BJT Tugas2 Isip4216 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama Mahasiswa



: SAFII



Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041112295



Kode/Nama Mata Kuliah



: ISIP4216 / METODE PENELITIAN SOSIAL



Kode/Nama UPBJJ



: 18 / PALEMBANG



Masa Ujian



: 2021.1



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TERBUKA



1



Contoh Variabel Penelitian Contoh variabel penelitian adalah: Jika kita membicarakan mengenai mahasiswa, hal itu belum dapat dikatakan variabel. Sebab mahasiswa saja hanya merupakan sebuah konsep. Tetapi jika kita sudah membicarakan mengenai Mahasiswa Fakultas Teknik, Mahasiswa Fakultas Ekonomi, itu artinya kita sudah bisa dikatakan membicarakan variabel, karena Mahasiswa Fakultas Teknik, Mahasiswa Fakultas Ekonomi itu termasuk kategori. Contoh lain dari variabel penelitian yaitu: Pekerja merupakan objek, mempunyai beberapa variabel berikut: 1. Usia : variabel yg memiliki nilai numerik. 2. Tingkat pendidikan : variabel numerik / kategori. 3. Bidang Pekerjaan : variabel kategori. Jenis jenis Variabel Penelitian Jenis-jenis variabel dikelompokan menjadi 5 diantaranya yaitu jenis variabel berdasarkan hubungan antar variabel, sifat variabel, urgensi faktual, tipe skala pengukuran, dan penampilan waktu pengukuran. Berikut ini adalah penjelasan tentang jenis jenis variabel penelitian dan contohnya. 1. Jenis jenis Hubungan Antar Variabel Macam macam hubungan antar variabel adalah sebagai berikut: a. Variabel Bebas (independent variable) Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempunyai pengaruh atau menjadi penyeab terjadinya suatu perubahan pada variabel lain. Sehingga dapat dikatakan kalau perubahan yang terjadi pada variabel ini diasumsikan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pada variabel lain. Contoh variabel bebas (independen) yaitu apabila dalam sebuah penelitian dinyatakan akan berusaha mengungkap “pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi mahasiswa”. Maka yang menjadi variabel bebas adalah “motivasi belajar” karena variabel ini tidak bergantung pada variabel lain. Sedangkan variabel “prestasi mahasiswa” itu bergantung pada variabel “motivasi belajar”. b. Variabel Terikat atau Dependen Variable Variabel dependen atau variabel terikat adalah suatu variabel yang keberadaannya menjadi sebuah akibat dikarenakan adanya variabel bebas. Disebut sebagai variabel terikat karena kondisi atau variasinya dipengaruhi atau terikat oleh variasi variabel yang lain. Contoh variabel terikat adalah jika seorang peneliti akan mengungkap “pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa” maka variabel terikatnya yaitu “prestasi belajar mahasiswa”. Variabel tersebut disebut variabel terikat karena baik dan tidaknya prestasi mahasiswa itu bergantung pada variabel motivasi belajarnya.



c. Variabel Kontrol/ Control Variable Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibatasi pengaruhnya sehingga tidak berpengaruh terhadap gejala yang diteliti. Atau bisa juga dikatakan bahwa dampak dari variabel bebas terhadap variabel terkait tidak dipengaruhi oleh adanya faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol biasanya digunakan peneliti apabila hendak melakukan sebuah penelitian yang sifatnya membandingkan, selain itu digunakan untuk mengurangi kompleksitas permasalahan yang sedang diteliti. Contoh variabel kontrol adalah pengaruh metode belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa. Yang menjadi variabel bebas adalah metode belajar, sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah prestasi belajar siswa. Variabel yang ditentukan sama yaitu mata pelajaran misalnya pelajaran matamatika. Dengan adanya penentuuan variabel kontrol, maka dampak besarnya pengaruh mengajar terhadap prestasi belajar mahasiswa dapat diketahui dengan pasti. 2. Jenis Variabel Berdasarkan Sifatnya Berdasarkan sifatnya, variabel dibagi menjadi 2 macam yaitu: a. Variabel Dinamis Variabel dinamis adalah variabel yang dapat diubah naik keadaan ataupun karakteristiknya. Variabel dinamis memungkinkan dilakukan perubahan atau manipulasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh penelitinya. Perubahan tersebut bisa berupa penurunan atau peningkatan. Contoh variabel dinamis yaitu motivasi belajar, prestasi belajar, kinerja pegawai dan sebagainya. b. Variabel Statis Variabel statis adalah suatu variabel yang memiliki sifat yang tetap dan tidak bisa dirubah, baik itu keberadaannya maupun karakteristiknya. Sifat-sifat tersebut dalam kondisi yang normal akan sulit untuk dirubah. Contoh variabel statis yaitu jenis kelamin, tempat tinggal, status sosial ekonomi dan sebagainya. 3. Jenis Variabel Berdasarkan Urgensi Faktual Berdasarkan dari penting atau tidaknya suatu instrumen dalam pengumpulan data, maka bisa dibedakan menjadi 2 macam yaitu variabel konseptual dan faktual, penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Variabel Konseptual Variabel konseptual adalah variabel yang secara fakta tidak terlihat dan tersembunyi di dalam sebuah konsep. Variabel konsep hanya dapat diketahui berdasarkan dari indikator yang terlihat. Contoh variabel konseptual yaitu motivasi belajar, konsep diri, minat, bakat, kinerja dan yang lainnya. Dikarenakan tersembunyi dalam konsep, maka tingkat keakuratan data yang ada pada variabel konsep itu bergantung pada keakuratan indikator dari beberapa konsep yang telah dikembangkan peneliti.



