seorang lakilaki berumur 73 tahun datang menemui dokter spesialis rheumatologi dengan keluhan nyeri pada persendiannya, kemudian lakilaki tersebut mengeluh tulangnya terasa sakit, terapi apa yang harus diberikan kepada pasien tersebut? Glukosamin dan kondroitin dapat meredakan nyeri sendi



Penyimpanan obat sirup kering yang telah di campur air adalah selama 14 hari.. Pada produksi antibiotik golongan beta laktam limbah produksinya direaksikan dengan NaOH selama 24 jam sebelum di alirkan ke bak penampungan limbah. apa fungsi mereaksikan limbah tersebut dengan NaOH? a. Memecah cincin beta laktam Industri farmasi sedang mengembangkan bentuk sediaan larutan dengan bahan aktif ibuprofen. Ibuprofen memiliki sifat sukar larut dalam air. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kelarutan ditambahkan polimer hidrofilik. Metode apakah yang digunakan? Pembentukan Garam Seorang wanita 52 tahun mengeluh nyeri pada lutut dan tidak bisa berjalan. Data radiologi menghasilkan Tscore -3,00. Dokter mendiagnosa osteoporosis. Obat apa yg disarankan untuk drug of choice ? a. Kalsium dan Vitamin D: Selalu digunakan sebagai terapi tambahan b. Vitamin B12: Selalu digunakan sebagai terapi tambahan c. Bifosfonat : Bifosfonat karena mengurangi kejadian vertebral fracture (patah tulang belakang) sampai 50%. d. Kholkisin: Untuk Terapi Asam Urat



Dokter anastesi membutuhkan 30 ml larutan lidokain 1% (BM 234). Apoteker menyiapkan obat dengan menggunakan lidokain HCL dengan (BM 288). Berapa mg lidokain HCl yang di perlukan? 1% = 1 gram/100 mL 1 gram = 100 mL X gram = 30 mL X = 30/100 x 1 gram = 0,3 gram BM Lidokain = 234 BM Lidokain HCl = 288 �� ���������� �������� ���



x 0,3 gram =



x 0,3 = 0,23475 gram = 234,75 mg 234288



Metode pembuatan tablet : 1) Granulasi Kering (slugging) - Bahan aktif dan bahan pengisi harus memiliki sifat kohesif , Higroskopisitas tinggi, Sifat alir buruk, Cocok terhadap bahan yang tidak tahan panas 2) Granulasi Basah (wet granulation) - Kompresibilitas tinggi , Higroskopisitas rendah , Cocok terhadap bahan yang tidak tahan panas 3) Kempa Langsung Kompresibilitas tinggi , Cocok terhadap bahan yang tidak tahan panas, Higroskopisitas rendah Keuntungannya waktu hancur dan disolusi lebih baik karena tidak ada bahan pengikat Sumber : Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi ke empat. Jakarta : UI Press (hal : 261272)



a. Arang Aktifarang halus yang telah diaktifkan melalui suatu proses,dimana arang aktif ini memiliki daya serap yang kuat pada permukaannya, sehingga dapat menyerap zat-zat beracun yang dihasilkan oleh bakteri (Tjay and Kirana,2007.Obat-obat Penting. PT Elex Media Computindo. Jakarta.P.297) b. NACn acetylcystein merupakan agen mukolitik yang biasanya digunakan pada kasus keracunan paracetamol (DIH, 2014) c. Mg SO2??, kalau MgSO4 digunakan untuk terapi dan pencegahan hipomagnesemia, kejang pada kasus pre eklamsia (DIH, 2014) Berdasarkan kondisi pasien yaitu pasien mengeluh sakit perut bagian bawah dan hasil pemeriksaan urin terdapat bakteri gram negatif. Maka antibiotik yang paling efektif untuk bakteri gram negatif adalah sefalosporin generasi ketiga.



