15 0 206 KB
LAPORAN BEST PRACTICE
HIMPUNAN
Disusun oleh :
Ary Dijah Widjajanti
SMP 1 Jati Kudus
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui, Kepala SMP 1 Jati Kudus
Suhartono
Kudus, 19 Oktober 2019 Peserta
Ary Dijah Widjajanti
BIODATA
PHOTO
Nama
: Ary Dijah Widjajanti
NIP
: ...
Tempat/Tanggal Lahir : Kudus, 03 April 1969 Alamat Rumah
: ....
Guru Mapel
: Matematika
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkah, rahmat, karunia, serta hidayah-Nya penyusun dapat menuntaskan LK-9 Sistematika Laporan Best Practice 2019 ini dengan baik. Laporan ini sebagai bukti autentik. Dengan disusunnya laporan ini, tidak lupa penyusun menghaturkan terima kasih kepada: 1. Kepala Dinas Kabupaten Kudus 2. Kepala SMP 5 Kudus 3. Kepala SMP 1 Jati Kudus 4.
Guru inti kelas PKP
5. Teman-teman yang mengikuti diklat PKP 6. Berbagai pihak yang terlibat yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu. Karena tanpa bantuan dan bimbingannya, saya tidak akan dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar. Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna sehingga masih terdapat berbagai kesalahan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran sebagai acuan ke depan. Terima kasih.
Kudus, 19 Oktober 2019
DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL HALAMAN PENGESAHAN BIODATA PENULIS KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa muatan pelajaran dalam satu pembelajaran. Dalam praktik pembelajaran Kurikulum 2013 yang penulis lakukan selama ini, penulis menggunakan buku siswa dan buku guru. Penulis meyakini bahwa buku tersebut sudah sesuai dan baik digunakan di kelas karena diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata, dalam praktiknya, penulis mengalami beberapa kesulitan seperti materi dan tugas tidak sesuai dengan latar belakang siswa. Selain itu, penulis masih berfokus pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi. Dengan demikian proses berpikir siswa masih dalam level C1 (mengingat), memahami (C2), dan C3 (aplikasi). Guru hampir tidak pernah melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/ HOTS).
Penulis juga jarang menggunakan media pembelajaran.
Dampaknya, suasana pembelajaran di kelas kaku dan anak-anak tampak tidak ceria. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa diperoleh informasi bahwa (a) siswa malas mengikuti pembelajaran yang banyak dilakukan guru dengan cara ceramah’ (b) selain ceramah, metode yang selalu dilakukan guru adalah penugasan. Sebagian siswa mengaku jenuh dengan tugas-tugas yang hanya bersifat teoritis. Tinggal menyalin dari buku teks. Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, siswa harus dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning/PBL. PBL merupakan model pembelajaran yang mengedepankan strategi pembelajaran dengan menggunakan masalah dari dunia nyata sebagai konteks siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep esensial dari materi yang dipelajarinya. Dalam PBL siswa dituntut untuk mampu memecahkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual). Dengan kata lain, PBL membelajarkan siswa untuk berpikir secara
kritis
dan
analitis,
serta
mencari
dan
menggunakan
sumber
pembelajaran yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Setelah melaksanakan pembelajaran tematik terpadui dengan model PBL, penulis menemukan bahwa proses dan hasil belajar siswa meningkat. Lebih bagus dibandingkan pembelajaran sebelumnya. Ketika model PBL ini diterapkan pada kelas VII SMP yang lain ternyata proses dan hasil belalajar siswa sama baiknya. Praktik pembelajaran PBL yang berhasil baik ini penulis simpulkan
sebagai
sebuah
best
practice
(praktik
baik)
pembelajaran
berorientasi HOTS dengan model PBL. B. Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilaporkan dalam laporan praktik baik ini adalah kegiatan pembelajaran matematika di kelas VII C. Manfaat Kegiatan Manfaat penulisan pratik baik ini adalah meningkatkan kompetensi siswa dalam pembelajaran tematik integratif yang berorientasi HOTS.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN A. Tujuan dan Sasaran Tujuan penulisan praktik baik ini adalah untuk mendeskripsikan praktik baik penulis dalam meerapkan pembelajaran berorientasi higher order thiking skills (HOTS). Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah siswa kelas VII SMP B. Bahan/Materi Kegiatan Bahan yang digunakan dalam praktik baik pembelajaran ini adalah materi kelas VII.
Matematika 3.4. Menjelaskan himpunan, himpunan bagian, himpunan semesta, himpunan kosong, komplemen himpunan, dan melakukan operasi biner pada himpunan menggunakan
KD 3.4
masalah kontekstual.