b. Variabel Faktual Variabel faktual yaitu variabel yang ada di dalam faktanya. Contoh variabel faktual adalah gen, usia, pendidikan, asal daerah, asal sekolah, agama dan lain sebagainya. Dikarenakan sifatnya yang faktual, maka jika terjadi kesalahan dalam pengumpulan data itu bukanlah kesalahan dari instrumen, namun respondennnya, misalnya responden tidak jujur (ada sifatsifat buruk pada responden).



4. Jenis Variabel Berdasarkan Skala Pengukuran Variabel berdasarkan skala pengukuran itu ada 4 tingkatan yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio, penjelasannya sebagai berikut: a. Variabel Nominal Variabel nominal adalah suatu variabel yang hanya dapat dikelompokkan terpisah secara kategori dan diskrit. Karena itulah variabel nominal disebut sebagai variabel diskrit. Jika di lihat dari namanya, nominal atau nomi berarti namma, maka hal itu menunjukkan kalau label atau tanda hanya dipakai untuk membedakan antar variabel. Variabel nominal merupakan variabel yang mempunyai variasi paling sedikit. Contoh variabel nominal adalah gender, wilayah, agama dan lain-lain. b. Variabel Ordinal Variabel ordinal adalah variabel yang mempunyai variasi perbedaan, urutan, tingkatan, tetapi tidak mempunyai kesamaan jarak perbedaan dan tidak dapat dibandingkan. Dalam urutan ini menggambarkan adanya sebuah tingkatan atau gradasi, tetapi itu semua tidak dapat diketahui dengan pasti. Contoh variabel ordinal adalah peringkat dalam kejuaraan, di mana selisih yang menggambarkan jarak pencapaian skor atau prestasi juara satu,dua, tiga, dan seterusnya tidak dipermasalahkan. c. Variabel Interval Variabel interval adalah variabel yang skala variabelnya dapat dibedakan, bertingkat dan mempunyai jarak yang sama dari satuan hasil pengukuran, tetapi kesamaan tersebut sifatnya tidak dapat dibandingkan dan tidak mutlak. Contoh variabel interval yaitu penerimaan raport dari hasil belajar diberikan angka 5, 6, 7, 8, 9, 10 dan seterusnya. Skala penilaian dari angka 1 sampai 10 mempunyai satuan 1 per unit. Jarak antara angka 5 ke angka 6 sama saja dengan jarak angka 6 ke angka 7 dan seterusnya. Tetapi angkat tersebut tidak mempunyai arti perbandingan, yang artinya bahwa angka 5 yang diperoleh seorang siswa itu tidak berarti kalau kepintaran siswa setengah lebih baik dari siswa yang memperoleh angka 10. d. Variabel Rasio Variabel rasio adalah variabel yang mempunyai skor dan dapat dibedakan, diurutkan, terdapat persamaan jarak perbedaan dan bisa dibandingkan. Contoh variabel rasio yaitu tinggi badan, seseorang yang mempunyai tinggi badan 60 cm adalah setengah dari orang yang mempunyai tinggi badan 120 cm.



5. Jenis Variabel Berdasarkan Penampilan Waktu Pengukuran Variabel dalam waktu penguuran dibagi menjadi 2 yaitu variabel maksimalis dan tipikalis, penjelasannya sebagai berikut: a. Variabel Maksimalis Variabel maksimalis yaitu variabel yang pada saat proses pengumpulan data, ada dorongan terhadap responden supaya menunjukkan penampilan yang maksimal. Contoh variabel maksimalis yaitu bakat, kreativitas dan prestasi. b. Variabel Tipikalis Variabel tipikalis yaitu variabel yang pada saat proses pengumpulan data tidak adanya dorongan terhadap responden dalam hal menunjukkan penampilan yang secara maksimal, tetapi lebih pada kejujuran diri terhadap variabel yang diukur. Contoh variabel tipikalis adalah kepribadian, minat, sikap terhadap pelajaran tertentu dan lain-lain.



