C3 - Ageng Prasetyo - 195130100111060 - 2019C [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



: Ageng Prasetyo



NIM



: 195130100111060



Tanggal Praktikum



: 30 Maret 2021



Nama Asisten



: Farhan Karami



Topik Prakrikum



: Ektoparasit III RESUME PRAKTIKUM



Materi yang didapatkan pada praktikum kali ini mengenai gejala klinis pada kasus infeksi ektoparasit pada small animal, teknik koleksi ektoparasit (caplak-tungau), teknik pemeriksaan laboratoris, dan identifikasi ektoparasit caplak-tungau. 1. Tick Extration Teknik yang digunakan pada fase dewasa (mature) karena dapat diamati oleh mata. Menggunakan alat tweezers/pinset mata yang digunakan untuk mengangkat caplak dan bagian rostrumnya (mulut) yang menancap pada kulit. Dilarang menarik dengan mode memutar karena bagian rostrum akan terlepas dari tubuh caplak. 2. Ear Wax Digunakan untuk diagnosa Otodectes cynotis. Menggunakan otoscope di telinga yang umumnya terdapat kotoran coklat tua dan berbau tidak sedap. 3. Scoth Tape Test Digunakan sticky tape (6x2 cm), ditempelkan pada area kulit berlesi, direkatkan dan ditekan berulang kali. Diangkat perlahan, diletakkan pada objek glass, diamati di bawah mikroskop perbesaran 400x. 4. Scraping Terdiri atas 2 metode, pertama superficial skin scraping stratum corneum hingga epidermis (Sarcoptes scabiei & Notoedres yang membentuk lubang-lorong dalam kulit). Kedua deep skin scraping dermis hingga folikel rambut (Demodex sp. di folikel rambut). 5. Paraffin Oil & KOH 10% Perbedaan berdasarkan potensi iritasi, pembersihan sampel, terbunuhnya ektoparasit, dan kaitannya dengan identifikasi 6. Teknik Pinnal-pedal Reflex Ditemukan oleh Griffin (1993). Digunakan pada kasus scabies di anjing (canine scabies). Melihat reflek kaki belakang anjing yang ingin menggaruk bagian telinga. 7. Hair Plucking/Trichogram Digunakan untuk banyak hal (koleksi ektoparasit & telurnya, fase petumbuhan & kondisi rambut, pemeriksaan infeksi). Materi yang didapatkan pada praktikum kali ini sangat menunjang kemampuan profesi dokter hewan di masa yang akan datang. Sehingga harus memperdalam kompetensi dan ilmu pengetahuan untuk kasus infeksi ektoparasit (caplak-tungau) pada small animal. Tanda Tangan Asisten



Tanda Praktikan



(Farhan Karami)



(Ageng Prasetyo)



MENJAWAB PERTANYAAN 1. Jelaskan perbedaan superficial scraping dan deep scraping! Superficial scraping: merupakan koreksi material hanya mencapai epidermis, umumnya tidak menyebabkan pendarahan kapiler dan memberikan informasi terkait dari permukaan terbatas sampai epidermis (Tagesu, 2018). Metode ini cocok untuk pengambilan sampel ektoparasit caplak/tungau yang berpredileksi umumnya hanya pada epidermis, contohnya notoedres (Sampaio et al., 2016). Deep scraping: merupakan koreksi material hingga mencapai folikel rambut, umumnya menyebabkan pendarahan kapiler pada proses pengambilan sampel (Tagesu, 2018). Metode ini cocok untuk pengambilan sampel ektoparasit caplak/tungau yang berpredileksi hingga mencapai folikel rambut, contohnya adalah Demodex sp. (Barillas et al., 2019). 2. Jelaskan metode pemeriksaan ektoparasit menggunakan acetate tape! Pertama yakni dicari daerah dengan lesi paling parah untuk menjadi area pengaplikasian acetate tape. Selanjutnya dilakukan pemotongan rambut disekitar lesi area yang akan diaplikasikan acetate tape. Acetate tape yang digunakan disesuaikan terlebih dahulu ukurannya dengan perkiraan luas area lesi. Acetate tape diletakkan pada area lesi yang telah dipilih dan ditekan ringan beberapa kali. Acetate tape diangkat pelan-pelan lalu ditempatkan langsung pada slide objek glass untuk pemeriksaan mikroskopis (Sampaio et al., 2016). 3. Jelaskan bagaimana ciri-ciri lesi yang disebabkan oleh scabiosis pada anjing/kucing/kelinci! Secara umum pada hewan lesi scabiosis akan menimbulkan rasa tidak nyaman karena sangat gatal sehingga mengakibatkan hewan seringkali menggaruk dan mengakibatkan infeksi sekunder. Untuk lesi primer adalah terbentuknya terowongan yang berisi tungau, telur, dan hasil metabolisme. Lesi sekunder berupa papul, vesikel, pustul, dan terkadang bula. Lesi tersier berupa ekskoriasi dan eksematisasi (Mutiara & Syailindra, 2016). 4. Apabila dilakukan uji pinnal-pedal reflex apakah 100% dapat didiagnosa mengalami scabiosis! Tidak, berdasarkan literatur (Carlotti, 2014) dinyatakan pada metode pinnal-pedal reflex hanyalah memberikan sugestif dan tidak spesifik. Apabila dipresentasikan untuk kasus scabiosis sendiri metode ini memberikan presentasi sekitar 80% dan untuk 20% sisanya merupakan pruritic dermatoses. 5. Apabila telah terjadi outhematoma pada seekor kucing, apakah dapat dilakukan ear wax? Jelaskan! Othematoma sendiri merupakan kondisi dimana terjadi perdarahan sehingga terjadi akumulasi darah yang bisa menyebar pada kepala yang disebabkan percahnya pembuluh darah sebagai penyakit sekunder dari otitis eksterna. Otitis ekterna dapat disebabkan salah satunya oleh ear mites. Untuk perlakuan ear wax dirasa kurang efektif karena banyaknya akumulasi darah yang akan mengganggu proses pengamatan dari ear mites (Islami,2018). 6. Bagaimana cara membedakan ear mites dengan kotoran telinga biasa pada kucing/anjing? Untuk mengidentifikasi adanya ear mites atau tidak pada telinga kucing/anjing secara mata telanjang akan sulit dilakukan, umumnya dokter hewan akan menggunakan mikroskop



