Ca Ginjal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KANKER GINJAL Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah ( KMB) 2 Dosen Pengampu : Laily Isro’in, S.Kep.,Ns.,M.Kep



Disusun Oleh : Kelompok 1 / 5B Nama



NIM



Mufaliha Sabila Iswari



18631725



Luailiyatun Nahdhiyah



18631685



Hestri Triana Saulistyari



18631654



Laily Ayu Nurrohmah



18631649



PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO 2020



i



DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ...............................................................................................................i DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iii BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4 1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 4 1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 4 1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 4 1.4 Manfaat ............................................................................................................................ 5 BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6 2.1 Konsep Penyakit ............................................................................................................... 6 2.1.1 Definisi .......................................................................................................................... 6 2.1.2 Etiologi .......................................................................................................................... 6 2.1.3 Manifestasi Klinis .......................................................................................................... 8 2.1.4 Patofisiologi ................................................................................................................... 9 2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................................... 10 2.5.6 Klasifikasi .................................................................................................................... 11 2.5.7 Penatalaksanaan Medis ................................................................................................ 13 2.2 Konsep Asuhan Keperawatan .......................................................................................... 15 2.3 EBN ................................................................................................................................ 23 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 39



ii



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan Makalah ini dengan cukup baik dan tepat pada waktunya. Adapun makalah ini kami susun atas dasar kelengkapan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Kami sampaikan terima kasih kepada Ibu Laily Isro’in, S.Kep.,Ns.,M.Kep Kep. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah (KMB) 2 di Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini, semua yang telah memberi informasi yang kami tidak sebut satu per satu. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya, maka untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari para pembaca dalam kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Sekali lagi kami sampaikan terima kasih.



Ponorogo, September 2020



Kelompok 1



iii



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Banyak darah yang senantiasa lewat melalui ginjal yang terdiri atas filter (saringan ) kecil tak terhitung banyaknya ( neuron ). Filtrat ( air saringan, air tapis) melewati tabung – tabung mini yang terletak di lapisan sumsum ginjal, ditempat zat – zat bermanfaat dan berharga seperti garam, mineral, dan gula diseleksi dan diserap lagi ke dalam dara. Sisanya, ampas yang tak berguna dari pembakaran di jaringan menuju lewat piala ginjal sebagai urine ke saluran kemih dan kandung kemih. Seperti kebanyakan kanker, pada penyakit kanker ginjal keluhan dan simptom tidak ada untuk jangka waktu lama, tumornya muncul secara laten (tersembunyi ). Tanda pertamanya adalah darah pada urine, nyeri punggung atau benjolan yang teraba. Tiga gejala ini terkadang disebut trias grawit, jelas merupakan tanda lambat dan menunjukkan pada suatu stadium lanjut. Hamturi, darah di urine disebabkan oleh pertumbuhan lanjut ke dalam piala ginjal, diikuti oleh perdarahan dari tumor. Terkadang darah di dalam piala ginjal membeku, kemudian darah beku ini disertai serangan kolik ( remas ) yang ditandai oleh kejang nyeri hebat, didesak ke bawah melalui saluran kemih. Saluran kemih bereaksi atas darah beku seakan – akan berupa batu ginjal. Jadi sesudah suatu kolik, tidak keluar batu bersama air kemih, maka mungkin kanker sel ginjal penyebab. Penyakit ini menyerang laki-laki hampir dua kali lebih banyak dari pada wanita dan umumnya mengenai laki-laki pada usia diatas 55 tahun. Insidensi carsinoma sel ginjal (kanker ginjal ) mengenai 3 per 1000 orang.



1.2 RUMUSAN MASALAH 1.2.1



Bagaimana Konsep Penyakit Dari Kanker Ginjal ?



1.2.2



Bagaimana Asuhan Keperawatan Untuk Pasien Dengan Kanker Ginjal ?



1.3 TUJUAN 1.3.1



Mengetahui Konsep Penyakit Kanker Ginjal



1.3.2



Mengetahui Asuhan Keperawata Untuk Pasien Dengan Kanker Ginjal



4



1.4 MANFAAT 1.4.1 Menambah Pengetahuan Tentang Konsep Penyakit Dari Kanker Ginjal 1.4.2 Menambah Pengetahuan Tentang Asuhan Keperawatan Untuk Pasien Kanker Ginjal



5



BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 KONSEP PENYAKIT 2.1.1 DEFINISI Kanker Ginjal adalah kondisi medis yang ditandai dengan kelainan pertumbuhan dari sel-sel kanker pada ginjal. Biasanya, hanya satu ginjal yang terkena kanker. Kanker ginjal merupakan sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) dan jenis kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adeno karsinoma renalis / hipernefroma). Kanker Ginjal atau hipernefroma merupakan jenis kanker yang terdapat pada bagian ginjal atau disebut tubulus renal proksimal. Carsinoma sel ginjal ( renal cell carcinoma ) adalah tumor malignansi renal tersering, dua kali lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan pada wanita. Karsinoma sel ginjal merupakan tumor yang berasal dari epitel tubulus ginjal terutama terletak di korteks.Carsinomaselginjal( renal cell carcinoma ) adalah tumor malignansi renal tersering, dua kali lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan pada wanita. 2.1.2 ETIOLOGI Dalam keadaan normal, sel-sel di dalam saluran kemih tumbuh dan membelah secara wajar.Tetapi kadang sel-sel mulai membelah diluar kendali dan menghasilkan sel-sel baru meskipun tubuh tidak memerlukannya. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya suatu massa yang terdiri jaringan berlebihan, yang dikenal sebagai tumor. Tidak semua



