Cerpen 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Mukena Untuk Bunda Dua hari lagi,lebaran akan datang. Mila menghitung kembali uang nya. Dia berniat, besok akan membeli mukena untuk Bunda. “Enam puluh sembilan ribu...tujuh puluh ribu ...yeee...suddah paas!”Teriak Mila Bertertiak. Mila bersorak senang.Dia berjalan menuju kamar Kak Winda.Mila ingin menceritakan tentang rencananya, membeli mukena untuk Bunda. “Assalamualaikum, Kak! Sedang ngapain?” tanya Mila, sambil duduk di kasur Kak Winda. “Eh...kamu itu kalau masuk jangan langsung nyelonong, dong!”mtegur Kak Winda. “Eh, maaf, Kak,”Kata Mila. “Kamu mau ngapain? Tumben kesini?” Kata Kak Winda kasar.\ “Eh...enggak,kak.Aku Cuma mau cerita, kalau besok aku mau bli mukena buat Bunda.Kakak mau ikut?” Tanya Mila. “Uuuh...malesss...ngapain aku ikut kamu? Besok pasti panas banget. Huh, enggak usah, deh! Emang nya kamu punya uang?” Kata Kak Winda. “Aku punya, kok.Ada tujuh puluh ribu,”Kata Mila. “Dapat dari mana kamu, uang sebanyak itu? Nyolong uang kakak, ya?”Kata Kak Winda menuduh. “Enggak, kok.Aku,kan, menabung tiap hari. Jadi uang nya banyak,” Jawab Mila. “Oh...besok...kalau beli mukena, beli yang murahan saja! Pasti bagus buat Bunda,”Kata Kak Winda pedas. “Astagfirullah, kak...! Durhaka itu nama nya!” Kata Mila menasihati Kak Winda. “Kamu itu! Kakak lebih tahu, mana yang baik, dan mana yang buruk!” Kata Kak Winda, sok tahu. “Ya, sudah. Yang penting, aku sudah memperingatkan kakak,” Kata Mila, sambil menuju ke kamar nya.



Keesokan harinya....................................



“Ayo,kak,berangkat!” Kata Mila, mengajak Kak Annisa. “Iya,Mila, sebentar lagi kakak siap,” Jawab Kak Annisa. Setelah Kak Annisa siap, mereka berangkat bersama-sama. Di jalan, Mila melihat beberapa toko mukena.Dia berniat akan membeli mukena di toko itu, setelah pulang sekolah. “Daaah! Kak.....Mila sekolah dulu, ya!” Kata Mila, di depan gerbang sekolah nya. Di sekolah, Mila menjalani hari nya seperti biasa. Ada Cika yang cerewet, Gita yang imut, Deny yang tampan, dan Dewi yang cantik. Mila sangat senang memiliki tgeman seperti mereka di kelas nya. Saat pulang sekolah, Mila tidak langsung pulang. Dia hampir dulu ke toko mukena. “Assalamualaikum, Pak......Saya mau beli mukena,” Kata Mila. “Oh...ya, silahkan. Mau pilih yang mana?” Tanya Bapak itu, sambil mengeluarkan mukena dari dalam lemari kaca. “Hmmmm.....yang warna putih ini berapa?” Tanya Mila. “Oh...yang ini delapan puluh ribu rupiah,” Kata Bapak itu. Mahalnya..., Kata Mila dalam hati. “Atau yang ini, Dik.....harganya lima puluh ribu.” “Wah...yang ini saja, Pak. Sya mau beli ini!” Seru Mila. “Kembalian nya dua puluh ribu. Mau beli sejadah nya sekalian, enggak? Kebetulan, ada yang harganya dua puluh ribu rupiah,” Kata Bapak itu menawarkan. “Hmmm.....ya, sudah, sekalian saja,” Kata Mila. “Ya...ini barang nya.....” “Makasih, Pak!” Kata Mila. Mila pulang ke rumah. Dia menenteng mukena dan sejadah untuk Bunda. Sesampainya di rumah, Mila segera mencari Bunda. “Bunda.....Mila pulang! Bunda dimana?”Tanya Mila. “Bunda disini, Nak.....baru bikinin kamu baju,” Kata Bunda.



