Kasus Hidrokel [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL ORGAN NEFROUROLOGI SEORANG LAKI-LAKI YANG MENGELUH SCROTUMNYA MEMBESAR KELOMPOK 8



GIOVANNI DUANDINO



03009102



GUSTI WAHYU ADINANTHERA



03009104



HANINA YUTHI M.



03009106



HENZA AYU PRIMALITA



03009110



HIKMAH SORAYA



03009112



I MADE SETIADJI



03009114



I.G.A. SATTWIKA PRAMITA



03009116



IDA UDHIAH



03009118



ITA INDRIANI



03009124



JESSICA WIRJOSOENJOTO



03009126



KATHERINE RINOVA



03009128



KHRISNA PARAMAARTHA



03009130



KRISNA ADIYUDA



03009132



FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA, 16 OKTOBER 2010



Bab I Pendahuluan



Organ genitalia laki-laki terdiri dari genitalia eksterna dan genitalia interna. Salah satu organ genitalia eksternanya yaitu adalah scrotum. Scrotum merupakan



kantung pada bagian



inferior dan anterior dinding abdomen. Scrotum terdiri dari testis, epididimidis, dan bagian bawah funiculus spermaticus. Scrotum ini juga memiliki lapisan-lapisan yaitu kulit, fascia superficial, fascia spermatica eksterna, fascia cremasterica, fascia spermatica interna, tunica vaginalis.1 Pada beberapa penyakit dapat terjadi manifestasi pada pembesaran scrotum. Misalnya pada hidrokel, scrotum akan membesar karena adanya penimbunan cairan dalam cavum tunica vaginalis testis.2 Berikut akan dibahas mengenai beberapa penyakit yang memiliki gejala pembesaran scrotum. Akan dibahas pula sebuah contoh kasus Tuan B mengenai hidrokel. Tak lupa kami juga menyajikan struktur anatomi, embriologi, histologi, dan fisiologi terkait dengan kasus ini supaya dapat diketahui bagaimana keadaan normal yang sebenarnya dan baru dapat melakukan diagnosa untuk kelainan-kelainan yang terjadi.



BAB II PEMBAHASAN



Laporan Kasus Anda sedang jaga di UGD, datang seorang laki-laki Tn. B 27 tahun dengan keluhan skrotumnya membesar, bengkak, kadang nyeri, sudah ± 1 tahun hingga rasa berat. Tidak pernah hilang, belum pernah berobat. Kemarin lagi naik sepeda terasa nyeri. Tuan B berumur 27 tahun, bekerja sebagai tukang ojek, asal rumah dari NTB dan memiliki 2 orang anak. Keluhan utama: sejak 2 tahun skrotumnya membesar, tidak nyeri dan tidak hilang-hilang. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan Keadaan umum: baik Tensi



: 130/80



Nadi



: 70/mnt



Pernapasan



: 20/mnt



Cor/pulmo



: tidak ada kelainan



Abdomen



: tidak ada kelainan



Urogenital



: lihat status lokalis



Ekstremitas



: tidak ada kelainan



Status Lokalis 



Skrotum kanan memmbesar ± 10 – 15 cm







Kulit diatas: tidak ada tanda-tanda radang, rata







Pada palpasi didapat:  Berbentuk buah peer / konsistensi elastis  Fluktuasi (+)  Tidak nyeri  Tidak dapat direposisi  Testis teraba / tidak teraba  Diafanoskopi (+)







Bising usus (-)







Penerusan impuls waktu batuk (-)



Pembahasan Kasus



Masalah yang dialami Tuan B ( 27 tahun ): 1. sejak 2 tahun skrotumnya membesar, tidak nyeri dan tidak hilang-hilang 2. sewaktu naik sepeda tersa nyeri 3. skrotum bengkak sudah ± 1 tahun hingga rasa berat 4. belum pernah berobat



ANAMNESA  Identitas Nama



: Tuan B



Umur



: 27 tahun



Jenis kelamin : laki-laki Pekerjaan



: tukang ojek



Asal



: NTB



Anak



:2



Agama



:-



Pendidikan



:-



 Keluhan utama: Sejak 2 tahun skrotumnya membesar, tidak nyeri dan tidak hilang-hilang.  Keluhan tambahan Kemarin lagi naik sepeda terasa nyeri.  Riwayat penyakit sekarang Anamnesis tambahan: 1. Apakah pasien mengalami demam, mual, muntah, nyeri perut? 2. Apakah pada waktu kencing keluar darah, ditanyakan apa warna kencingnya? 3. Apakah pernah keluar nanah dari alat kelaminnya? 4. Apakah ada gejala konstitusi?  Riwayat penyakit dahulu Anamnesis tambahan: 1. Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami cedera / trauma pada daerah skrotumnya?



2. Apakah selama sebelumnya pernah merasakan nyeri pada genitalia dan sekitarnya? 3. Apakah pasien sebelumnya pernah memiliki penyakit pada alat kelamin? 4. Apakah pasien pernah mengalami trauma fisik pada daerah genitalianya?  Pola kebiasaan sehari-hari Anamnesis tambahan: 1. Hubungan seksual: Apakah pernah merasakan nyeri saat berhubungan seksual? Apakah pasien pernah melakukan hubungan seksual selain dengan istrinya? 2.



