Cerita Fabel [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Belalang Dan Semut Pengarang : Aesop Pada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang bekerja keras sepanjang musim panas mengumpulkan bahan makanan, mengeringkan butiran gandum yang dikumpulkan selama musim panas. Pada saat itu seekor belalang yang sedang kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya datang dan memohon supaya keluarga semut itu memberikan sedikit makanan untuk dirinya. "Apa!" teriak Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah mengumpulkan serta menyiapkan makanan untuk musim dingin ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan pada musim panas?" "Saya tak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang; "Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas telah berlalu." Semut kemudian mengangkat bahunya karena merasa kesal. Semut berkata, "Membuat lagu katamu ?" "Baiklah, sesudah lagu itu telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!" Lalu semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang lagi. Pesan : Ada saatnya untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.



Dongeng Fabel Pendek Si Kancil Di sebuah hutan yang jauh, ada seekor Kancil yang hidup disana, si kancil mempunyai sahabat seeokor ikan Paus. Mereka saling mengenal dan menjadi sahabat ketika Kancil sedang berjalan di tepi laut, tiba-tiba ada seeokor ikan Paus yang terdampar, lalu Kancil menolongnya hingga ikan Paus itu selamat. Sejak kejadian itu, Paus sering mengajak Kancil putar-putar menikmati pemandangan laut yang indah. Kancil gembira ria bisa naik ikan Paus dan mengelilingi laut yang luas. Keinginan Kancil akhirnya terpenuhi oleh sahabatnya itu. Pada suatu saat Kancil menunggu Paus di tepi laut, tapi, hingga sore tiba, Paus tidak datang. “Kenapa sahabatku Paus tidak datang ya?” tanya Kancil dalam hati. “Ah, mungkin Puas sedang ada urusan penting, aku pulang sajalah” kata Kancil sambil melangkahkan kaki meninggalkan laut. Ia berharap Paus baik-baik saja dan segera mendapat kabar darinya.



Dongeng Kancil



Sementara di dasar laut, di istana para Paus sedang mengalami musibah, sang raja Paus menderita penyakit aneh dan para punggawa istana sedang berkumpul untuk mencarikan tabib yang bisa menyembuhkan penyakit raja Paus. Seluruh rakyat Paus termasuk sahabat kancil juga diberi perintah untuk mencari tabib itu. “Mungkin sahabatku Kancil bisa membantuku mencarikan tabib untuk raja” gumam Paus dalam hati. Waktu itu juga Paus pergi menemui Kancil di tepi laut. “Dimana si Kancil ya?, baiklah akan ku tunggu dia disini” ucap Paus. Matahari pun sudah hampir terbenam dan Paus masih menunggu Kancil di tepi laut, Akhirnya Kancil pun datang. Kancil senang sahabatnya baik-baik saja. “Hai, Paus sahabatku, kemarin kamu tidak datang ada apa?” tanya Kancil. “Iya, Kancil. Kemarin ada masalah besar di istana Paus, maafkan aku ya karena aku tidak sempat datang menemuimu” jawab Paus. “Ada masalah apa di istana Paus” tanya Kancil penasaran. “Sudah lebih 5 hari raja Paus sakit aneh, semua rakyat Paus di perintahkan membantu untuk mencarikan tabib untuk mengobati penyakit raja. aku sendiri juga bingung harus mencari tabib kemana. Apakah kamu punya kenalan tabib, sahabatku Kancil?” tanya Paus. “Di Bangsa Kancil memang ada tabib yang hebat, tapi aku tak tahu rumahnya, dan sudah lama beliau juga tidak pernah terdengar kabar” jawab Kancil.



