Buku Khotbah PWGT 2023 (OK) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BUKU Khotbah PWGT Tahun 2023



Diterbitkan oleh:



PENGURUS PUSAT PWGT



Jln.Sam Ratulangi No.80 Rantepao Toraja Utara



DAFTAR ISI



Daftar isi.................................................................... Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 1



Kata Pengantar .............................................................



Khotbah………………………………….



KATA PENGANTAR Patutlah kita mempersembahkan pujian dan ucapan syukur kepada yang empunya pekerjaan dan persekutuan ini karena atas perkenan-Nya Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 2



sehinga kita telah menjalani tahun 2022. Tanpa terasa kini kita telah berada di tahun 2023, karena itu perkenankan kami mengucapkan selamat menjalani dan berkarya di tahun ini, tahun karunia Tuhan. Semoga damai sejahtera Allah senantiasa menyertai kita. Mengawali pelayanan kita di tahun 2023 ini, kami menyiapkan buku bahan khotbah PWGT edisi I, sesuai dengan penugasan persidangan XIV. Kiranya buku ini bermanfaat bagi kita. Dalam penggunaan buku ini kami tetap mengingatkan bahwa bahan khotbah ini belum merupakan bahan siap saji atau langsung dikhotbahkan, baru merupakan bahan penuntun dalam melaksanakan persiapan sesuai konteks jemaat masing-masing. Kami mengucapkan terima kasih kepada para penulis, kepada PT. Sulo dan kepada semua pihak yang telah berperan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penerbitan buku ini. Tuhan Yesus memberkati seluruh pelayanan kita. Selamat berkarya dan melayani,Tuhan dimuliakan.



Rantepao,



Januari 2023



Salam dan doa Pengurus Pusat PWGT



Bahan Khotbah PWGT: 1 – 4 Pebruari 2023



“ BETAPA BERHARGA AKU INI” (Kejadian 1 : 25 – 31) Tujuan : Agar PWGT menyadari potensi dirinya Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 3



“ Saya tidak mampu, saya tidak bisa, berikanlah kepada orang lain…” itulah jawaban yang paling cepat dan sering terdengar dari seorang ibu anggota PWGT ketika dimintai kesediaan untuk melayani atau menjadi salah seorang pengurus PWGT di setiap lingkup pelayanan. Ada juga ibu yang siap menerima pelayanan atau menjadi pengurus, sayangnya, menggunakan kepercayaan itu sebagai kesempatan untuk menjadi penguasa atau menjadi sombong ( Yami na pokada, yami ladadi. Yanna tae’ na dituru”i sengke ba’tu peccu’ = Apa yang dikatakan itulah yang harus diikuti, kalau tidak , maralah dia atau merajuk). Sikap ini, dengan jelas menunjukkan bahwa ibu tersebut sangat tidak menghargai potensi atau kemampuan yang Tuhan telah karuniakan dalam dirinya. Sikap yang tidak menghargai dirinya sebagai sosok ciptaan Tuhan yang berharga dan mulia atau dapat dikatakan sikap yang lupa diri. Ibu-Ibu yang kekasih dalam Tuhan, Dalam pembacaan Firman Tuhan ini, secara khusus ayat 26: “ Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi” Luar biasa, Allah menjadikan manusia menurut gambar dan rupa-Nya. Dialah Allah yang kekal, agung dan dahsyat. Pemilik dan penguasa seluruh alam semesta ini. Manusia yang dijadikan segambar dan serupa dengan-Nya, berarti Allah dan manusia memiliki hubungan yang penuh suasana syalom, penuh kedamaian dan kekal sifatnya. Juga kepada manusia diberikan kuasa atau kemampuan untuk berkarya mengelola dan memelihara alam semesta ini. Manusia bukanlah sekedar manusia tetapi manusia yang sungguh berharga dan mulia. Sayangnya, manusia yang pertama Adam dan Hawa telah memakai kebebasannya untuk memberontak kepada Allah sehingga manusia jatuh ke dalam dosa. Gambar Allah telah rusak karena dosa, namun oleh kasih dan anugrah Allah di dalam Yesus Kristus, manusia sebagai gambar Allah dipulihkan. Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 4



Kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan yang baik, karena kita ini berharga, maka Tuhan pasti memberi sesuatu kepada kita. Dalam perumpamaan yang disampaikan sendiri oleh Tuhan Yesus ( Matius 25 : 14 – 30 ) tentang tiga orang hamba yang masing-masing diberikan talenta (talenta : ukuran timbangan sebesar 3000 syikal = kurang lebih 34 kilogram). Dari ketiga orang hamba ini , apakah ada yang tidak mendapat talenta? Tidak ada. Semua dapat. Walaupun jumlah talenta yang diberikan berbeda-beda. Semua yang ada pada kita merupakan talenta atau kemampuan pemberian Tuhan. Menerimanya berarti memiliki tanggung jawab “mengelola” supaya membuahkan hasil bagi kemuliaan Tuhan. Talenta yang dipercayakan kepada kita supaya kita dapat berkarya. Jelas, kita harus mau berjerihlelah bagi Tuhan karena tanggung jawab untuk memaknai hidup yang dipercayakan kepada kita. Sikap menolak atau menunda atau tidak fokus mengelolah tugas dan tanggung jawab pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepada kita menunjukkan bahwa kita sosok yang meremehkan harga diri dan kemuliaan hidup yang ada pada kita. Dan sikap hidup yang demikian tidak layak bagi Kerajaan Allah. Ibu-Ibu, Hanya oleh kasih dan kuasa Tuhan yang agung dan dahsyat itu di dalam Tuhan Yesus Kristus, kita kembali memancarkan kemuliaan gambar Allah yang ada di dalam diri dan hidup kita. Begitu berharganya kita, Allah memberikan anak-Nya Yesus Kristus untuk menggantikan kita. Kita ditebus bukan dengan barang yang fana. Kita ditebus bukan dengan materi yang ada di dunia ini. Kita ditebus dengan darah Kristus yang sangat mahal.Bahkan tak ternilai harganya. Dia rela mati bagi kita. Oleh karena itu, mari terus membangun kesadaran diri sebagai sosok perempuan yang begitu berharga dan mampu memainkan peran sebagai anggota PWGT dengan potensi atau kemampuan yang dimiliki dan bekerja segiat-giatnya memberi pelayanan di tengah-tengah keluarga, gereja dan masyarakat melalui pancaran kecantikan batiniah ( inner Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 5



beauty) kita melalui tutur kata dan tindakan. Dan membawa sukacita dan damai sejahtera bagi banyak orang untuk hormat dan kemuliaan Tuhan. Kita diingatkan untuk terus memancarkan nilai jatidiri sebagai manusia ciptaan Tuhan yang mulia dan berharga melalui pola hidup, tutur kata dan sikap hidup dalam berelasi dengan diri sendiri dan dengan sesama berdasarkan relasi kasih di dalam Tuhan. Dalam mewujudnyatakan tugas dan tanggung jawab pelayanan ini, tentu kita tidak mampu bila mengandalkan kekuatan sendiri. Tuhan Yesus bersabda : Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu…., sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” ( Yohanes 15 : 4 – 5 ). Marilah terus mempertanggungjawabkan segala yang Tuhan percayakan kepada kita dengan tiada hentinya memohon hikmat dan kekuatan dariNya serta terus menjadi teladan dimanapun berada. Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin. Pdt. A.S.K



Bahan Khotbah PWGT : 5 – 11 Pebruari 2023



“Warisan yang Utama” (Ulangan 6 : 1 – 9) Tujuan:



Agar PWGT menyadari tanggungjawab penting dalam mewariskan nilai-nilai yang bermakna bagi generasi penerus.



Ibu-Ibu yang kekasih di dalam Tuhan, Warisan berarti harta pusaka yang berharga atau peninggalan yang memiliki nilai penting bagi generasi pelanjut. Pada umumnya orang tua menganggap bahwa, harta terbaik dan punya nilai penting yang dapat Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 6



diwariskan adalah harta, status sosial, nama baik dan lain-lain yang dianggap punya nilai penting yang dapat mempertahankan keberadaan masa depan anak-anaknya. Pemahaman dan tindakan ini tidak salah, tetapi dalam penghayatan kesaksian Iman Kristen ada warisan yang nilainya jauh lebih berharga dan amat penting serta sifatnya kekal untuk diwariskan kepada anak-anak dan cucu-cucu atau generasi pelanjut. Perikop Ulangan 6 : 1 – 9 dimulai dengan pernyataan tegas dari Musa tentang bagaimana seharusnya umat Tuhan hidup di tanah perjanjian. Umat Tuhan dibebaskan dari perbudakan di Mesir untuk suatu kehidupan yang berkenan kepada Tuhan, yakni kehidupan yang tetap berpegang pada ketetapan dan perintah Tuhan : “ Supaya seumur hidupmu, engkau dan anak-cucumu takut akan Tuhan Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya. Dia Allah yang setia dan tidak pernah berubah terhadap janji-Nya” ( ayat 1 – 5). Umat Tuhan di selamatkan dari perbudakan di Mesir untuk suatu kehidupan yang baru, yaitu hidup dalam iman. Hidup dalam iman berarti terhubung dengan Allah dalam sebuah relasi yang dilandasi oleh kasih. Umat Tuhan bukan hanya mengakui Tuhan, tetapi mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan. Sebelum umat Tuhan sampai di tanah perjanjian, Tuhan mengingatkan umatNya melalui Musa bahwa hal yang terutama dalam hidup mereka adalah memiliki kehidupan yang beriman. Iman kepada Allah yang menyelamatkan mereka menjadi bagian hidup yang terpenting dan paling berharga turun temurun. Itulah warisan yang terpenting umat Tuhan kepada anak-anaknya: Iman yang hidup. Jika orang tua memiliki iman yang hidup, dan dengan setia menanamkan nilai-nilai iman yang hidup itu kepada anak-anaknya maka iman yang hidup dalam diri dan hidup anak-anakpun akan terus bertumbuh, berakar dan berbuah. Ibu-Ibu, Nilai pendidikan dalam kesaksian Alkitab secara khusus dalam Ulangan 6 : 1 -9 ini, mewariskan nilai-nilai yang utuh dan amat dalam menekankan bahwa iman yang hidup kepada Allah memiliki kaitan yang erat dengan seluruh aspek kehidupan. Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 7



Demikian juga dalam Amsal 22: 6 : “ Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”. Bukan itu saja tetapi anak dengan perilaku terpuji dan membanggakan akan membuat nama orang tuanya menjadi harum. Sadar atau tidak, anak-anak bagaikan buku tulis kosong yang isinya akan tergantung dari apa yang dituliskan oleh ayah dan ibunya atau bahkan kakek dan neneknya di dalamnya. Meski anak-anak akan memiliki sifat tersendiri namun bagaimana orang tua mendidik anak akan sangat menentukan seperti apa mereka kelak pada saat menginjak dewasa. Begitupun dalam 2 Timotius 1 : 5 : “Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ihklas, yaitu iman yang pertama-tama hidup dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga dalam dirimu”. Ayat ini menegaskan bahwa ibu dan nenek Timotius ternyata mempunyai peran yang sangat penting dalam mendidik Timotius sehingga ia bisa tumbuh menjadi seorang anak yang cemerlang. Nenek dan Ibunya memberi teladan hidup yang baik yang kemudian membentuk karakternya bersinar sejak usia muda.Timotius lahir sama seperti bayi lainnya. Tapi yang membedakan adalah pengajaran dan keteladanan yang ia peroleh dari nenek dan ibunya sehingga ia bisa tumbuh lebih baik dari kebanyakan anak seusianya. Ibu-Ibu,



Melaksanakan peran sebagai seorang ibu di tengah-tengah menjalani realitas hidup setiap hari dengan berbagai tugas dan tanggung jawab yang tentu tidak ringan, jangan mengabaikan untuk terus menggunakan setiap kesempatan menanamkan nilai-nilai pendidikan rohani tentang iman yang hidup bagi anak-anak. Itulah hal yang terutama dan terpenting diwariskan kepada generasi penerus dalam keluarga dan dalam persekutuan yang lebih luas lagi. Bahkan ditegaskan untuk mengajarkan berulang-ulang di mana pun berada dan beraktivitas. "Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun."(ayat7).



Sesuatu yang diungkapkan secara berulang-ulang tidak selalu berarti mengurangi atau melemahkan makna tetapi ungkapan yang berulangulang atau terus-menerus juga mengandung pesan atau nilai yang amat penting. Profesor Colin M.MacLeod (Ketua Departemen Psikologi Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 8



Universitas Waterloo, Kanada), mengatakan bahwa berbicara berulangulang dapat membantu memasukkan kata-kata ke ingatan jangka panjang kita dan lebih berkesan. Sebagaimana Tuhan memerintahkan kepada keluarga Israel untuk berulang-ulang mengajarkan tentang kebesaran cinta kasih dan kuasa Tuhan yang dahsyat yang telah dialami oleh bangsa Israel, demikian juga kepada kita sebagai orang yang percaya , sebagai ibu-ibu untuk tiada hentinya mengajarkan kebesaran cinta kasih Tuhan yang menyelamatkan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Selama ini apa yang kita bicarakan saat sedang berada di tengah-tengah keluarga? Apakah pusat hidup kita tentang kasih kepada Allah dan kepada sesama manusia? Jika belum, mari mulai dengan membiasakan diri berbicara berulang-ulang tentang kasih pada Allah dan kepada sesama manusia dengan berdasar pada cinta kasih di dalam Tuhan Yesus Kristus.. Yakinlah bahwa jerih payah di dalam persekutuan dengan Tuhan, tidak akan sia-sia. Amin.



Uang tidak akan pernah memberimu kehidupan abadi. Ketenaran dan popularitas tidak akan pernah memberimu kehidupan abadi. Hanya Iman di dalam Yesus Kristus yang akan memberimu kehidupan kekal “ (Matthew Hagee)



Pdt.A.S.K



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 9



Bahan Khotbah PWGT: 12-18 Pebruari 2023



“Cinta Kuat Seperti Maut” (Kidung Agung 8:5-10) Tujuan: Cinta adalah anugrah-Nya yang patut dijaga



Salama’ lako kita sola nasang...salama’ tontong sipokaboro’ Tanggal 14 Pebruari dirayakan sebagai Hari Kasih Sayang (hari Valentine). Anak-anak kita khususnya pemuda dan remaja biasanya merayakan dengan ibadah dan setelah itu membagikan coklat dan bunga mawar. Coklat pada zaman dulu dianggap sebagai barang mewah dan mahal, simbol “makanan cinta” . Sementara bunga mawar melambangkan cinta, kasih sayang dan penghargaan. Namun dibalik keindahan bunga mawar ada duri yang justru dapat melukai tubuh jika kita tak berhati-hati. Perayaan hari Valentine bertujuan untuk mengingatkan setiap pengikut Kristus supaya senantiasa mengamalkan kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari. Bagi rumah tangga agar setiap pasangan menghayati bahwa Tuhanlah sumber cinta kasih abadi oleh karena itu mereka akan tetap saling setia dalam untung maupun malang.



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 10



Ibu-ibu yang kekasih.....pembacaan saat ini juga berbicara tentang kekuatan cinta bagaikan maut; maut mengandung makna sesuatu yang tak terbendung, tak terduga dan dasyat. Kidung Agung adalah kitab yang paling jarang dipilih sebagai bahan bacaan dan renungan dalam ibadah-ibadah gerejawi kemungkinan karena dianggap “vulgar”; tidak sopan, tidak sesuai standar norma masyarakat ; “malongko’ki’ mbasai apa lagi kesirau-rauki’ ” . Kidung Agung berbicara secara terbuka tentang kemolekan tubuh, kenikmatan kasih dan cinta, kehangatan ciuman, kecupan, ranjang, buah dada dan lain-lain. Apa yang tertulis dalam kitab ini dianggap sesuatu yang tidak perlu diungkapkan dengan kata-kata bahkan tabuh untuk dibicarakan di muka umum”. , ...ihhh...malongko’ liu ki’ yaa la mpokadai tu apa ya tuu, tang tiku’bi’ pudukta..ta pantan palan bangmi yaa penaanta Padahal sesungguhnya pesan terpenting dari kitab ini adalah tentang cinta sebagai anugrah Allah yang harus dinikmati dalam hubungan yang tulus dan setia. Kidung Agung merupakan satu-satunya kitab yang bergendre (ragam) sajak cinta. Berisi kumpulan syair-syair romantis yang menunjukkan bahwa sesungguhnya Alkitab pun memberi perhatian kepada seluruh aspek kehidupan manusia tak terkecuali kehidupan cinta dan kenikmatan sexual bagi setiap pasangan yang telah dipersatukan dalam Tuhan. Kitab yang menggambarkan relasi mesra antara Allah dan Israel. Dimana Allah digambarkan sebagai mempelai laki-laki dan umat-Nya sebagai mempelai perempuan. Kidung Agung juga menjawab kecenderungan yang menganggap sex buruk dan karena itu tabuh untuk dibicarakan. Sementara kondisi kita saat ini semakin memprihatinkan dengan meningkatnya kasus-kasus kekerasan sexual maupun sex bebas. Teks yang romantis “Siapakah dia yang muncul dari padang gurun yang bersandar pada kekasihnya ........disanalah ibumu telah mengandung engkau..disanalah ia mengandung dan melahirkan engkau “(ayat5)...disini ada pengulangan kata mengandung yang menunjukkan betapa pentingnya peran seorang ibu dalam proses melahirkan dan menumbuhkan benih-benih cinta dihati sepasang insan yang saling mengagumi. Peran ibu diberi perhatian Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 11



khusus untuk menunjukkan bahwa seseorang yang dicintai merupakan belahan jiwa. “...taruhlah aku seperti materai pada hatimu, seperti materai pada lenganmu’ ; materai menunjukkan wibawa, wewenang yakni tanda kepemilikan sesuatu secara sah entah itu benda atau orang. Sedemikian berarti dan berharganya maka ia harus melekat pada lengan dan hati supaya bisa dibawa kemana-mana dan tak terpisahkn dari tubuh serta perasaan dia yang dicintai karena cinta adalah perbuatan dan sikap. Bukan hanya sekedar kata-kata. ...cinta kuat seperti maut, tak ada yang lebih kuat dan indah dari pada ungkapan saling cinta diantara pasangan yang saling terikat satu sama lain. kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalahnya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN!. Penggunaan kata maut, dunia orang mati dan nyala api Tuhan..menunjukkan bahwa cinta punya kekuatan dasyat yang dapat membahagiakan sekaligus gambaran tentang betapa hebatnya cinta sejati dengan daya juang yang tak terhalang oleh rintangan seberat apapun. Tetapi juga bisa menghancurkan setiap orang yang tak mampu melihat dan menikmati cinta sebagai anugrah-Nya. Bagaikan api yang tak terpadamkan dan dapat membakar serta menghanguskan banyak hal. “Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta namun ia pasti akan dihina”. Gambaran yang sama tentang kedasyatan cinta yang tak hanyut oleh air yang banyak dan sungai-sungai. Cinta bisa membuat orang melakukan apapun, bisa membawa kebahagiaan disatu sisi namun bisa juga menghancurkan dilain sisi. Tergantung bagaimana setiap orang memaknainya. Cinta sejati tak dapat diperjualbelikan .Cinta sejati takkan tergoda dengan segala kemilau harta dan uang. Jika ada seseorang yang menilai cinta dengan harta maka dia layak dihinakan . Cinta dan kesetiaan Cinta dan kesetiaan adalah dua hal yang tak terpisahkan. Seseorang yang mengaku mencintai tetapi tak dapat membuktikan kesetiaan kepada pasangan hidupnya adalah cinta yang hanya sebatas kata. Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 12



Cinta kuat seperti maut yang kegigihannya bagai dunia orang mati dan nyalanya seperti nyala api Tuhan menunjukkan bahwa hanya orang setialah yang mampu menjadikan cinta sebagai kekuatan untuk menghadapi segala tantangan hidup yang silih berganti. Hanya orang setialah yang dapat menjadikan cinta sebagai kekuatan yang mampu membentuk dirinya sebagai seorang petarung sejati sehingga mampu menaklukkan segala macam godaan yang dapat menghancurkan kesetiaannya pada pasangan hidupnya. Cinta kasih Kristus yang abadi Apakah saya sungguh mencintai Kristus? Pertanyaan yang seharusnya setiap saat kita tujukan pada diri kita masing-masing agar cinta kita kepada-Nya tak dikalahkan oleh cinta kita pada semua yang dibanggakan oleh dunia ini. Sebab puncak dari semua cinta adalah pengorbanan Sang Kristus di kayu salib demi menebus dosa-dosa kita. “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabatsahabatnya” (Yoh.15:13). Oleh karena itu sebagai orang yang telah dianugerahi cinta-Nya yang abadi maka tanggungjawab kita dalam menghadapi semakin meningkatnya kasus kekerasan sexual, sex bebas dan tingginya angka perceraian keluarga kristen, antara lain: - Menyadari betapa pentingnya pendidikan sexual sejak dini bagi anak-anak kita. - Menjadi teladan tentang cinta dan kasih sayang bagi anak-anak. - Mendorong anak untuk menjalani masa remaja dan pemuda dengan pergaulan yang bertanggungjawab sebagai bentuk penghargaan terhadap tubuh sebagai bait Allah. - Suami-istri hendaknya saling setia dalam untung maupun malang. “...sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina”. (ay.7b). Pdt.E.T



Bahan Khotbah PWGT: 19-25 Pebruari 2023 Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 13



“TIDAKKAH ENGKAU PEDULI?” (Lukas 10:38-42) Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Ada salah satu sikap anak kecil atau bayi untuk menarik perhatian orang lain ialah dengan menangis. Dengan tangisannya itu dia ingin mengatakan : perhatikan saya, saya butuh perhatian, dll. Tentu sebagai orang dewasa kita sudah malu menangis dan meraung-raung untuk mendapatkan perhatian. Nah ini para istri kalau mau diperhatikan suami biasanya bikin apa? Ada yang biasa protes: Saya sudah capek memasak, urus rumah, dikasih pujian-kah? Dasar suami yang kurang perhatian. Ini lagi anak-anak bukannya bantu mamanya tapi sibuk saja terus main HP. Terkadang untuk mendapatkan perhatian, beberapa orang merasa harus mengatakan apa yang sudah dia lakukan. Membenarkan diri sendiri, lalu mempersalahkan orang lain. Apakah untuk mendapatkan perhatian atau dipedulikan oleh orang lain kita harus menyalahkan orang lain dan menggembar-gemborkan apa yang sudah kita lakukan? Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Tema saat ini “Tidakkah Engkau peduli?” adalah bagian dari kalimat yang diucapkan oleh seorang perempuan yaitu Marta kepada Tuhan Yesus. Kalimat Marta bernada protes, karena dia menganggap Tuhan membiarkan dia sibuk sendiri dan tidak menasehati Maria saudaranya untuk membantunya melayani Yesus dan murid-muridnya serta kemungkinan besar masih ada orang yang lain lagi yang datang ke rumah Marta. Mari kita melihat dari awal teks ini. Baca ayat 38 … Kampung yang dimaksud di sini adalah Betania menurut keterangan dari Injil Yohanes bahwa Marta, Maria dan Lazarus tinggal di Betania (Yoh 11:1). Mereka adalah sahabat-sahabat Yesus. Dalam ayat 38 diberi keterangan bahwa Marta menerima Dia di rumahnya. Kata “menerima” dalam bahasa Yunani dapat diartikan “menerima sebagai tamu” bisa juga diartikan “mengelu-elukan seseorang sebagai tamu”. Hampir sama dengan pemahaman kita bahwa “tamu adalah raja”. Oleh sebab itu sebagaimana keramahan seorang tuan rumah maka Marta sibuk melayani atau mempersiapkan semua yang dibutuhkan oleh “Sang Tamu Kehormatan”. Ayat 40 dikatakan Marta sibuk sekali melayani. “Sibuk sekali” bisa juga diartikan “mendapatkan masalah besar” bisa juga diterjemahkan “teralihkan”. Sedangkan “melayani” berasal dari kata “diakonia” yang tentunya tidak asing bagi kita. Namun kata “diakonia” dalam hal ini tidak Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 14



bermakna melayani dalam arti rohani melainkan dalam arti dasarnya yaitu “melayani meja” atau mempersiapkan makanan dan minuman para tamu. Sehingga ayat 40 dapat diartikan Maria teralihkan dengan banyak sekali kesibukan dalam hal ini mempersiapkan makanan dan minuman bagi para tamu. Mari fokus pada “Maria teralihkan dengan banyak sekali kesibukan”. Inilah yang menjadi masalah bagi Marta, dia menerima Tuhan Yesus sebagai tamu kehormatan di rumahnya tetapi dia teralihkan oleh banyak kesibukan yang lain sebab itulah Tuhan Yesus menegurnya di ayat ke 41 : Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu : Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” Jadi dalam hal ini apa yang dilakukan Marta dengan menyiapkan meja atau makanan dan minuman bagi Tuhan Yesus dan tamu lainnya, bukanlah masalah Marta yang sebenarnya. Apalagi kalau kita terlalu cepat menyimpukan bahwa teks ini mengatakan pelayanan lebih mulia adalah duduk dan mendengar firman Tuhan daripada sibuk menyiapkan makanan dan minuman. Termasuk menganggap bahwa berdasarkan teks ini maka seksi acara jauh lebih mulia daripada seksi konsumsi (bukankah kebiasaan PWGT mengistilahkan para Marta untuk menyebut seksi konsumsi atau jadi Marta jika kita sibuk di dapur?). Apa yang dilakukan Marta sama baiknya dengan apa yang dilakukan Maria dalam hal menerima Tuhan Yesus sebagai tamu kehormatan. Tapi masalahnya Marta “teralihkan” oleh kesibukannya yang kemudian membuat dia kuatir dan merasa terganggu atau mendapatkan masalah yang besar saat dia melihat Maria melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh laki-laki yaitu duduk dan mendengar pengajaran. Di samping itu Marta juga hendak menunjukkan bahwa apa yang dia lakukan itulah yang paling benar sehingga ia merasa berhak untuk menyalahkan Maria. Dan dari sini ia kemudian mempersalahkan Yesus dengan mengatakan tidakkah Engkau peduli? Kata “peduli” bisa juga diartikan “cemas atau perhatikan”. Jadi.... Marta merasa bahwa apa yang dia lakukan paling benar sehingga ia mempersalahkan saudarinya. Dan yang lebih parah membuat Marta tidak hanya menyalahkan Tuhan Yesus tetapi membuat Marta mau mengatur Tuhan. Saudara-saudari inilah yang terjadi jika kita “teralihkan” dari kebenaran Tuhan, dari firman Tuhan. Yang terjadi adalah seseorang akan selalu membenarkan dirinya, mencari pengakuan atas apa yang dia lakukan sebagai yang paling baik. Untuk itu maka seseorang dapat Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 15



mempersalahkan orang lain: apa yang dilakukannya salah dan sayalah yang benar. Dan dari sana ia semakin terjebak dengan pikirannya lalu mulai protes atau mempersalahkan Tuhan, bahkan mengatur Tuhan. Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Kelemahan Marta ini bisa saja terjadi dalam kehidupan kita. Marta merasa dia sudah buat banyak untuk Tuhan, dia merasa sudah buat yang terbaik untuk Tuhan sehingga dia merendahkan atau mempersalahkan orang lain. Bahkan ia mengatur dan mempersalahkan Tuhan. Marta “teralihkan” dari Kristus sehingga dia tidak menemukan Kristus di balik kesibukannya karena dia hanya terfokus pada dirinya, untuk membenarkan dirinya. Sikap seperti ini bisa saja terjadi dalam kehidupan kita, khususnya dalam pelayanan. Kesibukan untuk mendapatkan pengakuan dari pelayanan kita, bahwa apa yang kita lakukan itulah yang terbaik, terkadang membuat hubungan dengan sesama menjadi tidak baik. Sama-sama melayani tetapi ada satu, dua orang yang selalu ingin mencari pengakuan sehingga untuk itu dia bisa saja dengan mudah mempersalahkan atau meremehkan orang lain. Sikap seperti ini tidak pernah akan mengalami kehadiran Tuhan dalam pelayanannya. Yang ada hanyalah ungkapan protes dan mempertanyakan : Tuhan tidakkah Engkau peduli? Sebab itu mari, jangan biarkan kepentingan atau tujuan-tujuan pribadi kita membuat kita merasa “diri paling inti” sehingga membuat kita teralihkan dari kehendak dan tujuan Tuhan. Roh Kudus menolong kita dalam melakukan firmanNya. Amin Pdt.M.T



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 16



Bahan khotbah PWGT: 26 Pebruari – 4 Maret 2023



“APA YANG ADA PADAMU?” (Markus 6:30-44) Tujuan: Agar PWGT dapat menjadi berkat bagi orang lain dengan apa yang dimiliki.



Tae’ apa ampo. Kapan biasanya kita ucapkan kalimat ini? Mungkin pada umumnya kita ucapkan dengan maksud bercanda. Tapi bisa saja bermakna “rendah diri” jika selalu diucapkan kepada orang lain. Bisa juga diartikan sebagai ungkapan basa-basi. Misalnya anak bertanya: “Apa dimakan ma?”. Mama menjawab, “U.. Tae’ apa”. Padahal di meja makan ada lauk pa’piong, pa’karing, dll. Tema kita saat ini “Apa yang ada padamu?” Kalau pertanyaan ini saya tujukan pada kita semua, kira-kira apa jawabnya ibu-ibu? Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 17



Pada ayat 38 teks bacaan saat ini merupakan pertanyaan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya: Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa. Pertanyaan Tuhan Yesus ini dilatarbelakangi oleh peristiwa di mana pada saat itu ada begitu banyak orang yang mengikuti Yesus, untuk mendapatkan pengajaran dari Yesus (ay. 34). Sebenarnya Tuhan Yesus dan murid-muridNya hendak melakukan semacam evaluasi dari hasil pengutusan murid-murid yang disebut di pasal 6:6b dan seterusnya. Di samping itu mereka juga ingin mengasingkan diri ke suatu tempat supaya mereka dapat beristirahat sebab ada begitu banyak orang yang datang dan pergi, makanpun mereka tidak sempat (ay.31). Maka mereka berangkat ke tempat yang sunyi dengan perahu (ay.32). Peristiwa ini terjadi di sekitar Danau Galilea, ketika Yesus dan murid-muridNya hendak ke sebuah tempat untuk beristirahat dengan perahu, orang banyak ini tetap mengikuti mereka dengan menggunakan jalan darat (ay.33). Jadi bisa dibayangkan betapa semangatnya orang banyak ini untuk menerima pengajaran dari Yesus dan ada juga untuk mendapatkan kesembuhan menurut keterangan dari Injil Matius. Melihat orang banyak yang terus mencariNya, Yesus yang tadinya hendak beristirahat dan berkumpul hanya dengan murid-muridNya, tetap melayani orang banyak itu. Dikatakan bahwa “tergeraklah hatinya oleh belas kasihan kepada mereka karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala” (ay.34). Dalam hal ini Tuhan Yesus menyatakan diriNya sebagai Gembala yang Baik, yang sungguh punya kasih yang besar bagi umatNya. Ia mengajarkan kepada kita tentang prioritas pelayanan, di mana sebelumnya mereka juga telah merencanakan yang penting yaitu mengumpulkan kembali murid-murid yang telah diutus untuk membahas tentang pelayanan mereka dan juga mereka butuh beristirahat. Perenungan bagi kita apakah pelayanan kita juga senantiasa digerakkan oleh belas kasih kepada sesama kita? Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Selanjutnya dalam teks ini dikatakan bahwa hari sudah mulai malam. Murid-murid mengingatkan bahwa mereka semua butuh makan. Para murid menyarankan supaya Yesus menyuruh orang banyak ini segera pergi membeli makanan di desa atau kampung-kampung terdekat. Tetapi Yesus mengatakan: kamu harus memberi mereka makan. Ini sebuah pernyataan yang tidak masuk akal tentunya. Bagaimana mungkin Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 18



memberi makan lebih dari 5000 orang tanpa persiapan sama sekali? Lalu para murid melakukan perhitungan bahwa haruskah kami membeli roti seharga 200 dinar untuk memberi makan 5000 orang lebih. 1 dinar adalah upah pekerja harian. Kalau kita bandingkan upah harian taruhlah Rp. 100.000 berarti dalam rupiah yang mereka harus siapkan malam itu juga sebesar 20 juta rupiah. Ini jumlah yang cukup besar walaupun memang tidak diberikan keterangan berapa dinar yang dimiliki para murid saat itu. Dan apakah desa sekitar, mampu menyediakan roti sebanyak itu pada saat itu juga seandainya mereka punya uang? Apakah itu cukup untuk orang sebanyak itu? Murid-murid mencoba memberikan perhitungan yang masuk akal padahal sebenarnya merupakan solusi yang tidak dapat mereka lakukan. Mereka lupa bahwa mereka berbicara dengan Kristus, Gembala yang baik yang tidak hanya memerhatikan kebutuhan rohani manusia tetap juga kebutuhan jasmani, bahkan Ia adalah Allah yang berkuasa sanggup melakukan melampaui akal dan pikiran manusia. Terkadang kita juga seperti para murid yang hanya melakukan perhitungan manusiawi tetapi lupa melibatkan kuasa Tuhan di dalamnya. Bukan berarti kita tidak boleh memakai pertimbangan logis tetapi dalam pertimbangan akal manusiawi kita jangan lupa mengedepankan iman kita. Bahwa jika Tuhan berkenan, apa yang mustahil bagi manusia pun akan dapat terlaksana. Sebab itu dalam keterbatasan kita sebagai manusia, perlu untuk terus berserah pada Tuhan yang tidak terbatas. Saudara-saudari yang dikashi Tuhan, Selanjutnya Tuhan Yesus berkata kepada para murid: Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa! Apa yang ada padamu! Murid-murid hanya memiliki 5 roti dan 2 ikan. Bekal yang untuk mereka sendiri pun sebenarnya tidak cukup. Tuhan Yesus menyuruh orang banyak itu duduk berkelompok, ada yang 50 orang, ada yang 100 orang. Kemudian tampaklah kuasaNya: Ia mengambil 5 roti dan 2 ikan itu, menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya ke para murid supaya dibagikan kepada orang banyak itu. Hal yang sama Ia lakukan dengan 2 ikan itu. (ay.41) Dan mereka semua makan sampai kenyang! (ay.42). Masih tersisa roti 12 bakul penuh, selain juga ikan yang juga masih ada sisanya. 5000 orang laki-laki, dengan demikian 5000 lebih karena belum termasuk perempuan dan anak-anak, semua Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 19



merasakan belas kasih Kristus sehingga mereka semua menikmati makanan. Firman Tuhan mengingatkan kita, jangan menyerah atau ragu pada potensi atau sumber kita yang terbatas. Sebaliknya jangan bangga dan sombong jika potensi atau sumber kita telah cukup bahkan lebih. Kebutuhan kita dapat terpenuhi bukan karena kekuatan dan kehebatan kita tapi semata-mata oleh berkat Tuhan yang tidak terbatas. Saudarasaudari yang terkasih, apa yang ada padamu saat ini? Mungkin ada di antara kita yang sedang menghadapi sumber yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga atau pelayanan atau apapun juga. Kita sedang meragukan atau mengkhawatirkan sumber yang terbatas itu. Namun saat ini firman Tuhan mengingatkan kita bahwa dari sumber yang terbatas itu tidak dapat membatasi kuasa Yesus. Mari membawa apa yang ada pada kita bahkan sesuatu yang kita anggap tidak berarti atau orang lain anggap tidak berarti dan letakkan itu di tangan Yesus, berharap pada berkatNya. Roh Kudus menolong kita sehingga dapat melakukan firmanNya. Amin Pdt.M.T



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 20



Khotbah PWGT : Tanggal : 5-11 MARET 2023



“DIA TAKKAN MEMBIARKANMU” (II Raja-raja 4:1-7) Tujuan: Agar anggota PWGT meyakini bahwa tiada yang mustahil bagi Tuhan.