Pilihan jawaban : A. Indometasin Indomestasin merupakan antiinflamsi non steroid (NSAID) yang biasa digunakan untuk gout arthritis akut, osteoarthritis sedang sampai berat dan rheumatoid arthritis. Efek samping pada gsastrointestinal 3-9% (DIH edisi 18, hal 784) B. Acetaminophen Merupakan analgesik yang digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang, acetaminophen merupakan pilihan pertama untuk mengobati nyeri sendi (osteoarthritis) (NICE, 2014 hal 15), tetapi pasien telah menggunakan acetaminophen dan nyeri sendi tidak berkurang. C. Piroxicam Merupakan antiinflamasi non steroid (NSAID) yang digunakan untuk mengurangi nyeri dari akut dan kronis osteoarthritis dan rheumatoid arthritis. (DIH edisi 18, hal 1201) D. Meloxicam Merupakan antiinflamasi non steroid (NSAID) yang digunakan untuk mengurangi nyeri dari osteoarthritis dan rheumatoid arthritis. Efek samping pada gastrointestinal 4-10% (DIH edisi 18, hal 936)



Natrium nitrit. Merupakan obat yang paling sering digunakan untuk keracunan sianida.Nitrit menyebabkan methemoglobin dengan sianida membentuk substansi nontoksik sianmethemoglobin. Methemoglobin tidak mempunyai afinitas lebih tinggi pada sianida daripada sitokrom oksidase, tetapi lebih potensial menyebabkan methemoglobin daripada sitokrom oksidase (Meredith, 1993).  Detoksifikasi sulfur Natrium tiosulfat. Setelah methemoglobin dapat mengurangi gejala yang ditimbulkan pada keracunan sianida, sianida dapat diubah menjadi tiosianat dengan menggunakan natrium tiosulfat. Pada proses kedua membutuhkan donor sulfur agar rodanase dapat mengubah sianmethemoglobin menjadi tiosianat karena donor sulfur endogen biasanya terbatas. Ion tiosianat kemudian diekskresikan melalui ginjal (Meredith, 1993). Karena Natrium tiosulfat merupakan donor sulfur yang mengkonversi sianida menjadi bentuk yang lebih nontoksik, tiosianat, dengan enzyme sulfurtransferase, yaitu rhodanase. Tidak seperti nitrit, tiosianat merupakan senyawa nontoksik, dan dapat diberikan secara empiris pada keracunan sianida.



Suatu industri farmasi akan memproduksi suatu sediaan kapsul, salah satu persyaratan yang harus dipenuhi adalah uji disolusi. Alat manakah yang harus digunakan? karena alat tipe 1 (metode basket) digunakan untuk analisis waktu hancur tablet, kaplet, dan kapsul cangkang keras. a. Valsartan. Tidak disarankan untuk hipertensi krisis. b. Lisinopril (2013 ESH/ESC Guidelines for the management of arterial hypertension) Bagi pasien dengan cute stroke disarankan menggunakan Lisinopril jika sistolik >160mmHg. c. Doksasozin. Tidak disarankan untuk hipertensi krisis. d. Nifedipin. Bagi pasien yang memiliki riwayat stroke atau transient ischaemic attack, dapat menggunakan seluruh regimen obat. Jika dilihat dari TD 200/130 yang termasuk dalam hipertensi urgensi, tidak disarankan menggunakan short-acting nifedipin karena dapat menurunkan TD dengan cepat sehingga memiliki resiko iskemia. (GAC, HTN: Emergencies and Urgencies) e. Bisoprolol. Tidak disarankan untuk hipertensi krisis.



dilakukan uji stabilitas jangka panjang untuk tablet asetosal, uji ini dilakukan untuk melihat pengaruhnya terhadap lingkungan baik suhu dan kelembaban. Berapa suhu dan kelembaban relatifnya? 30 + 20 ˚C dan 60 + 5%



Dari hasil pengujian ditemukan pertumbuhan 5 koloni bakteri. Untuk memastikan ada/tidaknya kebocoran maka dilakukan uji kecepatan aliran udara. Persyaratan kecepatan aliran udara yang ditetapkan adalah: Sistemudara laminar hendaklahmengalirkanudaradengankecepatanmerataantara 0,36 - 0,54 m/detik Di Rumah Sakit apoteker mendapat permintaan dari dokter larutan injeksi famotidin 25mg dalam 100ml larutan dekstrosa 5%. Berapa ml larutan injeksi famotidin yang diperlukan jika yang tersedia adalah 10mg/ml? 25 : 10 = 2,5