Aktivitas Apa ada kebiasaan angkat beban? Apakah ketika beraktivitas berat pasien merasa nyeri?



 Riwayat Pengobatan Pasien belum pernah berobat.  Lingkungan Anamnesis tambahan: Apakah di daerah tempat tinggal pasien ada orang yang mengalami kejadian serupa? Bagaimana lingkungan tempat ia bekerja dan tinggal?



PEMERIKSAAN FISIK



Keadaan umum: baik Kesadaran



: composmentis



Tanda vital 



Tensi



: 130/80







Nadi



: 70/mnt







Pernapasan



: 20/mnt







Suhu



:-



INSPEKSI Cor/pulmo



: tidak ada kelainan



Abdomen



: tidak ada kelainan



Urogenital



: lihat status lokalis



Ekstremitas



: tidak ada kelainan



Status Lokalis 



Skrotum kanan memmbesar ± 10 – 15 cm







Kulit diatas: tidak ada tanda-tanda radang, rata







Pada palpasi didapat:  Berbentuk buah peer / konsistensi elastis  Fluktuasi (+)  Tidak nyeri  Tidak dapat direposisi  Testis teraba / tidak teraba  Diafanoskopi (+)







Bising usus (-)







Penerusan impuls waktu batuk (-)



PALPASI 



Skrotum kanan memmbesar ± 10 – 15 cm







Pada palpasi didapat:  Berbentuk buah peer / konsistensi elastis  Fluktuasi (+)  Tidak nyeri  Tidak dapat direposisi  Testis teraba / tidak teraba  Diafanoskopi (+)



PERKUSI AUSKULTASI 



Bising usus (-)



INTERPRETASI HASIL Hasil pemeriksaan tanda vital semuanya adalah normal. Pada pemeriksaan ditemukan skrotum kanan memmbesar ± 10 – 15 cm hal ini berarti terjadi hipertrofi skrotum dan bila dilihat berdasarkan derajat pembesarannya adalah derajat V yaitu antara 11-15 cm. Kulit diatas scrotum: tidak ada tanda-tanda radang, rata hal ini menunjukkan tidak terjadi inflamasi. Pada pemeriksaan palpasi didapatkan scrotum berbentuk buah peer / konsistensi elastis, hal ini menandakan bahwa scrotum membesar di bagian bawah dan kecil di bagian atas, pembesaran ini dikarenakan adanya cairan bukan massa.



Fluktuasi (+) dan tidak dapat direposisi menunjukkan bahwa ini berisi cairan dan bukan merupakan hernia karena apabila hernia maka akan dapat direposisi. Tidak nyeri dan hasil diafanoskopi (+) ini merupakan ciri khas dari hidrokel karena apabila dilakukan penyinaran pada daerah scrotum maka cairan yang berupa air yang ada di dalam scrotum akan tembus cahaya dan berpendar, hal ini juga dapat menyingkirkan diagnosis untuk varikokel karena pada pemeriksaan varikokel akan didapatkan diafanoskopi (-). Testis teraba / tidak teraba hal ini tergantung dari banyaknya cairan hidrokel. Tidak nyeri dapat menyingkirkan diagnosis dari torsio testis karena pada torsio testis pasien pasti mengeluhkan sangat nyeri. Bising usus (-) hal ini dapat menyingkirkan adanya hernia, pada kasus hernia didapatkan bising usus (+). Penerusan impuls waktu batuk (-) dapat mengindikasikan bahwa pada kasus ini hidrokel yang terjadi adalah hidrokel non-communicans. Pada hidrokel communicans akan didapatkan scrotum bertambah besar jika sedang menangis atau batuk.



PEMERIKSAAN PENUNJANG



Pemeriksaan laboratorium Tes darah rutin, ini digunakan untuk mengetahui apabila terjadi kemungkinan infeksi maka akan tampak kenaikan leukosit. Ini dapat juga untuk membantu mencari etiologi hidrikel pada kasus Tuan B. Ultrasonografi (USG) Untuk melihat seberapa banyak cairan yang terkumpul lalu cairan apakah itu dan pada bagian mana, sekaligus melihat apakah penutupan pada prosesus vaginalis sudah sempurna. Ini juga dapat membantu menentukan etiologi dari hidrokel ini.