I. Pendahuluan: Bagaimana jawaban ibu-ibu, jika ditanya, apakah saudara beriman? Pasti sebagaian besar akan menjawab beriman bukan? Namun masih ada pertanyaan yang menyusul, apaka ukurannya bahwa saudara beriman? Tentu jawaban kita pasti akan berbeda bukan? Tetapi satu hal yang pasti sama jawabannya jika kita ditanya, “apakah itu Iman.”? Ibrani 11:1 mengatakan: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Jadi kata kunci iman berkaitan dengan apa yang diharapkan kendatipun pembuktiannya sulit untuk dilogikakan. Itu sebabnya banyak orang yang sering kali meragukan kuasa dan kasih sayang Tuhan jika ia mengalami berbagai kemelut hidup yang tak kunjung berhenti sili berganti hadir dalam hidupnya. Namun satu hal yang harus dipahami bahwa Tuhan tidak pernah salah dan takkan pernah menuntun kita ke jalan yang salah kendatipun banyak perkara yang sulit dimengerti terjadi dalam hidup ini. Jika demikian bagaimana belajar meyakini cara Tuhan mengasihi umatNya yang sedang dalam kondisi hidup yang sangat memilukan. Untuk menjawab pertanyaan itu marilah kita belajar dari perikop pembacaan II Raja-raja 4:1-7. II. Pokok-Pokok Perenungan Perikop



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 21



Melalui kitab II Raja-Raja 4:1-7, dikisahkan tentang pergumulan seorang janda miskin setelah kematian suaminya yang adalah seorang nabi.( Kira-kira mirip dengan janda seorang Pendeta ). Suaminya meninggalkan hutang yang cukup banyak. Tentu kondisi ekonomi keluarganya semakin terpuruk. Dapat diabayangkan kalau kita ibu-ibu yang mengalami kondisi seperti itu. Ditambah lagi waktu penagihan hutang semakin mendekat, sementara sumber biaya untuk membayarkan tunggakan hutang tidak jelas. Kedua anaknya laki-laki sedang terancam oleh rentenir untuk menjadikan keduanya jadi budak jika tidak sanggup melunasi hutang tersebut. Andaikan ibu-ibu yang mengalami hal ini apakah yang akan kita buat? Masikah kita akan meyakini bahwa Tuhan pasti sanggup berbuat? Masihkah kita akan mengatakan tiada yang mustahil bagi Tuhan? Di sinilah kualitas iman sedang diuji. Sungguhkah kita akan memercayakan hidup 100 Persen kepada Tuhan. Marilah kita memperhatikan respons ibu janda dalam teks Alkitab yang kita baca tadi. Apakah yang dilakukannya? Apakah dia menjadi frustrasi? apakah dia pergi curhat kepada temannya? Apakah dia menyalakan orang lain? Atau apakah dia menyalakan Tuhan? Ternyata tidak bukan? Dia justru datang kepada Tuhan. Ia tahu tempat curahan hati yang tepat. Ia tidak salah alamat menyampaikan persoalannya. Mengapa demikian? Karena ia beriman. Ia tetap bertahan dan meyakini bahwa Tuhan sanggup berbuat atas persoalan yang dialaminya. Bagi ibu janda yang sedang bergumul, meyakini bahwa hamba Tuhan (nabi Elisa) adalah wakil Tuhan. Ia tidak melihat nabi sebagai manusia biasa namun diyakini bahwa dia alatNya Tuhan yang akan menyatakan kuasanya atas pergumulan yang terjadi dalam hidupnya. Karena itu ia curhat kepada nabi Elisa menyampaikan seluruh pergumulannya. Dan nabipun meresponsnya dengan baik karena ia kenal iman janda sebagai sosok pribadi yang saleh atau orang yang hidup dalam kebenaran. Perlu diingat ibu-ibu bahwa orang saleh bukan berarti orang yang tidak pernah salah, tetapi orang saleh maksudnya jika ia berdosa terus berupaya untuk mengakui kesalahannya dan tidak membenarkan diri dalam keberdosaanya. Seperti itulah keadaan ibu janda ini di mata Elisa. Karena itu Elisa memberikan petunjuk bagaimana menghadapi pergumulan yang sedang dialaminya: Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 22



1. Elisa menanyakan barang berharga yang masih dapat dijual di rumahnya dan ternyata satu-satunya yang dimilki si janda hanyalah sebuah buli minyak urapan yang tidak berharga. 2. Elisa meminta janda untuk mengumpulkan sebanyak mungkin bejana kepada siapa saja. Semua permintaan ini dilakukan oleh janda kendatipun tidak dimengerti maksud dari semuanya itu. Dan ternyata Tuhan membuat semua orang bermurah hati dan memberikan buli-buli kepadanya. Di sinilah tindakan iman dinyatakan dan bersamaan dengan itu jawaban iman dibuktikan. Karena ternyata banyak bejana yang diperolehnya dan Allah memakai buli-buli itu mengeluarkan minyak dan mengisi semua bejana kosong yang telah dikumpulkan janda tersebut (4-6). Dan setelah buli-buli dijual ternyata cukup membayar hutang dan menghidupi masa depan keluarga janda tersebut. Di sini nampak bahwa buli-buli yang tidak berguna dalam pandangan manusia tetapi dipakai Allah menyelamatkan dan memelihara keluarga janda seorang nabi. II. Aplikasi: 1. Jangan pernah meragukan kasih Tuhan karena Ia adalah Tuhan yang tidak pernah salah dan takkan menuntun kita ke jalan yang salah. Namun kitalah umatNya yang seringkali salah mengerti cara Tuhan melawat dan menuntun hidup kita. 2. Jadikanlah Tuhan sebagai tempat curahan hati yang pertama dalam menghadapi seluruh eksistensi hidup ini. Dan yakinilah bahwa Tuhan memakai hambaNya untuk memberikan solusi di saat kita mengalami pergumulan. 3. Yakinilah bahwa banyak cara yang dipakai Tuhan menjadi alatNya untuk menyelesaikan setiap persoalan kita. Bandingkan dengan buli-buli yang kosong dalam perikop tadi dipakai Tuhan menyelesaikan pergumulan ibu janda. Amin. Pdt. L.D, MTh



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 23



Bahan Khotbah PWGT: 12-18 Maret 2023



“Janganlah Kuatir” (Matius 6 : 25 -34) Tujuan: Agar PWGT tak mudah menyerah karena Tuhan sumber berkat senantiasa mencukupkan



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 24



Sebagai manusia biasa, tidak jarang hidup kita dikuasai perasaan kuatir. Kuatir adalah sikap berpikir berlebihan atau terlalu cemas tentang suatu masalah atau situasi. Kuatir biasanya disertai dengan rasa tidak nyaman dan kecemasan. Sikap ini menyebabkan seseorang menjadi terganggu, dilanda ketakutan yang tidak masuk akal dan tidak berdasar.  Rasa kuatir dapat disebabkan oleh berbagai hal yang membuat seseorang merasa tertekan. Tuhan Yesus sangat mengerti rasa kuatir manusia itu. Karena itu Dia memberi pemahaman kepada kita bahwa kita tidak perlu kuatir. Katakata Tuhan dalam Matius 6:25, “Janganlah kamu kuatir…” harus menjadi paham yang harus dimengerti, dihayati. Sehingga hal tersebut menjadi doktrin dalam hidup setiap manusia. Kata “Jangan..” dalam pernyataan Yesus adalah larangan. Artinya tidak boleh kuatir. Tuhan Yesus tahu bahwa manusia sering kuatir: 1. Tentang makanan, minuman. Untuk hal ini mari melihat keberadaan kita manusia. Siapakah yang menciptakan kita? Siapakah yang memiliki tubuh kita? Siapakah yang menghidupkan kita? Bukankah Allah? Jadi Tuhan pasti akan memberikan kebutuhan hidup bagi kita. Kata firman Tuhan pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? melihat pada “Burung-burung” di daerah Palestina waktu itu, burung banyak beterbangan di alam liar. Allah mengaruniakan burungburung dengan insting dan merancang alam sedemikian rupa sehingga mereka bisa hidup burung-burung tetap harus aktif dengan bekerja keras mencari makan, membuat sarang, dan membesarkan anak-anak mereka. Jika binatang saja tetap berusaha, terlebih lagi manusia yang diberi akal budi dengan luar biasa limpahnya! Pemazmur menyatakan bahwa seluruh isi alam semesta ini dipelihara oleh Tuhan (Mzm. 104:10-16). Tuhan sayang pada manusia, akan terus memeliharanya dan pasti akan memberkati Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 25



jerih payahnya. Jadi janganlah kuatir tentang makanan, minuman, pasti Tuhan akan cukupkan. Teruslah berusaha bekerja dengan jujur, kuat, sabar dari usaha kita akan diberkati Tuhan. Lalu Yesus katakan siapa yang dapat “Menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya” Hasta adalah ukuran panjang kira-kira dari siku sampai ujung jari tengah. Artinya, kita tidak mampu memperpanjang umur kita. Sependek apapun. Hidup kita ditangan Tuhan, yang menata dan mengatur Langkah-langkah hidup kita didunia 2. Kuatir tentang pakaian (ay. 28-30) “Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,  namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?  “Bunga bakung” Bunga yang sangat indah, bunga bakung bisa ditemukan di perbukitan sekitar danau Galilea hingga masa kini. Ratu Syeba pernah dibuat takjub ketika mengunjungi istana Salomo yang megah, mahal dan kokoh. Namun demikian, tidak bisa mengalahkan keindahan yang dibuat Tuhan pada bunga bakung. “Rumput” Kita tahu rumput adalah tanaman yang sering tidak bertahan lama karena dicabut, dibakar, dijadikan makanan binatang, dan sebagainya. Tetapi Tuhan tetap memperhatikannya.Tuhan memperhatikan tanaman, memelihara, memberi keindahan sungguh kasihNya besar pada tumbuhan, apalagi pada manusia yang diberi perhatian, kecantikan, ketampanan, yang dikuatkan dalam segala musim kehidupan. Yang utama saat ini adalah apakah kita mau berpengharapan pada Dia. Karena Tuhan menegur “Orang yang kurang percaya” yang ragu, yang imannya kecil pada segala kebutuhan yang Tuhan beri padanya. Yang berpengharapan akan menyaksikan Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 26



pemeliharaan Tuhan. Merasakan kasihNya yang besar dalam kehidupan untuk memenuhi kebutuhan manusia. 3. Tuhan memperhatikan hidupmu Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Orang-orang yang tidak mengenal Allah, orang-orang yang jauh dari Tuhan, umat Tuhan yang tidak percaya padaNya diingatkan Tuhan, agar membawa hidup pada Allah, mengarahkan hidup dan focus hanya padaNya sehingga rasa kuatir itu hilang karena orang yang berpengharapan pada Tuhan akan memperoleh damai sejahtera. Tuhan tidak membiarkan umatNya, tetapi menjamin hidup umatNya. 4. Kebenaran Tuhan yang utama Menghilangkan rasa kuatir, cemas, ragu dan bimbang Tuhan ajak umatNya dengan carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Artinya kita di ajak melakukan seluruh bagian kebenaran firman Tuhan dalam hidup kita, sampai kita menyadari bahwa kita tidak bisa lepas dari kebenaran firman Tuhan. Upayakan agar Allah lebih dahulu memerintah atas kehidupanmu dan lakukanlah kehendak-Nya. Sehingga apa yang diharapkan dapat diwujudkan. Arahkan seluruh kehidupan kita pada Allah. Jika kita lakukan, pasti Allah akan menyatakan perhatian dan penyertaan-Nya pada urusan sehari-hari. Jangan kuatir dan ragu akan hari-hari kehidupan yang akan kita jalani, akan apapun yang kita hadapi. Tuhan Yesus mengajar untuk bersandar pada Allah setiap waktu. Hanya dengan berserah diri, teguh dan berfokus pada Tuhan akan membuat kita optimis menghadapi kehidupan karunia Tuhan. Amin



Pdt.R.I Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 27



Bahan Khotbah PWGT: 19 – 25 Maret 2023



“Hanya Oleh Dia” (Mazmur 127 : 1 – 5) Tujuan: Agar PWGT memahami bahwa hanya Tuhanlah sumber hidup



Apakah kita pernah berpikir, “Kalau bukan saya yang kerjakan pekerjaan ini, mana bisa selesai dengan sukses?” atau “Kalau bukan saya sebagai ketua, mana ada yang mau mendengar untuk di atur baik?” Hatihati dengan pikiran seperti itu karena hal tersebut adalah suatu bentuk kesombongan tersembunyi. Saat kita berpikir atau berkata seperti itu sebenarnya kita sedang mengagungkan diri sendiri melebihi Allah. Kita berpikir, kitalah yang menjadikan usaha atau organisasi kita sukses. Salomo memperingatkan kita akan hal dalam Mazmur 127. Mazmur ini, merupakan nyanyian ziarah Salomo pada saat menuju ke Bait Allah. Nyanyian yang berisi pengakuan yang menyatakan bahwa segala usaha, kerja keras manusia akan menjadi sia-sia belaka jikalau Tuhan tidak dilibatkan di dalamnya. Raja Salomo adalah raja yang memiliki hikmat luar biasa. Hikmat yang Allah berikan kepada Salomo untuk memimpin umat Tuhan. Dengan Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 28



hikmatnya, Salomo tahu betul akan keterbatasan manusia. Manusia terbatas tetapi tidak demikian dengan Allah yang tidak terbatas. Salomo mengingatkan kita untuk tidak sombong, kita perlu Tuhan. Jika bukan Tuhan yang memberkati, menolong dan menyertai, seberapa keras pun usaha kita, kita tidak akan berhasil. Manusia akan sia-sia membangun rumah kehidupannya dengan kekuatannya. Pada ayat 1-2 muncul kata “sia-sia” di dua ayat ini menunjukkan bahwa Pemazmur menekankan “kesia-siaan usaha manusia jika tanpa TUHAN”. Di saat membangun, tidak ada yang salah, membangun rumah misalnya, semua orang inginkan membangun tempat tinggal yang tenang, nyaman dan terus berjuang mengupayakan. Menjaga, tidak salah menjaga kota, daerah, kampung, tempat tinggal dengan hati-hati, pengamanan yang maksimal, sebab ini sebuah tugas yang penting. Bekerja keras mencari nafkah juga patut dipuji. Bagian Alkitab bahkan menekankan kerja keras (Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duannya sama baik. Pkt. 11:6). Yang dipersoalkan adalah mengabaikan TUHAN dalam semua usaha tersebut yaitu membangun, menjaga tempat tinggal. Tidak menempatkan Tuhan sebagai sumber segala-galannya dalam membangun, dalam menjaga keamanan. Tuhan tidak dihadirkan sebagai yang utama dalam usaha kita. Seberapa besar kita menghadirkan TUHAN? Firman Tuhan menemukan bahwa TUHAN bukan hanya perlu dilibatkan, tetapi Dia juga harus menjadi aktor utama. Pemazmur berkata: “Jika bukan TUHAN yang membangun rumah”. TUHAN yang membangun, bukan sekadar dilibatkan dalam pembangunan. Dia kontraktor, bukan tukang. Hal yang sama berlaku pada penjagaan kota. TUHAN bukan sekadar membantu para pengawal, penjaga kota. Dia sendiri yang menjaga. Dia yang berperan penting. Tuhanlah yang mampu menyediakan dan menjamin ketenangan atau kedamaian. Semua usaha manusia akan sia-sia jika TUHAN tidak bekerja. Karena semua yang ada berasal dari Tuhan. Yang kita miliki adalah berkat TUHAN. Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 29



 Pada ayat 3-4 berbicara tentang anak-anak sebagai milik pusaka dari Tuhan. Mereka  diibaratkan seperti anak panah di tangan para ksatria,yang apabila dipersiapkan dengan baik akan menghadirkan kebahagiaan dan kehormatan kepada sang pemilik. Menghadirkan dan melibatkan Tuhan dalam kehidupan adalah sebuah keharusan,  termasuk dalam hal mengarahkan, menuntun dan mendidik anak.  Anak adalah anugrah Tuhan, mereka  milik pusaka dari Tuhan, anak-anak adalah generasi penerus kehidupan, baik di dalam masyarakat maupun dalam kehidupan bergereja. Generasi pelanjut yang diatur, dididik, dituntun dalam sikap takut akan Tuhan, akan melahirkan bangsa yang tidak hanya unggul secara ilmu tetapi juga memiliki kehidupan rohani yang kokoh dan kuat. Sedari kecil anak-anak harus diperkenalkan kepada Firman Tuhan, Firman yang menjadi pedoman dalam kehidupan umatNya. Paulus katakan kepada Timotius, segala Tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim 3 : 16) Timotius diingatkan sebagai orang muda menjadikan Firman Tuhan sebagai pegangan dalam kehidupan. Tugas orang tua menjaga, mendidik dan merawat generasi penerus tersebut dengan selalu melibatkan Tuhan sebagai sang pemilik kehidupan. Mendidik anak-anak dengan FirmanNya.  Sebagai orang tua kita tidak dapat mengawasi, melihat anak-anak kita terus menerus selama 24 jam penuh, tetapi kita dapat selalu berdoa, memohon dan meminta kepada Tuhan untuk mengawasi mereka serta menjadikan diri kita sebagai teladan bagi mereka untuk dicontoh. Firman Tuhan katakan:” Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”(Amsal 22 : 6). Mari terus libatkan Tuhan dalam segala perkara hidup kita, membangun, menjaga dan mendidik sehingga dalam tuntunan kasihNya kita dikuatkan, dimampukan mengerjakan dengan baik. Semua untuk kemuliaan dan keagungan bagiNya. Amin



Pdt.R.I Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 30



Bahan Khotbah PWGT: 26- Maret-1 April



“Menumpanglah Di Rumahku” (Kisah Rasul 16:13- 15,40) Tujuan: PWGT berdaya dan mengulurkan tangan kepada yang membutuhkan



Pengantar Hospitalitas di zaman ini merupakan hal yang sulit ditemukan, baik yang menerima atau yang melakukan. Menurut Henri J.M. Nouwen, konsep hospitality berasal dari kata hospes yang berarti tamu. Sedangkan keramahan mengacu pada sikap tuan rumah yang ramah, atau biasa disebut dengan sikap ramah tamah seseorang yang ingin menjamu tamu, kenalan, dan mampu merilekskan suasana. Echols dan Hassan Shadily dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan hospitalitas adalah keramahan, cinta kasih atau kerelaan menerima tamu, merawat orang lain. Secara umum, keramahan adalah hubungan atau sikap ramah antara tamu dan tuan rumah. Hospitalitas juga adalah sebuah suasana, ruang, dan kondisi dimana seseorang dapat melakukan dan mengalami suasana senang, plong, terterima, yang kemudian membuat relasi yang hidup. Penjelasan dan pesan teks Teks yang kita baca ini adalah sebuah teks yang menceritakan seorang perempuan bernama Lidia dari Tiatira, sebuah kota kecil di Asia Kecil. Ia seorang Yahudi yang berprofesi sebagai penjual kain ungu. Selain Lidia, di situ, di rumah ibadah itu juga ada perempuan-perempuan lain. Hal yang menarik yang diperlihatkan Lidia adalah hospitalitas, yaitu tawaran Lidia kepada Paulus dan Silas untuk menumpang di rumahnya. Sebelum membahas soal hospitalitas, terdapat beberapa hal dari Lidia yang kemudian membuatnya mau memberikan ruang dan suasana kepada Paulus dan Silas, yaitu dia sudah sering berkumpul di rumah ibadah. Mari kita lihat beberapa teks ayat ini lebih jauh. Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 31



Ayat 13, Paulus tiba di sebuah rumah ibadah orang Yahudi, pada ayat ini Paulus khusus menekankan perempuan. “…setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang berkumpul di situ”. Kita tidak tahu apa maksud Paulus menekankan perempuan-perempuan, karena pada surat yang lain Paulus mengemukakan perempuan secara kurang tepat, misalnya “perempuan tidak boleh mengajar dan memimpin, tidak boleh tampil tanpa menutup kepala, dan tidak boleh berbicara di muka umum” (lihat misalnya di 1 Timotius 2:11-14, 1 Korintus 14:3435). Satu fakta yang jelas dari teks ini adalah perempuan-perempuan sering berkumpul dan tempat berkumpulnya adalah di rumah ibadah. Ibu2 yang baik dan ramah, di sini kita diberi semangat dan perspektif yang bagus bahwa mari kita selalu berkumpul di rumah ibadah untuk memperoleh pengajaran dan pengajaran itu mencerahkan kita dan kita teruskan keseluruh isi rumah dan keluarga kita. Ayat 14, salah seorang dari perempuan itu adalah Lidia, kemungkinan dia sudah sering berkumpul di rumah ibadah dan belajar Firman Allah. Teks kita mengatakan, “…Tuhan membuka hati-nya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan Paulus”. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan, “iman bertumbuh dari pendengaran dan pendengaran dari Firman Kristus” (Roma 10:17). Hal penting dari teks ini adalah Lidia dibukakan hatinya untuk menerima Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat. Keputusan itu memang bukan seperti membalikkan telapak tangan, tetapi melalui kemauan dan komitmen. Lidia mulai dengan berkumpul dengan teman-teman seiman di rumah ibadah, dari pertemuan itu mereka mendengarkan Firman Tuhan, secara khusus dalam teks ini, ia mendengarkan melalui pemberitaan dan pengajaran di Sinagoge. Ibu-ibu yang dikasihi Tuhan, di sini jelas bahwa Roh Kudus bekerja melalui Firman dan Firman itu adalah Allah sendiri. Di sini jelas juga terlihat bagaimana Allah Trinitas bekerja bersama. Perkumpulan yang Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 32



baik akan melahirkan orang-orang yang mau mendengar dengan sungguh-sungguh Firman Allah dan Firman itu pasti menuntun kita untuk membuka hati kita pada sebuah pandangan dan pemahaman baru. Kita juga diajak untuk punya komitmen untuk selalu mendengarkan Firman Tuhan. Ayat 15 mengatakan: Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya:”Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku.” Ia mendesak sampai kami menerimanya. Teks ini mengatakan dengan gamblang bahwa sebuah proses yang dilakukan Lidia, mulai dengan berkumpul dengan perempuan-perempuan lain di rumah ibadah, dan dalam pertemuan itu ada pengajaran dan pemberitaan Firman, maka akan bermuara pada sebuah keputusan hidup yang penting. Apa keputusan hidup yang penting itu? Keputusan yang penting itu adalah Lidia mau dibaptis dengan mengajak juga anggota keluarganya. Satu hal menarik lain dari teks ini adalah buah dari iman tersebut yaitu sebuah tantangan bagi Paulus untuk menilai bahwa apakah ia sungguhsungguh beriman. Indikator dari apakah dia sungguh-sungguh beriman tersebut adalah dengan menerima ajakan Lidia untuk menumpang di rumahnya. Jadi pesan teks di ayat 15 ini mau mengatakan bahwa buah iman Lidia adalah sebuah tindakan hospitalitas, yaitu mau melayani Paulus dan Silas di rumahnya secara tulus dan ikhlas. Lidia mau melayani Paulus di rumahnya, mau menjadikan rumahnya sebagai ruang bagi Paulus untuk beristirahat. Bukan saja rumah tapi memberi hatinya dengan sungguh-sungguh mau memberi sesuatu bagi sebuah pelayanan. Ayat 40, menjelaskan kisah akhir dari pelayanan pekabaran Injil Paulus dan Silas. Bagaimana Paulus membebaskan perempuan-perempuan petenung, lalu atas pembebasan itu, tuan-tuan dari perempuan penenun yang bertobat itu melaporkan mereka ke pembesar-pembesar kota sebagai pengacau. Tapi doa dan nyanyian Paulus-Silas menggetarkan penjara, sampai kepala penjara mengeluarkan mereka. Setelah keluar, Paulus dan Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 33



Silas pergi ke rumah Lidia lagi bertemu dengan orang-orang yang sudah menerima Kristus dan melanjutkan perjalanan. Rumah Lidia di sini dicatat sebagai rumah yang selalu ditempati para petobat dan tempat Paulus dan Silas singgah untuk beristirahat dan bertemu dengan saudara-saudara di situ. Pesan Khotbah Ibu-ibu yang dikasihi Tuhan, kita adalah perempuan-perempuan yang selalu berkumpul dalam perkumpulan gerejawi. PWGT adalah ruang berkumpul bagi kita. Sudah puluhan tahun PWGT menjadi ruang bagi perempuan-perempuan Gereja Toraja. Sudah banyak tindakan-tindakan iman yang telah dilakukan seperti Lidia. Apakah kita juga sudah menjadikan rumah PWGT sebagai ruang berkumpul mendengarkan Firman dan melakukan tindakan-tindakan iman? Sebuah Tindakan iman yang dilakukan Lidia adalah menyediakan rumahnya sebagai tempat bagi saudara-saudara seiman yang telah menerima Kristus dan juga tempat para utusan Tuhan untuk tinggal dan beristirahat. Tindakan Lidia ini dapat kita sebut hospitalitas. Pertanyaan perenungan kita adalah, apakah kita juga sudah melakukan tindakan hospitalitas dalam pelayanan kita? Hospitalitas secara mendalam berarti penerimaan. Di dalam hospitalitas ada unsur tamu atau orang asing dan hostis atau tuan/nyonya/pemilik rumah. Hospitalitas adalah perjumpaan antara tamu/orang asing dan pemilik rumah. Tidak sembarang mengajak orang tinggal di rumah dan tidak sembarang orang mau diajak mampir atau tinggal di rumah. Harus mengenal siapa yang diajak dan yang mengajak. Apalagi pada masa sekarang ini, kejahatan terjadi dimana-mana. Untuk mengundang orang menginap atau hadir dalam ruang privat kita saat ini tentu tidak mudah. Kita selalu memiliki kecurigaan atau kehati-hatian. Sedangkan di luar sana kita sulit untuk berkomunikasi secara dekat, apalagi mengajak orang yang belum terlalu dikenal untuk menginap di rumah kita? Dengan kata Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 34



lain tindakan melakukan hospitalitas adalah tindakan yang penuh resiko. Orang akan memikirkan keamanan pertama kali. Lidia di sini mempertaruhkan imannya dengan tindakan hospitalitasnya, dan pertanyaannya adalah, apa yang mendorong Lidia untuk menyediakan rumahnya untuk menjadi tempat tinggal Paulus dan Silas. Bahkan dikatakan, Lidia mendesak sampai Paulus menerima tawaran tersebut. Jadi hospitalitas yang ditunjukkan Lidia buat kita semua adalah sebuah tindakan iman yang didasarkan atas kasih persahabatan sekalipun menanggung resiko terhadap orang asing atau orang yang baru dikenalnya. Hospitality adalah tindakan kasih dengan memberi tumpangan, memberi pelayanan, memberi suasana, dsb. Berapa sering kita telah memberi suasana yang nyaman bagi orang lain, naik di rumah kita ataupun di tempat lain? Berapa sering kita memberi layanan kepada orang asing, orang terancam, dan orang-orang yang tidak berada pada posisi kurang baik, menjadikan dan menciptakan ruang aman bagi mereka? Ibu2 yang dikasihi Tuhan, di dalam Alkitab khususnya PB, ada beberapa teks yang bicara soal hospitalitas. Ketika Paulus menyarankan orang di Roma agar membantu orang-orang Kudus dan memberikan tumpangan (Roma 12:13); Orang-orang di Ibrani disampaikan untuk memelihara kasih persaudaraan dan juga memberi tumpangan (Ibr. 13:1-2); orang yang dapat menjadi penilik jemaat adalah orang yang tidak bercacat … suka memberi tumpangan (1 Tim. 3:2); Petrus mengatakan, berilah tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut ( 1 Ptr. 4:9). Kisah perjalanan ke Emaus juga adalah kisah yang bicara soal hospitalitas. Salah satu murid itu mengajak “orang asing” untuk singgah di rumahnya karena hari sudah mulai malam, meskipun dia tau pasti beresiko. Tindakan iman adalah sebuah tindakan yang beresiko. Saya pernah punya pengalaman diberi hospitalitas yang luar biasa dan itu memberi pelajaran yang luar biasa kepada saya. Pengalaman ini adalah ketika saya dan suami saya melakukan perjalanan ke tempat pelayanan di Sakkuang, Simbuang sebagai seorang proponen Pekabaran Injil yang diutus ke sana. Ketika hari sudah mulai malam, kami dan beberapa pejalan kaki yang seperjalanan dengan kami, singgah di sebuah rumah di Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 35



pinggir jalan. Mereka membukakan pintu, memberi sarung dan mengajak kami makan bersama, meskipun makanan yang sangat sederhana. Ketika kami hendak berangkat melanjutkan perjalanan esok harinya, saya hendak memberikan sedikit uang kepada pemilik rumah tersebut. Pemilik rumah itu menolak dan mengatakan, ini sudah sering kami lakukan dan kami lakukan dengan tulus. Inilah bentuk pelayanan kami. Ibu2 yang dikasihi Tuhan, sebuah pengalaman yang sangat membekas di hati saya dan mempengaruhi saya hingga saat ini. Ibu2, meskipun dalam suasana yang berbeda, masihkah kita dapat memberi hospitalitas saat ini di tengah-tengah banyaknya kejahatan yang mengancam hidup kita di sana-sini? Kita kadang melakukan sesuatu karena melihat orang lain, atau agar orang lain menilai kita, tetapi Lidia berbeda. Tindakan hospitalitasnya, bukan sekedar ikut-ikutan, karena orang lain melakukan, tetapi didorong oleh keyakinan dan imannya. Mari kita seperti Lidia yang dengan sungguh yakin bahwa keimanannya menjadi standar untuk melakukan kebaikan yaitu tindakan hospitalitas. “ Jika kamu berpendapat bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumah-ku” Tindakan Lidia ini bukan sekedar lip service, atau basa-basi saja, penulis Kisah Para Rasul sangat menekankan hal ini dalam kalimat di bawah ini: “ia mendesak sampai kami menerimanya”, ini adalah sebuah tindakan serius. Mari kita menjadi perpanjangan tangan kasih Allah menyatakan dan memberikan hospitalitas bagi siapa saja, bagi lingkungan kecil keluarga kita, teman2 persekutuan di PWGT, teman-teman di kantor bahkan di mana saja dan dengan siapa saja. Mari kita tunjukkan iman kita melalui tindakan hospitalitas kita, tindakan keramahtamahan, kecintaan dan kedamaian. Ibu-ibu ternyata hospitalitas itu adalah tindakan iman, agar tercipta ruang hidup yang memberi dampak. Terpujilah Tuhan, Amin!