Variabel Nominal atas Mayoritas Agama Islam tidak Makan Babi dan Minum Khamar dikarenakan dilarang dalam agama Islam 2



Ada beberapa tipe desain penelitian yang umum dilakukan dalam penelitian. Berikut penjelasan singkat saja tipe-tipe desain penelitian tersebut: 1. Desain Penelitian Tindakan (Action Research Design) Esensi desain penelitian ini adalah tindakan mengikuti siklus sehingga titik fokus adalah tindakan intervensi yang dilakukan selama waktu dalam berbagai bentuk. Strategi intervensi baru dilakukan dan proses siklus berulang sampai masalah terpecahkan. Protokol ini berulang-ulang atau siklus di alam untuk mendorong pemahaman yang lebih dalam situasi tertentu dimulai dengan konseptualisasi dan partikularisasi masalah dan bergerak melalui beberapa intervensi dan evaluasi. 2. Desain Studi Kasus (Case Study Design) Studi kasus merupakan penelitian mendalam tentang masalah penelitian tertentu, bukan survei statistik atau pertanyaan komparatif. Tujuan desain ini untuk mempersempit bidang yang sangat luas ke dalam satu atau beberapa hal yang spesifik. 3. Desain Kausal (Causal Design) Studi kausalitas dianggap sebagai pemahaman fenomena bersyarat dalam bentuk, "Jika X, maka Y". Tujuan penelitian ini untuk mengukur dampak perubahan tertentu terhadap norma-norma dan asumsi yang ada. 4. Desain Cohort (Cohort Design) Sering digunakan dalam ilmu medis, tetapi juga ditemukan dalam ilmu sosial terapan. Studi kohort mengacu pada penelitian yang dilakukan selama periode waktu yang melibatkan anggota populasi atau sampel yang dipersatukan oleh beberapa kesamaan atau kemiripan.



5. Desain Cross-Sectional (Cross-Sectional Design) Desain cross-sectional memiliki tiga ciri khas yaitu ada dimensi waktu, ada perbedaan, dan kelompok dipilih berdasarkan perbedaan. Desain cross-sectional hanya mengukur perbedaan di antara berbagai orang, subyek atau fenomena, bukan proses perubahan.



6. Desain Deskriptif (Descriptive Design) Desain deskriptif menjawab atas pertanyaan-pertanyaan tentang siapa, apa, kapan, di mana dan bagaimana keterkaitan dengan penelitian tertentu. Penelitian deskriptif digunakan untuk memperoleh informasi mengenai status fenomena variabel atau kondisi situasi. 7. Desain Eksperimental (Experimental Design) Sebuah blue-print prosedur yang memungkinkan peneliti untuk mempertahankan kontrol atas semua faktor. Dalam melakukan hal ini peneliti menentukan atau memprediksi apa yang mungkin terjadi. Penelitian eksperimental sering menggunakan prioritas waktu untuk konsistensi kausal dan besaran korelasi. Desain eksperimen klasik menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 8. Desain Eksplorasi (Exploratory Design) Desain eksplorasi dilakukan ketika tidak ada atau sedikit kajian penelitian atas suatu masalah. Fokusnya adalah mendapatkan wawasan lebih ketika masalah penelitian berada dalam tahap awal penyelidikan. Desain eksplorasi sering digunakan untuk membangun pemahaman tentang cara terbaik untuk mempelajari masalah atau metodologi yang paling cocok untuk mengumpulkan informasi tentang masalah ini. 9. Desain Sejarah (Historical Design) Tujuan desain ini adalah mengumpulkan, memverifikasi dan mensintesis bukti dari masa lalu untuk membangun fakta sehingga menerima atau menolak sebuah hipotesis. Sumbersumber sekunder dan berbagai bukti dokumenter primer yang otentik seperti buku harian, catatan resmi, laporan, arsip dan informasi non-tekstual informasi (peta, gambar, audio dan rekaman visual). 10. Desain Longitudinal (Longitudinal Design) Studi longitudinal mengikuti sampel yang sama dari waktu ke waktu dalam jangka panjang dan membuat pengamatan berulang. Pengukuran diambil berkali-kali pada setiap variabel dalam periode waktu yang berbeda. 11. Desain Meta-Analisis (Meta-Analysis Design) Meta-analisis adalah metodologi analisis yang dirancang secara sistematis untuk mengevaluasi dan merangkum hasil-hasil penelitian oleh para peneliti lain sehingga meningkatkan ukuran sampel secara keseluruhan. 12. Desain Observasional (Observational Design) Menarik kesimpulan dengan membandingkan subyek terhadap kelompok kontrol dimana peneliti tidak memiliki kontrol atas percobaan. Ada dua jenis umum desain ini yaitu pengamatan langsung dan pengamatan tersembunyi. Keuntungan studi observasional memungkinkan wawasan yang berguna dalam memahami fenomena dan menghindari kendala etis dan praktis dalam sebuah proyek penelitian besar dan rumit.