DIAGNOSIS KERJA Hidrokel non-communicans derajat V



PATOGENESIS Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik yang sudah didapat kelompok kami menyimpulkan bahwa pasien mengalami hidrokel non-communicans derajat V. Kami berasumsi bahwa etiologi dari hidrokel pada kasus ini adalah karena filariasis. Hal ini dilihat dari asal daerah Tuan B yaitu NTB yang termasuk salah satu daerah endemi filariasi. Pada



filariasis dapat ditemukan adanya hidrokel dan hidrokel ini hanya dapat ditemukan pada filariasis akibat Wuchereria bancrofti.3 Cacing dewasa hidup dapat menyumabat saluran limfatik sehingga terjadi peradangan dalam sistem limfatik alat kelamin laki-laki dan pada stadium menahun akan dijumpai adanya hidrokel.3 Etilogi lain dari hidrokel pada kasus Tuan B ini adalah karena adanya trauma berulang hal ini sehubungan dengan pekerjaan dia sebagai tukang ojek. Sebagai tukang ojek pasien akan banyak duduk dan apabila melalui jalan yang tidak rata maka akan terjadi trauma pada scrotumnya, terlalu banyak duduk dapat menyebabkan cairan masuk melalui canalis inguinalis dan bertumpuk pada daerah scrotum sehingga terjadi hidrokel. Namun untuk membuktikan etiologinya perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya misalnya USG dan deteksi parasit. Pada pemeriksaan USG di daerah scrotum dan kelenjar getah bening inguinal pasien akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak. Deteksi parasit yaitu menemukan mikrofilaria di dalam darah, cairan hidrokel, atau cairan kiluria pada pemeriksaan sediaan darah tebal dan teknik konsentrasi knott, membran filtrasi. Pengambila darah harus dilakukan pada malam hari (setelah pukul 20.00) mengingat periodisitas mikrofilaria umumnya pada malam hari.



DIAGNOSIS BANDING Hernia inguinoskrotal Varikokel Torsio testis Epididimitis Ortitis Spermatokel



PENATALAKSANAAN Sebagai seorang dokter umum kita tidak berkompetensi untuk melakukan tindakan operasi padahal jalan terbaik untuk penatalaksanaan hidrokel adalah dengan cara operasi karena angka kekambuhannya paling minimal. Apabila pasien hidrokel ini mau menjalani operasi maka sebaiknya kita merujuk ke dokter yang lebih kompoten. Namun ada cara lain yang dapat ditempuh untuk penatalaksanaan hidrokel yang boleh dilakuakan oleh dokter umum yaitu 



Pungsi aspirasi dari hidrokel.2,4 Cara ini tidak efektif karena bila tidak terjadi kseimbangan antara sekresi dan absorpsi, maka setelah pungsi aspirasi akan terjadi penumpukan kembali.







Penyuntikan dengan zat iritan sklerotik dapat menyebabkan terbentuknya fibrin pada rongga tunika vaginalis, sehingga tunika vaginalis semakin melekat, akibatnya sekresi akan berkurang.4 Namun cara ini juga dapat berakibat terjadinya komplikasi infeksi dan hidrokel dapat kambuh lagi.



Namun kedua cara ini angka kekambuhannya lebih tinggi dibanding dengan tindakan operasi.



PROGNOSIS Ad vitam



: bonam



Ad fungsionam : bonam Ad sanationam



: bonam



Ad cosmetikum : dubia ad bonam



BAB III TINJAUAN PUSTAKA



Dalam melakukan diagnosa suatu penyakit kita harus mengtahui dasar-dasar anatomi, histologi, dan fisiologi dari organ yang terkait. Pada kasus ini kita akan membahas mengenai organ genitalia laki-laki khususnya scrotum termasuk juga testis. Dengan mengetahui ini kita dapat mengetahui apabila terjadi abnormalitas atau gangguan yang terkait dengan scrotum.



Scrotum merupakan kantung pada bagian inferior dan anterior dinding abdomen. Scrotum terdiri dari testis, epididimidis, dan bagian bawah funiculus spermaticus. Scrotum dialpisis oleh:1 



Kulit yang berasal dari kulit dinding abdomen.







Fascia superficialis (tunica dartos yang terdiri dari lapisan otot halus, lapisan lemak, dan fascia scarpa) berasal dari jaringan lemak bawah kulit fascia superficialis dinding abdomen.







Fascia spermatika eksterna yang berasal dari aponeurosis musculus obliquus abdominis eksternus.







Fascia cremasterica yang berasal dari aponeurosis musculus obliquus abdominis internus







Fascia spermatica interna yang berasal dari fascia transversalis







Tunica vaginalis terletak di dalam fascia spermatica dan meliputi permukaan anterior, medial, lateralis masing-masing testis. Tunica vaginalis merupakan bagian di bawah procecus vaginalis, dan biasanya sesaat sebelum lahir menutup dan memisahkan diri dari bagian atas procecus vagianalis dan cavitas peritonealis. Dengan demikian tunica vaginalis merupakan kantong tertutup, diinvaginasi dari belakang oleh testis. Tunica vaginalis berasal dari peritoneum, akan terbagi dua, yaitu tunica vaginalis visceralis (epiorchium) dan tunica vaginalis parietalis (periorchium).



Perdarahan pada scrotum oleh arteri pudenda interna, rami scrotalis arteri femoralis, rami cremasterica arteri epigastrica inferior. Sedangkan aliran venanya mengikuti arteri yang senama. Pleksus subcutaneus dan anastomosis arteriovenosa menyebabkan suhu turun dan keadaan ini membantu mengontrol tempratur lingkungan di sekitar testis.5 Cairan limf dari kulit dan fascia, termasuk tunica vaginalis dialirkan ke nodi lymphoidei inguinales superficiales.



