Bentuk, Orientasi, Dan Model Pengembangan Kurikulum - Tugas 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN Rangkuman Materi Bentuk, Orientasi, dan Model Pengembangan Kurikulum



Dosen Pengampu: Fauzan M.A.



Disusun Oleh: Muhammad Ilham 11180183000035



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019



A. Bentuk- bentuk Kurikulum Secara garis besar, pada implementasinya kurikulum dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kurkulum tertulis (written curriculum), kurikulum aktual, dan kurikulum tersembunyi (hidden curriculum). 1.



Kurikulum Tertulis (Written Curriculum)1 Kurikulum Tertulis merupakan dokumen kurikulum yang berisi aturan, pedoman atau garis-garis program pembelajaran yang sudah ditetapkan oleh sekolah ataupun madrasah serta pemerintah daerah maupun pusat untuk dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Kurikulum tertulis biasanya berisi pedoman bakun yang disepakati wilayah tertentu atau berlaku secara nasional sehingga menjadi ketetapan dan standar baku di sebuah wilayah / negara. Pada skala nasional, wujud kurikulum tertulis tertuang pada 4 Aspek; a. Standar Isi b. Kompetensi Isi (KI) c. Kompetensi Dasar (KD) d. Pengembangan Indikator (Acuan Pendidik) e. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Ke empat aspek diatas, keberadaan mutlak harus seragam dan sama sebagai pemerataan pendidikan dan tercapainya tujuan nasional. Kurikulum Tertulis dapat juga diterjemahkan sebagai sebuah dokumen kurikulum yang given sudah dipersiapkan pemerintah ataupun kurikulum yang menjadi pengembanan atau distingsi sekolah atau madrasah. Hal inis sebagaimana rambu-rambu yang tertuang dalam Permendikbud No. 61 tahun 2014, setiap sekolah/madrasah minimal melengakapi tiga dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan. KTSP dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan melibatkan komite sekolah/madrasah, dan kemudian disahkan oleh kepala dinas pendidikan atau kantor kemenag provinsi ataupun kabupaten sesuai dengan kewenangannya. Komponen KTSP meliputi dokumen : a. Buku KTSP I Berisi visi, misi, tujuan, muatan, pengaturan beban belajar, dan kalender pendidikan. Buku KTSP I merupakan tanggung jawab kepala sekolah/madrasah. b. Buku KTSP II Berisi silabus yang bertanggung jawab adalah masing-masing tenaga pendidik. c. Buku KTSP III



1



Fauzan, Kurikulum & Pembelajaran, (GP PRESS :2017), h.62-63



Berisi rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun dengan kesesuaian minat, bakat, potensi, dan kemampuan peserta didik dalam lingkungan belajar. Buku KTSP III merupakan tanggung jawab pemerintah. Pada dasarnya, kurikulum tertulis berfungsi sebagia pedoman pelaksanaan terbaik yang diharapkan dapat dilaksanakan dilembaga pendidikan. Pemerataan pendidikan sangat diharapkan demi terwujudnya tujuan pendidikan mencerdaskan segenap bangsa.



2.



Kurikulum Aktual Kurikulum ideal memegang peran yang sangat penting dalam merancang pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa,sebab melalui pedoman tersebut guru minimal dapat menentukan hal sebab: a. Merumuskan tujuan dan kompetensi yang harus dimiliki siswa. b. Menentukan isi atau materi pelajaran yang harus dikuasai untuk mencapai tujuan penguasaan kompetensi. c. Menyusun strategi pembelajaran untuk guru dan siswa sebagai upaya pencapaian tujuan. d. Menentukan keberhasilan pencapaian tujuan untuk kompetensi.



Setiap sekolah tidak mungkin dapat melaksanakan kurikulum ideal dengan sempurna,karena: a. Bisa/tidaknya kurikulum ideal diterapkan oleh guru dapat ditentukan oleh kelengkapan sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah. b. Bisa/tidaknya kurikulum ideal dilaksanakan akan ditentukan oleh kemampuan guru. c. Bisa/tidaknya kurikulum ideal dilaksanakan oleh setiap guru juga tergantung pada kebijakan setiap sekolah yang bersangkutan. Tiga hal tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat atau tidaknya kurikulum ideal dilaksanakan oleh setiap guru,oleh karena berbagai keterbatasan itu,maka guru hanya mungkin dapat menerapkan kurikulum sesuai dengan kondisi yang ada. Inilah yang kemudian disebut actual curriculum/kurikulum nyata,yakni secara riil dapat dilaksanakan oleh guru sesuai dengan kondisi yang ada.