C. Cara Melaksanakan Kegiatan Cara yang digunakan dalam pelaksanaan praktik baik ini adalah menerapkan pembelajaran tematik terpadu dengan model pembelajaran problem based learning (PBL). Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan praktik baik yang telah dilakukan penulis. 1.
Pemetaan KD Pemetaan KD dilakukan untuk menentukan pasangan KD yang dapat diterapkan dalam pembelajara tematik. Berdasarkan hasil telaah KD yang ada di kelas VII,
2.
Analisis Target Kompetensi Hasil analisis target kompetensinya sebagai berikut.
3. 4.
Perumusan Indikator Pencapaian Kompetesi
IPK Matematika 3.4.1 Membedakan himpunan dan bukan himpunan 3.3.1 3.4.2 Menyebutkan contoh himpunan dan contoh bukan himpunan 3.4.3 Memahami keanggotaan suatu himpunan 3.4.4 Menyajikan himpuan dengan mendaftarkan anggotanya 3.4.5 Menyajikan himpunan dengan menyatakan sifat yang dimiliki anggotanya 3.4.6 Menyajikan himpunan dengan menuliskan notasi pembentuk himpunan 3.4.7 Menjelaskan definisi tentang konsep himpunan semesta dan diagram venn 3.4.8 Menyelesaikan masalah nyata yang berkaitan dengan himpunan semesta dan diagram venn 3.4.9 Mengomunikasikan konsep himpunan semesta dan diagram venn 3.4.10 Menjelaskan konsep himpunan kosong 3.4.11 Menentukan kardinalitas suatu himpunan 3.4.12 Menyebutkan himpunan bagian dari suatu himpunan 3.4.13 Menyatakan himpunan kuasa dari suatu himpunan 3.4.14 Menjelaskan definisi tentang irisan dua himpunan atau lebih 3.4.15 Menentukan keanggotaan hasil irisan dua himpunan atau lebih 3.4.16 Menuliskan keanggotaan hasil gabungan dua himpunan atau lebih 3.4.17 Menentukan keanggotaan hasil pengurangan atau selisih dua himpunan atau lebih 3.4.18 Menentukan keanggotaan komplemen suatu himpunan
5.
Pemilihan Model Pembelajaran Model pembelajaran yang dipilih adalah problem based learning (PBL) .
6.
Merencanakan
kegiatan
Pembelajaran
sesuai
dengan
Model
Pembelajaran Pengembangan desain pembelajaran dilakukan dengan merinci kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan sintak PBL. Berikut ini adalah rencana kegiatan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model PBL. Sintak Model Pembelajaran Orientasi Masalah
Guru
Siswa
1) Guru menyampaikan 1) Menyimak penjelasan ilustrasi bahwa diban-
guru
dingkan
pertanyaan guru.
kehidupan-
nya pada masa kecil, saat ini dunia sudah berkembang menjadi modern. 2) Guru
mengajukan
pertanyaan,
“Apa
yang kalian ketahui tentang modern dan modernisasi? 3) Guru meminta siswa membaca teks eksplanasi
tentang
pengertian modernisasi. 4) Bertanya jawab untuk menyimpulkan pengertian
dan
menjawab
modernisasi termasuk membuka kBBI. 5) Guru menyampaikan tujuan
materi
belajaran
pem-
hari
itu
adalah membuat ringkasan
teks
nasi;
ekspla-
Menganalisis
perubahan
budaya
dalam rangka modern isasi bangsa Indonesia.
6) Guru
menyampaikan
bahwa
kegiatan
beri
kutnya
siswa
ditu-
gaskan untuk menyimak tayangan video tentang perubahan budaya.
7) Guru
menyampaikan
tugas siswa yaitu (a) menentukan
pokok-
pokok informasi terkait yang
terdapat
dalam
video
(teks
audio
visual), (b) mengidentifikasi
kalimat
tidak
efektif yang digunakan dalam
video’
membenahi tidak kalimat
efektif
(c) kalimat
menjadi
efektif,
mengidentifikasi
(d) kosa
kata baru dalam video, (e) menemukan makna kosa kata baru dengan menggunakan
Kamus
Besar
Bahasa
nesia,
(f)
ringkasan dengan
Indo-
membuat isi
video
menggunakan
kalimat
efektif,
menjawab
(g)
pertanyaan
yang disediakan dalam LKS,
(g)
mengiden-
tifikasi
contoh
bahan
sosial
perubudaya
dalam rangka modernisasi
Mengorganisasi
yang
terdapat
dalam video. 1) Guru membagi siswa
dalam
beberapa
kelompok.
