Case Report Bedah Hidrokel [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CASE REPORT BEDAH HIDROKEL



Disusun oleh : Dewi Nadila 1102010070



Pembimbing : Dr. Henry Moesfairil, SpB



KEPANITERAAN KLINIK BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI RSUD SOREANG 2016



BAB I STATUS PASIEN



I. Identitas Pasien Nama



: Tn. A



Umur



: 31 tahun



Jenis Kelamin



: Laki – laki



Agama



: Islam



Alamat



: Cijaura Lebakmuncang



Pekerjaan



: Buruh



Pendidikan



: SMA



Status Perkawinan



: Menikah



No RM



: 527xxx



Tanggal Pemeriksaan



: 02 Maret 2016



II. Anamnesa Keluhan Utama : Benjolan pada buah zakar sebelah kanan sejak 7 bulan SMRS. . Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poli bedah RSUD Soreang dengan keluhan terdapat benjolan pada buah zakar sebelah kanan sejak 7 bulan SMRS. Kondisi ini sudah dirasakan sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya benjolan tidak terlalu besar namun semakin lama semakin membesar dan saat ini sebesar telur ayam. Pasien merasakan berat dan benjolan tidak nyeri jika ditekan. Pasien juga mengeluh demam sejak ± 2 hari dan mual. Riwayat trauma disangkal.



Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien sebelumnya pernah berobat penyakit TBC Riwayat Penyakit Lainnya : a. Diabetes Mellitus ( - ) d. Penyakit Jantung b. Hipertensi (-) e. Penyakit Paru c. Asma ( - ) f. Penyakit Hepar



(-) (+) (-)



Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengaku tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang serupa.



III. Tanda Vital Keadaan Umum



: tampak sakit sedang



Kesadaran



: compos mentis



Tekanan Darah



: 120/80



Nadi



: 72 x/ menit



Pernapasan



: 20 x/ menit



Suhu



: 36,00 C



IV. Pemeriksaan Fisik Status Generalis Kepala : Normochepali, ekspresi wajah normal Mata : Simetris, palpebra superior-inferior normal, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, isokor, reflek pupil +/+ Leher : KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat Thorax : Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris Palpasi : (-) Perkusi : sonor diseluruh lapang paru, peranjakan paru (+) Auskultasi : Cor : (-) Pulmo : (-) Abdomen : Inspeksi : datar Auskultasi : bising usus (+) normal, Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), Perkusi : tympani Extremitas : Akral hangat Capillary refill time < 2” Edema (-) Status lokalis : Inspeksi : Terdapat benjolan di scrotum dextra Palpasi : Teraba adanya benjolan di scrotum dextra sebesar telur ayam tidak berwarna kemerahan, kulit di sekitar scrotum tidak tegang. Benjolan teraba lunak dan dapat dipisahkan dari testis kanan. Testis kanan teraba benjolan berbatas tegas.



V. Resume Pasien 31 tahun datang ke poli bedah RSUD Soreang dengan keluhan terdapat benjolan pada buah zakar sebelah kanan sejak 7 bulan SMRS. Kondisi ini sudah dirasakan sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya benjolan tidak terlalu besar namun semakin lama semakin membesar dan saat ini sebesar telur ayam. Pasien merasakan berat dan benjolan tidak nyeri jika ditekan. Pasien juga mengeluh demam sejak ± 2 hari dan mual. Riwayat trauma disangkal. Status lokalis terdapat benjolan di scrotum dextra. Teraba



adanya benjolan di scrotum dextra sebesar telur ayam tidak berwarna kemerahan, kulit di sekitar scrotum tidak tegang. Benjolan teraba lunak dan dapat dipisahkan dari testis kanan. Testis kanan teraba benjolan berbatas tegas.