Epidermis scrotum tebal dan mempunyai pigmen lebih banyak dari pada kulit bagian tubuh lainnya. Dermis mempunyain sedikit folikel rambut serta kelenjar sebasea dan kelenjar keringat yang besar. Jaringan subkutan mempunyai lapisan otot polos yang tebal yang menyusun tunica dartos. Otot polos pada dinding scrotum ini akan bereaksi terhadap perubahan suhu, waktu dingin mengerut dan akan berelaksasi waktu panas.6 Kulit disini tidak mengandung sel-sel lemak.



Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa salah satu isi scrotum adalah testis dan epididimis, keduanya ini merupakan kelenjar seksual utama pada pria dan jumlahnya ada sepasang. Testis kiri tergantung lebih rendah daripada yang kanan. Masing-masing testis dikelilingi oleh capsula fibrosa yang kuat, tunia albuginea. Dari permukaan dalam fibrosa terbentang banyak septa fibrosa yang membagi bagian dalam organ menjadi lobulus-lobulus (lobuli testis). Di dalam setiap lobulus terdapat satu sampai tiga tubuli seminiferi yang berkelok-kelok. Tubuli seminiferi bermuara ke dalam jalinan saluran yang dinamakan rete testis. Ductuli efferentes yang kecil menghubungkan rete testis dengan ujung atas epididimis.



Bila testis terletak di dalam scrotum, testis berada pada suhu sekitar 30C lebih rendah daripada suhu abdomen dan pada suhu inilah spermatogenesis normal dapat terjadi. Oleh karena itu testis harus berada di dalam scrotum. Pada masa janin terjadi descensus testiculorum yaitu peristiwa turunnya testis dari rongga abdomen ke rongga scrotum melalui canalis inguinalis. Pada keadaan normal testis mencapai daerah inguinal pada usia kehamilan sekitar 12 minggu, bermigrasi melalui canalis inguinalis pada 28 minggu, dan mencapai scrotum pada 33 minggu. Testis turun melalui cincin canalis inguinal dan melewati tepi os pubis dan terdapat di scrotum pada saat lahir. Proses ini dipengaruhi oleh hormon gonadotropin dan androgen.7



Ada beberapa kelainan yang dapat terjadi di scrotum, salah satu tanda yang dapat dilihat adalah dengan adanya pembesaran scrotum. Pembesaran scrotum ini dapat diakibatkan oleh berbagai macam hal. Mengenai waktu terjadinya pun sangat berbeda-beda ada yang cepat / akut dan ada pula yang lama / kronis. Pembesaran ini dapat disertai dengan rasa nyeri tetapi ada pula yang tidak disertai nyeri. Sebenarnya ada banyak gejala lain yang menyertai pembesaran scrotum dan dari gejala-gejala penyerta dan waktu timbulnya dapat kita gunakan untuk menentukan diagnosa penyakit dimana ada pembesaran scrotum. Pembesaran scrotum terdapat pada hidrokel, hernia inguinalis, varikokel, torsio testis, epididimitis, ortitis akut, spermatokel. Oleh karena itu diperlukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang benar dan teliti serta beberapa pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosa suatu penyakit.



Hidrokel Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam cavum tunica vaginalis testis (ruangan yang dibentuk diantara tunica vaginalis visceralis testis dan tunica vaginalis parietalis testis).2 Tunica vaginalis visceralis testis berfungsi menghasilkan cairan sedangkan tunica vaginalis parietalis testis berfungsi menyerap cairan. Epidemiologi 8 Di Amerika Serikat, hidrokel diperkirakan mengenai 1% pria dewasa. Lebih dari 80% dari bayi laki-laki yang baru lahir memiliki prosesus vaginalis yang paten, tetapi kebanyakan menutup secara spontan dalam usia 18 bulan. Kebanyakan hidrokel adalah kongenital dan ditemukan pada anak-anak usia 1-2 tahun. Hidrokel sekunder atau kronik biasanya hadir pada pria lebih dari 40 tahun. Hidrokel terjadi bilateral pada 7-10% kasus. Etiologi Penyebab



terjadinya



hidrokel



pada



bayi



/



anak



dan



orang



dewasa



yaitu



Pada bayi / anak : 1.



Belum sempurnanya penutupan procesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan dari cavum peritoneum / abdomen ke cavum tunica vaginalis / scrotum



2. Belum sempurnanya system limfatik di daerah scrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan Pada orang dewasa : Idiopatic / sekunder : kelainan pada testis / epididimis (infeksi, tumor, trauma), sumbatan aliran limfatik di daerah scrotum



Klasifikasi hidrokel



Menurut letak kantung hidrokel, secara klinik hidrokel dibagi menjadi: 1. Hidrokel funikulus Kantung hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah cranial testis, sehingga pada palpasi testis dapat diraba dan berada di luar kantung hidrokel. Pada anamnesis kantung hidrokel besarnya tetap sepanjang hari. 2. Hidrokel testis



Kantung hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis besarnya kantung hidrokel tidak berubah sepanjang hari. 3. Hidrokel communicans Pada hidrokel communicans terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis kantung hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar pada saat menangis. Pada palpasi kantung hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen.