Seorang perempuan (42 tahun) mengeluh setiap pagi merasakan kekakuan pada sendi selama beberapa jam, kelelahan berlebihan, nyeri sendi dan otot. Dokter mendiagnosa pasien pasien remautoid arthritis. Manakah obat yang direkomendasikan? Sulfasalazin dan Metotreksat (Piliha pertama) b. Ezetimibe : untuk mengurangi total kolesterol, kolesterol LDL, kolesterol non HDL, dan apolipoprotein B (apo B) pada pasien dengan hiperlipidemia primer c. Fenofibrate : untuk kondisi hiperkolesterol dan mixed dislipidemia, severe hipertrigliserid d. Statin : untuk hiperlipidemia dan merupakan obat yang paling efektif dalam menurunkan kolesterol LDL e. Simvastatin : untuk pasien dengan CHD (Coronary Heart Disease) atau high risk CHD dan dapat untuk memulai simultan dengan diet



Kelas A: Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal zona pengisian, wadah tutup karet, ampul dan vial terbuka, penyambungan secara aseptis. Umumnya kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow) di tempat kerja. Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan udara dengan kecepatan merata berkisar 0,36 – 0,54 m/detik (nilai acuan) pada posisi kerja dalam ruang bersih terbuka. Keadaan laminar yang selalu terjaga hendaklah dibuktikan dan divalidasi. Aliran udara searah berkecepatan lebih rendah dapat digunakan pada isolator tertutup dan kotak bersarung tangan.



Kelas B: Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, Kelas ini adalah lingkungan latar belakang untuk zona Komponen, setelah dicuci, hendaklah ditangani di lingkungan minimal Kelas D. Penanganan bahan awal dan komponen steril, kecuali pada proses selanjutnya untuk disterilisasi atau disaring dengan menggunakan filter mikroba, hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B. Proses pembuatan larutan yang akan disterilisasi secara filtrasi hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas C; bila tidak dilakukan filtrasi, penyiapan bahan dan produk hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B. Penanganan dan pengisian produk yang dibuat secara aseptis hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B. Transfer wadah setengah-tertutup, yang akan digunakan dalam proses beku-kering (freeze drying) hendaklah, sebelum proses penutupan dengan stopper selesai, dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B atau dalam nampan transfer yang tertutup di lingkungan Kelas B. Pembuatan dan pengisian salep, krim, suspensi dan emulsi hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B, apabila produk terpapar dan tidak akan disaring.



Terdapat pasien anak (umur 2 tahun), mengalami diare spesifik yang disebabkan oleh E. coli. Antibiotik apa yang cocok untuk pasien tersebut? (Word Gastroenterology Organisation, Acute diarrhea in adults and children : a global perpective, 2012) Siprofloksassin Kelas A. Kelas C dan D: Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang mengandung risiko lebih rendah.



MANAJEMEN MUTU Apakah Annual Product Review (APR) merupakan validasi proses retrospektif? 



APR tidak sama dengan Validasi Proses Retrospektif, tapi data APR dapat digunakan untuk validasi retrospektif, dengan ketentuan dapat “menjawab” semua parameter yang ditentukan dalam protokol validasi retrospektif. (Pedoman CPOB Edisi 2012 menggunakan istilah Product Quality Review (PQR)/ Pengkajian Mutu Produk (PMP) untuk APR).



PERSONALIA Apakah Penanggung Jawab Pengawasan Mutu harus seorang apoteker ? 



Menurut PP No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian Pasal 9 Ayat 1 Penanggung Jawab Pengawasan Mutu harus seorang apoteker. Pedoman CPOB Edisi 2012 menyebutkan bahwa: Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah seorang apoteker terkualifikasi dan memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional.



Apa yang dimaksud dengan kompetensi para Apoteker Penanggung Jawab di produksi sediaan farmasi? 



Menurut PP No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian Pasal 37, apoteker harus memiliki sertifikat kompetensi profesi yang akan diatur dalam peraturan menteri. Namun, sementara belum ada peraturan yang dimaksud, industri farmasi dapat mengukur kompetensi dengan mengacu pada Pedoman CPOB Edisi 2012 Butir 2.5; 2.6 dan 2.7. Apoteker Penanggung Jawab hendaklah



memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional.



BANGUNAN DAN FASILITAS Berapa “nilai minimum standard” jumlah mikroba udara di ruangan yang boleh ditetapkan sendiri yakni Kelas E? Bagaimana jika industri farmasi menetapkan jumlah angka yang tinggi? 