Baca juga dongeng fabel kelinci dan kura-kura Harapan mulai ada di benak Paus, lalu dia memohon kepada Kancil. “Tolong aku, Kancil. Carikan rumah tabib itu, aku dengan sangat kamu bisa menolongku” pinta Paus dengan memohon. “Baiklah, sahabatku. Aku akan mencari tahu keberadaan tabib itu, kasih waktu aku 2 hari ya, Paus” kata Kancil. “Baiklah, Kancil. 2 hari besok aku tunggu kamu disini sore hari” jawab Paus lalu pergi. Kancil segera pulang ke rumahnya dan mengumpulkan informasi tentang keberadaan tabib itu. Tapi, tak ada informasi yang bisa di dapatkan Kancil tentang tabib itu. Akhirnya Kancil melanjutkan pencariannya esok hari. Di pagi hari Kancil masih tertidur, tiba-tiba seekor Rusa datang dan membangunkan Kancil. “Hai, Kancil. Ayo bangun” teriak Rusa. “Apa apa, Rusa. Kau bangunkan aku pagipagi sekali, aku masih ngantuk” kata Kancil. “Aku membawa kabar gembira untukmu, bukanya kamu sedang mencari tabib sakti yang lama menghilang?” tanya Rusa. “Iya, Rusa. Kamu bisa menunjukkan padaku rumahnya sekarang?” pinta Kancil. “Aku bisa mengantarmu ke rumah tabib itu. Namun semua itu ada syaratnya, Kancil” jawab Rusa. “Apa syaratnya, Rusa” tanya Kancil lagi. “Kamu harus memberiku semua persediaan ketimun mu dirumah” jawab Rusa. “Baiklah, Rusa. akan ku berikan semua persediaan makananku untukmu, asal kau antarkan aku ke rumah tabib sakti itu. Demi sahabatku” jawan Kancil. Akhirnya Kancil menyerahkan semua persediaan makanannya kepada Rusa, demi menolong sahabatnya, Kancil ikhlas. “Apakah kamu tidak takut kelaparan, Kancil” tanya Rusa. “Demi menolong sahabatku, aku ikhlas, Rusa” jawab Kancil. Kejadian aneh pun terjadi, tiba-tiba Rusa berubah menjadi seekor Kancil yang tua. “Siapa kau” tanya Kancil ketakutan. “Aku adalah tabib sakti yang kamu cari. Aku berubah wujud hanya untuk menguji kesetiaanmu kepada sahabatmu. Sekarang ayo kita menemui temanmu Paus, aku akan menyembuhkan penyakit raja Paus” jawab tabib sakti. Akhirnya, Kancil mengajak tabib sakti menemui Paus, mereka bertiga merangkat ke isatan Paus. Disana mereka di sambut oleh pembesar istana. Tabib sakti langsung di antar menemui raja yang sedang sakit. Tabib memeriksa penyakit raja, lalu memberikan ramuan obat untuk diminum, Selang beberapa saat kemuadian, raja Paus langsung sembuh dari sakitnya. Seluruh pegawai dan rakyat istana Paus gembira mendengar raja sudah sembuh dari sakitnya. Raja Paus sangat berterima kasih kepada tabib sakti dan memberikan hadiah kepada tabib sakti. Demikian juga Paus sahabat Kancil, ia diangkat menjadi pengawal kepercayaan di istana Paus. Baca juga Dongeng Fabel Si Nuri Yang Rajin “Sahabat sejati bukanlah mereka yang dapat menghilangkan masalahmu, namun yang pasti sahabat sejati adalah mereka yang tak akan meninggalkanmu saat masalah menimpamu.”