Setiap
kelompok.
Setiap
kelompok terdiri dari 45 orang. 2) Setiap
kelompok
mengerjakan yang
telah
tugas dijelaskan
oleh guru.
Membimbing
1) Guru
penyelidikan
membimbing
siswa menyelesaikan tugasnya. 2) Guru memberi bantuan dan atau menjawab pertanyaan dari
Mengembangkan dan
menyajikan dalam mengembangkan
laporan karya
siswa bila dibutuhkan. Mendampingi siswa
hasil dan menyajikan laporan hasil kerja.
1) Menyusun
laporan
hasil kerja kelompok. 2) Mempresentasikan hasil kerjanya dalam diskusi kelas.
3) Kelompok memberikan gapan,
lain tang-
mengajukan
pertanyaan, atau usul terhadap hasil kerja Menganalisis dan 1) Menganalisis mengevaluasi
mengevaluasi
proses
kerja siswa.
pemecahan masalah.
2) Memberi
dan hasil
kelompok lain. 1) Menyimak penjelasan guru. 2) Mengajukan
penguatan
hasil belajar siswa.
pertanyaan dan atau tanggapan bila belum paham.
Pembelajaran Orientasi Masalah
setelah istirahat 1) Guru menyampai 1) Menyimak kan bahwa agar dapat
penjelasan guru.
hidup sesuai dengan 2) Menjawab perubahan
zaman
yang
(moder
terjadi
nisasi),
seseorang
harus
mampu
daptasi. orang
bera-
Bila
tidak,
tersebut
akan
tergilas zaman. Begitu pun dengan tumbuhan dan binatang. Mereka juga
harus
mampu
beradaptasi. 2)
Guru mengajukan
pertanyaan, “Dapatkah kalian memberi contoh cara kita beradaptasi 3)
dengan
lingkungan? Guru
menyampaikan
pertanyaan guru.
tugas siswa berikutnya adalah cara
menganalisis mahluk
beradaptasi Mengorganisasi
hidup dengan
lingkungannya. Guru meminta
siswa 1) Duduk
kembali duduk bersama
Membimbing
untuk 2) Membagi tugas.
mengerjakan
tugas
kelompok. 1) Menyajikan
video 1) Menyimak tayangan
tentang cara mahluk hidup
dan
video.
beradaptasi 2) Membuat
catatan
dengan
penting
lingkungannya.
dengan tugas yang
2) Mendampingi
siswa
mengerjakan
tugas
kelompoknya. Mendampingi
sesuai
harus dikerjakan.
siswa 1) Mendiskusikan hasil
menyajikan menyelesaikan
laporan
kelompoknya.
kelompoknya
penyelidikan
Mengembangkan
dalam
kerja
hasil kelompoknya.
simakan. 2) Mengerjakan
karya
tugas
yang disajikan dalam LKS. 3) Mempresentasikan hasil kerja kelompok. 4) Menanggapi presentasi kelompok lain. dan 1) Menyimak penjelasan
Menganalisis dan 1)
Menganalisis
mengevaluasi
mengevaluasi
proses
kerja kelompok.
pemecahan
2)
masalah. 3)
hasil
guru. 2) Mengajukan
Memberi penguatan
pertanyaan bila belum
hasil belajar siswa.
paham.
Membimbing
siswa
membuat
simpulan
hasil belajar hari itu mulai
dari
teks
eksplanasi, perubahan
sosial
budaya
dalam
rangka modernisasi, dan
cara
hidup
mahluk
beradaptasi
dengan lingkungannya.
7. Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan hasil kerja 1 higga 5 di atas kemudian disusun perangkat pembelajaran meliputi RPP, bahan ajar, LKS, dan instrumen penilaian. RPP disusun dengan mengintegrasikan kegiatan literasi, penguatan pendidikan karakter (PPK), dan kecakapan abad 21. D. Media dan Instrumen Media pembelajaran yang digunakan dalam praktik terbaik ini adalah (a) Benda benda di sekitar ruang kelas (a) tes tulis pilihan ganda dan uraian singkat. E. Waktu dan Tempat Kegiatan Praktik baik ini dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus -10 September 2019
BAB III HASIL KEGIATAN A.
Hasil Hasil yang dapat diilaporkan dari praktik baik ini diuraikan sebagai berikut.
1.
Proses pembelajaran tematik yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran PBL berlangsung aktif. Siswa menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Aktifitas pembelajaran yang dirancang sesuai sintak PBL megharuskan siswa aktif selama proses pembelajaran.
2.
