CBR, CJR, Ri Profesi Kependidikan (Vivi) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CRITICAL BOOK REPORT PROFESI KEPENDIDIKAN D I S U S U N OLEH : Nama Nim Mata Kuliah Kelas Dosen Pengampu



: Vivi Chairunisa : 1193313003 : Profesi Kependidikan : PG PAUD (Reg C 2019) : Dra. Damaiwati Ray, M.Pd



PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2020



KATA PENGANTAR Puji dan syukur mari kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayahnya serta nikmat iman, nikmat kesehatan, nikmat rejeki yang telah Ia berikan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report ini dengan baik dan lancar. Tak lupa saya berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa tentunya, dan orangorang terdekat saya yang sudah memberikan semangat dan doa untuk saya, agar saya mampu menyelesaikan tugas ini dengan baik. Adapun tujuan saya membuat tugas ini, untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Pendidikan dalam bentuk critical book report. Saya menyadari sebagai penulis, bahwa apa yang saya kerjakan ini tentu tidaklah sempurna, maka dari itu saya sangat berharap kepada pembaca agar dapat menilai dan mengkritik hasil critical book report yang telah saya buat. Agar saya dapat mengetahui letak kesalahan yang saya buat dan saya dapat memperbaikinya. Sekaligus sebagai bahan untuk mengevaluasi kesalahan saya sebagai penulis. Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam critical book report yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.



Medan, Maret 2020



Vivi Chairunisa



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................................................... DAFTAR ISI...................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR 1.2  Tujuan Penulisan CBR................................................................................................. 1.3  Manfaat ........................................................................................................................ 1.4 Identitas Buku................................................................................................................ BAB  II  RINGKASAN BUKU......................................................................................... 2.1 Ringkasan Buku Utama ................................................................................................ 2.2.Ringkasan Buku Pembanding........................................................................................ BAB  III PEMBAHASAN/ANALISIS............................................................................. 3.1 Kelebihan Dan Kekurangan Buku................................................................................. BAB IV PENUTUP  .......................................................................................................... 4.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 4.2 Saran.............................................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami. Terkadang kita memilih satu buku,namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya dari segi informasi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book Report ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi. Selain itu, salah satu faktor yang melatarbelakangi penulis mereview buku ini adalah agar kita bisa berpikir kritis dan mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sebuah buku.



1.2 Tujuan Penulisan CBR Critical Book Report ini bertujuan : a. Mengulas isi sebuah buku. b. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku. c. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap bab dari buku. d. Mengetahui apa-apa saja kekurangan dan kelebihan yang ada dimiliki buku yang akan review. e. Memberi informasi kepada penulis buku agar dapat mengevaluasi hasil dadi buuku yang ia buat, agar dapat menghasilkan buku yang layak dibagikan kepada para pembaca.



1.3 Manfaat a. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik b. Untuk menambah pengetahuan para pembaca. c. Memudahkan pembaca dalam memahami isi dari buku. d. Menambah wawasan penulis. e. Melatih penulis berpikir kritis. f. Memudahkan penulis buku yang asli untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang ada pada buku yang ia buat.



1.4 Identitas Buku Yang Direview: 1. Identitas Buku Utama Judul buku



: Profesi Kependidikan



Pengarang



: Dr. Yasaratodo Wau,M.P.d



Penerbit



: Unimed



Tahun Terbit



: 2020



Jumlah Hal



: 309



ISBN



:978-602-7938-05-2



2. Identitas Buku Pembanding 1. Judul



: Profesi Tenaga Kependidikan



2. Pengarang



: Prof. Dr. Hj. Mintarsih DanuMiharja



3. Penerbit



: Deepulish



4. Tahun terbit



:2012



5. ISBN



: 978-602-280-182-5



BAB II RINGKASAN BUKU



2.1



Ringkasan Buku Utama HAKEKAT SUPERVISI PENDIDIKAN



Sebagai makhluk yang paling lemah, manusia sebenarnya juga sekaligus merupakan makhluk yang selalu memerlukan pertolongan. Pertolongan yang dimaksud adalah pemberian bantuan kepada manusia untuk membantunya menghindarkan diri dari pelanggaran tata nilai, membantu dia menyadari pelanggarannya, dan juga membantu dia untuk tidak melakukan lagi pelanggaran atas tata nilai yang telah disepakati. Pemberian bantuan tersebut, dalam buku ajar ini disebut “supervisi”. Supevisi lebiih ditekankan pada pengembangan sumber daya manusia agar mau dan mampu menggunakan segala potensi yang dimilikinya untuk mencapai tujuan kelompoknya(tujuan pendidikan), dan/atau memenuhi kebutuhannya. a. Pengertian supervisi pendidikan secara umum supervisi berarti upaya pemberian bantuan kepada guru agar dapat membantu peserta didiknya belajar untuk menjadi lebih baik. Konsep supervisi jika dipandang dari katanya yang berarti supervision (Inggris), yang terdiri dari dua suku kata, yakni super dan vision. Kata super diartikan sebagai padanan dari kata atas, lebih, hebat, sedangkan vision berarti melihat. Sehingga kata supervision berarti “melihat dari atas” atau “ melihat kelebihan”. Dengan demikian kata supervisi tidak sama dengan kata mengawasi yang dalam bahasa inggris disebut sebagai “controlling”. Dalam kehidupan sehari- hari guru, supervisi,ini sering disebut dengan kata pengawasan, sehingga pengawas pendidikan disebut sebagai supervisor. Pada hal pengawas tidak secara langsung dapat disebut sebagai supervisor. Peraturan Pemerintah (PP) No.19 Tahun 2005 Pasal 57 menjelaskan bahwa supervisi yang



meliputi



manajerial



dan



akademik



yang



dilakukan



secara



teratur



dan



berkesinambungan oleh pengawas atau satuan pendidikan dan kepala satuan pendidikan. b. Latar belakang pentingnya supervisi pendidikan Guru-guru jauh sebelumnya telah dipersiapkan untuk menjadi guru yang profesional dibidangnya. Namun ada beberapa kenyataan yang dapat dijadikan masukan tentang latar belakang pentingnya supervisi bagi guru- guru dan tenaga pendidikan lainnya di lembaga kependidikan yaitu sebagai berikut:



 Penyelenggaraan pendidikan melibatkan peran sejumlah orang yang perlu dikendalikan dalam kerjasama.  Pada umumnya semua petugas pendidikan, khusunya guru memiliki potensi yang lebih besar dari pada apa yang ditampilkannya”saat ini”(saat ia melaksanakan tugas).  Para pengajar tidak mungkin selalu dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.  Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan tuntutan



kebutuhan



massyarakat



yang



semakin



kompleks,



telah



mengakibatkan adanya perkembangan tuntuntan tanggung jawab terhadap guru. Dengan memperhatikan faktor diatas kedudukan supervisi semakin dapat dirasakan . c. Tujuan supervisi pendidikan Tujuan supervisi pendidikan bukan menyodorkan suatu teori, tetapi menganjurkan sesuai kebutuhan dan untuk mengungkapkan beberapa karakteristik esensial teori. Berikut beberapa tujuan dari supervisi pendidikan:  Membantu guru-guru dalam mengembangkan proses belajar mengajar, lebih memahami mutu, pertumbuhan, dan peranan sekolah untuk mencapai tujuannya,  Membantu guru-guru menterjemahkan kurikulum kedalam bahasa belajar mengajar,  Membantu guru melihat tujuan pendidikanl, membimbing pengalaman belajar mengajar, menggunakan sumber belajar, menggunakan metode mengajar, memenuhi kebutuhan belajar murid, menilai kemajuan belajar murid, membina moral kerja, menyesuaikan diri dengan masyarakat, dan membina sekolah.  Membantu guru-guru mengembangkan profesional guru dan staf. Hingga secara umum tujuan supervisi dapat dirumuskan adalah” untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya agar menjadi guru yang lebih baik dan profesional dalam melaksanakan pengajarannya.