3.



Kurikulum Tersembunyi (Hidden Curriculum)2 Menurut Glatthor dalam Dede Rosyada, kurikulum tersembunyi merupakan kurikulum yang tidak menjadi bagian untuk dipelajari, yang secara definitif digambarkan sebagai aspekdari



2



Ibid, h.63-65



sekolah diluar kurikulum yang dipelajari, namun mampu memberikan pengaruh dalam perubahan nilai, persepsi dan prilaku siswa. Kurikulum tersembunyi juga bisa dikatan tindakan atau sikap spontan yang baik



dari



pendidik yang menjadi contoh bagi pesertam didik. Kurikulum tersembunyi bisa berupa pengalaman yang tidak direncanakan seperti mematuhi peraturan-peraturan sekolah, menjalankan ritual keagamaan, dan mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku. Razali (wahidmurni) berpendapat bahwa kurikulum tersembunyi karena aktivitas yang terlibat dalam kurikulum ini tidak berstruktur (dirancang) . aktifitas kurikulum seperti ini dapat kita temukan di tempat pertemuan pelajar seperti pusat sukan, asrama, kantin, dan perpustakaan. Kurikulum tersembunyi ini dikenal dengan istilah soft skill atau kemahiran insaniyah. Dimana kurikulum ini dapat menjadikan seseorang yang sistematis dan profesional dalam kualitas dan kuantitas. Kualitas seperti kualitas kepemimpinan, pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah, kualiti dalam pembelajaran, kualiti diri murni (tepat masa, hadir ke kelas, hantar tugasan tepat janji dll) serta kualiti kerja berpasukan. Menurut Krahtwall (1964: 112) proses pembentukan dan pengembangan nilai-nilai pada peserta didik ada lima tahapan : a. Receiving (menyimak dan menerima) Fase menjadi seorang pendengar b. Responding (Menanggapi) Menurut, bersedia menanggapi, puas dalam menanggapi. c. Valuing (memberi nilai) Percaya terhadap nilai yang diterima, merasa terikat dengan nilai yang dipercayai, dan memiliki keterkaitan batin dengan nilai yang diterima. d. Organization (Mengatur) Mengatur sistem nilai yang diterima untuk ditata dalam dirinya dalam konteks prilaku. e. Characteriztion (karakteristik) Karakterisasi nilai yang ditandai dengan ketidakpuasan seseorang untuk mengorganisir sistem nilai yang diyakini dalam hidupnya yang serba mapan, ajek, dan konsisten. B. Orientasi kurikulum3 1.



Mata Pelajaran Terpisah (Separated Curriculum) 3



Hamalik, oemar. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. (Remaja Rosdakarya:2007)



Bentuk kurikulum ini sudah lama digunakan, karena organisasi kurikulum bentuk ini sederhana dan mudah dilaksanakan. Tetapi tidak selamanya yang dianggap mudah dan sederhana tersebut akan mendukung terhadap efektivitas dan efisiensi pendidikan yang sesuai dengan perkembangan sosial. Mata pelajaran yang terpisahpisah (separated subject curriculum) bertujuan agar generasi muda mengenal hasilhasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan secara berabad-abad, agar mereka tak perlu mencari dan menemukan kembali dengan apa yang telah diperoleh dari generasi terdahulu (Nasution, 1986 dalam Ruhimat, T. dkk, 2009: 85). Secara fungsional bentuk kurikulum ini mempunyai kekurangan dan kelebihan, kelebihan pola mata perlajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum), yaitu a. Bahan pelajaran disusun secara sistematis, logis, sederhana, dan mudah dipelajari b. Dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai dan budaya terdahulu c.



Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan



d. Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengan waktu yang ada. Sedangkan kekurangan pola mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum), yaitu: a. Bahan pelajaran diberikan atau dipelajari secara terpisah-pisah, tidak menggambarkan adanya hubungan antara materi-materi satu dengan yang lainnya. b. Bahan pelajaran yang diberikan atau yang dipelajari siswa tidak bersifat actual. c.



Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru sedangkan siswa cenderung pasif.



d. Bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan masa lalu yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan yang akan datang. e. Bahan pelajaran tidak berdasarkan pada aspek permasalahan sosial yang dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat. f.



Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memperhatikan bakat, minta, dan kebutuhan siswa.



2.