Burung Gagak Dan Burung Elang Pengarang : Aesop



Burung Elang, menyambar anak domba dengan kukunya lalu membawanya pergi jauh, sedangkan seekor burung gagak yang melihat kejadian tersebut, memiliki sebuah gagasan kalau ia juga mempunyai kekuatan untuk melakukan hal yang sama dengan burung elang itu. Kemudian dengan membuka sayapnya, ia terbang di udara dengan galaknya, ia meluncur kebawah dan dengan cepat menghamtam bagian punggung domba, tapi saat ia mencoba untuk terbang kembali ia sadar kalau ia tak dapat mengangkat domba tersebut dan ia tak bisa terbang karena kukunya telah terjerat pada bulu domba, meskipun ia mencoba melepaskan diri, jeratan tersebut terlalu sulit untuk dilepaskan hingga ia merasa putus asa dan tetap tinggal di atas punggung domba. Seorang pengembala yang melihat burung gagak mengibas-ngibaskan sayapnya untuk melepaskan diri, pengembala itu menyadari apa yang terjadi, pengembala pun berlari dan segera menangkap burung tersebut dan mengikat serta mengurung burung gagak tersebut, menjelang sore hari ia memberikan burung gagak pada anak-anaknya untuk bermain. "Betapa lucunya burung ini!" mereka sambil tertawa, "ini disebut burung apa ayah?" "itu burung gagak, anakku. Tapi bila kamu bertanya padanya, ia akan menjawab dia adalah seekor burung elang." Pesan Moral : Jangan biarkan kesombongan membuat kamu lupa diri akan suatu kemampuan yang kamu miliki.



Fabel Kancil Mencuri Timun



Alkisah Sang Kancil yang baru saja diangkat jadi raja hutan kedatangan serombongan gajah yang bertamu sambil membawa anak mereka yang sakit. Semua tabib di hutan telah menyerah, tak mampu mengobati penyakitnya. Badan Si Ajah (Anak gaJah) demam, kepalanya pusing, perut mual dan tidak mau makan, mirip dengan penyakit meriang biasa tetapi tidak kunjung sembuh.



Setelah Sang Kancil memeriksa dengan seksama, tahulah dia bahwa si Ajah telah terserang typhus. Belum ada obat typhus yang dimiliki apotek hutan raya, sehingga hanya ada harapan kecil bagi Ajah untuk sembuh. Namun sebenarnya ada peluang untuk sembuh, yaitu mendapatkan antibiotik yang telah ditemukan bangsa manusia bertahun-tahun silam. Sang Kancil tahu ada beberapa keluarga petani yang menetap di pinggir hutan. Mungkin mereka memiliki persediaan antibiotik itu. Tapi siapakah yang berani meminta antibiotik pada mereka? Seperti yang diduga Sang Kancil, tak satupun gajah yang berani pergi ke rumah petani untuk meminta antibiotik. Termasuk Sang Gajah Ketua. Si Gajah raksasa paling besar diantara rombongan gajah itu gentar mendengar kata “manusia”. Dalam bayangannya, bila dia muncul di depan Pak Tani yang gagah perkasa itu, dia masih beruntung bila hanya ditangkap dan dijadikan kuli pengangkut barang. Kalo lagi sial, hidupnya bakalan berakhir di moncong senapan berburu yang sangat dahsyat itu. Andai di sini ada si biri-biri pemberani, pasti dia mau datang pada petani. Tapi biri-biri tinggal di kota, bukan di hutan ini. Tidak pilihan lain bagi Sang Kancil selaku cendekiawan sekaligus pemimpin binatangbinatang di hutan raya selain datang sendiri ke rumah petani untuk meminta antibiotik. Maka pada pagi hari yang cerah, dengan diiringi lambaian tangan rakyatnya, Sang Kancil melangkahkan kakinya meninggalkan hutan raya menuju tanah pertanian di pinggir hutan dengan hanya membawa sedikit bekal makanan. Maklum dia sedang diet karena beberapa bulan ini tubuhnya terasa makin tambun saja.