Mila punya hadiah buat Bunda,” Kata Mila. “Apa? Bunda pingin tahu,” Kata Bunda. “Tapi ada syarat nya.?” “Apa? Beliin bakpao?” Kata Bunda bercanda. “Ya, enggak, lah. Aku pingin....Bunda cium aku....” Kata Mila. Oh...kirain apa. Ya, sudah, sini Bunda cium pipi kamu yang gembil itu,”Kata Bunda. “Yeee......sekarang aku mau kasih hadiah nya buat Bunda.”Kata Mila, setelah di cium Bunda. “Ini untuk Bunda? Makasih, ya, Mila,”Kata Bunda, sambil menerima hadiah dari Mila. “Iya, Bunda, sama-sama. Besok waktu sholat ID, Bunda pake mukena ini, ya.....,”Kata Mila memohon. “Iya, sayang.....Bunda akan memakai mukena ini,”Kata Bunda, sambil memeluk mukena barunya. Malam hari nya, kampung Mila mengadakan takbiran. Mila dan kakak-kakaknya, tentu saja ikut memeriahkan. “Allahu akbar.....allahu akbar.....allahu akbar.Laa ilaaha illahuallahhuakbar....allahu akbar walillahilhamd,”Ucap mereka semua kompak. Keesokan hari nya, Bunda, Mila, Kak Annisa, Dan Kak Winda bersiap-siap shalat ID. Mereka berjalan menuju lapangan. Biasanya, mereka shalat ID di lapangan itu. Mereka mengenakan baju baru. Bunda membawa mukena baru nya. Mila senag sekali, bisa melihat Bunda memakai mukena baru nya. Usai shalat ID, mereka pulang ke rumah. Mereka akan mengadakan acara sungkeman. “Bunda, maafin Wida, ya....sebenernya, Winda sudah lama mau minta maaf. Tapi Winda malu. Winda harus nungguin lebaran dulu untuk meminta maaf. Sekali lagi, maafin Winda, ya, Bunda.....,”Kata Kak Winda, sambil meneteskan air mata. “Iya, Winda. Bunda maafin kamu. Bunda juga minta maaf, ya,”Sahut Bunda ikut terharu. “Iya, Bunda.....,”Kata Kak Winda. Setelah Kak Winda meminta maaf, giliran Kak Annisa.



“Bunda, maafin Nisa, ya. Annisa sering buat Bunda marah. Sekali lagi, maafin Annisa, ya, Bunda,”Kata Kak Annisa. “Bunda, maafin Mila juga, ya.....maaf, kalau Bunda enngak suka mukena, sama sejadahnya,”Kata Mila meminta maaf. “Enggak, kok. Bunda suka mukena nya. Makasih, ya, Mila.....,”Jawab Bunda. Pagi itu, Mentari tersenyum melihat mereka. Mereka sangat gembira. Kak Winda sudah menjadi baik. Mereka baik. Mereka menjadi keluarga yang bahagia.