VI. Diagnosa Banding • • • • •



Hernia Spermatokel Hematokel Varikokel Tumor testis



VII. Pemeriksaan Penunjang 



Laboratorium (darah ruti) (01 Maret 2016) Hematologi Umum



Pemeriksaan Hemoglobin Hematokrit Lekosit Trombosit •



Hasil *10.2 g/dL *31 % *10,900/mm3 358,000/mm3



Nilai normal 14-18 g/dL 40-48 % 4000-10000/mm3 150.000-400.000/mm3



Radiologi (USG) :







Testis kiri normal







Pelebaran epididymis dan Funiculus Spermaticus kanan, disertai fluid collection scrotum kanan  Epididymidis kanan







Transluminasi (+)



VIII. Diagnosa Kerja Hidrokel dextra IX. Tatalaksana Hidrokelektomi IX. Prognosis Quo ad vitam Quo ad functionam Quo ad sanationam TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Testis



: ad bonam : ad bonam : ad bonam



Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada orang dewasa adalah 4×3×2,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid kedua buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika dartos. Otot kremaster yang berada disekitar testis memungkinkan testis dapat digerakan mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil. Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogenia dan sel Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel Leyding. Sel-sel spermatogenia pada proses spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makanan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leyding atau disebut sel interstisial testis berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron. Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan atau maturasi diepididimis setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah dicampur dengan cairan-caidari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat menbentuk cairan semen. Vaskularisasi Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu : 1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta 2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior 3.



Arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika. Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus Pampiniformis. Plesksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal sebagai varikokel.



Gambar 1. Anatomi normal testis HIDROCELE Definisi Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Epidemiologi



Di USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000 kelahiran hidup dan lebih sering terjadi pada bayi premature. Lokasi tersering adalah di sebelah kanan, dan hanya 10% yang terjadi secara bilateral. Insidensi PPPVP menurun seiring dengan bertambahnya umur. Pada neonates, 80%-94% memiliki PPPVP. Risiko hidrokel lebih tinggi pada bayi premature dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram dibandingkan dengan bayi aterm. Etiologi



Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1) belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya yaitu:



1. Hidrokel_primer Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam tunika akan diabsorpsi. 2. Hidrokel_sekunder Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam suatu masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe. Dapat disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena suatu proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.



Berdasarkan kejadian: 1. Hidrokel akut Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri. Cairan berrwarna kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan sel polimorf. 2.



Hidrokel kronis



Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara perlahan dan walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat, jarang menyebabkan nyeri. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu 1. Hidrokel testis. Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari. 2. Hidrokel funikulus. Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari. 3. Hidrokel Komunikan Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat anak menangis. Pada palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen Patofisiologi Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya rongga peritoneum dengan prosessus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal dari sistem limfatik disekitar. Hidrokel cord terjadi ketika processus vaginalis terobliterasi di atas testis sehingga tetap terdapat hubungan dengan peritoneum, dan processus vaginalis mungkin tetap terbuka sejauh batas atas scrotum. Area seperti kantung di dalam canalis inguinalis terisi dengan cairan. Cairan tersebut tidak masuk ke dalam scrotum. Cairan yanng seharusnya merupakan keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Dan terjadilah penimbunan di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang terus-menerus, mengakibatkan Obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. Dan terjadilah atrofi testis dikarenakan akibat dari tekanan pembuluh darah yang ada di daerah sekitar testis tersebut. Selama perkembangan janin, testis terletak di sebelah bawah ginjal, di dalam rongga peritoneal. Ketika testis turun melalui canalis inguinalis ke dalam scrotum, testis diikuti dengan ekstensi peritoneum



dengan bentuk seperti kantung, yang dikenal sebagai processus vaginalis. Setelah testis turun, procesus vaginalis akan terobliterasi dan menjadi fibrous cord tanpa lumen. Ujung distal dari procesus vaginalis menetap sebagai tunika yang melapisi testis, yang dikenal sebagai tunika vaginalis. Normalnya, region inguinal dan scrotum tidak saling berhubungan dengan abdomen. Organ viscera intraabdominal maupun cairan peritonel seharusnya tidak dapat masuk ke dalam scrotum ataupun canalis inguinalis. Bila procesus vaginalis tidak tertutup, dikenal sebagai persistent patent processus vaginalis peritonei (PPPVP).