tumor



merupakan



kanker



(keganasan). Tumor



yang



ganas



disebut tumor maligna. Sel-se ldari tumor ini menyusup dan merusak jaringan disekitarnya. Sel-sel ini juga keluar dari tumor asalnya dan memasuki aliran darah atau system getah bening, paru-paru, hati, tulang , Pembuluh limfe, Vena renalis. dan akan terbawa ke bagian tubuh lainnya ( proses ini dikenal sebagai metastase tumor ). Penyebab mengganasnya sel-sel ginjal tidak diketahui. Namun penelitian telah menemukan factor-faktor tertentu yang tampaknya meningkatkan risiko terjadinya kanker ginjal. Risiko terjadinya carcinoma sel ginjal meningkat sejalan dengan



6



bertambahnya



usia. Kanker ini



paling



sering terjadi pad ausia



50-70



tahun.



Pria memiliki risiko 2 kali lebih besar dibandingkan wanita. Faktor – faktor resikonya, yaitu : 2.1.2.1



Merokok. Merokok adalah faktor resiko utama, para perokok dua kali lebih mungkin menderita kanker ginjal daripada bukan perokok. Orang yang menyukai rokok cerutu bahkan bisa menderita kanker ginjal paling parah. Merokok diperkirakan meningkatkan risiko kanker ginjal yang berhubungan dengan hipoksia jaringan kronis yang disebabkan oleh paparan carbon monoksida. Selain itu, pasien dengan kanker ginjal menunjukkan level kerusakan DNA yang lebih besar pada limfosit darah perifer.



2.1.2.2



Kegemukan / obesitas. Orang yang mengalami kegemukan mempunyai resiko yang lebih tinggi dari mereka yang tidak kegemukan. Obesitas diperkirakan memiliki kontribusi terhadap kejadian kanker ginjal karena hipoksia kronis, resistensi insulin, gangguan system endokrin dan semua kondisi ini disebut obesity induced inflammatory response.



2.1.2.3



Hipertensi. Kondisi hipertensi kronis dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker ginjal. Pengendalian tekanan darah secara efektif dapat menurunkan risiko kanker ginjal. Hipertensi dicurigai berpengaruh terhadap kejadian kanker ginjal karena kondisi hipoksia dan perioksidasi lemak yang menyebabkan pembentukan sel reaktif oksigen.



2.1.2.4



Aktivitas Fisik Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penurunan risiko kanker ginjal seiring dengan peningkatan tingkat aktivitas seseorang. Beberapa aktivitas yang telah diobservasi dalam menurunkan risiko kanker ginjal adalah aktivitas fisik yang rutin, aktivitas rekreasi atau penggunaan aktivitas energy tinggi pada hari tertentu. Aktivitas fisik telah terbukti dapat menurunkan berat badan dan tekanan darah, meningkatkan sensitivitas terhadap



insulin



dan menurunkan 7



inflamasi kronis serta stress oksidatif. Hal ini berpengaruh dalam menurunkan risiko kanker ginjal. 2.1.2.5



Jenis kelamin. Laki – laki dimungkinkan lebih banyak menderita kanker ginjal daripada perempuan. Di AS, sekitar 20.000 laki – laki dan 12.000 perempuan menderita kanker ginjal dalam setiap tahun.



2.1.2.6



Dialysis jangka panjang. Dialysis adalah perawatan untuk orang – orang yang ginjalnya tidak bekerja dengan baik. Dialysis akan mengeluarkan pembuangan – pembuangan dari darah.



2.1.2.7



Faktor lingkungan seperti terpapar cadmium, pelarut klorin,



asbestos. 2.1.3 MANIFESTASI KLINIS Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menimbulkan gejala. Pada stadium lanjut, gejala yang paling banyak ditemukan adalah hematuria ( adanya darah di dalam air kemih). Hematuria bisa diketahui dari air kemih yang tampak kemerahan atau diketahui melalui analisis air kemih. Nyeri tumpul pada daerah punggung terjadi sebagai akibat dari tekanan balik yang ditimbulkan oleh kompresi ureter, perluasan tumor ke daerah perienal atau perdarahan ke dalam jaringan ginjal.Nyeri yang bersifat kolik terjadi jika bekuan darah atau massa sel tumor bergerak turun melalui ureter. Tekanan darah tinggi terjadi akibat tidak kuatnya aliran darah ke beberapa bagian atau seluruh ginjal sehingga memicu dilepaskannya zat kimia pembawa pesan untuk meningkatkan tekanan darah. Polisitemia sekunder terjadi akibat tingginya kadar hormone eritropoietin, yang



merangsang



sumsum



tulang



untuk



meningkatkan



pembentukan sel darah merah. Tanda-tanda lain dari Carsinoma ginjal adalah; 1. Warna urin abnormal ( gelap atau coklat ) karena terdapat darah dalam urin.\ 2. Kehilangan berat badan lebih dari 5%. 3. Kelelahan 4. Anemia 5. Terdapat massa 6. Tanda metalase 8