13. Desain Filosofis (Philosophical Design) Dipahami sebagai pendekatan luas untuk memeriksa masalah penelitian dari desain metodologi, analisis filosofis dan argumentasi keras terhadap asumsi yang mendasari. Pendekatan ini menggunakan alat-alat argumentasi yang berasal dari tradisi filsafat, konsep, model dan teori kritis, misalnya, relevansi logika dan bukti dalam perdebatan akademis untuk menganalisis argumen tentang isu-isu fundamental. 14. Desain Sequential (Sequential Design) Penelitian sequential dilakukan dengan sengaja pendekatan serial di mana satu tahap akan selesai diikuti oleh tahap lainnya dan sebagainya. Setiap tahap dibangun dari tahap sebelumnya sampai data cukup selama selang waktu untuk menguji hipotesis. Dengan menggunakan Desain Studi Kasus (Case Study Design) atas variable penelitian nominal dimana masih ada agama islam yang masih makan babi serta minum khamar dikarenakan rendahnya pemahaman mereka tentang larangan haramnya memakan babi dan minuman khamar. Banyak factor yang menyebabkan ini terjadi salah satunya adanya adat dan tradisi yang memperbolehkan makan babi dan minum khamr, kurangnya pegetahuan agama dikarenakan sedikitnya ustadz/ustadzah di daderah tersebut, daerah yang terpencil menyebabkan tidak adanya edukasi dan media ke daerah tersebut 3



Populasi adalah keseluruhan, totalitas atau generalisasi dari satuan, individu, objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang akan diteliti, yang dapat berupa orang, benda, institusi, peristiwa, dan lain-lain yang di dalamnya dapat diperoleh atau dapat memberikan informasi (data) penelitian yang kemudian dapat ditarik kesimpulan. Populasi bukan hanya orang atau makhluk hidup, akan tetapi juga benda-benda alam yang lainnya. Populasi juga bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, akan tetapi meliputi semua karakteristik, sifat-sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek tersebut. Bahkan satu orang pun bisa digunakan sebagai populasi, karena satu orang tersebut memiliki berbagai karakteristik, misalnya seperti gaya bicara, disiplin, pribadi, hobi, dan lain sebagainya. Dalam sebuah penelitian populasi harus didefinisikan dengan jelas; apa atau siapa, dimana atau kapan. Apa atau siapa lebih kepada isi dari penelitian, sedangkan dimana diartikan sebagai luasan penelitian, dan kapan dimaksudkan sebagai waktu. Sampel adalah wakil atau sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama bersifat representatif dan menggambarkan populasi sehingga dianggap dapat mewakili semua populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel berguna untuk membantu para peneliti dalam melakukan generalisasi terhadap populasi yang diwakili. Sampel merupakan sebagai bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu yang dapat mewakili populasinya. Sampel digunakan jika populasi yang di teliti besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh populasi. Kendala tersebut dapat terjadi karena adanya keterbatasan biaya, tenaga dan waktu yang di miliki peneliti. Sampel yang akan digunakan dari populasi haruslah benar-benar dapat mewakili populasi yang diteliti.



Alasan Pengambilan Sampel Sampling adalah kegiatan menentukan sampel. Sebuah penelitian tidak perlu melibatkan semua populasi. Dengan pertimbangan akademik dan non-akademik, populasi dapat diwakili oleh sebagian anggotanya yang disebut sampel. Meskipun demikian hasil penelitian tidak akan berkurang bobot dan akurasinya karena sampel memiliki karakter yang sama dengan populasi sehingga informasi yang digali dari sampel sama dengan karakter yang berlaku pada populasi. Sampling tidak mengurangi bobot hasil penelitian. Bobot hasil penelitian akan tetap terjamin asalkan sampling dilakukan dengan benar, sebagaimana diuraikan pada bagian lain bab ini. Hal itu sejalan dengan pengertian bahwa sampel merupakan nilai-nilai yang menggambarkan karakteristik sampel sebagai nilai statistik sampel itu. Hal itu berarti bahwa hasil yang disimpulkan berdasarkan data yang diperoleh dari sampel akan mewakili populasinya. Dengan kata lain, inferensi statistik akan menjamin bobot hasil penelitian. Menurut Winarno (2013), beberapa alasan pertimbangan penggunaan dan pengambilan sampel penelitian adalah sebagai berikut: a. Penghematan Biaya Besaran jumlah anggota sampel dalam penelitian berimplikasi pada biaya. Pelibatan jumlah anggota populasi yang besar memerlukan biaya yang lebih besar dari pada pelibatan jumlah anggota populasi yang kecil. Dengan mengambil sebagian anggota populasi, penghematan biaya dapat dilakukan. Makin sedikit jumlah anggota yang diambil sebagai sampel, makin banyak penghematan yang dapat dilakukan. b. Penghematan Waktu Dengan sampling, waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian dapat dihemat. Waktu yang digunakan dalam penelitian yang menggunakan sampel lebih sedikit daripada waktu penelitian yang tidak menggunakan sampel. Hal itu juga berarti bahwa makin sedikit sampel yang dilibatkan, makin banyak waktu yang dapat dihemat. c. Penghematan Tenaga Dengan menggunakan sampling, maka tenaga yang dibutuhkan untuk penelitian dengan sampling lebih sedikit dibandingkan dengan yang tanpa sampling. Makin sedikit sampel yang dilibatkan, maka tenaga yang dibutuhkan juga makin sedikit. d. Jaminan Ketelitian dan Bobot Hasil Dalam kaitan dengan jaminan ketelitian, sampling memungkinkan hasil kerja penelitian lebih intens dan lebih teliti dibandingkan dengan tanpa sampling. Kegiatan penelitian dengan menjangkau subjek yang sedikit memungkinkan diperolehnya banyak informasi yang relatif mendalam dibandingkan dengan subjek penelitian yang besar. Proses Pengambilan Sampel Proses pengambilan sampel berguna untuk membantu para peneliti dalam melakukan generalisasi terhadap populasi yang diwakili sehingga sampel didefinisikan sebagai bagian dari populasi dari mana data diambil secara langsung. Generalisasi ialah penarikan kesimpulan dari suatu hal yang jumlah elemennya lebih sedikit sampel, ke suatu hal yang jumlah elemennya lebih banyak atau lebih luas populasi.