Mata Pelajaran Terhubung (Correlated Curriculum) 4 Pola kurikulum korelasi yaitu pola organisasi kurikulum yang menghubungkan pembahasan suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, atau suatu pokok bahasan dengan pokok bahasan lainnya. Materi kurikulum yang terlepas-lepas diupayakan dihubungkan dengn materi kurikulum atau materi pelajaran yang sejenis atau relevan dengan tujuan pembelajaran, sehingga dapat memperkata wawasan siswa.



4



Ibid



Kelebihan Correlated Currculum, yaitu: a. Ada keterhubungan antar materi pelajaran walau sebatas beberapa mata pelajaran. b. Memberikan wawasan yang lebih luas dalam lingkup satu bidang studi c. Menambah minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang terkolerasi. Sedangkan kekurangannya adalah: a. Bahan pelajaran yang diberikan kurang sistematis serta kurang begitu mendalam. b.



Kurikulum ini kurang menggunakan bahan pelajaran yang aktual yang langsung berhubungan dengan kehidupan nyata siswa.



c. Kurikulum ini kurang memperhatikan bakat, minat dan kebutuhan siswa. d. Apabila prinsip penggabungan belum dipahami kemungkinan bahan pelajaran yang disampaikan terlampau abstrak. 3.



Fusi Mata Pelajaran (Broadfields Curriculum)5 Fusi mata pelajaran atau dikenal juga dengan istilah broadfields curriculum adalah jenis organisasi kurikulum yang menghapuskan batas-batas mata pelajaran dan menyatukan mata pelajaran yang memiliki hubungan erat dalam satu kesatuan, tujuannya adalah agar para pendidik mengerti jenis-jenis arti perkembangan kebudayaan yang efektif, manfaat yang didapat dari berbagai ragam disiplin ilmu, dan upaya mendidik anak agar menghasilkan anak yang civilled (Idi, 1999:29 dalam Ruhimat, T. dkk, 2009: 87). Beberapa disiplin ilmu sejenis disatukan dalam satu mata pelajaran tertentu. Nama payung mata pelajaran ini bisa beragam, namun dalam sistem pendidikan formal atau persekolahan kita mengenal, nama mata pelajaran: a. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan peleburan dari Ilmu Fisika, Ilmu Hayat, Ilmu Kimia, dan Ilmu Kesehatan. b. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) hasil peleburan Ilmu Bumi, Sejarah, Civic, Hukum, Ekonomi, Geografi dan sejenisnya. c. Bahasa hasil peleburan Membaca, Menulis, Mengarang, Menyimak, dan Pengetahuan Bahasa. d. Matematika peleburan dari Berhitung, Aljabar, Ilmu Ukur Sudut, Bidang, Ruang, dan Statistik. e. Kesenian hasil peleburan dari Seni Tari, Seni Suara, Seni Klasik, Seni Pahat dan Drama. Model organisasi ini memiliki keunggulan diantaranya adalah matapelajaran akan semakin



dirasakan kegunaannya, sehingga memungkinkan pengadaan mata pelajaran yang kaya akan 5



Ibid



pengertian dan mementingkan prinsip dasar generalisai. Ada pun kelemahannya adalah hanya memberikan pengetahuan secara sketsa, abstrak, kurang logis dari suatu mata pelajaran (Soetopo dan Soemanto dalam Idi 1999:29-30 dalam Ruhimat, T dkk, 2009:87). 4.



Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)6 Kurikulum ini memandang bahwa dalam suatu pokok bahasan harus terpadu (integrasi) secara menyeluruh. Keterpaduan ini dapat dicapai melalui pemusatan pelajaran pada satu masalah tertentu dengan alternative pemecahan melalui berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran yang diperlukan, sehinbgga batas-batas antar mata pelajaran dapat ditiadakan. 15 Pembelajaran yang mungkin digunakan adalah pemecahan masalah, metode proyek, pengajaran unit, inkuiri, dicovery, dan oendekatan tematik yang dilakukan dalam pembelajaran kelompok maupun secara perorangan. Pengembangan program pembelajran perlu dilakukan secara bersama-sama antara siswa dan guru, tetapi sebelumnya guru harus menyiapkan rancangan program pembelajaran sebagai acuan yang perlu dikembangkan bersama-sama dengan siswa atau mungkin dengan masyarakat. Ada beberapa kekurangan dan kelebihan dalam kurikul ini. Adapun kelebihan dari kurikulum ini adalah: 1) Mempelajari bahan pelajran melalui pemecahan masalah dengan cara memadukan beberapa mata pelajaran secara menyeluruh dalam menyelesaikan suatu topik atau permasalahan. 2) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya secara individu. 3) Memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan permasalahan secara komprehensif dan dapat mengembangkan belajar secara bekerjasama. 4) Mempraktekan nilai-nila demokratis dalam pembelajaran. 5) Memberikan kesempatan siswa untuk belajar secara maksimal. 6) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar berdasarkan pada pengalaman langsung. 7) Dapat membantu meningkatkan hubungan antara sekolah dengan masyarakat. 8) Dapat menghilangkan batas-batas yang terdapat dalam pola kurikulum yang lain. Adapun kekurangan dari bentuk kurikulum ini adalah: 1) Kurikulum dibuat oleh guru dan siswa sehingga memerlukan kesiapan dan kemampuan guru secara khusus dalam pengembangan kurikulum seperti ini. 2) Bahan pelajaran tidak disusun secara logis dan sistematis. 3) Bahan pelajaran tidak bersifat sederahana. 4) Dapat memungkinkan kemampuan yang dicapai siswa akan berbeda secara mencolok. 5) Kemungkinan akan memerlukan biaya, waktu, dan tenaga yang banyak. 16 Harapan ideal dari kurikulum ini yaitu dapat membentuk kemampuan siswa yang terintegrasi, yang menggambarkan manusia yang harmonis sesuai dnegan kebutuhnan masyarakat maupun sesuai dengan tuntuntan profesi siswa sebagai individu.



