BANGUNAN PEMBILAS Teeerbaru [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BANGUNAN PEMBILAS



1.



Definisi Bangunan Pembilas Pada tubuh bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan guna mencegah



masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan saluran irigasi yang disebut dengan bangunan pembilas. Bangunan pembilas merupakan salah satu perlengkapan pokok bendung yang terletak didekat intake dan hilir setelah kantong lumpur. Bangunan pembilas dirancang pada bendung yang dibangun di sungai dengan angkutan sedimen yang relatif besar yang dikhawatirkan mengganggu aliran ke bangunan pengambilan. Oleh karenanya diperlukan tinggi tekan yang cukup untuk pembilasan dan pertimbangan tidak akan terjadi penggerusan setempat di hilir bangunan.



Gambar 1. Skema Bangunan Pembilas Sumber : http://psda.jabarprov.go.id/data/arsip/KP%2002%202010.pdf



2.



Fungsi Bangunan Pembilas Berdasarkan letak bangunannya di dalam bendung terdapat dua buah bangunan



pembilas yaitu, di bagian hulu di dekat intake dan di hilir setelah kantong lumpur.



1. Bangunan pembilas di dekat intake Bangunan pembilas (penguras) berfungsi untuk mengontrol pergerakan sedimen, menghindarkan angkutan muatan dasar, dan mengurangi angkutan muatan layang masuk ke bangunan pengambil. 2. Bangunan pembilas setelah kantong lumpur Bangunan pembilas setelah kantong lumpur berfungsi untuk menguras atau membilas sedimen keluar dari saluran kantong lumpur dengan aliran terkonsentrasi yang berkecapatan tinggi. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mendimensi kantong lumpur adalah : 



Kecepatan aliran dalam kantong lumpur hendaknya cukup rendah, sehingga partikel yang telah mengendap tidak menghambur lagi







Turbulensi yang mengganggu proses pengendapan harus dicegah







Kecepatan hendaknya tersebar secara merata di seluruh potongan melintang, sehingga sedimentasi juga dapat tersebar merata







Kecepatan aliran tidak boleh kurang dari 0,3 m/dt, guna mencegah tumbuhnya vegetasi







Peralihan/transisi dari pengambilan ke kantong dan dari kantong ke saluran primer harus mulus, tidak menimbulkan turbulensi atau pusaran.



Gambar 2.7



Kantong Lumpur pada Saluran Irigasi



3.



Macam Bangunan Pembilas Menurut Mawardi dan Memed (2002), bangunan pembilas dapat dibedakan



menjadi a.



Tipe konvensional tanpa undersluice



b.



Tipe undersluice dan shunt undersluice



Secara umum macam bangunan pembilas dibedakan atas : 1.



Bangunan pembilas konvensional terdiri 1 dan 2 pintu, umumnya dibangun di bendung kecil (bentang 20 m). Seperti bangunan tua warisan belanda.



2.



Bangunan pembilas undersluice untuk bendungan irigasi, ditempatkan pada bentang dibagian sisi yang arahnya tegak lurus sumbu bendung.



3.



Bangunan pembilas shunt undersluice digunakan di bendung sungai ruas hulu, untuk menghindarkan benturan batu/benda padat lainnya terhadap bendungan.



4.



Bangunan pembilas bawah tipe box.



Tipe (2) sekarang umum dipakai; tipe (1) adalah tipe tradisional; tipe (3) dibuat di luar lebar bersih bangunan bendung dan tipe (4) menggabung pengambilan dan pembilas dalam satu bidang atas bawah. Perencanaan pembilas dengan dinding pemisah dan pembilas bawah telah diuji dengan berbagai penyelidikan model. a.



Bangunan Pembilas Konvensional Tipe bangunan pembilas konvensional, terdiri dari satu dan dua lubang pintu.



Umumnya dibangun pada bendung kecil dengan bentang berkisar 20 m dan banyak terdapat pada bendung tua warisan Belanda di Indonesia.



Gambar 2. Bangunan Pembilas Konvensional dan Skema Sumber : http://www.scribd.com/doc/92870284/BANGUNAN-PEMBILAS



b. Bangunan Pembilas Undersluice Bangunan



pembilas



dengan undersluice



banyak dijumpai pada bendung yang



dibangun sesudah tahun 1970-an, untuk bendung irigasi teknis. Pembilas ditempatkan pada bentang dibagian sisi yang arahnya



tegak



lurus



sumbu



bendung. Pembilas bawah



direncanakan untuk mencegah masuknya angkutan sedimen dasar dan fraksi pasir yang lebih kasar kedalam pengambilan. Mulut pembilas bawah ditempatkan dihulu pengambilan dimana ujung penutup pembilas membagi air menjadi dua lapisan, lapisan atas mengalir ke pengambilan dan pembilas bawah lewat bendung.



c.