Teknik Pengambilan Sampel Menurut Handayani (2020) teknik pengambilan sampel atau biasa disebut dengan sampling adalah proses menyeleksi sejumlah elemen dari populasi yang diteliti untuk dijadikan sampel, dan memahami berbagai sifat atau karakter dari subjek yang dijadikan sampel, yang nantikan dapat dilakukan generalisasi dari elemen populasi. Teknik sampling ada dua bagian, yaitu probability sampling dan non probability sampling. Adapun penjelasan dan jenis-jenis teknik pengambilan sampel atau sampling adalah sebagai berikut: a. Teknik sampling secara probabilitas (Probability Sampling) Menurut Kuntjojo (2009), teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representatif. Teknik sampling ini lebih mampu untuk dilakukan generalisasi pada hasil penelitian. Namun biasanya dilakukan untuk populasi yang anggotanya bisa dihitung. Adapun jenis-jenis teknik sampling secara probabilitas adalah sebagai berikut: Sampling random sederhana (Simple random sampling). Dikatakan simple atau sederhana sebab pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak, tanpa memperhatikan strata yang terdapat dalam populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel jenis ini dilakukan jika anggota populasi yang kecil dan dianggap homogen. Cara paling populer yang dipakai dalam proses penarikan sampel random sederhana adalah dengan melalui undian. Hasil penelitian memiliki tingkat generalisasi yang tinggi namun tidak seefisien stratified sampling. Sampling sistematic (Sistematic sampling). Hampir sama dengan random sampling, hanya saja sistematis memilih angka random dari tabel. Prosedur ini berupa penarikan sampel dengan cara mengambil setiap kasus (nomor urut) yang ke sekian dari daftar populasi. Sampling jenis ini mudah untuk digunakan bila sampel frame populasinya baik. Kelemahannya terjadi bias cukup tinggi. Sampling secara rambang proporsional (Proportionate stratified random sampling). Salah satu teknik yang digunakan jika populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen serta berstrata secara proporsional. Adapun cara pengambilannya dapat dilakukan secara undian maupun sistematis. Populasi harus diartikan sesuai segmennya: Proporsional diambil dari anggota populasi yang sebenarnya Populasi diambil dari anggota populasi lainnya. Sampling secara kluster (Cluster sampling). Ada kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi yang ingin dijadikan subjek penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu peneliti hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok klaster yang ditentukan secara bertahap. Teknik pengambilan sampel semacam ini disebut cluster sampling atau multi-stage sampling. Teknik sampling ini dipakai untuk menentukan sampel jika objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, seperti misalnya penduduk dari suatu negara, provinsi atau dari suatu kabupaten. b. Teknik sampling secara non-probabilitas (Non Probability Sampling) Menurut Kuntjojo (2009), teknik sampling non-probabilitas adalah teknik pengambilan sampel yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar. Sampling ini adalah teknik yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Adapun jenis-jenis teknik sampling secara non-probabilitas adalah sebagai berikut: Sampling Sistematis. Suatu teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.