7. Demam 8. Polisitemia, hiperkalsemia 9. Kebanyakan Carsinoma ginjal teridentifikasi secara kebetulan pada saat pemeriksaan diagnostic abdomen seperti CT-scan. 10. Gejala yang Nampak mungkin berkaitan dengan metastase tumor seperti fraktur patologi pada paha. 2.1.4 PATOFISIOLOGI Tumor ini berasal dari tubulus proksimalis ginjal yang mula-mula berada di dalam korteks, dan kemudian menembus kapsul ginjal. Tidak jarang ditemukan kista-kista yang berasal dari tumor yang mengalami nekrosis dan diresorbsi.Cara penyebaran bisa secara langsung menembus simpai ginjal ke jaringan sekitarnya dan melalui pembuluh limfe atau v. Renalis. Metastasis tersering ialah ke kelenjar getah bening ipsilateral, paru, kadang ke hati, tulang , adrenal dan ginjal kontralateral (De Jong, 2000). Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenchym renal. Tumor tersebut tumbuh dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral.Pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau enyimpang ke luar renal. Mempunyai gambaran khas berupa sglomerulus dan tubulus yang primitif atau abortif dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif di kelilingi stroma sel kumparan. Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian di invasi oleh sel tumor. Tumor ini pada nyatanya memperlihatkan warna yang putih atau keabu-abuan homogen, lunak dan encepaloid (menyerupai jaringan ikat ). Tumor tersebut akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan di katakana sebagai suatu massa abdomen. Akan teraba pada abdominal dengan di lakukan palpasi. Munculnya tumor Wim’s sejak dalam perkembangan embrio dan akan tumbuh dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain. Tumor yang biasanya baik terbatas dan sering terjadi nekrosis, cystic dan perdarahan. Terjadinya hipertensi biasanya terkait iskemik pada renal IV. Jaringan asal untuk karsinoma sel ginjal adalah epitel tubulus proksimal ginjal. Kanker ginjal bisa terjadi secara herediter atau non herediter. Keduanya memberikan bentuk yang berhubungan dengan perubahan struktural dari kromosom. Studi genetika kanker ginjal menyebabkan kloning gen yang menghasilkan perubahan formasi tumor ( Iliopoulos, 2000 ).



9



Setidaknya terdapat 4 sindrom genetik yang terkait dengan karsinoma sel ginjal, meliputi : sindrom von Hippel – Lindau (VHL), hereditary papillary renal carcinoma (HPRC), onkosit ginjal familial (FRO) associated with Birt – Hogg – Dube syndrome (BHDS), dan karsinoma ginjal herediter ( Iliopoulos,2000 ). Penyakit sindrom von Hippel-Lindau adalah sindrom autosomal dominan yang memberikan predisposisi untuk berbagai neoplasma, termasuk kanker ginjal. Renal cell carcinoma berkembang di hampir 40 % dari pasien dengan penyakit Hippel-Lindau von dan merupakan penyebab utama kematian di antara pasien tersebut. Karsinoma papiler ginjal herediter (HPRC) adalah kelainan bawaan dengan pola dominan warisan autosom; individu yang terkena mengembangkan karsinoma ginjal bilateral ( Radovanovic, 1986 ). Individu dengan onkosit ginjal familial mengembangkan oncocytoma multifokal atau neoplasma oncocytic di ginjal. Sindrom Birt – Hogg – Dube adalah sindrom kulit turun – temurun. Pasien dengan sindrom Birt – Hogg – Dube memiliki kecenderungan dominan diwariskan untuk mengembangkan tumor jinak dari foliker rambut ( yaitu fibrofolliculomas ), terutama di leher, wajah dan batang atas, serta berisiko mengembangkan tumor ginjal, polip kolon atau tumor, dan kista paru ( Iliopoulos, 2000 ). Kanker ginjal memberikan berbagai manifestasi masalah keperawatan. 2.1.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 2.5.1



CT – Scan



2.5.2



Ultrasound Alat ultrasoud bekerja dengan menggunakan gelombang – gelombang suara yang tidak dapat didengar oleh orang. Gelombang – gelombang suara memantul balik dari ginjal, dan komputer menggunakan gema – gema untuk menciptakan gambar yang disebut sonogram.



2.5.3



Biopsy Biopsy adalah pengangkatan jaringan untuk mencari sel – sel kanker



2.5.4



Urografi intravena



2.5.5



USG



2.5.6



MRI bisa memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor



2.5.7



Arteriografi



2.5.8



Tes urin



10



2.5.9



Tes darah. Laboratorium memeriksa tingkat dari beberapa senyawa, seperti creatinine. Tingginya creatinine akan mengakibatkan ginjal tidak bekerja secara normal.



2.5.10



Intravenous Pyelogram ( IVP ) Pemberian zat warna suatu vena di lengan dengan cara disuntikkan. Zat warna berjalan melalui tubuh dan berkumpul di ginjal. Zat warna itu lalu terlihat pada sinar X. Lalu zat warna itu akan bergerak melalui ginjal menuju kantung kemih.