6



Ibid



C. Model pengembangan Kurikulum



Kurikulum Humanistik.7



1.



Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarakan konsep aliran pendidikan pribadi ( personalized education) yaitu john dewey (progressive education) dan J.J Rousseau (romantic education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. mereka bertolak dari asumsi bahwa anak/siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Ia adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan. Pendidikan humanistic menekankan peranan siswa. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, dan akrab. Oleh karena itu, peran guru yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1) Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif. 2) Menghormati individu peserta didik, 3) Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat.



a.



Karakteristik kurikulum humanistik. Kurikulum humanisik mempunyai beberapa karakteristik berkenaan dengan



tujuan, metode, organisasi isi dan evaluasi. Menurut para humanis kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman atau pengetahuan berharga untuk membantu memperlancar perkembangan pribadi murid. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain dan belajar. Kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional yang baik antara guru dengan murid.Dalam evaluasi kurikulum humanistic berbeda dengan yang biasa. Model lebih mengutamakan proses daripada hasil.8 b. Kelemahan kurikulum humanistik. 1. Keterlibatan



emosional



tidak



selamanya



berdampak



positif



bagi



perkembangan individual peserta didik.



7



8



Syaodih, sukmadinata, nana.. Pengembangan kurikulum . (Remaja rosdakarya:2008)



Fauzan, Kurikulum dan Pembelajaran. (GP PRESS : 2017),h.93-94



2. Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu peserta didik, pada



kenyataannya di setiap program terdapat keseragaman peserta didik. 3. Kurikulum



ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat secara



keseluruhan. 4. Dalam



kurikulum



ini,



prinsip-prinsip



psikologis



yang



ada



kurang



terhubungkan. 2.



Kurikulum Rekontruksi Sosial9 kurikulum rekontruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum lainnya.



Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, kerjasama. Kerjasama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerjasama ini siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik. Pandangan rekonstruksi sosial di dalam kurikulum dimulai sekitar tahun 1920an. Harold Rug mulai melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama ini terjadi kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan para siswa dengan



pengetahuan



dan



konsep-konsep



baru



yang



diperolehnya



dapat



mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah sosial. Theodore Brameld, pada awal tahun 1950-an menyampaikan gagasannya tentang rekonstruksi sosial. Dalam masyarakat demokratis, seluruh warga masyarakat harus ikut serta dalam perkembangan dana pembaharuan masyarakat. Untuk melaksanakan hal itu sekolah mempunyai posisi yang cukup penting. Sekolah bukan saja dapat membantu individu mengembangkan kemampuan sosialnya, tetapi juga dapat membantu bagaimana berpartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial. 1. Desain kurikulum rekonstruksi social



Ciri dari desain kurikulum ini adalah, a. Asumsi b. Masalah-masalah sosial yang mendesak



9



Ibid, h.94-96



c. Pola-pola organisasi



2. Komponen-komponen kurikulum rekonstruksi sosisal



a. Tujuan dan isi kurikulum b. Metode c. Evaluasi 3. Kegiatan yang dilakukan dalam kurikulum ini antara lain melibatkan,



a. Survei kritis terhadap suatu masyarakat b. Studi yang melihat hubungan antara ekonomi lokal dengan ekonomi nasional atau internasional c. Studi pengaruh sejarah dan kecenderungan situasi ekonomi lokal d. Uji coba kaitan praktik politik dengan perekonomian e. Berbagai pertimbangan perubahan politik f. Pembatasan kebutuhan masyarakat pada umumnya 3.