Klasifikasi hidrokel berdasarkan penutupan prosesus vaginalis  Hidrocele Communicans (kongenital) Hidrocele yang terjadi akibat belum sempurnanya penutupan procesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan dari cavum peritoneum / abdomen ke cavum tunica vaginalis / scrotum. Banyak pada anak-anak  Hidrocele Non-Communicans Hidrocele yang terjadi setelah menutupnya procesus vaginalis dan umumnya disebabkan karena overproduksi cairan di dalam cavum tunica vaginalis. Banyak pada orang dewasa



Berdasarkan waktunya maka hidrokel dibedakan menjadi 2 yaitu 



Hidrokel akut, proses terjadinya cepat







Hidrokel kronis, proses terjadinya lambat dan dalam waktu yang lama



Berdasarkan derajat pembesaran hidrokel maka dapat diklasifikasikan menjadi 



Derajat I: hanya terjadi pembengkakan funikulus spermatikus







Derajat II: terjadi penimbunan cairan sepanjang funikulus spermatikus, terjadi limfokel di atas testis. Terdapat hidrokel kecil kurang dari atau lebih dari 6 cm tanpa teraba cairan. Derajat I dan II merupakan hidrokel yang belum manifest







Derajat III: besar hidrokel 6-8 cm







Derajat IV: besar hidrokel 8-11 cm







Derajat V: besar hidrokel 11-15 cm dan mulai ada gangguan dalam kehidupan seharihari.







Derajat VI: lebih besar dari 15 cm



Hidrokel dapat diklasifikasikan juga berdasarkan etiologinya 



Hidrokel kongenita Keadaan ini terjadi karena tidak adanya obliterasi yang sempurna dari prosesus vaginalis setelah bayi lahir, hingga cairan peritoneum masuk ke dalam kantung tunika



vaginalis dan tampak sebagai hidrokel (hidrokel communicans). Obliterasi sebagian prosesus vaginalis akan berakibat terjadinya hidrokel funikulus. 



Hidrokel ideopatik (primary idiopatic hydrocele) Tipe ini paling sering dijumpai, baik unilateral maupun bilateral. Mungkin terjadi penimbunan cairan yang sangat banyak, sebabnya belum diketahui dengan jelas, tetapi diduga karena adanya gangguan absorpsi.







Hidrokel simptomatik (secondary symptomatic hydrocele) Tipe ini didasari adanya infeksi atau penyakit testis yang berakibat rangsangan pada tunika vaginalis dan menyebabkan sekresi berlebihan ke dalam rongga tunika vaginalis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat:  Trauma pada daerah scrotum yang dapat menyebabkan perdarahan dalam rongga tunika vaginalis, selanjutnya darah direabsorpsi sehingga terjadi cairan hidrokel.  Infeksi: karena iritasi tunika vaginalis sehinggaterjadi sekresi yang berlebihan, melebihi reabsorpsinya  Sel-sel ganas dapat merangasang tunika vaginalis sehingga terjadi sekresi yang berlebihan  Parasit (filaria) dapat menimbulkan limfengitis pada sistem limfe funikulus spermatikus yang mengakibatkan bendungan limfe yang menyebabkan absorpsi berkurang.  Sumbatan pada sistem vena dan limfe dapat terjadi pada fibrosis funikulus spermatikus, dapat juga terjadi pada tumor perut atau tumor pelvis yang menekan sehingga absorpsi cairan berkurang.



Patofisisologi Patofisiologi terjadinya hidrocele Mengikuti perkembangan testis → saat umur 8 minggu kehamilan testis yang asalnya dari cavum abdomen (dekat ginjal) → turun ke dalam scrotum (mengalami descencus testiculorum) melalui canalis inguinalis → membawa selaput bersama peritoneum → peritoneum akan diobliterasi (ditutup) jadi gubernaculums → pada kasus-kasus tertentu tidak obliterasi → bila yang masuk cairan peritoneum : hidrocele; bila yang masuk organ peritoneum : hernia



Gejala Klinis dan Pemeriksaan Fisik Hidrocele



Kebanyakan hidrokel bersifat asimptomatik atau subkilinikal. Pasien biasanya mempunyai riwayat tertentu, olahraga, penyakit genitourinarius, penyakit seksual atau penyakit sistemik. Biasanya hidrokel hadir dengan pembesaran skrotum tanpa rasa sakit. Bila ada rasa sakit mungkin merupakan indikasi dari disertainya epididimitis akut. Pasien biasanya mengeluh rasa berat atau rasa tertarik. Ukuran hidrokel mungkin berkurang dengan berbaring atau bertambah pada posisi berdiri tegak. Gejala sistemik seperti demam, menggigil, mual atau muntah, juga gejala genitourinarius tidak ada hidrokel tanpa komplikasi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan 



Inspeksi Terlihat kantung scrotum membesar di bagian bawah, di bagian atas kecil seperti buah peer. Tidak ada kemerahan atau perubahan warna di scrotum kecuali ada infeksi yang menyebabkan hidrokel akut.