d. Fungsi supervisi pendidikan Supervisi



pendidikan



memiliki



fungsi



penilaian(evaluation),



dengan



jalan



penelitian( research) dan merupakan usaha perbaikan (improvment). Sehingga fungsi dan spesifikasi supervisi pengajaran adalah memberikan pelayanan supervisi pengajaran kepada guru untuk menumbuhkan proses belajar mengajar yang berkulitas baik, menyenangkan, inovatif dan dapat menjaga keseimbangan pelaksanaan tugas staf mengajar. e. Prinsip supervisi pendidikan Prinsip supervisi pendidikan antara lain: ilmiah yang berarti sistematis dilaksanakan secara tersusun, kontiniu, teratur, objektif, demokratis, kooperatif, menggunakan alat, kontruktif dan kreatif. Supervisi dilaksanakan secara demokratis yang berarti menghargai harkat dan martabat manusia sebagai individu maupun kelompok. supervisi dilaksanakan secara koperatif dengan mengembangkan usaha bersama menciptakan suasana belajar mengajar yang lebih baik berdasarkan sumberkolektif dari kelompok , dari pada usahausaha supervisor sendiri menunjukkan profesionalitas bukan atas hubungan pribadi. Supervisi juga harus progresif, berani melangkah maju, dilaksanakan bertahap didasarkan atas keadaan dan kenytaan yang sebenarnya serta mendapat dukungan dari pihak eksekuti dan legislatif. f. Permasalahaan supervisi pendidikan Dewey mengatakan bahwa mengaajar bukan hanyab menyangkut bahan tetapi juga menyangkut banyak proses (Sergionvanni, 1982). Hal yang penting adalah mengontrol bahwa para guru melaksanakan tugas profesional pengajaran tetap pada standar yang ditentukan dan kualitas kerjanya memenuhi standar. Kebanyakan guru menurut Keith dan Meredith (1987) tidak suka diawasi, walaupun hal tersebut merupakan bagian yang diperlukan dalam pelatihan dan pekerjaan profesional mereka. Mereka bereaksi secara defenisif pada supervisi, dan menurut mereka supervisi itu tidak berguna. g. Pendekatan supervisi pendidikan PENDEKATAN NON- DIREKTIVE Merupakan pendekatan terhadap permasalahan yang bersifat tidak langsung.perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan,



tetapi terlebih dahulu mendengarkan secara aktif dan menggali apa permasalahan mengajar yang dikemukakan guru. Pendektan direktive Pendekatan direktive merupakan pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung dihadapi guru saat guru melakanakan tugas mengajar, saat mengamati guru mengajar, maka supervisor mencatat hal- hal yang penting yang menjadi titik lemah guru itu memperaktikkan caranya mengajar. Pendekatan colaboratif Pendekatak



kolaboratif



merupakan



pendekatan



yang



memadukan



pendekatan direktif dan non direktif. Dalam pendekatan ini supervisor dan guru secara bersama-sama bersepakat menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. h. Tugas supervisi pendidikan Tugas supervisor yaitu:  Mengembangkan kurikulum,  Pengorganisasian pelajaran,  Pengadaan staf,  Menyediakan fasilitas,  Penyediaan bahan-bahan, memilih dan mendesain bahan-bahan yang digunakan dan mengimplementasikan untuk pengajaran,  Penyusunan penataran pendidikan,  Pemberian orientasi anggota-anggota staf,  Pelayanan murid,  Hubungan masyarakat,  Penilaian pengajaran terhadap perencanaan pengajaran. i. Teknik supervisi pendidikan Teknik supervisi pendidikan yang diterapkan disekolah sangat ditentukan oleh model dan pendekatan yang digunakan. Teknik tersebut sangat beraneka ragam jenisnya, namun secara garis besar dapat dikelompokkan atas dua bagian besar, yaitu: 



Teknik yang bersifat kelompok







Petemuan orientasi, yaitu pertemuan supervisor dengan supervised(terutama guru latihan baru) yang bertujuan menghantarkan supervise tersebut memasuki suasana kerja yang baru







Rapat guru, dengan rapat maka guru akan dilatih menjadi lebih baik jika direnacanakan dengan baik.







Studi kelompok antar guru, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan sejumlah guru yang memiliki keahlian dibidang studi tertentu.







Diskusi sebagai pertukaran pikiran atau pendapat, yaitu melalui suatu proses percakapan antara dua atau lebih individu tentang suatu masalah untuk mencari alternatif pemecahannya.







Workshop(lokakarya), sebagai suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumah petugas pendidikan yang sedang memecahkan masalah tertentu melalui percakapan dan bekerja bersama.







Tukar menukar pengalaman (sharing of experiene), yaitu guru saling belajar satu dengan yang lainnya.







Teknik yang bersifat indivudual 



Kunjungan kelas, yaitu suatu kunjuangan yang dilakukan supervisor(kepala sekolah) ke dalamsuatu kelas pada saat guru latih sedang mengajar dengan tujuan membantu guru yang bersangkutan menghadapi masalah/ kesulitan selama mengadakan kegiatan pembelajaran







Observasi kelas, suatu kegiatan yang dilakukan supervisor untuk mengamati guru latih yang sedang mengajar di suatu kelas.







Percakapan pribadi, suatu teknik dalam pemberian layanan kepada guru latih dengan mengadakan pembicaraan tentang masalah yang dihadapi guru latih.







Inter visitasi, merupakan suatu kegiatan yang terutama saling menukarkan pengalaman sesama guru atau kepala sekolah tentang usaha perbaikan dalam proses belajar mengajar.







Menilai diri sendiri, guru latih menyadari bahwa kemampuan dan keterampilannya mengajar harus selalu ditingkatkan.



j. Supervisi klinis



Supervisi



klinis merupakan model supervisi yang difokuskan pada



peningkatan mengajar melalui sarana siklus yang sistematik dalam perencanaan, pengamatan, dan analisis yang intensif terhadap penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan melaksanakan perubahan dengan cara yang rasional(Acheson dan Gall,1980).



2.2 RINGKASAN BUKU PEMBANDING Pengembangan profesi tenaga pendidik dan pendorong inovasi Pengembangan profesi tenaga pendidik pada dasarnya hanya akan berhasil dengan baik apabila dampaknya dapat menumbuhkan sikap inovatif. Sikap inovatif ini kan makin memperkuat kemampuan profesional tenaga pendidik, untuk itu menurut Prof Idochi diperlukan tujuh pelajar guna mendorong tenaga pendidik bersikaf inovatif serta dapat dan mau melakukan inovasi, ketujuh pelajaran itu adalah sebagai berikut : · Belajar kreatif · Belajar seperti kupu-kupu · Belajar keindahan dunia dan indahnya jadi pendidik · Belajar mulai dari yang sederhana dan konkrit · Belajar rotasi kehidupan · Belajar koordinasi dengan orang profesional · Belajar ke luar dengan kesatuan fikiran Tujuh pelajaran sebagaimana dikemukakan di atas merupakan pelajaran penting bagi tenaga pendidik dalam upaya mengembangkan diri sendiri menjadi orang profesional. Dalam kaitan ini, ketujuh pelajaran tersebut membentuk suatu keterpaduan dan saling terkait dalam membentuk tenaga pendidik yang profesional dan inovatif. Belajar kreatif adalah belajar dengan berbagai cara baru untuk mendapatkan pengetahuan baru, belajar kreatif menuntut upaya-upaya untuk terus mencari, dan dalam hal ini bercermin pada kupu-kupu amat penting, mengingat kupu-kupu selalu peka dengan sari yang ada pada bunga serta selalu berupaya untuk mencari dan menjangkaunya. Dengan belajar yang demikian, maka sekaligus juga belajar tentang keindahan dunia, dan bagian dari keindahan dunia ini adalah keindahaan indahnya jadi pendidik. Pendidik adalah perancang masa depan siswa, dan sebagai perancang yang profesional, maka tenaga pendidik menginginkan dan berusaha untuk membentuk peserta didik lebih baik dan lebih berkualitas dalam mengisi kehidupannya di masa depan.