Pembelajaran tematik yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran PBL meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer knowledge. Setelah membaca, meringkas, dan mendiskusikan teks eksplanasi tentang modernisasi, siswa tidak hanya memahami konsep teks eksplanasi (pengetahuan konseptual) dan bagaimana membuat ringkasan yang benar
(pengetahuan
prosedural),
tetapi
juga
memahami
konsep
modernisasi. Pemahaman siswa tetang perubahan sosial budaya dalam rangka moderisasi pada dasarnya merupakan bentuk adaptasi masyarakat terhadap modernisasi. Pemahaman ini dapat menjadi pengantar bagi siswa
untuk
memahami
cara
mahluk
hidup
beradaptasi
dengan
lingkungan. 3.
Penerapan model pembelajaran PBL meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi siswa untuk bertanya dan menanggapi topik yang dibahas dalam pembelajaran. Dalam
pembelajaran
sebelumnya
yang
dilakukan
penulis
tanpa
berorientasi HOTS suasana kelas cenderung sepi dan serius. Siswa cenderung bekerja sendiri-sendiri untuk berlomba menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Fokus guru adalah bagaimana siswa dapat menyelesikan soal yang disajikan; kurang peduli pada proses berpikir siswa. Tak hanya itu, materi pembelajaran yang selama ini selalu disajikan
dengan pola deduktif (diawali dengan ceramah teori tentang materi yang dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasa), membuat siswa cenderung menghapalkan teori. Pengetahuan yang diperoleh siswa adalah apa yang diajarkan oleh guru. Berbeda kondisinya dengan praktik baik pembelajaran tematik berorientasi HOTS dengan menerapkan PBL ini. Dalam pembelajaran ini pemahaman siswa tentang konsep teks eksplanasi, perubahan sosial budaya, dan cara mahluk hidup menyesuaikan diri benar-benar dibangun oleh siswa melalui pengamatan dan diskusi yang meuntut kemampuan siswa untuk berpikir kritis. 4.
Penerapan model pembelajaran PBL juga meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (problem solving). PBL yang diterapkan dengan menyajikan teks tulis dan video berisi permasalahan kontekstual mampu mendorong siswa merumuskan pemecahan masalah. Sebelum menerapkan PBL, penulis melaksanakan pembelajaran sesuai dengan buku guru dan buku siswa. Meskipun permasalahan yang disajikan dalam buku teks kadang kala kurang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa, tetap saja penulis gunakan. Jenis teks yang digunakan juga hanya pada teks tulis dari buku teks. Dengan menerapkan PBL, siswa tak hanya belajar dari teks tulis, tetapi juga dari video serta diberi kesempatan terbuka untuk mencari data, materi dari sumber lainnya.
B.
Masalah yang Dihadapi Masalah yang dihadapi terutama adalah siswa belum terbiasa siswa belajar dengan model PBL. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan yang baik guru selalu mengguakan metode ceramah, siswa pun merasa lebih percaya diri menghadapi ulangan (penilaian) setelah mendapat penjelasan guru melalui ceramah. Masalah lainnya adalah guru tidak mempunyai kompetensi yang memadai untuk membuat video pembelajaran. Padahal selain sebagai media pembelajaran,. Video juga merupakan bentuk teks audiovisual yang juga harus disajikan sesuai dengan rumusan KD.
C.
Cara Mengatasi Masalah Agar siswa yakin bahwa pembelajaran tematik dengan PBL dapat membantu mereka lebih menguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan sekilas tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS). Pemahaman dan kesadaran akan pentingnya HOTS ajkan membuat siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, kesadaran bahwa belajar bukan sekadar menghafal teori dan konsep akan membuat siswa mau belajar dengan HOTS. Kekurangmampuan guru membuat video pembelajaran dapat diatasi dengan mengunduh video sesuai dengan KD yang akan dibelajarkan baik dari youtube maupun dari Rumah Belajar. Dengan demikian, selain menerapkan kegiatan literasi baca = tulis, siswa juga dapat meningkatkan literasi digitalnya.