Dengan bantuan peta yang dipinjam dari perpustakaan hutan raya, Sang Raja Hutan tahu jalan paling pendek menuju tanah pertanian. Hanya butuh waktu satu minggu sebelum Sang Kancil menginjakkan kakinya di tepi hutan, padahal bila tanpa bantuan peta bisa mencapai 1 bulan untuk sampai di pemukiman manusia. Wajarlah karena Sang Kancil adalah seorang raja yang suka melakukan inovasi agar segala sesuatunya semakin baik. Samar-samar dilihatnya kebun tanaman luas membentang di hadapannya. Setelah melewati kebun kiwi, kebun alamanda, kebun bunga matahari, kebun rapunzel dan kebun lidah buaya, sampailah Sang Kancil di kebun timun yang berbuah lebat. Dipandanginya ratusan timun yang menjuntai dari batang-batang tanaman. Timun-timun yang panjang dan gemuk, dengan warna hijau segar yang menerbitkan selera. Dilihatnya ada sesosok tubuh yang berdiri membelakangi dirinya. Disangkanya dia adalah Pak Tani. Sang Kancil menyapa sesosok tubuh itu. Tapi dia diam saja. Sang Kancil mencoba menyapa dengan suara lebih keras, kemudian lebih keras lagi lalu sampai setengah berteriak. Tapi sosok itu masih diam saja. Sang Kancil mendekat dan mencoba menyentuh bahu sosok itu. Tapi celaka. Tangannya menempel pada sosok itu. Saat tangan yang satunya mencoba membantu melepaskan, justru ikut menempel di sosok itu. Tahulah Sang Kancil bahwa dirinya telah terjebak pada orang-orangan sawah yang telah dilumuri getah nangka yang sangat lengket. Dia pernah membaca tentang bahaya jebakan orang-orangan sawah itu di salah satu buku di perpustakaan hutan raya. Menurut buku itu seharusnya dirinya tak boleh dekat-dekat sosok mirip manusia itu, karena bisa terperangkap. Tapi terlambat, Kancil baru menyadari setelah terjebak. Sore hari saat menengok kebunnya, Pak Tani yang penasaran karena beberapa minggu terakhir ini timunnya selalu dicuri -- merasa girang gembirang. Seekor binatang asing telah terjebak pada orang-orangan berlumur getah yang dipasangnya. “Pastilah dia adalah pencuri sialan itu” pikirnya. Sia-sia sajalah Sang Kancil mencoba membantah kata-kata Pak Tani. “Tak ada ampun bagi pencuri” tandas Pak Tani sambil menyeret Sang Kancil ke rumahnya. Anjing Gembala milik Pak Tani menyambangi Sang Kancil yang meringkuk di kandang ayam di halaman belakang rumah Pak Tani. “Sungguh malang kau pengelana pencuri!” katanya. Tiba-tiba Sang Kancil teringat buku tentang anjing yang ditulis kakeknya.