2.1.6 KLASIFIKASI Ginjal yang semakin lama mengalami kegagalan atau gangguan fungsi ginjal, sehingga tidak mampu lagi bekerja dengan normal, membuat organ ginjal semakin berat dan akhirnya menjadi kanker ginjal. Stadium kanker ginjal didasarkan pada ukuran tumor, penyebaran dan luas penyebaran. Stadium – stadium tersebut adalah : 2.6.1. Stadium I. Stadium ini merupakan awal dari kanker ginjal. Tumornya berukuran 2,75 inci ( 7 cm ) atau tidak lebih besar dari sebuah bola tenis. Sel – sel kanker ditemukan hanya berada di ginjal. 2.6.2. Stadium II. Stadium ini merupakan awal dari kanker ginjal namun tumor sudah berukuran lebih dari 2,75 inci. Sel – sel kanker ditemukan hanya di ginjal. 2.6.3. Stadium III. Pada stadium ini, tumor tidak meluas diluar ginjal, tetapi sel – sel kanker telah menyebar melalui sistem getah bening ke suatu simpul getah bening yang berdekatan. Tumor juga menyerang kelenjar adrenal atau lapisan – lapisan dari lemak dan jaringan yang berserabut yang mengelilingi ginjal. Namun, sel – sel kanker masih belum menyebar diluar jaringan berserabut. Sel – sel kanker ditemukan pada satu simpul getah bening yang berdekatan atau menyebar dari ginjal ke suatu pembuluh darah besar yang berdekatan. Sel – sel kanker juga ditemukan pada simpul getah bening yang berdekatan. 2.6.4. Stadium IV. Pada stadium ini, tumor meluas dari luar jaringan berserabut yang mengelilingi ginjal. Sel – sel kanker ditemukan pada lebih dari satu simpul



11



getah bening yang berdekatan atau kanker yang telah menyebar ke tempat – tempat lain di dalam tubuh, seperti paru – paru. 2.6.5. Kanker yang kambuh. Kondisi ini adalah kanker yang kembali muncul setelah perawatan bisa muncul kembali di ginjal atau bagian tubuh lainnya. Stadium 1 : Tumor masih terbatas di dalam ginjal dengan fasia Gerota masih utuh Stadium 2 : Invasi ke jaringan lemak perineal, dengan fasia Gerota masih utuh Stadium 3 : Invasi ke vena kava atau limfonudi regi onal Stadium 4 : Ekstensi ke organ sekitarnya / metastasis jauh (usus)



2.1.7 PENATALAKSANAAN MEDIS Ada beberapa penatalaksanaan yang dapat direfrensikan untuk kanker ginjal sesuai dengan letak dan ada tidaknya metastase sel kanker, antara lain: 2.1.7.1. Kanker yang terbatas pada ginjal 2.1.7.1.1 Pengangkatan kanker (nephrectomy) 2.1.7.1.2



Nefrektomi



radikal



Nefrektomi



radikal



adalah



pengangkatan ginjal, kelenjar adrenal ipsilateral, jaringan sekitar, dan 12



kadang, kelenjar limfe sekitarnya. Akibat resiko kekambuhan pada ureter, urektomi juga dapat dilakukan. 2.1.7.1.3 .Nefrektomi parsial Nefrektomi parsial adalah pengankatan bagian ginjal yang mengandung sel kanker atau tumor, hal ini dilakukan apabila seseorang hanya mempunyai satu ginjal ketika kanker sudah mempengaruhi kedua ginjal maupun penderita yang ukuran tumor ginjalnya kurang dari 4cm. 2.1.7.1.4 Nefrektomi simple Nefrektomi simple adalah pengangkatan ginjal, pada penderita kanker stadium 1. 2.1.7.1.2 Maligna ablation 2.1.7.1.3 Arterial Embolization Arterial embolization adalah tipe terapi local yang menyusutkan tumor dan dilakukan sebelum tindakan pembedahan atau operasi. Dengan cara memasukkan tabung sempit ke dalam pembuluh darah kaki, tabung dialirkan keatas hingga sampai pembuluh darah arteri utama ginjal yang menyediakan darah pada ginjal kemudian dokter menyuntikan senyawa pada pembuluh darah untuk menghalangi aliran darah ke ginjal. 2.1.7.2 Thrombus maligna (metastase kanker dalam vena ginjal atau vena cava) 2.1.7.2.1 Nephrectomy kemudian thrombus maligna diekstrak. Nefrektomi dengan thrombus maligna diekstrak adalah operasi pengangkatan bagian yang berubah menjadi sel kanker, dan mengeluarkan gumpalan sel kanker yang mengikuti aliran darah dengan cara kleping sisi kanan dan kiri pembuluh darah yang terdapat gumpalan sel kanker di dalamnya, kemudian buat sayatan pada pembuluh darah guna mengeluarkan thrombus keluar tubuh. 2.1.7.2.2 Embolisasi (untuk orang yang tidak tahan pembedahan) Embolisasi adalah terapi local yang menyusutkan tumor dan dilakukan sebelum tindakan pembedahan atau operasi. Dengan cara memasukkan tabung sempit ke dalam pembuluh darah kaki, tabung dialirkan keatas hingga sampai pembuluh darah



13



besar yang menyediakan darah dalam ginjal kemudian dokter menyuntikan senyawa pada pembuluh darah untuk menghalangi aliran darah ke ginjal. 2.1.7.3 Metastase kanker ke organ lain dapat dilakukan nephrectomy yang diikuti: 2.1.7.3.1. Terapi Biologi Terapi sistemis atau terapi yang menggunakan senyawasenyawa yang berjalan dalam aliran darah, mencapai dan mempengaruhi selsel seluruh tubuh, terapi biologi menggunakan kemampuan alamiah tubuh atau system imun untuk melawan kanker. 2.1.7..2. Kemoterapi Terapi sistematis dengan menggunakan obat-obatan. Obatobatan anti kanker memasuki aliran darah dan memasuki seluruh tubuh, meskipun berguna untuk kanker-kanker yang lain obat-obatan tersebut telah menunjukan penggunaan yang teratas terhadap kanker ginjal. 2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Kegiatan dalam proses pengkajian yakni pengumpulan data, adapun pembagian macam-macam data a. IDENTITAS 1) Identitas Pasien Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, alamat. 2) Identitas Penanggung Jawab Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, alamat, hubungan dengan klien. b. Keluhan Utama Keluhan utama yang sering dirasakan para pasien CA Ginjal nyeri pada bagian pinggang. 1) Keluhan Utama Saat MRS Data fokus yang dirasakan pada saat masuk rumah sakit 2) Keluhan Utama Saat Pengkajian Data fokus yang dirasakan pada saat pengkajian P