Palpasi Ukuran dan konsistensi dari hidrokel dapat bervariasi tergantung dari posisinya. Hidrokel biasanya menjadi lebih lembek atau lunak setelah lama berbaring, dan menjadi lebih tegang dan besar setelah berdiri lama. Batas atas dari hidrokel jelas (pada leher scrotum di palpasi dengan 2 jari dan dapat ditentukan batas atas dari hidrokel). Konsistensi dari hidrokel adalah kistika karena berisi cairan. Hidrokel pada anak-anak dapat diraba adanya testis, sedangkan pada dewasa tidak teraba adanya testis karena kemungkinan banyaknya cairan peritoneum yang meliputi testis. Pada palpasi hidrokel didapatkan adanya fluktuasi tang positif pada kantung skrotum.







Auskultasi Pada hidrokel tidak ditemukan adanya bising usus kecuali bila disertai dengan adanya hernia.







Tes transiluminasi ( diafanoskopi) Caranya dengan melakukan penyinaran menggunakan senter pada bagian scrotum dan ini dilakuakan diruangan yang tertutup dan gelap sehingga pendaran warna yang dihasilkan akan terlihat jelas. Pada hidrokel didapatkan hasil transiluminasi positif yaitu tampak sumber cahaya dapat menembus hidrokel, Hidrokel berisi cairan jernih, straw-colored dan mentransiluminasi (meneruskan) berkas cahaya. Kegagalan transiluminasi dapat terjadi akibat penebalan tunika vaginalis karena infeksi kronik



atau massa di skrotum tersebut hidrokel. Transiluminasi merupakan tes yang umum dan bukan merupakan tes yang diagnostik. Pemeriksaan Penunjang



Sebenarnya pada kasus hidrokel diagnnosa sudah dapat ditegakkan dengan melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik. Namun untuk lebih menguatkan diagnosis, menyingkirkan diagnosis banding dan menemukan etiologi dari hidrokel diperlukan pemeriksaan penunjang. Beberapa diantaranya adalah: Pemeriksaan laboratorium Tes darah rutin, ini digunakan untuk mengetahui apabila terjadi kemungkinan infeksi maka akan tampak kenaikan leukosit. Ini dapat juga untuk membantu mencari etiologi hidrokel. Ultrasonografi (USG) Untuk melihat seberapa banyak cairan yang terkumpul lalu cairan apakah itu dan pada bagian mana, sekaligus melihat apakah penutupan pada prosesus vaginalis sudah semprna. Ini juga dapat membantu menentukan etiologi dari hidrokel.



Penatalaksanaan



Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk penanganan kasus hidrokel dan penatalaksanaan yang akan ditempuh ini tergantung pada jenis hidrokelnya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan yaitu: 



Pungsi aspirasi dari hidrokel. Cara ini tidak efektif karena bila tidak terjadi kseimbangan antara sekresi dan absorpsi, maka setelah pungsi aspirasi akan terjadi penumpukan kembali.2







Penyuntikan dengan zat iritan sklerotik dapat menyebabkan terbentuknya fibrin pada rongga tunika vaginalis, sehingga tunika vaginalis semakin melekat, akibatnya sekresi akan berkurang. Namun cara ini juga dapat berakibat terjadinya komplikasi infeksi dan hidrokel dapat kambuh lagi.







Tindakan operasi 2,4,8,9 Beberapa indikasi untuk tidakan operasi hidrokel: o Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah



o Indikasi kosmetik o Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Ada beberapa teknik: o Radikal: dilakuakan eksisi seluruh tunika vaginalis. Setelah dilakuakan homeostasis skrotum ditutup kembali. o Jaboulay: kantung hidrokel dibuka, tunika vagianalis dibalik dan dijahitkan di belakang testis. o Winkelmann: seperti pada Jaboulay tetapi ditambah eksisi sebagian tunika vaginalis sebelum dijahit. o Bergman: seperti winkelman hanya saja setelah eksisi sebagian tunika vaginalis dan dibalik tidak dijahit. o Solomon: setelah kantung hidrokel dibuka, tunika vaginalis dijahitkan pada sinus epididimidis tanpa eksisi. o Lord: setelah kantung hidrokel dibuka, tunika vaginalis perietalis dilipat dan dijahitkan pada daerah pertemuan testis dengan epididimidis tanpa dilakukan eksisi. Merupakan teknik yang paling sering dipakai. Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seeringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan skrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantung hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantung hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto.



Komplikasi  Hematoma  Infeksi  Abses  Saluran sperma terjahit Keempat hal di atas merupakan komplikasi dari tindakan operasi pengangkatan hidrokel  Atrofi testis hal ini dikerenkan pada hidrokel yang terlalu besar akan menekan pembuluh darah yang menuju ke testis.