Gambar 2. Patogenesis Hidrokel Bila PPPVP berdiameter kecil dan hanya dapat dilalui oleh cairan, dinamakan sebagai hidrokel komunikan. Bila PPPVP berdiameter besar dan dapat dilalui oleh usus, omentum, atau organ viscera abdomen lainnya, dinamakan sebagai hernia. Banyak teori yang membahas tentang kegagalan penutupan processus vaginalis. Otot polos telah diidentifikasi terdapat pada jaringan PPPVP, dan tidak terdapat pada peritoneum normal. Jumlah otot polos yang ada mungkin berhubungan dengan tingkat patensi processus vaginalis. Sebagai contoh, jumlah otot polos yang lebih besar terdapat pada kantung hernia dibandingkan dengan PPPVP dari hidrokel. Penelitian terus berlanjut untuk menentukan peranan otot polos pada pathogenesis ini.



Mekanisme terjadinya PPPVP juga berhubungan dengan adanya peningkatan tekanan intraabdominal. Keadaan apapun yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intraabdominal dapat menghambat atau menunda proses penutupan processus vaginalis. Keadaan tersebut antara lain batuk kronis (seperti pada TB paru), keadaan yang membuat bayi sering mengedan (seperti feses keras), dan tumor intraabdomen. Keadaan tersebut di atas menyebabkan peningkatan risiko terjadinya PPPVP yang dapat berakibat sebagai hidrokel maupun hernia.



Gambar 3. Jenis-jenis Hidrokel



Gambaran Klinis Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu (1) hidrokel testis, (2) hidrokel funikulus, dan (3) hidrokel komunikan. Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.



Gambar 4. Hidrokel komunikans (pada anak)



Gambar 5. Hidrokel non-komunikans (pada dewasa)



Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari. Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.



Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen.



Pemeriksaan Fisik Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada posisi berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila terdapat resolusi pada tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan kemungkinan hidrokel komunikan atau hernia. Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver untuk meningkatkan tekanan intaabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan dengan menyuruh pasien meniup balon, atau batuk. Pada bayi, dapat dilakukan dengan memberikan tekanan pada abdomen (palpasi dalam) atau dengan menahan kedua tangan bayi diatas kepalanya sehingga bayi akan memberontak sehingga akan menimbulkan tonjolan. Pemeriksaan transiluminasi pada scrotum menunjukkan cairan dalam tunika vaginalis mengarah pada hidrokel. Namun, tes ini tidak sepenuhnya menyingkirkan hernia.



Gambar 6. Tes Transiluminasi



Pemeriksaan penunjang



1. Transiluminasi



Merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya menemukan massa skrotum..Dilakukan didalam suatu ruang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum . Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel . 2. Ultrasonografi Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel), vena abnormal (varikokel) dan kemungkinan adanya tumor.



Diferential Diagnosis Secara umum adanya pembengkakan skrotum memberikan gejala yang hampir sama dengan hidrokel, sehingga sering salah terdiagnosis. Oleh karena itu diagnosis banding hidrokel adalah :



Hernia scrotalis: Hidrokel dan hernia inguinalis bermanifestasi klinis sebagai benjolan pada daerah testis dengan perbedaan utama berupa benjolan pada hernia bersifat hilang timbul, sedangkan pada hidrokel, benjolan dapat berkurang tapi lama. Dengan melakukan tes transiluminasi, hidrokel memberikan hasil tes yang positif sedangkan pada hernia inguinalis hasil tes negatif. Pentingnya membedakan kedua kasus tersebut sehubungan dengan penanganan yang dilakukan untuk kemudian mengurangi komplikasi yang dapat terjadi. Varikokel Adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Gambaran klinis : Anamnesa :



1. Pasien biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun menikah. 2. Terdapat benjolan di atas testis yang tidak nyeri.