Bab IV Simpulan dan Rekomendasi A. Simpulan Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Pembelajaran tematik dengan model pembelajaran PBL layak dijadikan praktik baik pembeljaran berorientasi HOTS karena dapat meingkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan pemecahan masalah. 2. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara sistematis
dan
cermat,
pembelajaran
tematik
dengan
model
pembelajaran PBL yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21. B. Rekomendasi Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran tematik dengan model pembelajaran problem based learning (PBL), berikut disampaikan rekomendasi yang relevan. 1. Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan buku guru serta jaring-jaring tema yang telah disediakan, tetapi berani melakukan inovasi pembelajaran tematik yang kontekstual sesuai dengan latar belakang siswa dan situasi dan kondisi sekolahnya. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih bermakna. 2. Siswa diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam belajar, tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar dengan cara ini akan membantu siswa menguasai materi secara lebih mendalam dan lebih tahan lama (tidak mudah lupa). 3. Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif sekolah, seperti penyediaan sarana da prasarana yang memadai dan kesempatan bagi penulis utuk mendesiminasikan praktik baik ini aka menambah wawasan guru lain tentang pembelajaran HOTS.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8
: Foto-foto kegiatan : RPP : Bahan Ajar : LKS : Kisi-kisi soal piliha ganda dan uraia : Soal, kunci, dan pedoman penyekoran : Lembar observasi proses pembelajaran : Kuesioner motivasi belajar siswa
Lampiran 1: Conntoh Teks eksplanasi tentang globalisasi PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP MASYARAKAT INDONESIA // Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari pikiran yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi patokan bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. Sebagai suatu proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan dimensi waktu. Dilihat dari dimensi ruang akan semakin dipersempit dan dari dimensi waktu semakin dipersingkat dalam berinteraksi dan berkomunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia.Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh besar bagi kehidupan suatu negara termasuk negara kita Indonesia. Pengaruh tersebut dibagi menjadi dua yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positif globalisasi terhadap masyarakat Indonesia. 1.
Dilihat dari aspek globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis, karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara. Jika pemerintahan dijalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa jati diri terhadap negara menjadi meningkat dan kepercayaan
masyarakat
akan
mendukung
yang
dilakukan
oleh
pemerintahan. 1.
Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja yang banyak dan meningkatkan devisa suatu negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan
ekonomi bangsa yang dapat menunjang kehidupan nasional dan akan mengurangi kehidupan miskin. 1.
Dari aspek globalisasi sosial budaya, kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin serta Iptek dari negara lain yang sudah maju untuk meningkatkan kedisplinan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa serta akan mempertebal jati diri kita terhadap bangsa. Serta kita juga dapat bertukar ilmu pengetahuan tentang budaya suatu bangsa.
Pengaruh negatif globalisasi terhadap masyarakat Indonesia. 1.
Aspek politik, Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya jati diri bangsa akan luntur dan tidak mungkin lagi bangsa kita akan terpecah belah.
1.
Aspek Globalisasi ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (mainan, minuman, makanan, pakaian, dll) membanjiri Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya jati diri bangsa kita. Maka hal ini akan menghilangkan beberapa perusahaan kecil yang memang khusus memproduksi produk dalam negeri.
1.
Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia dimana dilihat dari sopan santun mereka yang mulai berani kepada orang tua, hidup metal, hidup bebas, dll. Justru anak muda sekarang sangat mengagungkan gaya barat yang sudah masuk ke bangsa kita dan semakin banyak yang cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
1.
Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. Serta menambah angka pengangguran dan tingkat kemiskinan suatu bangsa.
1.
Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan
peduli dengan kehidupan bangsa. Padahal jati diri bangsa kita dahulu mengutamakan Gotong Royong, tapi kita sering lihat sekarang contohnya saja di perumahan / komplek elit, mereka belum tentu mengenal sesamanya. Dari hal tersebut saja sudah tercermin tidak adanya kepedulian, karena jika tidak kenal maka tidak sayang. Dampak di atas akan perlahan-lahan mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia, Akan tetapi secara keseluruhan aspek dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau luntur. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat Indonesia secara global. Apa yang ada di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Bila dilaksanakan belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dilaksanakan akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Pengaruh Globalisasi Terhadap jati diri di Kalangan Generasi Muda. Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang. Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Padahal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa. Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda, internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu akan memperoleh manfaat yang berguna. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno, bahkan sampai terkena penipuan. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu hand phone, apalagi sekarang ini mulai muncul hand phone yang berteknologi tinggi. Mereka justru
berlomba-lomba untuk memilikinya, tapi kita lihat alat musik kebudayaan kita belum tentu mereka mengetahuinya. Hal ini jika kita lihat dari segi sosial, maka kepedulian terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih kesibukan dengan menggunakan handphone tersebut. Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak tahu sopan santun dan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya generasi muda bangsa? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkhis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai jati diri akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki jati diri? Marilah kita Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia, terima globalisasi dengan rasa kritis dan banyak melakukan hal positif dalam menggunakan globalisasi yang ada sekarang ini. Sebagai masyarakat Indonesia mulai dari sekarang kita utamakan produk dalam negeri dan kenali kebudayaan kita. (Dikutip dari https://agungaw.wordpress.com/2010/03/01/pkn-minggu3/)