ARTI PERSAHABATAN Pada suatu hari ada empat sahabat yang bertengkar gara-gara salah paham. Putri Clara Lestari alias Clara mengambil gelang Yasmine gelang itu adalah gelang persahabatan Yasmine, Fani, Syakira, dan Lia. “Yasmine kamu lagi cari apaan sih sampai barang-barang yang ada di dalam tas kamu pada di keluarkan semua”, tanya Clara. “Ini lho gelang persahabatan aku gak ada”, sahut Yasmine sambil mengotak-atik tas nya. “Hmm……tadi sih aku ngelihat Fani ngambil sesuatu dari tas kamu,waktu kamu lagi dipanggil sama bu Indah!”, sahut Clara. “Yang bener kamu”, sahut Yasmine sambil kaget mendengar perkataan Clara. Yasmine pun ke kelasnya Fani dan Syakira untuk membuktikanya. Karena Lia belum datang jadi Yasmine kesana sendirian. Yasmine mengeluarkan semua isi tas Fani. “Kamu lagi ngapain sih Yasmine?”, tanya Fani keheranan. “Oh…….. jadi benar kamu yang mengambil gelang persahabatan kita, mulai dari sekarang persahabatan kita putus anggap saja kita gak pernah bertemu”, sahut Yasmine sambil berlari ke kamar mandi. Yasmine menangis salama 2 menit di dalam kamar mandi. Syakira pun keheranan kenapa bisa gelang Yasmine ada di dalam tasnya Fani, padahalkan Fani dari tadi bersamanya. Yasmine kembali ke dalam kelas, Lia sudah datang ia heran kenapa mukanya Yasmine cemberut dan matanya seperti habis menangis. Lia pun pergi untuk menemui temannya yang lain. “Syakira kenapa muka Yasmine cemberut terus matanya juga kaya habis nangis?”, tanya Lia sambil keheranan melihat Yasmine di kelas tadi. “Begini lho persahabatan Yasmine dan Fani baru saja putus”, sahut Syakira sambil menghela napas. “Apa…… kok bisa gimana ceritanya?”, tanya Lia dengan wajah kaget. Syakira hanya diam tidak menjawab pertanyaan Lia.



------0000-----Keesokan harinya Lia dan Syakira berencana mempersatukan kembali persahabatan mereka berempat. Mereka ingin mempertemukan Fani dengan Yasmine di taman sekolah. Syakira mengajak Fani untuk ke taman dan Lia mengajak Yasmine untuk ke taman juga. Lia dan Syakira meninggalkan mereka berdua. Tiba-tiba Clara pun datang dia tidak mau kalau persahabatan Yasmine, Syakira, Lia, dan Fani kembali seperti dulu. “Ihh….. kenapa mereka bisa akur lagi sih”, gumam Clara. “Kenapa kamu gak suka kalau kita berempat menjadi akur lagi”, sahut Lia yang menyela omongan nya Clara. “Ka…..ka…..lian kok bisa ada disini sih.”, sahut Clara yang gemeteran menjawab pertanyaan Lia. “Ya bisa dong kenapa enggak kita berempatkan punya kaki”, sahut Fani. “Maaf…..maaf”, sahut Clara yang meneteskan air matanya. “Maaf kenapa memangnya kamu punya salah sama kita berempat?”, tanya Yasmine. “Maaf aku sudah membuat petengkaran pada persahabatan kalian, sebenarnya aku yang mengambil gelang Yasmine lalu meletakannya di tas Fani”, sahut Clara sambil menundukan kepalanya. “Gak apa-apa kok tapi kamu kenapa berbuat seperti itu?”, tanya Syakira “Aku iri sama kalian yang gak pernah saling berpisah, selalu bersama dan meyalesaikan pemasalahan bersama-sama pula”, sahut Clara sambil menyesali perbuatannya. Yasmine, Fani, Lia, dan Syakira pun ingin Clara menjadi sahabatnya. Clara pun menerima ajakan tersebut dengan senang hati dan mereka pun saling menyadari artinya sebuah persahabatan yang selalu ada saat kita membutuhkannya.



Akhirnya keinginanku terkabul juga Hari ini ulang tahunku, aku ingin sekali membeli sepeda baru, tetapi orang tuaku belum dapat uang. Ayahku hanya berkerja sebagai tukang becak sedangkan ibuku hanya tukang cuci baju dan itu pun ibuku terkadang tidak digaji oleh majikannya. Penghasilan mereka setiap harinya hanya Rp.25.000, dan itu pun habis untuk biaya kebutuhan sehariharinya juga sebagian digunakan untuk menyembukan penyakit adikku. Adikku mengindap penyakit kanker otak. Oh iya aku belum memperkenalkan diriku, namaku Aliya Sandra Muthia biasanya di panggil Aliya, aku tidak bisa melanjutkan sekolah dan sekarang aku membantu orang tua dengan bekerja sebagai penjual Koran. Belum lagi aku setelah pulang dari berjualan, mandi lalu pergi mengaji dimusolla bersama adikku. Setelah sekian lama aku menabung akhirnya aku mempunyai tabungan sebesar Rp.75.500, aku sempat putus asa tapi aku teringat pesan kakek bahwa kalau kita punya keinginan dan belum sempat tercapai berdoalah agar diberikan kemudahan. Aku sadar akan pesan kakek waktu itu aku langsung meangambil air wudhu dan salat ashar selesai salat aku berdoa. “Ya Allah ya tuhan kami aku ingin sekali mempunyai sepeda baru tapi…… orang tuaku tidak mempunyai uang untuk membeli sepedaku”, doa Aliya yang ingin membeli sepeda baru. Sekonyong-konyong terdengar suara orang menangis, teryata itu adikku. aku kaget sekali aku pun merasa bersalah atas ucapanku tadi. “Kalau adikku memdengarnya permintaanku tadi ia pasti merasa bersalah banget”, gumam aku dalam hati. Aku lalu menghampiri adikku yang sedang duduk di teras depan kamarku. Adikku yang bernama Putri Azalwa Cristiany yang biasa dipanggil Zalwa dan berumur 6 tahun.