Sampling Kuota. Teknik untuk menentukan sampel yang berasal dari populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan. Seperti misalnya, jumlah sampel laki-laki sebanyak 70 orang maka sampel perempuan juga sebanyak 70 orang. Sampling aksidental. Suatu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dipakai sebagai sampel, jika dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok untuk dijadikan sebagai sumber data. Purposive Sampling. Suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau seleksi khusus. Seperti misalnya misalnya, kamu meneliti kriminalitas di Kota atau daerah tertentu, maka kamu mengambil informan yaitu Kapolresta kota atau daerah tersebut, seorang pelaku kriminal dan seorang korban kriminal yang ada di kota tersebut. Sampling Jenuh. Suatu teknik penentuan sampel jika semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering sekali dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil atau sedikit, yaitu kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang relatif kecil. Sampling Snowball. Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil atau sedikit, lalu kemudian membesar. Atau sampel berdasarkan penelusuran dari sampel yang sebelumnya. Seperti misalnya, penelitian mengenai kasus korupsi bahwa sumber informan pertama mengarah kepada informan kedua lalu informan seterusnya. Rumus dan Jumlah Pengambilan Sampel Menurut Priyono (2016), terdapat beberapa hal yang memengaruhi berapa besar sampel harus diambil, yaitu sebagai berikut: Heterogenitas dari populasi. Semakin heterogen sebuah populasi, jumlah sampel yang diambil pun harus semakin besar sehingga seluruh karakteristik populasi dapat terwakili. Jumlah variabel yang digunakan. Semakin banyak jumlah variabel yang ada, jumlah sampel yang diambil pun harus semakin besar. Hal ini mengingat adanya persyaratan pengujian hubungan (misalnya dengan chi_square test of independent yang tidak memungkinkan adanya sel dengan nilai yang diharapkan kurang dari 1 yang dalam perhitungannya dipengaruhi oleh besaran sampel). Teknik penarikan sampel yang digunakan. Jika kita menggunakan teknik penarikan sampel acak sederhana, otomatis jumlah sampel tidak terlalu berpengaruh dibandingkan dengan penggunaan teknik penarikan sampel acak terlapis. Semakin banyak lapisan membutuhkan sampel yang lebih besar pula. Rumus pengambilan sampel untuk populasi yang sudah diketahui jumlahnya dapat menggunakan rumus Slovin (Priyono, 2016), yaitu:



Keterangan: n : Jumlah sampel. N : Jumlah populasi. E : Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel).



Contoh: Populasi dalam suatu penelitian adalah keluarga yang yang beragama Islam yang berjumlah 1.087 keluarga. Dengan menggunakan rumus Slovin dengan nilai kritis sebesar l0%, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 91,57. Karena jumlah keluarga merupakan variabel diskret, maka 91,57 dibulatkan menjadi 92 keluarga. Rumus di atas digunakan jika jumlah populasi sudah diketahui. Apabila jumlah populasi tidak diketahui maka dapat digunakan rumus di bawah ini (Handayani, 2020):



Keterangan: Z : Z tabel dengan tingkat signifikansi tertentu. P : Proporsi populasi yang diharapkan memiliki karakteristik tertentu. Q : Proporsi populasi yang diharapkan tidak memiliki karakteristik tertentu. d : Tingkat kesalahan yang dapat ditolerir. Contoh: Dari studi penjajagan terhadap 100 keluarga diketahui bahwa 50% berkeinginan membeli Alquran, perusahaan ingin meneliti dengan jumlah yang lebih besar untuk memprediksi potensi konsumen. Jika menggunakan tingkat signifikansi 5% dan tingkat kesalahan 5% maka ukuran sampel yang dibutuhkan adalah: n = (2,58)² {(50x50) / 5² n = 1.849,15 = 1.850 4.



Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif dapat dilihat dari beberapa segi. Perlu kamu ketahui bahwa kedua metode atau pendekatan penelitian tersebut tidak selamanya saling bertentangan satu sama lain. Ada juga beberapa hal juga memiliki kesamaan atau kemiripan. 1. Desain Penelitian • Kualitatif bersifat umum, fleksibel, dan dinamis. Penelitian kualitatif sendiri dapat berkembang selama proses penelitian berlangsung. • Kuantitatif memiliki sifat yang khusus, terperinci, dan statis. Alur dari penelitian kuantatif sendiri sudah direncanakan sejak awal dan tidak dapat diubah lagi. 2. Analisis Data • Kualitatif dapat dianalisis selama proses penelitian berlangsung. • Kuantitatif dapat dianalisis pada tahap akhir sebelum laporan. 3. Istilah Subjek Penelitian • Kualitatif memiliki subjek penelitian yang biasa disebut dengan narasumber. • Kuantitatif memiliki subjek penelitian yang biasa disebut dengan responden.