Untukdapat melakukan hal tersebut di atas, maka tenaga pendidik perlu memulainya dariyang kecil dan konkrit, dengan tetap berfikir besar. Mulai dari yang kecil pada tataran mikro melalui pembelajaran di kelas, maka guru sebagai tenaga pendidik sebenarnya sedang mengukir mas depan manusia, masa depan bangsa, dan ini jelas akan menentukan kualitas kehidupan manusia di masa yang akan datang. Dalam upaya tersebut pendidik juga perlu menyadari bahwa dalam kehidupan selalu ada perputaran atau rotasi, kesadaran ini dapat menumbuhkan semangat untuk terus berupaya mencari berbagai kemungkanan untuk menjadikan rotasi kehidupan itu sebagai suatu hikmah yang perlu disikapi dengan upaya yang ebih baik dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik. 7 Dalam upaya untuk memperkuat ke profesionalan sebagai tenaga pendidik, maka diperlukan upaya untuk selalu berhubungan dan berkoordinasi dengan orang profesioanal dalam berbagai bidang, khususnya profesional bidang pendidikan. Dengan cara ini maka pembaharuan pengetahuan berkaitan dengan profesi pendidik akan terus terjaga melalui komunikasi dengan orang profesional, belajar koordinasi ini juga akan membawa pada tumbuhnya kesatuan fikiran dalam upaya untuk membengun pendidikan guna mengejar ketinggalan serta meluruskan arah pendidikan yang sesuai dengan nilai luhur bangsa. Tenaga Pendidik dan Kependidikan, mempunyai tugas pembinaan karier, peningkatan mutu guru, koordinasi perlindungan hukum tenaga kependidikan dan koordinasi penyelenggara penataran. Untuk menyelenggarakan Tenaga Pendidik dan Kependidikan mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan dan evaluasi keadaan guru dan tenaga kependidikan lainnya menurut jenis dan jenjang pendidikan b. Pelaksanaan analisa kebutuhan, penempatan, pemerataan tenaga kependidikan antar Kabupaten/Kota ; c. Penetapan bahan kebijakan teknis peningkatan mutu dan karier tenaga guru dan tenaga kependidikan lainnya ; d. Penyusunan dan perencanaan pembinaan karier guru dan tenaga kependidikan lainnya ; e. Peningkatan mutu dan profesi guru lewat program penyetaraan; f. Pelaksanaan penilaian prestasi tenaga kependidikan berdasarkan penetapan angka kredit jabatan fungsional ; g. Penyusunan pedoman dan pelaksanaan pemilihan guru teladan ; h. Penyusunan dan penyelenggaraan program standarisasi atau kompetensi tenaga guru dan tenaga kependidikan lainnya ; i. Penyebarluasan, pedoman, penghargaan, perlindungan hukum dn kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan lainnya ;



j. Pelaksanaan tim koordinasi penyelenggaraan penataran ; k. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program pembinaan karier dan peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan lainnya ; l. Penyusunan laporan kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan; m. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.



BAB III KELEBIHAN DAN KELEMAHAN Kelebihan dan Kelemahan Buku Utama A. Kelebihan Buku 1. Pada bab 5 buku utama, disajikan sebuah pengantar di awal bab ini yang berisikan wacana yang sesuai dengan isi bab yang dibahas. 2. Pada bab 5 buku utama, subbab yang dibahas cukup luas dan dijabarkan secara sistematis dan lengkap. 3. Pada bab 5 buku utama, disajikan beberapa gambar terkait materi yang dibahas biasanya berbentuk seperti peta konsep. 4. Pada bab 5 buku utama, disediakan latihan soal diakhir bab yang menjadi bahan evaluasi bagi mahasiswa atas materi yang telah dipelajarinya. 5. Pada bab 5 buku utama, bahasa yang digunakan mudah dipahami dan ukuran tulisan yang ada di dalamnya sesuai dengan standar tulisan pada buku bacaan. B. Kelemahan Buku 1. Pada bab 5 buku utama, tidak disajikan ringkasan di akhir babnya. 2. Pada bab 5 buku utama, tidak ada membahas prosedur supervise pendidikan. 3. Pada bab 5 buku utama, sulit membedakan pembahasan dari setiap subbab dikarenakan cara penulisan yang tidak ditulis secara berurutan, melainkan terus ke samping. 4. Pada bab 5 buku utama, masih ada beberapa penulisan kata yang salah. Kelebihan dan Kelemahan Buku Pembanding A.Kelebihan 1.Disediakan banyak gambar yang menarik minat pembaca. 2. Disediakan gambar pendukung. 3. Disediakan soal-soal penguji pemahaman. 4. Cover yang menarik.



B.Kelemahan 1.Tulisan yang terlalu kecil. 2. Tidak disediakannya gambar pendukung 3. Pada buku pembanding ini tidak terdapat kompetensi dasar dan indikator keberhasilan pada awal bab untuk mengetahui tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran materi ini



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Tenaga Pendidik adalah individu yang mampu melaksanakan tindakan mendidik dalam satu situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dan lagi pengertian pendidik adalah semua yang mempengaruhi perkembangan seseorang. Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Diantara peran dan fungsi tenaga pendidik adalah sebagai berikut: a. Mampu menemukan pembawaan (bakat) peserta didiknya. b. Mampu menolong peserta didiknya dalam perkembangannya. c. Mendewasakan peserta didiknya. d. Memberi dorongan agar peserta didiknya mau mengembangkan bakat/potensinya. Diantara peran dan fungsi tenaga kependidikan adalah sebagai berikut: a. Membantu dalam mengelola lembaga pendidikan. b. Membantu merencanakan suatu rancangan pendidikan. c. Menjamin kelangsungan sebuah sistem pendidikan. d. Memonitori sebuah sistem dalam lembaga pendidikan. Posisi dan kriteria tenaga pendidik diantaranya adalah sebagai berikut: a. Sebagai pemberi ilmu pengetahuan dan pembelajaran moral bagi peserta didiknya. b. Sebagai orang tua pengganti ketika berada dilingkungan pendidikan. c. Guru harus berijazah. d. Guru harus sehat jasmani dan rohani. B. Saran Menurut saya kedua buku tersebut sama sama bagus walaupun ada kelebihan dan kekurangan di tiap tiap buku. Tetapi disamping dari itu buku ini dapat membantu kita dalam memperluas wawasan kita. Saran kami untuk buku utama dan buku pembanding supaya dapat memperbaiki kekurangan dan terus berusaha melakukan yang terbaik tanpa mengurangi kelebihan dari masing-masing buku.



DAFTAR PUSTAKA



Dr. Yasaratodo Wau,M.P.d , Profesi Kependidikan, Unimed. Mintarsih DanuMiharja .2012 : Profesi Tenaga Kependidikan. Deepulish



CRITICAL JOURNAL REVIEW PROFESI KEPENDIDIKAN D I S U S U N OLEH : Nama Nim Mata Kuliah Kelas Dosen Pengampu



: Vivi Chairunisa : 1193313003 : Profesi Kependidikan : PG PAUD (Reg C 2019) : Dra. Damaiwati Ray., M.Pd



PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt. karena atas limpahan rahmat dan karuniaNyalah sehingga saya dapat menyelesaikan Critical Jurnal Review dengan jurnal yang berjudul “Pengembangan profesi Guru dalam meningkatkan kinerja guru” sesuai waktunya. Saya mencoba berusaha menyusun Critical Jurnal Review ini sedemikian rupa dengan harapan dapat membantu pembaca dalam memahami materi isi jurnal yang saya ulas dalam Critical Jurnal Review ini. Disamping itu, saya berharap bahwa Critical Jurnal Review ini dapat menjadi sumber informasi dalam mengetahui kandungan isi jurnal ini. Saya menyadari bahwa didalam pembuatan Makalah ini masih ada kekurangan sehingga Saya berharap saran dan kritik dari pembaca sekalian khususnya dari Dosen Pengampu Mata Kuliah Profesi Kependidikan yaitu Bapak Drs. Robenhart Tamba, M.Pd, agar dapat meningkatkan mutu dalam penyajian berikutnya. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.