“Nilai minimum standar” tidak ditetapkan karena tergantung jenis produk dan spesifikasi mikroba yang ditetapkan dalam masing-masing produk/ sediaan oleh industri sendiri. (Catatan: Di Amerika Serikat dan Eropa, persyaratan mikrobiologis untuk sediaan krim dan cairan sudah ditetapkan dalam farmakope).







Di Indonesia ketetapan diserahkan kepada masing-masing industri dengan ketentuan memenuhi spesifikasi mikrobiologis yang ditetapkan dalam masing-masing produk/ sediaan.



Sistem tata udara dengan aliran udara manakah yang sesuai Pedoman CPOB2012; apakah HVAC dengan sistem koridor bertekanan udara positif atau negatif? 



Pedoman CPOB Edisi 2012 merekomendasikan sistem koridor bersih (untuk sediaan padat, nonsteril), di mana tekanan udara di koridor lebih tinggi daripada tekanan udara i ruang proses produksi, sehingga aliran udara terjadi dari koridor ke ruang produksi. Semua barang yang dibawa melalui koridor tetap dalam keadaan bersih / tidak terkontaminasi oleh (partikel) bahan/ produk dari ruang-ruang produksi. Untuk sediaan steril direkomendasikan koridor bertekanan udara negatif relatif terhadap ruang produksi demi perlindungan pada proses kritis yang sensitif terhadap kontaminan mikroorganisme.



Bila industri farmasi yang sudah memiliki sistem HVAC namun inlet dan outlet-nya tidak sesuai Pedoman CPOB, apakah industri harus melakukan renovasi HVAC? 



Apabila sistem HVAC tidak dapat memenuhi persyaratan parameter kualifikasi (perbedaan tekanan udara; frekuensi pertukaran udara; pola aliran udara, bila perlu; waktu recovery; uji integritas filter HEPA), industri harus mempertimbangkan perubahan pada desain.



Filter jenis apa yang harus digunakan pada sistem HVAC di fasilitas nonsteril, di mana terpasang 1 (satu) AHU yang digunakan untuk beberapa ruang produksi dengan multi produk? 



Sistem HVAC yang menggunakan 1 AHU melayani beberapa ruang produksi dengan udara yang diresirkulasi harus memasang HEPA filter H13 (efisiensi 99,95%) sebagai filter akhir; dengan udara yang dibuang 100 % (single pass) memasang F8 (EN 779 90 % ASHRAE 52/76) sampai dengan F9 (85 %EN 1822 atau 95 % ASHRAE 52/76).



Bagaimanakah desain pintu darurat (emergency door) pada ruang aseptis?







Sama dengan pintu darurat lain, desain harus memastikan kerapatan pintu namun mudah terbuka apabila didorong dari dalam dan hanya dapat dibuka dari dalam.



Apakah udara yang dipasok ke laboratorium mikrobiologi yang digunakan hanya untuk uji identifikasi (bukan uji sterilitas) harus melewati filter HEPA? 



Direkomendasikan laboratorium mikrobiologi yang digunakan hanya untuk uji identifikasi dilengkapi unit LAF berlatar belakang ruang dengan minimal Kelas D.



Apakah sediaan yang mengandung kortikosteroida sintetis berpotensi tinggi (misal metilprednisolon) boleh diproduksi di fasilitas nonhormon? 



Dalam produksi sediaan yang mengandung kortikosteroida, fasilitas yang perlu dipisah dari fasilitas produksi nonhormon adalah unit untuk produksi hormon seks (hormon kelamin) seperti estrogen, progesteron dan turunannya. Namun perlu diberi perhatian pada pelaksanaan validasi pembersihan alat/mesin yang digunakan memproses kortikosteroid; pelaksanaan produksi secara campaign; personil menggunakan APD yang sesuai.



Apakah ruang sampling harus dilengkapi dengan unit LAF? 



Ruang sampling untuk pengambilan sampel bahan yang digunakan untuk produksi nonsteril harus memenuhi persyaratan kebersihan kelas E (seperti untuk fasilitas produksi); dan direkomendasikan Ruang Sampling dilengkapi dengan sampling booth (contoh desain lihat POP CPOB 2006, Lampiran 3.22 dan 3.32). Unit LAF atau uni directional air flow (UDAF) dari sampling booth berfungsi untuk menjamin perlindungan bahan terhadap risiko kontaminasi dan keamanan operator.