: Kecapean



Q



: Seperti dipukul benda tumpul/atau ditusuk benda tajam 14



R



: Pinggang bawah



S



: 4-5



T



: Intermitten



c. Riwayat Kesehatan 1) Riwayat Penyakit Sekarang Dipaparkan tentang awal terjadinya keluhan sampai masuk rumah sakit. 2) Riwayat Penyakit Yang Lalu Riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat opname dengan trauma, operasi, transfusi darah, alergi dan kebiasaan spesifik klein lainnya seperti merokok atau peminum alkohol . 3) Riwayat Kesehatan Keluarga Mencantumkan genogram,apakah ada riwayat penyakit keturunan dengan melihat apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang dapat diturunkan.



d. Riwayat Kesehatan Klien 1) Pola Aktivitas Sehari-hari (ADL) a) Pola Kebutuhan Nutrisi Dan Cairan Pengkajian tentang status nutrisi pasien meliputi jumlah frekuensi dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Gejala : Hilang nafsu makan, mual/ muntah, perubahan berat badan. b) Pola Eliminasi (BAK dan BAB) Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan pada kebiasaan BAB dan BAK. c) Pola Istirahat Tidur Keluhan kelemahan fisik secara umum dan keletihan berlebih. d) Pola Kebersihan Diri (PH) Penampilan diri, kebersihan rambut, badan, gigi/mulut,genitalia /anus, kuku tangan / kaki serta pakai. e) Aktivitas Lain Perlu dikaji tentang aktivitas keseharian pasien seperti olahraga, bekerja, dan aktivitas lainnya. 15



Gejala : Kelemahan, kelelahan umum dan karena kerja. 2) Riwayat Psikologis 3) Riwayat Sosial 4) Riwayat Spiritual e. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum Ku



: biasanya pasien dengan penderita kanker ginjal pasien tampak



merasa meringis karena nyeri yang diderita dibagian pinggang Tingkat kesadaran



:



2) Pemeriksaan Tanda-tanda Vital a) Tekanan Darah Perubahan TD, contoh hipertensi atau hipotensi b) Denyut Nadi Nadi : mungkin tidak teratur, contoh denyut kuat, pulsus altenan (denyut kuat teratur/denyut lemah), nadi bigeminal (denyut kuat tak teratur/denyut lemah). Defisit nadi (perbedaan antara nadi apical dan nadi radial). c) Suhu Badan Demam d) Frekuensi Pernafasan



3) Pemeriksaan Wajah a) Wajah / muka : ekspresi wajah, edema wajah / muka b) Mata



: kebersihan, konjungtiva, sclera



c) Hidung



: kesimetrisan, secret hidung



d) Mulut



: mukosa bibir, lidah, ada tidaknya caries



e) Telinga



: kebersihannya, sekret, keadaan telinga luar



4) Pemeriksaan Kepala dan Leher a) Kepala : Pada rambut, dikaji warna rambut, kelembapan, dan kusam. b) Leher



:



ada



tidaknya



pembesaran gondok,vena



jugularis



danarteries carotis. 5) Pemeriksaan Thoraks dan Dada 16



a) Paru – paru Inspeksi



: benduk dada, payudara, ekspansi paru.



Auskultasi



: bunyi tambahan (krekels, ronki,mengi) mungkin adamenunjukkan komplikasi pernapasan, seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal.



Palpasi



: nyeri tekan, massa, ekspansi paru, taktilpremitus, iktuscordis.



Perkusi



: bunyi perkusi paru



b) Jantung Bunyi jantung : irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut



menurun.



6) Pemeriksaan Abdomen Inspeksi



: Pembesaran abdomen, ada tidaknya striae, dilatasi vena



Palpasi



: nyeri tekan, massa



Perkusi



: bunyi perkusi



Auskultasi : bunyi peristaltic usus, ada tidaknya bising usus/pembuluh darah. 7) Pemeriksaan Genetalia dan Rektal Pengukuran Output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan intake cairan.kebersihannya, ada tidaknya flour albus,varices, kandilo mata, ada tidanya massa atau lesi antara rectum –vagina. 8) Pemeriksaan Punggung dan Tulang Belakang Inspeksi



: ada tidaknya skoliosis atau hiperkifosis



Palpasi



: nyeri tekan



Perkusi



: bunyi perkusi



9) Pemeriksaann Ekstremitas / Muskuloskeletal Kehilangan tonus otot/kekuatan. Tungkai bawah : kesimetrisan ada tidaknya edema pretibial atau varices. 10) Pemeriksaan Fungsi Pendengaran / Penghidu / Tenggorokan 11) Pemeriksaan Fungsi Penglihatan 12) Pemeriksaan Fungsi Neurologis 17