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 36



Pdt. J.T



Bahan Khotbah PWGT: 2 – 8 April 2023



“Inilah Dia” (Yohanes 1 : 1 – 18) Tujuan: Agar PWGT mengenal Kristus lebih dalam lagi



Ibu-ibu kekasih Kristus, Firman itu adalah Allah yang kekal (Ayat 1). Firman itu menjadi manusia di dalam Yesus Kristus (ayat 14). “Inilah Dia” merupakan ungkapan kesaksian Yohanes untuk menegaskan bahwa Allah di dalam Kristus, rela meninggalkan sorga dengan segala keagungan dan kemuliaan-Nya dan mengambil rupa seperti manusia dan memasuki dunia yang telah rusak karena dosa manusia.“Inilah Dia”, Yesus Kristus sungguh Allah dan sungguh Manusia yang dapat dilihat, diraba, dan didengar. Orang yang percaya kepada-Nya hidup selamanya dalam persekutuan bersama dengan Dia. Kesaksian kebenaran ini, memang sulit dipahami dengan logika atau akal pemikiran manusia. Mana mungkin Allah Yang Maha tinggi dan mulia, Pencipta seluruh alam semesta rela manjadi manusia? Namun kesaksian Alkitab menegaskan bahwa kuasa kebenaran karya penyelamatan Allah di dalam Kristus di respons dan dialami bukan dengan mengandalkan akal pemikiran manusia tetapi dengan iman percaya. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat ( Ibrani 11 : 1 ). Yesus Kristus datang ke dalam dunia membawa keselamatan. Dia itulah Tuhan dan Juruselamat. Tindakan karya penyelamatan ini dilakukan demi mewujudnyatakan kasih-Nya . Kasih yang rela berkorban. “Karena Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 37



begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” ( Yohanes 3 : 16). Inilah pusat kesaksian iman Kristen bahwa Allah rela mengutus Putra tunggalnya untuk memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang. Yesus Kristus rela menjalankan misi Allah Bapa dengan memberi diri-Nya menjadi manusia, mengalami penderitaan, mati tersalib sebagai wujud totalitas kasih-Nya agar kita manusia diselamatkan dan beroleh hidup yang kekal. Ibu-Ibu, Beriman atau percaya kepada-Nya tidak hanya berarti mengakui apa yang Dia lakukan untuk semua orang yang percaya, untuk ibu- ibu dan saya, ya…untuk semua anggota PWGT. Iman percaya itu harus dibuktikan dengan menaati Dia dan mengikuti jejak-Nya. Salah satu jejak atau teladan terbesar yang Tuhan Yesus tunjukkan kepada kita adalah kerendahan hati. Tuhan Yesus memberi teladan tentang sikap kerendahan hati yang teragung. Ia mengesampingkan kepentingan dan kemuliaan diri-Nya hanya demi kita manusia. Bunda Teresia berkata : Kerendahan hati adalah ibu dari semua sifat yang baik. Dalam kerendahan hati kasih kita menjadi nyata. Kerendahan hati adalah sikap terdamai yang memiliki makna dan dampak yang luar biasa. Pertanyaan muncul: mengapa sikap kerendahan hati perlu dimiliki oleh manusia secara khusus orang yang percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Mengapa sifat kerendahan hati perlu dimiliki oleh setiap anggota PWGT dalam kehidupan sehari-hari? Firman Tuhan menekankan bahwa persekutuan hidup bersama semakin berarti dan berdampak jika semua yang ada didalamnya memiliki sikap kerendahan hati, yang merupakan buah teladan yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus. Sikap kerendahan hati mengarahkan kita untuk menyadari bahwa manusia adalah mahkluk yang fana, penuh keterbatasan. Kita tidaklah berarti apa-apa tanpa kasih dan Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 38



anugrah Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus. Keberadaan kita yang masih dapat menikmati hidup sampai saat ini dan apa yang kita miliki dalam hidup ini semuanya bersumber dari Tuhan. Oleh karena itu marilah terus bergantung sepenuhnya mengandalkan Tuhan. Bersyukur dalam keadaan apapun. Menyerahkan seluruh perjuangan hidup dan masa depan dalam kuasa dan kehendak-Nya. Orang yang rendah hati juga adalah orang yang dapat membangun dan menjaga relasi yang baik bersama dengan orang lain dalam keseharian atau di tempat kerja. Sikap kerendahan hati membangun persekutuan kasih mesra, belas kasihan, sehati sepikir dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan.Orang yang rendah hati adalah orang yang tidak merasa paling baik, paling tahu, paling pintar dll. Kerendahan hati tidak bersikap meremehkan orang lain tetapi justru mengarahkan kita untuk mengenal diri dan menyadari bahwa ada banyak juga kekurangan. Orang yang rendah hati adalah orang yang berintegritas ( Ya napokada, ya duka na pogau’, tae’ na NATO : No action, talk only = dipokada bangri, apa tae’ na dipogau). Tidak berada dalam kepura-puraan dan kemunafikan dalam bersikap dan bertindak tetapi melakukan semua karya atas dasar kebenaran dan keadilan yang pada akhirnya memberi dampak kebaikan bagi banyak orang. Ketika kita memiliki sikap kerendahan hati, kita akan melakukan semua pekerjaan tanpa melihat siapa yang akan mendapatkan pujian, melainkan yang perlu kita lakukan adalah bekerja dengan penuh tanggung jawab dan mempersembahkannya untuk kemuliaan Tuhan dan bukan untuk pujian yang sia2.” Hanya dengan demikianlah kita bisa tetap bercahaya di kegelapan hidup. Hanya dengan demikianlah PWGT bisa tetap bercahaya di kegelapan hidup. Hidup yang berdampak.Kiranya Roh Kudus memampukan untuk bersaksi mengenai karya keselamatan Allah di dalam Yesus Kristus. Amin. Pdt.A.S.K



Bahan Khotbah PWGT : 9-15 April 2023



“Maju dan Bergeraklah!” Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 39



(Hakim-hakim 4:1-9) Tujuan: PWGT menginspirasi gerakan-gerakan pembaharuan dan perlawanan pada ketidakadilan sekaligus membangun kemitraan untuk berjuang bersama



Pengantar Ibu2 yang dikasihi Tuhan! Lama sekali perempuan dilihat sebagai orang lemah, rentan dan tidak berdaya. Itulah sebabnya perempuan perlu ditolong. Tapi justru Alkitab mengatakan, perempuan diciptakan untuk menjadi penolong. “TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia ." (Kej. 2:18.). Ternyata perempuan itu adalah orang-orang hebat karena diperlengkapi Tuhan, seperti Debora. Penjelasan dan pesan teks Ibu-ibu terkasih, teks yang kita baca ini adalah salah satu teks yang mengetengahkan perempuan yaitu Debora sebagai tokoh yang hebat. Kehebatannya bukan hanya terletak pada keberaniannya melawan Sisera, tetapi kehebatannya adalah membangun kesetaraan dengan Barak. Ay. 1-2, merupakan gambaran umat yang dihukum Allah karena manusia tidak lagi saling mengasihi. Allah menyerahkan mereka ke tangan Yabin, Raja Kanaan, yang memiliki panglima yang sangat ditakuti karena mampu membunuh begitu banyak orang, yaitu Sisera. Ayat ini menjadi konteks global teks ini yaitu keterpurukan Israel dan kekejaman Sisera. Ayat 3, orang Israel berseru kepada Allah karena takut pada Sisera yang memiliki 900 kereta besi dan menindas Bangsa Israel selama 20 tahun. Ayat 4-5 menceritakan profil atau lokus sosial Debora, seorang Nabiah sekaligus bertindak sebagai Hakim di Israel juga seorang istri dari Lapidot. Sebuah jabatan yang jarang-jarang dimiliki, apalagi bagi seorang perempuan. Debora rupanya sangat terkenal sampai banyak orang datang meminta petunjuk dan menjadi hakim atas persoalanpersoalan mereka. Diceritakan bahwa Debora selalu duduk di bawah Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 40



pohon korma antara Rama dan Betel, juga adalah gambaran dua daerah yang menyimbolkan kekuatan di mana Debora berada. Ay. 6 adalah sebuah tindakan dan keputusan yang diambil Debora yaitu upaya membangun kesetaraan antara dia dan Barak. Di sini jugalah Debora memberi semangat kepada Barak untuk “Maju dan bergerak” melakukan perang dengan Sisera. Ay 7 Tuhan sengaja menggerakkan Sisera menyerang Israel dan menyerahkan mereka ke tangan Sisera. Ay. 8 merupakan frase yang tegas memperlihatkan bagaimana lakilaki juga membutuhkan perempuan. Barak membutuhkan Debora dalam menghadapi perang itu. Konteks di mana ketakutan Barak menghadapi Sisera dan justru konteks itu membutuhkan Debora, seorang perempuan hebat itu. Barak mengatakan, :jika engkau turut maju, akupun maju! Jika tidak, akupun tidak maju. Ay. 9, Sebuah akhir dari kerjasama yang mantap antara Debora dan Barak. Kata Debora: ‘baik, aku ikut” namun Debora memberi syarat bahwa jika menang kamu tidak mendapat nama atau penghargaan. Debora sebagai person yang dibutuhkan kemudian tidak “jaim” atau “jual mahal” atau dalam bahasa sekarang songong. Debora juga kemudian menerima tantangan ini dengan kerja yang serius atau tanggungjawab. Ibu2 yang dikasihi Tuhan. Teks ini memperlihatkan bahwa jauh ke belakang, pada zaman Perjanjian Lama, kesetaraan gender telah ada. Debora adalah salah satu pemimpin perempuan yang hebat. Melalui ini juga Tuhan memakai Debora untuk memperlihatkan bahwa kepemimpinannya sebagai hakim dan nabiah adalah kepemimpinan yang berbeda dari sebelumnya, dimana Debora memimpin dengan adil dan berhikmat. Tuhan menjadi pengendali dari semua kisah ini, Debora menjadi alat di tangan Tuhan untuk menyatakan kemulianNya. Hal lain adalah, Debora sebagai seorang perempuan berperan ganda di tengah-tengah bangsa Israel memenuhi karakteristik sebagai Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 41



seorang pemimpin yang dihormati, tetapi juga seorang ibu dan seorang istri. Pesan Khotbah Ibu-ibu yang dikasihi Tuhan, apa pesan dan refleksi kita terhadap teks Firman Tuhan ini? Meskipun kadangkala peran kaum perempuan masih tidak dilihat sepenuhnya, namun perempuan sudah sangat dapat dipertimbangkan. Meskipun perempuan masih sering mengalami ketidakadilan melalui pekerjaan ganda, ia bekerja sebagai pencari nafkah, ia juga bekerja melakukan pekerjaan rumah tangga, ia mendidik dan merawat anak, ia juga masih sering mengalami kekerasan di dalam rumahnya sendiri. Kisah Debora ini mengajak kita sebagai perempuan mestinya semakin sadar bahwa sejak dahulu kala perempuan telah dapat diandalkan, dapat bertindak adil dan tangguh. Mengapa terkadang perempuan masih tidak dianggap dan diberi peran? Persoalan ini kadang berasal dari diri kita sendiri yang tidak mau ambil kesempatan dan tidak mau menunjukkan kapasitas pelayanan dan tugas yang diberikan. Ketika kita diberikan kesempatan atau kesempatan terbuka tidak jarang memang kita mengatakan, “Ah ben bang mi muane”, minda la mantaranak sia undidik anak-anak dan siapa yang akan mengerjakan pekerjaan rumah tangga” ternyata ideologi patriarki itu sudah mandarah daging dalam tubuh baik lakilaki maupun perempuan. Tapi kisah Debora ini sungguh-sungguh menjadi inspirasi dan pendorong semangat bagi kita perempuan untuk “maju dan bergerak!” Selain dari kita perempuan sendiri, memang laki-laki kadang masih melihat perempuan secara tidak setara. Masih melihat perempuan dibawah dari laki-laki. Oleh sebab itu kurang diberi peran strategis dan penting. Untuk itu perlu di dalam rumah tangga kita masingmasing membangun kesadaran kesetaraan. Setara berarti sama dan adil. Pertanyaannya sungguhkah perempuan mengalami keadilan dan diperlakukan adil atau setara dengan laki-laki secara de facto di segala bidang? Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 42



Ibu2 terkasih, Jika kita menelisik lebih jauh, pertanyaan penting untuk diajukan adalah mengapa Tuhan memakai Debora, yang pada zaman itu perempuan sangat langka menjadi pemimpin. Orang Israel adalah masyarakat Yahudi berkebangsaan Ibrani, yang sarat dengan patriarkalisme, di mana keputusan selalu diambil berdasarkan keputusan laki-laki, atau keputusan bapa? Apa yang Tuhan ingin sampaikan sehingga harus mendobrak tradisi ini? Tidak tanggung-tanggung, Tuhan memakai Debora untuk menjadi pemimpin melawan Sisera sang panglima Yabin yang kejam dan jago dalam strategi perang. Barak yang adalah panglima yang juga sangat diandalkan itu saja takut dan tidak berani melawan Sisera, mengapa harus Debora? Tidak adakah lagi laki-laki lain yang lebih baik ketimbang harus memajukan Debora? Ibu2 terkasih, ternyata betapa penting bagi Tuhan untuk menempatkan perempuan pada posisi kepemimpinan. Betapa urgen untuk ditempatkan kembali pada hakikatnya yang sama dan setara dengan laki-laki, memiliki kapasitas dan kemampuan yang sama dengan lakilaki. Melalui Debora, Tuhan menempatkan kembali “gambar dan rupa Allah”. “Maju dan bergeraklah!” adalah ucapan bagi kita semua sebagai perempuan ketika diberi tantangan, ketika diberi tanggungjawab. Seberat apapun tanggung jawab tersebut, tetap ambil dan maju. Untuk maju, maka pergerakan menjadi penting dan menentukan keberhasilan. Artinya perempuan-perempuan butuh aksi, butuh pergerakan dan juga butuh political will atau dorongan/keberpihakan laki-laki melalui aturan, kebijakan dan pengarusutamaan perempuan. Ibu2 yang dikasihi Tuhan, “maju dan bergeraklah!” adalah sebuah ajakan, sebuah keberpihakan, sebuah posisi di mana Tuhan sedang memperlihatkan keadilannya, bagi perempuan untuk menjadi seorang yang dapat diandalkan. “Maju dan bergeraklah!” Terpujilah Tuhan, Amin Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 43



Pdt.J.T



Bahan Khotbah PWGT: 16 – 22 April 2023



“Berani Bersikap” (Ester 1:9-21)



Tujuannya: Perempuan berani menolak tindakan-tindakan yang bias gender



Saat pesta pora disertai minuman beralkohol sedang berlangsung, tibatiba sang suami berteriak, “bawa kesini istriku supaya dia memperlihatkan kemolekan tubuhnya kepada semua yang hadir disini”. Yang diperintah segera mencari untuk membawa sang istri ke tengahtengah pesta pora itu. Namun ternyata sang istri sedang sibuk dengan kegiatan yang dianggapnya lebih penting maka ia menolak perintah sang suami....... Bagaimana pendapat ibu-ibu tentang penolakan istri tersebut? Dan jika ada diantara kita berada dalam posisi demikian, kira-kira bagaimana sikap kita? “Selamat hari Kartini !” Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 44



Kita mengenang sekaligus mensyukuri kehadiran sosok perempuan yang telah menjadi pelopor kebangkitan perempuan Indonesia. Kartini adalah seorang tokoh yang akan selalu menginspirasi perjuangan perempuan dalam menghadapi berbagai ketidakadilan dan penyalahgunaan kekuasaan. Salah satu semboyan RA Kartini mengatakan bahwa ada banyak yang bisa menjatuhkanmu tetapi satu hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah dirimu sendiri”. Artinya tetaplah jadi diri sendiri, tak perlu takut dan kuatir dengan segala upaya orang lain yang ingin menjatuhkan kita sebab semua akan tergantung pada kata, perilaku dan cara kita menyikapi berbagai fenomena yang ada disekitar kita. Ibu-ibu yang kekasih dalam Tuhan... setiap kali berbicara tentang kitab Ester maka ingatan kita biasanya hanya tertuju pada kepahlawanan Ester. Bagaimana awalnya Ester tampil, siapa-siapa yang berperan dibalik kepemimpinannya yang hebat seringkali terabaikan . Padahal selain Mordekhai paman Ester, maka sosok penting lainnya dibalik munculnya Ester adalah Wasti. Sebenarnya sulit berkisah tentang wasti tanpa Ester dan sebaliknya sebab keduanya menunjukkan hubungan erat tentang kisah perempuan pelopor. Sama-sama melawan ketidakadilan namun dengan strategi yang berbeda sehingga perjuangan keduanya sebenarnya saling melengkapi. Sekalipun peran Wasti pada akhirnya dibungkam dengan cara dibuang dari istana. Tetapi justru pengorbanannya itulah yang memunculkan Ester dengan strategi baru menghadapi penguasa otoriter demi menyelamatkan bangsanya. Beberapa penekanan dari perikop ini : ...yang cantik dan menolak dieksploitasi Dalam hal ini eksploitasi adalah perintah Ahasyweros tanpa persetujuan Wasti untuk mempertontonkan tubuhnya kepada orang banyak. Wasti adalah istri Ahasyweros raja Persia yang kaya raya. Dia dikisahkan sebagai perempuan yang akhirnya dibuang karena dianggap memberontak dan tidak taat pada perintah sang raja yang adalah suaminya sendiri (1:12). “Tetapi ratu Wasti menolak untuk menghadap menurut titah raja (1:12). Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 45



Penolakan ini sesungguhnya bukanlah bentuk pemberontakan seorang istri terhadap suami, melainkan respon terhadap perintah menyangkut dirinya tanpa terlebih dahulu meminta persetujuannya.....”supaya mereka membawa Wasti untuk memperlihatkan kecantikannya...”. Perhatikan kata membawa; jelas ini mengandung unsur pemaksaan dan kesewenang-wenangan. Mengapa bukan memanggil atau mengajak Wasti? Sebagai istri Wasti menolak diperlakukan seperti benda, dijadikan barang pajangan sekedar obyek untuk dipertontonkan oleh suaminya di depan umum. Wasti hendak menunjukkan bahwa ia adalah seorang istri sekaligus pendamping raja yang punya martabat. Ia ingin tidak hanya dipuji kecantikannya tetapi juga dihargai sebagai seorang pribadi yang punya otoritas atas tubuhnya. Sehingga apapun yang hendak dilakukan menyangkut tubuhnya sekalipun oleh suaminya sendiri apalagi didepan orang banyak maka harusnya seizin dia . Menarik untuk direnungkan mengapa Wasti berani menolak sekalipun ia sudah tahu bahwa ada harga mahal, ada resiko besar yang harus ditanggungnya jika ia tetap bertahan pada sikap itu. Mendobrak dominasi laki-laki (patriarkhi) Ibu-ibu yang kekasih....sekali lagi tindakan Wasti tidaklah menunjukkan bahwa ia adalah seorang istri yang melawan atau tidak taat pada suami. Pada ayat-ayat sebelumnya kita membaca bahwa Ahasyweros adalah seorang raja yang suka pamer dan gemar pesta pora (ayat 4-7) type suami yang tak menghargai istri hal itu nampak dari cara dia memperlakukan Wasti sang ratu . Sikap itu kemudian mendapat dukungan dari orang-orang terdekatnya tanpa berusaha memahami alasan dibalik sikap Wasti. , “Wasti, sang ratu bukanlah bersalah kepada raja saja, melainkan juga kepada semua pembesar dan segala bangsa yang didalam segala daerah raja Ahasyweros karena kelakuan san ratu ituakan merata kepada semua perempuan, sehingga mereka tidak tidak menghiraukan suaminya...”(16-17. Raja dikelilingi oleh orang-orang yang bermental patriarkhi (menempatkan laki-laki dalam hal ini suami sebagai penentu mutlak). Padahal penolakan Wasti adalah bentuk kritik pada sikap dan model kepemimpinan suaminya. Sebagai istri Ia ingin disayangi dan dihargai. Dalam hal ini, sesungguhnya Wasti menjadi Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 46



simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan. Berani bersikap sekalipun akhirnya terbuang...... Kembali mengutip semboyan RA Kartini, “tiada awan di langit yang tetap selamanya . Tiada mungkin akan terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam; Terkadang kesulitan harus kamu rasakan terlebih dahulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu”. Wasti tak setuju dengan perintah suaminya yang bias gender (tak menghargai kesetaraan antara laki-dan perempuan). Dan demi memperjuangkan kaum tertindas dalam hal ini perempuan ia berani mengambil resiko. Disini Wasti juga ingin menyampaikan tentang arti kemerdekaan. Kemana dan bagaimana kelanjutan kisah hidup Wasti setelah dibuang karena dianggap membangkang terhadap titah raja yang adalah suaminya sendiri, Alkitab sama sekali tak mencatatnya. Hal ini juga hendak mengatakan kepada kita bahwa seseorang yang sedang berada pada posisi atau jabatan tertentu dan sudah berusaha bekerja sebaik mungkin dapat dengan mudah “dihilangkan” ketika suara dan sikapnya berbeda atau dianggap dapat mengganggu serta merugikan kepentingan orang-orang dalam “ lingkaran” itu. Namun perjuangan Wasti dalam senyap, sikap dan perilakunya yang tanpa suara itu menginspirasi Ester dikemudian hari untuk menempuh jalan lain melawan ketidakadilan yang mengancam kelangsungan hidup bangsanya. Perempuan berjuang bersama Kitab Ester adalah kisah tentang dua perempuan dengan perjuangan demi harapan yang sama yakni terciptanya keadilan dan kesetaraan . Mereka berdua sama-sama hidup pada masa dimana perempuan dalam hal ini istri hanya dijadikan objek dan dinilai sebatas fisik (band.Est.Ps.2). Sebagaimana pada awal dikatakan tak mungkin berkisah tentang Wasti tanpa Ester dan sebaliknya sebab keduanya punya tujuan yang sama sekalipun jalan hidup mereka berbeda. Wasti akhirnya terbuang dari pusat kekuasaan dan Ester masuk kedalam lingkaran kekuasaan menggantikannya sebagai ratu. Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 47



Kecantikan dan kekuasaan sering dianggap berbahaya. Tetapi mereka berdua mampu menunjukkan bagi kita bahwa kedua hal itu justru dapat menjadi potensi untuk melakukan sebuah perubahan besar. Jika Wasti terlihat gagal bertahan di istana karena menolak titah raja maka Ester justru mampu bertahan dengan strategi baru. Terpilih sebagai ratu karena kecantikannnya Ester nekad melanggar aturan demi menyelamatkan saudara-saudari sebangsanya. Tindakan menolak titah raja seperti yang telah dilakukan Wasti dan menghadap raja tanpa dipanggil sebagaimana yang ditempuh Ester adalah dua hal yang sama beresiko. Tetapi Ester berani melakukannya, ..”Aku dan dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalaupun aku terpaksa mati, biarlah aku mati” (Est.4:16. Perhatikan apa yang terjadi selanjutnya “Ketika raja melihat Ester, sang ratu berdiri di pelataran, berkenanlah raja kepadanya ...”(5:2). Disini terjadi perubahan, raja tidak lagi otoriter seperti sikapnya pada ratu Wasti karena ia mengizinkan Ester menemuinya sekalipun tanpa perintah dan sebenarnya tindakan Ester tersebut bertentangan dengan undang-undang yang berlaku saat itu. Sebuah perubahan besar, buah dari terobosan Wasti, dilanjutkan oleh Ester yang kemudian mampu meluputkan orang Yahudi dari rencana pemusnahan oleh Haman. Ibu-ibu yang kekasih ....kita juga perlu bergandengantangan dan berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah tepat demi melakukan perubahan agar tercipta kesetaraan dan keadilan untuk semua.



Pdt.E.T



Bahan Khotbah PWGT: 23-29 April 2023 Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 48



“Tangisilah Dirimu dan Anak-anakmu!” (Lukas 23:26-32) Tujuan : PWGT lebih fokus pada hal-hal prioritas



Jika saudara berada dalam kondisi dukacita atau katakanlah menghadapi sebuah pergumulan yang berat, bagaimana reaksi saudara? Tentu banyak hal, ada yang menangis, ada yang curhat sana sini, dan sebagainya. Apakah semua ekspresi itu salah? Tentu tidak, karena itulah sifat dasar manusia! Namun, sebagai orang percaya apa yang harus kita lakukan jika menghadapi setiap pergumulan kehidupan atau diperhadapkan dengan berbagai realitas hidup yang kadang menyakitkan? Inilah yang bersama-sama akan kita lihat melalui bacaan kita saat ini. Lukas 23:26-32 adalah sebuah kisah yang menggambarkan kisah Yesus yang sedang digiring (sambil membawa salib tentunya) ke Golgota untuk di eksekusi mati. Hukuman mati yang Yesus terima bukan karena adanya kesalahan yang Yesus lakukan, namun murni hasil konspirasi dua kekuatan besar saat itu, yakni pemimpin politik dan pemimpin agama Yahudi yang takut popularitasnya di geser oleh Yesus. Dari sini saudarasaudara kita bisa melihat bahwa ketika manusia terus menerus memfokuskan diri pada hal-hal duniawi/lahiriah maka relasinya dengan Tuhan perlahan-lahan akan dilupakan bahkan bisa meninggalkan Tuhan hanya untuk meraih ataupun mempertahankan jabatan, harta, kedudukan, dan sebagainya. Pertanyaannya, apakah itu tidak penting? Penting! Namun janganlah hatimu melekat pada hal-hal yang sifatnya sementara, melainkan fokuslah pada hal-hal prioritasmu yakni menjadikan Yesus sebagai yang utama dalam hidup ini, karena firman-Nya berkata “Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Penegasan yang Yesus sampaikan itu, juga ditegaskan dalam bacaan kita saat ini, di mana Yesus menegaskan kepada orang banyak khususnya kepada puteri-puteri Yerusalem agar jangan menangisi Yesus yang sedang melalui via dolorosa (jalan salib), mengapa? karena memang Yesus harus melalui jalan itu untuk Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 49



mengerjakan sebuah karya Penyelamatan Allah kepada manusia yang berdosa. Para puteri-puteri Yerusalem (Tor: pia to Yerusalem) menangisi Yesus karena mereka tidak sepenuhnya tahu apa yang sedang terjadi pada Yesus, yang mereka tahu adalah Yesus saat itu sedang menderita dan sebagai rasa solidaritas mereka, rasa prihatin mereka kepada Yesus, akhirnya kemudian menangis. Pertanyaannya, siapa puteri-puteri Yerusalem ini? Beberapa tafsiran menyebutkan bahwa mereka sebenarnya bukan perempuan-perempuan yang termasuk dalam bilangan pengikut Yesus, namun mereka hanyalah simpatisan Yesus, tidak percaya namun bersimpati terhadap penderitaan Yesus. Ini sama dengan Mahatma Gandhi, seorang India beragama Hindu satu sosok yang sangat mengidolakan Yesus, namun tidak menjadi pengikut Yesus. Inilah sebabnya Yesus berkata kepada mereka “da’ mitangi’iNa’, sangadinna tangi’ikomi ria kalemi sia anakmi”. Perkataan Yesus ini hendak memberi penegasan kepada mereka bahwa yang perlu mereka tangisi adalah kondisi Yerusalem yang akan mendapatkan penghukuman dari Allah karena ketidakpercayaan mereka kepada Allah. Yesus sebenarnya memperingatkan mereka bahwa jika mereka tidak bertobat dan memfokuskan hidupnya kepada Allah, maka penghukuman (baik itu penghukuman keruntuhan Yerusalem tahun 70 M, maupun penghukuman kekal) akan menjadi bagian mereka. Yesus hendak mengalihkan fokus mereka untuk lebih memfokuskan hidup pada hal-hal yang berkenan kepada Tuhan, bukan fokus pada hal-hal yang bukan prioritas yang hanya mendatangkan kesia-siaan dalam hidup. Yesus mengingatkan agar kesedihan dan air mata janganlah hanya emosi sesaat yang tidak mengantar pada pertobatan, karena emosi sesaat akan luntur seiring berjalannya waktu, namun pertobatan akan mengantar kita pada relasi yang intim dengan Tuhan. Ibu-ibu yang dikasihi Tuhan, melalui bacaan kita saat ini, marilah dengan kerendahan hati melihat ke dalam diri masing-masing sudahkah kita memfokuskan hidup kita kepada Tuhan sang pemilik kehidupan kita atau malah justru fokus terhadap hal-hal yang sifatnya sementara bahkan hal-hal yang bukan prioritas dalam hidup. Dalam menjalani kehidupan Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 50



khususnya sebagai ibu-ibu, tentu ada banyak hal yang direncakan untuk dikerjakan, baik dalam pekerjaan maupun dalam rumah tangga. Namun, firman Tuhan hadir menegaskan bagi kita sekalian saat ini bahwa belajarlah untuk fokus terhadap hal-hal yang prioritas dalam hidup khususnya hal-hal yang dapat mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan orang yang ada disekitar kita. Dan lebih dari pada itu, arahkanlah pandanganmu dan fokusmu untuk mengerjakan hal-hal yang berkenan di hadapan Tuhan. Amin



Prop. P.C,



Bahan khotbah PWGT: 30 April-6 Mei 2023



“Kembangkanlah Talentamu!” (Matius 25:14-30) Tujuan: PWGT semakin berdaya dan saling mendukung dalam pelayanan



Jika kita pernah mendengar atau menonton animasi kartun Cinderella, mungkin kita akan bertanya-tanya, siapa yang membuat animasi itu? Atau kita akan kagum dengan pembuatnya dan mengatakan “wahhh, sungguh talenta yang luar biasa”. Pasti dia orang pintar, orang Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 51



sukses, dan pasti kaya. Saudara-saudara, siapa sangka bahwa dibalik film animasi yang bagus itu, ada sosok yang berjuang luar biasa mengembangkan talentanya sehingga tiba pada titik kesuksesan yang sekarang. Dia adalah Walt Disney, seorang seniman yang sangat terkenal yang meraih kesuksesannya dengan perjuangan yang panjang dan proses yang menyakitkan. Disney lahir di keluarga miskin yang mengharuskannya bangun pagi-pagi benar setiap hari untuk membantu ayahnya bekerja mengantarkan koran. Setelah dewasa, dia mencoba untuk masuk ke dunia militer namun ditolak, setelah itu mencoba melamar pekerjaan diberbagai perusahaan, namun juga tetap ditolak, setiap usahanya mencari pekerjaan selalu gagal yang membuatnya berada pada fase putus asa dan merasa tidak bisa diandalkan. Namun suatu saat dia menyadari bahwa dia punya talenta menggambar, dan dengan talenta itu dia kemudian memasukkan karya-karyanya pada beberapa studio film, meskipun awalnya ditolak, namun pada akhirnya ia mendapatkan kontrak dari salah satu studio film dan karyanya berhasil menduduki peringkat pertama film Amerika selama tiga tahun berturut-turut. Saudara-saudara, kita sejenak membayangkan jikalau Disney saat itu tidak menyadari dan mengembangkan talentanya, bisakah dia meraih kesuksesannya? Berbekal ketekunannya saat itu, dia berhasil tiba pada titik kesuksesan. Bukan hanya Walt Disney yang dibekali talenta oleh Tuhan, namun kita semua dibekali talenta-talenta dalam diri kita. Pertanyaannya sekarang ialah apa yang harus kita lakukan dengan talenta-talenta yang ada pada kita? Bacaan kita saat ini memperlihatkan bagaimana seharusnya orang percaya merespon talenta yang Tuhan nyatakan dalam hidupnya. Perumpamaan ini adalah sebuah pengajaran yang Yesus sampaikan kepada murid-murid-Nya tentang bagaimana seharusnya menjalani hidup, secara khusus dalam kaitannya dengan akhir zaman, apa yang harus dilakukan dan dipersiapkan serta bagaimana merespon setiap pemberian Allah. Dalam pengajaran Yesus kali ini, Ia menggunakan perumpaan tentang talenta untuk menjelaskan bahwa dalam masa zaman akhir menuju akhir zaman, orang percaya tidak boleh hanya berdiam diri saja, berpangku tangan dan mengatakan cukuplah saya berdoa dan beribadah Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 52



saja, toh Tuhan pasti memperhitungkan itu. Tentu tidak seperti itu! Pengajaran Yesus kali ini lebih memberi penekanan pada tindakan nyata yang harus dilakukan oleh orang percaya, yakni dengan menyadari dan memaksimalkan talenta yang adalah pemberian Tuhan, agar ketika Tuhan meminta pertanggungjawaban, orang percaya bisa memperlihatkan sikap seperti hamba yang diberi dua dan lima talenta, yakni betul-betul menyadari dan mengembangkan talentanya, bukan malah mengubur dan tidak mengembangkannya seperti hamba yang diberi satu talenta. Tuhan menuntut kita untuk taat dan berserah sepenuhnya kepadaNya. Jika Tuhan memberimu talenta untuk berkhotbah, berilah dirimu untuk berkhotbah, jika Tuhan memberimu talenta bernyanyi, berilah dirimu untuk memuji Tuhan (jangan mulut dan suara pemberian Tuhan dipakai untuk membenci dan memaki orang lain), jika Tuhan memberimu talenta untuk menghias bunga di gereja, berilah dirimu untuk melayani sebagai penata bunga di gereja. Jangan malu untuk melayani, karena masing-masing kita telah diberikan sesuai dengan porsi masingmasing yang harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah. Kita semua mesti menyadari bahwa hidup ini adalah pemberian Tuhan yang sifatnya hanya sementara, olehnya itu selagi masih ada waktu dan kesempatan layanilah dan muliakanlah Tuhan dengan seluruh potensi yang ada padamu. Kembangkanlah talentamu, agar PWGT dapat menjadi persekutuan yang menjadi berkat bagi semua. Amin



Prop. P.C



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 53



Khotbah PWGT 7-13 Mei 2023



“TUHAN SUMBER SUKACITAKU” (I Samuel 2:1-10) Tujuan: Agar PWGT tak meragukan kasih dan kuasa Tuhan



Jika kita menghadiri ibadah syukur, hampir selalu ibadah itu dilaksanakan karena sesuatu hal yang dianggap oleh keluarga yang melaksanakan sebagai sebuah sukacita besar yang patut disyukuri bersama jemaat. Ada orang yang bersyukur karena anaknya diwisuda, karena sembuh dari sakit, naik pangkat atau posisi dalam pekerjaan, syukur ulang tahun, kelahiran anak, syukur karena keluarga sudah boleh berkumpul dan sukacita-sukacita yang lain. Selalu ada hal yang kemudian membuat kita bersukacita dan kemudian bersyukur kepada Tuhan. Sangat jarang bahkan mungkin sulit kita jumpai orang yang kemudian mengadakan ibadah syukur dengan alasan karena kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Kehadiran Tuhan saja sudah cukup untuk jadi dasar bersyukur. Inilah yang dilakukan oleh Hana dalam bacaan kita saat ini. Dalam 1 Samuel pasal 1 diceritakan tentang kisah kelahiran Samuel, anak yang lama didoakan dan begitu dinantikan oleh Hana. Tuhan menjawab doa Hana Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 54



dan memberikan seorang putra yaitu Samuel yang sesuai dengan nazar (janjinya kepada Tuhan) Hana, maka ia menyerahkan Samuel ke rumah Tuhan untuk menjadi milik Allah. Seperti yang kita tahu, sesuatu yang sudah lama kita minta atau sesuatu yang begitu kita rindukan dan kemudian kita dapatkan, seringkali membuat kita begitu lekat kepada sesuatu itu atau membuat kita begitu mencintainya sehingga tidak mudah untuk melepaskannya. Sebagai contoh saja, jika ada sebuah keluarga yang begitu bergumul dan mengharapkan anak sehingga mengusahakan segala cara, pengobatan dan harus menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan anak, setelah kemudian Tuhan memberikan anak ditengah keluarga itu yang sering terjadi adalah anak itu seringkali dimanja dan diberikan kasih sayang yang berlebih. Alasan yang seringkali disampaikan adalah anak ini begitu lama saya nantikan dan saya tidak mau dia lepas dari saya. Jika Hana mau mempertahankan Samuel sebagai pemberian Tuhan dan tidak menyerahkannya kepada Tuhan mungkin akan dianggap orang lain adalah hal yang wajar, karena Samuel begitu lama dirindukan di tengah keluarganya. Tapi yang terjadi tidak demikian, pada saat Samuel sudah disapih (pisah susu) Hana mengantarkannya ke rumah Tuhan dan menyerahkannya kepada Imam Eli untuk menjadi milik Tuhan sepenuhnya. Ketika Hana telah menyerahkan Samuel, pasal 2 dalam doxology atau pujian Hana kepada Tuhan tergambar bagaimana perasaannya. Lewat nyanyian Hana ini tergambar jelas apa yang menjadi isi hati Hana di hadapan Tuhan. Hana menaikkan pujian ini untuk mengakui kemuliaan Tuhan. Hana mengakui bahwa apa yang telah diterimanya adalah pemberian Tuhan. Hana begitu sadar bahwa karena Tuhan yang telah memberikannya, maka dikembalikannya untuk kemuliaan Tuhan. Dan yang luar biasa dari pujian Hana ini adalah Hana tidak hanya memuji Tuhan lewat mulutnya, tapi Hana memuji Tuhan lewat kehidupan nyatanya, Hana menyerahkan Samuel yang begitu dicintainya kepada Tuhan. Doxology atau nyanyian Hana ini mengajarkan kepada kita seringkali menyanyikan atau mengatakan sesuatu bahkan kepada Tuhan dengan begitu mudahnya. Namun kemudian, apa yang kita katakan itu begitu sulit untuk kita wujudkan dalam kehidupan kita. Sebagai contoh, Ketika kita menyanyikan kidung jemaat 64 bagian reffrein: maka jiwaku pun memujiMu;Sungguh besar Kau Allahku!”. Kita bisa begitu menjiwainya Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 55



ketika menyanyikannya, namun Ketika sampai dikehidupan nyata ternyata tidak semudah seperti kita menyanyikannya. Lewat pujian Hana kepada Tuhan ini, kita melihat ada kesatuan antara apa yang dinyanyikannya dengan apa yang dilakukannya. Hana tidak memperdulikan perasaannya atas Samuel yang begitu dicintainya. Apa yang Hana minta kepada Tuhan diserahkannya Kembali kepada Tuhan. Ini sama dengan pergumulan Abraham Ketika harus menyerahkan Ishak yang diminta oleh Allah untuk menjadi korban persembahan. Hana dan Abraham memiliki kemiripan, keduanya tidak mempertahankan apa yang mereka anggap sangat berharga dalam hidupnya, melainkan menyerahkannya Kembali kepada Tuhan. Ketika Hana menaikkan nyanyian syukurnya kepada Allah, Hana tentu tidak tahu bahwa Samuel yang dilahirkannya itu adalah salah satu hakim terbesar yang pernah dimiliki Israel sebelum jaman raja-raja. Hana tentu tidak pernah tahu bahwa Samuel anaknya akan menjadi seorang yang dipakai Tuhan untuk mengurapi Saul dan Daud menjadi raja atas Israel. Tapi dalam puji-pujiannya begitu tergambar bagaimana Hana memuji Tuhan tanpa mengungkit sedikitpun masa lalunya sebagai perempuan yang begitu lama menantikan anak, perempuan yang begitu tersakiti dari Elkana, suaminya dan Penina karena kondisi mandulnya saat itu. Hana tidak berputar dikondisi sulitnya dahulu dan ia tidak bersukacita diseputar pergumulan yang dijawab oleh Tuhan. Realita yang sering berbanding terbalik dengan kondisi saat ini. Jika ada seseorang yang mendapatkan sesuatu entah anak, kesuksesan atau hal apapun itu, kita biasanya cenderung akan memamerkannya di media sosial atau kita ceritakan kesuksesan itu berulang-ulang, kita lupa menceritakan dan juga menaikkan syukur berulang-ulang kepada Tuhan. Hana meyakini bahwa karena Tuhan hatiku bersukaria. Hana tidak mengatakan bahwa hatiku bersukaria karena pergumulanku telah dijawab oleh Tuhan melalui kelahiran Samuel. Dan ini tergambar dalam bacaan kita, Hana tidak sibuk bersyukur karena apa yang telah diberikan oleh Tuhan, Hana tidak sibuk membicarakan kesenangan hatinya. Hana justru mengatakan: “Hatiku bersukaria karena TUHAN, tanduk kekuatanku ditinggikan oleh TUHAN;…. Pujian Hana ini juga seperti sebuah pewahyuan bagi bangsa Israel yang saat itu belum diperintah oleh raja. Di bagian akhir ayat 10, dituliskan: “Ia memberi kekuatan kepada raja yang diangkat-Nya dan meninggikan tanduk kekuatan orang yang diurapiBuku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 56