Diagnosis Banding Hernia inguinoskrotal Varikokel Torsio testis Epididimitis Ortitis Spermatokel



Prognosis Pada dasarnya prognosis ini tergantung pada pentalaksanaan yang dilakukan, apabila penanganannya tepat dan benar maka prognosisnya akan baik. Sebaliknya apabila penanganannya tidak benar sehingga muncul komplikasi maka prognosisnya berubah menjadi buruk. Ad vitam



: bonam



Ad fungsionam : bonam Ad sanationam



: bonam



Ad cosmetikum : dubia ad bonam, ini tergantung pada besar kecilnya hidrokel.



Hernia Inguinoskrotal Hernia inguinoskrotal adalah kantong hernia indirek yang menonjol ke dalam skrotum melalui kanal inguinal, dan cincin inguinal esternal. Sehingga tampak sebagai massa di dalam krotum. Diagnosis ditegakkan berdasarkan penebalan sepanjang korda spermatikus akibat penekanan kantong hernia dan isinya. Hernia dapat berisi omentum atau usus atau keduanya. Pada hernia yang berisi bagian usus ditemukan bising usus di dalam skrotum kecuali bila terdapat ileus. Pada pemeriksaan x-ray didapatkan gambaran tipikal dari udara usus halus di dalam skrotum. Biasanya transiluminasi positif meskipun tidak sejernih pada hidrokel. Bila hernia dapat masuk kembali atau didorong ke dalam rongga perut biasanya pasien tidak memepunyai keluhan. Bila tidak dapat dimasukkan kembali dipikirkan adanya hernia inkarserata yang memerlukan pembedahan. Bila terjadi strangulasi (dengan berkurangnya suplai darah kebagian usus) pasien mengeluhkan gejala sumbatan usus dan benjolan akan terasa sangat sakit. Pada pasien seperti ini harus dilakukan operasi segera.



Varikokel Varikokel adalah pelebaran abnormal (varises) dari pleksus pampiniformis vena yang mengalirkan darah ke setiap testis, lebih sering terjadi pada sisi kiri darpada kanan. Biasanya tidak ada gejala yang menyertai varikokel, namun pada beberapa laki-laki terdapat perasaan berat pada sisi yang tekena dan terasa lunak ketika dipalpasi dalam pemeriksaan. Pada pemeriksaan fisik terdapat massa yang teraba sebagai “sekantong cacing” yang teraba ketika pasien dalam posisi berdiri; ketika pasien berbaring massa dapat mengosongkan isinya dan tidak teraba. Berdasarkan penelitian ditemukan adanya penderita varikokel mengalami yang infertilitas.



Torsio Testis Torsi testis merupakan suatu keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya infark daripada testis. Peristiwa ini biasanya terjadi pada laki-laki usia 8-20 tahun dan terjadinya mendadak. Akibatnya akan terjadi strangulasi suplai aliran darah ke testis yang bersangkutan dan bila dibiarkan berlangsung lebih dari 3-4 jam, menyebabkan terjadinya infark dan kemudian atrofi dari organ-organ bersangkutan. Torsi testis bisa terjadi pada semua umur tetapi insidensi tertinggi terdapat pada lelaki dewasa muda. Torsi testis yang sering terjadi pada lelaki dewasa muda yaitu jenis torsi yang disebut sebagai torsi funikulus spermatikus intravaginalis. Anamnesis 1.



Timbul mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan dalam skrotum, sakit perut hebat, kadang-kadang disertai dengan rasa mual dan muntah.



2.



Testis yang bersangkutan dan dirasakan membesar.



3.



Terjadi retraksi retraksi dari testis kearah kranial, karena funikulus spermatikus terpuntir tadi memendek



Pemeriksaan fisik 



Testis pada sisi yang terkena sering lebih tinggi jika dibandingkan dengan sisi testis yang lain.







Testis umumnya sangat nyeri tekan dan elevasi tidak menghilangkan nyeri seperti sering terjadi pada epididimis akut.







Funikulus menebal, kadang-kadang dapat diraba suatu simpul.







Bila telah lama berlangsung maka testis menyatu dengan epididimis dan sukar dipisahkan, keduanya membengkak, timbul effusian, hiperemia, udema kulit dan subkutan



Epididimitis Epididimitis adalah peradangan pada epididimis. Epididimis adalah sebuah struktur yang terletak di atas dan di sekeliling testis. Fungsinya adalah sebagai pengangkut, tempat penyimpanan dan tempat pematangan sel sperma yang berasal dari testis. Epididimis akut bisanya lebih berat daripada epididimis kronis. Epididimis kronis berlangsung selama lebih dari 6 minggu. Epididimitis biasanya disebabkan oleh bakteri yang berhubungan dengan:



Prostatitis (infeksi prostat). Epididimitis juga bisa merupakan komplikasi dari: kateter Prostatektomi (pengangkatan prostat). Resiko yang lebih besar ditemukan pada pria yang berganti-ganti pasangan seksual dan tidak menggunakan kondom. Gejalanya berupa nyeri dan pembengkakan skrotum, yang sifatnya bisa ringan atau berat. Peradangan yang sangat hebat bisa menyebabkan penderita tidak dapat berjalan karena sangat nyeri. Infeksi juga bisa menjadi sangat berat dan menyebar ke testis yang berdekatan. Infeksi hebat bisa menyebabkan demam dan kadang pembentukan abses (pernanahan). Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah: 



Benjolan di testis







Pembengkakan testis pada sisi epididimis yang terkena







Pembengkakan selangkangan pada sisi yang terkena







Nyeri testis ketika buang air besar







Demam







Keluar nanah dari uretra







Nyeri ketika berkemih dan berhubungan seksual atau ejakulasi







Darah di dalam semen







Nyeri selangkangan.