13) Pemeriksaan Kulit / Integument Kulit : warna dan kelembaban berubah, contoh pucat, sianosis, berkeringat (gagal jantung, syok), Kemerahan kulit (reaksi obat). 14) Pemeriksaan Penunjang a) Pemeriksaan laboratorium b) Elektrokardiogram (EKG) c) Foto toraks Pemeriksaan d) Uji latih atau uji berjalan enam-menit e) Ekokardiografi f)



Computed tomography (CT) scan dan magnetic resonance imaging



(MRI) Monitor Holter atau event recording h) Studi Elektrofisiologi g. Tindakan Dan Terapi Pada pasien dengan riwayat kanker atau tumor yang berulang pasti mempunyai riwayat kemoterapi, pemeriksaan radiologi, biopsy, pembedahan untuk pengangkatan jaringan kanker atau tumor atau riwayat radiasi. Dan pada pasien dengan kanker ginjal yang disertai hipertensi pasti mempunyai riwayat terapi obat anti-hipertensi, beta-blocker, anti-diuretik, anti adrenal yang harus dikonsumsi rutin. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa yang dapat di angkat berdasarkan NANDA 2018-2020 (Herdman & Kamitsuru, 2018) adalah : a. Perdarahan b/d metastases sel kanker ke paru yang menyebabkan kerusakan jaringan paru sehingga mengalami batuk darah. b. Nyeri b/d agen cidera biologis (kerusakan ginjal) c. Devisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrient



18



3. INTERVENSI a. Perdarahan b.d. metastases sel kanker ke paru yang menyebabkan kerusakan jaringan paru sehingga mengalami batuk darah. NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1 x 60 menit perdarahan dapat teratasi, dengan kriteria hasil : 1) Tidak ada darah NIC : 1)



Observasi tanda-tanda vital pasien



2)



Observasi penggunaan otot bantu nafas



3)



Observasi perdarahan pada saat pasien batuk



4)



Ajarkan pasien untuk menggunakan sarung tangan saat sedang batuk



5)



Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat



b. Nyeri b/d agen cidera biologis (kerusakan ginjal). NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x 24 jam nyeri dapat teratasi, dengan criteria hasil : 1) Ekspresi pasien tampak sumringah 2) Pasien pasien mengatakan nyeri berkurang 3) Pasien mampu mengendalikan nyeri 4) Skala nyeri 0-3 NIC : 1) Observasi tanda-tanda vital pasien 2) Kaji tingkat skala nyeri pasien 3) Ajarkan klien untuk nafas panjang, tehnik distraksi dan relaksasi 4) Ciptakan lingkungan yang nyaman 5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgetik. c. Devisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif. NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam volume cairan dalam batas normal dengan kriteria hasil :



19



1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal 2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal 3) Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan NIC : Fluid management 1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat 2) Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan 3) Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (osmolalitasurin) 4) Monitor vital sign 5) Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian 6) Kolaborasi pemberiancairan IV 7) Monitor status nutrisi 8) Berikan cairan 9) Berikan diuretic sesuai interuksi 10) Dorong masukan oral 11) Berikan pengganti annasogatrik sesuai output 12) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan 13) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk d. Ketidakseimbangan



nutrisi



kurang



dari



kebutuhan



tubuh



b/d



ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien. NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam nutrisi pasien tercukupi dengan kriteria hasil : 1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4) Tidak ada tanda tanda mal nutrisi 5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan 6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti



20



NIC : 1) Nutrition Management a) Kaji adanya alergi makanan b) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe c) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C d) Berikan substansi gula e) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi f) Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) g) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian h) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori i) Mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan 2) Nutrition Monitoring a) BB pasien dalam batas normal b) Monitor adanya penurunan berat badan c) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan d) Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan e) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi f) Monitor mual dan muntah g) Monitor makanan kesukaan h) Monitor pertumbuhan dan perkembangan i) Monitor kalori dan intake nutrisi j) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonikpapilalidah dan cavitas oral k) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. 4. IMPLEMENTASI Implementasi adalah tindakan dari rencana keperawatan yang telah disusun dengan menggunakan pengetahuan perawat, perawat melakukan dua intervensi yaitu mandiri/independen dan kolaborasi/interdisipliner (NANDA, 2015). Tujuan dari implementasi antara lain adalah: melakukan, membantu dan mengarahkan



kinerja



aktivitas



kehidupan



sehari-hari,



memberikan



asuhan



keperawatan untuk mecapai tujuan yang berpusat pada klien, mencatat serta



21



melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari klien (Asmadi, 2008).



5. EVALUASI Evaluasi menggunakan format S.O.A.P, yaitu : S : Data subjektif : yaitu data yang diutarakan klien dan pandangannya terhadap data tersebut. O : Data objektif : yaitu data yang didapat dari hasil observasi perawat, termasuk tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan denganpenyakit pasien (meliputi data fisiologis, dan informasi dan pemeriksaan tenaga kesehatan). A: Analisis



: yaitu analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan data objektif.



P: Perencanaan



: yaitu pengembangan rencana segera atau yang akan datang untuk mencapai status kesehatan klien yang optimal. (Hutahaen, 2010).



Adapun ukuran pencapaian tujuan tahap evaluasi dalamkeperawatan meliputi: 1) Masalah teratasi, jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan 2) Masalah teratasi sebagian, jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan. 3) Masalah tidak teratasi, jika klien tidak menunjukkan perubahan dankemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/diagnosa keperawatan baru.



22



INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS : SISTEMATIK REVIEW Nursing Intervention for Patients With Chronic Renal Failure Who Undergoing Hemodialysis : A Systemtic Review Hayyu Sitoresmi1 2*, Andi Masyitha Irwan3 , Elly Lilianty Sjattar3 1. 2. 3.



Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin RSUD Provinsi Sulawesi Barat Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin



Riwayat artikel Diajukan: 5 Agustus 2019 Diterima: 28 Maret 2020



Penulis Korespondensi: Hayyu Sitoresmi - Fakultas Keperawatan, Universitas Hasanuddin



[email protected] om



PENDAHULUAN Abstrak Pendahuluan: intervensi keperawatan sangat penting bagi penyedia layanan dialisis demi adekuasi proses hemodialisis (HD). Perawat sebagai lini terdepan dalam pelayanan perlu mengetahui secara tepat intervensi keperawatan yang dapat menekan tingkat mortalitas pasien HD. Tujuan dari penulisan systematic review ini adalah untuk memberi pemahaman akan jenis-jenis intervensi keperawatan dalam fase hemodialisis. Metode penyusunan systematik review ini mengikuti panduan PRISMA. Pubmed, Science Direct, Wiley Online, Proquest, dan Google Scholar adalah database yang digunakan dalam mengumpulkan artikel dengan kata kunci yang relevan. Hasil diperoleh enam artikel penelitian randomized controlled trial yang sesuai dengan kriteria inklusi. Artikel penelitian mengemukakan intevensi keperawatan seperti terapi inhalasi, training program, pijat kaki, akupresur, penggunaan dialisat dingin, dan terapi musik. Intervensi tersebut menawarkan hasil tertanganinya komplikasi yang sering terjadi pada pasien HD dan durasi yang sesuai untuk diaplikasikan fase intradialitik. Kesimpulan intervensi keperawatan dapat diapliaksikan untuk mengatasi keluhan mual, muntah, nyeri, pruritus, kelemahan fisik, kram, dan gangguan psikologis. Namun perlu disesuaikan dengan kondisi pasien dan koordinasi dengan petugas medis lain dalam meningkatkan kualitas pelayanan.



Abstract Introduction Nursing intervention is very important for care providers to achieve



Kata Kunci: Intervensi keperawatan, hemodialisis, gagal ginjal kronik



adequacy in hemodialysis (HD) process. Nurses as the front line in services need to know precisely the nursing interventions that can reduce the mortality rate of HD patients. Objective: to identify what kind of nursing interventions can be done during hemodialysis. Methods: Pubmed, Science Direct, Wiley Online, Proquest, and Google Scholar are databases used in collecting articles with relevant keywords and PRISMA guidelines. Results: obtained six randomized controlled trial articles according to the inclusion criteria. The research article presents nursing interventions such as inhalation therapy, training programs, foot massage, acupressure, cold dialysate use, and music therapy. The intervention can reduce complications that often occur in HD patients and have appropriate duration to be applied during intradialytic phase. Conclusion: nursing intervention can be witnessed to overcome complaints of nausea, vomiting, pain, pruritus, physical weakness, cramps, and psychological disorders. But it needs to



23



be adjusted to the patient's condition and coordination with other medical officers in improving the quality of nursing care.



P e n d e r i t a p e n y a k i t g i n j a l k r o n i s ( P G K ) m e



miliki tingkat kematian lebih dari 75% dengan resiko rawat inap hingga 5 kali lebih tinggi (Srikartika, Intannia, & Nurlely, 2014). Diungkapkan dalam Hallan et al., (2012) bahwa negara-negara Asia, Eropa, dan Amerika memiliki insidensi PGK dengan presentase 15% utamanya pada usia dewasa. Data World Health Organization tahun 2013 menyebutkan jumlah penderita PGK dunia melebihi 500 juta jiwa dengan 1,5 juta jiwa menjalani hemodialisis dan dalam satu juta penduduk Amerika terdapat insiden PGK sebesar 448 jiwa (Collins, Foley, Gilbertson, & Chen, 2015). Dari sekitar 500.000 penduduk Amerika yang menderita PGK, diketahui lebih dari setengahnya menjalani terapi dialisis (Winkelmayer, Patrick, Liu, Brookhart, & Setoguchi, 2011). Di Indonesia sendiri, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, dari 260 juta penduduk terdapat 713.783 penduduk Indonesia diatas umur 15 tahun terdiagnosis PGK (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2018). Sedangkan populasi yang menjalani terapi dialisis pada tahun 2011 berjumlah 15.353 jiwa dan tahun 2012 berjumlah 19.621 jiwa (Indonesian Renal Registry, 2018). Karena prevalensi penderita PGK yang menjalani dialisis semakin meningkat maka perlu diperhatikan komplikasi terkait proses dialisis/hemodialisis. Adapun komplikasi hemodialisis didefinisikan sebagai kondisi klinis yang dialami dalam sesi atau 24 jam setelah hemodialisis (Kaze, Ashuntantang, & Kengne, 2012). Menurut Collins et al., (2015), peningkatan resiko gangguan kardiovaskular serta angka kematian pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis masih cukup tinggi. Disebutkan pula dalam Ozkan & Ulusoy (2011) beberapa komplikasi yang dapat timbul yakni dari kardiovaskular, peralatan HD, neurologi, nyeri kepala, kejang, tremor, kram, perdarahan, mual, muntah, dan gatal-gatal. Peran perawat dalam proses HD sangat besar, dan karena buruknya dampak komplikasi tersebut, maka intervensi keperawatan harus dilakukan dengan tepat. Agar dapat terwujud status kesehatan yang optimal bagi pasien hemodialisis dengan cara memberikan asuhan keperawatan komprehensif dan holistik yang meliputi bio-psiko-sosio dan spiritual (Potter & Perry, 2010). Atas pertimbangan adekuasi HD pada penderita PGK yang menjalani hemodialisis, selain pemberian terapi medikasi diperlukan pula terapi pendamping demi mengurangi tingkat keparahan penyakit dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Adekuasi proses hemodialisis akan memberikan rasa nyaman pada pasien dalam menjalani kehidupannya terlepas dari 24