Di buku Monograf tentang Anjing tersebut diterangkan bahwa anjing memiliki kemampuan melacak berdasar bau-bauan. Sebuah keahlian yang berguna untuk melacak pencuri. Bisa bermanfaat untuk membuktikan bahwa Kancil tidak bersalah. Sang Kancil menceritakan bahwa dirinya tidak mencuri. Dimintanya Anjing Gembala memeriksa apakah timun tidak dicuri lagi setelah dirinya ditangkap. Bila timun masih dicuri, berarti bukan dirinya yang mencuri. Untunglah Anjing Gembala bersedia memenuhi permintaan Sang Kancil setelah dipujipuji bahwa Si Anjing Gembala adalah binatang paling ahli untuk menjadi detektif yang melacak jejak pencuri. Sang Anjing yang dari sononya memang memiliki kemampuan melacak itu merasa tersanjung atas pujian Sang Kancil dan bertekad untuk membuktikan kemampuannya. Maka dengan senang hati Anjing Gembala menghitung timun pada sore hari dan menghitung ulang pada pagi harinya. Dan benarlah kata Sang Kancil, bahwa ada pencuri yang lain yang telah mengambil timun di malam hari. Saat diberitahu hal itu oleh Anjing Gembala, Pak Tani menjadi marah. Bagaimana mungkin Sang Kancil yang telah dikurungnya masih mampu mencuri timun?. Setelah berdebat seru dengan Sang Kancil dan Anjing Gembala tentang siapakah yang telah mencuri timun, akhirnya Pak Tani mau mengikuti taktik melacak pencuri yang diajarkan Sang Kancil. Tentu saja si Anjing Gembala girang bukan kepalang,dia punya kesempatan emas untuk membuktikan kehandalan dirinya dalam melacak pencuri. Sang Kancil mengajari Anjing Gembala teknik melacak pencuri sesuai yang dia baca di Buku Detektif Hutan yang menjelaskan cara-cara menemukan pencuri dengan cepat. Buku yang ditulis oleh seekor anjing hutan senior yang piawai melacak segala macam pencuri itu telah dibaca berkali-kali oleh Sang Kancil sejak masih kecil. Sang Kancil juga telah berkali-kali mempraktekkan teknik dari buku itu untuk memecahkan kasus-kasus barang hilang di hutan raya. Pertama, Sang Kancil meminta daftar semua binatang peliharaan yang dimiliki petani. Ternyata ada banyak sekali binatang peliharaan di tanah pertanian itu. Ada lima puluh ekor ayam yang dibiarkan bebas berkeliaran. Ada enam puluh delapan ekor itik yang digembala oleh seorang pembantu.Terdapat dua belas ekor sapi perah untuk diambil susunya dan tujuh ekor kerbau yang dipergunakan untuk bekerja. Ada juga enam ekor kuda untuk menarik kereta. Kemudian ada sepuluh ekor kelinci yang dikurung di kebun belakang dengan dikelilingi pagar tembok. Kelinci itu dibeli Pak Tani dua tahun lalu.



Langkah kedua dimintanya Anjing Gembala melacak bau-bauan dari bulu-bulu atau rambut yang tercecer di kebun timun, dan dicocokkan dengan bau-bauan di kandang masing-masing hewan tadi. Sampai akhirnya ketemulah bau kandang yang paling mendekati bau yang ada di kebun timun. Langkah ketiga adalah Sang Kancil meminta Anjing Gembala berjaga di luar kandang binatang yang menjadi tersangka utama. Sampai akhirnya si Anjing Gembala membuntuti sekelompok binatang yang muncul dari lubang-lubang bawah tanah yang dibuat di luar kadangnya dan berhasil menangkap basah saat mereka sedang melahap timun. Pak Tani sangat senang dan berterimakasih pada Sang Kancil dan Anjing Gembala atas keberhasilan menangkap pencuri. Dikurungnya binatang-binatang pencuri timun yang akan segera diberi pelajaran olehnya. Namun Sang Kancil mencegah petani memberi hukuman pada binatang tersebut. Diceritakannya bahwa wajar binatang yang memiliki kemampuan untuk membuat lubang dalam tanah tersebut -- untuk keluar mencari makan. Itu karena Pak Tani memberi jatah makanan yang kurang. Rupanya binatang itu adalah para kelinci -- yang disangka oleh Pak Tani masih berjumlah 10 ekor. Padahal jumlah kelinci telah bertambah sejak pertamakali dibeli Pak Tani. Sekarang jumlahnya telah lebih dari dua puluh ekor. Mereka cepat beranak pinak sehingga jumlah makanan yang dijatah pak Tani tak lagi mencukupi. Akibatnya beberapa ekor kelinci badung nekad keluar kandang untuk mencari tambahan makanan. Sadarlah Pak Tani bahwa sejak dua tahun lalu dia hanya memberi jatah satu keranjang sayur dan buah-buahan yang cukup untuk 10 ekor kelinci. Sementara jumlah kelinci telah jauh bertambah. Jadi mereka kelaparan dan kemudian ada beberapa ekor yang tidak tahan lapar keluar dari pagar untuk mencari makanan. Menyesalah dirinya atas kelalaian itu. Kemudian dibebaskanlah kelinci-kelinci yang dikurungnya. Mengikuti jejak Sang Kancil yan juga telah dilepaskannya dari kurungan. Kini tibalah saatnya Sang Kancil mengungkapkan tujuan dirinya bertandang ke tempat Pak Tani. Diceritakannya bahwa dirinya membutuhkan antibiotik typhus untuk diberikan pada anak gajah yang sakit. Untunglah Pak Tani menyanggupi memberikan antibiotik itu. Dia punya kenalan seorang dokter muda yang kebetulan sedang menginap dirumahnya setelah bertugas mengobati penduduk di kampung-kampung terpencil yang tengah terjangkit wabah typhus. Dia membawa persediaan antibiotik yang cukup untuk mengobati anak gajah