Bangunan Pembilas Shunt Undersluice Bangunan



pembilas



shunt



underslice



adalah



bangunan



undersluice



yang



penempatannya diluar bentang sungai dan diluar pangkal bendung, dibagian samping melengkung kedalam dan terlindung tembok pangkal. Pembilas shunt undersluice dipilih pada bendung-bendung yang dibangun di sungai ruas hulu. Bermaksud agar pilar dan bangunan undersluice terhindar dari bahaya benturan batu dan kayu yang hanyut sewaktu banjir. Manfaatnya yaitu kapasitas pelimpah bendung tidak dikurangi oleh adanya pilar pembilas atau seluruh bentang bendung tidak terganggu melimpahkan debit banjir sungai.



2.



Tata Letak Bangunan Pembilas



2.1



Bangunan Pembilas Undersluice



2.1.1 Tata Letak Bangunan Pembilas Undersluice Saluran pembilas bawah harus direncana dengan hati – hati untuk menghindari sudut mati (dead corner) dengan kemungkinan terjadinya sedimentasi atau terganggunya aliran. Sifat tahan gerusan dari bahan yang dipakai untuk lining saluran pembilas bawah membatasi kecepatan maksimum yang diizinkan dalam saluran bawah, tetapi kecepatan minimum bergantung kepada ukuran butir sedimen yang akan dibiarkan tetap bergerak. Tata Letak Bangunan Diatur Sebagai Berikut : a)



Bersatu dengan bangunan intake,



b) Pintu pembilas diletakkan segaris dengan sumbu bendung, c)



Bangunan diletakkan di sisi luar tubuh bendung dekat tembok pangkal, arahnya tegak lurus sumbu bendung,



d) Mulut undersluice mengarah ke udik bukan ke arah samping.



Gambar 3. Bangunan Pembilas Tipe Undersluice Sumber : http://www.scribd.com/doc/92870284/BANGUNAN-PEMBILAS



2.1.2 Bentuk dan Dimensi Bangunan Undersluice a) Bentuk Mulut 



Mulut undersluice diletakkan di udik mulut intake dengan arah tegak lurus,







Lebar mulut undersluice harus lebih besar dari (1,2 x lebar intake),







Elevasi bagian atas palat undersluice diletakkan sama tinggi atau lebih rendah dari pada elevasi ambang/lantai intake, Lubang dapat terdiri dari atas 2 bagian atau lebih,







Bila lebar mulut bagian udik jauh lebih lebar dari bagian hilir dapat dipersempit dengan tembok penyangga.



b) Lebar bangunan 



lebar pembilas total diambil (1/6 – 1/10) dari lebar bentang bendung untuk sungai–sungai yang lebarnya kurang dari 100 meter.







Lebar satu lubang maksimum 2,5 m untuk kemudahan operasi pintu dan jumlah lubang tidak lebih dari tiga buah.



c) Tinggi dan panjang undersluice 



Tinggi lubang undersluice diambil 1,5 m







Panjang ditentukan, mulut undersluice harus terletak dibagian udik intake,







Bentuk lantai undersluice rata tanpa kemiringan.



d) Elevasi lantai lubang 



sama tinggi dengan lantai udik bendung,







lebih rendah atau lebih tinggi dari lantai udik bendung.



Dimensi – dimensi dasar pembilas bawah (undersluice) adalah : •



Dimensi – dimensi dasar pembilas bawah hendaknya lebih besar 1,5 x diameter terbesar sedimen dasar sungai.







Tinggi saluran pembilas bawah sekurang – kurangnya 1,0 m.







Tinggi sebaiknya diambil (1/3 – 1/4)x kedalaman air didepan pengambilan selama normal.



Dimensi rata – rata dari pembilas bawah direncanakan akan dibangun berkisar dari : ˘ 5,0 – 2,0 m untuk panjang saluran pembilas bawah. ˘ 1,00 – 2,00 m untuk panjang tinggi saluran pembilas bawah. ˘ 0,20 – 0,35 m untuk tebal beton bertulang. Luas saluran pembilas bawah (lebar x tinggi) harus sedemikian rupa sehingga kecepatan minimum dapat dijaga (V = 1,0 – 1,5 m/dtk).



