(Bentukan Kata) Morfologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BENTUK DAN PILIHAN KATA



A. BENTUK KATA Bahasa mempunyai dua aspek : 1. Aspek bentuk 2. Aspek makna Bentuk kata adalah wujud visual kata yang digunakan dalam suatu bahasa berikut proses pembentukannya. Pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan Menambahkan imbuhan pada kata dasar atau bentuk dasar tertentu.



Morfologi ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan struktur kata terhadap golongan dan arti kata. Aspek morfologis ialah penggambaran satuan-satuan morfemis dengan huruf-huruf itu. Morfemis (bersifat morfem). Morfem ialah satuan bahasa yang terkecil yang mengandung makna, baik makna leksikal maupun gramatikal. Kesatuan terkecil ini tidak dapat dipenggal-pengal lagi menjadi kesatuan yang lebih kecil karena akan kehilangan makna yang terkandung di dalamnya.



Contoh Perubahan Struktur Kata : jalan berjalan berjalan-jalan jalan-jalan perjalanan menjalani menjalankan jalan raya dst



rumah berumah perumahan rumah-rumah rumah-rumahan dirumahkan pengrumahan rumah sakit dst



 Dilihat dari cara pembentukkannya, morfem terbagi atas morfem



bebas dan morfem terikat.  Morfem bebas dari contoh deretan kata di atas adalah kata jalan dan rumah. Kata berjalan, perjalanan, menjalani, perumahan, dirumahkan, pengrumahan, dan sebagainya termasuk kombinasi antara morfem bebas dan morfem terikat.  Bentuk morfem terikat yang produktif : ber, me, ter, per, -kan, -an, -I, ke-an, per-an, dan sebagainya.  Prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks (awalan dan akhiran) disebut morfem terikat karena tidak pernah berdiri sendiri, selalu menempel kepada morfem bebas.



 Morfem-morfem terikat, misalnya me-, mempunyai variasi



morfemnya bergantung pada huruf awal kata yang ditempelnya, misalnya : me- dengan variasi mem, men, meng, meny, bahkan menge- untuk kata yang terdiri atas 1 suku misalnya “mengebom”.  Demikian pula morfem terikat bervariasi be-, bel-, seperti pada kata belajar.  Morfem terikat yang tidak produktif diantaranya : -wan, -man, -wati, -el, -em, -er, -isme.



 Bentuk ku, mu, nya, kan, dalam tuturan tidak pernah berdiri



sendiri. Bentuk-bentuk tersebut termasuk morfem terikat tetapi tidak termasuk afiks (imbuhan) melainkan masuk “klitik”. Proklitik yang ditulis di awal, kaubaca, kubaca, dan “enklitik” mu dan nya yang ditulis di akhir, misalnya : bukunya, bukuku, bukumu.  Jadi, klitik artinya singkatan ganti orang.



Jenis imbuhan dalam bahasa Idonesia ada 4 macam : 1. 2. 3. 4.



Imbuhan pada awal kata (prefiks) Imbuhan pada akhir kata (sufiks) Imbuhan pada tengah kata/sisipan (infiks) Imbuhan pada awal dan akhir kata (konfiks)



Awalan (prefiks) men- menulis, melamar, memantau diditulis, dilamar, dipantau pen- penulis, penyanyi, peramal ber- berkebun, bermain, bermimpi ter-terpaksa, terpadu, tersenyum seserupa, senada, seiring



Akhiran (sufiks) anikan-



tulisan, tatapan, tantangan temui, sukai, pandangi tumbuhkan, sampaikan, umumkan



sisipan (konfiks) -elgeletar, geligi, gelantung -em- gemuruh, gemetar -er-gerigi



Gabungan Awalan-akhiran (konfiks) meN-…-kan meN-…-i PeN-…-an ke-…-an se-…-nya per-…-an



menemukan, meratakan memandangi, mengunjungi pendidikan, peandian kehujanan, kemajuan seandainya, sebaiknya peraturan, persimpangan



Pembentukan kata dapat pula dilakukan dengan penggabungan antara unsur terikat dan kata dasar. Misalnya: pra- prasejarah, prasarana, prasaran swa- swadaya, swasembada, swakarsa Pasca- pascaperang, pascapanen, pascasarjana



Kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam bentukan kata 1. Catatan yang perlu diperhatikan tentang prefiks me- : a. Fonem t luluh menjadi n apabila mendapat tambahan prefiks me-, misalnya : tanam – menanam, tikam – menikam, tapi tradisi – mentradisi.