4. Cara Memandang Fakta • Kualitatif: Penelitian kualitatif memandang "Fakta/Kebenaran" tergantung pada cara peneliti menginterpretasikan data. Hal ini dikarenakan ada hal-hal kompleks yang tidak bisa sekedar dijelaskan oleh angka, seperti perasaan manusia. Penelitian kuantitatif berangkat dari data yang kemudian dijelaskan oleh teori-teori yang dianggap relevan, untuk menghasilkan suatu teori yang menguatkan teori yang sudah ada. • Kuantitatif: Penelitian kuantitatif memandang "Fakta/Kebenaran" berada pada objek penelitian di luar sana. Peneliti harus netral dan tidak memihak. Apapun yang ditemukan di lapangan, itulah fakta. Penelitian kuantitatif berangkat dari teori menuju data. 5. Pengumpulan Data • Kualitatif: Penelitian kualitatif lebih berfokus pada sesuatu yang tidak bisa diukur oleh hitam putih kebenaran, sehingga pada penelitian kualitatif peneliti mengorek data sedalamdalamnya atas hal-hal tertentu. Sehingga, kualitas penelitian kualitatif tidak terlalu ditentukan oleh banyaknya narasumber yang terlibat, tetapi seberapa dalam peneliti menggali informasi spesifik dari narasumber yang dipilih. • Kuantitatif: Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan serangkaian instrumen penelitian berupa tes/kuesioner. Data yang terkumpul kemudian dikonversikan menggunakan kategori/kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kualitas penelitian kuantitatif ditentukan oleh banyaknya responden penelitian yang terlibat. Langkah-Langkah tekhnik pengumpulan data secara Kualitatif maupun Kuantitatif yakni : A. PENELITIAN KUALITATIF Ada beberapa pendapat dalam memperinci tahapan kegiatan kualitatif, seperti yang dikemukakan oleh John W. Creswell dalam bukunya Research Design Qualitative, Quantitative, And Mixed Methods Approaches second edition (2003), menyebutkan bahwa tahapan atau prosedur dalam pendekatan kualitatif meliputi langkah-langkah sebagai berikut; 1. The Assumptions Of Qualitative Designs 2. The Type of Design 3. The Researcher’s Role 4. The Data Collection Procedures 5. Data Recording Procedures 6. Data Analysis Procedures 7. Verification Steps 8. The Qualitative Narrative Pendapat lain dari Dr. Endang S Sedyaningsih Mahamit (2006) dalam Asep Suryana (2007:5) tahapan penelitian kualitatif meliputi: 1. Menentukan permasalahan 2. Melakukan studi literatur 3. Penatapan lokasi 4. Studi pendahuluan 5. Penetapan metode pengumpulan data; observasi, wawancara, dokumen, diskusi terarah 6. Analisa data selama penelitian 7. Analisa data setelah; validasi dan reliabilitas 8. Hasil; cerita, personal, deskrifsi tebal, naratif, dapat dibantu table frekuensi.



Dari pendapat para ahli diatas kami mencoba menjabarkan secara garis besar langkah-langkah penelitian kualitatif dalam tiga tahap yakni: A. PERSIAPAN 1) Menyusun rancangan penelitian Penelitian yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan dalam lingkup peristiwa yang sedang terus berlangsung dan bisa diamati serta diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian. Peristiwa-peristiwa yang diamati dalam konteks kegiatan orang-orang/organisasi. 2) Memilih lokasi Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, maka dipilih lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber data. 3) Mengurus perizinan Mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk kelancaran kegiatan penelitian. 4) Menjajagi dan melihat keadaan proses penjajagan lapangan dan sosialisasi diri dengan keadaan, karena kitalah yang menjadi alat utamanya maka kitalah yang akan menetukan apakah lapangan merasa terganggu atau tidak. 5) Memilih dan memanfaatkan informan Ketika kita menjajagi dan mensosialisasikan diri di lapangan, ada hal penting lainnya yang perlu kita lakukan yaitu menentukan narasumber. 6) Menyiapkan instrumen penelitian Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah ujung tombak sebagai pengumpul data (instrumen). Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan. Dalam rangka kepentingan pengumpulan data, teknik yang digunakan dapat berupa kegiatan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. B) LAPANGAN 1) Memahami dan memasuki lapangan Memahami latar penelitian; latar terbuka; dimana secara terbuka orang berinteraksi sehingga peneliti hanya mengamati, latar tertutup dimana peneliti berinteraksi secara langsung dengan orang. Penampilan, Menyesuaikan penampilan dengan kebiasaan, adat, tata cara, dan budaya latar penelitian. Pengenalan hubungan peneliti di lapangan, berindak netral dengan peran serta dalam kegiatan dan hubungan akrab dengan subjek.



Jumlah waktu studi, pembatasan waktu melalui keterpenuhan informasi yang dibutuhkan. 2) Aktif dalam kegiatan (pengumpulan data) Peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data, jadi peneliti harus berperanaktif dalam pengumpulan sumber C) PENGOLAHAN DATA 1. Analisis Data Melakukan analisis terhadap data yang telah didapatkan, peneliti dalam hal ini bisa melakukan interpretasi dari data yang didapatkan dilapangan. 2. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi Dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah menyimpulkan dan melakukan verifikasi atau kritik sumber apakah data tersebut valid atau tidak. 3. Narasi Hasil Analisis Langkah terakhir adalah pelaporan hasil penelitian dalam bentuk tulisan dan biasanya pendekatan kualitatif lebih cenderung menggunakan metode deskriptif-analitis. B. PENELITIAN KUANTITATIF A. Identifikasi Masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, adanya kesenjangan informasi atau teori dan sebagainya. B. Pemilihan Masalah 1). Mempunyai nilai penelitian (asli penting dan dapat diuji) 2). Fisible (biaya, waktu dan kondisi) 3). Sesuai dengan kualifikasi peneliti 4). Menghubungkan dua variabel atau lebih C. Perumusan Masalah 1). Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya 2). Jelas dan padat 3). Dapat menjadi dasar dalam merumusan hipotesa dan judul penelitian D. Perumusan Tujuan dan Manfaat Penelitian 1) Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang apa yang akan kita cari/ capai dari masalah penelitian. Cara merumuskan yang paling mudah adalah dengan mengubah kalimat pertanyaan dalam rumusan masalah menjadi kalimat pernyataan.