Gambar 4. Macam Penempatan Lantai Lubang Undersluice Sumber : http://www.scribd.com/doc/92870284/BANGUNAN-PEMBILAS



2.2



Bangunan Pembilas Shunt Undersluice



2.2.1 Tata Letak Bangunan Diatur Sebagai Berikut : a) Bersatu dengan bangunan intake, b) Ditempatkan dibagian luar tubuh atau diluar tembok pangkal bendung, c) Mulut undersluice mengarah ke samping bukan ke arah udik, d) Pilar pembilas berfungsi sebagai tembok pangkal. 2.2.2 Bentuk dan Dimensi Bangunan ShuntUndersluice Kelemahan pembilas shunt underslice yaitu kurang diperolehnya efek penggurusan di mulut shunt undersluice yang diakibatkan aliran helicoidal seperti yang biasanya terbagi pada bangunan undersluice. Bentuk dan ukuran : a)



Tinggi lubang 1–2 m, diusahakan 1,5 m. Lebar sekitar 2 m.



b) Mulut undersluice mengarah kearah bendung bukan kearah udik. c)



Bentuk melengkung kearah luar bendung.



d) Umumnya dilengkapi dengan dinding banjir ditempatkan di hilir pintu bilas.



Gambar 5. Bangunan Pembilas Tipe Shunt Undersluice Sumber : http://www.scribd.com/doc/92870284/BANGUNAN-PEMBILAS



3.



Kriteria Desain Bangunan Pembilas Sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai



berikut : i.



lebar pembilas total 1/6 – 1/10 dari lebar bendung;



ii. bangunan dilengkapi dengan pilar-pilar dan pintu; iii. bentuk pilar bagian hulu bulat dengan jari-jari pembulatan setengah lebar pilar; iv. bagian hilir runcing dengan jari-jari peruncingan 2 x lebar pilar; v.



bentuk bagian hulu tegak dan berawal dari bagian muka kepala bendung;



vi. kemiringan bagain hilir dapat diambil dengan perbandingan 1 : n; vii. lebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai dengan 2,0 m; viii. lebar sisi bagian dalam 1,0 m dan 1,5 m; ix. mercu pintu pembilas ditentukan sama tinggi dengan elevasi mercu bendung atau 0,10 m lebih tinggi dari elevasi mercu bendung; x. lebar pintu pembilas maksimum 2,5 m (operasi manual).



3.2



Pembilas Undersluice kriteria desain lantai bangunan pembilas undersluice sesuai dengan Pd T-xx-200x-A :



Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut : i.



bangunan pintu pembilas diletakkan segaris dengan sumbu bendung;



ii. mulut undersluicemengarah ke hulu; iii. lebar mulut undersluice harus lebih besar dari 1,2 x lebar intake; iv. panjang undersluiceditentukan berdasarkan perletakan hulu intake dan tinggi under sluice minimum 1,0 m; v.



3.2



bentuk lantai datar



Pembilas Shunt Undersluice



kriteria desain lantai bangunan pembilas shunt undersluicesesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut : i.



dibangun jika material angkutan sungai masih dimungkinkan batu gelundung;



ii. mulut undersluicemengarah ke samping; iii. tinggi lubang minimum 1,0 m; iv. lebar lubang disesuaikan dengan lebar intakedan pembilas; v.



tembok pangkal bagian hulu segaris dengan bagian luar pembilas;



vi. bagian hulu dilengkapi dengan bangunan boulder screendan dinding banjir



3.3



Tembok Baya-Baya



kriteria desain lantai bangunan tembok baya-baya sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut : i.



penempatan menerus ke arah hulu dari pilar pembilas bagian luar/sisi bendung;



ii. bentuk mengecil ke arah hulu sebesar setengah lebar tembok pilar; iii. tinggi mercu minimal 0,5 m di atas bendung dengan panjang ke arah hulu sama dengan lebar mulut undersluicedan tidak menghalangi pengaliran ke intake 4.



4.1



Komponen Bangunan Pembilas



Pintu Pembilas



Pengoperasian pintu pembilas (pembukaan pintu) dilakukan dengan cara : 1.



Pembilasan sistem terus-menerus, pintu bilas dibuka sewaktu-waktu.



2.



Pintu bilas bibuka dengan tinggi bukaan tertentu bila selesai banjir atau banjir sungai mulai turun



3.