b. Bentuk dasar yang dimulai dengan ter-, seperti tertawa, terjemah, terlantar, tercengang, fonem t kadang luluh kadangkadang tidak. Kata yang sering dipakai cenderung luluh, yang jarang dipakai sering muncul tanpa peluluhan. Misalnya : terjemah – menerjemahkan, tertawa – menertawakan, tercengang – mentercengangkan seharusnya menercengangkan.



c. me – cari – mencari, fonem c tidak luluh coba – mencoba cubit – mencubit. d. me – ditambahkan pada bentuk dasar yang bersuku satu, bentuknya berubah menjadi menge- : tik – menegetik bom – mengebom cek – mengecek



e. Unsur serapan diperlakukan berbeda-beda bergantung pada frekuensi dan lamanya kata tersebut kita pakai. Jika dirasakan relatif baru. Peluluhan di atas tidak berlaku. Me – di depan bentuk dasar asing yang bermula dengan “s” menjadi men. Jika bentuk dasar itu dirasakan tidak asing lagi, morfofonemiknya mengikuti kaidah yang umum. Misalnya : produksi – memproduksi klasifikasi – mengklasifikasi kritik – mengkritik protes – memprotes sukses – mensukseskan, dan bentuk menyukseskan lebih popular.



Kata-kata : produksi, klasifikasi, protes, kritik, pada awal kata tersebut terdapat konsonan rangkap (cluster) Baik kata asing atau kata Indonesia yang dasarnya berawal dengan tumpukan konsonan misalnya : produksi, kritik, klasifikasi, protes kata tersebut tidak luluh. Jadi, kata produksi menjadi memproduksi bukan memroduksi, kritik menjadi mengkritik bukan mengiritik.



f. Perhatikan bentuk ulang berikut : menyangka – nyangka menulis – nulis mengulang – ulang mengaku – aku



g. Jika per- dipandang sebagai imbuhan, bunyi pe tidak diluluhkan sehingga dipakai bentuk mempercayai seharusnya memercayai, Memperkarakan seharusnya memerkarakan Memperkosa seharusnya memerkosa. Jika per itu berupa suku kata, bunyi p diluluhkan sehingga digunakan bentuk, Memergoki, memerlukan. Jika bentukan baru meragukan, p cenderung tidak luluhkan : mempercayakan, memperdanamenterikan.



2. Morfofonemik prefiks per – per + rendah, bukan perrendah per + runcing, bukan perruncing per + kerja – pekerja bukan perkerja per + ajar – pelajar, (kecuali)



3. Morfofonemik prefiks berber + ranting – beranting, bukan berranting Catatan : Prefiks ber diikuti kata dasar yang suku pertamanya berakhir dengan er ber + kerja – bekerja ber + serta – berserta ber + pergi + an – bepergian ber + ajar – belajar (kecuali) ber + unjur – belunjur



4. Morfofonemik prefiks ter – ter + rebut – terebut, bukan terrebut Jika suku pertama kata dasar berakhir dengan bunyi er, ter ada yang tetap, ada pula menjadi te. ter + percaya – terpercaya (paling) ter + cermin – tercermin ter + percik – terpecik ter + pergok – terpergok.



Tetapi, prefiks ter yang bermakna “paling” tetapi di tulis “ter” walau diikuti kata dasar yang suku kata pertamanya berakhir er. Misalnya : ter + merdu ter + bersih ter + ramping



– termerdu, bukan temerdu – terbersih, bukan tebersih – terramping bukan teramping



B. PILIHAN KATA (DIKSI) Pemilihan Kata = Proses atau tindakan memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat. Pilihan Kata = Hasil dari proses atau tindakan tersebut



Pilihan kata merupakan aspek yang sangat penting, karena pilihan kata yang tidak tepat dapat menyebabkan ketidakefektifan bahasa yang digunakan, juga dapat menggangu kejelasan informasi dan rusaknya situasi komunikasi. Contoh : 1. Diam! 2. Tutup mulutmu! 3. Saya harap anda tenang. 4. Jangan berisik! 5. Dapatkah anda tenang sebentar?



Pemilihan kata dan kejelasan lafal merupakan strategi penting untuk keefektifan kalimat. Dengan pilihan kata yang tepat dapat memberikan efek yang tepat pula terhadap kalimat. Bahasa dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) menuntut pemilihan kata yang ketat apalagi menyangkut istilah. Kata atau istilah harus diupayakan tidak taksa (ambiguitas) sehingga tidak memiliki tafsiran ganda. Selain itu, dalam karangan ilmiah pilihan kata harus cermat dan tepat sehingga makin cermat dan tepat maknanya.



Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pilihan kata/istilah : 1. Pemakaian kata yang konkret sering lebih cermat daripada yang abstrak. 2. Ungkapan klise (linguis figuratif) perlu dihindari 3. Kata yang bersinonim disesuaikan dengan konteksnya 4. Pilihan kata harus serasi dengan pokok ujaran 5. ketaksaan (makna ganda) sangat perlu dihindari



Contoh Pilihan Kata : kini - sekarang, beberapa - sementara, nyaris - hampir, manusia - insani, sumber daya insani bumi - dunia, bibit - induk -benih, wanita - perempuan dan pria-laki-laki, kawin - nikah, air minum - air bersih, udara - atmosfer, sinar - cahaya dan surya- matahari, suci - bersih, ilmu - pengetahuan, kuno-klasik.



administrasi ahli anarki anggota anjlok doa hadis izin maaf teater walafiat subjudul antarkota tata bahasa berlari-lari



- administratif - akhli - anarki - anggauta - anjlog - do’a - hadist, hadith - idzin, ijin - ma’af - theather - wal’afiat - sub-judul, - antar-kota, antar kota - tatabahasa - ber-lari2



Rektor meninjau perumahan karyawan STIKES. (baku) Rektor tinjau perumahan karyawan STIKES (tidak baku) Kuliah sudah berjalan dengan baik. (baku) kuliah sudah jalan dengan baik (tidak baku) Bapak Doni pergi ke Sukabumi. (baku) Bapak Doni ke Sukabumi (tidak baku) Dia tahu bahwa saya belum membaca lagi. (baku) Dia tahu, saya belum membaca lagi (tidak baku) Mengapa kamu tidak datang? (baku) Kenapa kamu nggak datang? (tidak baku)



C. KRITERIA PEMILIHAN KATA 1. Ketepatan 2. Kecermatan 3. Keserasian



1. Ketepatan Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan itu dapat diterima secara tepat pula oleh pembaca atau pendengarnya. Ketepatan dapat dicapai jika pemakai bahasa memahami: a) kata-kata yang bermakna denotatif dan konotatif b) kata-kata yang bersinonim Contoh: - Karena perlu biaya, ia menjual kambing hitamnya dengan harga murah. - Dalam setiap kerusuhan mereka selalu dijadikan kambing hitam



2. Kecermatan Kecermatan berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang memang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Pemakai bahasa harus mampu memahami secara cermat kata-kata yang mubazir atau kata yang kehadirannya dalam konteks tertentu tidak diperlukan. Beberapa penyebab timbulnya kemubaziran suatu kata: a) penggunaan makna jamak (ganda) b) mempunyai kemiripan makna/fungsi secara berganda c) Penggunaan makna kesalingan secara berganda d) konteks kalimatnya



3. Keserasian Keserasian berkaitan dengan kemampuan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Konteks pemakaian berkaitan dengan faktor kebahasaan dan nonkebahasan. Faktor kebahasaan antara laian: a) hubungan makna antara kata yang satu dan kata yang lain b) kelaziman penggunaan kata-kata tertentu Faktor non kebahasaan antara laian: a) situasi pembicaraan b) lawan bicara c) sarana bicara



D. PILIHAN KATA YANG TIDAK TEPAT a. b. c. d. e.



Pemakaian kata ganti Saya, Kita, dan Kami Pemakaian kata Kebijakan dan Kebijaksanaan Pemakaian kata Mantan dan Bekas Pemakaian kata Jam dan Pukul Pemakaian kata dari dan daripada



E. KATA BAKU DAN TIDAK BAKU Bahasa baku merupakan ragam bahasa yang cara pengucapan atau pun penulisannya sesuai dengan kaidahkaidah standar atau kaidah-kaidah yang dibakukan. Yang di masud yaitu : a. b. c. d.



Pedoman Ejaan (EYD) Pedoman Umum Pembentukan Istilah Tata Bahasa Baku Kamus Umum, (KBBI)



1. Fungsi Kata Baku Dan Tidak Baku : Fungsi bahasa baku dan tidak baku berkaitan dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. a) b) c) d) e)



Pemersatu (the unifying function) Pungsi pemisah (separatist function) Pembawa Kewibawaan (prestige function) Kerangka Acuan (frame of reference function) Pemberi kehasan.