3. Terasa berat pada testis Pemeriksaan Fisik : (Pasien berdiri dan diminta untuk manuver valsava)



Inspeksi dan Palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing di dalam kantung, yang letaknya di sebelah kranial dari testis, permukaan testis licin, konsistensi elastis. Pada posisi berbaring, benjolan akan menghilang, sedangkan pada hidrokel tidak hilang, hanya dapat berkurang tetapi butuh waktu yang lama.



Torsi Testis Adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya gangguan aliran darah dari pada testis. Gambaran klinis : Anamnesa : 1. Timbul mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan skrotum. 2. sakit perut hebat, kadang mual dan muntah. 3. nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal. Pemeriksaan Fisik :



1. Inspeksi testis bengkak, terjadi retraksi testis ke arah kranial, karena funikulus spermatikus terpuntir dan memendek, testis pada sisi yang terkena lebih tinggi dan lebih horizontal jika dibandingkan testis sisi yang sehat. 2. Palpasi teraba lilitan / penebalan funikulus spermatikus 



Pemeriksaan fisik yang paling sensitive pada torsio testis adalah hilangnya reflex kremaster. Refleks kremaster dilakukan dengan menggores atau mencubit paha bagian medial, menyebabkan kontraksi musculus cremaster yang akan mengangkat testis. Refleks kremaster dikatakan positif bila testis bergerak ke arah atas minimal 0.5 cm.







Pada torsio appendix testis, teraba adanya nodul keras berdiameter 2-3 mm di ujung atas testis, dapat tampak berwarna kebiruan, yang dikenal dengan “blue dot sign”.







Prehn’s sign negative mengindikasikan nyeri tidak berkurang dengan pengangkatan testis dapat menunjukkan adanya torsio testis, merupakan operasi CITO dan harus dikoreksi dalam 6 jam.



Hematocele Adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis, biasanya didahului oleh trauma. Gambaran klinik : benjolan pada testis Pemeriksaan Fisik : - Masa kistik -Transiluminasi (-) Tumor testis Keganasan pada pria terbanyak usia antara 15-35 tahun. Gambaran klinis : Anamnesa : keluhan adanya pembesaran testis yang tidak nyeri. Terasa berat pada kantong skrotum Pemeriksaan Fisik : Benjolan pada testis yang padat, keras, tidak nyeri pada palpasi. Terapi



Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi. Mayoritas hidrokel pada neonates akan hilang karena penutupan spontan dari PPPVP awal setelah kelahiran. Cairan dalam hidrokel biasanya akan direabsorpsi sebelum bayi berumur 1 tahun. Berdasarkan fakta tersebut, observasi umumnya dilakukan pada hidrokel pada bayi. Indikasi operasi perbaikan hidrokel : o Gagal untuk hilang pada umur 2 tahun o Rasa tidak nyaman terus-menerus akibat hidrokel permagna o Pembesaran volume cairan hidrokel sehingga dapat menekan pembuluh darah o Adanya infeksi sekunder (sangat jarang)



Gambar 7. Hidrokel testis Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Plikasi kantong hernia (Lord’s procedure) digunakan untuk hidrokel ukuran kecil sampai medium. Tehnik ini mengurangi resiko terjadiya hematoma. Eversi dan penjahitan kantong hidrokel dibelakang testis (Jaboulay procedure) dihubungkan dengan pengurangan kejadian rekurensi, tetapi tidak mengurangi resiko terjadinya hematom. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto.



Penatalaksanaan Post Operasi Hidrokel Penyembuhan post-operasi hidrokel biasanya cepat. Terapi yang diberikan antara lain : 



Analgetik  Bayi – Ibuprofen 10mg/kg setiap 6-8 jam; paracetamol 15 mg/kg setiap 6-8 jam; hindari penggunaan narkotika pada bayi karena adanya risiko apneu  Anak yang lebih besar – Paracetamol dengan kodein (1mg/kg kodein) setiap 6-8 jam







Sekitar 2 minggu setelah operasi, posisi mengangkang (naik sepeda) harus dihindari untuk mencegah perpindahan testis yang mobile keluar dari scrotum, dimana dapat terjebak oleh jaringan ikat dan mengakibatkan cryptorchidism sekunder.







Pada anak dengan usia sekolah, aktivitas olahraga harus dibatasi selama 4-6 minggu.







Karena kebanyakan operasi hidrokel dilakuakn pada dasar pasien rawat jalan (outpatient), pasien dapat kembali ke sekolah segera setelah tingkat kenyamanan memungkinkan (biasanya 1-3 hari post-operasi).



Teknik Operasi Hidrokel (High Ligation) o



Memeriksa anak untuk mengkonfirmasi adanya testis.



o



Membuat incisi inguinal kecil



o



Masuk ke canalis inguinalis dan diseksi PV, yang merupakan kantung hidrokel, harus bebas dari vas deferens dan pembuluh darah.



o



Keluarkan isi kantung hidrokel (cairan) ke dalam abdomen



o



Ligasi kantung pada atau di atas annulus inguinalis interna



o



Inspeksi annulus inguinalis interna untuk memastikan seluruh isi kantung telah dikeluarkan seluruhnya.



o



Jahit lapisan fascia dan kulit..



A.



Incisi pada kuadran bawah abdomen sepanjang 2-4cm, ke arah lateral dari titik tepat di atas spina pubic.



B.



Fascia superfisialis telah diincisi. Musculus obliqus externus terlihat.



C.



Musculus obliqus externus telah diincisi, tampak kantung hidrokel dan cord.



D.



Fascia oblique externus dijepit, memperlihatkan musculus cremaster dan fascia spermaticus interna melapisi kantung dan cord.



E.



Kantung yang melalui canalis inguinalis dan annulus inguinalis externa dipisahkan dari cord di bawahnya. Ujung distal telah dibuka sebagian. Ujung proximal akan dilakukan high ligation pada leher kantung.



F.



Ujung proximal kantung diangkat. Retroperitoneal fat pad yang selalu ada dan merupakan indikasi titik untuk high ligation. Jahitan dilakukan pada leher kantung. Setelah dijahit, jahitan kedua dilakukan pada distal dari jahitan pertama untuk memastikan ligasi yang permanen.



G.



Musculus oblique externus dijahit.



H.



Menjahit jaringan subcuticular.



Komplikasi operasi Komplikasi pasca bedah ialah perdarahan dan infeksi luka operasi. Penyulit Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga menimbulkan atrofi testis. Prognosis Dengan terapi operasi, angka rekurensi adalah kurang dari 1%. KESIMPULAN Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya . Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1) belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.



Gambaran klinis pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi. Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi. Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga menimbulkan atrofi testis.



DAFTAR PUSTAKA 1. Benson CD, Mustard WT. Pediatric Surgery. Volume 1. 1962. Year Book Medical Publishers, Inc. USA. p. 580-582 2. Sjamsuhidajat R. dan Jong W.D., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 4, Jakarta, EGC, 1997 3. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier. Philadelphia. p 118-129 4. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12. McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259 5. Brunicardi FC et al. Schwartz’s principles of surgery. 8th edition. United States America : McGraw Hill, 2005.826-42. 6. http://www.medindia.net/patients/patientinfo/hydrocele-adult-surgery.htm#ixzz12zjIvvR5 7. http://emedicine.medscape.com/article/777386-print 8. http://emedicine.medscape.com/article/1015147-print 9. http://emedicine.medscape.com/article/438724-overview