Pintu bilas bukaan pintu tergantung pada besar debit sungai dan keadaan tinggi muka air sungai. Pintu bilas ditutup selama banjir sungai berlangsung



4.



Pintu bilas ditutup penuh saat pengaliran keintake dan saat air kecil dan banjir.



5.



Pengangkatan dan Penutupan Pintu; yang dilakukan oleh tenaga manusia akan lebih mudah dan ringan bila ulir tempat perputaran stang pintu terbuat dari bahan tembaga.



6.



Evektifitas Pembilas; akan sangat tinggi bila terdapat head yang cukup, debit sungai yang memadai dan tinggi bukaan pintu bilas yang sesuai daerah bebas endapan dimulut undersluice selalu terjadi.







Masalah Rongga di bawah Plat



Rongga udara dibawah plat undersluice dapat terjadi bila : a.



Pintu bilas dibuka penuh, Muka air hilir terlalu rendah,



b.



Tidak terjadi pelimpah dari mercu pintu bilas.







Mengatasi hal diatas dilakukan cara:



a.



Pintu bilas tidak dibuka penuh, ujung plat diudik undersluice dibuat bulat,



b.



Pengoperasian pintu diatas sehingga tidak terjadi pusaran isap.



Gambar 7. Pintu Pembilas Sumber : http://awok90.files.wordpress.com/2011/04/diktat-b-air.pdf



4.2



Pilar Pembilas



Fungsi



: Untuk penempatan pintu-pintu, undersluice dan perlengkapan lain.



Bahan



: Umumnya terbuat dari tembok pasangan batu, beton bertulang sebagai



bahan pilar jarang dibuat. Bentuk



: Bagian udik bulat dengan jari–jari pembulatan setengah lebar pilar. Bagian



hilir runcing dengan jari-jari peruncingan 2x lebar pilar. Ukuran



: Lebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai dengan 2 m dan sisi bagian



dalam 1 – 1,5 m. Penempatan



: pada undersluice lurus ditempatkan dibentang sungai.



Gambar 8. Pilar Pembilas Sumber : http://putusukmakurniawan.blogspot.com/2010/09/perencanaan-bendung.html



4.3



Sponeng dan Stang Pintu



Sponeng



: Fungsi pada pintu sorong kayu, untuk menahan tekanan air pada pintu.



Ukuran 25x25 cm atau 25x30 cm, dilengkapi dengan sponeng cadangan bentuk huruf T pada bangunan bilas dengan undersluice. Stang pintu



: Berfungsi mengangkat dan menurunkan pintu. Ditempatkan dalam sponeng



diluar bukaan bersih. Jumlah stang pintu 2 buah diletakkan dibagian dalam dike-2 sisi, tidak 1 buah di tengah.



4.4



Tembok Baya–Baya



Fungsi



: Tembok baya/guidewall adalah untuk mencegah angkutan sedimen dasar



meloncat dari udik bendung keatas plat undersluice. Penempatan



: Tembok baya–baya ditempatkan menerus kearah udik dari plat pembilas



bagian luas / sisi bendung. Bentuk



: Mengecil kearah udik / sama besar dari hilir keudik.



Ukuran



: Tinggi mercu tembok gaya – gaya 0,5 – 1m diatas mercu bendung.



Gambar 9 Pintu Pembilas dan Baya-baya Sumber : http://elib.unikom.ac.id



5.



Pengoperasian Bangunan Pembilas



Sesuai dengan Pedoman Operasi Jaringan Irigasi Partisipatif pada Irigasi Air Permukaan sebagai berikut : 5.1



Operasi kolam tenang (still pond regulation) Pada cara ini semua pintu pembilas ditutup. Hanya jumlah air yang diperlukan saluran



yang dialirkan ke dalam kantong pembilas, selebihnya dialirkan di bagian lain dari bangunan utama. Kecepatan air di dalam kantong pembilas dengan demikian akan rendah, oleh karena itu jumlah air yang masuk ke dalamnya kecil dan menyebabkan air yang masuk ke saluran relatif bersih. Endapan dibiarkan mengendap di dalam kantong pembilas sampai mencapai ketinggian kurang lebih 0,5 meter. Kemudian pintu pengambilan ditutup dan pintu pembilas dibuka untuk membersihkan kantong pembilas. Setelah kantong pembilas bersih, pintu



pembilas ditutup kembali dan pintu pengambilan dibuka kembali untuk mengalirkan air ke saluran. Cara pengoperasian ini disebut Operasi Kolam Tenang dan sangat efektif untuk mengurangi endapan masuk ke saluran. Akan tetapi operasi semacam ini hanya dilakukan kalau ambang pintu pengambilan relatif tinggi di atas dasar kantong pembilas, dan dapat menyebabkan penghentian pengaliran ke saluran selama pembilasan.