untuk mengidentifikasi keberadaan ear mites. Hal yang dapat dilakukan untuk membedakan ear mites dengan kotoran telinga biasa umumnya dilihat dari ciri kotoran telinga/gejala klinis. Kotoran telinga dengan infeksi ear mites akan berwarna gelap, tebal, dan berbau tidak sedap umumnya digambarkan seperti gumpalan bubuk kopi. Untuk kotoran telinga normal akan berwarna kecoklatan terang, konsentrasi minim, dan tidak berbau (Brown, 2021).



Langkah-Langkah Pinning 1. Dipersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.



2.



Dilakukan Spreading yakni dikembangkan sayap dan kaki serangga jika memungkinkan.



3. Pinning dan labeling. Penusukkan serangga dengan pin. Serangga seperti lalat dipinning diantara pangkal sayap depan tegak lurus menembus metathorax dan metasternum. Pada serangga ukuran kecil seperti nyamuk diletakkan di ujung kertas segitiga dan kertas tersebut yang di-pin. Diakhiri dengan labeling.



Hasil Identifikasi  Nyamuk Anopheles sp.



Menurut Prasetyowati et al (2013), dijelaskan mengenai ciri khas dari nyamuk Anopheles sp. yakni memiliki proboscis dan palpi sama panjang, scutellum berbentuk setengah lengkatan. Kakinya panjang dan langsing. Bagian posterior abdomen tidak seruncing nyamuk Aedes dan juga tidak setumpul nyamuk Mansonia, tetapi sedikit melancip. Berdasarkan penjelasan literatur terdapat kesesuaian antara ciri khas yang disebutkan dengan sampel yang didapatkan oleh praktikan, sehingga dapat dikatakan nyamuk yang praktikan temukan adalah dari spesies Anopheles sp.  Lalat Lucillia sericata



Menurut Taylor (2016), dijelaskan bahwa Lucillia sericata memiliki ciri yakni berwarna hijau metalik terang dan nyamuk culex sp dengan ciri ciri tubuhnya tidak ada belang belang, berwarna kecoklatan, tidak berbulu dan berkaki panjang seperti Phlebotomus sp. Penjelasan dari Taylor (2016) sesuai dengan ciri-ciri sampel lalat yang didapatkan, sehingga dapat dikatakan bahwa lalat yang didapatkan merupakan lalat Lucillia sericata.



DAFTAR PUSTAKA Barillas, O. F., J. Bajwa, J. Guillot, dan A.J.M. Arcique. 2019. Comparison of Acetate Tape Impression, Deep Skin Scraping, and Microscopic Examination of Hair for Therapeutic Monitoring of Dogs with Juvenile Generalized Demodicosis: A Pilot Study. The Canadian Veterinary Journal .60(1): 596-600. Brown, J. 2021. Ear Mites in Cats. UK: Cliverse Media Ltd. Carlotti, D. N. 2014. Canine Scabies: An Update. Prancis: World Small Animal Veterinary Association World Congress Proceedings. Islami, N.D, Cytra M.S.D , Nadia M.T , Muhammad T.E.P.2018. Otitis Eksterna dan Auricular Hematoma (Othematoma) pada Anjing Samoyed. Jurnal Medik Veteriner.Vol 1 (3) : 80-86 Prasetyowati, H., Y. Yuliasih, E. P. Astuti, M. Ipa, R. Nusa, Rohmansyah, H. Fuadzy, R. Marina, J. Hendri, D. H. W. Hermanus, A. Jajang, P. Wibawa, F. Y. Pradani, L. Hakim, dan M. Santi. 2013. Fauna Anopheles. Surabaya: Health Advocacy. Putri, Y. P. 2015. Keanekaragaman Spesies Lalat (Diptera) dan Bakteri pada Tubuh Lalat di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) dan Pasar. Jurnal Teknik Lingkungan. 12(2): 79-89. Sampaio, K. O., L. M. D. Oliveira, P. M. Burmann, R. P. S. Filho, J. S. Evangelista, dan M. G. Cunha. 2016. Acetate Tape Impression Test for Diagnosis of Notoedric Mange in Cats. Journal of Feline Medicine and Surgery. 1(1): 1-4. Tagesu, A. 2018. Skin Scraping. International Journal of Dermatology and Clinical Research. 10(1): 59-61 Taylor, M.A, R.L Coop dan R.L. Wall.2016.Veterinary Parasitology fourth edition.UK:Wiley Blackwell