Bahasa Dan Aksara Karo [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. Bahasa dan Aksara Karo 1. Bahasa



Bahasa Karo adalah bahasa yang digunakan oleh suku Karo yang mendiami Dataran Tinggi Karo (Kabupaten Karo), Langkat, Deli Serdang, Dairi, Medan, hingga ke Aceh Tenggara di Indonesia. Bahasa Karo secara historis ditulis menggunakan aksara Karo yang termasuk dalam Surat Batak karena huruf yng dipakai berasal dari wilayah Angkola-Mandailing daerah Tapanuli bagian selatan ysng merupkan bagian dari Batak yang kemudian menyebar ke wilayah Batak Toba-Samosir lalu ke Batak Simalungun dan Batak Pakpak-Dairi lalu yang terakhir adalah wilayah suku Karo. Surat Karo atau sering juga disebut Surat Aru/Haru yang merupakan turunan dari aksara Brahmi dari India Kuno. Namun ini hanya sejumlah kecil orang karo dapat menulis atau memahami aksara karo, dan sebaliknya aksara latin yang dikunakan. Beberapa kosakata Bahasa Karo yang sering diucapkan sehari-hari. a. Mejuah-juah sejahtera... b. Ise Gelarndu? c. Uga Beritandu? d. Ija Rumahndu? e. Enggo Kam Man e ? f. Bujur Melala



: Selamat Datang / halo/selamat tinggal/sehat-sehat/damai : Siapa Namamu ? : Bagaimana Kabarmu ? : Dimana rumahmu ? : Apakah Kamu Sudah Makan ? : Terima Kasih Banyak



Untuk kata “Bujur Melala” (Terima Kasih Banyak), maka kita bia membalas ucapan itu dengan kata ”Bujuren Kam” (Sama-sama).



2. Tulisan (Aksara Karo) Suku Karo adalah salah satu suku di Indonesia yang telah memiliki aksara. Aksara Karo terbagi menjadi dua kelompok besaryaitu indung surat dan anak surat. Indung surat sebagai huruf utama yang terdiri atas 21 surat sebagai berikut.



Anak surat atau huruf bantu yang merupakan diakritik pada aksara Karo, memiliki fungsi sebagai : 1) 2) 3) 4)



Penghilang ataupun mematikan bunyi “a” pada setiap indung surat, Pengubah bunyi “a” yang mengikuti indung surat ,menjadi bunyi “ i, u, e, E, dan o” , Menambahkan bunyi “eng dan h”, Memperjelas vookal yang baik sebgai awalan, sisipan, maupun akhiran.



Sampai saat ini Suku Karo masih menggunakan aksara Karo untuk tetap mempertahankan tulisan Karo. Salah satunya adalah penamaan jalan yang dibuat juga dalam aksara Karo. Hal lain yang tetaap dilakukan untuk tetap mempertahankan Aksara Karo adalah dengan tetap mempeajari aksara Karo dalam mata pelajaran muatan lokkal “ Seni Budaya Karo “ ditngkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)di Kabupaten Karo.



3. Sastra dan Tradisi Lisan



Suku Karo juga memiliki berbagai karya sastradan tradisi lisan yang massih dilestarikan sampai sekarang, beberapa jenis karya sastra dan tradisi lisan tersebut adalah sebagai berikut. a) Anding-andingen (Perumpamaan) Anding-andingen (Perumpamaan) digunakan untuk menyampaikan maksud dan tujuannya dalam berkomunikasi. Seperti yang kita tau bahwa anding-andingen memiliki makna yang berbeda dari makna sebenarnya. Apabila seseorang ingin mengungkapkan suatu makasud dengan lebih “sopan” dan halus biasanya akan menggunakan andingandingen. Berikut ini beberapa aanding-andingen yang masih digunakan oleh masyarakat Karo dalam berkomunikasi.  Belinen untungna si apul-apulen, asangken si juru-jurun artinya lebih banyak manfaatnya apabila saling memaafkan daripada saling menuduh.  Menang bas babah talu bas perukuren artinya orang yang pandai berkata-kata tetapi tidak sesuai dengan perbuatan (orang yang tidak mau kalah dalam berdebat)