gejala uremia (Kidney Disease Outcomes Quality Initiative, 2015). Dengan tercapainya adekuasi HD maka perawat dapat memastikan kondisi kenyamanan pasien sebagai langkah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan intervensi keperawatan. Untuk fase intradialitik sendiri, perawat berperan dalam pencegahan komplikasi lanjut pada pasien (Sakitri, Makiyah, & Khoiriyati, 2017). Namun komplikasi yang sering kali muncul saat proses hemodialisa masih menyebabkan tingginya tingkat mortalitas. Oleh karena itulah systematik review ini bertujuan untuk menentukan jenisjenis intervensi keperawatan yang dapat dilakukan demi memaksimalkan pelayanan dan mencegah komplikasi proses



hemodialisis. Dalam sistematic review ini akan dijelaskan jenis intervensi keperawatan dan durasi, manfaat intervensi terhadap pasien yang menjalani hemodialisis, serta instrumen pengukuran yang digunakan.



METODE Metode dalam penyusunan systematic review ini berasal dari panduan PRISMA (Moher & A, Liberati, Tetzlaff J, 2009). Pubmed, Science Direct, Wiley Online, Proquest dan Google Scholar adalah database yang digunakan dalam mengumpulkan artikel dengan kata kunci yang relevan. Kata kunci PICOT yang digunakan adalah : P (Nursing Intervention), I (Hemodialysis), O (Renal failure OR Kidney disease OR Renal disease), dan strategi penyaringan artikel dijelaskan pada PRISMA flow chart (Diagram 1). Untuk lebih spesifik penulis juga menentukan beberapa kriteria inklusi, yaitu : (1) publikasi dalam 5 tahun terakhir dari 2013 hingga 2018, (2) full text, (3) original article (Randomized Controlled Trial), (4) membahas intervensi keperawatan pada pasien hemodialisis, (5) dengan usia responden lebih dari atau sama dengan 18 tahun, dan (6) artikel yang menggunakan bahasa Inggris. Dan kriteria eksklusi seperti : (1) artikel tidak mengemukakan intervensi keperawatan, (2) responden usia dibawah 18 tahun atau anak, (3) Quasi-experiment, qualitatif, review, tanpa kelompok pembanding, hanya abstrak, laporan individu, dan newsletter, dan (4) artikel yang dipublikasi sebelum tahun 2013. Kemudian untuk menganalisis kualitas artikel penelitian terpilih, digunakanlah Critical Appraisal Skills Programe tools (CASP) dan Quality Assesment untuk menilai resiko bias dari study yang dipilih (Julian PT Higgins & Sally Green, 2008).



HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Ditulis dengan jelas menggunakan huruf times new roman font 11 spasi 1 Diperoleh 1.942 artikel dari kelima database, kemudian didapatkan double publikasi sebanyak 783 artikel, menghasilkan 1.159 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi, lalu dilakukan lagi screening terkait relevansi artikel dengan tujuan systematic review ini dan mengeksklusi sejumlah 1.131 artikel, maka terpilihlah sebanyak 28 artikel. Untuk mengevaluasi kualitas artikel penelitian terpilih, dengan Critical Appraisal Skills Programme (CASP) didapatkan enam artikel penelitian yang memenuhi syarat. Dari keenam artikel tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian dilakukan di beberapa negara seperti Iran, Australia, Amerika Serikat, Malaysia, dan Turki. Randomized Controlled Trial merupakan metode penelitian yang digunakan (n=6). 25



1. Intervensi keperawatan dan durasi Terdapat enam intervensi berbeda yang dapat dilakukan dalam fase hemodialisis oleh perawat dengan durasi yang sesuai. Intervensi terapi inhalasi dilakukan oleh Nesami, Espahbodi, Nikkhah, Shorofi, & Charati, (2013) menggunakan essens lavender 10% selama lima menit saat akan kanulasi Arteriovenous (AV) fistula. Bennett et al., (2016) sendiri memberi program latihan resisten intradialitik sebanyak 20 kali repetisi pada jam pertama HD. Pijat kaki dilakukan oleh Mastnardo et al., (2016) masingmasing 10 menit untuk tiap kaki. Intervensi lainnya seperti akupresur dilakukan selama 15 menit oleh Hmwe, Subramanian, Tan, & Chong, (2014). Penggunaan cairan dialisat dingin (35,50C),



sepanjang HD 3-4 jam telah diaplikasikan pada pasien hemodialisis (Rad, Jaghouri, Sharifipour, & Rakhshani, 2017). Sedangkan terapi musik telah diaplikasikan oleh Kutlu & Eren, (2014) dengan durasi 30 menit tiap sesi HD.



2. Manfaat intervensi terhadap pasien yang menjalani Hemodialisis Inhalasi aromatherapy lavender diketahui dapan menurunkan nyeri saat kanulasi AV fistula, nilai p=0.009 (Nesami et al., 2013). Fungsi fisik sendiri meningkat secara signifikan (p