hingga sembuh. Maka pada pagi hari yang cerah, Sang Kancil melangkahkan kaki kembali ke hutan sambil menenteng anibiotik buat anak gajah. Tak disangka keterjebakan dirinya pada orang-orangan sawah telah membantunya mendapatkan antibiotik dari petani. Sementara Pak Tani juga merasa beruntung dapat menolong anak gajah. Dia juga senang karena timun-timunnya tak lagi dicuri setelah dia menambah jatah makanan buat kelinci-kelincinya. Anjing Gembala juga girang bahwa kemampuan melacaknya telah berhasil memecahkan problem pencurian timun milik Pak Tani (undil- 2011)



Dongeng Fabel Pendek Semut dan Belalang



Dongeng Semut dan Belalang



Di tempat yang jauh terdapat sebuah pulau kecil, pulau itu masih berupa hutan yang lebat dan dihuni banyak sekali binatang. Semua binatang hidup rukun dan saling berdampingan satu sama lain. Salah satunya ada Mumut, semut kecil yang baik hati dan suka menolong. Mumut sedang berjalan-jalan menikmati indahnya pulau itu, sambil mencari makanan untuk persediaannya. “Indah sekali pemandangan pulau ini, udaranya juga sangat sejuk,” gumam Mumut. Ia terus berjalan sambil melihat-lihat keadaan sekitar. Mumut sangat disenangi oleh binatangbinatang di pulau ini. Setiap dimintai pertolongan, ia selalu bersedia sesuai kemampuannya. Namun, ada salah satu semut yang tidak menyukai Mumut. Namanya Kribo. Ia selalu iri sama Mumut dan merencanakan sesuatu yang buruk terhadap Mumut. Ia terus mengikuti Mumut, namun Mumut tidak tahu jika Kribo sedang mengikutinya. Ditengah jalan, Mumut bertemu dengan Lala, seekor belalang yang ramah. Lala adalah sahabat Mumut yang baik hati. “Kamu mau kemana, Mumut?” tanya Lala. “Aku sedang jalan-jalan sambil mencari makanan ni, Lala,” jawab Mumut. “Hati-hati dijalan Mut, semoga kamu mendapat makanan yang banyak. Aku pergi dulu ya” balas Lala. “Iya Lala, kamu juga hati-hati dijalan” ucap Mumut ramah. Mumut melanjutkan perjalanan mencari makanan, setelah mendapat makanan yang cukup, Mumut kembali pulang ke rumah. Tapi tiba-tiba di tengah jalan, Mumut dihadang segerombolan semut teman-teman Kribo. “Ada yang bisa saya bantu, teman?” sapa Mumut. “Emang kami teman kamu!, jangan sok jadi teman lah, sekarang cepat serahkan makanan itu” gertak Kribo. “Aku tidak akan menyerahkan makanan ini, aku mencarinya dengan susah payah” jawab Mumut. Mumut tidak ingin berdebat dengan Kribo, ia segera pergi. Nampaknya Kribo mengerjar Mumut dari belakang bersama teman-temannya. “Hei, kamu mau kemana semut kurus?” teriak Kribo. Mumut tak mempedulikannya, ia terus berjalan cepat menghindari Kribo dan teman-temannya. Namun, Mumut terkena perangkap Kribo, dan ia tercebur dalam kubangan air. “Tolong aku, aku tidak bisa berenang. Tolong aku teman-teman” teriak Mumut.