DAFTAR ISI Kata Pengantar



1



Daftar Isi



2



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang



3



1.2 Identitas Jurnal



3



BAB II RINGKASAN JURNAL 2.1 Ringkasan Isi Jurnal I



4



2.2 Ringkasan Isi Jurnal II



7



BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pembahasan Terhadap Isi Jurnal I



9



3.2 Pembahasan Terhadap Isi Jurnal II



10



3.3 Kelebihan dan Kekurangan



10



3.4 Persamaan dan Perbedaan



5



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan



11



4.2 Saran



11



Daftar Pustaka



12



REVIEW BAB I PENDAHULUAN



Critical Jurnal Review merupakan suatu tugas dari mata kuliah



Latar Belakang



untuk bisa mengkritisi Jurnal yang telah ada. Pembuatan



1.1



dalam kurikulum KKNI yang mengharuskan mahasiswanya Critical Jurnal Review sangat bermanfaat karena bisa dijadikan sebagai sumber refrensi bagi pembuatan penelitian. Pembuatan penelitian mengharuskan kta untuk memperoleh informasi dari berbagai buku dan jurnal yang salah satu cara untuk bisa memahami Jurnal tersebut adalah dengan membuat review terhadap jurnal yang ada. Sedikit banyaknya diharapkan dapat bisa bermanfaat bagi pembaca dan khususnya penulis.



1.2



Identitas Jurnal



Jurnal I 1. Judul Jurnal



: Pengembangan Profesi Guru dalam



meningkatkan kinerja guru 2. Penulis



: Ayu Dewi Kesuma Putri



3. Jenis Jurnal



: Jurnal Pendidikan Manajemen



Perkantoran 4. ISSN



: ( Tidak diberitahu/ Disensor )



5. Vol.



: Vol. 1 No. 1, Juli 2017, Hal. 93-101



6. Sumber :



http://ejournal.upi.edu/index.php/jpmanper/article/view/ 00000 Jurnal II 1. Judul Jurnal



: Mengembangkan Profesionalisme Guru



Kajian Konseptual dan Operasional 2. Penulis



: I.G.A.K. wardani



3. Jenis Jurnal



: Jurnal Pendidikan



4. ISSN



: ( Tidak diberitahu)



5. Vol.



: Vol. 1 No. 13, Maret 2012, Hal. 32-44



6. Sumber : Google Sholar BAB II PEMBAHASAN 2.1 Ringkasan Isi Jurnal I



Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian publik untuk kualitas



guru



dan pendidikan guru



memiliki



kebijakan



mendorong dan akreditasi lembaga di Amerika Serikat untuk mengadakan program persiapan guru (TPPs) bertanggung jawab untuk efektivitas lulusan mereka (Kevin C. Bastian, 2016). Pendidikan adalah mungkin salah satu kegiatan sosial yang paling penting dal am kehidupan manusia. Mereka harus selalu memperbaiki diri untuk menjadi visioner dan baik-bulat di bidang yang mereka ajarkan. Mereka harus disiplin di tempat kerja (Ninlawan, 2015). Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Salah satu upaya dalam pengembangan profesi guru dengan cara peningkatan dan pengembangan keterampilan dapat diperoleh melalui proses pembelajaran. Pengembangan profesional guru dipelajari dan disajikan dalam sastra relevan di banyak berbeda cara. Pengembangan Profesi Guru Pengembangan profesi guru adalah proses kegiatandalam rangka menyesuaikan kemampuan profesional guru



dengan



tuntutan pendidikan dan pengajaran. Pengembangan profesi guru di lingkungan pendidikan diarahkan pada kualitas profesional, penilaian dan



akuntabilitas,



kinerja



secara



obyektif, transparan



serta memotivasi untuk meningkatkan



kinerja dan prestasi (Soewarni, 2004). Pengembangan profesi guru pada dasarnya adalah peningkatan kualitas kompetensi guru.



Beberapa dimensi



utama



dalam



kompetensi



guru



adalah



kompetensi



pedagogik,



kompetensi kepribadian,



kompetensi sosial,dan kompetensi profesional (Ana-Maria Petrescu, 2015). Pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan keterampilan untuk meningkatkan mutu, baik bagi proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya (Zainal & Elham, 2007). Kinerja Guru Kinerja



guru



adalah



hasil



kerja



yang



erat



kaitannyadengan pelaksanaan tugas sebagai guru profesional (Wahyuni, Christiananta, & Eliyana, 2014) (Hussain, Ahmedy, & Haider, 2014). Kinerja yang baik terkait juga dengan pencapaian kualitas, kuantitas, kerjasama, kehandalan dan kreativitas (Saleh, Dzulkifli, Abdullah, & Yaakob, 2011), kinerja berarti produktivitas dan output karyawan sebagai hasil dari pengembangan karyawan. Kinerja pada akhirnya akan



mempengaruhi



Waheed,



efektivitas



2011). Kinerja



organisasi



yang



baik



(Hameed



&



mencerminkan



kemampuan untuk berkontribusi melalui karya-karya mereka mengarah pada pencapaian perilaku yang sesuai dengan tujuan



dari



perusahaan atau organisasi (Muda, Rafiki, &



Harahap, 2014). Kinerja guru merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan kecakapan atau kompetensi yang dimilikinya dalam dunia kerja yang sebenarnya. Dunia kerja guru yang sebenarnya adalah pembelajaran siswa dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Tugas profesional seorang



guru



mencakup



kegiatan mendidik,



mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi pesrta didik. Sehingga bahwa oleh



kinerja guru merupakan seorang



guru



dalam



dapat



disimpulkan



hasil kerja yang dicapai



melaksanakan



tugasmendidik,



mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasipeserta didik. Kinerja seorang guru dapat dilihat dari prestasi yang diperoleh oleh seorang guru, bagaimana seorang



guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan



mengevaluasi hasil pembelajaran serta memberikan lanjut



dari



tindak



evaluasi pembelajaran, dan hasil kerja yang



diperoleh oleh seorang guru. Pada jurnal ini menitikberatkan terhadap penilaian kirerja guru yang dipengaruhi oleh faktor, yaitu pengembangan profesi guru. Terdapat beberapa indikator yang mengukur kinerja guru,



yaitu : Penyusunan program belajar, Pelaksanaan



program



pembelajaran,



Pelaksanaan



Evaluasi,



Analisis



Evaluasi, Pelaksanaan perbaikan dan pengayaan. Metode dalam peneletian ini menggunakan metode survey. Metode ini dilakukan dengan dengan mengumpulkan informasi faktual denganmenggunakan kuesioner sebagai alat. responden dari penelitian ini adalah 21 orangguru tetap yayasan di salah satu SMK di Bandung. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian populasi. Pengambilan



data



yang



digunakan berupa angket yang terdiri atas tiga bagian. Bagian yang pertama adalah kuesioner untuk mengukur persepsi responden mengenai pengembangan profesi guru yang dijabarkan dari enamindikator yaitu mengikuti informasi perkembangan IPTEK yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, mengembangkan berbagai model pembelajaran,



menulis



karya



ilmiah,



membuat



alat



peraga/media, mengikuti pendidikan kualifikasi, mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.Bagian ini terdiri atas 13 item. Bagian kedua adalah kuesioner untuk mengukur persepsi responden mengenai kinerja guru yang dijabarkan dari lima indikator yaitu penyusunan program belajar, pelaksanaan program



pembelajaran,



pelaksanaan



evaluasi, analisis



evaluasi, pelaksanaan perbaikan dan pengayaan. Bagian ini terdiri atas 11 item.