Ortitis Orkitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis sekunder terhadap infeksi. Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondok , namun, virus lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis. Orkitis adalah peradangan testis; yang jika bersama dengan epididmitis menjadi epididmoorkitis dan merupakan komplikasi yang serius dari epididimitis. Tanda-tanda & gejala klinis - scrotum oedematous, erythema - demam s/d 40°C - Parotitis (+) - Nyeri pada palpasi - Testis membesar, sukar dibedakan dengan epididymis



Spermatokel Spermatokel adalah kista retensi bagian kepala epididimis atau tubulus rete testis. Spermatokel dapat meneruskan cahaya pada pemeriksaan transiluminasi. Hal yang penting untuk diagnosis adalah terabanya spermatokel yang dapat dengan mudah dibedakan dengan testis. Pada palpasi spermatokel teraba kenyal,berbentuk bulat atau lonjong dan pada umumnya tidak sakit. Bila spermatokel masih kecil tidak memerlukan terapi khusus. Tetapi bila spermatokel membesar atau menimbulkan rasa sakit memerlukan tindakan operasi pengangkatan.



BAB IV



PENUTUP



Kesimpulan Pada kasus Tuan B 27 tahun kelompok kami berkesimpulan ia mengalami hidrokel noncommunicans derajat V. Kesimpulan kami ini didapat dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik Tuan B yang memenuhi kriteria gejala-gejala pada hdrokel testis. Skrotum kanan memmbesar ± 10 – 15 cm hal ini termasuk hidrokel derajat V yaitu kriteria besar scrotum antara 11-15 cm. Skrotum berbentuk buah peer / konsistensi elastis, Fluktuasi (+) hal ini menandakan bahwa skrotum membesar di bagian bawah dan kecil di bagian atas, pembesaran ini dikarenakan adanya cairan bukan massa. Tidak nyeri dan hasil diafanoskopi (+) ini merupakan ciri khas hidrokel bila dilakukan penyinaran pada scrotum maka cairan yang berupa air dalam scrotum akan tembus cahaya dan berpendar. Testis teraba / tidak teraba hal ini tergantung dari banyaknya cairan hidrokel. Penerusan impuls waktu batuk (-) berarti hidrokel non-communicans. Karena pada hidrokel communicans akan didapatkan scrotum bertambah besar jika sedang menangis atau batuk. Untuk mengetahui etiloginya perlu dilakukan pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan hidrokel ada 3 yaitu tindakan operasi, pungsi aspirasi dan penyuntikan dengan zat iritan sklerotik, yang 2 diakhir dapat dilakukan dokter umum. Prognosisnya adalah bonam.



Daftar Pustaka 1. Snell RS. In: Hartanto H, Listiawati E, Suyono YJ, Susilawati, Nisa TM, Prawira J, et al, editor. Perineum: scrotum. Anatomi klinik 6th ed. Jakarta:EGC;2006.p.393-4 2. Mayo clinic staff. hydrocele (updated November 19, 2009). Available at: http://www.mayoclinic.com/health/hydrocele/DS00617. Accessed: october 11, 2010 3. Supali S, Kurniawan A, partono F. In: Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S editor. Nematoda jaringan: Wuchereria bancrofti. Parasitologi kedokteran 4th ed. Jakarta:balai penerbit FKUI;2008.p.32-8 4. Vorvick



LJ.



Hydrocele



(updated



september



22,



2009).



Available



at:



http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000518.htm. Accessed: october 12, 2010 5. Snell RS. In: Hartanto H, Listiawati E, Suyono YJ, Susilawati, Nisa TM, Prawira J, et al, editor. Bagian I dinding abdomen: scrotum, testis, epididymis. Anatomi klinik 6th ed. Jakarta:EGC;2006.p.167-73 6. Arifin F, Kartaguna E, Arkeman H, David. Sistem reproduksi pria. Diktat kuliah histologi 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti; 2003.p.59-68 7. Sadler TW. In: Novrianti A editor. Sistem urogenital: penurunan testis. Langman embriologi kedokteran 10th ed. Jakarta:EGC;2009.p.289-9 8. Rudkun



SE.



Hydrocele



(Updated:



April



6,



2010).



Available



at:



http://emedicine.medscape.com/article/777386-overview. Accessed: october 12, 2010 9. Culvert



LL.



Hydrocelectomy



(updated



january



17,



2009).



Available



at:



http://www.surgeryencyclopedia.com/Fi-La/Hydrocelectomy.html. Accessed: october 12, 2010