b) Ndung-ndungen (Pantun) Ndng-ndungen adalah salah satu puisi lama yang masih digemari sampai sekarang, begitu juga halnya dengan masyarakat Karo. Pantun dalam bahasa Karo disebut Ndung-ndungen. Pantun bahasa Karo bisa dignakan dalam percakapan sehari-hari maupun pada upacara adat. Berikut adalah beberapa contoh Ndung-ndungen. Berastagi ku Bandar Baru Sarinembah ku Kuta Buluh Ersentabi aku man bandu RikutNnembah jari sepuluh Waari Senin tiga Kabanjahe Wari Sabtu kita engkahe Adi metuda la kalak mehangke Adi Mehamat enterem kade-kade c) Turi-turin(Cerita) Masyarakat Karo mengenal cerita dengan istilah turi-turin . Turi-turin masih digunakan sampai sekarang dalam masyarakat Karo. Turi-turin biasanya dikisahkan dengan lisanoleh orang tua kepada anak-anak. Seperti halnya dengan cerita pada umumnya, Turi-



turin juga memiliki maksa yang ingin disampaikan kepada pendengar. Berikut merupakan salah satu Turi-turin dalam bahasa Karo.



SEKALAK TUA-TUA RAS ANAK PERANA Maka lit sekali jadi tua-tua nuan tualah. Tua-tua ‘ndai agakna waluh puluh tahun umurna. Maka reh anak perana telu kalak, nina tare tua-tua nda, “O nini, ‘ngkai maka km nuan tualah, mate kam denggo , lenga erbuah!” Nina tua-tua ndai, “ Ola kal kena ‘ngguru-ngguruken aku, sidik manusia la iteh; di la aku man buahna, tentu anakku ras kempungku manca. Nggit kang gedangen umurku asang umurndu”. Jenari lawes anak perana ndai. Sekalak ‘ndahi parik sabah bapana, ‘ncangkul. Tak! kedabuhen batu takalna, mate. Sekalak lawes jadi serdadu, kena timah, mate. Sekalak ka kena sakit laya-laya, mate pe. Tapi tua-tua ndai idahna denga tualah erbuah.



B. Letak Geografis dan KehidupanMasyarakat Karo Nama suku Karo dijadikan menjadi nama kabupaten di Sumatra Utara, yang kita kenal dengan Kabupaten Karo. Suku Karo menempati sebagian daerah di Sumatra Utara di antaranya adalah: Kab.Karo, Kab. Simalungun, Kab.Dairi, Kab.Deli Serdang, Kab.Langkat, dan Kota Medan. Secara Geografis letak kabupaten Karo berada pada koordinat 02° 50' sampai 03° 19' Lintang utara dan 97° 55' sampai 98° 38' Bujur timur dengan luas 2.127,25 km2 atau 2,97% dari luas provinsi Sumatra Utara dengan batas-batas wilayah sebagai berikut.: 1) 2) 3) 4)



Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat daan Deli Serdang. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Simalunngun dan Deli Serdang. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Simalunngun dan Kabupaten Samosir Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten AcehTenggara/ Provinsi NAD.



Masyarakat Karo dikelompokkan menjadi dua bagian berdasarkan tempat tinggalnya, yaitu bermukin di sekitaran tempat tinggalnya, yaitu yaitu yang bermukim di sekitar Tiga Binanga, daerah singular Lau, Lau Baleng dan sebagainya yang merupakan dataran tinggi Karo dan sering disebut seebagai Karo Gugung. Sedangkan untuk massyarakat Karo yang bertempat



tinggal di Kabupaten Deli Serdang, Langkat dan, Kotamadya Binjai serta merupakan dataran rendah sering disebut Karo Jahe. Suku Karo memiliki sapaan yang khas yaitu Mejuah-juah yang artinya adalah sehatsehat, damai, sejahtera , dan tidk kurang satu apapun. Ungkapan ini disampaikan ssesaat bertemu dengan sesama suku Karo. Mejuah-juah juga digunakan untuk mengungkapkan sapaan halo atau selamat tinggal. Secara umum suku Karo memiliki pekerjaan sebagai petani, terutama bagi Suku Karo yang berada di Kab. Karo. Kabupaten Karo terkenal dengan tanah yang subur dan hasil buahbuahan serta sayur-sayuran yang dipasarkan sampai keluar Kabupaten Karo.