“Ini semua salahku kak Aliya, kakak gak bisa beli sepeda baru karena ayah dan ibu ingin mengobati aku supaya aku sembuh”, ucap Zalwa sambil menangis dan kesal. “Adikku ini bukan salahmu, kakak memang seharusnya tidak berbicara seperti itu karena akan membuat kamu sakit hati dan kecewa”, sahut aku. “Enggak kak……ini memang seharusnya menjadi salahku karena aku mengindap penyakit kanker otak dan biaya aku untuk sembuh itu sungguh mahal kak”, sahut Zalwa “Kamu tidak boleh berbicara seperti itu, kamu harus bersyukur atas apa yang diberikan oleh Allah……, Zalwa”, sahut aku dengan suara lembut. Mereka sedang bicara soal masalah tadi ibu dan ayah mereka pun mendengarnya. Orang tua Aliya dan Zalwa pun menyesalinya mereka baru menyadarinya ternyata di setiap hari ulang tahun Aliya mereka tidak pernah membelikan hadiah sekecil apapun. Keesokan harinya ayahku mendapatkan perkerjaan yang lumayan penghasilannya sebagai montir di dekat rumah mereka. Ibuku pun mendapatkan perkerjaan sebagai baby sister. Sekarang mereka mendapatkan penhasilanya sebesar Rp.92.000. Setelah berkerja selama 3 bulan mereka bisa menambahkan uang tabungan mereka. Majikan ibuku mengetahui kebutuhan mendesak keluargaku. Ia lalu menyerahkan tabungan sebesar Rp.150.000.000 untuk meyekolahkan aku dan adikku dan juga mengobati penyakit adikku dengan cara dioperasi juga membelikanku sepeda baru. keesokan harinya ayah pergi ketoko sepeda, harga sepeda yang ia beli sebesar Rp.1.350.000. Sesampainya di rumah ayah, ibu, dan adikku menghadiahkan sepeda baru untuk aku. Aku yang sedang bermain di bawah pohon dibelakang rumah, aku mendengar suara sepeda ‘kring………….kring……………..kring………….Aliya’. Aku pun kaget dan langsung pergi ke depan rumah. “Kejutan…………..”, sahut adiknya.



“Waw makasih………..bagus banget sepedanya, pasti harganya mahal”, sahut aku sambil kegirangan. “Enggak usah mikirin harga ini buat kamu supaya kamu berjualan korannya tidak berjalan kaki”, sahut ayah. “Iya makasihnya atas semuanya ayah, ibu, Zalwa tapi……….”, sahut aku dengan wajah sedih. “Kamu kenapa Aliya, kenapa kamu sedih?”, tanya ibu. “Enggak bu Aliya hanya mau sekolah, buat apa Aliya punya sepeda tapi gak punya ilmu”, sahut aku dengan sedih. “Ibu dan ayah sudah menyiapkan semua itu untuk menyekolahkanmu dan adikmu juga mengobati penyakit adikmu yang tidak kunjung sembuh”, sahut ibu dengan terseyum melihat kedua putrinya. “Yang benar………”, sahut Zalwa. “Iya masa ayah dan ibumu bohong sih”, sahut ayah. “Asyiks………………”, sahut mereka berbarengan. Sedang senang-senang tiba-tiba Zalwa pingsan ayah, ibu, dan aku segera membawa Zalwa ke rumah sakit terdekat. Setelah diperiksa teryata penyakit adikku makin parah satu-satunya cara adalah dioperasi. Tanpa berpikir panjang ibu langsung menyuruh dokter itu agar segera mengopersinya dan membayar adminitrasinya. Tepat jam dua siang lewat dua puluh tiga menit mereka berada di ruang operasi. Ayah menggigit bibirnya sambil mondar-mandir kesana kemari. Dua puluh lima menit kemudian dokter keluar dari ruang operasi.