Nya” Hana belum tahu kalau pada akhirnya nanti, Samuel akan dipakai Allah mendampingi raja-raja Israel, tapi dari pujiannya seperti Tuhan memberikan kemampuan kepadanya untuk melihat masa depan melalui pujiannya. Apa yang ingin disampaikan oleh Firman Tuhan melalui pujian Hana, secara khusus bagi kita kaum ibu? Apa sumber sukacita Hana? Apakah dengan kelahiran Samuel? Hana tidak mengungkapkan itu sama sekali di pasal 2 ini. Yang Hana ungkapkan adalah bagaimana kehadiran Tuhan dalam kehidupannya tidak mengecewakannya. Ratapannya yang penuh dengan air mata kesedihan akibat direndahkan pada akhirnya Tuhan ubahkan jadi sorak-sorai kemenangan besar. Kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita kaum ibu seharusnya juga kita maknai demikian. Ada ibu yang bergumul dengan kehadiran buah hati, ada ibu yang memiliki anak… namun bergumul dengan sikap anak-anak yang begitu susah diatur. Ada yang bergumul dengan sakit penyakit yang tak kunjung sembuh, masalah ekonomi, masalah dengan suami… Ada yang merasa bahwa keberadaannya selalu direndahkan oleh orang lain. Tapi biarlah dengan pergumulan itu kita belajar semakin dekat dan semakin mengenal Allah yang kita sembah. Nyanyian Hana mengajarkan kepada kita bagaimana orang percaya meskipun dalam pergumulan tetap memuliakan Tuhan karena meyakini pemeliharaan-Nya tetap bagi orang yang setia kepada-Nya. Biarlah pergumulan yang Tuhan ijinkan hadir dalam kehidupan kita tidak membuat sukacita kita berkurang bahkan hilang. Sukacita yang kita rasakan bukan tergantung dari apa yang kita terima dari Tuhan, tapi karena kehadiran Tuhan-lah maka hidup kita menjadi penuh sukacita. Amin. Pdt.H.P



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 57



Bahan Khotbah PWGT: 14-20 Mei 2023



“Jangan Ada Dusta” (Matius 28:11-20)



Tujuan: PWGT menjadi teladan dalam perkataan dan tindakan yang jujur dalam situasi apapun



Sebuah dongeng dari Italia bercerita tentang Pinokio, sebuah boneka kayu yang kemudian bisa hidup. Diceritakan bahwa hidung Pinokio akan menjadi bertambah Panjang jika ia berbohong. Cerita ini kemudian menjadi cerita sepanjang sejarah bahwa setiap kebohongan tidak dapat disembunyikan. Kecenderungan manusia adalah melakukan kebohongan, apalagi ketika melakukan suatu kesalahan dan malu atau enggan mengakuinya termasuk juga dalam kondisi terdesak. Lihatlah anak kecil, tanpa diajari untuk berbohong, jika mereka terdesak atau diminta untuk mengakui kesalahan yang dilakukan, mereka akan lebih cenderung berkata bohong lebih dahulu, kemudian setelah ditanya lebih dalam barulah ia mengaku. Dalam kehidupan keseharian pun kebohongan atau berkata dusta bukan lagi hal yang sulit untuk kita jumpai. Bahkan demi membenarkan kebohongan yang dilakukan maka muncul istilah “white lies = dusta putih”, padahal dalam iman Kristen kita tidak pernah membenarkan setiap kata dusta. Pembacaan kita dari Matius 28:11-20 menceritakan bagaimana prajurit yang telah diserahkan kepada Sanhedrin (mahkamah agama), sehingga prajurit ini harus melaporkan kronologis hilangnya jenazah Yesus. Prajurit ini menceritakan kepada para imam kepala tentang gempa bumi, turunnya seorang malaikat, penggulingan batu besar dari pintu kubur, dan keluarnya tubuh Yesus dari dalam kubur. Bisa dibayangkan bagaimana peristiwa kebenaran tentang kebangkitan Yesus ini menjadi hal yang begitu memalukan karena mereka harus percaya kepada Kristus dan menyesali perbuatan mereka yang telah menyiksa dan membunuh-Nya. Akan tetapi, karena rasa malu dan kekerasan hati dari para imam juga Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 58



yang akhirnya membuat mereka bersepakat untuk menutupi kebenaran tentang kebangkitan Yesus. Ketika Sanhedrin bersidang, diputuskanlah untuk memberikan uang suap yang besar kepada para prajurit yang menjaga kuburan Yesus, agar para prajurit itu mau bekerja sama dalam menutupi fakta atau kebenaran yang sesungguhnya. Para prajurit itu harus bercerita bahwa mereka sedang tidur ketika mayat Yesus dicuri. Dan kisah itulah yang sampai saat ini masih diyakini oleh Sebagian orang Yahudi sehingga mereka tidak mengakui kebangkitan-Nya. Dengan uang yang diberikan oleh imam kepala, mereka menaruh kebohongan dalam mulut para prajurit penjaga kubur Yesus. Banyak cara yang dilakukan untuk membungkam atau menutupi kebenaran. Namun sepandai apapun kita menyimpan atau menyembunyikan kebenaran, maka akan ada waktu di mana kebenaran itu akan muncul dengan sendirinya dan menyatakan yang seharusnya dinyatakan. Sepintarpintarnya bangkai ditutupi, baunya akan tercium juga. Ingat ketika kisah Yusuf yang dibuang oleh saudara-saudaranya ditutupi oleh cerita bahwa ia diterkam hewan buas ketika sedang menggembalakan dombadombanya. Sekian puluh tahun kebohongan saudara-saudaranya tersimpan dengan baik, namun ketika terjadi peristiwa kekeringan di negeri yang ditempati oleh Yakub dan anak-anaknya dan membuat mereka harus ke Mesir untuk mencari bahan makanan, maka kebenaran bahwa Yusuf masih hidup dan ia menjadi korban dari kakak-kakaknya akhirnya terungkap. Dalam kehidupan keseharian pun, tak jarang dusta kita lakukan dalam relasi kita sebagai suami dengan istri, relasi orang tua dengan anakanaknya, atau relasi kita dengan orang-orang di sekitar kita. Demi menyenangkan hati orang lain, kita seringkali lebih memilih berkata dusta daripada menyampaikan kebenarannya. Demi menyembunyikan rasa malu, akhirnya kita memilih berbohong tanpa sadar bahwa rasa bersalah bisa saja menghantui kita atau bahkan kita akan terbiasa untuk berkata dusta. Padahal seharusnya, dalam relasi dengan siapapun seharusnya dibangun di atas kejujuran dan keterbukaan, bukan didalam kebohongan yang lambat laun akan merusak relasi kita dengan orang lain. Peristiwa kebangkitan Kristus yang menjadi titik pusat iman kita seharusnya membawa kemenangan juga atas hidup kita. Injil mencatat Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 59



bahwa peristiwa kebangkitan adalah puncak dari sejarah pelayanan dan kehidupan Kristus. Kebangkitan-Nya menjadi begitu penting karena kebangkitan ini menjadi spirit (semangat) dan menjadi jaminan penyertaan Tuhan yang pasti (ayat 18-20). Kabar baik yang disampaikan para wanita kepada para murid dan yang nantinya akan disampaikan para murid kepada dunia ini adalah “Kristus sudah bangkit!” Kabar baik ini adalah kabar yang memerdekakan kita sebagai orang percaya. Kabar kebangkitan-Nya memberikan kita kuasa untuk hidup sebagai murid-Nya (ayat 20). Hal inilah yang hendaknya menjadi kekuatan kita menjalani hidup bersama. Kuasa kebangkitan-Nya membuat kita merdeka untuk hidup dalam kebenaran, keadilan dan penuh damai sejahtera. Tantangan untuk hidup dalam kemerdekaan sebagai murid Kristus yang menyampaikan misi damai sejahtera tidak akan mudah. Sama seperti tantangan para imam kepala di Mahkamah Agama yang menyuruh serdadu-serdadunya untuk berdusta tentang kebangkitan-Nya, maka tidak mustahil hal demikian akan kita jumpai juga dimasa kini. Sebagai kaum ibu, tantangan untuk merdeka sebagai murid Kristus bisa hadir dari manapun. Lingkungan di mana kita ada bisa saja menghalangi bahkan mencemooh kita ketika ingin menyampaikan misi Kristus. Cemoohan bahkan dibenci ketika berusaha hidup dalam kebenaran akan kita alami. Namun sadarlah, bahwa bukan kita yang pertama kali mengalami hal tersebut. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus yang sudah mati bahkan bangkit dari kematian, telah terlebih dahulu mengalaminya. Tantangan dalam hidup merdeka dalam kuasa kebangkitan Kristus seringkali lebih sering dan lebih kuat muncul dari dalam diri kita. Sering kita mengatakan bahwa kita mau hidup seturut kehendak Tuhan, namun dalam prakteknya, kita lebih mementingkan kehendak kita yang kita lakukan. Egoisme diri kita ketika berhadapan dengan masalah, bahkan lebih memilih berdusta demi menyenangkan orang lain, lebih memilih hidup dengan apa yang orang lain katakan daripada apa yang Tuhan katakan. Kebangkitan Kristus tidak akan memiliki dampak atau kuasa apapun atas kehidupan kita, jika kita tidak membuka dan membiarkan hati dan hidup kita untuk Tuhan. Kuasa-Nya yang nyata seharusnya membuat hidup kita lebih bermakna bukan hanya untuk diri kita, sesama kita, namun untuk kemuliaan nama-Nya. Amin.



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 60



Pdt.H.P



Bahan Khotbah PWGT: 21 – 27 Mei 2023



“PERCAYALAH!” ( Markus 5: 35-43 Tujuan: Agar PWGT meyakini kasih Kristus bagi siapapun yang mengandalkan- Nya.



Orang tua mana yang tidak panik kalau anak gadis yang sangat dicintai sakit keras? Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 61



Dapat dibayangkan suasana panik di rumah Yairus, kepala rumah ibadat, Mungkin terdengar saran dengan nada tinggi “Kata tetangga ada buah khusus yang bisa bantu. Coba cari!” “Coba diolesi badannya dengan minyak zaitun! Siapa tahu bisa membantu?” “Cepat! Cepat! Panggil tabib Yakobus!” Tetapi anak perempuan itu semakin lemas. Yairus dan istrinya sudah hampir putus asa. Tiba-tiba ada yang mengatakan: “Kata orang, guru dari Nazaret itu, yang namanya Yesus, bisa menyembuhkan orang. Siapa tahu dia bisa melakukan suatu mujizat untuk anak Pak Yairus.” Rela untuk coba apa saja, Yairus berangkat mencari Yesus. [Ngomong-ngomong, bagaimana dengan kita? Apakah kita coba semua penyelesaian masalah dan hanya mencari Yesus pada saat menghadapi jalan buntu?] Ketika Yairus melihat Yesus, ia sujud di depan-Nya, dan minta dengan sangat, “Pak, anak perempuan saya sakit parah. Sudilah datang untuk menjamahnya, supaya ia sembuh dan jangan mati!” Saat berjumpa dengan Yesus, bangkit kepercayaan Yairus pada kuasa Yesus untuk menyembuhkan anak gadisnya agar dia tidak meninggal. Yesus bersedia ikut ke rumahnya, tetapi Yairus menjadi semakin stres saat mereka semua berhenti selama beberapa menit karena ada seorang wanita yang disembuhkan. Yesus berdialog dengan dia, memperlihatkan kepedulian-Nya. Yairus mendengar kata Yesus : “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Tiba-tiba kelihatan seorang laki sedang lari menuju mereka. “Aduh, orang itu datang dari rumahku,” pikir Yairus. Ternyata berita yang paling tidak diharapkan, itulah yang dibawa. “Anak Bapak sudah meninggal.” “Bagaimana mungkin?” pikir Yairus. “Anak perempuanku yang begitu manis. Baru 12 tahun! Aku tidak mau percaya bahwa anakku sudah pergi. “ Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 62



Tiba-tiba terdengar suara Yesus penuh wibawa :”Jangan takut, percaya saja!” Yairus mengulangi kata-kata itu dalam pikirannya : “Jangan takut! Percaya saja! Jangan takut! Percaya saja!” Setibanya di rumah Yairus, mereka disambut dengan ibu-ibu yang menangis dan meratap dengan suara nyaring. Muncul lagi rasa panik dalam diri Yairus, tetapi dia memperkatakan kata Yesus lagi kepada diirinya. “Jangan takut! Percaya saja! Jangan takut! Percaya saja!” Terdengar lagi suara Yesus penuh wibawa mengatakan kepada mereka yang sedang meratapi kepergian gadis manis berumur baru 12 tahun : "Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!  l "  “Aduh, Bapak Guru ini mungkin gila!” pikir ibu-ibu itu dan mereka mulai menertawakan Yesus. Tetapi tidak lama lagi ejekan mereka berubah. Ternyata kuasa Yesus telah menjadi nyata bagi mereka yang mengandalkan Dia. Maut telah ditaklukkan. Anak perempuan yang sangat dicintai Papa dan Mamanya telah memberi respons terhadap kata lembut Yesus : “Talita kum!” Alangkah bahagia Yairus! Terngiang-ngiang dalam otaknya kata Yesus : “Jangan takut! Percaya saja!” Mungkin kita berpikir : “Tetapi itu dulu! Saya berdoa dengan iman bahwa teman saya, juga keluarga saya akan pulih, berdoa dengan iman. Tetapi ternyata ia meninggal karena Covid. Terus ada lagi yang meninggal karena stroke! Apa artinya kata Yesus ‘Jangan takut! Percaya saja!” bagi kita sekarang? Memang bangkit dari kematian adalah suatu mujizat yang luar biasa. Tetapi pernah ada seorang pendeta yang cukup terkenal mengatakan : “Iblis dapat meniru semua mujizat kecuali satu!” Apa yang satu itu? Menurut Bapak Pendeta yang satu itu adalah mengasihi, sampai mengasihi musuh. Itulah mujizat yang tidak dapat ditiru oleh Iblis. Mujizat yang paling hebat!



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 63



Apakah semua orang yang beriman diselamatkan dari bahaya dan kematian? Dalam Ibrani 11, terdaftar pahlawan iman. Di antaranya terdapat orang yang menutup mulut singa dan luput dari mata pedang. Tetapi ada juga orang yang dilempari, digeraji, dibunuh dengan pedang. Mungkin mereka mengalami apa yang disaksikan Raja Daud : Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; (Mazmur 23 : 4. Dan yang dapat dipastikan adalah bahwa, sebagai orang percaya, mereka telah mengalami kebangkitan dan tidak akan menghadapi kematian lagi. Bagaimana dengan Paulus? Bukankah dia orang yang mengandalkan Kristus? Bukankah dia orang yang dikasihi Kristus? Mengapa dia harus berulang-ulang dicambuk dan dilempari batu dan akhirnya mati dipenggal kepalanya? Mengapa Tuhan tidak melakukan mujizat, tetapi membiarkan Paulus tetap menderita duri dalam daging? Paulus sendiri memberi jawaban bagi kita. Melalui duri dalam daging ia belajar lebih rendah hati dan lebih menghayati kuasa kasih karunia Tuhan Yesus dalam dirinya. Kebangkitan kepada suatu karakter/kepribadian yang baru lebih bermakna daripada kebangkitan yang dialami anak Yairus karena salah satu tujuan hidup orang Kristen adalah diubah menjadi semakin seperti Kristus. Kalau kita menyimak kesaksian Paulus, dapat dipastikan bahwa ia setuju dengan kata Yesus kepada Yairus :”Jangan takut! Percaya saja!” Mungkin yang kita takuti adalah kesepian, kesendirian. Paulus menulis mengenai pengalamanya sendirian justru pada saat ia merindukan dukungan dari sesamanya. Dia bisa bersaksi: “Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorang pun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku, kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka, tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku…..” (II Timotius 4 : 16) Mungkin yang paling kita takuti adalah kematian. Itu pun tidak dapat memisahkan kita dari kasih Kristus, satu-satunya orang yang ditinggalkan oleh Bapa-Nya agar kita yang beriman kepada-Nya tidak Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 64



akan ditinggalkan oleh Allah Bapa. Yesus akan mengatakan kepada kita : “Jangan takut. Percaya saja. Bukankah salah satu tujuan kematianku adalah agar pengikut-Ku dibebaskan dari ketakutan akan kematian?’ Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (IBRANI 2 : 14) Paulus mengungkapkan keyakinannya bahwa tidak ada yang dapat memisahkan dia dari kasih Tuhan Yesus : Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? …. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikatmalaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,  atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (Roma 8) Paulus akan mengatakan kepada kita “Jangan takut. Percaya saja!” Bagi kita yang mengandalkan Tuhan Yesus tidak ada yang terjadi dalam kehidupan kita yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya. Sekali lagi, yang perlu kita hayati adalah : Bagi kita yang mengandalkan Tuhan Yesus tidak ada yang terjadi dalam kehidupan kita yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya. Setuju, ‘kan, Ibu-Ibu? Kurre sumanga’ Puang Yesu. Amin. Ibu .A.A.P



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 65



Khotbah PWGT: 28 Mei-3 Juni 2023



“Allahmulah, Allahku” (Rut 1 : 1-22) Tujuan : Agar PWGT mampu menjaga relasi harmonis dalam keluarga.



“Jangan mau! Pokoknya jangan mau!” “Jangan mau apa?” “Jangan mau tinggal bersama mertua!!” Citra baku ibu mertua cenderung negatif – suka mencampuri urusan keluarga anak dan menantunya, ‘sok’ tahu, cerewet. Sering terlibat konflik, khususnya dengan menantu perempuan. Pernah seorang pendeta menyampaikan hasil pengalaman dengan keluarga yang bermasalah sebagai berikut: “Banyak sekali masalah antar suami-istri tidak berasal dari hubungan suami-istri, tetapi dari campur tangan orang tua/mertua!” Seperti apakah, ya, hubungan kita yang sudah menjadi ibu mertua dengan menantu kita, ya? Dan bagaimana dengan kisah ibu mertua Naomi dengan dua menantunya, Orpa dan Rut? Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 66



Tiga ibu ini semuanya telah menjadi janda dan pasti menghadapi berbagai tantangan – rasa kehilangan dari orang yang dikasihinya, tantangan ekomoni untuk memenuhi kebutuhannya – baik jangka pendek maupun jangka panjang. Naomi adalah seorang asing di negeri Moab. Bangsanya berbeda dari Orpa dan Rut, juga bahasa ibunya dan agama/imannya. Sungguh banyak perbedaan antara ibu mertua ini dan dua anak mantunya. Mengapa mereka mau ikut berangkat bersama dia ke negeri yang asing bagi mereka? Besar kemungkinan bahwa sejak mereka diambil sebagai istri dari dua anak Naomi telah terbina suatu hubungan kasih yang mengikat mereka kepada mama mertuanya sehingga pada saat Naomi memutuskan untuk kembali ke negerinya, mereka memutuskan untuk ikut. Tentunya bagi Naomi kehadiran Orpa dan Rut memberi dukungan dan mengobati kesepiannya karena mereka telah membuktikan kasihnya kepadanya. (ayat 8) Kalau Naomi mau melihat keadaan hanya dari keuntungan diri sendiri, mungkin dia akan senang ditemani oleh dua wanita muda yang dapat menolong dirinya yang tidak muda lagi. Tetapi Naomi tidak egois. Salah satu ciri dari kasih Kristiani adalah “tidak mencari keuntungan diri sendiri” (I Korintus 13 : 5). Naomi lebih memikirkan masa depan menantunya daripada masa depan sendiri. Dia sadar bahwa mereka membutuhkan kesempatan untuk berkeluarga lagi. Bagaimana dengan kita dalam keluarga kita? Apakah kita melihat setiap masalah hanya dari sudut pandang sendiri? Apakah kita dapat berempati – melihat masalah dari sudut pandang anak kita? Suami kita? Ataukah kita hanya mencari keuntungan diri sendiri dalam hubungan keluarga? Jelas hubungan antara Naomi dan dua menantu sangat akrab. Naomi mengungkapkan apresiasnya untuk kasih mereka baik terhadap suami mereka alm. dan juga kasih mereka kepada dia sebagai mama mertuanya. Orpa dan Rut tahu bahwa mereka dihargai oleh mama mertuanya. Bagaimana dengan kita dalam keluarga kita? Apakah kita membiasakan diri mengungkapkan apresiasi kepada anggota keluarga? Ataukah jauh Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 67



lebih banyak kritikan daripada ungkapan apresiasi? Jangan-jangan hanya muncul kata-kata apresiasi di depan jenazah anggota keluarga, apresiasi yang tidak pernah mereka dengar pada saat mereka masih hidup bersama kita ! Orpa dan Rut terharu dan menangis menghadapi desakan Mama mertua agar mereka kembali karena masa depan mereka di negeri sendiri akan lebih terjamin. Dalam hubungan mereka yang akrab mereka saling ciuman. Tetapi akhirnya Orpa memutuskan untuk pulang. Bagaimana dengan Rut? Naomi mendesak Rut untuk mengikuti jejak Orpa dan pulang kepada “bangsanya dan kepada para allahnya”. Dengan kata yang poetis Rut, menghadapi masa depan yang tidak menentu, mengungkapkan komitmennya :….. “ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; 17di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan.: (Rut 1 : 16b, 17a). Orpa kembali ke allahnya, tetapi Rut mengaku bahwa dia akan menjadi pengikut iman mama mertuanya, Yahwe. Kita mungkin dapat bertanya : “Seperti apakah interaksi antara Naomi dan Rut selama mereka tinggal bersama sehingga Rut rela mengatakan “Allahmulah Allahku!” Dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma terdapat penilaian terhadap orang Yahudi : “Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu?’ Seperti ada tertulis : “Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain?” Rupanya ada dua kemungkinan – cara hidup kita dapat mengharumkan nama Tuhan kita atau dapat mencemarkan nama Tuhan kita. Menurut penelitian salah satu faktor utama yang menyebabkan anak-anak dari keluarga Kristen meninggalkan imannya adalah kemunafikan, termasuk kemunafikan yang mereka saksikan dalam keluarga sendiri. Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 68



Mungkinkah kita sebagai orang tua mengaku pengikut Kristus Yang hari demi hari mengampuni kita, tetapi anak-anak kita lihat bahwa masih ada orang yang kita tidak rela ampuni? (Efesus 4 : 32) Mungkinkah kita mengaku pengikut Kristus tetapi kita tidak mengikuti perintah-Nya. Hal ini juga disampaikan oleh rasul Paulus agar kita mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang mulia, adil, suci (Filipi 4 :8) sehingga anak kita tidak mau menerima Allah kita sebagai Allah mereka ? Tetapi bagaimana dalam hal Naomi? Rupanya dia mengharumkan nama Yahwe dengan hidup sesuai imannya, mengasihi menantunya seperti diri sendiri (Imamat 19 : 18) sehingga Rut tertarik pada iman Mama mertuanya. Apakah cara hidup kita menjadi daya tarik untuk orang sekeliling kita untuk menjadi pengikut Allah kita? Luar biasa pengaruh Naomi sehingga menantunya, Rut menjadi pengikut Yahwe dan diberi kehormatan menjadi nenek buyut Raja Daud dan salah satu di antara 4 wanita yang disebut dalam silsilah Tuhan Yesus. (Matius 1 : 5) Mungkin kita juga merasa bahwa kita mengasihi anggota keluarga kita seperti kita mengasihi diri sendiri. Meskipun begitu, sangat mungkin ada di antara ibu-ibu yang pernah dituduh anak, mungkin anak remaja : “Mama enggak mengasihi saya! You don’t love me!” pada hal kita, sebagai ibu, merasa bahwa kita sangat mengasihi anak kita. Salah satu kemungkinan adalah bahwa kasih anak dan ibu berbeda. Gary Chapman, penulis buku “Lima Bahasa Kasih” membandingkan kasih dengan sebuah bahasa karena suatu bahasa belum tentu dimengerti kalau bahasa itu berbeda dengan bahasa kita. 5 bahasa kasih, menurut Gary Chapman adalah waktu dengan perhatian yang sungguh-sungguh (quality time), ungkapan apresiasi, hadiah, sentuhan fisik dan pengabdian. Belum tentu bahasa kasih anak kita dan bahasa kasih kita sama. Mungkin kita yakin mereka akan merasa dikasihi karena kita mengabdi bagi mereka (acts of service) pada hal bahasa kasih yang mereka mengerti adalah quality time. Kalau kita sibuk, meskipun kesibukan itu berkaitan dengan kepentingan mereka, sangat mungkin mereka akan merasa tidak dikasihi. “Mama enggak cinta sama aku. Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 69



Buktinya Mama enggak pernah ada waktu untuk aku. Dan kalau aku minta dia duduk mendengar aku, belum apa-apa Mama akan interupsi terus mulai ceramahi aku, memberi nasihat, cerewetin aku!” Mungkin kita perlu ingat perintah Tuhan melalui Yakobus agar kita cepat mendengar, lambat berkata-kata dan lambat marah! (Yak. 1:19) Siapa dari kita yang akan mengatakan tidak mengasihi orang tua? Tetapi, mungkin dalam hubungan dengan orang tua, bahasa kasih berbeda. Mungkin orang tua yang tinggal di kampung kesepian dan ingin video call (quality time) dan kata-kata apresiasi, tetapi anaknya merasa cukup mengirim uang (acts of service/pengabdian) dan mengumpulkan uang untuk pesta besar kalau orang tua dipanggil Tuhan. (Kalau kita jujur, dapatkah kita percaya bahwa orang tualah yang sudah bersama Tuhan Yesus yang dapat manfaat dari pesta besar ?? ) Dalam kitab Rut kita menyaksikan dua orang – seorang ibu mertua dan menantunya yang memberi contoh berempati satu dengan yang lain, saling mengasihi dalam tindakan nyata, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tetapi mendahulukan kepentingan orang lain. Dengan demikian tercipta hubungan yang harmonis. Dan sampai sekarang di mana pun anggota keluarga menghargai dan menaklukkan diri kepada Allah dan perintah-Nya, akan tercapai hubungan yang harmonis dalam keluarga, keluarga di mana Allahmu adalah Allahku, Allahku adalah Allahmu.



A.A.P



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 70



Khotbah PWGT : 4 – 10 Juni 2023 “Dalam Perlindungan Tuhan” (Mazmur 34 : 1-23) Tujuan : Agar PWGT senantiasa mengandalkan Tuhan. 1Dari Daud, pada waktu ia pura-pura tidak waras pikirannya di depan Abimelekh,sehingga ia diusir, lalu pergi.2Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu;puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.3Karena TUHAN jiwaku bermegah;biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. 4Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! 5Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku,dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. 6Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya,maka mukamu akan berseri-seri,dan tidak akan malu tersipu-sipu. 7Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar;Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya. 8Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia,lalu meluputkan mereka.9  Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya! 10Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus,sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia! 11Singa-singa muda merana kelaparan,tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatu pun yang baik. 12Marilah anakanak, dengarkanlah aku,takut akan TUHAN akan kuajarkan kepadamu! 13  Siapakah orang yang menyukai hidup,yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik?14Jagalah Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 71



lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu; 15jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya! 16Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong; 17wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. 18Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar,dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya. 19 TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati,dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. 20Kemalangan orang benar banyak,tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu; 21  Ia melindungi segala tulangnya,tidak satu pun yang patah. 22Kemalangan akan mematikan orang fasik,dan siapa yang membenci orang benar akan menanggung hukuman.23 TUHAN membebaskan jiwa hamba-hamba-Nya,dan semua orang yang berlindung pada-Nya tidak akan menanggung hukuman.



----------------------Apa yang kita lakukan kalau kita gelisah, kuatir, stres? Nonton…? Keluar rumah…? Ke mal (kalau kita tinggal di kota)? Curhat di group WA? Melampiaskan rasa kuatir/stress itu dengan memarahi anggota keluarga? Daud termasuk orang yang menghadapi stres selama bertahun-tahun saat Raja Saul yang cemburu terhadapnya mengejar dan berusaha membunuhnya. Pernah dalam keadaan panik, Daud melarikan diri ke daerah orang Filistin. Celakanya dia dikenal di sana sebagai seorang tentara Israel yang prestasinya cemerlang, termasuk dalam membunuh pahlawan perang Filistin, Goliat. Sadar bahwa jiwanya terancam, Daud berpura-pura gila dan berhasil menipu raja sehingga diusir. Mungkin strategi Daud menipu dapat diragukan moralitasnya, tetapi berdasarkan Mazmur 34, Daud tidak hanya menyusun strategi tetapi juga memohon perlindungan Tuhan. Salah satu tolok ukur yang membuktikan apakah kita mengandalkan Tuhan atau diri sendiri atau orang lain adalah sepenting apa doa dalam kehidupan kita. Kalau kita kurang berdoa, kita sedang berasumsi bahwa, tanpa keterlibatan Tuhan dalam kehidupan kita pun, kita OK-OK saja. Tanpa mengandalkan Tuhan pun kita sanggup mengatur acara ini atau mengambil keputusan itu. Bukankah itu kenyataan hidup kita yang mengaku orang beriman? Tetapi pasti, sebagai orang Kristen ada saatnya kita berdoa. Selain doa rutin, seperti doa makan, kapan kita berdoa? Apakah kita memperlakukan Tuhan sebagai pintu darurat? Hanya kalau terancam bahaya baru lari kepada Tuhan? Ataukah kita menjadikan Tuhan obat penenang dengan ayat favorit yang ‘meninabobokan’ kita? Apakah kita menganggap Tuhan sebagai ‘last resort”/pilihan terakhir, yaitu kalau sudah coba segala-galanya yang lain, baru kita mengatakan : “Tidak ada yang dapat kita lakukan, hanya berdoa saja.”Mungkin kita mempunyai keluarga atau teman yang suka datang minta tolong kepada kita pada saat membutuhkan pertolongan. Itu wajar saja. Tetapi bagaimana perasaan kita kalau orang itu hanya datang pada saat ‘lagi butuh’? Bukankah kita akan merasa tersinggung, seolah-olah kita tidak dihargai, tetapi hanya dimanfaatkan? Apakah kita mengandalkan Tuhan Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 72



atau memanfaatkan Tuhan? Memang kalau kita membaca puluhan mazmur yang ditulis oleh Daud, kita harus mengaku bahwa banyak dari mazmur ini berkaitan dengan krisis dalam kehidupan Daud. Tetapi kita dapat menyaksikan juga bahwa Daud menjalani hidupnya dengan Tuhan pada saat tidak krisis. Dia mengungkapkan rasa takjub atas Tuhan Pencipta alam semesta dan juga akan keadaan manusia yang baik kecil maupun terhormat (Mz 8), atas ciptaan dan Firman (Mz 19) dan juga mengaku dosa sendiri dan mohon pengampunan (Mz 51). Kita mendapat kesan bahwa hubungan Daud dengan Tuhan tidak terbatas pada krisis, tetapi mewarnai seluruh kehidupan. Dia mengandalkan Tuhan pada saat cemas, takut, bingung, tetapi juga mencari Tuhan untuk bersuka cita dalam Tuhan dan mengajak orang lain untuk bersuka cita dalam Tuhan.Bagian awal dari mazmur ini berbunyi : Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu;puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Di sini terbukti bahwa Daud tidak hanya memuji Tuhan pada saat semua berjalan dengan mulus. Seperti Paulus dan Silas yang masih menyanyi pujian kepada Tuhan setelah difitnah, dicambuk, dilemparkan ke dalam penjara dan dibelenggu kakinya dalam pasungan yang kuat (Kisah16 : 22 – 25) demikian juga Daud berkomitmen untuk memuji Tuhan pada segala waktu. Apakah kita seperti itu? Apakah kita dikenal sebagai orang yang banyak mengeluh atau sebagai orang yang bahagia karena kita menghayati kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita? Sesuai dengan perintah Tuhan melalui Paulus “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan!” (Filipi 4 : 6), sumber sukacita kita bukan keadaan yang kita hadapi tetapi Tuhan Yang mengasihi kita yang tidak layak dikasihi. Apakah Tuhan menjadi tempat perlindungan untuk semua orang? Kita memang tahu bahwa Tuhan baik kepada semua orang sebagaimana terbukti dalam Matius 5 : 45 di mana kita diperintahkan untuk mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka yang menganiaya kita agar kita menjadi seperti Bapa kita Yang “menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurukan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. “ Tetapi apakah secara otomatis semua orang mendapat perlindungan Tuhan? Dalam mazmur ini ditegaskan pentingnya ‘takut akan Tuhan.’ Pernah ada beberapa mahasiswa yang merasa tidak tepat bersikap takut akan Tuhan. Mereka bertanya : “Bukankah Tuhan itu Kasih?” Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 73