4. Kebiasaan Masyarakat Ada dua kebiasaan masyarakat Karo sejak dari dulu, yaitu: -Untuk laki-laki, mereka identik dengan merokok yang biasanya memakai bulungn ipah dengan mbako entabeh sebagai tembakaunya, sedangkan - Untuk wanitanya identik dengan makan sirih atau disebut dengan man belo. Tempat perlengkapan rokok laki-laki disebut dengan sulimpi, sedangkan tempat perlengkapan sirih disebut dengan kampil



Kedua kebiasaan ini juga sering digunakan untuk persembahan adat kepada pihak kalimbubu yg disebut dengan dudurken isap (menawarkan rokok kepada kalimbubu) bagi yang laki-laki, dan dudurken kampil ( menawarkan sirih ) bagi perempuan.



5. Sistem Kerabat



Suku Karo mrnggunakan sistem kekerabatan patrilinea, sehingga menarik garis keturunan darii pihak ayah. Berdasarkan hal tersebut, maka marga orang Karo berasal dari pihak ayah. Merga utnuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan disebut beru . Merga atau beru disandang di belakng nama seseorang. Kekerabatan dalam masyarakat Karo disebut Perkadekaden dan kerabat disebut kade-kade. Sistem kekerabatan masyarakat karo dikenal dengaan merga silima, rakut sitelu, tutur siwaluh, dan perkadekaden sepuluh sada tambah sada. Suku karo memiliki lima merga yang sering disebut dengan merga silima, yaitu : Ginting, Karo-Karo, Perangin-angin,Sembiring,dan Tarigan. Kelima marga tersebut maasih memiliki sub seperti dibawah ini .



Ginting 1. Ajartambun 2. Babo 3. Beras 4. Cabap 5. Gurupatih 6. Garamata 7. Jandibata 8. Jawak 9. Manik 10. Munte 11. Pase 12. Seragih 13. Suka Sugihen 14. Sinusinga 15. Tumangger 16. Kubu



Karo-Karo



Perangin-angin



Sembiring



1) Barus 2) Bukit 3) Gurusinga 4) Kaban 5) Kacaribu 6) Ketaren 7) Kemit 8) Jung 9) Purba 10) Sinulingga 11) Sinukaban 12) Sinubulan 13) Sinuraya 14) Sitepu 15) Sinuhaji 16) Surbakti 17) Samura 18) Sekali



1) Bangun 2) Keliat 3) Kacinambun 4) Namohaji 5) Nano 6) Menjerang 7) Uwir 8) Pinem 9) Pancawan 10) Panggurun 11) Ulun Jandi 12) Laksa 13) Perbesi 14) Sukatendel 15) Singarimbun 16) Sinurat 17) Sebayang 18) Tanjung



1) Berahmana 2) Depari 3) Busuk 4) Colia 5) Keloko 6) Kembaren 7) Muham 8) Meliala 9) Maha 10) Bunuaji 11) Gurukinayan 12) Pandia 13) Keling 14) Pelawi 15) Pandebayang 16) Sinukapur 17) Sinulaki 18) Sinupayung 19) Tekang



Tarigan 1) Bondong 2) Gana-gana 3) Gersang 4) Gerneng 5) Jampang 6) Purba 7) Pekan 8) Sibero 9) Tua 10) Tegur 11) Tambak 12) Tambun 13) Silangit 14) Tendang



Rakut Sitelu adalah sistem kekerabatan dalam Suku Karo yang terdiri dari Kalimbubu,anak beru, dan senina. Kalimbubu adalah kelompok pemberi perempuan (istri) kepada suatu keluarga. Anak beru merupakan pihak yang mengambil perempuan dari suatu keluarga tertentu untuk dijadikan istri. Sedangkan, senina merupakan orang yang memiliki merga atau submerga yang sama.



Minawati dalam (Ginting, 20015) mengemukakan bahwa tutur siwaluhmadalah kekerabatan masyarakat Karo yang terdiri atas delapan jenis, yaitu : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)



Puang Kalimbubu Kalimbubu Sembuyak Senina Senina Sipemeren Senina Sipengalon/sendalanen Anak Beru Anak Beru Menteri



(Ginting, 2015) mengemukakan bahwa dari merga silima, rakut si telu, tutur siwaluh tebentukklah kemudian perkade-kaden sepuluh sada tambah sada. yaitu : 1) sembuyak 2) senina 3) senina sipemeren 4) senina siparibanen 5) senina sipengalon/sendalanen 6) kalimbubu 7) puang kalimbubu 8) puang ni puang 9) anak beru 10) anak beru menteri 11) anak beru singukuri dan ditambah satu yaitu 12) teman meriah