2) Manfaat penelitian mencakup manfaat teoritis dan praktis (Arikunto:1992). E. Telaah Pustaka 1) Manfaat Telaah Pustaka 2) Untuk memperdalam pengetahuan tentang masalah yang diteliti 3) Menyusun kerangka teoritis yang menjadi landasan pemikiran 4) Untuk mempertajam konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan hipotesa 5) Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian. F. Pembentukan Kerangka Teori Teori yang dibahas atau teori yang dikupas harus mempunyai relevansi yang kuat dengan permasalahan penelitian. Sifatnya mengemukakan bagaimana seharusnya tentang masalah yang diteliti tersebut berdasar konsep atau teori-teori tertentu. Khusus untuk penelitian hubungan dua variabel atau lebih maka dalam landasan teori harus dapat digambarkan secara jelas bagaimana hubungan dua variabel tersebut. G. Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesa merupakan titik pangkal dari kesimpulan teoritik yang diperoleh dari telaah pustaka. Secara statistik hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. H. Definisi Operasional Variabel Penelitian Konsep merupakan definisi dari sekelompok fakta atau gejala (yang akan diteliti). Konsep ada yang sederhana dan dapat dilihat seperti konsep meja, kursi dan sebagainya dan ada konsep yang abstrak dan tak dapat dilihat seeprti konsep partisipasi, peranan dan sebagainya. Konsep yang tak dapat dilihat disebut construct. Karena construct bergerak di alam abstrak maka perlu diubah dalam bentuk yang dapat diukur secara empiris, atau dalam kata lain perlu ada definisi operasional. Definisi operasional adalah mengubah konsep dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji kebenarannya oleh orang lain. I. Validitas dan Reliabiltas Instrumen Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur variabel yang kita teliti sebelumnya harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Bila instrumen/alat ukur tersebut tidak valid maupun reliabel, maka tidak akan diperoleh hasil penelitian yang baik. Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur betul-betul mengukur apa yang akan diukur. Ada beberapa jenis validitas, namun yang paling banyak dibahas adalah validitas konstruk. Konstruk atau kerangka konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggabarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian penelitian. Konsep itu kemudian seringkali masih harus diubah menjadi definisi yang operasional, yang menggambarkan bagaimana mengukur suatu gejala.



J. Penetapan Metode Penelitian Penetapan metode penelitian mencakup : (i) penentuan subyek penelitian (populasi dan sampel), (ii) metode pengumpulan data(penyusunan angket) dan (iii) metode analisis data (pemilihan analisis statistik yang sesuai dengan jenis data). K. Pembuatan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah pedoman yang disusun secara sistematis dan logis tentang apa yang akan dilakukan dalam penelitian. Rancangan penelitian memuat: judul, latar belakang masalah, masalah, tujuan, kajian pustaka, hipotesis, definisi operasional, metode penelitian, jadwal pelaksanaan, organisasi/tenaga pelaksana dan rencana anggaran. L. Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data diperlukan kemampuan melacak peta wilayah, sumber informasi dan keterampilan menggali data. Untuk itu diperlukan pelatihan bagi para tenaga pengumpul data. M. Pengolahan, Analisis dan Interpretasi Hasil Penelitian Pengolahan data meliputi editing, coding, katagorisasi dan tabulasi data. Analisis data bertujuan menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan ditafsirkan. Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Interpretasi bertujuan menafsirkan hasil analisis secara lebih luas untuk menarik kesimpulan. N. Menyusun Laporan Penelitian Menyusun laporan penelitian berupa tulisan.



Tekhnik Pengumpulan data yang dilakukan atas Mayoritas Agama Islam tidak Makan Babi dan Minum Khamar dikarenakan dilarang dalam agama Islam yakni dengan melakukan Tekhnik Pengumpulan data secara Gabungan yakni Kuantitatif dan kualitatif atas sejumlah keluarga disuatu daerah yang beragama islam baik dengan melakukan Penghitungan jumlah keluarga yang beragama islam serta dengan melakukan survei dan kuisoner terhadap Perintah larangan Makan Babi dan Minum Khamar bagi umat islam.