Apa arti sebenarnya dari takut akan Tuhan? Jelas ada unsur sangat menghormati Tuhan karena sadar bahwa Tuhan itu MahaKuasa, Pencipta dari segala yang ada, Pencipta kita, Mahatahu, Mahahadir. Kalau kita menghayati kasih-Nya dan pengorbanan untuk kita, kita akan takut untuk melukai hati-Nya. Bagaimana kita dapat menguji diri untuk mengetahui apakah kita takut akan Tuhan? Mungkin kita akan tanya kepada diri sendiri : “Apakah kita lebih rajin menepati janji kepada Tuhan atau kepada sesama kita?”“Apakah, kalau kita berdoa, kita mengulangi kata-kata yang telah dihafal tanpa menghayati kepada Siapa kita bicara?” “Apakah kita menganggap remeh perintah-peritah-Nya, seolah-olah perintah-perintah itu hanya saran yang boleh dituruti, tetapi tidak harus ditanggapi secara serius? Sebagai contoh : Berapa dari kita yang berdoa bagi mereka yang menganiaya kita? Bukankah itu suatu perintah yang jelas dari Tuhan Yesus? Orang yang mengharapkan perlindungan Tuhan diperintahkan untuk menjaga lidah. Pernah ada seorang yang memberi komentar : “Ibu-ibu PWGT rajin mengikuti ibadah, tetapi setelah ibadah mereka masuk ruang PWGT dan menggosipkan orang lain.” Dalam kitab Yakobus kebiasaan memuji Tuhan dan mengutuk manusia tidak diperkenankan Tuhan karena manusia diciptakan menurut gambar Allah dan penting di mata-Nya. Apakah kita mencari perdamaian? Ataukah kita sulit mengampuni orang lain, meskipun kita sendiri mengandalkan pengampunan Tuhan? Apakah kita merusak persatuan dan kesatuan karena kita memandang muka dan membedakan orang berdasarkan status sosial di mata manusia? Apakah kita hanya mencari dan mengandalkan Tuhan sebagai sumber rejeki ataukah kita mencari Tuhan dengan jiwa yang remuk, sikap sadar akan dosa kita dan merendahkan diri di hadapan Tuhan mohon pengampunan sebagaimana yang dilakukan Daud setelah disadarkan akan dosanya. Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 74



Mazmur 51 :19 “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.” Jangan-jangan kita, ibu-ibu yang rajin dalam kegiatan gerejawi justru lebih mirip orang Farisi yang berdoa mengucap syukur bahwa ia lebih baik daripada orang lain dan tidak sadar bahwa dia tidak mencapai dan tidak mungkin mencapai standar hukum yang terutama. Kalau kita membaca mazmur ini, mungkin kita menjadi bingung karena banyak hal yang sepertinya dijanjikan, tetapi yang kita tidak alami dalam kenyataan, meskipun kita berlindung pada Tuhan dan berusaha melakukan kehendak-Nya, misalnya “dilepaskan dari segala kesesakan,” “tidak kekurangan sesuatupun yang baik”. Memang diakui bahwa “Kemalangan orang benar banyak” tetapi selanjutnya dikatakan bahwa “TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu” Kitab Mazmur termasuk jenis sastra puisi – ungkapan hati si penulis tentang pengalaman dan perasaannya. Tidak sama dengan doktrin yang ditemukan, misalnya dalam ajaran Perjanjian Baru. Bagaimana kalau saya merasa bahwa pengalaman saya berbeda dari pengalaman Raja Daud dan pernyataan bahwa Tuhan akan melepaskan orang benar tidak menjadi realitas dalam kehidupan saya? Cara Tuhan memang misteri bagi kita karena jarak antara Tuhan Yang Maha Tahu dan kita, manusia kecil dan fana terlalu besar. Kita akan bingung menjawab kalau, seperti Ayub, kita ditanya : “Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi?’ (Ayub 38 : 4a). Menghadapi misteri kehidupan ini, kita diajak untuk Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Kecapklah! Suatu pengalaman pribadi. Suatu kedekatan yang dibangun oleh komunikasi di mana kita mendekatkan diri kepada Tuhan (Yakobus 4 : 8), berinteraksi secara jujur dengan Tuhan, sharing kebingungan, kegelisahan, kemarahan kita (karena toh Ia sudah tahu segala-galanya tentang diri kita) tetapi juga membuka mata kita untuk melihat semua bukti kebaikan-Nya (khususnya salib Kristus, di mana Ia menanggung hukuman bagi kita) dan mengungkapkan syukur kita kepada Dia dengan keyakinan bahwa pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhan kita lebih mulia daripada semuanya. (Filip 3 8a) Mungkin perlindungan yang kita harapkan dari Tuhan seharusnya bukan perubahan dalam keadaan yang kita hadapi, tetapi pengalaman dari Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 75



kebaikan Tuhan kepada kita, karena Ia mengasihi kita dan mengutus Anak-Nya untuk mati bagi kita pada saat kita masih berdosa. (Roma 5 : 8) “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!” Amin A.A.P



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 76



Bahan khotbah PWGT: 11-17 Juni 2023 “KETAATAN” (GALATIA 6 : 1 – 10) Tujuan : Agar PWGT saling mendukung dalam pelayanan



Kita sungguh sadar bahwa tidak ada hal yang bisa kita kerjakan atau lakukan yang tidak membutuhkan bantuan dari pihak lain. Sekalipun kita di sebut “mandiri” tetapi dalam kemandirian itu kita tetap memerlukan orang lain untuk membantu kita. Dalam kesadaran inilah Rasul Paulus berpesan kepada warga Jemaat Galatia dan kita semua yang membaca surat Paulus ini, agar kita tetap saling membantu, dengan cara “berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawankawan kita seiman” (ay.10). Pengalaman-pengalaman hidup bersama dalam lingkungan jemaat Galatia di mana ada konflik-konflik internal dalam jemaat yang membuat Rasul Paulus mengajak Jemaat untuk memulai perbuatan kasih dan bertolong-tolongan kepada kawan-kawan seiman. Misalnya ada yang mengangap dirinya berarti padahal sama sekali tidak berarti ( ay. 3 ) atau memegahkan diri. Memang tidak ada batasan terhadap siapa kita harus berbuat baik. Namun mengapa terutama dengan “kawan-kawan seiman”? Karena tidak mungkin kita mengasihi dan berbuat baik kepada orang lain jika terhadap kawan-kawan seiman saja kita tidak bisa mengasihi dan berbuat baik. Kasih dan kebaikan dimulai dulu dari “lingkungan sendiri” lalu melangkah “keluar”. Menyatakan kasih dan kebaikan kepada yang lain adalah salah satu wujud ketaatan kita kepada Tuhan. Bagaimana agar ketaatan kita kepada Tuhan dapat kita nyatakan dengan saling membantu? Pertama-tama kita mesti menyadari bahwa semua kita berpotensi untuk melakukan kesalahan dan bahkan sampai jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan. Rasul Paulus menasihati, seandainya ada di antara kita yang melakukan pelanggaran maka “kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan” (ay.1). Ini adalah suatu petunjuk praktis yang sangat jelas untuk dilakukan dalam hidup bersesama. Siapa itu “yang rohani?”. Kita bandingkan dengan terjemahan lain! Bahasa Toraja : “kamu tu Natorroinna Penaa”, BIMK : “Kalian yang hidup menurut Roh Allah”. Artinya mereka yang diri dan hidupnya dikuasai atau dikendalikan oleh Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 77



Tuhan, yang karena kuasa dan kendali Tuhan itu, ia dapat memimpin atau mengarahkan orang ke jalan yang benar dengan penuh kasih dan lemah lembut. Yang “rohani” tidak berarti lebih kuat dan baik imannya daripada yang lain tetapi yang mau membantu mereka mengalami masalah. Dalam dunia di mana orang lebih suka membicarakan masalah orang lain dan menyebarkan keburukan orang lain, di sini kita justru di minta untuk menjadi “yang rohani” membantu mereka yang sedang mengalami masalah. Bukan menambah masalah orang atau bergembira atas masalah ataupun kejatuhan orang lain, melainkan “bertolong-tolongan menanggung beban” (ay.2). Setiap orang dalam hidupnya memiliki “beban” dengan kadar berat yang berbeda-beda. Perlu bagi anak-anak Tuhan untuk saling menolong mengangkat beban-beban yang di tanggung. Menurut sebuah tulisan, Bapa Gereja, Agustinus pernah mendapat pertanyaan : “Apakah kasih itu? Bagaimana bentuk dan rupa kasih itu?”. Agustinus menjawab : “Kasih memiliki tangan untuk menolong orang lain, kasih memiliki kaki untuk menghampiri mereka yang miskin, kasih memiliki mata untuk melihat kebutuhan-kebutuhan orang lain, kasih memiliki telinga untuk mendengar mereka yang menderita”. Apa yang Agustinus katakan itu berarti hidup kita bukan untuk diri kita sendiri melainkan untuk orang lain juga. Kita tidak menikmati kebaikan Tuhan bagi diri kita sendiri. Tangan, kaki, mata, dan telinga kita bukan hanya untuk kepentingan kita sendiri melainkan untuk orang lain juga. Pertanyaan refleksi bagi Ibu-ibu adalah apakah tangan, kaki, mata, dan telinga kita sudah kita pergunakan juga untuk berbuat kasih dan kebaikan bagi orang lain, yang di mulai dari orang-orang terdekat kita? Rasul Paulus mendorong jemaat Galatia untuk terus melakukan perbuatan baik, tidak jemu-jemu melakukannnya. Karena berbuat baik itu seperti menabur benih (ay.7 – 9). Dampak dari perbuatan baik memang sering tidak langsung kelihatan tetapi akan ada waktunya di mana hasil dari perbuatan baik itu menjadi nyata. Seperti petani yang menabur harus bersabar dengan waktu menunggu untuk menuai apa yang ditabur. Sebab itu tetaplah berbuat baik, sekalipun perbuatan itu kelihatannya sederhana atau terkesan seperti perbuatan yang kecil atau sepele. Perbuatan baik yang dilakukan dengan dasar kasih akan tetap memberi



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 78



dampak yang besar. Jika ada perbuatan baik kita yang tidak dihargai, bagaimana pun juga tetaplah lakukan yang baik. Firman Tuhan saat ini mengajak Ibu-ibu sekalian untuk saling mendukung dalam pelayanan dengan berpedoman nasihat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia. Karena dengan saling mendukung dalam persekutuan dan pelayanan, apa yang kita kerjakan bersama-sama akan berdampak secara luas. Dengan menolong orang lain sebenarnya kita menolong diri kita sendiri. Dalam wadah PWGTsemua anggota akan bertolong-tolongan atau saling membantu, tidak ada yang merasa bahwa pelayanan dalam PWGT adalah pelayanan para pengurus saja melainkan pelayanan bagi semua dan oleh semua. Sesederhana apapun peran yang dilakukan itu akan sangat berarti. Dalam wadah PWGT semua anggota turut “ambil bagian” dalam pelayanan, saling memberi, saling berbagi dan saling membantu sesuai karunia diberikan oleh Tuhan kepada masing-masing anggota. Sebab itu, semua akan saling memperhatikan dan memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk ikut berperan. Ada banyak bentuk perbuatan baik yang bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesama dari segi materi, sosial dan spiritual. Yang penting kita ingat ialah kita membantu bukan dengan tujuan agar mendapat balasan, melainkan karena melakukan hukum Kristus yaitu hukum kasih. Tujuan dari perbuatan kasih yang kita lakukan adalah untuk menyatakan ketaatan kita kepada Kristus dan untuk kemuliaan Kristus. Kristus adalah contoh dan teladan bagi kita dalam hal mengasihi dan berbuat baik. Kristus melayani dan memberi perhatian kepada mereka yang lemah, yang sakit, yang tak berdaya, yang tidak diperhitungkan dalam masyarakat, yang miskin dan yang berdosa. Kepada orang-orang seperti itulah kita terpanggil untuk mengulurkan tangan, kaki, mata, telinga dan hati yang penuh kasih. Lakukanlah dengan konsisten, “jangan jemu-jemu berbuat baik”dan jangan merasa lelah. Pdt.S.P,



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 79



Bahan khobah PWGT: 18 - 24 Juni 2023 “JAGALAH LIDAHMU” Yakobus 3 : 1-12 “Yanna tassukmo lanmai puduk , ko tawanamo tau to”…ini adalah salah satu kada Toraya yang kerap dikatakan. “Yanna tassukmo lanmai puduk, ko tawanamo tau to” arti harafiahnya “jika sudah keluar dari mulut, ya itu sudah bagian orang lain”. Jika sudah milik orang lain, ya sudah tidak dapat ditarik kembali. Begitulah kira-kira arti sederhananya. Tentu ungkapan ini ada supaya setiap orang yang mau berbicara, berhati-hati dan memikirkan terlebih dahulu dampak dari apa yang akan dikatakannya, apakah akan diterima dengan baik oleh Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 80



pendengarnya atau justru sebaliknya, apakah akan berdampak buruk. Salah pilih satu kata saja atau salah penekanan bisa berarti lain. Itulah juga yang dicoba di jelaskan Yakobus dalam pembacaan kita hari ini tentang lidah yang dari segi ukuran, ukurannya memang kecil tapi jangan salah, lidah kecil tapi bisa berpengaruh besar pada kehidupan manusia. Kata Paulus di ayat 5a “demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar ”. Bahkan tidak sampai disitu saja, kata Yakobus : “lidah itu ibarat api yang betapapun kecilnya dapat membakar hutan yang besar (ay. 5b). Artinya daya rusak dari lidah yang kecil bisa luar biasa besarnya. Dari penegasan Yakobus ini, maka sangatlah jelas betapa pentingnya mengendalikan lidah. Lidah yang kecil tapi sangat berpengaruh besar bagi kehidupan kita. Positif atau negatif. Maka kuncinya sebelum mengucapkan sesuatu dengan lidah maka perlu memikirkan dengan baik niat dan maksud kita. Sebagaimana yang dikatakan oleh Tuhan Yesus “karena yang diucapkan oleh mulut, meluap dari hati”. Jemaat Tuhan, dikalangan orang Toraja kita juga sering mendengar mereka berkata:  Yanna manuk sissikna tu ditiro  Yanna tedong,koo…palisunna  Anna tau??? Koo.. pudukna ba’tu buangan kadanna Makanya sering dikatakan yatu pudukta,yamo palisunta. Ungkapan-ungkapan orang toraja ini memang sangat sejalan dengan kata Alkitab, sejalan dengan apa yang telah dikatakan oleh Yakobus diatas, lalu kemudian ditekankan lagi oleh Raja Salomo dalam kitab amsal. Ia berkata “hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya,akan memakan buahnya” (amsl 18:21). Perkataan sekali lagi memang berpotensi untuk menghasilkan konsekuensi yang positif atau negative. Perkataan dapat berkuasa memberikan hidup melalui kata-kata yang jujur dan membangkitkan semangat. Namun disisi lain, perkataan juga dapat merusak dan membunuh lewat kebohongan dan gosip. Kalau begitu sebagai anak Tuhan, bagaimana kita dapat memastikan bahwa perkataan yang kita ucapkan akan memberikan hasil yang baik atau berdampak baik? Karena sesungguhnya cara kita berbicara, pilihan kata kita sangat mencerminkan siapa kita, siapa Tuhan Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 81



yang kita sembah. Memang benar bahwa kita manusia biasa. Kita bersalah dalam banyak hal; termasuk kata-kata kita (ay. 2 ), tetapi itu tidak boleh membuat kita menjadi tidak serius dalam mengendalikan lidah kita. Yakobus mengemukakan sebuah pertentangan yang baginya sangat tidak masuk akal. Katanya “bagaimana mungkin kita bisa memuji Tuhan sambil menghina orang yang Tuhan ciptakan (ay. 9)? Artinya memang lidah anak-anak Tuhan adalah lidah yang dapat dikendalikan meskipun sulit karena lidah anak-anak Tuhan adalah lidah yang digunakan untuk menjadi berkat bagi banyak orang. lidah yang selalu memberi semangat, mengucapkan berkat, menyejukkan dan dirindukan oleh banyak orang. Alkitab juga telah memberi jawabnya bahwa satu-satunya cara yang dapat anak–anak Tuhan lakukan agar dapat mengendalikan lidah adalah dengan tekun menjaga hatinya. “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan (ams. 4:23)”. Kualitas iman kita akan nampak dari perkataan atau pemilihan kata kita saat berkomunikasi dengan orang lain. Perkataan seorang anak Tuhan, akan memancarkan siapa yang ada di dalam dirinya. Cara kita berbicara, pilihan kata kita akan sangat menentukan gambaran siapa yang ada di dalam diri. Jika Tuhan, maka kata-kata kita akan selalu jadi berkat bukan sebaliknya menyakiti hati dan mematahkan semangat. Kata Yakobus “ adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama (ay. 11)”. Lidahnya anak-anak Tuhan hanya mengucapkan berkat,memberi semangat dan mensukacitakan. Lidah anak-anak Tuhan beda dengan lidah orang dunia, yang kadang tidak terkontrol, yang mengucapkan kata-kata tanpa melalui pertimbangan yang matang. Bagaimana dengan lidahmu? Sudahkah jadi berkat? Jika kita merasa sebagai anak-anak Tuhan, maka kontrol lidah perlu menjadi perhatian serius dari kita. Pastikanlah bahwa yang kita ucapkan adalah kalimat-kalimat yang menyejukkan hati. Tuhan menolong kita. Amin. Pdt. W.W.A



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 82



Bahan Khotbah PWGT:25 Juni 2023 “CELAKALAH !!!” (Yesaya 5: 20-24) Tujuan: Agar PWGT mampu mempraktekkan kesepadanan antara kata dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari



Celaka!!! Semua orang pasti tidak mau celaka karena itulah kehati-hatian itu penting. Setiap mau keluar rumah,orang tua akan selalu mengingatkan anaknya supaya berhati-hati. Saat berangkat kerja istri akan mengingatkan suaminya agar berhati-hati. Saat ditinggal dirumah sendiri, yang pergi akan memperingati juga orang yang tinggal agar berhati-hati. Ya…semua tidak ingin celaka. Pembacaan kita hari ini dimulai dengan kata CELAKALAH !!! Woww,mengerikan ya. Celaka adalah sesuatu yang pada dasarnya pasti akan dihindari semua orang, tetapi mengapa dalam pembacaan ini Yesaya justru memulainya dengan kata ini. Kepada siapakah Yesaya berbicara dan mengapa ia berkata demikian ? Yesaya 5 : 20-24 adalah nubuat yang disampaikan oleh Yesaya kepada bangsa Israel. Isi nubuat ini semacam peringatan Tuhan kepada umatnya jika tidak mau berubah berbalik kepada Allah. Saat itu, bangsa Israel diharapkan hidup sesuai kehendak Allah karena mereka adalah umat piihan Allah yang seharusnya menjadi teladan, tetapi ternyata Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 83



sebaliknya. Mereka membelakangi Tuhan. Mereka justru suka memutarbalikkan fakta, bahasa penulis “suka menyebut kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat. Mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis dan manis menjadi pahit” (ay. 20), yang sombong “merasa diri bijaksana dan menganggap diri pintar” (ayat 21), tidak bisa mengendalikan diri “jago minum dan juara dalam mencampur minuman keras” (ayat 22), menerima uang haram “membenarkan orang fasik karena suap dan memungkiri hak orang benar” (ayat 23), mereka sungguh menolak ajaran Tuhan dan menista Firman (ayat 24). Kondisi inilah yang kemudian dikecam oleh Yesaya. Yesaya mencoba memperingati mereka dan menyampaikan akibatnya jika mereka terus melakukan kejahatan tersebut. Kata Yesaya : CELAKALAH!!! Bisa dibayangkan dari 4 saja ayat pembacaan kita ini dari ayat 20-24, kata CELAKALAH sampai 3 kali disebutkan oleh Yesaya. Artinya ini adalah sebuah penekanan tegas dan peringatan keras yang pasti akan terjadi jika bangsa mereka terus berkanjang dalam dosa yang sama. Apa akibatnya jika tidak mau berubah? Kata Yesaya diayat 24 “sebab itu seperti lidah api memakan jerami, dan seperti rumput kering habis lenyap dalam nyala api, demikian akar-akar mereka akan menjadi busuk dan kuntumnya akan beterbangan seperti abu”. Sederhananya Yesaya sedang berkata, kalau bangsa Israel tetap berkanjang didalam dosanya dan menolak peringatan Tuhan untuk kembali melakukan yang benar maka akibatnya tidak akan tanggung-tanggung. Tuhan akan meleyapkan mereka. Daripada hidup dengan label anak Tuhan, bangsa pilihan Tuhan tapi kelakuannya mempermalukan Tuhan. Ibu-ibu yang terkasih di dalam Tuhan, Firman inipun diperdengarkan kepada kita saat ini. jangan-jangan kita pun sering berlaku seperti orang Israel. Begitu bangga menyebut diri sebagai anakanak Tuhan. Tapi kehidupan sehari-harinya sama sekali tidak menunjukkan bahwa dirinya adalah ibu yang berkarakter Kristus. Dalam persekutuan, sudahkah kita menjadi ibu yang berdiri teguh pada kebenaran? Atau jangan-jangan hanya memihak pada mereka yang dapat memberikan keuntungan pada kita. Persekutuan yang seharusnya disitu mereka yang kecil di hargai dan diperlakukan adil, malah sebaliknya mereka malah merasa tersisih dan tidak berani mengungkapkan pendapatnya. Ini tentu menjadi evaluasi bagi kita semua. Tuhan mau Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 84



bahwa kita ibu-ibu sungguh bisa menjadi surat Kristus yang dapat dibaca oleh semua orang. Dan pada akhirnya kita tidak akan celaka. Tuhan menolong kita semua. Amin Pdt. W.W.A



Bahan Khotbah PWGT: 2-8 Juli 2023



“SEGALA SESUATU ADA WAKTUNYA (Pengkhotbah 3:1-15) Tujuan: Agar PWGT menyadari bahwa segala sesuatu berada di bawah control Tuhan. Ibu-ibu yang kekasih dalam Tuhan Bahan Khotbah “Berjalan dalam iman” telah menjadi berkat bagi banyak orang. Hidup ini memang sebuah perjalanan dan dari waktu ke waktu kita diserti oleh Tuhan. Dia ada dalam rentang waktu yang kita jalani dan Dia adalah pengendali segala keadaan. Kita punya Harapan dan ekspektasi yang harus dibangun dalam pemahaman bahwa ada yang mengontrol kehidupan kita agar kita tidak kecewa jika yang diharapkan tidak tercapai, Baca Pengkhotbah 3:1-15. Sang pengkhotbah mengamati kehidupan di bawah langit dan memberikan kesimpulannya dalam ayat pertama. Lalu dia memberikan 14 ayat ilustrasi yang terjadi di bawah kolong langit; satu pasang satu pasang, dan selalu kontradiksi satu dengan yang lain. Kita biasanya menyukai yang satu, dan tidak menyukai yang lain. Tapi keduanya terjadi dalam dunia di mana kita hidup, suka atau tidak. Dan kita tidak bisa memilih-milih hal yang tidak kita inginkan, dan bahkan mengatur kapan itu terjadi.



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 85



Dunia mengajarkan kita bisa menjadi pemimpin atas hidup kita, bahkan memanipulasi situasi supaya kita bisa mendapatkan apa yang kita maui. Bahkan teknologi biasanya dipakai untuk mengontrol situasi supaya membuat kita nyaman, atau memperpanjang hidup manusia.Tetapi Pada kenyataannya, kita punya kontrol yang terbatas di dunia ini. Kehidupan ini sangatlah kompleks dan kita tidak akan pernah bisa mengontrolnya. Kita hanya merasa kita bisa mengontrolnya. – tapi akhirnya kita akan kecewa, dan merasa lelah. Bahkan bisa jadi pada akhirnya, kita akan merasakan kepahitan dengan orang lain, dan bahkan pada Tuhan. Mari kita belajar dari Firman Tuhan Kitab Pengkhotbah dikenal dengan nama ecclesiastes (pengkhotbah dalam jemaat) dalam bahasa Ibrani disebut Qohelet. Kitab ini adalah sastra hikmat. Jauh sebelum kitab pengkhotbah ditulis, perdebatan sudah terjadi oleh para Filsuf. Sekalipun ada yang berpendapat bahwa semuanya permanen tetapi ada juga yang sependapat pengkhotbah bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi atau bersifat permanen, segalanya berubah datang dan pergi. Segala sesuatu terbatas oleh waktu dan berada dalam aliran perubahan. Kitab Pengkhotbah mengambil tema “Kesiasiaan “ (Ibrani : Hebel) bahwa segala sesuatu di dunia ini sia-sia sia saja. Berarti sesuatu yang tidak substansial, sementara, tidak menguntungkan. Artinya segala sesuatu di dunia ini adalah palsu dan sepenuhnya sia-sia, tidak abadi, cepat berlalu seperti, dan sama saja dengan tidak ada. Kesadaran eksistensi manusia, dan semua usahanya untuk menyelesaikan sesuatu, berakhir seperti hembusan nafas belaka. Oleh karena itu, manusia pun bukanlah tuan atas kehidupan maupun kematian. Pengkhotbah memulai dengan kalimat: untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah kolong langit ada waktunya sekaligus juga yang menjadi tema kita. Ayat ini mengandaikan kemahakuasaan Tuhan atas waktu dan atas peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam waktu. Di sisi lain, seluruh ciptaan bersifat relatif dan sementara. Pengkhotbah hendak menegaskan bahwa segala sesuatu di dunia ini terikat oleh waktu, dibatasi oleh waktu, bersifat sementara, tidak selamanya ada. Sebaliknya, Allah adalah maha kuasa, tidak terikat atau dibatasi oleh waktu. Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 86



Ayat 11a sering di salah artikan bahwa pada akhirnya masalah kita akan berlalu, atau akan berhasil.Arti yang sebenarnya adalah tepat pada waktu itu seharusnya terjadi (pas), pada waktu yang Tuhan tentukan. Dan manusia yang terbatas tidak akan pernah bisa menyelami rencana dan waktu Tuhan secara keseluruhan dari awal sampai akhir, walaupun kita bisa menyelami sejarah/masa lalu dan memprediksi masa depan. (ay 13). Kita sering menebak-nebak apa yang ingin Tuhan lakukan melalui hal-hal yang terjadi, namun kita tidak akan pernah tahu mengapa. Kita hanya tahu Roma 8:28,”kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” tapi lebih dari itu, kita tidak bisa melihat yang lebih spesifik dan detail. Mengapa Tuhan membiarkan ini terjadi? Lihat ayat 14 -> supaya manusia takut akan Tuhan; supaya di tengah masa putus asa dan frustrasi, kita bisa datang kepada Dia dengan rasa takut. Kita bisa menghormati dan menghargai Tuhan, menerima keterbatasan kita sebagai manusia yang diciptakan Tuhan. Kita memperlakukan Tuhan sebagai Tuhan. Hasilnya: 1] Mempercayai Tuhan Bagi kita yang suka mengandalakan kemampuan diri, pengalaman bahkan teknologi mari kita keluar dari belenggu ini dengan takut akan Tuhan; percaya pada pimpinan Tuhan. Seperti yang tertulis dalam kitab Amsal 3:5-6 “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” [2] Bersuka cita menikmati pemberian Allah (ayat 12-13) Ini bukanlah petunjuk untuk mengejar kenikmatan dunia, tapi menikmati hidup ini sebagai pemeberian dari Tuhan.Sehingga kita bisa fokus hidup dengan hati yang penuh suka cita dan rasa syukur sekalipun keadaan sulit dan mengecewakan. Ingatlah bawa. Ibu-ibu yang kekasih dalam Tuhan Percaya pada Tuhan tidak akan sia-sia. Justru menolong kita untuk selalu berfikir positif tentang kehidupan ini dan memiliki prinsip iman bahwa Segala sesuatu datang dan pergi, ada dan kemudian tidak ada sesuai Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 87



waktunya. Allah berkuasa di atas semua hal dan segala peristiwa. Allah berdaulat atas segala sesuatu, bahkan Ia yang membuat segala sesuatu indah pada waktunya (ayat 10) . Setiap peristiwa berlangsung dalam kontrol Allah, maka usaha manusia untuk membuat sesuatu sesuai keinginannya tidak akan berhasil atau sia-sia (ay.9). Maka tak perlu ambisi berlebihan. Tidak berarti kita boleh apatis terhadap kehidupan dan usahanya. Justru sebaliknya, kita mesti sadar akan keterbatasannya dan mau belajar untuk menghormati Allah dan menerima segala pemberian Allah. Karena itu, marilah tundukkan diri sebagai rasa takut dan hormat kepada Allah untuk menerima seluruh kenyataan hidup dan berusaha menikmatinya sebagai pemberian Allah (ay. 12-14). Yang kekal hanyalah Allah dan kita serta semua yang ada bahkan segala sesuatu sementara saja itu berarti. Tak boleh ada kebencian permanen pada seseorang. Tak boleh ada kemarahan abadi pada sesama. Tak boleh ada dendam kesumat sepanjang waktu terhadap orang lain. Perasaan-perasaan negatif itu harus diganti dengan perasaan-perasaan positif seperti mengasihi, memaafkan, mengampuni, melepaskan. Hal-hal yang negatif tidak boleh menetap dalam hati kita dan menjadi racun dalam diri kita. Juga, tak boleh hanya menyimpan, mengumpulkan, menumpuk untuk diri, dan lupa berbagi, memberi pada sesama dan peduli pada orang lain. Tak boleh terus menangis, bersedih, tetapi harus digantikan dengan bergembira. Tak boleh kita hanya mau bicara, dan tak mau berdiam diri untuk mendengar orang lain. Segala perasaan kita, pikiran kita, pendapat kita, sikap kita, pendirian kita, mesti cair, fleksibel, longgar untuk mengalami perubahan dan pembaharuan. Karena tanpa kerelaan untuk mau berubah, tak akan ada pembahauan dalam hidup kita. Cukup Allah saja yang bersifat tetap, kekal, permanen, abadi, sedangkan hati kita, diri kita harus mau mengalami perubahan agar menjadi semakin baik dan benar. Tuhan menolong kita tetap hidup dibawa kendaliNya. Amin



Pdt. F.P



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 88



Bahan Khotbah PWGT: 9-15 Juli 2023 “JANGAN LUPA DIRI” (AMOS 4:1-3) Tujuan: Agar PWGT mampu menjadi teladan Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 89



Salah satu diantara banyaknya pergumulan yang dihadapi keluarga termasuk keluarga Kristen khususnya ibu-ibu adalah menghadapi pasangan hidup yang terbelenggu oleh “kemabukan”. Yang umum terjadi adalah mabuk oleh minuman keras. Namun ternyata penyebab kemabukan bukan hanya miras tetapi juga kekayaan/ kemewahan, cinta/ nafsu, kekuasaan dan sebagainya. Dan bukan hanya terjadi pada laki-laki tetapi juga para perempuan. Amos mengecam kehidupan bangsa Israel dalam keseluruhan pasal 4. Ayat 1-16, para wanita kalangan atas di Samaria dikecam karena gemar memeras dan menindas orang-orang yang lemah, dan bahkan sigap mengajak suami mereka untuk menghidangkan minuman keras dan berpesta-pora. Bangsa Israel adalah bangsa yang keras kepala. Para wanita kaya (yang disebut lembu-lembu Basan, 4:1) memeras orang lemah, menginjak orang miskin, dan bahkan memperbudak suami (yang disapa dengan sebutan "tuan-tuanmu", 4:1). Dosa yang mereka lakukan telah menimbulkan murka TUHAN dan Allah telah berulang-ulang menjatuhkan hukuman yang makin lama makin berat dalam wujud kekurangan makanan (4:6), bencana alam (4:7-8), gagal panen (4:9), penyakit (4:10), dan kehancuran kota (4:11). Sekalipun telah menerima berbagai macam hukuman, mereka tidak mau bertobat (atau "berbalik", 4:6, 8, 9, 10). Dalam 4:2, disebutkan bahwa Allah telah "bersumpah demi kekudusan-Nya", bahwa Ia akan menjatuhkan hukuman (pembuangan) kepada bangsa Israel. Ungkapan diangkat dengan "kait" dan "kail ikan" menunjuk kepada perlakuan bangsa Asyur terhadap tawanan (yang seperti perlakuan terhadap binatang). Hal Allah telah "bersumpah" itu berarti bahwa rencana penghukuman Allah sudah ditetapkan dan akan dilaksanakan. Mereka menjadi orang yang lupa diri sebagaimana kondisi orang yang sedang mabuk. Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 90



Hukuman bagi mereka sudah jelas, yaitu turut binasa bersama kehancuran kota Samaria. Di ayat 4-5, yang juga bersambungan dengan ay. 6-13, Amos menyindir kehidupan seluruh bangsa Israel Utara yang tidak konsisten: mereka rajin memberi persembahan dan perpuluhan, tetapi rajin juga berbuat dosa. Mereka hanya setia pada formalitas ibadah yang dibatasi ritus-ritus kesalehan dan persembahan. Sebaliknya, dasar etis tentang kehidupan sebagai umat Allah yang kudus justru dibuang jauh-jauh dari kehidupan sehari-hari mereka. Bagi Allah, yang seperti ini layak diganjar hukuman! Selama tahun-tahun terakhir ini, kita telah menyaksikan di media massa adanya puluhan, bahkan mungkin ratusan koruptor yang ditangkap dan dipenjarakan. Demikian pula kita menyaksikan begitu banyak pengedar narkotika yang berhasil ditangkap, dipenjarakan, bahkan dihukum mati. Sekalipun demikian, para koruptor dan para pengedar narkotika baru terus bermunculan. Penangkapan, pemenjaraan, dan hukuman mati ternyata tidak bisa membuat para penjahat itu menjadi jera, padahal seharusnya kita bersikap peka terhadap peringatan Allah! Bagaimana dengan kitah? Tema kita : jangan lupa diri Pertanyaan penting ialah “siapakah aku”. Dihadapan Tuhan aku adalah ciptaan mulia (Imago dei: diciptakan segambar dan serupa dengan Allah) untuk menjadi mandatarisNya di bumi Nas ini menjadi peringatan bagi kita. Setiap orang Kristen semestinya menghayati hidup ini secara benar yang harus dipersembahkan kepada Tuhan melalui pola keteladanan dan hidup yang jadi berkat bukan sebaliknya dicela dan dikutuki orang. Hidup kita ini sangat berharga karena itu Paulus memerintahkan kita agar mempersembahkan tubuh sebagai ibadah sejati (Rm. 12:1). Jika kerja dan hidup diwarnai dosa, Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 91



bagaimana mungkin hidup kita bisa menjadi persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada-Nya? Jika demikian, kita sama saja dengan orang Samaria yang merasa saleh, tetapi kemudian dijatuhi hukuman Allah. Karena itu mari tetap mawas diri jangan larut dalam kemewahan, dan nafsu dunia yang sarat kemunafikan. Tetapi muliakanlah Tuhan dengan hidup yang layak diteladani oleh keluarga kita dan semua orang yang ada di sekitar kita. Tuhan memberkati.Amin



Pdt. F.P



Bahan Khotbah PWGT: 16 – 22 Juli 2023



“Dialah yang Memikul Kelemahan Kita” (Matius 8:14-17) Tujuan: Agar PWGT meyakini bahwa hanya Kristuslah sumber pemulihan



Ibu-ibu yang kekasih dalam Yesus Kristus… Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 92