kurikulum Teknologi10 Di kalangan pendidikan, teknologi sudah dikenal dalam bentuk pembelajaran



berbasis komputer, sistem pembelajaran individu, kaset atau video pembelajaran. Banyak pihak yang kurang menyadari bahwa teknologi sangat membantu menganalisi masalah kurikulum, dalam hal pembuatan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan instruksional/pembelajaran. Persepektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektifitas program metode dan material/bahan untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan. Teknologi mempengaruhi kurikulum dalam dua cara yaitu aplikasi dan teori. Pada tahun 1960, B. F. Skimmer menganjurkan efesiensi dalam belajar, yaitu cara mengajar yang memberikan lebih banyak subjek kepada peserta didik .Efesiensi ini adalah tahapan belajar melalui terminal perilaku tertentu. Berdasarkan hal ini, teknologi mengembangkan aturan-aturan untuk membangun kurikulumdalam bentuk latihan terprogram.  Ciri-ciri kurikulum teknologis



10



Ibid, h.96-97



1. Tujuan. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi yang dirumuskan dalam bentuk perilaku. 2. Metode. Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respon yang diharapkan maka respon tersebut diperkuat. 3. Organisasi bahan ajar. Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan suatu kompetensi. 4. Evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit ataupun semester. Teknologi berperan dalam meningkatkan kualitas kurikulum, dengan mamberi kontribusi mengenai keefektifan intruksional, tahapan intruksional, dan memantau perkembangan peserta didik.Oleh karenanya sangat beralasan bahwa dewasa ini semakin banyak kurikulum efektif yang selaras dengan perkenbangan teknologi.Meskipun biaya yang dikeluarkan dalam pengembangan kurikulum teknologi ini cukup besar, tapi sebanding dengan nilai yang didapat dan pembelajaran bagi para siswa saat model ini diterapkan. Salah satu kelemahan kurikulum teknologi ini adalah kurangnya perhatian pada penerapan dan dinamika inovasi. Model teknologi ini hanya menekankan pengembangan efektifitas produk saja, sedangkan perhatian untuk mengubah lingkungan yang lebih luas, seperti organisasi sekolah, sikap guru, dan cara pandang masyarakat sangat kurang.



4.



Kurikulum subjek akademis.11 Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar adalah berusaha



menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan atau yang disiapkan oleh guru. Karena kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya sangat bersifat intelektual, nama-nama mata pelajaran yang menjadi isi kurikulum hampir sama dengan nama disiplin ilmu, seperti bahasa dan sastra, geografi, matematika, ilmu kealaman, sejarah dsb. Sekurang-kurangnya ada tiga pendekatan dalam perkembangan kurikulum subjek akademis yaitu:



11



Ibid, h. 97-101



1. Melanjutkan pendekatkan struktur pengetahuan. 2. Studi yang bersifat integratif. 3. Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah – sekolah fundamentalis.



a.



Ciri-ciri kurikulum subjek akademis. Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri-ciri berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi dan evaluasi. Tujuan kurikulum subjek akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses penelitian. Metode yang banyak digunakan dalam kurikulum subjek akademis adalah metode ekspositori dan inquiri. Sedangkan pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek akademis antara lain: 1. Correlated curriculum 2. Unified atau concentrated curriculum 3. Integrated curriculum 4. Problem solving curriculum.



Tentang kegiatan evaluasi kurikulum subject akademis menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran. b. Pemilihan disiplin ilmu.



Masalah besar yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum subjek akademis adalah bagaimana memilih mata pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Ada beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut yaitu: 1. Mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh dengan menekankan



pada bagaimana cara menguji kebenaran atau mendapatkan pengetahuan. 2. Mengutamakan kebutuhan masyarakat ( social utility). 3. Menekankan pengetahuan dasar.



c. Penyesuaian mata pelajaran dengan perkembangan anak.



Para pengembang kurikulum subjek akademis, lebih mengutamakan penyusunan bahan secara logis dan sistematis dari pada menyelaraskan urutan bahan dengan kemampuan berfikir anak. Mereka umunya kurang memperhatikan bagaimana siswa belajardan lebih mengutamakan susunan isi yaitu apa yang diajarkan. Proses belajar yang ditempuh oleh siswa sama pentingya dengan penguasaan konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi.