Hidrokel [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT HIDROKEL TESTIS



Disusun oleh: Cristian Purba 1261050225 Dosen Pembimbing: dr. Stanley K. Olivier, Sp.B



KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH PERIODE 8 MEI 2017 – 22 JULI 2017 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA



LEMBAR PENGESAHAN



Nama Mahasiswa



: Cristian Purba



Bagian



: Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSU UKI – RS Karya Medika Cibitung



Periode



: 8 Mei 2017 – 22 Juli 2017



Judul Referat



: Hidrokel Testis



Pembimbing



: dr. Stanley K. Olivier, Sp.B



Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal: 5 Juli 2017 Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.



Jakarta, 5 Juli 2017



dr. Stanley K. Olivier, Sp.B



KATA PENGANTAR



Puji syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas kasih dan karunianya penulis dapat menyelesaikan referat ini sebagai salah satu pemenuhan tugas kepaniteraan Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. Referat yang berjudul “Hidrokel Testis” ini diharapkan dapat memiliki manfaat bagi penulis dan pembaca referat ini. Penulis menyadari bahwa di dalam melaksanaan pendidikan kepaniteraan Ilmu Bedah, banyak kesulitan dan hambatan yang dihadapi, namun berkat bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing dan para dokter, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan referat ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. dr. Stanley K. Olivier, Sp.B selaku pembimbing referat yang telah memberikan banyak waktu, arahan, nasihat, dan saran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan referat ini. 2. Teman-teman kepaniteraan FK UKI yang saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam melaksanakan program kepaniteraan klinik Ilmu Bedah di RSU UKI Jakarta dan RS Karya Medika Cibitung. Penulis menyadari bahwa referat ini jauh dari sempurna dan memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat menerima kritik dan saran yang membangun agar dapat menjadi bekal yang baik dalam penulisan berikutnya.



Jakarta, 5 Juli 2017



Cristian Purba



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR……………………………………………….. i DAFTAR ISI…………………………………………………………. ii BAB I.



PENDAHULUAN………………………………………. 1



BAB II.



TINJAUAN PUSTAKA………………………………...2



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.



Anatomi dan Fisiologi Testis……………………………. 2 Definisi………………………………………………….. 3 Klasifikasi………………………………………………. 4 Epidemiologi…………………………………………… 4 Etiologi dan Faktor Risiko……………………………… 5 Patofisiologi……………………………………………. 6 Manifestasi Klinis……………………………………… 7 Diagnosis……………………………………………….. 8 Diagnosis Banding……………………………………… 9 Penatalaksanaan………………………………………… 10 Komplikasi……………………………………………… 13 Prognosis………………………………………………… 13



BAB III.



KESIMPULAN…………………………………………. 15



DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 16



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang



Hidrokel masih menjadi kasus yang sering ditemui dalam kehidupan seharihari, khususnya pada pasien anak. Walaupun hidrokel bukan merupakan kasus yang serius dan gawat darurat, namun hidrokel harus terus diobservasi hingga dilakukan tindakan (operatif) bila tidak mengalami perbaikan. Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis, dimana dalam keadaan normal, cairan yang berada dalam rongga tersebut memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tidak hanya pasien anak saja, orang dewasa pun dapat mengalami hidrokel akibat proses infeksi sekunder. Pada penyakit ini, terjadi gangguan sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfe dan terjadilah penimbunan cairan di tunika vaginalis. Diagnosis hidrokel ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Hidrokel memberikan prognosis yang baik hampir pada seluruh pasien. Tindakan operatif yang adekuat akan memberikan penatalaksanaan yang baik dan mencegah timbulnya rekurensi pembentukan hidrokel.



1.2



Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan referat ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan hidrokel, perjalanan penyakit hingga teknik pembedahan hidrokel, serta sebagai salah satu pemenuhan tugas kepaniteraan Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1



Anatomi dan Fisiologi Testis Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di dalam skrotum. 1 Ukuran rata-rata testis pada orang dewasa yaitu 4 x 3 x 2,5 cm, dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid.2 Kedua buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Di luar tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika dartos. Otot kremaster yang berada di sekitar testis memungkinkan testis dapat digerakkan mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil.1,2 Secara histopatologis, testis terdiri atas ± 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri atas tubuli seminiferi.1,2 Di dalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogonia dan sel Sertoli, sedang di antara tubuli seminiferi terdapat sel-sel Leydig. Sel-sel spermatogonium merupakan proses spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau disebut sel-sel interstisial testis berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron.1



Gambar 2.1. Anatomi testis dan



Gambar 2.2. Anatomi testis dan



epididimis Sumber: Smith’s General Urology



epididimis Sumber: Smith’s General Urology



Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan / maturasi di epididimis. Setelah mature (dewasa), sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah bercampur dengan cairan-cairan dari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat membentuk cairan semen atau mani.1 Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu (1) arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta, (2) arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior, dan (3) arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri



epigastrika. Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus Pampiniformis.1,2



Gambar 2.3. Histologi Testis Sumber: Smith’s General Urology



Gambar 2.4. Vaskularisasi Testis Sumber: Sobotta – Atlas of Human Anatomy



2.2



Definisi Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Pada keadaan normal, cairan yang berada dalam rongga tersebut memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.1



2.3



Klasifikasi Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan menjadi beberapa macam hidrokel, yaitu (1) hidrokel testis, (2) hidrokel funikulus, dan (3) hidrokel komunikan. Klasifikasi hidrokel ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.1 1. Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tidak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari. 2. Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari testis,, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya menetap sepanjang hari. 3. Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum, sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah, yaitu bertambah



besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen.



Gambar 2.5 Jenis-jenis hidrokel Sumber: Healthwise Incorporated



2.4



Epidemiologi Pada suatu studi observational, 59% dari 302 pasien yang baru terdiagnosa hidrokel usia 1-18 tahun, rata-rata berusia 4,4 tahun dan secara klinis merupakan hidrokel komunikans, serta 6% lainnya merupakan hidrokel funikulus spermatikus. 70 pasien (65%) hidrokel non-komunikans dan 5 pasien hidrokel funikulus spermatikus (29%), mengalami resolusi spontan masing-masing sebanyak 39 dan 3 pasien. Diantara pasien laki-laki yang mengalami pembenahan (repair) hidrokel, obliterasi komplit dari proses vaginalis tercatat pada 0% hingga 22% kasus (Han and Kang, 2002).4 Di USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1.000 kelahiran hidup dan lebih sering terjadi pada bayi premature. Lokasi tersering adalah di sebelah kanan dan hanya 10% yang terjadi secara bilateral. Insidensi PPPVP (Persistent Patent Processus Vaginal Peritonei) menurun seiring dengan bertambahnya umur. Pada neonates, 80-



94% memiliki PPPVP. Risiko hidrokel lebih tinggi pada bayi premature dengan berat badan lahir kurang dari 1.500 gram dibandingkan dengan bayi aterm.5



2.5



Etiologi dan Faktor Risiko Hidrokel dapat terjadi pada bayi baru lahir, muncul pada masa kanak-kanak, ataupun timbul pada usia remaja dan dewasa. Pada bayi baru lahir, hal ini fisiologis terjadi dan diamati hingga usia 1 tahun. Dalam keadaan normal, hidrokel fisiologis ini akan hilang dengan sendirinya seiring dengan penutupan prosesus vaginalis.1 Hidrokel dapat disebabkan oleh kegagalan atau belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis, atau belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder.1 Penyebab sekunder terjadi karena didapatkkan kelainan pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis ini dapat berupa suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis / epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funiculus spermatikus.1 1. Hidrokel primer Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu diverikulum peritoneum embrionik yang melintasi canalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam tunika vaginalis akan diabsorpsi 2. Hidrokel sekunder Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam suatu masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe. Dapat disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaann ini dapat karena radang atau karena suatu proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya produksi cairan berlebih yang tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.



2.6



Patofisiologi Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun ketidaksempurnaan dari penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis, atau belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. Terbentuklah rongga anntara tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan. Hidrokel funikulus terjadi ketika prosessus vaginalis terobliterasi di atas testis, sehingga tetap terdapat hubungan dengan peritoneum.1,2,6 Cairan yang seharusnya merupakan keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfe dan terjadilah penimbunan cairan di tunika vaginalis. Akibat tekanan terus-menerus, terjadi obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus, sehingga testis mengalami atrofi akibat tekanan pembuluh darah yang ada di daerah testis tersebut.2,6 Selama perkembangan janin, testis terletak di sebelah bawah renal di dalam rongga peritoneal. Ketika testis turun melalui canalis inguinalis ke dalam skrotum, testis diikuti dengan ekstensi peritoneum dengan bentuk seperti kantong yang dikenal sebagai prosessus vaginalis. Setelah testis turun, prosessus vaginalis akan terobliterasi dan menjadi fibrous cord tanpa lumen. Ujung distal dari prosessus vaginalis menetap sebagai tunika yang melapisi testis yang dikenal sebagai tunika vaginalis. Normalnya, regio inguinal dan skrotum tidak saling berhubungan dengan abdomen. Organ visceral intraabdominal maupun cairan peritoneal seharusnya tidak dapat masuk ke dalam skrotum ataupun kanalis inguinalis. Bila prosessus vaginalis tidak tertutup, dikenal sebagai persistent patent processus vaginal peritonei (PPPVP).6 Bila PPPVP berdiameter kecil dan hanya dapat dilalui oleh cairan, maka kelainan ini dinamakan hidrokel komunikans. Bila PPPVP berdiamater besar dan dapat dilalui oleh usus, omentum, atau organ viscera abdomen lainnya, dinamakan sebagai hernia. Banyak teori yang membahas tentang kegagalan penutupan prosessus vaginalis. Otot polos telah diidentifikasi terdapat pada jaringan PPPVP dan tidak terdapat pada peritoneum normal. Jumlah otot polos yang ada mungkin berhubungan dengan tingkat



patensi prosessus vaginalis. Sebagai contoh, jumlah otot polos yang lebih besar terdapat pada kantung hernia dibandingkan dengan PPPVP dari hidrokel. Penelitian terus berlanjut untuk menentukan peranan otot polos pada patogenesis ini.6 Mekanisme terjadinya PPPVP juga berhubungan dengan adanya peningkatan tekanan intraabdominal. Keadaan apapun yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intraabdominal dapat menghambat atau menunda proses penutupan prosessus vaginalis. Keadaan tersebut antara lain batuk kronis, seperti pada TB paru, keadaan yang membuat bayi sering mengedan (seperti feses keras), dan tumor intraabdomen. Keadaan tersebut di atas menyebabkan peningkatan risiko terjadinya PPPVP yang dapat beakibat sebagai hidrokel maupun hernia.6



2.7



Manifestasi Klinis Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang saangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu hidrokel testis, hidrokel funikulus, dan hidrokel komunikans. Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.1,2,6 Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis, sehingga testis tidak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari. Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus, yaitu terletak di sebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya tetap sama sepanjang hari. Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosessus vaginalis dengan rongga peritoneum, sehingga prosessus vaginalis dapat terisis cairan peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah, yaitu bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen. 2,6



2.8



Diagnosis Diagnosis hidrokel ditentukan berdasarkan: 1. Anamnesis dan gejala klinis Pada anamnesis didapatkan adanya benjolan yang muncul pada skrotum pasien, tidak sakit, serta biasanya unilateral. Tidak didapatkan demam atau peningkatan suhu tubuh. Keluhan sering kali asimtomatik, sehingga hidrokel ditemukan dalam keadaan sudah membesar tanpa adanya gejala khas yang muncul.2 2. Pemeriksaan Fisik Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada posisi berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila terdapat resolusi pada tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan kemungkinan hidrokel komunikans atau hernia. Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver untuk meningkatkan tekanan intraabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan dengan menyuruh pasien meniup balon atau batuk. Pada bayi, dapat dilakukan dengan memberikan tekanan pada abdomen (palpasi dalam) atau dengan menahan kedua tangan bayi diatas kepalanya, sehingga bayi akan memberontak dan menimbulkan tonjolan.6 3. Pemeriksaan Penunjang a. Transiluminasi Langkah diagnostik yang paling penting sekiranya menemukan massa skrotum. Dilakukan di dalam suatu ruang gelap sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Transmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa seperti hidrokel.1,2



Gambar 2.6. Tes Transiluminasi Sumber: E-book Meddean b. Ultrasonografi



Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel), vena abnormal (varikokel), dan kemungkinan adanya tumor.1,2,6



2.9



Diagnosis Banding Pembengkakan skrotum memberikan gejala yang hampir sama dengan hidrokel, sehingga sering salah terdiagnosis. Oleh karena itu, diagnosis banding hidrokel dapat dibedakan sebagai berikut:1,3,4,6 a. Hernia skrotalis Hidrokel dan hernia skrotalis bermanifestasi klinis sebagai benjolan pada daerah testis dengan perbedaan utama berupa benjolan pada hernia yang bersifat hilang timbul, sedangkan pada hidrokel, benjolan tidak nyeri dan tidak terdengar bising usus. Dengan melakukan tes transiluminasi, hidrokel memberikan hasil tes yang positif, sedangkan pada hernia inguinalis hasil tes negatif. Pentingnya membedakan kedua kasus tersebut sehubungan dengan penanganan yang dilakukan untuk kemudian mengurangi komplikasi yang dapat terjadi. b. Varikokel Varikokel merupakan varises (dilatasi) dari vena pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran darah balik dari vena spermatika interna. Pada anamnesis didapatkan terdapat benjolan di atas testis yang tidak nyeri, testis terasa berat, serta pasien mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun menikah.Inspeksi dan palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing dalam kantung (bag of worms) yang letaknya sebelah kranial dari testis, dimana testis permukaannya licin dan konsistensinya kenyal. Pada posisi berbaring, benjolan akan menghilang, sedangkan pada hidrokel tidak hilang. c. Hematokel Hematokel adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis yang didahului oleh trauma. Pada gambaran klinis didapatkan massa kistik serta transiluminasi negatif. d. Tumor testis Tumor testis merupakan keganasan pada pria terbanyak, biasanya pada rentan usia 15 – 35 tahun. Pada anamnesis didapatkan keluhan adanya pembesaran testis



yang tidak nyeri serta terasa berat pada kantong skrotum. Pemeriksaan fisik didapatkan benjolan pada testis yang padat, keras, serta tidak nyeri pada palpasi.



2.10 Penatalaksanaan Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan direabsorbsi seluruhnya melalui sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar, perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi.1 Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi. Aspirasi cairan hidrokel sekarang ini sudah tidak dianjurkan, karena selain angka kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel, yaitu: 1 1. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah 2. Indikasi kosmetik 3. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniorafi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan skrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto. 1 Tindakan non-operatif pada hidrokel dapat dilakukan aspirasi. Aspirasi merupakan suatu metode temporer dan terdapat kemungkinan memasukkan infeksi. Metode ini hanya dapat dikerjakan pada pasien yang berisiko tinggi dan sudah mulai ditinggalkan. Tindakan operatif dapat dilakukan dengan plikasi Lord ataupun eksisi parsial dan eversi kantong (operasi Jaboulay).3 Teknik plikasi Lord dapat digunakan pada dinding hidrokel yang tipis, namun tidak dianjurkan untuk digunakan pada kantong yang lebar, panjang dan tebal karena teknik ini akan meninggalkan ikatanikatan lipatan dari jaringan yang diplikasi pada skrotum.7,8



Prinsip teknik Lord dilakukan dengan membuka kantong hidrokel, mengeluarkan testis dari kantong, menjahit tepi kantong hidrokel dan dengan menggunakan jahitan interrupted, secara radial dijahit untuk plikasi kantong. Pada teknik Jaboulay, dilakukan eksisi pada kantong hidrokel secara tipis dengan meninggalkan sisa lapisan kantong yang cukup banyak sehingga dapat dijahit bersamaan setelah dlakukan eversi kantong kebelakang testis dan funikulus spermatikus. Teknik ini sangat berguna untuk kantong hidrokel yang lebar, berat dan tipis.7,8 Plikasi Lord dirujuk pada hidrokel yang berukuran kecil. Kantong dibuka dan tepi irisan kantong diplikasikan ke tunika albuginea (kantong ini adalah bagian lipatan dari prosesus vaginalis). Sebagai akibatnya, kantong menjadi kisut di dekat testis. Sekresi testis diabsorpsi oleh sistem limfatik subkutaeus dan venosa. Pada operasi Jaboulay, dilakukan eksisi parsial dan eversi kantong. Operasi ini diindikasikan pada hidrokel yang besar. Kantong yang besar dan tebal diekksisi dan dijahirkan di belakang testis.3



Gambar 2.7 Teknik Operasi Jaboulay Sumber: General Surgery FK UI



Gambar 2.8 Tek



Gambar 2.8 Teknik Plikasi Lord Sumber: General Surgery FK UI Penyembuhan post-operasi hidrokel biasanya cepat, pasien dapat dilakukan rawat jalan 4-6 jam pasca operasi. Namun beberapa kondisi tertentu dapat dilakukan observasi di rawat inap 1-2 hari. Analgetik lini pertama dapat digunakan untuk mengatasi nyeri post operasi. Antibiotik diindikasikan pada kasus hidrokel yang disertai infeksi. Apabila menggunakan drainase, dapat dilepas 48-72 jam pasca operasi karena angka kejadian hematom pasca operasi rata-rata akan munculi pada 48 jam pasca operasi. Pasca operasi, dapat digunakan scrotal support untuk melindungi skrotum dari mobilisasi yang berlebihan.7,8 Pada prinsipnya, hidrokelektomi dapat dilakukan tanpa rawat inap, pasien dapat kembali bekerja setelah tingkat kenyamanan memungkinkan (biasanya 1-3 hari post-operasi). Sekitar 2 minggu setelah operasi, posisi mengangkang (naik sepeda) harus dihindari untuk mencegah perpindahan testis yang mobile keluar dari skrotum, dimana dapat terjebak oleh jaringan ikat dan mengakibatkan cryptorchidism sekunder. Pada dewasa, aktivitas olahraga harus dibatasi selama 4-6 minggu. 7,8



2.11 Komplikasi Hidrokel dapat menimbulkan beberapa komplikasi, diantaranya:3 1. 2. 3. 4. 5.



Hematokel: Timbul sebagai akibat trauma ringan. Piokel: Hematokel yang terinfeksi Kalsifikasi kantong hidrokel Ruptur kantong hidrokel – namun kasusnya sangat jarang Hernia kantong hidrokel timbul bilamana terdapat robekan kecil dalam kantong yang mengakibatkan akumulasi cairan dalam lapisan subkutaneus.



2.12 Prognosis



Gambaran secara umum untuk hidrokel non-komunikans memberikan prognosis yang baik. Hidrokel akan direabsorbsi kembali oleh organ limfoid sekitarnya dalam waktu 1 tahun. Hidrokel yang bersifat persisten atau menetap hingga usia lebih dari 2 tahun merupakan indikasi dilakukannya tindakan operatif. Penanganan yang dilakukan ahli bedah, insidensi kerusakan testikular selama operasi bedah dilaporkan sangat rendah (0,3%).9 Angka rekurensi atau kekambuhan hidrokel juga cenderung rendah. Dilaporkan sebanyak 2% dari pasien hidrokel yang telah dilakukan tindakan operatif, berkembang dikemudian hari menjadi hernia inguinalis dalam waktu 5 tahun postoperatif. Hal ini dapat terjadi apabila prosessus vaginalis tidak diligasi dan diseksi secara adekuat pada saat dilakukan tindakan operatif. Re-operasi merupakan satusatunya jalan untuk memperbaiki keadaan pasien seperti ini.10



BAB III KESIMPULAN



Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis, yang dalam keadaan normal, cairan yang berada dalam rongga tersebut memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Hidrokel dapat disebabkan oleh kegagalan atau belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis, atau belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. Cairan yang seharusnya merupakan keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfe dan terjadilah penimbunan cairan di tunika vaginalis. Diagnosis hidrokel ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Tes transiluminasi merupakan tes yang khas yang digunakan untuk menegakkan diagnosis hidrokel. Tindakan non-operatif pada hidrokel dapat dilakukan dengan cara aspirasi. Tindakan operatif dilakukan dengan plikasi Lord ataupun eksisi parsial dan eversi kantong (operasi Jaboulay). Hidrokel memberikan prognosis yang baik hampir pada seluruh pasien. Hidrokel akan direabsorbsi kembali oleh organ limfoid sekitarnya dalam waktu 1 tahun. Hidrokel yang bersifat persisten atau menetap hingga usia lebih dari 2 tahun merupakan indikasi dilakukannya tindakan operatif.



DAFTAR PUSTAKA



1. Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi – Edisi ke-3. 2011. Jakarta: CV Sagung Seto. 2. Tanagho EA, McAninch JW. Smith’s General Urology – 17th edition. 2008. McGraw Hill. 3. Shenoy KR, Nileshwar A. Buku Ajar Ilmu Bedah – Jilid 1 Edisi ke-3. 2014. Jakarta: Karisma Publishing Group. 4. Peters, Partin, Kavoussi, et al. Campbell-Walsh Urology Eleventh Edition – Volume 4. 2016. Elsevier. 5. Brunicardi FC et al. Schwartz’s Principles of Surgery – 8 th edition. United States of America. 2005. McGraw Hill: p826-42. 6. Macferlane NIT. Urology Third Edition. Lippincott William & Wilkins. 2001. Philadeplhia. 7. Parviz K, dkk. Surgery of the scrotum and seminal vesicles: Campbell-Walsh Urology, Volume 1 – Edisi 10. 2012. Philadelphia: WB Saunders Company: p1009-1011. 8. Zollinger RM, Ellison EC. Hydrocele repair: Zolligers Atlas of Surgical Operations. 2011. California: The McGraw Hill Companies. 9. Dogra VS, Gottlieb RH, Oka M, et al. Sonography of the scrotum. Radiology. 2003;227:18-36. 10. Sandlow JI, Winfiled HN, Goldstein M. Surgery of the scrotum and seminal vesicles. In: Wein AJ, Kavoussi LR, eds. Campbell-Walsh Urology: 9 th Ed. 2007. Philadelphia: p.110506.