Mungkin masih segar dalam ingatan kita ketika virus covid-19 atau virus corona masuk di Indonesia pada awal bulan Maret tahun 2020 yang lalu. Pada saat itu, seluruh warga masyarakat Indonesia dari kotakota besar hingga ke pelosok neg’ri dirundung rasa cemas dan khawatir yang teramat besar karena virus corona. Bagaimana tidak, pada saat itu virus corona dipandang sebagai virus yang sangat mematikan, bahkan dengan tingkat penyebaran yang cukup tinggi, lembaga WHO (World Health Organization) menetapkan virus corona sebagai wabah penyakit pandemi... Ketika kita melihat berita-berita di televisi maupun membacanya di media-media online, pandemi virus corona menyebabkan begitu banyak korban jiwa, alhasil sejak 1 januari 2020 - 31 Desember 2021, WHO kembali mengumumkan bahwa jumlah korban pandemi virus corona telah mencapai angka 14,9 juta orang. Ibu-ibu yang kekasih… Seluruh situasi ini melahirkan rasa cemas serta rasa khawatir yang luar biasa besarnya dan mungkin saja pada saat itu ibu-ibu juga merasakan hal yang sama. Saya pun pernah terpapar virus corona di awal tahun 2020. Di ruang isolasi saya sungguh merasakan kesendirian, tubuh saya begitu lemah, bahkan rasa sesak dan demam membuat saya sulit untuk memejamkan mata dan beristirahat. Di sisi lain, saat itu minimnya pemahaman tentang cara penanganan pasien yang terpapar virus membuat saya harus tertolak oleh komunitas saya, sehingga saya harus mencari sendiri tempat yang aman bagi diri saya untuk memulihkan diri. Ibu-Ibu yang kekasih… kesendirian, tertolak dan kehilangan semangat, itulah yang saya rasakan pada saat itu, sehingga situasi tersebut menyebabkan proses pemulihan saya untuk sembuh dari virus corona berjalan begitu lambat. Dalam rasa sakit, kebingungan dan keputusasaan itu, saya bertanya-tanya, akankah saya sembuh? dan saya pun bertanya, apakah Tuhan peduli pada situasi yang saya alami saat itu? Ibu-ibu yang kekasih, bacaan singkat kita di hari ini memberi jawaban bahwa ternyata Tuhan peduli! Ia sangat peduli dengan apa yang sedang kita alami dan Ia tidak akan pernah membiarkan kita bergumul sendiri dalam keterbatasan kita. Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 93



Mari kita melihat bagaimana perlakuan Yesus kepada ibu mertua Petrus ketika Ia melihatnya terbaring karena sakit demam. Pertama, Yesus melihat…. dalam melihat, Yesus menjadi tahu keadaan dan kebutuhan ibu mertua Petrus saat itu, yakni membutuhkan kesembuhan… Jika kita perhatikan pada teks Injil yang lain yakni Lukas 4:38, di situ dikatakan bahwa “Ibu mertua Simon demam keras” Ini berarti ibu mertua Petrus benar-benar bergumul dalam sakit dan sangat membutuhkan pemulihan… Yesus yang melihat, tidak hanya melihat-lihat lalu pergi, namun Yesus menghampiri dan memegang tangan perempuan itu lalu menyatakan mujizat sehingga lenyaplah demamnya saat itu juga (ay.15). Yesus yang memegang tangan perempuan itu menjadi tanda bahwa dia tidak sendiri, ada Yesus bersamanya…. Melalui sentuhan itu, perempuan itu pulih dari sakitnya….. pemulihan Yesus sangat berdayaguna sebab perempuan itu bisa bangun dan melayani Yesus. Ini memberi arti bahwa pemulihan yang diberikan Yesus memberi kita energi dan kekuatan untuk dapat melanjutkan hidup dan tanggungjawab yang ada pada diri kita. Seperti halnya yang saya dan banyak pasien dari virus corona lainnya alami ketika bergumul dalam ruang isolasi, dalam tanda tanya dan kesendirian di ruang isolasi,, ternyata Yesus hadir melihat, memegang kita untuk menyatakan bahwa kita tidak sendirian, Ia hadir memulihkan kita, sehingga kita pun menjadi pulih dan memperoleh kekuatan yang baru untuk bisa bangun dan melayani-Nya…. Mungkin ada dari ibu-ibu yang juga saat ini sedang dalam pergumulan yang berat dan dalam perasaan cemas sedang bertanya-tanya “di manakah Tuhan?”… jangan takut, firman Tuhan mengatakan bahwa Ia melihat apa yang kita alami… Ia melihat apa kebutuhan kita dan Ia akan hadir memegang tangan kita untuk memberikan pemulihan dan kekuatan itu kepada kita… yakinilah itu…



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 94



Kedua, bacaan singkat kita ini memperlihatkan bahwa ternyata bukan hanya ibu mertua Petrus yang disembuhkan… sebab menjelang malam, ada banyak orang yang dibawa kepada Yesus dengan pergumulan yang berbeda-beda pula… Ada orang yang kerasukan setan dan ada orang yang menderita sakit… Ibu ibu bisa melihat bahwa dengan sepatah kata saja, Yesus mengusir roh-roh jahat dari diri orang itu dan menyembuhkan orang yang menderita sakit… ini menunjukkan betapa besarnya kuasa yang ada dalam diri Yesus… ia bisa menyembuhkan seseorang bahkan hanya dengan sepata kata saja… Mengapa Yesus melakukan semua ini? Pertama: Sebab ada kasih dan kepedulian yang besar yang ada dalam diri Yesus… Ia tidak hanya melihat-lihat mereka yang menderita tetapi dia melihat dan mengerti kebutuhan kita… lalu Ia bertindak dengan kuasa-Nya yang ajaib.. Kedua: Yesus melakukan semua ini oleh karena Yesus melihat dan tau bahwa kita manusia yang lemah, mudah cemas dalam situasi pergumulan yang kita alami… seperti yang dialami ibu mertua Petrus, orang yang kerasukan setan, bahkan kita semua yang pernah bergumul karena virus corona dan masih banyak pergumulan lainnya….. Dengan kasih dan kepedulian yang besar, Yesus memikul kelemahan kita.. bahkan hal ini telah dinubuatkan dalam kitab Yesaya, (Yesaya 53:4) “tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah” Rahasia dari nubuatan ini terbukti dalam cinta kasih-Nya yang hadir memulihkan dan menanggung dosa-dosa dan penderitaan kita… bahkan pemulihan yang dilakukan oleh Yesus ialah pemulihan yang menghidupkan dan mendayagunakan…. sehingga kita pun yang dipulihkan memiliki energi dan kekuatan untuk bangun dan melayani Dia dan sesama terlebih khusus dalam wadah kita, PWGT… Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 95



Untuk itu Ibu-ibu yang kekasih, mari dalam seluruh keberadaan hidup kita, senantiasa kita meyakini bahwa hanya Kristuslah sumber pemulihan kita dan bersyukurlah senantiasa atas kasih karunia-Nya yang telah memikul kelemahan kita…. terpujilah Kristus. Amin.



Pdt. Y.S.B



Bahan khotbah PWGT: 23 – 29 Juli 2023



“Saling Mengasihi” (1 Yohanes 4:7-21) Tujuan: Agar PWGT memahami bahwa Kasih adalah wujud Iman Ibu-ibu yang kekasih dalam Yesus Kristus… Salah seorang kerabat pernah membagikan sebuah pengalaman menarik yang ia alami beberapa bulan yang lalu.. Ia bercerita bahwa di suatu siang, ia sedang membantu seorang operator alat berat untuk menyeberangkan alat berat miliknya ke seberang jalan. Karena lamanya proses menyeberangkan alat berat tersebut, kemacetan lalu lintas pun terjadi… di tengah kemacetan itu, secara tiba-tiba muncullah seorang laki-laki berbadan besar, berteriak dengan nada yang tinggi kepadanya…. Kerabat saya pun memohon maaf karena alat berat yang mereka sebrangkan mengakibatkan kemacetan, sayangnya laki-laki tersebut tidak menerima permintaan maaf dan terus mengucapkan kata-kata kasar dan Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 96



menganggap alat berat tersebut telah mengganggu perjalanannya… karena tak ingin memperpanjang masalah, kerabat saya hanya memilih diam dan berusaha menyelesaikan tugasnya sesegera mungkin… Beberapa minggu kemudian, kerabat saya mengunjungi sebuah gereja karena ada beberapa pekerjaan yang harus ia kerjakan di gereja tersebut. Ketika kerabat saya memasuki gedung gereja,,, betapa terkejutnya dia ketika berjumpa dengan seorang bapak yang menyambutnya dengan kalimat-kalimat yang hangat… Ia mengingat-ingat…. bapak yang menyambut saat itu ialah laki-laki bertubuh besar yang beberapa minggu yang lalu memberikan ucapan keras dan kasar kepadanya di pinggir jalan. Ternyata laki-laki tersebut adalah seorang pelayan di gereja tersebut…. “tak habis pikir saya, ternyata dia seorang pelayan di gereja” ucapnya kepada saya…. Sayangnya laki-laki tersebut tidak mengenali wajah kerabat saya karena pada saat peristiwa tersebut, kerabat saya sedang mengenakan masker medis. Ibu-ibu yang kekasih, kita perlu memahami bahwa salah satu wujud iman ialah kasih…. kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama, seperti yang disampaikan Yesus dalam Mat 22:37-39. Dari kisah sederhana di atas kita memperoleh sebuah gambaran bahwa ternyata ada orang beriman yang setia memberi hidup melayani Tuhan dalam persekutuan di gereja, namun ketika ia berada di luar gereja, ia sulit untuk terus setia mewujudkan iman dalam hal mengasihi… Sebagai contoh pada kisah di atas, ia begitu sulit menguasai diri untuk tidak berkata kasar karena sedang berhadapan dengan situasi yang dianggap merugikan baginya... Jika kita juga pernah berbuat demikian maka seharusnya hati kita tersentak dengan apa yang dikatakan Yohanes pada ayat 8, “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih”… Ibu-Ibu yang kekasih, tentu kita semua tak mau disebut sebagai orang yang tak mengenal Allah, saya pun demikian….. Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 97



Oleh sebab itu, hal ini menjadi sebuah tantangan dalam keberimanan kita, terlebih ketika kita hidup berelasi dengan sesama dalam dunia ini… Untuk itu kita perlu bertanya serta melihat pada diri kita, mampukah kita mewujukan iman dalam hal saling mengasihi, termasuk kepada orang yang menorehkan luka di dalam hati kita…. Ibu-ibu yang kekasih, Yohanes memberi point penekanan pada perwujudan kasih itu sendiri dalam kehidupan kita sehari hari yang kita nyatakan kepada Tuhan dan kepada sesama… Mengapa demikian, sebab Allah sendiri telah mewujudkan kasih itu kepada dunia dengan jalan mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia… itu berarti Allah terlebih dahulu telah menyatakan bentuk perwujudan kasih itu sendiri….. Ia menyelamatkan kita dari kutuk dosa karena besarNya kasih-Nya bagi kita (bdk. Yoh 3:16)…. Oleh sebab itu, kita yang telah memperoleh kasih karunia dalam Kasih Allah pun kini dipanggil untuk mewujudkan kasih itu dalam kehidupan kita…. baik dalam relasi dengan Tuhan maupun dengan sesama. Meskipun dalam mewujudkan kasih bukanlah hal yang mudah tetapi Allah akan menunjukkan cara serta memberikan kita kemampuan untuk mengasihi orang lain (ay.19) Ibu-ibu yang kekasih, marilah kita saling mengasihi sebab dengan berbuat demikian kita telah menghidupi kasih Allah dan kita pun telah membawa orang lain mengenal kasih Allah yang ada dalam diri kita.. Kiranya Roh Kudus menolong kita menghidupi Kasih-Nya. Amin. Pdt. Y.S.B



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 98



Bahan Khotbah PWGT : 13-19 Agustus 2023 “KEMERDEKAAN SEJATI” (Galatia 5 : 1 1 – 15) Tujuan : Agar PWGT mampu memerdekakan dirinya dan orang lain.



Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan. Tema kita hari ini berbicara tentang dua hal yang pokok yaitu kata “merdeka”dan “sejati”. Sekarang apa yang kita pahami tentang kata “merdeka” Merdeka artinya kaya, sejahtera dan kuat atau bebas dari segala belenggu, kekangan aturan, dan kekuasaan dari pihak tertentu. Prinsipnya semua manusia pasti membutuhkan kemerdekaan, namun pertanyaannya kemerdekaan seperti apa yang kita butuhkan sebagai kaum ibu warga gereja? Tentu jawabannya adalah kemerdekaan yang sejati, karena itu apa yang kita pahami tentang kata “sejati” Sejati adalah sesuatu yang asli, murni, jelas, teukur tanpa campuran, lahir batin, jasmani maupun rohani. Dalam hal ini kemerdekaan sejati akan terwujud dalam iman, pengharapan dan kasih, bahwa betapa kemerdekaan itu adalah suatu anugerah Allah yang sangat di dambahkan dan di syukuri oleh setiap insan manusia, seperti kemerdekaan spritualitas batinia, social seni budaya, hukum dan hak asasi manusia serta kebutuhan ekonomi finansial yang pasti dan benar berasal dari Allah. Bacaan kita dari Galatia. 5:1- 15 diawali dengan sebuah pernyataan yaitu, “supaya kita sungguh-sungguh merdeka”. Kristus telah memerdekakan kita, karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. Paulus menggambarkan kemerdekaan kita lebih jelas pada Roma 8:1-2, “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 99



dosa dan hukum maut.” Hal ini hendak menyatakan kepada kita bahwa Kristus telah memerdekakan kita dari penghukuman karena dosa kita, bnd Injil Yohanes 3:16 menyatakan bahwa, barang siapa yang percaya kepada Yesus tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Dari keseluruhan ayat bacaan kita, ada beberapa catatan kritis terkait dengan pemahaman teks yang perlu kita perhatikan diantaranya adalah : 1. Keteguhan hati, bnd ulangan 31 : 6 kuatkan dan teguhkanlah hatimu jangan takut dan jangan gemetar sebab Allamu Dialah yang berjalan didepanmu menyertai engkau dan tidak akan meninggalkan engkau, sebagai seorang yang sudah di memerdekakan dari hukum Allah karena dosa. Pentingnya meneguhkan hati sebagai pusat atau sentral untuk merasakan sebuah merdeka sejati di dalam Tuhan melalui ajaran yang sehat, serta semangat pelayanan pemberitaan Injil yang membawa damai sejahtera. 2. Iman yang benar melihat Kristus dengan kasih karuniaNya bnd Ibarani 11 : 1 Bahwa Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Sebab hidup di luar kasih karunia Kristus adalah kejatuhan, hilang, karam atau terpisah dari kehidupan yang bebas dan sejati melainkan terkungkung dalam kehidupan yang penuh dengan legalisme dan rutinitas belaka. 3. Kemandirian daya, sebagai sebuah upaya melihat dan mengalami sikap serta prinsip ilahi dalam diri kita, pandangan ini dimaksudkan untuk menjaga ketenangan kepercayaan yang jauh dari penderitaan karena dosa, “sebab upah dosa ialah maut, tetapi kasih karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus Tuhan kita” Roma 6:23. Kemerdekaan sejati merupan upah pekerjaan dan pelayanan kita yang benar membawa kehidupan dan penghasilan serta ketenangan yang terwujud dalam anugerah Allah bagi semua kekal selamanya. 4. Penegakan hukum-hukum Allah, seluruh hukum Allah tercakup di dalam satu Firman. Bnd Kel. 24:12 Tuhan berfirman kepada Musa naiklah menghadap Aku ke atas gunung dan tinggallah di sana maka Aku akan memberikan kepadamu loh batu yakni Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 100



hukum dan perintah yang telah kutuliskan untuk diajarkan kepada mereka. Kemerdekaan adalah bagian dari ketaatan kepada konstitusi dan idiologi sebuah bangsa yang besar dan selalu menghargai sejarah serta para pendahulunya, sebab barang siapa percaya kepada Tuhan ia tidak akan dihukum. Hukum Taurat meringkaskan kebenaran dan kemerdekaan dalam sebuah kalimat “kasihilah sesamu manusia seperti dirimu sendiri”. Dalam penghayatan akan bacaan kita hari ini Galatia 5 : 1 – 15, menunjukkan bahwa Rasul Paulus tidak membatasi kemerdekaan itu hanya kepada sesama Yahudi melulu. Paradoks tidak bermaksud untuk mengemukakan bahwa keselamatan datang oleh pelayanan kristen, melainkan bahwa sekali dia sudah merdeka dalam Kristus karena salib, maka setiap orang akan menyerahkan hidupnya kepada prinsip-prinsip hidup melalui keteduhan hati menuju kualitas iman yang memerdekakan, dari iman menuju kemandirian daya yang konsisten dan berintegritas rohani yang baik, sehat, menuju penegakan hukum Allah yang mengayomi, merawat sebagai tubuh Kristus yang rapih tersusun melayani Tuhan dalam setiap ruang maupun kesempatan. Jadi jika kemerdekaan melekat dalam panggilan kristen untuk keselamatan, maka kemerdekaan jangan diubah menjadi kebebasan untuk berbuat dosa. Masalah yang bisa terjadi, jika kemerdekaan dianggap sebagai kesempatan bagi daging untuk memuaskan keinginannya. Satu-satunya cara untuk melawannya adalah dengan cara melayani seorang akan yang lain oleh kasih Kristus yang utuh dan tuntas melalui pertolongan Roh Kudus bahwa kemerdekaan sejati adalah Anugerah Allah, amin. Pdt. M.L,



Bahan Khotbah PWGT:30 Juli – 5 Agustus 2023 “Kemerdekaan adalah anugerah Tuhan” (Hosea 11:1-11) Tujuan: PWGT tidak kehilangan jati diri



Ibu-Ibu, Saudara/i yang dikasihi Tuhan, Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 101



Harus diakui bahwa masih cukup banyak orang yang kerap memahami kemerdekaan itu sebagai kebebasan yang tanpa batas. Saya merdeka, berarti saya bebas atau boleh melakukan apa saja sesuka hati. Padahal pemahaman ini sangat keliru, karena kebebasan yang tanpa batas, itu sama dengan kemerdekaan yang tidak bertanggung jawab. Perlu disadari bahwa kemerdekaan yang sesungguhnya bukanlah bebas untuk melakukan apa saja semau-maunya kita. Sebab ketika seseorang memutuskan untuk bebas melakukan segala hal sesuai keinginannya, bukankah ia justru jatuh pada perbudakan yang lain, misalnya perbudakan hawa nafsu? Karena itu orang bijak selalu berkata: kita sudah merdeka, tapi bukan merdeka "untuk" tetapi merdeka " dari". Artinya kita menikmati kemerdekaan bukan untuk bebas sekehendak hati kita, tetapi bebas dari kungkungan pikiran,perkataan dan perbuatan yang buruk dan jahat. Ibu-Ibu, Saudara/i yang dikasihi Tuhan, Kitab Hosea itu unik. Mengapa? Karena isinya menceritakan bagaimana Allah melukiskan kasih setiaNya kepada umatNya secara unik melalui kehidupan Nabi Hosea. Allah menyuruh Nabi Hosea menikahi seorang pelacur bernama Gomer, dengan tujuan membebaskan perempuan itu dari lembah hitam penuh dosa. Nabi Hosea taat kepada perintah Tuhan, dan tanpa mengingat masa lalunya yang hitam, ia pun mengawini Gomer. Tapi apa yang terjadi? Apakah Gomer bersyukur atas kemerdekaan yang ia alami itu? Ternyata tidak. Mentalitas pelacurnya masih tetap ada. Dalam perkawinannya dengan Hosea, ia tetap berhubungan dengan lakilaki lain, sehingga patut diduga bahwa dari 3 orang anak yang mereka miliki, ada 2 anak yang bukan anak Hosea. Apa sikap Hosea? Tentu ia kecewa, tetapi kasih dan cintanya jauh lebih besar dari sakit hatinya. Apapun yang Gomer lakukan, Hosea tetap menerima dan mengasihinya. Ibu-Ibu, Saudara/i yang dikasihi Tuhan, Jika kisah kehidupan Nabi Hosea ini dijadikan sinetron, mungkin kita akan menontonnya dengan perasaan marah, jengkel dan kecewa. Kok bisa ada orang yang mau saja dimanfaatkan cintanya seperti itu. Tapi memang itulah tujuan Allah ketika memakai gambaran perkawinan Hosea dan Gomer sebagai gambaran hubunganNya dengan umatNya Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 102



Israel. Kita tidak pernah tahu, apa istimewanya Israel dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain, tapi kedaulatan dan Anugerah Allah justru dialami bangsa Israel. Bacaan dari kitab Hosea 11:1-11 ini seakan ingin menggambarkan bahwa betapapun degil dan jahatnya perilaku orang Israel, namun Allah tetap mengasihi mereka. Betapapun mereka telah melukai hati Allah, tetapi Allah tetap mencintai mereka. Bayangkan saja, mereka dulu budak di Mesir, tapi kemudian dibebaskan, bahkan diangkat menjadi anak pilihan. Tapi apa balasan Israel? Berkali - kali, mereka tidak setia, bahkan melawan Allah. Mereka menjadi bangsa yang tegar tengkuk, degil yang sama artinya dengan keras kepala, keras hati, tidak mau dinasehati, dan merasa diri benar. Allah tentu kecewa. Dan dalam kekecewaanNya itu, di ayat 5, Allah sepertinya akan memberikan pelajaran agar Israel sadar apa arti sebenarnya dari merdeka itu, dengan mengembalikan mereka ke Mesir dan Asyur akan menjadi raja mereka, sebab mereka menolak untuk bertobat. Tetapi ternyata cinta kasihNya yang besar melampaui luka dan kekecewaanNya. Allah tidak memutuskan hubungan dengan Israel, sebab Allah tidak bisa mengingkari janjiNya. Belas KasihNya jauh lebih besar dari amarahNya. Allah tetap dan terus memberi kesempatan bagi Israel untuk bertobat. Ibu-Ibu, Saudara/i yang dikasihi Tuhan, Pengalaman bangsa Israel ini menjadi pelajaran berharga bagi kita bahwa ternyata masih banyak orang yang juga seperti bangsa Israel, tidak menghargai anugerah dan kasih Allah di dalam hidupnya. Ketika Kasih Allah di dalam Yesus Kristus hadir, dimana salib menjadi bukti betapa kasihNya telah memerdekakan kita dari perbudakan dosa. Ternyata masih banyak yang justru kembali menceburkan dirinya dalam dosa, diikat dan diperbudak oleh hawa nafsu, egoisme, dan hal-hal lain yang membelenggu hati dan pikirannya. Masih banyak yang melawan Allah,mengeraskan hati dan tidak mau dinasehati. Pesan Firman Tuhan saat ini: Bertobatlah!!!..jangan permainkan cinta kasih Allah kepada kita. Kemerdekaan yang kita miliki saat ini adalah anugerahNya. Kita tidak Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 103



layak untuk menerimanya, tetapi karena kemurahan hatiNya, kita dilayakkan untuk menikmati kemerdekaan itu. Jangan menjadi pribadi yang " habis manis sepah dibuang" atau seperti "kacang lupa pada kulitnya". Jadikan kemerdekaan yang dianugerahkan Allah kepada kita, sebagai kesempatan untuk berbuat yang terbaik, menyenangkan hati Tuhan dan menjalani hidup yang berkualitas dan berkenan dihadapanNya. Dengan demikian dimanapun kita berada, nama Tuhan Allah kita, akan terus dimuliakan. Amin...... Pdt. I.G,



Bahan Khotbah PWGT: 6 -12 Agustus 2023 “Pancarkan Sinarmu” (Matius 5:14 -16) Tujuan: Agara PWGT tetap setia melakukan kehendakNya dalam segala situasi



Sdr/i yang dikasihi Tuhan, Suatu kali seorang pemuda yang baru pulang berlibur dari desa, bercerita kepada temannya, bahwa ia selalu dibuat heran dengan apa yang dilakukan oleh seorang wanita paruh baya, yang tinggal dekat rumah neneknya di desa. Wanita itu buta sejak lahir. Menurutnya setiap petang tiba, dan wanita itu hendak keluar dari rumahnya, di tangan kanan nya ada tongkat, dan ditangan kirinya memegang lampu petromax yang menyala. Pemuda itu heran, mengapa harus membawa lampu, sedangkan wanita itu buta. Maka suatu hari, dengan berani ia menanyakan keheranannya itu kepada si wanita paruh baya itu. Apa jawab wanita itu? " anak muda, pasti pikiranmu hampir sama dengan semua orang yang Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 104



pernah melihatku, bahwa untuk apa orang buta membawa lampu, toh ia tetap tidak akan melihat jalan yang dilaluinya. Tapi ingatlah ini, aku berjalan dengan membawa lampu yang menyala di tangan kiriku, supaya sinarnya dapat membuat orang melihatku dan tidak menabrak diriku". Sederhana namun cerdas pikiran wanita itu, bahwa dengan memancarkan sinar lampu di tangannya, maka ia akan dapat dilihat orang. Terang itu bukan semata-mata untuk dirinya saja, tetapi juga menolong orang yang berjalan di sekitarnya untuk segera melihatnya dan tidak menabraknya. Sdr/i yg dikasihi Tuhan, Dalam salah satu bagian dari khotbah Yesus di Bukit ( Matius 5:14a), Ia berkata kepada murid-muridNya: "kamu adalah terang dunia". Artinya apa? Sebagai terang, maka setiap pengikutNya harus selalu memancarkan sinar yang dapat menerangi sekitarnya. Ibaratnya seperti lampu yang dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan yang gelap, ketika dinyalakan, maka pancaran sinarnya akan berdampak dan mempengaruhi ruangan itu. Orang akan bisa melihat dengan jelas apa saja yang ada dalam ruangan itu, sehingga tidak terjadi tabrakan atau kekacauan. Hidup orang Kristen seharusnya memancarkan sinar terang, sebab Yesus menyebut kita sebagai terang dunia. Di Matius 5:16, Yesus juga berkata, "hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga". Yesus tahu bahwa dimana pun orang Kristen berada, akan ada banyak orang yang memperhatikan setiap perbuatan kita. Karena itu, dengan memancarkan sinar terang yang diberikan Tuhan kepada kita, maka semua mata akan melihat dengan jelas, bagaimana perbuatan orang-orang yang hidup dalam terang Kristus. Sdr/i yg dikasihi Tuhan, "kamu adalah terang dunia" berarti dimana ada orang Kristen, ia harus membawa kebaikan, membuat orang lain mengenal Tuhan dan mengasihi sesama. Menjadi orang Kristen yang memancarkan sinar, berarti tidak ada yang tersembunyi, selalu ada kesaksian yang nyata dalam kehidupan dan relasi kita dengan orang lain. Tujuan dari semua itu, bukan untuk kemuliaan diri kita, tetapi kemuliaan Tuhan. Karena itu, pancarkan Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 105



sinarmu..supaya melalui hidupmu, semakin banyak orang yang memuliakan nama Tuhan. Amin...



Pdt.I.G,



Bahan Khotbah PWGT: 20 – 26 Agustus 2023



“ALLAH PEMBELAKU” (Kejadian 21 : 8 – 21) Tujuan : Agar PWGT meyakini bahwa sesulit apapun situasi yang di hadapi Allah senantiasa menolong.



Ibu – ibu yang dikasihi Tuhan, Bacaan kita hari menekankan bagaimana Allah melakukan pembelaan kepada setiap orang yang di kasihiNya. Membela mempunyai banyak defenisi diataranya adalah memihak untuk melindungi, merawat, membatu, mengikuti, menolong, melepaskan dari bahaya maut, mempertahankan dan masih banyak lagi pengertian tentang kata membela.. Namun dalam pembacaan kita kejadian 21:8-21 akan berbicara tentang pembelaan Tuhan kepada umatNya, siapa yang dimaksud umatNya di dalam bacaan ini adalah keluarga Abraham melalui Sara dan Hagar dalam hal kita akan mencermati beberapa poin penting diantaranya adalah :



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 106



1. Keluarga adalah sekelompok manusia yang hidup bersama-sama sebagai unit masyarakat terkecil dan umumnya memiliki hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, serta tinggal bersama-sama dalam satu rumah yang dipimpin oleh kepala keluarga. 2. Dalam topik ini berbicara tentang keluarga Abraham yang di tandai dengan hadirnya Sara, Ishak, Hagar dan Ismael, satu keluarga yang hidup karena rancangan Allah hingga pada peristiwa pengusiran Hagar dan Ismael oleh karena kecemburuan Sara. Sara takut Ismael akan menjadi ahli waris. Karena itu, ia meminta Abraham untuk mengusir Hagar dan Ismael. Abraham melakukannya setelah mendengarkan suara Tuhan bahwa Ismael juga akan menjadi bangsa yang besar (ayat 13). Pengusiran Hagar dan Ismael bukan menghilangkan kasih sayang diantara mereka tapi justru semakin memperkuat hubungan batin diantara mereka sebagai satu keluarga. Dalam hal ini Abraham memberi bekal kepada Hagar dan Ismael dalam perjalananya ke padang gurun sebagai simbolisasi masalah dan kematian. Peristiwa pengusiran itu mungkin saja Hagar merasa dikorbankan, seperti peribahasa "habis manis, sepah dibuang". Dalam perjalanan menjadi semakin berat karena mereka harus melintasi padang gurun, secara manusia Hagar bisa putus asa karena persoalan kebutuhan manakan dan minuman yang habis dijadikan kompensasi dibuangnya Ismael ke semak-semak karena Hagar tidak tegah melihat anak itu mati di hadapannya (ayat 15). Allah menyatakan pembelaaNya dengan mengutus malaikat-Nya untuk memberitahukan bahwa Ismael tidak akan mati melainkan menjadi bangsa yang besar (ayat 18). Lalu Tuhan membuka mata Hagar, sehingga dia dapat melihat sebuah sumur, karena Tuhan tidak pernah melupakan janji-Nya Tuhan menyelamatkan mereka. Dalam keraguan dan ketakutan ini mungkin saja Hagar telah melupakan janji Tuhan yang didengarnya sewaktu dia Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 107



melarikan diri dari Sara, namun nama "Ismael", yang berarti Allah mendengar membuat semuanya nyata pembelaan Tuhan. 3. Dibalik Kesulitan dan masalah hidup kita dapat melihat cara Tuhan membela hidup kita,di mana kita sering merasa di tinggalkan dan solimi bahkan merasa dilupakan Tuhan. Kisah Hagar dan Ismael semestinya mengingatkan kita juga untuk tetap percaya bahwa Allah tidak tidur. Kesulitan hidup diizinkan terus terjadi dalam hidup kita, agar kita terus merasakan pemeliharaan Tuhan. Tindakan Tuhan dalam konteks ini adalah untuk mencegah cara berpikir kita yang apatis dan pesimis akan kuasa dan kebesaran kasih Tuhan, kerancuan hak waris dalam keluarga Abraham dan perlakuan sewenang-wenang Sara terhadap Hagar dan Ismael membuat Tuhan tetap peduli dan membela yang tertindas (ayat 17), yaitu Tuhan mendengar suara jeritan Ismael dan Hagar (ayat 18) angkatlah dan bimbinglah sebab Tuhan berjanji bahwa keturunan Ismael akan menjadi bangsa yang besar sekalipun Hagar dan Ismael diusir keluar dari keluarga Abraham, namun mereka dipelihara dan dijadikan bangsa yang besar. Tuhan yang berkuasa dan berdaulat penuh untuk menyelamatkan setiap manusia yang memiliki iman dan pengharapan yang benar di dalam Tuhan. Pada kisah pengusiran Hagar dan Ismael ini mau menekankan bagaimana Tuhan akan memperlihatkan siapa Dia dalam kuasaNya yang besar bnd, Maz 86:1, pemazmur berdoa: “Sendengkanlah telinga-Mu ya Tuhan, jawablah aku, sebab sengsara dan miskin aku.” Lalu di Mazmur 86:7 Allah menjawab doa si pemazmur dan menyelamatkan dia. Karena itu setiap kali kita tertindas dan sengsara, doa-doa dan jeritan kita senantiasa akan didengar oleh Tuhan sebagai Sang pembelah yang sejati. Pergumulan yang kita alami dipakai oleh Tuhan untuk memproses dan membentuk keluarga kita untuk semakin dimurnikan sebagai umat kepunyaan-Nya. Dengan demikian dalam setiap penderitaan dan situasi tertindas, akan membuat luka batin serta perasaan tidak dihargai, tidak berguna dan berbagai hal yang bisa mengancam pemikiran kita. Sikap Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 108



iman dan spiritualitas dibutuhkan agar kita mengelola setiap masalah dengan roh hikmat sehingga luka-luka batin tidak membuat kita terpuruk, sebaliknya memampuhkan kita untuk mengucap syukur dengan semua berkat Tuhan. Dalam iman, penderitaan dan ketertindasan dimaknai secara mendalam akan menguji karakter kita, apakah kita tetap setia mengikut Tuhan atau tidak jawabannya ada pada kita bnd. Matius 10:38, Tuhan Yesus berkata: “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” Sikap setia mengikut Tuhan walau kita diterpa masalah kesusahan, dan penindasan kesetiaan adalah jawabannya karena Tuhan ada sebagai Sang pembelah hidup setiap orang yang tumbuh, berakar dan berbuah di dalam Tuhan kekal selamalamanya Roh Kudus menolong kita. Amin.



Pdt. M.L



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 109



Bahan Khotbah PWGT: 27 Agustus – 2 September 2023 Tulus dan Cerdik Keluaran 1:15-22 Tujuan : Agar PWGT mampu bertindak cerdas dan berani menolak hal-hal yang tidak sesuai kehendakNya



Beberapa tahun yang lalu, seorang sahabat katakanlah bernama ibu Sri diterima sebagai ASN di sebuah tempat dengan catatan ia harus menyiapkan sejumlah uang untuk “pengurusan-pengurusan” lainya. Kalau tidak, maka posisi itu akan diganti oleh orang lain! Hatinya sempat tergoda ketika melihat teman-temannya menuruti permintaan itu. Hatinya galau, ia gelisah . Di sisi lain ini adalah karier dan masa depannya bersama keluarganya. Tetapi ia juga tahu kalau permintaan itu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Lalu mana kira-kira yang akan dipilihnya? Kegalauan dan kegelisahan yang sama dirasakan oleh Sifra dan Pua dalam bacaan kita. Mereka adalah para bidan yang menolong perempuan Ibrani melahirkan dan merawat bayi sampai ibunya menjadi kuat. Kepada mereka berdua Firaun, Raja Mesir memerintahkan: “Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir, jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah dia hidup ( ayat 16) Mereka tahu risiko jika menolak perintah itu. Sebab bisa jadi merekalah yang akan menjadi tumbal. Lalu bagaimana kedua bidan itu menyikapi perintah sang raja. Mereka berani mengambil sikap dan bertindak cerdik untuk mengatakan tidak. Mereka tahu bayi-bayi itu tidak berdosa, mengapa harus dibunuh? Sekalipun mereka bukan anak orang Mesir dan sekalipun itu adalah perintah seorang raja. Mereka memilih tetap setia kepada hati nurani mereka sendiri untuk menyelamatkan bayi-bayi itu. Dari mana mereka memiliki kekuatan seperti itu? Ayat 17 menyaksikannya kepada kita: “Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah”. Kunci dari keberanian dan kekuatan mereka menolah perintah raja adalah karena sifra dan pua lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia. Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 110



Bagaimana dengan sahabat kita ibu Sri dalam cerita awal tadi.. Apa yang ia pilih? Ternyata ia memilihkata nuraninya. Ia tidak menyiapka permintaan itu, walau akhirnya terdepak jadi ASN. Ia tetap enjoy menjalani hidupnya bersama keluarganya. Ibu2 yang kekasih dalam Tuhan…. Banyak orang yang mengkhianati hati nuraninya sendiri mengikuti kemauan atasan – Asal bapak senang. Tidak sedikit orang yang mengorbankan prinsip dan keyakinannya demi pengakuan orang lain – yang penting tidak ada gejolak . Tidak sedikit orang yang menyangkal imannya demi materi, jabatan, kuasa bahkan pasangan hidup. Hanya orang-orang yang bermental baja dan berjiwa kuat yang mampu melakukannya seperti sifra dan pua. Seperti shabat kita ibu Sri. Dari mana mereka mempunyai kekuatan seperti itu? Sekali lagi Alkitab mencatat : “Takut akan Tuhan.” Saya tidak tahu, adakah di antara kita berada pada situasi seperti yang dialami Sifra dan Pua atau ibu Sri tadi. Kita gelisah karena ada orang memaksa kita melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan nurani kita seperti memberi suap atau kita berada di tengah lingkungan yang sarat dengn ketidakjujuran. Atau bahkan bisa jadi itu terjadin di tengah dunia pelayanan kita. Tentu semua itu akan menguji integritas kita. Bisa jadi pilihan kita untuk hidup dalam integritas mungkin akan berdampak buruk bagi hidup kita, akan tetapi percayalah Tuhan tidak akan berhenti menyatakan pembelaan-Nya bagi orang-orang yang takut akan Dia. Ibu2 masih ingat cerita tentang 3 Komandan pasukan dari Amerika, Jepang dan Indonesia yang bertemu untuk membanggakan keberanian para prajuritnya? Pertama Komandan pasukan Amerika. Ia meminta prajuritnya meledakkan diri dengan granat. Dan sambil berkata demi kejayaan amerika, prajurit itu meledakkan dirinya. Komandan pasukan Jepang tidak mau kalah ia memanggil prajuritnya dan menyuruh menjatuhkan diri dari pesawat tanpa parasut. Prajurit memberi hormat, dambil berseru Demi kejayaan Nippon, ia menjatuhkan diri dari pesawat. Terakhir, komandan pasukan Indonesia memanggil seorang prajurit dan menyuruhnya menembak diri sendiri dengan pistol. Prajurit itu memberi hormat sambil berseru demi kejayaan Indonesia, ia melemparkan pistol itu kewajah komandannya lalu



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 111



pergi. Siapa yang menang? Prajurit Indonesia. Tulus dan cerdik. Tuhan dimuliakan. Amin



Pdt. Y.M



Bahan khotbah PWGT:3-9 September 2023 “Berjalanlah!” (Yohanes 5:1-9) Tujuan: agar PWGT meyakini bahwa segala perjuangannya dalam Kristus takkan sia-sia Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 112



38 tahun, bukanlah waktu yang singkat terlebih lagi bagi orang yang menderita sakit sebatangkara pula. Jangankan 38 tahun , 1 minggu saja kita sudah gerah dan sangat tidak nyaman, padahal ada perawat ada keluarga yang mendampingi. Ibu-ibu bisa bayangkan bagaimana perasaan orang lumpuh di Betesda ini. 38 tahun, tak berdaya, di pinggir kolam seorang diri, tanpa sahabat, tanpa saudara, tanpa kerabat, berharap ada orang yang tergerak hatinya untuk menceburkannya ke dalam kolam Betesda ketika kolam itu bergoncang. Ttp sampai 38 tahun, harapan itu tak kunjung datang. Pastilah ada begitu banyak orang yang melalui tempat itu, bahkan bolak balik ke tempat itu. Bisa jadi ada di antara mereka yang juga sedang menantikam kolam bethesda bergoncang sehingga bisa langsung menceburkan diri ke dalamnya supaya sembuh. Akan tetapi tak seorangpun yang melihatnya. Tak seorangpun yang mempedulikannya.. Sampai akhirnya, suatu hari ada satu pribadi yang bernama Yesus melihat orang lumpuh itu. Orang banyak tidak melihat, tapi Dia melihatnya. Orang banyak tidak peduli, tapi Dia peduli . Orang banyak tidak peduli tapi Dia peduli. Dia tahu jelas org itu sudah 38 tahun sakit dan mencari belas kasih yang menyembuhkan di sebuah kolam Betesda ( Bet hesda Bahasa Ibrani) yang artinya Rumah kemurahan atau rumah anugerah. Karena itu kepada orang lumpuh tadi Dia bertanya “Maukah engkau sembuh?” Sebuah tawaran yg sudah dinantikan selama 38 tahun. Andai saja saya yang ada di posisi seperti itu,pasti dengan spontan akan berseru “MAU”!! Tetapi tidak dengan orang lumpuh ini. Ia justru menjawab dengan ratapan yang tidak berdaya. "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang; (7a).” Ia kalah bersaing : “dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." (ayat 7b). Namun demikian Yesus langsung masuk ke dalam inti persoalan sebab Ia tahu, bahwa sebetulnya orang lumpuh ini mau sembuh, tetapi pada kenyataannya, tidak ada orang yang bersedia membantu untuk turun kedalam kolam ketika airnya mulai goncang. Semua sibuk,, tidak ada waktu, lagipula merepotkan. Ia kalah bersaing dengan begitu banyaknya “pasien “ yang ada di seputar kolam Betesda Ibu2 yang kekasih, Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 113



Kalau mau jujur , sesungguhnya ada begitu banyak orang2 sepert itu di sekitar kita. Sendiri dlm gumul dan juangnya, kesakitannya, ketakutannya, beban hidup yang berat, dan luka batinnya. Tdk ada yang peduli, tidak ada yang mlihat. Masing2 sibuk dgn dirinya sendiri. Yesus ingin kita sembuh. Karena itu Dia berkata:"Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah." Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Allah hanya dapat menolong orang yang mau menolong dirinya sendiri. Karena itu dibutuhkan sikap kooperatif dari pihak kita . Dibutuhkan partisipasi dan keterlibatan kita. Kira2 Hal yang paling sulit dilakukan : Bangunlah, angkatlah tilammu atau berjalan? Bagi org lumpuh yg tersulit pastilah “berjalan”, tapi kalau kita lihat konteksnya yg paling sulit sebetulnya adalah “bangun”. 38 tahun bukan waktu yang singkat, dan dalam jangka wkt itu ia hanya terkapar tak berdaya lalu tiba2 harus bangun, pastilah sangat sulit Ttp Yesus terus membangkitkan harga diri dan kepercayaan org itu. Sehingga ketika ia bisa bangun, maka mengangkat tilam dan berjalan akan lebih mudah. Ketika kepercayaan diri sudah tumbuh kembali, maka mengangkat tilam dan berjalan menjadi konsekuensi logisnya. Ibu2 yang dikasihi Tuhan.. Entah berapa banyak orang yang gagal membebaskan diri dari sakit,kelumpuhan, keterpurukan dan kehancuran karena tidak mau bangkit dari kubangan “kelumpuhannnya.” Terus sibuk mengasihani dan meratapi dirinya sendiri Hari ini Firman Tuhan mengingatkan kita untuk berani bangkit , mengangkat tilam kita dan berjalan bersamaNYA. Berjalan dari “kelumpuhan” menuju “pemulihan”bersama pribadi yang selalu menawarkan kepada kita: “Maukah Engkau sembuh”. AMIN



    Pdt. Y.M



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 114



Bahan Khotbah PWGT: 10-16 September 2023 “ Di Wajahmu Kulihat Kemuliaan Tuhan ” (Kejadian 33:1-20) Tujuan : Agar PWGT senantiasa memelihara persaudaraan yang rukun



Ibu-ibu yang kekasih dalam Tuhan, Hubungan antara sesama saudara, tidaklah selamanya aman dan terjalin dengan baik. Ada kalanya hubungan itu kelihatan sangat baik, namun terkadang juga muncul masalah diwarnai dengan terjadinya kesalahpahaman, yang bisa berujung kepada pertikaian, dendam dan bahkan ada yang sampai kepada pembunuhan bagi saudara sendiri seperti yang sering dengar diberita dan media sosial. Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 115



Namun tidak selamanya masalah yang terjadi itu akan terus terjadi. tetapi seiring dengan berjalannya waktu, masalah itu juga bisa di selesaikan dengan baik atas sebuah kesadaran dan saling ada pengampunan ketika terjadi sebuah perjumpaan. Hal inilah yang terjadi antara kedua bersaudara Esau dan Yakub. Sebuah perjumpaan yang terjadi, ketika Esau datang dengan diiringi oleh empat ratus orang. Kekuatiran Yakub akan peristiwa masa lalu dan dendam dari seorang Esau kepadanya yang telah menghianatinya, bahwa ketika mereka bertemu Esau akan membunuhnya (Kej. 27:41). Dalam ketakutan dan rasa bersalahnya itu Yakub berjuang mendapatkan pengampunan dari kakaknya. Yakub ingin diampuni supaya dapat hidup damai Bersama sang kakak. Oleh karena itu ada beberapa hal yang dilakukan oleh Yakub. Yang pertama, Yakub menyadari dan menyesali kesalahannya terhadap kakaknya (32:3-5).Hal kedua yaitu Yakub mengakui dosanya dihadapan Allah dan memohon belas kasih Allah untuk melepaskannya dari amarah dan dendam Esau. Yakub rela berkorban denganmempersembahkan sebagian hartanya kepada kakanya. Yakub telah berubah dari seorang penipu yang ambisius menjadi seorang yang mau berkorban dalam hal perasaanya dan materi. Perjumpaan yang dibayang-bayangi kekhawatiran Yakub sama sekali tidak terjadi. kekuatiran itu tidaklah seperti apa yang dipikirkan oleh Yakub. Esau yang datang berjumpa dengan Yakub yang tidak sedikitpun menaruh dendam kepada adiknya bahkan kemudian langsung berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipelukanya lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangislah mereka. Tindakan Esau yang bisa mengandung makna yang dalam bahwa ketika ia berlari menjumpai Yakub, ia telah melupakan dan melepaskan masa lalu yang pahit sebagai seorang kakak yang dihianati dan menjemput masa depan yang baru bersama dengan adiknya. Esau sudah berdamai dengan masa lalunya. Hal itu juga dinyatakan ketika niat seorang Yakub yang ingin memberikan persembahan kepada Esau ditolaknya, sekalipun atas desakan Yakub, hal itu diterimanya. Bagi seorang Yakub, berjumpa dan melihat wajah kakaknya Esau serasa ia melihat wajah Allah. Mendapatkan kasih dari sang kakak lewat Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 116



perjumpaan itu, membawa sukacita dan kedamaian dalam hati seorang Yakub. Hal ini mau mengingatkan kita pada syair lagu : ‘Ku lihat di wajahmu, kemuliaan Tuhan ‘Ku kasihi kau dengan kasih Tuhan. Penggalan dari syair lagu yang selama ini sering dinyanyikan dalam ibadah-ibadah, sungguh mau mengingatkan kita untuk senantiasa menciptakan suasana dan hubungan yang akrab dan baik dalam kehidupan kita secara khusus dalam keluarga yang dilandasi dengan kasih, seperti kasih Allah kepada kita dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Hubungan yang kadang kurang baik sering terjalin karena kesalahpahaman mungkin hanya karena komunikasi, harta benda atau karena kedudukan dan lain sebagainya, jangan sampai membuat tali ikatan persaudaraan menjadi putus. Memberikan pengampunan dan berdamai dengan masa lalu yang pernah membuat kita sakit bukanlah suatu kasus atau penyakit lupa ingatan yang selalu menghantui kehidupan kita.Sebaliknya pengampunan adalah proses penyembuhan dengan mengeluarkan racun dari luka hati kita. Terlebih jika itu terjadi didalam keluarga kita. Firman Tuhan melalui Mazmur 133, mengingatkan dan memberikan sebuah gambaran tentang suasana yang kita rasakan ketika bersama sebagai saudara senantiasa hidup rukun dan damai, ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat dan kehidupan selama-lamanya. Karena itu ibu-ibu yang kekasih dalam Tuhan, marilah kita menyadari setiap kesalahan yang kita perbuat yang bisa membuat orang lain kecewa dan sakit hati. Mungkin dalam kehidupan keluarga pernah terjadi kesalahpahaman, mungkin kita pernah menghianati suami, menyakiti anak-anak, atau orang-orang yang ada disekitar kita. Sebuah sikap yang di tunjukkan oleh Yakub dan Esau dalam sebuah perjumpaan menjadi contoh dan teladan bagi kita dalam menyelesaikan masalah dan persoalan dalam kehidupan kita secara khusus dalam keluarga. Marilah kita saling mengampuni dn salaing mengasihi, sehingga dalam setiap perjumpaan dengan orang lain, memandang wajah mereka serasa kita juga memandang wajah Allah. Roh Kudus memampuhkan dan memberi hikmat bagi kita semua, sehingga sungguh-sungguh dapat menciptakan Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 117



suasana yang baik, dan senantiasa memelihara persaudaraan yang rukun dalam kehidupan kita. Tuhan dimuliakan, amin.



Pdt. D.T



Bahan Khotbah PWGT: 17-23 September 2023 Sabar dan Teguhkanlah Hatimu (Yakobus 5:7 –11) Tujuan: Sabar dan teguhkanlah hatimu Ibu-ibu yang kekasih dalam Tuhan, Setiap orang pasti pernah diperhadapkan pada penderitaan karena suatu masalah atau persoalan dalam hidupnya. Entah terkadang masalah atau persoalannya ringan, ataupun masalah dan persoalan terasa begitu berat yang bisa membuat seseorang menjadi putus asa. Hal itu misalnya dialami oleh orang yang berduka karena mengalami bencana alam, ditinggalkan keluarga atau orang yang mereka kasihi dan mengasihi mereka. Kata-kata yang sering kita sampaikan kepada mereka salah satunya adalah sabar (Mis. Sabar ya Bu…, sabar ya Pak…., sabar ya Nak… dst) Kata sabar yang sering kita ucapkan, kita sampaikan dan katakan kepada seseorang yang sedang dalam penderitaan dan mengalami pergumulan atau masalah dalam hidupnya dengan sebuah harapan bahwa seseorang bisa kuat dan teguh terhadap masalah yang sedang dihadapi. Ibu-ibu yang kekasih dalam Tuhan, Kata sabar dalam bacaan kita saat ini juga merupakan nasehat disampaikan oleh Rasul Yakobus kepada orang Kristen yang sedang mengalami penderitaan dalam hidup mereka. Penderitaan karena berbagai tekanan bahkan dalam bentuk penghakiman yang mereka harus terima, Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 118



membuat mereka harus terus bertekun dan bersabar dalam menghadapinya. Penderitaan yang tiada berakhir dalam kehidupan mereka seperti sebuah masa penantian yang begitu panjang bagi mereka dan terasa begitu lama dalam menghadapi berbagai tantangan yang membuat mereka mengalami penderitaan. Tetapi Yakobus mau mengajak mereka untuk belajar, bagaimana menghadapi dan menjalani persoalan dan penderitaan dengan bersabar. Hal itu diibaratkan Rasul Yakobus seperti petani yang sedang menunggu hasil panen dari tanahnya, sampai turun hujan musim gugur dan hujan musim semi (ay.7). Rasul Yakobus mengulang kalimat imperative dan menerapkan ajarannya seperti Petani hidup bersabar : “kamu juga harus bersabar, kamu juga harus meneguhkan hatimu”. Artinya bahwa mereka harus menguatkan hati mereka dalam menghadapi berbagai tantangan dan persoalan seperti petani telah memberikan teladan kesabaran dalam pengharapan akan datangnya hujan bagi tanamannya. Mereka harus juga bersabar bahkan sampai kepada kedatangan Tuhan yang menurut Rasul Yakobus bahwa sudah dekat. Yakobus sadar bahwa dalam masa ini, sesuatu yang tidak mudah untuk dijalani, ada kesedihan atau kekuatiran yang dapat menyakiti hati dan bahkan dapat mengakibatkan tak terkendalinya lidah untuk saling menyalahkan satu dengan yang lain dan selalu bersungut-sungut yang justru dapat mendatangkan hukuman bagi mereka sendiri. Ia sungguh menyadari bahwa bersungut-sungut dan saling mempersalahkan adalah juga sebagai bentuk penghakiman bagi mereka karena pasti akan ada akibat yang ditimbulkan. Ada begitu banyak hal yang sesungguhnya tidak perlu terjadi, tetapi hal itu bisa kemudian terjadi karena akibat dari perkataan kita yang tidak bijaksana. Hal ini tentu ada hubungannya dengan soal penghakiman dan parousia, yakni kedatangan Tuhan. Rasul Yakobus memberikan peringatan sebuah peringatan bahwa sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu. Hal ini tentu menjadi sebuah peringatan untuk mendapatkan perhatian dan kesadaran yang sungguh-sungguh bahwa penghakiman itu sudah sangat dekat. Bahwa sesungguhnya kedatangan Kristus sudah dekat, sehingga bagaimana kita dapat mampu bertahan dalam menghadapi berbagai tantangan dan penderitaan dalam hidup kita. Rasul Yakobus mau mengajak mereka untuk meneladani penderitaanpenderitaan dan kesabaran yang dialami oleh para nabi yang walaupun berbut baik dan berbicara dalam nama Tuhan, tetapi juga tetap Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 119



mengalami penderitaan. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Yakobus tentang ketekunaan Ayub, seorang yang saleh dan hidup benar dihadapan Tuhaan tetapi justru mendapatakan ujian dan penderitaan yang luar biasa. Semua harta benda bahkan anak-anaknya pun habis seketika, tetapi dia tetap teguh dalam iman kepada Tuhan sehingga Tuhan pada akhirnya menyatakan kasih dan kemurahan-Nya kepada Ayub. Yakobus ingin kita tahu bahwa Allah memperhatikan seluruh umat-Nya dan bahwa di dalam penderitaan mereka, Ia akan memelihara meeka dengan kasih dan kemurahan. Demikian juga tentunya bagi kita sekalian, ibu-ibu yang kekasih dalam Tuhan yang tidak pernah lepas dari berbagai persoalan dan penderitaan dalam hidup ini. Kita bisa belajar pada petani yang dengan penuh kesabaran dan ketekunan menanti hasil yang berharga dari tanahnya. Belajar kepada para nabi, kepada sosok seorang Ayub dalam kesabaran, ketekunan dan kesalehannya. Jangan dengan cepat kita berputus harapan karena kita yakin bahwa Tuhan Allah kita adalah Allah yang selalu memelihara dan memperhatikan setiap kehidupan anakanakNya, Allah yang maha penyayang dan pengasih akan selalu menyediakan dan memberikan yang terbaik bagi kita sampai kedatangan Kristus kembali. Setiap orang yang dengan penuh ketekunan sampai kedatangan Tuhan disebut Yakobus sebagai orang yang berbahagia. Karena itu, tetaplah sabar dan teguhkan hatimu dalam menghadapi penderitaan . Tuhan menolong dan memberkati selalu, amin.



Pdt.D.T



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 120



Bahan khotbah PWGT: 24-30 September 2023 “Tak Cukup Dengan Tinta dan Pena” (3 YOHANES 1 : 1-15) Ada ungkapan orang untuk orang yang hanya tahu bicara teori dan tidak diwujudkan dalam tindakan yaitu: “Talk Only” atau “Ngomong doang hanya teori”. Saudara-saudara melalui ungkapan ini kita semua diajak untuk mengevaluasi diri kita, khususnya sebagai PWGT, baik sebagai pengurus ataupun sebagai anggota. Apakah dalam pelayanan kita, kita tidak termasuk orang yang sesu dengan ungkapan tadi. Melalui bacaan kita, 3 Yohanes 1 :1 – 15, kita dapat belajar bagaimana kita saling menghargai satu dengan yang lain, sehingga terjadi hubungan yang harmonis dalam mengangkat pelayanan Tuhan bersama, baik dalam Jemaat maupun secara khusus dalam PWGT. Surat kiriman Rasul Yohanes ini, termasuk dalam kelompok surat Am yang dikirim kepada Jemaat-jemaat di Asia Kecil. Karena itu biasa juga orang menyebut dengan surat edaran untuk semua jemaat di Asia kecil. Dalam bacaan kita, Yohanes yang adalah Rasul mengklaim diri sebagai Penatua. Sehingga orang menganggap Rasul Yohanes merendakan diri, tetapi yang mau dikemukakan disini ialah betapa pentingnya jabatan penatua dalam jemaat, artinya penatua itu adalah pemimpin dalam jemaat yang harus menghargai anggota jemaat. Seperti Rasul Yohanes yang menyebut seorang anggota jemaat yang berkomitmen dengan imannya yaitu Gayus. Gayus dipuji oleh Yohanes karena ia menampakkan kesetiaannya kepada ajaran para Rasul, termasuk ajaran Rasul Yohanes yang waktu itu sudah diasingkan dan tidak terpengaruh dengan ajaran lain, yaitu ajaran yang tidak sejalan dengan yang diajarkan oleh para rasul. Memang pada waktu itu, orang Kristen menghadapai tantangan, baik dari agama Yahudi maupun dari pemerintahan Romawi. Pujian Yohanis kepada Gayus disampaikan pada saat mendengar berita yang disampaikan beberapa orang yang mengunjunginya. Yohanes bersukacita mendengar kesaksian orang tentang iman Gayus. Terlebih lagi Gayus berani melawan dan menolak ajaran sesat dalam Jemaat. Waktu itu sudah ada penyesat yang Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 121



ingin menjadi terkemuka sehingga tidak menghargai Rasul bersama ajarannya yaitu Diotrefes. Rasul Yohanes menasehatkan kepada jemaat agar jangan mengikuti orang ini, yang sudah berani menolak rasul dengan ajarannya demi untuk menjadi terkenal. Rasul Yohanes bersukacita atas warga jemaat yang tetap memegang teguh ajaran rasul dan menolak ajaran sesat. Karena keteguhan iman Gayus bersama warga jemaat Rasul Yohanes rindu segara datang menjumpai Jemaat.Ia mengingatkan Jemaat, untuk terus hidup dalam kasih Kristus yang menjadi sarana untuk menciptakan kehidupan yang saling mempedulikan satu dengan yang lain, sekaligus yang adalah dasar persekutuan Jemaat. Kita juga dapat belajar dari hubungan antara Rasul Yohanes dan jemaat, terutama menyadari bahwa salah satu tantangan bahkan tantangan besar dalam jemaat adalah godaan untuk tidak setia pada ajaran gereja. Mestinya kita paham dan menyadari bahwa musuh kita yang paling besar adalah iblis. Dan iblis itu masih bekerja di dunia ini yaitu terus menerus menggoda orang percaya agar tidak setia kepada ajaran Tuhan. Iblis tifsk akan berhenti menggoda anak–anak Tuhan sampai kedatangan Yesus kembali untuk mewujudkan kesempurnaan karyaNya yaitu keselamatan dan kita pengikutnya akan mendiami “langit dan bumi baru”, pada saat itu iblis dengan segala pengikutnya akan dibinasakan. Melalui perikop kita ini juga, kita diingatkan agar kita memelihara iman kita dan tetap mengembangkan hidup dalam persekutuan yang dilandasi kasih Kristus. Salah satu godaan yang dapat merusak persekutuan, jika kita tidak menghargai teman dalam persekutuan. Sering kali kita tidak sadar menganggap rendah sesama anggota PWGT karena kita punya jabatan atau kedudukan. Bayangkan saja murid Yesus yang hanya berjumlah 12 orang, juga tidak luput bertengkar karena ingin menjadi yang terpenting. Lalu Yesus menegur mereka bahwa jika ingin menjadi yang terpenting, haruslah menjadi pelayan. Disinilah bedanya Gereja dengan persekutuan lain termasuk negara dan pemerintah. Memang dalam organisasi lain dan pemerintahan ada pemimpin yang memerintah tetapi dalam gereja kita semua menjadi pelayan dan harus saling menghargai, kita semua adalah saudara dan sama-sama pelayan dalam jemaat. Karena itu mari kita selalu saling mempedulikan dan saling melayani supaya iman kita kokoh dan persekutuan kita dapat berkembang. Kita wujudkan kehidupan dan persekutuan saling peduli untuk hormat dan kemulian Nama Tuhan. Amin Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 122



Pdt. D.S.P



BAHAN KHOTBAH PWGT: 1-7 Oktober 2023 KEPUTUSAN YANG TEPAT ( MUNGKIN YANG TEPAT MANDAT YANG TEPAT) (MATIUS 27 : 27 : 11 – 26) Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 123



Tujuan: Agar PWGT memiliki integritas, saling memperhatikan, membangun kerja sama dan empati sehingga tak ada yang merasa terabaikan dalam persekutuan



Salah satu kelemahan yang sering terjadi dalam persekutuan kita ialah sering ide yang sesungguhnya sangat bagus dari anggota kita abaikan, dan hal ini baru kita sadari ketika kita sudah mengalami masalah karena ide yang kita abaikan tersebut. Dalam perikop bacaan kita sangat jelas, berbicara tentang pengadilan Yesus. Waktu Yesus dibawa pemimpin orang Yahudi kepada Pilatus, wakil pemerintah Romawi. Para imam dan ahli-ahli Taurat menuduh Yesus menghujat Allah dan menganggap diriNya sebagai raja orang Yahudi, karena itu patut dijatuhi hukuman mati. Pilatus juga terkejut karena ada orang yang menganggap diriNya raja, itu berarti orang tersebut memberontak kepada Kaisar Romawi. Karena itu, Pilatus memeriksa dengan seksama dan bertanya benarkah Yesus adalah raja orang Yahudi? dan Yesus terhadap pertanyaan itumenjawab bahwa memang benar seperti yang engkau katakan. Jelas tergambar bahwa Yesus sangat tegas mengatakan bahwa Dia adalah Raja Orang Yahudi. Pilatus mencoba melacak lebih jauh dan ia menjadi heran karena jika memang benar orang ini adalah orang penting mengapa Yesus tidak memberi reaksi kepada tuduhan-tuduhan kepadaNya. Ketika Pilatus berkata tidakkah Engkau dengar bahwa betapa banyaknya tuduhan dari saksi-saksi ini terhadap Engkau? namun Yesus tidak menjawab, dan Pilatus semakin pusing, setelah ia menerima pesan dari isterinya yang mengatakan : “jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu sebab karena dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam” Pilatus berusaha untuk membebaskan Yesus, karena dia sadar bahwa Yesus tidak bersalah. Ia berpikir bagaimana caranya dapat membebaskan Yesus tanpa menimbulkan gelombang demonstrasi dari warga masyarakat. Pada waktu itu bertepatan dengan hari raya orang Yahudi, hari raya Paskah yaitu peringatan keluarnya bangsa Israel dari Mesir yang dikenal dengan hari raya “Pesah”, Ada kebiasaan dalam masyarakat Yahudi pemerintah membebaskan dari penjara seorang tahanan. Pilatus mengetahui bahwa dalam penjara ada seorang tawanan Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 124



yang sangat terkenal dengan kejahatannya, yang bernama Yesus Barabbas, Pilatus berkata kepada orang banyak bahwa kebiasaan kita membebaskan salah seorang tawanan pada hari raya, yang manakah diantara dua orang Yesus Barabbas atau Yesus yang disebut Kristus. Para imam-imam menghasut orang banyak untuk memilih Yesus Barabbas penjahat tersohor untuk dibebaskan. Pilatus sangat kaget dan bertanya hukuman apakah yang harus dijatuhkan kepada Yesus, dan mereka menjawab Ia harus disalibkan. Hukuman salib adalah hukuman yang paling berat yang dijatuhkan kepada orang yang kesalahannya sangat besar. Karena itu Pilatus bertanya, kesalahan besar apakah yang Ia perbuat ? Tetapi karena desakan orang banyak, maka Pilatus mengambil air dan mencuci tangan serta berkata, “aku tidak bersalah terhadap darah orang ini dan itu adalah urusan kamu sendiri” dan orang banyak menjawab darahNya kami tanggung. Pertanyaannya, apa yang perlu kita renungkan? Saudarasaudara sebenarnya, mengapa Yesus tidak perduli terhadap proses pengadilan, baik itu di hadapan para imam, ahli-ahli Taurat dan Pilatus sebagai wakil pemerintah Romawi? Sebenar pengadilan di hadapan Allah atau mahkamah Ilahi sudah terjadi di Taman Getsemani, Yesus tidak mampu berdiri di hadapan mahkamah Ilahi, karena tugas yang diemban untuk menyelamatkan manusia betapa beratnya. Yesus ingin mengelak, seperti yang tergambar dalam doaNya “ Tuhan biarkanlah cawan minuman ini berlalu dari padaKu, tetapi bukan kehendakKu yang jadi melainkan kehendakMu yang jadi.” Keputusan Allah sudah mutlak, Ia harus meminum habis isi cawan itu, sebagai cara penebusan terhadap dosa manusia, darah Anak Domba Allah harus tertumpah. Jadi untuk menebus dosa manusia, dosa kita semua, Yesus relah mati supaya kita menerima keselamatan, dan kita dapat hidup kekal bersama Tuhan. Itulah inti pelayanan gereja termasuk di dalamnya pelayanan PWGT. Kita pun belajar melalui drama pengadilan ini, bahwa kita kadang dalam kegiatan pelayanan, kita sering diperingatkan, melalui aturan tetapi kita Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 125



tidak peduli dan ini banyak menimbulkan masalah. Peringatan isteri Pilatus, sangat dalam maknanya, tetapi diabaikan. Akibatnya salah dalam mengambil kebijakan. Kita harus saling mengingatkan dan peduli terhadap peringatan tersebut supaya kita tidak mengalami masalah dalam pelayanan. Melalui peristiwa ini, kita juga boleh belajar bahwa salah satu kelemahan gereja adalah kita selalu mau berada dalam zona nyaman, tidak mau menanggung resiko dalam pelayanan, akibatnya kita sering mengorbankan hal-hal yang prinsip. Marilah kita terus saling mengingatkan dalam mengangkat pelayanan dan berusaha keluar dari zona nyaman demi iman dan pelayan kita. Amin



Pdt. D.P.S,



Bahan khotbah PWGT: 8-14 Oktober 2023 “ Berhikmat” (Amsal 29:1- 27) Tujuan: PWGT dapat membentengi diri agar senantiasa hidup sesuai dengan kehendakNya Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 126



Saudara ada 2 karakter yang dikisahkan oleh kitab amsal, kitab Amsal adalah kitab yang berisikan nasehat. Isi kitab Amsal ini adalah nasehatnasehat dari raja yang dikenal sebagai raja yang penuh dengan kebijaksanaan yaitu Salomo. Saudara, dalam nats ini kita menemukan dua karakter yang digambarkan yang umumnya sehari-hari ditemukan didalam kehidupan dunia ini. Pertama adalah orang benar dan kedua adalah orang fasik. Kedua karakter ini memberikan dampak bagaimana keberadaannya dengan orang-orang sekitarnya. (ayt 2) “jika orang benar bertambah bersukacitalah rakyat tetapi jika orang fasik memerintah berkeluh kesahlah rakyat”. Artinya orang benar kehadirannya selalu memberikan sukacita, memberikan kegembiraan, memberikan kehangatan, tetapi orang fasik atau orang yang tidak takut kepada Tuhan akan membuat orang sekitarnya berkeluh kesah. Lalu bagaimana kita menghidupi karakter hidup yang memberi sukacita bagi orang sekitar? yaitu menjadi orang benar. Tapi bagaimana orang benar itu? Orang benar itu adalah orang yang peduli terhadap orang lemah (7), orang benar itu adalah orang yang bijaksana (8), orang yang benar adalah orang yang jujur memiliki visi dan tidak pandang bulu (9). Kalau hal ini ada di dalam diri kita maka kita dikatakan adalah orang benar. Tapi tentu orang benar menurut konsep Amsal ini tidak semua kita miliki, di dalam konsep Firman Allah orang benar adalah orang yang mengakui kesalahan, dosanya di hadapan Tuhan. Jadi kalau kita menyatakan diri kita adalah orang yang benar berarti kita harus memiliki sifat tau karakter bersedia mengakui dosa dan datang kepada Tuhan. Lalu bagaimana dengan orang fasik dalam pembacaan ini? orang fasik adalah orang yang tidak beriman, orang fasik adalah orang yang mencintai kejahatan yang selalu melakukan penindasan melakukan ketidakadilan dan enggan mematuhi peraturan Allah dan tentu orang fasik ini akan mendatangkan keresahan dan membuat orang-orang sekitarnya menjadi tidak nyaman. Saudara, kita hari ini diperhadapkan pada dua pilihan, apakah kita mau menjadi orang benar atau menjadi orang fasik. Kadang kita mengatakan menjadi orang benar tapi dalam perlakuan sehari-hari kita tidak sadar bahwa praktek hidup orang fasik itu kita lakukan, kita membenci orang lain, menindas, iri hati, abai akan Firman Tuhan. Kita disegarkan melalui Firman hari ini bahwa kita harus menjadi orang benar, supaya dimanapun kita hadir dan memimpin dalam keluarga atau organisasi maka orang Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 127



yang kita pimpin juga bersukacita atas kehadiran kita. Mari kita jadi orang benar, sebagai ibu dan sebagai penolong dari dalam rumah, masyarakat dan gereja. Jadilah orang benar dan jauhilah kefasikan. Amin.



Pdt. M.T



Bahan khotbah PWGT: 15 – 21 Oktober 2023



“Aku menerimamu dengan ramah” (Yosua 2:1-24) Tujuan : Agar PWGT mampu mengambil keputusan & bertindak tepat pada situasisituasi tertentu.