2.1 Ringkasan Isi Jurnal II



Lembaga Pendidikan Guru (LPG) yang selama ini dikenal dengan



nama



LembagaPendidikan



Tenaga



Kependidikan



(LPTK) merupakan satu lembaga dengan tugas utama mendidik para calon guru atau para guru yang memerlukan pendidikan lanjutan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mendapat perhatian cukup serius di berbagai negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Hal ini dapat dimaklumi karena kenyataan menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai peran penting dalam kemajuan satu negara. Kualitas pendidikan sangat banyak tergantung kepada guru, di samping berbagai komponen pendidikan lainnya, seperti kebijakan pemerintah, sarana prasarana, keluarga, masyarakat. Pendidik guru dituntut untuk mampu menjadi model bagi para guru atau calon guru yang dididiknya. Sebagaimana yang ditekankan oleh Swennen dan Van der Klink (2009), pemodelan merupakan aspek sentral dalam pekerjaan seorang pendidik guru serta merupakan keterampilan yang sangat kompleks dan mempersyaratkan pemahaman yang mendalam tentang mengajar dan peran sebagai pendidik guru. Pengembangan Profesionalisme pendidik Guru menurut Darling-Hammond dan Goodwin (1993), setiap pekerjaan professional mempunyai persamaan karakteristik, yang



membedakannya



Karakteristik



tersebut



dari adalah:



pekerjaan (1)



non-profesional.



pekerjaan



dilandasi/



dilaksanakan berdasarkan ilmu terkait yang disebut sebagai



“codified body of knowledge”



(Darling- Hammond &



Goodwin, 1993: 25), (2) ada mekanisme terstruktur untuk mengatur



perekrutan, pendidikan, dan penetapan standar



praktek yang etis dan tepat, serta (3) tanggung jawab utama adalah kemaslahatan/kepuasan klien.  Dari karakteristik pertama dapat ditafsirkan bahwa jika pekerjaan sebagai pendidik guru dipandang sebagai pekerjaan profesional, maka paling tidak seorang pendidik guru harus menguasai ilmu yang mendasari pekerjaannya sebagai guru dan pendidik guru.  Karakteristik kedua menyiratkan adanya mekanisme yang terstruktur dalam mengelola pendidikan guru dan profesi guru, serta adanya standar yang etis dan memadai bagi praktek.  Karakteristik ketiga, yaitu tanggung jawab utama guru dan pendidik guru adalah peserta didik, berimplikasi bahwa guru dan pendidik guru harus selalu peduli pada kepentingan peserta didiknya, sehingga mereka harus melakukan diagnosis sebelum melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya (siswa bagi guru dan calon guru atau guru bagi pendidik guru). Secara umum, faktor yang mempengaruhi perkembangan profesionalisme seorang pendidik guru dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktordari dalam diri pendidik guru sendiri, mencakup keperibadian, kemampuan, wawasan terhadap pekerjaan sebagai pendidik guru, tujuan hidup, etos kerja, dan lain-lain. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar pendidik guru,



yang



antara



lain



meliputi:



kesempatan



untuk



mengembangkan diri, kebijakan lembaga, biaya, beban kerja, teman sekerja.



BAB III PEMBAHASAN



Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada Jurnal ini



3.1 Pembahasan Terhadap isi Jurnal I



di SMK Kencana Bandung berada pada kategori cukup



didapatkan data bahwa efektivitas pengembangan profesi guru efektif. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan persentase frekuensi jawaban angket dari



21



responden



yang



menunjukan hasil sebesar 53,1%. Berdasarkan data yang diperoleh penulis di lapangandapat diperoleh bahwa untuk skor



jawaban



tertinggi



ada



pada



indikator mengikuti informasi perkembangan IPTEK dengan skor 3,31, sedangkan skor jawaban terendah ada pada indikator menulis karya ilmiah dengan skor 3,17. Pada indikator mengikuti perkembangan IPTEK sebagai indikator dengan perolehan skor tertinggi dari data tersebut dibuktikan dengan fakta lapangan. Artinya, guru selalu aktif dalam mengikuti perkembangan IPTEK dalam mendukung proses kegiatan belajar. Pada penelitian di jurnal ini digunakan 5 indikator yang bersangkutan tentang Kinerja Guru disekolah yaitu : 1. Sangat Rendah 2. Rendah 3. Cuku Tinggi 4. Tinggi 5. Sangat Tinggi Berdasarkan lima indikator tersebut indikator pelaksanaan program pembelajaran memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 3,38. Artinya indikator pelaksanaan program pembelajaran sudah dikatakan baik karena adanya prosedur yang sudah baku,



sehingga



mewajibkan



seorang



pendidik



untuk



melaksanakan program pembelajaran. Sedangkan untuk indikator terendah berada pada indikator



analisis evaluasi dengan skor 3,10 Pada indikator analisis evaluasi



tersebut



dengan



fakta



lapangan



bahwa



guru



cenderung melakukan analisis evaluasi terhadap siswa. Dapat penulis simpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dari 3.2 Pembahasan Terhadap Isi Jurnal II



pengembangan profesi guru terhadap kinerja guru. Pada jurnal kedua ini diperoleh pembhasan berupa cara untuk mengembangkan profesional pendidik guru dengan cara : 1. Meningkatkan kualifikasi akademik (jika belum sampai pada kualifikasi puncak) dengan cara studi lanjut, baik untuk S2 maupun S3. kualifikasi akademik minimum dosen adalah lulusan program magister untuk dosen program sarjana. 2. Mengambil mata kuliah yang diperlukan untuk memperkaya wawasan dan meningkatkan kemampuan, baik dalam mata kuliah yang diampu, maupun yang berkaitan dengan kemampun merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. 3. Melakukan refleksi secara teratur terhadap berbagai tindakan yang telah dilakukan dalam melaksanakan tri dharma perguruan tinggi, dengan tujuan untuk menemukan kekuatan dan kelemahan dari praktek/tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi ini selanjutnya digunakan untuk meningkatkan atau memperbaiki tindakan yang berikutnya.



3.3 Kelebihan dan Kekurangan



Jurnal I : Pada jurnal yang penulis review kali ini mempunyai beberapa kelebihan dan Kekurangannya, yang mana kelebihan dari jurnal ini ialah data yang diberikan sangat cukup dalam membuktikan isi jurnal, hal ini dapat kita lihat dengan adanya data dari responden yang disajikan dalam bentuk tabel maupun diagram, kemudian data-data ini saling dihubungakn dan dicari faktanya sedemikian rupa untuk membuktikan apakah ada pengaruh positif dari pengembangan profesi guru terhadap kinerja guru tersebut. Selain itu juga pada jurnal ini memiliki banyak sumber refrensi yang akan membuat jurnal ini semakin valid datanya. Kekurangan dari jurnal ini sendiri adalah tidak dicantumkannya



EISSN dan juga penulis jurnal tidak menyebutkan sekolah mana yang diteliti. Jurnal II Kelebihan pada jurnal kedua ialah mudah untuk dipahami bagi orang awam. Pada jurnal kedua diperoleh kekurangan berupa isi yang sangat kurang lengkap dan tidak selengkap jurnal pertama 3.4 Persamaan dan Perbedaan



dan begitu juga refrensi yang digunakan tidak banyak. Persamaan dari kedua jurnal ini adalah terletak pada isi yang dibahas yaitu sama-sama membahas tentang peranan supervisi dalam



meningkatnya



kinerja



guru.



Sedangkan



pada



perbedaannya yaitu kalau pada jurnal yang pertama lebih menekankan pada peningkatan kinerja guru sedangkan jurnal kedua lebih menekankan pada kajian dan konsep yang BAB IV PENUTUP 4.1



Kesimpulan



digunakan. Pengembangan profesi guru yang diukur melalui indikator Mengikuti informasi perkembangan IPTEK yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, Mengembangkan berbagai



model



pembelajaran,



Membuat



alat peraga/media,



kualifikasi,



Mengikuti



Menulis Mengikuti



kegiatan



karya



ilmiah,



pendidikan



pengembangan kurikulum



berada pada kategori cukup efektif. Kinerja guru yang yang diukur



melalui indikator



Penyusunan



program



belajar,



Pelaksanaan program pembelajaran, Pelaksanaan Evaluasi, Analisis Evaluasi, Pelaksanaan perbaikan dan pengayaan. Kelima indikator tersebut berada pada kategori cukup tinggi. Ada pengaruh yang signifikan pengembangan profesi guru terhadap profesi



kinerja guru,



guru. Dengan hal



demikian



yang penting



adalah



pengembangan membangun



kemandirian di kalangan guru sehingga dapat lebih mampu untuk



mengaktualisasikan



dirinya



guna



mewujudkan



pendidikan yang berkualitas. Dengan adanya peningkatan guru akan diikuti pula peningkatan kinerja guru. Upaya-upaya



untuk terus mengembangkan profesi guru menjadi suatu hal diperhatikan.