5.2



Operasi Kolam Semi Tenang.



Pada cara ini air dialirkan ke dalam kantong pembilas lebih besar dan debit yang dialirkan ke dalam saluran. Kelebihan air dialirkan ke hilir melalui pintu pembilas yang dibuka sebagian. Aliran air yang masuk ke dalam kantong pembilas dengan demikian akan terbagi dua lapisan. Lapisan atas mengalir ke saluran melalui pintu pengambilan sedangkan lapisan bawah dialirkan ke hilir melalui bukaan pintu pembilas. Akibat dari operasi ini kecepatan aliran di kantong pembilas akan tinggi yang menyebabkan endapan melayang dan tidak mengendap, bahkan dengan terjadinya aliran turbulen kadang-kadang dapat menaikkan endapan dasar ke permukaan. Dengan demikian fungsi pengendapan di kantong pembilas akan berkurang. Kelebihan dari cara ini ialah endapan terus menerus dibilas dan saluran tidak perlu ditutup sebagaimana yang dilakukan pada cara operasi kolam tenang.



5.3



Operasi Pengaliran Terbuka. Pengoperasian semacam ini dilakukan dengan membuka penuh pintu pembilas.Dalam



keadaan demikian akan banyak endapan masuk ke dalam saluran dan dianjurkan semua pintu pengambilan ditutup



6



Pengoperasian Kantong Lumpur



Dua cara pengoperasian kantong lumpur sesuai denganPedoman Operasi Jaringan Irigasi Partisipatif pada Irigasi Air Permukaansebagai berikut :



6.1



Pengurasan Berkala



Pengurasan berkala pada saat terjadi pengendapan di kantong lumpur kecepatan air akan bertambah dan proses pengendapan mulai berkurang pada saat endapan mulai akan masuk ke dalam saluran. Untuk menanggulangi keadaan ini kantong lumpur harus dikuras. Operasi dilakukan dengan cara berikut : a) Pintu saluran ditutup dengan demikian pengaliran di kantong lumpur terhenti dan permukaan air berangsur-angsur naik sampai sama dengan permukaan air di hilir bendung. b) Sesudah itu bukaan pintu pengambilan diatur sedemikian agar debit yang masuk sama dengan debit yang dibutuhkan untuk pengurasan (sekitar 0,5 – 1,0 debit rencana ruangan), kemudian pintu penguras diangkat sepenuhnya. c) Dengan urutan seperti itu permukaan air di kantong lumpur turun dan air mulai masuk ke kantong lumpur sesuai dengan debit yang diperlukan untuk pengurasan. Akibat kecepatan air endapan di dasar kantong lumpur mulai terkuras. Setelah pengurasan selesai, pintu penguras ditutup, permukaan air di kantong lumpur kemudian akan sama dengan permukaan air di hulu bendung, selanjutnya pintu pengambilan dibuka penuh dan setelah itu pintu saluran dibuka.



6.2 Pengurasan terus-menerus Pada kantong lumpur endapan tidak dibiarkan mengendap melainkan dikuras terus menerus melalui pintu penguras yang dipasang di ujung kantong lumpur. Oleh karena itu debit air yang masuk melalui pintu pengambilan harus lebih besar, sebanyak debit saluran (Qs) ditambah debit pengurasan (Qp) dari dasar. Akan tetapi operasi semacam ini dilakukan hanya pada saat banjir ketika kandungan endapan dalam air sungai cukup tinggi, sedangkan di musim kemarau dapat diadakan pengurasan berkala. Agar di saat banjir air dan hilir bendung tidak masuk ke dalam kantong lumpur melalui pintu penguras, dasar kantong lumpur harus lebih tinggi dan muka air di hilir bendung atau pada saat muka air di hilir bendung lebih tinggi dan dasar kantong lumpur, pintu penguras ditutup dan kalau perlu pengaliran air ke saluran dihentikan



7



Perencanaan Hidrolis Bangunan Pembilas Bangunan pembilas pengambilan di sungai dilengkapi dengan pintu dan bagian



depannya terbuka untuk menjaga jika terjadi muka air tinggi selama banjir. Besarnya bukaan



pintu bergantung kepada kecepatan aliran masuk yang diijinkan. Kecepatan ini bergantung kepada ukuran butir bahan yang dapat diangkut. Q Pengambilan = 1,20 x Q Kebutuhan Rumus dibawah ini memberikan perikiraan kecepatan yang dimaksud :



7.1



Dalam Kondisi Biasa



rumus ini dapat disederhanakan menjadi :



dengan kecepatan masuk 1,0 – 2,0 m/dtk yang merupakan besaran perencanaan normal dapat diharapkan bahwa butir – butir berdiameter 0,01 - 0,04 m dapat masuk.