Pengambilan sampel produk steril yang diproses secara aseptis dilakukan di ruang kelas A/B.







Pengambilan sampel bahan nonsteril untuk produksi produk steril yang diproses dengan sterilisasi akhir dapat dilakukan di ruang kelas D; pengambilan sampel bahan steril dilakukan di ruang Kelas C.



Apa yang disebut recovery time? 



Recovery time adalah waktu yang diperlukan oleh suatu sistem HVAC untuk mencapai kembali kondisi at rest kelas kebersihan ruangan yang “dilayaninya” setelah ruangan terkait digunakan untuk proses produksi. Ruangan-ruangan yang memerlukan ketentuan recovery time adalah Ruang Sampling, Ruang Timbang, Ruang Pembuatan Produk Steril (A, B, C dan D).



Pelaksanaan kualifikasi sis-tem pengolahan air (SPA) terdiri dari 3 fase. Jika modifikasi dilakukan terhadap sistem (yang sudah dikuali-fikasi), apakah harus dilaksanakan kembali kualifikasi 3 fase tersebut? 



Apabila keseluruhan sistem (unit pengolahan dan sistem distribusi air) yang dimodifikasi, maka kualifikasi 3 fase harus dilakukan. Apabila hanya sebagian sistem yang dimodifikasi, pelaksanaan



kualifikasi dilakukan berdasarkan kajian risiko terhadap sistem. Rekualifikasi dapat terdiri dari 3 fase (untuk modifikasi unit pengolahan saja) atau 1 fase (untuk modifikasi sistem distribusi saja), namun penetapannya didasarkan pada hasil pengkajian risiko.



PERALATAN Bagaimanakah kualifikasi air shower? 



Penggunaan/tujuan pemasangan air shower harus dipertimbangkan dan tidak dianjurkan untuk digunakan pada saat masuk ruangan tetapi bila mau keluar ruangan “berisiko”. Dalam rangka kualifikasi harus ditetapkan kriteria penerimaan (acceptance criteria) “kebersihan” pakaian setelah melewati proses “air showering”.







Parameter kritis ( yakni jumlah dan posisi nozzle penyembur serta kecepatan semburan/ tiupan dan tarikan/ hisapan udara) diukur dan ditetapkan untuk mencapai acceptance kriteria tsb.



SANITASI DAN HIGIENE Bagaimana cara sterilisasi larutan desinfektan? 



Sterilisasi larutan desinfektan dilakukan biasanya dengan filtrasi melalui filter steril (sterilising filter) berpori 0,22 μ atau bila memungkinkan sterilisasi cara panas basah (sterilisation by moist heat) menggunakan otoklaf, tergantung sifat/ jenis desinfektan.



Bagaimanakah metode pengujian residu deterjen yang digunakan dalam proses pembersihan? 



Residu deterjen diuji melalui antara lain: 1. analisis kimia yang spesifik terhadap zat kimia deterjen dalam jumlah yang sangat kecil atau; 2. metode Total Organic Carbon (TOC); 3. “Uji Busa” (Foam Test); 4. spektrofotometri.



PENGAWASAN MUTU Apakah pola sampling (pengambilan sampel) bahan awal hanya berlaku untuk produk nonsteril dan supplier baru? Bagaimana pola sampling bahan awal untuk produk steril? 



Pola sampling yang sama berlaku untuk semua bahan awal nonsteril dan steril.



Metode apa saja yang boleh digunakan untuk pengujian? 



Metode yang diaplikasikan minimal ekuivalen dengan metode resmi yakni metode dari Farmakope Indonesia, USP, BP, EP, JP terbaru atau bila bukan dari kompendial resmi harus divalidasi secara komprehensif.



Apakah alat yang digunakan untuk pelaksanaan uji endotoksin harus didepirogenisasi? 



Ya. Karena bila alat berkaitan tidak didepirogenisasi tentu ada risiko bahwa hasil pengujian menunjukkan false endotoxine-positive akibat zat endotoxin yang berasal dari alat tersebut, bukan dari larutan uji.



INSPEKSI DIRI, AUDIT MUTU DAN AUDIT & PERSETUJUAN PEMASOK Pada audit eksternal terhadap vendor, apakah pemasok perlu diberi sosialisasi sehingga tidak menolak untuk diinspeksi? 