Meningkatnya



kualitas



pendidik



akan



mendorong pada peningkatan kualitas pendidikan baik proses 4.2



Saran



maupun hasilnya. Dalam peningkatan kinerja guru sebaiknya kita sebagai seorang calon guru hendaknya senantiasa menggali potensi yang ada di dalam diri kita dan juga selalu menanamkan rasa ingin tahu terhadap hal baru, hal ini karena dengan menggali segala potensi yang ada maka kegiatan belajar mengajar yang akan kita lakukan kedepannya akan berjalan dengan lancar dan kita juga



DAFTAR PUSTAKA



bisa menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman Kesuma Putri, Ayu dewi. (2017). Pengembangan Profesi Guru dalam meningkatkan kinerja guru.Jurnal Pendidikan dan manajemen Perkantoran, 93-101 Wardani, I.G.A.K. (2012). Mengembangkan Profesionalisme Guru Kajian Konseptual dan Operasional. Jurnal Pendidikan. 32-44



REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN D I S U S



U N OLEH : Nama Nim Mata Kuliah Kelas Dosen Pengampu



: Vivi Chairunisa : 1193313003 : Profesi Kependidikan : PG PAUD (Reg C 2019) : Dra. Damaiwati Ray, M.Pd



PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala rahmatnya sehingga makalah Rekayasa Ide “ PROFESI KEPENDIDIKAN” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.



Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman,penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Medan, 7 Mei 2019



Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...................................................................................................i DAFTAR ISI..................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1 1.1 Rasionalisasi TRI.................................................................................................1 1.2 Tujuan TRI...........................................................................................................1



1.3 Manfaat TRI.........................................................................................................1 BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN..........................................................2 2.1 Permasalahan Guru .............................................................................................2-9 BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN..................................................................10 3.1 Solusi Dan Pembahasan Permasalahan.............................................................10-12 BAB IV PENUTUP.....................................................................................................13 4.1 Kesimpulan............................................................................................................13 4.2 Rekomendasi.........................................................................................................13 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................1



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Rasionalisasi TRI Melakukan Rekayasa Ide pada suatu Materi dengan membandingkan nya dengan Materi yang didapat dari sumber yang lain sangat penting untuk dilakukan, dari kegiatan ini lah kita dapat membuat ide-ide Mahasiswa dari pengumpulan sumber informasi dari berbagai macam cara. Hal tersebut lah yang nantinya akan menjadi gagasan atau ide yang akan dikeluarkan Mahasiswa.



1.2 Tujuan TRI Kita di harapkan dapat menciptakan ide-ide dari gagasan yang telah kita dapat dari berbagai macam sumber informasi.



1.3 Manfaat TRI Selain untuk memenuhi kewajiban tugas, saya juga berharap Rekayasa Ide ini mampu sebagai petunjuk mahasiswa dan menambah wawasan serta pengetahuan yang telah didapat dari gagasan yang berasal dari sumber-sumber ilmu lainnya baik dari jurnal maupun buku.



BAB II



IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PROFESIONALISASI GURU



2.1 Permasalahan Guru Profesional adalah orang yang melaksanakan profesi yang berpendidikan minimal S1 dan mengikuti pendidikan profesi dan lulus ujian profesi. Dokter, akuntan, notaris, penasihat hukum, psikolog di samping lulus pendidikan S1 dalam bidangnya juga harus mengikuti pendidikan profesi (dokter, notaris, psikolog) atau lulus ujian profesi (akuntan dan penasihat hukum) dengan cara itu profesional dapat buka praktek profesional sendiri melayani masyarakat tanpa harus bekerja di suatu organisasi. (Wirawan: 2001) Permasalahan Guru : Salah satu bukti rendahnya mutu pendidikan di Indonesia terlihat dari laporan International Education Achievement (IEA). Menurut IEA, kemampuan membaca untuk tingkat SD siswa Indonesia berada dalam urutan ke-38 dari 39 negara peserta studi. Sementara kemampuan matematika siswa SLTP Indonesia berada dalam urutan ke-39 dari 42 negara. Adapun kemampuan IPA, Indonesia masuk dalam urutan ke-40 dari 42 negara Jika dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, ternyata posisi Indonesia tetap berada pada urutan paling bawah. Selanjutnya Peringkat indeks pengembangan manusia (Human Development Index) masih sangat rendah. Menurut data tahun 2004, dari 117 negara yang disurvei Indonesia berada pada peringkat 111 dan pada tahun 2005 peringkat 110 dibawah Vietnam yang berada di peringkat 108. sebagai konsekuensi logis dari indikator-indikator di atas adalah penguasaan terhadap IPTEK di mana kita masih tertinggal dari negara-negara seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. (H. Isjoni, 2006:19-20). Berkaitan dengan fenomena di atas, setidak tidaknya ada empat hal yang berkaitan dengan kondisi dunia pendidikan kita saat ini, yaitu: issu seputar masalah guru, kebijakan pemerintah sebagai penyelenggara Negara, manajemen internal sekolah dan issu sarana dan prasarana belajar mengajar. 1. ISSU seputar masalah guru



Dalam dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. Filsofi sosial budaya dalam pendidikan di Indonesia, telah menempatkan fungsi dan peran guru sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak jarang telah di posisikan mempunyai peran ganda bahkan multi fungsi. Mereka di tuntut tidak hanya sebagai pendidik yang harus mampu mentransformasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik. Bahkan tidak jarang, para guru dianggap sebagai orang kedua, setelah orang tua anak didik dalam proses pendidikan secara global. Saat ini setidak-tidaknya ada empat hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi guru di Indonesia, yaitu : pertama, masalah kualitas/mutu guru, kedua, jumlah guru yang dirasakan masih kurang, ketiga, masalah distribusi guru dan masaah kesejahteraan guru. 



Masalah kualitas guru



Kualitas guru kita, saat ini disinyalir sangat memprihatinkan. Berdasarkan data tahun 2002/2003, dari 1,2 juta guru SD kita saat ini, hanya 8,3%nya yang berijasah sarjana. Realitas semacam ini, pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas anak didik yang dihasilkan. Belum lagi masalah, dimana seorang guru sering mengajar lebih dari satu mata pelajaran yang tidak jarang, bukan merupakan corn/inti dari pengetahuan yang dimilikinya, telah menyebabkan proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal. Banyak guru yang belum memiliki persyaratan kualifikasi. Guru TK sebanyak 137.069 orang, yang sudah memiliki kewenangan mengajar sesuai dengan kualifikasi pendidikan baru 12.929 orang (9,43%). Guru SD sebanyak 1.234.927 orang, yang sudah memiliki kewenangan mengajar sesuai dengan kualifikasi pendidikan baru 625.710 orang (50,67%). Guru SMP sebanyak 466.748 orang, yang sudah memiliki kewenangan mengajar sesuai dengan kualifikasi pendidikan baru 299.105 orang (64,08%). Guru SMA sebanyak 377.673 orang, yang sudah



memiliki kewenangan mengajar sesuai dengan kualifikasi pendidikan baru 238.028 orang (63,02%). Persentase guru layak mengajar terhadap guru menurut status sekolah di NTB SMP/ junior secondary school (JSS) tahun: 2006/2007. Guru No