7.2



Untuk Aliran Tenggelam



Q



=



V



=



Q



=V.b.a



√ √



Dimana : Q



= debit (m3/ dtk)



μ



= Koefisien debit untuk bukaandibawah permukaan air aliran tenggelam dengan kehilangantinggi energi kecil (μ= 0,80)



b



= lebar bukaan (m)



a



= Tinggi bukaan (m)



g



= Percepatan gravitasi = 9,8 m2/ dtk



z



= kehilangan tinggi energi pada bukaan (m)



7.3



Untuk Aliran Tidak Tenggelam



Dimana : Q



= debit (m3/ dtk)



μ



= Koefisien debit untuk bukaandibawah permukaan air aliran tenggelam dengan kehilangantinggi energi kecil (μ= 0,80)



b



= lebar bukaan (m)



a



= Tinggi bukaan (m)



g



= Percepatan gravitasi = 9,8 m2/ dtk



z



= kehilangan tinggi energi pada bukaan (m)



hi



= kedalaman air didepan pintu diatas ambang.



Elv. Mercu bendung direncanakan 0,10 diatas Elv. MA pengambilan yang dibutuhkan untuk mencegah kehilangan air pada bendung akibat gelombang . Elv MA direncanakan 16,70 m Elv. MA pengambilan = Elv. Mercu - 0,10m = 16,70 – 0,10 = 16,60 m Elv. Ambang bangunan pengambilan ditentukkan dari tingginya dasar sungai. Ambang direncanakan diatas dasar sungai dengan ketentuan sebagai berikut : - X min 0,50 m jika sungai menyangkut lanau. - X min 1,00m bila sungai juga menyangkut pasir dan kerikil. - X min 1,50m kalau sungai menyangkut batu – batu bongkah Harga – harga diatas hanya dipakai untuk pengambilan yang digabung dengan pembilas terbuka. Jika direncanakan pembilas bawah, maka criteria ini bergantung pada ukuran saluran pembilas bawah, dalam hal ini umumnya ambang pengambilan direncanakan cm P 20 0 ≤ ≤ diatas ujung kantong lumpur dalam keadaan penuh.



Bila pengambilan mempunyai bukaan lebih dari satu, maka pilar sebaiknya dimundurkan untuk menciptakan kondisi aliran masuk yang lebih mulus. (lihat gambar 5.2 KP – 02)



Sumber : https://sites.google.com/site/kisaranteknik/assignments/teknik-irigasi-ii



Hal – hal yang perlu diperhatikan : • Pengambilan hendaknya selalu dilengkapi dengan sponeng skot balok dikedua sisi pintu agar pintu dapat dikeringkan untuk keperluan pemeliharaan dan perbaikan. • Guna mencegah masuknya benda – benda hanyut, puncak bukaan direncanakan dibawah muka air hulu. • Jika bukaan berada diatas muka air hulu maka harus dipakai kisi – kisi penyaring. Kisi – kisi penyaring direncanakan dengan mempergunakan rumus berikut : Kehilangan tinggi energi melalui saringan adalah :



Dimana : Hf = kehilangan tinggi energi.(m) V = Kecepatan datang (m/dtk) g = Percepatan gravitasi (9,8 m2/dt )



C = Koefisien yang sangat tergantung pada : B = Faktor bentuk (gambar 3.3). S = Tebal jeruji (m). L = Panjang jeruji (m). B = Jarak bersih antar jeruji b ( b ≥50 mm). δ = Sudut kemiringan dari horizontal (dalam derajat).



