Baju Kurung Minang Kabau [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAJU KURUNG MINANG KABAU



berasal dari tiga tanda jahitan yang berawal dari ujung ketiak wanita yang di kasih pita (bis) yang sesuai dengan warna baju, dan di tambah lagi dengan lipatan yang indah sebagai penghiyas baju di bagian pasangan baju (rok). Baju basiba juga termasuk kedalam daftar baju kurung yang longgar, tidak bersaku, dan panjang baju di bawah lutut. Pembuatan baju basiba di perkirakan dalam ukuran 4 sampai 8 cm, tanpa kopnat, dan tanpa sempit.



Baju kurung ini adalah baju longgar, dalam (sampai ke lutut), basiba, pakai kikiek di katiak, lengan panjang dan dalam (sampai kepergelangan), basalendang (memakai selendang) penutup kepala dan pakai kain sarung (sarung Jawa/Jao) menutupi kaki Baju Kurung atau baju kuruang basiba merupakan pakaian kaum perempuan Minangkabau yang sudah dikenal identitasnya dan menjadi identitas perempuan Minang. Baju kuruang iniadalah pakaian Bundo Kanduang sebagai Limpapeh Rumah Nan Gadang, keistimewaan bajukuruang basiba adalah longgar dipakai, sehingga tidak membentuk lekuk tubuh.



Asal



kata basiba



Orang tua kita yang masih hidup semenjak zaman penjajahan sampai sekarang, diantara mereka masih mempertahankan kebiasaan mereka sampai sekarang; makan sugi, pakai baju guntiang cino jo guntiang basiba. Tetapi darimana asal kata basiba ini dan apa artinya ? Salah satu tafsiran kata basiba adalah sampai ke mata kaki. Baju kuruang (kurung) ini biasanya menggunakan bahan dasar kain beludru berwarna merah. Sedangkan baju kuruang (kurung) untuk penganten banyak menggunakan warna merah, biru, coklat tua, dan ungu. Sekarang banyak pula muncul beludru dengan warna-warna baru seperti warna pink, oranye, dan sebagainya. Biasanya baju tersebut berpotongan longgar, memakaisiba pada



kedua



pada



kedua



sisinya.



Permukaan baju kurung ini ditaburi ragam hias dengan sulaman benang emas. Di pinggir lengan kiri dan kanan, serta pinggir baju bagian bawah diberi minsie. Minsia adalah jahitan tepi yang berbentuk melingkar dengan menggunakan benang emas. Hiasan ini sering pula menggunakan ragam hias khusus yang terbuat dari bahan logam yang berwarna keemasan dijahitkan



ke



baju.



Pakaian basiba, masih di pertahankan di daerah Padang Panjang Provinsi Sumatera Barat. Pakaian ini digunakan oleh para siswi hampir di semua sekolah-sekolah, pesantren, dan jugamasyarakat umum



kaum



wanita.



Tetapi, jangan heran jika baju basiba akhir-akhir ini identik dengan pakaian masyarakat Malaysia,



pakaian



yang



sempat



diklaim



hak



ciptanya



oleh



negeri



jiran



tersebut. Baju kurungbasiba sampai di negeri tetangga berawal dari zaman pejuangan dahulu, banyak para pejuang Minang yang di asingkan oleh pemerintahan setempat karena ada beberapa ketidak patuhan rakyat pada aturan penjajahan, konon kabarnya saat itu kerajaan Pagaruyung mengutus beberapa alim ulama, cadiak pandai, dan pesuruh bundo kanduang untuk berpencar dan mendirikan satu kelompok pejuang nagari, dengan tujuan agar budaya Minang ini tidak punah .



Makna Baju Kurung



Baju yang bertabur warna emas ini dianggap orang memiliki makna yang luas dan dalam. Makna yang utama adalah memberikan gambaran sifat sosial dari pemakainya. Jahitan pinggir yang disebut minsie melambangkan jiwa demokrasi yang luas yang berlaku di Minangkabau. Yaitu demokrasi yang memiliki aturan dan batas-batas yang telah ditentukan dalam adat “dilingkungan alur dan patut”, yang bersandar pada semboyan “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah” (adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah). Dalam pakaian adat wanita Minangkabau umumnya, baju kurung telah menjadi baju pakaian adat wanitanya dengan berbagai variasi bahan dasar, ragam jenis serta teknik ragam hiasnya. Bahan dasar baju pakaian adat wanita umumnya terdiri dari kain bertabur, kain borkat, kain tuf, kain



saten, kain



sutra



dan kain



beludru.



Umumnya pakaian wanita minang tidak menonjolkan bagian tubuh yang bisa menimbulkan ransangan seksual bagi lawan jenisnya, dalam hal ini baju kurung dalam pepatah adat disebut sebagai : “ kain pandindiang miang, ameh pandindiang malu” (kain pendinding / pembatas miang, emas pendinding / penutup malu ) artinya pakaian itu betul-betul menutup seluruh tubuh



agar



tidak tidak



menampakkan



aurat.



Oleh karena orang Minangkabau umumnya beragama Islam, maka ada ketegasan agar tidak memberi ransangan seksual bagi lawan jenisnya dengan demikian maka pemakaian baju kurung atau baju lapang, basiba sangat disukai oleh kaum wanitanya. http://jhonisamual.blogspot.com/2015/05/pakaian-tradisional-minangkabau-umum.html