1



Negeri 10,73



Jumlah/total Laya



%



k 8,105



Swast



Laya



a



k



75.49 1,374



1,066



6 



%



Guru



%



Laya k



77.58 12,11



9,171



75.73



0



Jumlah guru yang masih kurang



Jumlah guru di Indonesia saat ini masih dirasakan kurang, apabila dikaitkan dengan jumlah anak didik yang ada. Oleh sebab itu, jumlah murid per kelas dengan jumlah guru yag tersedia saat ini, dirasakan masih kurang proporsional, sehingga tidak jarang satu raung kelas sering di isi lebih dari 30 anak didik. Sebuah angka yang jauh dari ideal untuk sebuah proses belajar dan mengajar yang di anggap efektif. Idealnya, setiap kelas diisi tidak lebih dari 15-20 anak didik untuk menjamin kualitas proses belajar mengajar yang maksimal. Di NTB perkembangan jumlah guru Negeri dan swasta dari tahun 2003/2004 s/d tahun 2005/2006 yaitu :



No



Tahun



1



Status sekolah



Jumlah



Negeri



Swasta



2003/2004



7,295



673



7,968



2



2004/2005



8,612



884



9,496



3



2005/2006



9,067



1,174



10,241







Masalah kesejahteraan guru



Sudah bukan menjadi rahasia umum, bahwa tingkat kesejahteraan guru-guru kita sangat memprihatinkan. Penghasilan para guru, dipandang masih jauh dari mencukupi, apalagi bagi mereka yang masih berstatus sebagai guru bantu atau guru honorer. Kondisi seperti ini, telah merangsang sebagian para guru untuk mencari penghasilan tambahan, diluar dari tugas pokok mereka sebagai pengajar, termasuk berbisnis dilingkungan sekolah dimana mereka mengajar tenaga pendidik. Peningkatan kesejahteaan guru yang wajar, dapat meningkatkan profesinalisme guru, termasuk dapat mencegah para guru melakukan praktek bisnis di sekolah. 1. Manajemen sekolah Manajemen pendidikan di Indonesia, secara umum dikatagorikan dalam dua kelompok yaitu yang diatur dan dibawah kendali langsung pemerintah (sekolah negeri) dan sekolah-sekolah yang di kelola oleh pihak swasta (sekolah swasta). Perbedaan manajemen ini pada akhirnya, sedikit banyak akan mempengaruhi mutu dan kualitas anak didik di masing-masih sekolah serta secara tidak langsung telah ikut menciptakan “ketimpangan” dalam pengelolaan sekolah. Bagi para keluarga yang secara ekonomi mapan, maka mereka cenderung akan mampu memasukkan anakanaknya pada sekolah-seklah favorit yang biasanya memerlukan alokasi dana yang tidak sedikit. Begitu pula sebaliknya, bagi yang keluarga yang kurang mampu, biaya sekolah dirasakan mahal dan menjadi beban tersendiri bagi ekonomi keluarga. Belum lagi kebijakan pemerintah dimasa lampau yang cenderung membedakan berbagai bentuk bantuan untuk sekolah negeri dan swasta, secara langsung maupun tidak telah ikut memperparah ketimpangan dunia pendidikan. Dalam konteks ini, pemerintah telah mengambil kebijakan untuk tidak membedakan antara sekolah yang di kelola oleh Negara maupun sekolah yang di kelola oleh pihak swasta.



1. Saran dan prasarana sekolah Sarana dan prasarana sekolah, merupakan salah satu kendala yang masih dihadapi oleh dunia pendidikan kita. Kemampuan keuangan yang masih terbatas, salah kelola maupun tingkat KKN yang masih tinggi serta faktor-faktor lain, telah menyebabkan kondisi sekolah masih jauh dari



memadai. Mulai dari jumlah gedung yang rusak, ruang kelas yang terbatas maupun kelengkapan alat-alat laboratorium yang sangat dibutuhkan dalam pencapaian proses belajar mengajar yang belum maksimal, merupak beberapa kendala nyata yang masih kita hadapi. Sarana dan Prasarana Pendidikan. Banyaknya ruang kelas yang tidak layak untuk proses belajar. Ruang kelas TK yang jumlahnya 93.629 ruang, yang kondisinya masih baik 77.399 ruang (82,67%), Ruang kelas SD yang jumlahnya 865.256 ruang, yang kondisinya masih baik 364.440 ruang (42,12%), Ruang kelas SMP yang jumlahnya 187.480 ruang, yang kondisinya masih baik 154.283 ruang (82,29%), Ruang kelas SMA yang jumlahnya 124.417 ruang, yang kondisinya masih baik 115.794 ruang (93,07%), (Sumber : Indonesia Educational statistics in brief 2003/2004; Balitbang Diknas). Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui peningkatan mutu pendidikan. Tantngan ke depan bukanlah semakin ringan tetapi justru bertambah berat, karena kondisi ekonomi yang sepenuhnya belum pulih dari krisis berdampak lambannya pembngunan pendidikan, artinya permasalahan yang bakal muncul menjadi beragam yang menuntut profesionalisme dari semua pihak. Keterpurukan SDM Indonesia tidak lepas dari peranan guru, namun tidak semuanya menjadi tanggung jawab guru. Dalam GBHN diamanatkan bahwa Pendidikan Nasionl bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, dan bertakwa terhdap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rochani, kepribdian yang mantap dan mandiri serta rsa tanggung jawab kemasyarakatan serta kebangsaan (Departemen P dan K: 1999). Hal tersebut dapat memberi gambaran ke depan tanggung jawab yang harus diemban oleh guru. Tanggung jawab utama guru tidak sekedar mengajar namun sekaligus mendidik, sesungguhnya suatu kegiatan yang sangat kompleks, karena tidak hanya berhubungan dengan ilmu, teknologi, seni, namun juga berhubungan dengan nilai-nilai lain. Apalagi dengan diberlakukannya kurikulum KTSP yang menuntut guru bersikap profesional agar tugas yang diemban dapat bermakna bagi siswa.



Seiring dengan otonomi daerah maka muncullah paradigma baru dalam pengelolaan pendidikan, yaitu manajemen berbasis sekolah, yang secara operasional dikenal dengan nama Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). MPMBS diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langung semua warga sekolah ( kepala sekolah, guru, karyawan, orang tua siswa,dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah. Dengan berbagai permasalahan di atas maka gurulah yang banyak disorot dan disalahkan dan guru, akhirnya menjadi salah satu faktor menentukan dalam konteks meningkatkan mutu pendidikan dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas karena guru adalah garda terdepan yang berhadapan langsung dan berinteraksi dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Mutu pendidikan yang baik dapat dicapai dengan guru yang profesional dengan segala kompetensi yang dimiliki. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan sebuah perjuangan sekaligus komitmen untuk meningakatkan kualitas guru yaitu kualifikasi akademik dan kompetensi profesi pendidik sebagai agen pembelajaran. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau D4. Sedangkan kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Dengan sertifikat profesi, yang diperoleh setelah melalui uji sertifikasi lewat penilaian portofolio (rekaman kinerja) guru, maka seorang guru berhak mendapat tunjangan profesi sebesar 1 bulan gaji pokok. Intinya, Undang-Undang Guru dan Dosen adalah upaya meningkatkan kualitas kompetensi guru seiring dengan peningkatan kesejahteraan mereka.



menurut Supriadi dalam bukunya Mengangkat Citra Guru dan Martabat Guru, ia mengatakan bahwa masalah guru antara lain: 1. Latar Belakang Guru



Latar belakang pendidikan guru sewaktu SLTA sebagian besar bersal dri SMA (71,7%) Namun sayang tidak disebutkan latar belakang sekolahnya. mengetahui



kecenderungan



sikap



siswa



Padahal ini penting untuk



terhadap



profesi



guru.