β= 2,42



β= 1,8



Gambar 3.3. Bentuk – bentuk kisi – kisi penyaring dan harga β Sumber : https://sites.google.com/site/kisaranteknik/assignments/teknik-irigasi-ii



Qkebutuhan



= 10,88 m3/Dtk



Qpengambilan



= 1,2 x Qkeb. = 13,056 m3/Dtk



Dimensi bangunan pengambilan di hitung dengan rumus sebagai berikut :



- Elevasi dasar bang. Pengambilan = Elv. KL Penuh + 0,20 m Hal tersebut dilakukan guna mencegah pengendapan partikel sedimen di dasar bangunan pengambilan itu sendiri. - Elevasi dasar hilir pengambilan dengankantong lumpur dalam keadaan penuh = 14,96 m - Elevasi dasar bang. Pengambilan = Elv. KL Penuh + 0,20 m = 14,96 + 0,20 = 15,16 m - Elevasi MA. Pengambilan Hulu = Elv. Mercu - 0,10 m



= 16,70 - 0,10 = 16,60 m Karena diangkut sungai adalah sedimen kasar, maka elevasi ambang pengambilan sekurang- kurangnya 1,00 m - 1,50 m diatas dasar sungai. - Elevasi rata - rata dasar sungai



= + 13,40 m



- Elevasi dasar bangunan pembilas = + 14,46 m - Elevasi minimum bangunan pembilas = 13,40 + 1,50 = + 14,90 m



Tinggi bersih bukaan (a) menjadi : a



= Elv. MA. Pengambilan - n - Elv. Dasar bangunan pengambilan = 16,60 m - 0,25 - 15,16 m = 1,19 m



b



= = = 7,314 m



Diambil b = 7,50 m



Ukuran - ukuran pintu ditentukan dengan perbandingan tinggi/ lebar pintu. Untuk eksploitasi diperlukan nilai perbandingan 0,80 - 1,00 Tinggi pintu pengambilan diambil atotal



= a + 0,30 = 1,19 + 0,30



Diambil a bukaan



= 1,49 m



= 1,50 m



Perbandingan b/atotal = 0,8 - 1,00 Kemudian lebar pintu = 1,20 - 1,50 m Diambil perbandingan b/a = 1,00 maka lebar pintu b = 1,50 m



Pengalaman yang diperoleh dari banyakbendung yang sudah dibangun telah menghasilkan beberapa pedoman menentukan pembilas : •



Lebar pembilas ditambah pilar pembagi sebaiknya sama dengan (1/6 – 1/10) dari lebar bersih bendung untuk sungai – sungai yang kurang dari 100 m.







Lebar pembilas sebaiknya diambil 60% daritotal pengambilan termasuk pilar – pilarnya (0,6 x lebar total pengambilan).







Juga untuk dinding pemisah, dapat diberikan harga empiris (a) sebaiknya diambil sekitar 60°– 70°.







Pintu – pintu bilas dapat direncana dengan bagian depan terbuka atau tertutup.



Keuntungan – keuntungan dari pintu bagian depan terbuka adalah sebagai berikut : •



Ikut mengatur kapasitas debit bendung karena air dapat mengalir melalui pintu – pintu yang tertutup selama banjir.







Pembuangan benda – benda terapung lebih mudah, khususnya dibuat dalam dua bagian dan bagian atas diturunkan.



Kelemahan – kelemahannya : •



Sedimen akan terangkut ke pembilas selama banjir, hal ini dapat menimbulkan masalah apalagi kalau sungai mengangkut bongkah – bongkah ini dapat menumpuk didepan pembilas dan sulit disingkirkan.







Benda – benda hanyut dapat merusakan pintu.







Karena debit di sungai lebih besar dari debit dipengambilan maka air akan mengalir melalui pintu pembilas, dengan demikian kecepatan menjadi lebih tinggi dan membawa lebih banyak sedimen. Sekarang kebanyakan pembilas direncana dengan bagian depan terbuka. Jika bongkah yang terangkut banyak, lebih menguntungkan untuk merencanakan pembilas samping (shunt sluice) gambar 5.5. KP –02. Pembilas tipe ini terletak diluar bentang bersih bendung dan tidak menjadi penghalang jika terjadi banjir.