Biasanya pemasok bahan (yang berniat baik) sudah mengerti dan tidak menolak untuk diaudit. Adalah tugas dan tanggung jawab calon pembeli – bukan Pemerintah /BPOM – untuk memberi penerangan (“sosialisasi”), bila perlu, agar vendor audit/ inspeksi tidak ditolak.



Beberapa industri penerima tol tidak bersedia untuk diaudit. Bagaimana menyikapi hal ini? 



Penerima Kontrak harus bersedia diaudit oleh Pemberi Kontrak baik dalam rangka penunjukan maupun secara rutin pasca penunjukan (yang harus tercakup dalam Surat Kontrak) yang antara lain untuk menentukan apakah (calon) Penerima Kontrak memiliki kapasitas (penyimpanan, produksi dll.) dan kompeten melakukan proses pembuatan produk sesuai CPOB dan standar Pemberi Kontrak. Ingat bahwa yang bertanggung jawab terhadap mutu produk adalah tetap Pemberi Kontrak. Jadi apabila calon Penerima Kontrak tidak bersedia diaudit, Pemberi Kontrak seharusnya tidak menunjuk/mengikat perjanjian kontrak dengan perusahaan tersebut.



PEMBUATAN DAN ANALISIS KONTRAK Apa ada persyaratan bagi penerima analisis berdasarkan kontrak (contract analysis)? 



Penerima Kontrak harus memiliki Sertifikat CPOB atau akreditasi dari lembaga akreditasi nasional yang mencakup ruang lingkup pengujian dan bersedia diaudit oleh Pemberi Kontrak baik dalam rangka penunjukan maupun secara rutin pasca penunjukan (tercakup dalam Surat Kontrak) yang antara lain untuk menentukan apakah kompeten melakukan analisis/pengujian terkait. Yang bertanggung jawab terhadap mutu produk (yang diuji berdasarkan kontrak) tetap Pemberi Kontrak.



KUALIFIKASI DAN VALIDASI Apa prasyarat untuk melakukan validasi proses? 



Semua bahan (bahan awal, bahan pengemas), alat (mesin-mesin produksi, alat-alat ukur), sistemsistem (HVAC, pengolahan air dan uap bersih serta udara bertekanan, bila bersentuhan dengan produk) dan metode pengujian yang digunakan dalam proses pembuatan yang akan divalidasi harus dikualifikasi dan/ atau divalidasi lebih dahulu; bila tidak, langkah validasi proses tidak valid.



Berapa bets sebaiknya yang digunakan untuk me-lakukan validasi retrospektif? 



Validasi proses retrospektif: 10-30 bets berurutan.



Apakah setelah dilakukan media fill untuk produk aseptis, tidak perlu lagi dilakukan validasi proses? 



Kita harus memisahkan arti media fill dari validasi proses: Media fill adalah validasi proses aseptis untuk membuktikan bahwa prosedur dan semua langkah proses yang dilakukan memberikan “sterility assurance”; sedangkan validasi proses adalah untuk membuktikan kehandalan proses dan kinerja mesin untuk masing-masing produk terkait.



Apakah validasi uji sterilitas perlu dilakukan untuk tiap produk steril atau hanya untuk yang dianggap worst case saja? 



Validasi uji sterilitas harus dilakukan untuk tiap produk steril dan masing-masing kekuatan dengan pertimbangan bahwa penetapan worst case sulit.



Bagaimanakah ketentuan validasi pembersihan bag filter untuk fluid bed drier? 



Ketentuan validasi pembersihan bag filter sama dengan ketentuan validasi pembersihan mesin/peralatan yang lain. Namun pengambilan sampel tidak bisa dengan cara apus tetapi dengan cara bilas.







Pembersihan filter bag yang digunakan untuk lebih dari satu produk (multy purpose) harus divalidasi. Bag filter yang “product dedicated” tidak memerlukan validasi pembersihan (yang memastikan pengeliminasian cross-contamination). Sedangkan produk toksis harus menggunakan dedicated bag filter.



PEMBUATAN PRODUK STERIL Bagaimana persyaratan pakaian dan personil pada validasi proses aseptik / media fill? 