2. Ciri-ciri Bahasa/Kata Baku : a) Tidak dipengaruhi bahasa daerah ibu nyokap bertemu ketemu b) Tidak dipengaruhi bahasa asing itu benar itu adalah benar kesempatan lain lain kesempatan c) Bukan merupakan ragam bahasa percakapan dengan sama tidak enggak d) Pemakaian imbuhan secara eksplisit ia bekerja keras ia kerja keras menyerang lawan serang lawan



e) Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat Suka akan suka dengan disebabkan oleh disebabkan karena lebih besar daripada lebih besar dari f) Tidak terkontaminasi (tidak rancu) berkali-kali berulang kali mengajar siswa mengajar bahasa g) Tidak mengandung arti pleonasme para tamu para tamu-tamu hadirin para hadirin h) Tidak mengandung hiperkorek (substandar) insaf insyaf nafsu napsu sah syah syukur sukur pulpen fulfen



Baku



Tidak Baku



apotek atlet atmosfer aktif aktivitas arkais arkeologi akhir akhlak advis advokat adjektif asas



= apotik = atlit = atmosfir = aktip = aktifitas = arkhais = arkheologi = ahir ; akir = ahlak = adpis = adpokat = ajektif = azas



Asasi = azasi analisis = analisa menganalisis = menganalisa penganalisisan = penganalisaan ambulans = ambulan anggota = anggauta beranggotakan = beranggautakan keanggotaan = keanggautaan balans = balan definisi = difinisi depot = depo diferensial = differensial ekspor = eksport



ekstrover ekuivalen esai formal Februari filologi fisik Foto frekuensi film hakikat hierarki hipotesis



= ekstrovert = ekwivalen = esei = formil = Pebruari = philologi = phisik = photo = frekwensi = filem = hakekat = hirarki = hipotesa



Intensif insaf ikhlas ikhtiar impor intriver istri iktikad ijazah izin ilustrasi jenderal jadwal



= intensip = insyaf = ihlas = ihtiar = import = introvert = isteri = itikad = ijasah = ijin = illustrasi = jendral = jadual



Kartotek komedi konkret karier kaidah khotbah berkhotbah konsepsional konferensi kreativitas kongres kompleks



= kartotik = komidi = konkrit = karir = kaedah = khutbah = berkhutbah = konsepsionil = konperensi = kreatifitas = konggres = komplek



Katalitas kuantum konsekuensi kualifikasi kualitas kuarsa kuitansi kuorum kuota konfrontasi dikonfrontasi konsinyasi



= katalisa = kwantum = konsekuwensi = kwalifikasi = kwalitas = kwarsa = kwitansi = kworum = kwota = konfrontir = dikonfrontir = konsinyir



Dikonsinyasi koordinasi dikoordinasi konduite kategori dikategorikan konsesi kelas klasifikasi linguistik lazim likuidasi



= dikonsinyir = koodinir, kordinir = dikoordinir = kondite = katagori = dikatagorikan = konsessi = klas = kelasifikasi = lingguistik = lajim = likwidasi



Metode motif motivasi masyarakat mantra manajemen manajer massa masalah masal misi November



= metoda = motip = motifasi = masarakat = mantera = managemen = manager = masa (orang banyak) = masaalah = massal = missi = Nopember



Nasihat = nasehat penasihat = penasehat nasionalisasi = nasionalisir dinasionalisasikan = dinasionalisir operasional = operasionil objek = obyek ons = on organisasi = organisir problem = problim problematik = problimatik positif = positip produktif = produktip produktivitas = produktifitas



Psikis = psikhis psikologi = psikhologi paspor = pasport putra = putera putri = puteri produksi = produsir memproduksi = memprodusir proklamasi = praklamir diproklamasikan = diproklamirkan profesi = professi keprofesian = keprofessian profesor = professir rasional = rasionil



Resistans = resistan rezeki = rejeki risiko = resiko sistem = sistim sistematika = sistimatika sistematis = sistimatis spesies = spesis sintetis = sintesa spiritual = spirituil subjek = subyek sintesis = sintesa ; sintese syakwasangka = sakwasangka syukur = sukur



Mensyukuri = mensukuri sah = syah sahih = syahih saraf = syaraf sutera = sutra standar = standard standardisas = standarisasi survai = survei sukses = sakses teori = tiori teoretis = teoritis telegram = tilgram



telepon tradisional tafsiran tarif teknik teknisi teknologi teleks tripleks terampil keterampilan terap penerapan



= tilpun = tradisionil = tapsiran = tarip = tehnik = tehnisi = tehnologi = telek = triplek = trampil = ketrampilan = trap = penetrapan



Transpor = transport transportasi = transportir teladan = tauladan keteladanan = ketauladanan diteladani = ditauladani tim = team terjemah = terjamah varietas = varitas wujud = ujud berwujud = berujud perwuudan = perujudan zaman = jamah