Gambar 5.5 Pembilas Samping Sumber : https://sites.google.com/site/kisaranteknik/assignments/teknik-irigasi-ii



Selama eksploitasi biasa dengan pintu pengambilan terbuka, pintu bilas berganti – berganti akan dibuka dan ditutup mencegah penyumbatan. Contoh Perhitungan Hidrolis Bangunan Pembilas. Pembilas Bawah Tertutup. Karena sungai diperkirakan mengangkut batu – batu bongkah diperlukan bangunan pembilas dengan bagian bawah tertutup. Dari hasil perhitungan sebelumnya, untuk perencanaan lebar pintu adalah 1,5 m dan lebar pilar masing-masing 1,0 m Lebar bersih bangunan pembilas (Bsc) Bsc



= 0,6 x lebar total pengambilan. = 0,6 x (5 x 1,5 + 4 x 1,0) = 6,90 m



diambil Bsc = 7,10 m lebar total pembilas ditentukan



= 7,10 m



Direncanakan 3 (tiga) bukaan @'



= 1,70 m



dipisahkan dengan dua pilar @'



= 1,00 m



Jumlah pilar = 2 Buah Lebar pilar



= 2,00 x 1,00



= 2,00 m Lebar sisa bukaan bersih



= 7,10 m - 2,00 m = 5,10 m



Direncanakan 3 (tiga) bukaan b



= = 1,70 m



Sumber : https://sites.google.com/site/kisaranteknik/assignments/teknik-irigasi-ii



Pengurasan yang membawa efek paling kecil adalah pengurasan routline pada saat air setinggi mercu + 16,70 m ( data perencanaan sebelumnya ) Untuk bendung dengan under sluice, pengurasan dapat ditinjau untuk dua kondisi, yaitu : - Pintu dibuka setinggi undersluice. - Pintu dibuka penuh.



a)



Pintu Dibuka Setinggi Pembilas Bawah (Undersluice).



Pada kondisi ini pintu undersluice dibuka penuh, pintu bilas ditutup. Elev. Muka Air di Udik = Elevasi Mercu



Q = Debit (m3/dtk). μ = Koefisien debit diambil = 0,80 B = Lebar pintu bilas. Y = Tinggi lubang undersluice = 1,80 m. g = Percepatan gravitasi (9,80 m/dtk2). H = Tinggi MA udik terhadap undersluice = 16,70 + 12,90 = 3,80 m Berdasarkan harga – harga diatas diperoleh = 0,80 . 1,70 . 1,80 √



Q



(



(



))



= 18,456 m3/dtk Kontrol Debit Pembilasan. Qbilas ≥ 2 x Qrenc (syarat) Qrenc = 10,88 m3/Dtk ⇒



2 x Qrenc = 21,76 m3/Dtk



Qbilas = 18,456 m3/Dtk < 21,76 m3/Dtk  Rubah ukuran lebar pintu (b). Vbilas



=







= 0,80 √



(



( )) (



(



))



= 6,031 m/dtk



= 0,67 m Dengan demikian diameter butir yang dapat terbilas mempunyai diameter < 0,67 m



b)



Pintu Pembilas Dibuka Penuh.



Pada kondisi ini pintu bilas bawah dan pintu bilas atas dibuka penuh. Q



=







Dimana : Q



= Debit (m3/dtk).



μ



= Koefisien debit diambil = 0,80



B



= Lebar pintu bilas.



Y



= Tinggi lubang undersluice = 1,80 m.



g



= Percepatan gravitasi (9,80 m/dtk2).



H



= Tinggi MA udik terhadap undersluice = 16,70 + 12,90 = 3,80 m



Z



= 1/3. H = 1/3. 3.80 = 1,267 m



Berdasarkan harga – harga diatas diperoleh : Q



= 0,80 . 1,70 . 1,80 √ = 12,199 m3/dtk



 Kontrol Debit Pembilasan. Qbilas ≥ 2 x Qrenc (syarat) Qrenc = 10,88 m3/Dtk ⇒ 2 x Qrenc = 21,76 m3/Dtk. Qbilas = 12,199 m3/Dtk < 21,76 m3/Dtk.  Rubah ukuran lebar pintu (b).



Perhitungan Diameter Butir Terbilas



Dimana : d = Diameter butir terbilas (m). V = Kecepatan pembilasan (m/dtk). C = Koefisien bentuk sedimen = 5,00 untuk Congulated Sand And Gravel. Berdasarkan harga – harga tersebut diperoleh :



Dengan demikian diameter butir yang dapat terbilas mempunyai diameter < 0,957 m.



-



z = 1/3 H



-



+ Elv. Muka Air



Z= H



Pintu Bilas Atas



-



+Elv. Plat Lantai



Pintu Bilas Bawah +Elv. Dasar Sungai



Gambar 3.6. Bentuk Pintu Bilas Atas Dan Pintu Bilas Bawah Sumber : https://sites.google.com/site/kisaranteknik/assignments/teknik-irigasi-ii