Rahab merupakan salah satu tokoh Perjanjian Lama (PL) yang cukup sering dikutip oleh para penulis Perjanjian Baru (PB). Penulis Ibrani dan Yakobus mendaftarkan dia sebagai salah satu contoh orang beriman yang patut diteladani oleh para pembacanya (Ibr. 11:31; Yak. 2:25). Bahkan lebih istimewa lagi, Matius memasukkanya dalam daftar leluhur bagi silsilah Yesus Kristus (Mat.1:5). Rahab mempunyai keunikan tersendiri yang patut mendapat perhatian kita, di mana dia Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 128



bukan hanya berbangsa non-Israel, namun dia adalah seorang yang disebut dalam pembacaan kita sebagai “perempuan Sundal” di negeri Kanaan. Hal ini tentu sangat menarik, bagaimana Rahab mendapatkan Stigma yang tidak baik sehingga tentu keberadaannya juga mendapatkan tekanan dengan Stigma tersebut. Kata “Sundal” dalam kata Ibrani ‫זונה‬ zonah, bisa diartikan pemilik penginapan, atau orang yang menjual perbekalan, namun istilah kata zonah juga disebut rumah pelacur ini juga sering digunakan umum pada masa itu (Kejadian34:31; Hak 11:1; Hosea 1:2). Penggunaan kata zonah bertujuan untuk menggambarkan Rahab sebagai seorang yang terkenal ‘bermoral rendah’ seperti bangsa Kanaan pada umumnya. Namun sekalipun demikian, Rahab dipakai oleh Tuhan untuk menyatakan rencana Tuhan bagi Israel. Sebagai ibu-ibu apa yang bisa kita pelajari dari Rahab? 1. Keberaniannya bertindak dan mengambil keputusan Dikisahkan bahwa Yosua mengutus dua orang pengintai ke Yerikho untuk melihat situasi kota tersebut, namun dalam pengintaian tersebut kedua orang itu mendapatkan ancaman dari orang-orang Yerikho. Rahab kemudian menolong kedua orang tersebut. Rahab harus bertindak cepat. Dengan cerdik, ia segera menyembunyikan dua matamata itu di balik tangkai-tangkai rami yang sedang dijemur di atap rumahnya yang datar. Kemudian, ia menemui para utusan raja dan mengatakan, ”Ya, pria-pria itu memang datang kepadaku, dan aku tidak tahu dari mana mereka. Dan pada waktu gerbang ditutup menjelang gelap, pria-pria itu keluar. Aku benar-benar tidak tahu ke mana pria-pria itu pergi. Cepatlah kejar mereka, sebab kamu akan dapat menyusul mereka.” (Yosua 2:4, 5) Rahab memandang wajah para utusan raja dan menunggu reaksi mereka. Bisa dibayangkan bagaimana resiko yang akan dihadapi oleh Rahab karena tindakannya tersebut, ia pasti akan mendapatkan hukuman yang sangat berat seandainya apa yang dilakukannya diketahui oleh orang Yerikho. Apa yang mendorong Rahab bertindak demikian? Karena Imannya. Bukti yang sangat jelas dari kepercayaan Rahab adalah pengakuannya akan Allah. Rahab mengakui bahwa Allah bangsa Israel merupakan “Allah di langit di atas dan di bumi di bawah” (Yos. 2:11). Pengakuan Rahab menunjukkan bahwa ia percaya Allah umat Israel Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 129



merupakan Allah di atas segalanya. Tetapi, sebelum pengakuannya, Rahab melakukan beberapa tindakan untuk menunjukkan ketergantungannya pada Tuhan bangsa Israel, termasuk tindakan di mana Rahab membantu kedua pengintai itu bersembunyi dari para pengejarnya (ay.4, 6) dan berbohong kepada para pengejar Israel untuk menyembunyikannya. keberadaan pengintai (4-6). Tindakan Rahab ini berperan penting dalam keselamatan kedua Pengintai itu, bahkan keselamatannya sendiri. Rahab mewujudkan imannya tidaknya hanya melalui perkataan tetapi juga melalui perbuatan. Kisah Rahab menunjukkan bahwa Tuhan tidak pernah menganggap seseorang tidak berharga. Dia peduli pada kita semua, dan mengenal isi hati kita. Dia senang ketika Dia menemukan secercah iman dalam diri kita, sama seperti Dia menghargai iman Rahab. Karena imannya, Rahab bertindak. Dia "dibenarkan karena perbuatan", seperti yang dikatakan Alkitab. (Yakobus 2:25). Dengan Iman dan pengharapan jugalah sebagai ibu-ibu kita hendaknya berani untuk mengambil suatu tindakan dan keputusan yang didasari oleh hikmat Tuhan dalam situasi yang sulit sekalipun. Jangan mudah menyerah dan pasrah dengan keadaan apalagi jika harus membatasi diri kita dengan pemahaman-pemahaman bahwa kita tidak bisa, namun kita mesti membongkar pemahaman yang membuat kita selama ini takut untuk bertindak. 2. Keramah-tamahan Rahab menyambut orang asing Rahab menerima kedua orang pengintai yang tentu merupakan orang asing itu dengan Ramah (ayat 12). Keramah-tamahan adalah hal penting dalam kehidupan. Keramah tamahan membuat kita dapat membangun relasi dan komunikasi yang baik dengan orang lain bahkan orang asing sekalipun seperti yang ditunjukan oleh Rahab. Sebaliknya Ketidakramahan seseorang kepada yang lain mendatangkan situasi dan kondisi yang tidak menyenangkan. Orang yang tidak ramah menghasilkan relasi yang tidak bersahabat dan membuntukan komunikasi yang baik. Bahkan membuat orang marah dan menjadikan orang lain bersikap tidak ramah pula. Sangat berbeda bila orang disambut dengan keramahan. Ketika disambut dengan ramah, orang yang sedang takut atau dalam keadaan yang sulit karena sesuatu hal akan merasakan tenang, hati Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 130



dan kepalanya menjadi dingin, dan ia menjadi enak diajak berkomunikasi dengan baik. Ternyata keramahan dapat menghasilkan banyak sikap dalam berelasi dengan orang lain. Biarlah keramahtamahan tercermin dalam sikap kita terhadap orang lain, dan pada saat yang sama menjadi sukacita di dalam Tuhan. Seperti tema kita saat ini “Aku menerimamu dengan ramah” perkataan Rahab kepada kedua pengintai yang mewujud dalam tindakan maka biarlah keramahtamahan sebagai wujud hati yang menjamu TUHAN. Marilah kita berkaca kepada diri sendiri serta memikirkan tentang nilai ketulusan dalam perilaku terhadap sesama. Apakah kita memperlakukan mereka dengan niat menawarkan kedamaian, atau kita masih lebih suka menutup hati dan mata kita terhadap kehadiran mereka? Bagaimana kita memperlakukan orang lain mencerminkan bagaimana kita memperlakukan Tuhan dalam kehidupan iman kita. 3. Rahab tidak memikirkan dirinya sendiri Ketika Rahab tahu bahwa Allah akan bertindak mengalahkan kota Yerikho maka dengan Iman Rahab percaya bahwa Allah dapat menyelamatkan dia. Tetapi Rahab tidak hanya memikirkan dirinya sendiri tetapi juga memikirkan seisi rumahnya, orang tuanya, sanaksaudaranya dan juga kaum keluarganya. Ia meminta kepada pengintai agar menyelamatkan dirinya dan seisi rumahnya. Rahab menjadi berkat bagi seisi rumahnya sehingga seisi rumahnya di selamatkan oleh Allah. (Yos 6: 25). Sebagai ibu tentu peranan kita didalam rumah kita sangatlah penting, oleh karena itu semestinya kita dapat menjadi berkat bagi seisi rumah kita. Bersama dengan pasangan kita bertanggung jawab atas kenyamanan dan damai dalam rumah kita. Kita tidak hanya fokus untuk diri kita sendiri, misalnya sibuk mempercantik diri sendiri, sibuk dengan urusan ini dan itu lalu kita melupakan tanggung jawab kita untuk mendidik anak-anak yang Tuhan karuniakan kepada kita. Salah satu hal yang dapat membentuk karakter dan iman anak-anak kita adalah melalui pola asuh yang positif, dan salah satu bentuk pola asuh yang positif adalah hadir melalui sentuhan bagi anak-anak, memberi waktu untuk mendengarkan mereka dan membimbing mereka dengan penuh kasih. Ibu-ibu yang dikasihi Tuhan, dari Rahab kita belajar bagaimana Kasih Allah tidak dibatasi oleh apapun juga. Keselamatan dianugerahkan bagi semua orang yang percaya. Keselamatan tidak diperuntukkan bagi Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 131



pribadi, kelompok, atau suku dan budaya tertentu. Keselamatan berhak dinikmati oleh semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Amin Pdt. M.M



Bahan khotbah PWGT: 22 – 28 Oktober 2023



“Jalan Yang Patut Bagi Orang Muda” (Amsal 22:1-16) Tujuan: Agar PWGT menjadi teladan untuk mewariskan nilai-nilai kristiani kepada generasi muda



Siapakah yang termasuk kategori pemuda? Mungkin secara umum kita akan menyebut PPGT atau orang-orang yang masih dan selalu berjiwa muda. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), umur pemuda adalah 18 – 65 tahun. Kitab Amsal pasal 22 khususnya ayat 6 yang diangkat sebagai tema di peringatan dan perayaan Sumpah Pemuda ini tidak menyebutkan angka untuk mendefinisikan siapakah orang muda. Namun kita dapat memahami siapa yang dimaksud dari keseluruhan katakata nasihat dalam ayat 1 -16, bahwa orang muda adalah orang-orang yang masih ada dalam tanggungjawab penuh orang tuanya. “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Kalimat perintah ini cukup jelas memberi kita pemahaman tentang siapakh orang muda, yakni mereka yang masih sangat membutuhkan didikan. Jalan apakah yang patut bagi orang muda? Jalan Didikan! Ya, didikan. Siapa yang patut mengarahkan mereka pada jalan didikan itu? Seruan PWGT dalam peringatan Sumpah Pemuda adalah: PWGT menjadi teladan untuk mewariskan nilai-nilai kristiani kepada generasi muda. Bacaan ini secara khusus diarahkan pertama kepada kita PWGT, Ibu atau Mama di rumah bagi anak-anak kita. Di gereja sebagai organisasi PWGT, kita terpanggil menjadi teladan dan mendidik generasi: ibu-ibu muda di antara kita, anak-anak Sekolah Minggu dan PPGT. Secara khusus, mari mengingat-ingat cara didik dan nilai-nilai apa yang menjadi penekanan dalam keluarga. Tentu setiap Ibu/Mama merasa sudah Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 132



dan atau sedang mendidik anak-anaknya dengan baik, dengan benar sesuai konsepnya. Pada umumnya seperti ia dididik oleh orang tuanya tanpa disadari demikian juga ia melanjutkan cara didik itu. Dididikan keras dari orang tua dilanjutkan juga kepada anak-anak, pola asuh yang memberi kemerdekaan dari orang tua cenderung dilanjutkan juga demikian. Atau jika kebebasan penuh daro irang tua demikian juga bagi anak-anak. Belum ada pendidikan bersengaja untuk menjadi orang tua sehingga umumnya yang dialami itu juga yang diterapkan. Ada banyak orang tua yang bangga meceritakan bagaimana ia dididik oleh orang tua sebelumnya dan bahkan tidak jarang yang tanpa sadar kemudian mendidik anak-anaknya sebagai wujud dendam atas masa lalunya. Bagaimana seharusnya mendidik orang muda menurut Firman Tuhan sebagai jalan yang patut baginya? Pertama, kalimat “maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”, kita mendapatkan pemahaman bahwa jalan yang patut bagi orang muda adalah didikan yang membentuk karakter yang konsisten dalam prinsip kebenaran. Masa tua sering diidentikkan dengan masa yang penuh kelemahan. “Pahami bangmi dikka’ tu tomatua….malammamo, salingmo (tang mengkilalamo), ungkapan yang seolah-olah menyatakan bahwa masa tua itu memang sudah begitu gampang terpengaruh, pelupa dan berbagai macam sifat dan sikap yang lemah. Firman Tuhan ini menegaskan kepada kita, orang muda yang dididik menurut jalan yang patut baginya akan memiliki karakter yang konsisten dan prinsipil dalam kondisi masa tua sekalipun: tidak menyimpang. Kedua, nilai-nilai dididikan:  nama baik dan relasi kasih dengan sesame (a.1)  kebijakan agar terhindar dari celaka (a.2)  kerendahan hati dan takut akan TUHAN (a.4)  berhati tulus, jangan serong dan curang, mencintai kesucian hati (a.5, 8, 11)  tidak bermental miskin dan bermental budak (a.7)  baik hati dan berjiwa sosial (a.9)  tidak bersifat pencemooh (a.10)  tidak malas (a.13) Dengan nilai-nilai tersebut orang muda sampai masa tuanya pun tidak akan tergoyahkan atau menyimpang dari kebenaran TUHAN. Mendidik orang muda tentu bukan hal yang gampang dan langsung akan memberi Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 133



hasil, tetapi membutuhkan kesabaran dan tentu konsistensi dari pendidik (orang tua). Keteladanan adalah hal penting! Ingat anak-anak, orangorang muda adalah ahli peniru: apa yang dilihat setiap saat dengan mudahnya akan ditiru. Apalah arti teori tanpa keteladanan. Kita menjumpai contoh-contoh di sekitar kita, ada orang tua yang hidupnya sederhana dan pendidikannya rendah tetapi menghasilkan anak-anak yang terdidik dan sukses dalam kebaikan namun sebaliknya ada banyak orang tua keluarga yang mapan berpendidikan tinggi, tetapi anak-anaknya: putus sekolah, bergaul bebas dan kacau dalam hidupnya. Tentu setiap kita berharap menjadi orang tua yang mendidik dengan sukses. Jika sekiranya ada di antara kita yang sedang bergumul untuk persoalan tersebut ingatlah ada janji dari Tuhan Yesus, ketia Dia menyuruh kita, orangorang percaya agar mengajarkan segala sesuatu yang telah diperintahkanNya Ia berjanji: “Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat.28:20). Dia yang empunya kuasa di soga dan di bumi yang berjanji akan menyertai senantiasa, bukan dalam waktuwaktu tertentu, tetapi senantiasa dan tak akan berhenti, tetapi sampai kepada akhir zaman. “Didiklah orang orang muda menurut jalan yang patut baginya!” Salam Sumpah Pemuda! AMIN Pdt.SP



Bahan Khotbah PWGT:29 Oktober - 4 November “Tidak Ada Yang Kurang” Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 134



(Ibrani 13: 1 – 6) Tujuan: Anggota PWGT dan keluarga selalu merasa cukup dengan berkat-berkat-Nya Apakah yang menjadi ukuran untuk mengatakan kita hidup cukup atau tidak ada yang kurang? Mungkin sulit untuk menjawabnya sebab pada umumnya manusia selalu merasa kurang. Misalnya, sepasang sandal slop dari segi fungsinya sebagai alas kaki sudah cukup tetapi dari segi keperluan penampilan itu dirasa masih kurang. Perlu sandal slop ke acara kawinan, syukuran, kedukaan…. Atau peralatan rumah tangga, misalnya panci. Kita sudah memiliki beberapa panci, tetapi pada waktu-waktu tertentu masih merasa kurang. Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan tema Tidak Ada Yang Kurang? Tujuan dari tema ini menjelaskan yang dimaksud dengan tidak ada yang kurang adalah berkat-berkat Tuhan dalam keluarga kita pada khususnya dan dalam hidup kita pada umumnya. Berkat apakah yang dimaksud sesuai Firman Tuhan yang kita baca? 1. Kasih. Peliharalah kasih persaudaraan (a.1). Kita adalah orangorang yang telah dikasihi Allah sedemikian sempurnanya. Dia telah memberikan hidup-Nya supaya kita hidup, itulah berkat yang sesungguhnya. Dengan berkat kasih dari Allah di dalam Yesus Kristus, kita dituntut supaya kita juga menjadi berkat dengan memelihara kasih persaudaraan. Kasih bukan semata perasaan tetapi tindakan nyata seperti yang telah dilakukan oleh beberapa orang (a.2). Dalam Perjanjian Lama ada tiga orang yang menjamu malaikat-malaikat dengan tidak diketahuinya: Abraham (Kej.18:1 - 15), Gideon (Hak.6:11 - 22), Manoah (Hak.13:2-21). Ada kearifan lokal orang Toraja yakni jika makan jangan sampai mengosongkan belanga (patorroi tu le’ke’), mengapa? Sebab jangan sampai ada orang yang lendu’ lalan, atau kabongian yang butuh tumpangan dan makanan. Kearifan lokal ini adalah nilai Injil, yakni senantiasa mengingat sesama kita dalam kecukupan makanan dan minuman. Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 135



Rumah kita mungkin kecil, namun tidak berarti itu menjadi alasan untuk tidak memberi tumpangan kepada sesama yang membutuhkannya. Rumah boleh kecil tetapi hati dapat diperbesar. Hati yang besarlah yang dapat memberi ruang tumpangan kepada sesama yang membutuhkan. Itulah yang diperlihatkan dari cara hidup Abraham, Gideon dan Manoah. “Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang” 2. Kepekaan. Ayat 3 mengingatkan kita bahwa kita juga adalah orang-orang hukuman. Kapankah dan dalam perkara apakah kita disebut orang-orang hukuman? Ketika kita masih berdosa! Dosa menempatkan kita sebagai orang-orang yang telah divonis, dihukum, jauh dari Allah. Namun karena kasih-Nya, Allah telah menebus kita. Kesadaran ini semestinya membuat kita orangorang percaya memiliki kepekaan (hati yang lembut). Kepekaan adalah berkat Tuhan dan dengan berkat Tuhan itu semestinya kita tidak kurang untuk peka terhadap sesama. Tindakan mengingat sesama kita yang terhukum adalah salah satu bentuk kepekaan. Kunjungan-kunjungan ke rumah tahanan adalah salah satu bentuk tindakan mulia karena kepekaan. Alangkah indahnya jika salah satu program PWGT adalah kunjungan bersengaja ke rumah tahanan. Bentuk kepekaan lain yang disebutkan lagi adalah: Ingatlah akan orang-orang yang diperlakukan sewenangwenang, alasannya karena kamu sendiri juga masih hidup di dunia ini. Selama kita masih hidup sebagai penumpang di dunia ini, kita tidak dapat mengatakan sebuah kondisi sebagai kondisi akhir atau puncak. Sepanjang bumi masih berputar, siang dan malam masih berganti maka kehidupan kitapun masih terus berproses; suka dan duka silih berganti. Dalam kesadaran ini kita diingatkan untuk tetap peka terhadap sesama kita yang diperlakukan sewenang-wenang, tidak menutup kemungkinan besok lusa kita akan mengalami hal yang sama. Namun tentu kita tidak mengharapkan hal yang demikian. 3. Janji Tuhan. “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau”. Janji-Nya ini adalah jaminan bahwa Dia ada bersama dengan kita. Dia satusatunya sumber kehidupan (PGT BAB 1). Jika Dia sumber Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 136



kehidupan yang telah berjanji, apakah lagi yang perlu kita kuatirkan? Hal apa yang masih menakutkan? Ayat 6 semakin jelas sebab dari janji-Nya dengan yakin kita dapat berkata: “Tuhan adalah Penolongku: aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” Dialah Tuhan kita yang memelihara hidup kita dengan memberi kecukupan atas kebutuhan kita. Karena itu dengan tegas setiap orang percaya dilarang “Janganlah kamu menjadi hamba uang, cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Rasul Paulus dalam I Timotius 6:10, juga telah memberi peringatan keras: “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang.” Orangorang dunia yang cinta uang mengatakan “uang adalah raja dunia” tetapi dengan tegas setiap orang percaya saharusnya menyaksikan dan menghidupi (dapat dinyanyikan): "TUHAN adalah raja dunia, orang gemetar bumipun gentar….” (Mz 93). Orang yang merajakan uang tidak akan pernah dipuaskan oleh uang, dia akan tetap haus, haus, haus dan haus lagi. Tidak akan pernah merasa cukup. Tetapi orang-orang yang diberkati Tuhan, yang menyerukan TUHAN adalah Raja, akan dimampukan merasa cukup dan menikmati segala perkara dalam hidupnya. Ya, Roh Kudus di dalam hidup orang percaya akan menuntun orang percaya untuk tahu bersyukur dan dalam tabiat hidup bersyukur itulah orang-orang percaya dapat bersaksi Tidak Ada yang Kurang. Jadi jika kita kembali kepada pertanyaan di awal tadi, apakah ukuran untuk merasa cukup atau merasakan Tidak Ada yang Kurang? Ukurannya adalah Hidup Bersyukur. Amin. Pdt.SP



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 137



BAHAN KHOBAH PWGT: 5 -11 November 2023 MENGHARGAI WARISAN (2 RAJA-RAJA 21 : 1 – 4) Dalam kehidupan kita sebagai orang Toraja, kita diingatkan untuk menghargai warisan. Baik warisan yang berupa kekayaan ataupun warisan yang terutama, yaitu warisan adat istiadat yang berpusat di Tongkonan. Tongkonan dipahami sebagai sumber berkat bagi warga Tongkonan. Tongkonan adalah pusat penyelenggaraan adat istiadat, sedangkan tujuan adat istiadat adalah alat menuju apa yang disebut “karapasan” kesejahteraan untuk semua warga. Karapasan dalam bahasa Alkitab adalah Syalom. Adat istiadat Toraja baru menjadi berkat, apabila didasari oleh agama. Itu berarti karapasan hanya dapat dialami oleh manusia apabila hubungan manusia dengan yang disembahnya yaitu Tuhan juga baik. Demikian pula di dalam agama Kristen, atau gereja, kita meyakini bahwa syalom dapat kita rasakan, kalau kita hidup dalam relasi yang benar dengan Tuhan. Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 138



Dalam perikop bacaan kita, 2 Raja-raja 21 : 1 – 4, menceritakan kisah tentang raja Manasye, raja Yehuda. Karena ayahnya meninggal, kemudian ia naik tahta pada saat berusia 12 tahun. Cukup lama ia memerintah, yaitu selama 55 tahun. Dalam pemerintahannya, ia sangat dipengaruhi oleh ibunya, yaitu Hefziba, yang bukan berasal dari orang Israel, melainkan penduduk Kanaan, sebelum Kanaan dikuasai bangsa Israel. Karena Manasye tidak setia kepada kehendak Tuhan, meninggalkan tradisi nenek moyang Israel yang menyembah kepada Tuhan. Dikatakan bahwa Raja Manasye mengembalikan tradisi menyembah Tuhan menurut tradisi ibunya. Membangun tempat penyembahan kepada dewa-dewa, bahkan kadang mengorbankan manusia untuk menyembah dewa di atas bukit-bukit penyembahan. Atas penyimpangan dalam penyembahan ini, maka dialah Raja kerajaan Yehuda yang sama dengan raja Ahab di kerajaan Israel, yang juga karena pengaruh isterinya, Izebel, ia meninggalkan Tuhan, ia memilih menyembah dewa. Yang mengakibatkan beberapa nabi diusir dari kerajaan Israel, salah satunya Elia. Pada jaman pemerintahan Manasye, mesbah-mesbah penyembahan berhala dibangun di dalam bait Allah, yang seharusnya menjadi tempat yang kudus, tempat Tuhan bertahta. Akibat semuanya itu, Tuhan memperingatkan Manasye. Namun peringatan itu tidak diindahkan, oleh karena itu Tuhan melalui para nabiNya memperingatkan bahwa hukuman Tuhan akan datang. Melalui kisah raja Manasye ini, kita dingatkan bahwa kita harus selektif memilih tradisi nenek moyang kita. Memang benar bahwa adat istiadat itu adalah warisan nenek moyang kita, tetapi kita diminta untuk mengujinya apakah sejalan dengan Firman Tuhan. Karena itu, dalam pengakuan iman kita, Pengakuan Gereja Toraja khususnya bab VII tentang dunia, dikatakan bahwa berbudaya itu adalah perintah Tuhan ( Kejadia 1 : 28 ) yaitu perintah Tuhan untuk menguasai bumi, melahirkan kebudayaan. Kebudayaan dioperasionalkan dalam adatistiadat, oleh karena itu, setiap adat-istiadat harus diuji oleh Firman Tuhan, apakah sesuai dengan kehendak Tuhan. Kerajaan Yehuda meninggalkan tradisi menyembah Tuhan dan diganti dengan tradisi menyembah dewa dan hal itu dianggap kekejian oleh Tuhan. Karena itu Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 139



mari kita dengan serius menghargai warisan, tetapi kita harus menghargai Tuhan, sehingga kita tetap memlihara warisan budaya kita yang sejalan kehendak Tuhan kita lakukan dan yang bertentangan dengan Tuhan kita tinggalkan.Salah satu tanggung jawab Gereja Toraja, hidup dengan tetap memelihara adat-istiadat. Tetapi kita diingatkan agar kita selalu menguji adat- istiadat sesuai dengan amanah Pengakuan Gereja Toraja, supaya adat-istiadat menjadi berkat bagi kita. Mari memuliakan Tuhan melalui adat-istiadat agar iman kita mengakar dengan kuat. Amin Pdt. D.S.P



Bahan Khotbah tanggal 12- 18 November 2023 Tanggung jawab orang tua dalam keluarga Ulangan 6 : 4 - 9 Tujuan : Angggota PWGT memahami bahwa keluarga adalah pusat tunbuh kembangnya iman.



Sadara-saudara yang dikasihi Tuhan! Ulangan 6 : 4 - 9 berisi perintah Tuhan kepada orang Israel untuk mendidik generasi penerus, dalam hal ini pendidikan rohani, atau pendidikan iman. Perintah itu dimulai dengan pernyataan : Dengarlah orang Israel, Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa (ayat 4). Ayat ini merupakan tuntutan kepada rang Israel supaya mengabdi kepada Tuhan dengan kesetiaan total. Ayat ini juga menegaskan pengakuan bahwa hanya ada satu Tuhan,tidak ada Tuhan yang lain. Dia satu-satunya Tuhan yang telah membebaskan umat itu dari perhambaan di Mesir, menutunnya dalam pernjalanan selama 40 tahun di padang gurun dan memberikan negeri perjanjian kepada mereka. Berdasarkan pengakuan tentang Allah yang esa itu, orang Israel tutuntut untuk mengasihi Tuhan (ay.5). Kasih itu dikaittkan secara erat dengan ketaatan. Maka mengasihi Tuhan Allah berarti mengikuti perintahNya dengan tekat yang bulat. “Mmengasihi dengan segenap hati,dengan segenap jiwa dan dengan segenap kekuatanmu” (ayat 5). Dengan Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 140



demikian seluruh kehidupan umat Israel adalah dalam rangka melakukan kehendakNya (firmanNya). Perintah mengasihi Tuhan Allah, pertama-tama ditujukan kepada orang tua. Mengapa? karena mereka akan menjadi contoh dan teladan bagi anak-anak mereka. Sesudah perintah mengasih, menyusul perintah mendidik anak-anak. “Apa yag kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang (ay 6-7). Berulang-ulang berarti tidak ada batasnya, dilakukan secara terus menerus sampai anak-anak mengerti dan menghidupi mengasihi Allah yang esa. Berulang-ulang juga berarti dengan sekuat tenaga dan menggunakan segala keahlian yang ada supaya kehendak Tuhan dihayati oleh generasi penerus. Mengajakannnya ketika sedang duduk..berjalan...berbaring...dan bangun (ay 7). Semua ini mencakupi segala kegiatan manusia dari pagi sampai malam, selama jam kerja dan jam bebas kerja pokoknya mencakupi segala waktu. “Mengikatkannya sebagai tanda pada lenganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pindu gerbangmu (ayat 8 - 9). Ini berarti taurat Tuhan menjadi pedoman yang mengendalikan kegiatan tangan dan memonitor segala pandangan mata dan mengatur relasi dalam keluarga... Kalau demikian, segala waktu dan tempat adalah berhubungan degan pedidikan bagi anak, dan seluruh gerak dan kehiduan orang tua merupakan contoh dan teladan bagi anak-anak; ini juga berarti bahwa orang tua harus berintegritas. Apa yang dia katakan sama dengan yang dia lakukan. Apa yang diajarkannya secara verbal, itu juga yang dilihat anak-anak dalam prakteknya, karena anak-anak hanya meniru apa yag dia dengar dan lihat pada orang tuanya. Kegagalan pendidikan kita adalah karena orang tua tidak berintegritas, lain yang dikatakan, lain yang dilakukan. Mislanya : orang tua mengataan hedaklah kamu saling mengasihi, jangan bertengkar, jangan saling benci, tapi anak-anak selalu mendengar ayah dan ibu bertengkar. Jangan main Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 141



judi, sementara ayahnya atau ibunya sering mein judi; mana yg benar yang dia ajarkan atau yang dia lakukan? Anak-anak kadang jadi memberontak. Saudara-saudara... pendidikan anak dalam keluarga merupakan tanggung jawab bersama orang tua (ayah dan ibu). Hal ini penting ditekankan karena masih ada ayah yang lepas tangan, dan menyerahkan pendidikan anak dalam keluarga kepada isteri. Kalau anak nakal atau melakukan kesalahan maka sang ayah mengatakan: “itukah yang diajarkan ibumu”? Kalau nilai raportnya kurang bisanya ibunya yang disalahkan. Kalau anak menangis, atau ngompol maka ayah mengatakan: “lihat itu anakmu”. Tapi kalau anaknya cerdas, juara dan menyenangkan, sang ayah katakan: “siapa dulu dong bapaknya”. Menyerahkan tanggungjawab mendidik anak hanya kepada isteri adalah pandangan yang keliru. Justru sebaliknya sang ayah adalah kepala keluarga, pemimpin keluarga,penanggung jawab dalam keluarga termasuk pendidikan anak. Saudara-saudara, haruslah ditegaskan dalam pendidikan rohani, orang tua adalah guru yang pertama dan terutama bagi anak, dan keluarga adalah sekolah pertama dan terutama bagi anak belajar belajar dan bertumbuh dalam iman. Jika ingin melihat masa depan anak-anak kita baik dan cemerlang maka ajarlah mereka sejak dini, malah sejak dari dalam kandungan. Firman Tuhan memberikan jaminan : “didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya sehingga pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu (Amsal 22 : 6). Roh Kudus kiranya memampukan kita membawa anak-anak kita kepada Kristus dan menjadikanNya Tuhan dan Juruselamatnya yang satusatunya.



Pdt. Yahya Boong,MTh Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 142



Bahan Khotbah Tanggal 19 - 25 Nopember 2023



“Hikmat yang Menciptakan Damai Sejahtera Bagi Semua” (Yakobus 3 : 13 – 8) Tujuan : Anggota PWGT dan keluarga selalu mencari himat yang dari atas sehingga mampu hidup berdmpingan dengan warga negara lainnya



Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan. Apakah hikmat? Hikmat (bhs Yunani=sofia) diartikan kearifan dan kebijaksanaan. Bagi Yakobus hikmat bukan teori yang memenuhi otak, tetapi sesuatu yang dilihat melalui tingkah laku atau perbuatan-perbuatan seseorang (ay. 13). Hikmat seseorang terlihat melalui perilaku atau perbuatannya. Berdasarkan itu maka Yakous menyebutkan dua macan hikmat, yaitu hikmat yang dari dunia dan hikmat yang dari atas atau hikmat yang dari Tuhan. Hikmat yang dari dunia (ayat 14-16) ditandai oleh perasaan iri hati dan pementingan diri sendiri, kesombongan dan berdusta melawan kebenaran. Iri hati muncul ketika kita mulai membanding-bandingkan diri kita atau keberadaan kita dengan orang lain. Kita menjadi tidak tenang memikirkan kalau orang lain lebih dari kita; orang beli kulkas kita yang kedinginan di rumah kita. Kita tidak puas dengan apa yang kita miliki. Alkitab banyak memberikan contoh tentang iri hati : Kain yang iri kepada adiknya Habel karena persembahannya diterima Tuhan sementara persembahan Kain ditolak oleh Tuhan(Kej 4: 1-16), Rahel yang iri kepada Lea karena Tuhan membuka kandungan Lea sementara Rahel mandul (Kej.29: 31-10:8), Saul yang irihati kepada Daud karena Daud disanjung-sanjung oleh rakyat, dll. Selain iri hati juga terkait langsung dengan pementingan diri sendiri dan kesombongan. Fokus pada diri sendiri, semua terarah kepada diri sendiri, mengorbankan orang lain demi kepentingan diri sendiri. Yakobus Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 143



menyebut hikmat dari dunia itu hikmat dari setan-setan. Jadi siapa yang sikap hidupnya hikmat dari dunia maka ia menjadi sahabat setan-setan. Yakobus mengatakan dimana ada iri hati dan pementingan diri sendiri disitu ada kekacauan dan segala perbuatan jahat (ay. 16). Kebalikan dari hikmat dari dunia adalah hikmat dari atas atau hikmat yang dari Tuhan (17-18) yaitu : murni(tulus,iklas, tanpa maksud-maksud tertentu), pendamai, peramah, berbelas kasihan, menghasilkan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Intinya hikmat yang dari atas mengusahakan dan melakukan kebaikan, yang membawa damai sejahtera dalam kehidupan bersama. Dengan demikian hikmat dari Tuhan mempersatukan manusia, hidup rukun dan damai, mengalami damai sejahtera. Berbeda dengan hikmat yang dari dunia yang dipenuhi iri hati, pementingan diri sendiri, kesombongan dampaknya memisahkan dan mencerai-beraikan. Mengacaukan persekutuan. Mari evaluasi diri masing-masing, hikmat yang manakah yang dominan nampak melalui tingkah laku dan perbuatan kita? Hikmat yang dari dunia atau hikmat yang dari atas? Sebagai orang beriman kepada Kristus, yang sudah menerima pendamaian melalui karya Kristus, maka panggilan kita adalah hidup berdasarkan hikmat yang dari Tuhan. Panggilan itu dapat kta wujudkan kalau kita memberi diri kita dikuasai dan dituntun oleh Roh Kudus. Jika Roh Kudus menguasai dan menuntun kita maka hidup kita akan mnghasilkan buah-buah yang baik (ayat 17) yang oleh Galatia 5 : 22-23 disebut buah-buah “Roh,yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri”. Roh kudus itu juga yang akan menuntun kita berlajar bersyukur dengan setiap yang baik yang dianugerahkan Tuhan kepada kita masing-masing dan tidak perlu membanding-bandingkan diri dengan orang lain.



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 144



Dengan buah-buah Roh Kudus itu maka kehadiran kita membawa damai sejahtera mulai dari keluarga masing-masing, dalam jemaat dan dalam kehiduan bersama sebagai warga Negara Indonesia.



Pdt. Y.B



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 145



Penulis Buku PWGT Khotbah    



Pdt. Arsiati Sipa Kabangnga’, MTh Pdt. Drs. Daud Sangka’ Palisungan, M.Si Pdt. Erni Tonapa, M.Si Pdt. Mike Tapparan, M.Th



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 146



                 



Pdt. Lukas Dayung, M.Th Pdt. Rita Indrawati, S.Th, M.Th Pdt. Dr. Yohana Tangirerung, M.Th Prop.Paul Cakra, M.Th Pdt. Helma Pasulu’, M.Th Ibu Anne Atkinson Para’pak, BA Pdt. Sila Pasalli’, M.Th Pdt. Wahyuningsih Waode Aki’, M.Th Pdt. Fransiska Pauang, S.Th Pdt.Ywardana Septiani Bulo’, S.Si,M.Teol Pdt. Intan Grace, M.Th Pdt. Markus La’lang,MTh Pdt. Dr. Yuliati Mangape Pdt. Daud Tiranda, S.Th Pdt. Marlin Tandiarrang, S.Th Pdt. Malni Matasak, S.Th Pdt. Senianti Padda’, S.Th, M.Pd.K Pdt. Yahya Boong, S.Th, MM



Buku Khotbah PWGT tahun 2023



Page 147