Melihat Mumut tercebur di perangkap, Kribo malah tertawa terbahak-bahak sambil mengejek Mumut yang terkena perangkapnya. “Hahahahhaa.. Rasakan akibatnya bila melawanku, selamat berenang di perangkapku” ejek Kribo sambil meninggalkannya. Sementara, Lala sedang terbang mencari makanan, ia mendengar suara minta tolong, segera ia mencari sumber suara itu. “Itu seperti suara Mumut?, apa yang terjadi sama Mumut?” tanya Lala dalam hati. Setelah ketemu sumber suara itu, Lala kaget. Ternyata benar dugaan Lala, itu suara Mumut. Segera Lala menolong Mumut naik keatas, Mumut lemas tak berdaya dan pingsan. Tak lama kemudian, Mumut siuman dan Lala menanyainya. “Kamu kok bisa terjatuh di kubangan air tadi kenapa, Mut?’ tanya Lala. “Tadi waktu aku pulang, aku dicegat oleh Kribo dan teman-temannya, lalu aku berlari dan terkena perangkat Kribo” jelas Mumut. “Kribo memang sungguh keterlaluan, kita harus membalasnya, Mut” kata Lala. “Jangan, Lala. aku tidak mau dendam. Biarkan Kribo seperti, aku yakin suatu saat ia pasti akan sadar” jelas Mumut. “Kamu memang memiliki hati yang baik, Mut. Terserah kamu saja” puji Lala. Baca juga : cerita dongeng fabel ulat bulu yang baik hati Persahabatan mereka memang sangat baik. Mereka selalu saling membantu tanpa memandang perbedaan di antara mereka. Setelah beberapa hari berlalu, Kribo dan teman-temannya datang menemui Lala. “Lala, apakah boleh kami tinggal disini?” tanya Kribo. “Enak saja, kamu sudah berbuat jahat kepada temanku, Mumut. Aku tak akan mengijinkan kalian tinggal disini” bentak Lala. “Maafkan kami, Lala. Kami sadar kami salah, Rumah kami terkena banjir dan kami tidak mempunyai tempat tinggal, ijinkan kami tinggal disini dan kami akan bersedia melakukan apapun yang kamu inginkan” pinta Kribo memelas. Lala tetap pada pendirianyya, ia tidak mengijinkan Kribo dan teman-temannya tinggal. Mumut yang mendengar kejadian itu langsung datang menemui Kribo dan Mengijinkan tinggal disini. Lala pun tidak bisa apa-apa, ia menuruti kemauan Mumut. “Kamu memang Semut yang baik hati, Mumut. setelah apa yang mereka perbuat kepadamu, tidak ada sedikit dendam di hatimu” kata Lala dalam hati. “Terima kasih, Mumut. Kamu sudah mengijinkan kami tinggal disini” ucap Kribo sambil memeluk Mumut. “Iya sama-sama, kita semua kan saudara. Kita harus saling menolong bukan saling membenci” jelas Mumut. Esok harinya, mereka gotong royong membangun tempat tinggal agar menjadi lebih layak huni. Kribo dan teman-temannya begitu semangat bekerja. Kribo ingin membalas budi baik Mumut. Semua berjalan lancar dan tak ada lagi yang saling membenci. Akhirnya, tempat tinggal itu sudah jadi bak istana yang megah. Mereka hidup bersama dengan diliputi rasa bahagia dan harmonis. “Cara terbaik untuk membalas dendam adalah memaafkan, dan menutup peluang mereka melakukan hal yang sama pada anda.”