Karena validasi dengan media fill adalah “menyimulasi” proses aseptik yang reguler, semua kondisi operasional – termasuk persyaratan pakaian dan personil – harus identis dengan kondisi proses aseptik “reguler”.



Apakah personil harus mandi setelah keluar dari area produksi? 



Tidak diharuskan personil mandi setelah keluar dari area produksi, kecuali bila meninggalkan area pembuatan produk yang mengandung antibotika tertentu (misal betalaktam), hormon seks dan zat berpotensi sangat tinggi yang lain.



Berapa batas jumlah partikel udara dalam area untuk pembuatan/ pengisian dry injections? 



Sudah ditetapkan di Pedoman CPOB. Pengisian pada pembuatan dry injection dilakukan di area kelas kebersihan A dengan latar belakang kelas B. Pengujian dilakukan pada saat “at rest” dan saat operasional yaitu pada saat mesin set up (belum menggunakan produk). Waktu proses removal dari partikel (recovery/clean-up time), sehingga setelah penghentian operasi dalam waktu tertentu jumlah partikel segera kembali ke kondisi “at rest” , harus ditentukan.



Pada saat penimbangan bahan baku steril apakah diperlukan dust collector?







Tergantung desain unit LAF yang dipasang. Apabila unit LAF telah didesain sedemikian rupa sehingga debu yang tercipta diarahkan ke bagian unit LAF yang berfungsi menghisap/ mengumpulkan debu, maka dust collector tidak diperlukan.



Apakah di dalam ruang kelas kebersihan A boleh ada interkom? 



Tidak boleh ada interkom karena konstruksinya mengandung risiko menampung / menyimpan debu dan kuman; dan belum ada cara pembersihan dan sanitasi yang tepat untuk interkom. Namun suatu voice of comunicator yang dilengkapi selaput tembus suara tapi tidak tembus partikel dapat dipasang sebagai alternatif.



Apakah alat dan mesin mixing harus disterilkan untuk produk dengan sterilisasi akhir? 



Alat mixing untuk pembuatan produk dengan sterilisasi akhir tidak perlu disterilkan, namun harus dicuci kemudian dibilas akhir dengan WFI. Prosedur pembersihan harus divalidasi dan dibuktikan bahwa kandungan mikroba yang terdeteksi pada permukaan alat tidak melebihi jumlah tertentu (mis. 25 CFU/25cm2); namun demikian disarankan bahwa semua peralatan yang akan digunakan untuk memproses produk, meskipun disterilisasi akhir, disterilkan sebelum digunakan untuk menekan bioburden; dengan demikian proses sterilisasi akhir produk (yang telah divalidasi) tidak akan “dibebani” oleh bioburden peralatan yang dapat bervariasi.



Pada proses sterilisasi infus, apakah harus menggunakan suhu 121oC selama 15 menit? 



Sesuai monografi farmakope, produk (termasuk bahan pengemasnya) yang stabil-panas (heat stable) harus disterilisasi pada suhu 121OC selama 15 menit Produk (termasuk bahan pengemasnya) yang panas-labil (heat labil) dapat disterilkan pada suhu lebih rendah yang setara untuk memberikan minimal FO=8 menit dan SAL (Sterility Assurance Level) 10-6 .



Sediaan tetes mata tidak memerlukan pemeriksaan endotoksin; apakah pada air yang digunakan untuk proses produksi harus diperiksa endotoksin? 



Untuk sediaan tetes mata air murni yang digunakan minimal adalah Purified Water – PW (Air Murni) yang disaring melalui 0,2μm filter, dan persyaratan endotoksin tidak relevan untuk obat tetes mata. Tapi, jika air yang digunakan untuk sediaan tetes mata tersebut diklaim sebagai WFI maka pemeriksaan yang dilakukan pada air harus sesuai dengan spesifikasinya; jadi termasuk pemeriksaan endotoksin.



Bagaimana cara penyaringan produk yang akan diisikan secara aseptis? 



Direkomendasikan melakukan filtrasi serial (seri, bukan paralel) melalui filter 0,2 μm kemudian lakukan uji keutuhan (integrity test) terhadap filter.



Untuk produk steril antibiotika, jika validasi media fill sudah memenuhi syarat, apakah tetap harus dilakukan uji sterilitas? 



Ya, keduanya harus dilakukan sebagai bagian dari CPOB.