Fakta di sekolah yang dianggap faforit pada tingkat Kabupaten atau Kota Besar sebagian kecil atau bahkan jarang siswa menduduki rangking atas mempunyai keinginan menjadi guru. Mereka lebih suka memilih profesi yang mempunyai prospek secara ekonomis lebih menjanjikan. Pada lapisan sekolah di bawahnya, terutama untuk sekolah yang berada di pinggiran, jumlah siswa mendaftar pada Fakultas Keguruan agak lumayan besar. Tetapi hal tersebut lebih menyangkut pada keterpaksaan karena kondisi ekonomi orang tua. Dengan demikian pilihan profesi guru bukan merupakan top priority. ( Dedi Supriadi: 1999). 1. Banyak Guru Tidak Layak Mengajar Data Pusat Informatika Balitbang Dikbud 1996/1997 ada 3,72% guru SLTA berpendidikan D2, dan menurut statistik persekolahan 1995/1996 guru yang tidak memenuhi kualifikasi minimal pada tingkat SLTA 26%. Jumlah guru yang tidak layak mengajar pada SMA ada 75.684 orang. Sedangkan guru yang mengajar tidak sesuai dengan keahliannya ada 15% dari seluruh guru dari tingkat SD sampai dengan SLTA yang berjumlah 2,6 juta guru (Kompas, 9-12-2005). Guru masih jauh dari nilainilai profesionalisme. Banyak pergurruan tinggi pendidikan menyelenggarakan program sarjana setengah matang, dengan cara perkuliahan yang minim dan jaminan lulus. Banyak guru mismatch, mengajar tidak sesuai dengan keahlian. Hal ini mengindikasikan bahwa sembarang orang bisa jadi guru, dan jelas tidak tidak mempunyai kompetensi kompetensi untuk mengajar mata pelajaran yang bukan bidang keahliannya, sehingga dapat menurunkan kualitas pembelajaran. 1. Guru Berprestasi Minim Penghargaan DP3 berfungsi untuk persyaratan kenaikan pangkat pegawai.Sistem penilaian DP3 tidak lagi bisa mencerminkan kinerja guru yang sesungguhnya. Guru tidak perlu bekerja keras agar DP3nya mendapat nilai baik, karena kinerja guru seperti apapun, Kepala Sekolah tidak akan berani



memberikan penilaian yang obyektif. Sehingga bisa saja terjadi guru yang sering membolos kenaikkan pangkatnya lancar dibanding guru yang rajin. Kasus ini terjadi karena guru yang malas, rajin mengurus kenaikan pangkatnya, sedangkan guru yang rajin malah sebaliknya. Hak-hak guru berprestasi belum bisa diberikan oleh pemerintah, semua guru mendapat perlakuan yang sama. Hal ini menurunkan motivasi berprestasi dan semangat profesionalisme. 1. Guru Semakin Terbelakang Kondisi kesejahterann guru yang memprihatinkan ,mengisyaratkan perlunya perubahan secepatnya sistem penggajian guru berbeda dengan pegawai. Dampak dari sistem penggajian sekarang guru tidak mampu mengalokasikan gajinya untuk membeli buku apalagi melakukan saving. Dapatlah dimaklumi kalau referensi bacaan guru kebayakan berupa LKS atau buku-buku untuk siswa dari penerbit sebagai kopensasi atas dipakainya buku tersebut atas siswanya. Maka tidaklah mengherankan bila guru bukannya semakin maju tetapi malah berjalan di tempat.



BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN



3.1 SOLUSI DAN PEMBAHASAN



Solusi : Jalan yang dapat dilakukana untuk meningkatkan Profesionalisme guru antara lain: 



Gaji yang memadai. Perlu ditata ulang sistem penggajian guru agar gaji yang diterimanya setiap bulan dapat mencukupi kebutuhan hidup diri dan keluarganya dan pendidikan putra-putrinya. Dengan penghasilan yang mencukupi, tidak perlu guru bersusah payah untuk mencari nafkah tambahan di luar jam kerjanya. Guru akan lebih berkonsentrasi pada profesinya, tanpa harus mengkhawatirkan kehidupan rumah tangganya serta khawatirakan pendidikan putra-putrinya. Guru mempunyai waktu yang cukup untukmempersiapkan diri tampil prima di depan kelas. Jika mungkin, seorang guru dapat meningkatkan profesinya dengan menulis buku materi pelajaran yang dapat dipergunakan diri sendiri untuk mengajar dan membantu guru-guru lain yang belum mencapai tingkatnya. Hal ini dapat lebih menyejahterakan kehidupan guru dan akan lebih meningkatkan status sosial guru. Guru akan lebih dihormati dan dikagumi oleh anak didiknya. Jika anak didik mengagumi gurunya maka motivasi belajar siswa akan meningkat dan pendidikan pasti akan lebih berhasil.







Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu. Sebaiknya tugas-tugas administrasi yang selama ini harus dikerjakan seorang guru, dibuat oleh suatu tim di Diknas atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang disesuaikan dengan kondisi daerah dan bersifat fleksibel (bukan harga mati) lalu disosialisasikan kepada guru melalui sekolah-sekolah. Hal ini dapat dijadikan sebagai pegangan guru mengajar dalam mengajar dan membantu guru-guru prmula untuk mengajar tanpa membebani tugas-tugas rutin guru.







Pelatihan dan sarana. Salah satu usaha untuk meningkatkan profesionalitas guru adalah pendalaman materi pelajaran melalui pelatihan-pelatihan. Beri kesempatan guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan tanpa beban biaya atau melengkapi sarana dan kesempatan agar guru dapat banyak membaca buku-buku materi pelajaran yang dibutuhkan guru untuk memperdalam pengetahuannya.



bacaan guru kebayakan berupa LKS atau buku-buku untuk siswa dari penerbit sebagai kopensasi atas dipakainya buku tersebut atas siswanya. Maka tidaklah mengherankan bila guru bukannya semakin maju tetapi malah berjalan di tempat. Solusi Kedua /Pemecahan Masalah Kedua Dengan memahami permasalahan-permasalahan di atas, dapat dilkukan upaya-upaya sebagai berikut: 1. Pendidikan dan Rekruitmen Guru Untuk mendapat input guru yang berkualitas dalam rekruitmen perlu di SMA-SMA ada sosialisasi tentang LPTK dan lulusan yang berprestasi diarahkan untuk memasuki LPTK. Kecuali itu keberadaan LPTK jumlahnya perlu dibatasi, Perguruan tinggi yang mencetak guru harus perguruan tinggi yang berkualitas. 2. Pembinaan dan Karier Guru Fungsi DP3 sebagai sarana pembinaan guru tidak berjalan dengan baik karena budaya yang dibangun sejak awal tidak mencerminkan performance guru. Oleh sebab itu dalam penilaian perlu didengar suara siswa, sebab guru sebagai pemberi jasa berupaya untuk memuaskan pelanggan (siswa). Pemberian reward untuk guru berprestasi perlu dilaksanakan.



3. Kesejahteraan dan konpensasi guru Kondisi kesejahteraan guru yang memprihtinkan, mengisyaratkan perlunya perubahan sistem penggajian guru berbed dengan pegawai negeri sipil lainnya. Ada tunjangan pengembangan profesi guru, sehingga melalui sistem yang baru diharapkan guru mampu mengikuti perkembangan zaman dan mampu mengembangkan profesinya.



BAB IV PENUTUP



4.1 Kesimpulan Adapun Kesimpulan yang didapat ialah Pemerintah harus memperhatikan kesejathteraan seorang Guru karena seorang Guru merupakan gudang informasi yang akan membimbing, mendidik,



mengarahkan Siswa dan Siswi menjadi Manusia yang beretika, berakhlak serta memiliki kemampuan yang didapat oleh seorang Guru



4.2 Saran Adapun saran saya terhadap pemerintah, semoga pemerintah lebih memperhatikan kembali kesejahteraan seorang Guru. Karena banyak saat ini Guru yang kurang sejahtera hidupnya. Kesejahteraan Guru sangat lah penting dikarenakan seorang Guru merupakan pembimbing dan pendidik Anak-Anak Bangsa.



DAFTAR PUSTAKA







Supriadi, Dei. 1999. Mengangkat Citra Guru dan Martabat Guru. Yoyakarta: Adicita Karya Nusa.







Wirawan. 2001.Evaluasi Program Pendidikan: bahan kuliah Program Studi Magister Pendidikan. Jakarta: UHAMKA Press.