“Bagaimana dok operasinya lancar-lancar saja kan?”, sahut ayah. “Alhamdulilah operasi ini bisa berjalan dengan lancar”, sahut dokter sambil terseyum bahagia. “Alhamdulilah………”, sahut aku, ayah, dan ibu berbarengan. “Sekarang sudah boleh dijenguk kok silakan masuk”, sahut dokter. “Terima kasih dok”, jawab aku. Adikku terbaring koma di ruang ICU selama dua menit adikku terbaring dan akhirnya adikku sadar juga dengan wajah senang ayah, ibu, dan aku menatap adikku yang telah sadar dari komanya. “Kamu sudah sadar nak, apa yang kamu rasakan saat ini?”, tanya ibu yang hawatir. “Aku merasa lebih sehat dari yang sebelumnya”, sahut Zalwa yang terbaring diruang ICU. “Alhamdulilah……. syukurlah kalau begitu”, sahut aku. “Kak Aliya, gimana sepedanya kakak suka?”, tanya Zalwa. “Iya kakak suka apalagi warna sepeda biru dan berkeranjang”, sahut aku. Mereka semua berpelukan dan mereka sadar atas semua kebahagiaan yang takkan tergantikan.



Naskah Yang Hilang



Pagi Itu Frida Ribut Sekali,Seperti Induk Ayam Yang Kehilangan Telurnya "Aduuuh ... Di Mana, Sih?"Frida Terus Bolak-Balik Di Kamarnya.Dahinya Tak HentiHenti Berkerut. Frida Sedang Mencari Naskahnya Yang Hilang. Sejak Tadi Dia Mencari Ke Setiap Sudut Kamarnya,Tapi Naskah Itu Belum Berhasil Ditemukan. "Oh, Ya, Sebaiknya Aku Mengajak Revi Dan Siska Untuk Membantuku Mencari Naskah Ceritaku Yang Hilang.Mungkin Mereka Bisa Membantu,""Guman Frida. Reevi Dan Siska Adalah Sahabat Frida Sejak Pertama Kali Berkenalan Di Kelas 1 SD.Frida Langsung Mengambil Telepon Genggamnya. Tak Lama Kemudian, Revi Dan Siska Datang. Hmmm, Seperti Pesan Piza Saja, Ya.Pesanan Segera Datang.Cepat Juga Revi Dan Siska. Melihat Mereka Datang, Frida Segera Menyambut. "Silakan Masuk, Sahabat-Sahabatku,"Kata Frida.Revi Dan Siska Tersenyum. Mereka Bergegas Ke Kamar Frida Yang Dindingnya Dilapisi Wallpaper Berwana Biru. "Ada Apa, Frid?" Tanya Revi Sambil Mengempaskan Diri Di Kasur. "Ada Yang Bisa Kami Bantu, Frid?"Tanya Siska Sambil Duduk Di Sofa Biru. "Iya, Nih. Aku Butuh Bantuan Kalian," Kata Frida Sambil Mengambiil Spotong Brownies Cokelat."Gini, Loh. Aku Mau Kirim Karya Tulisku Ke Penerbit Untuk Diterbitkan Menjadi Buku. Tapi Naskah Tulisan Itu Ada Yang Hilang,"Kata Frida Dengan Nada Biasa Saja. "Kok Kamu Enggak Cemas?"Tanya Revi Sambil Melahap Brownies Cokelat. "Tapi Hatiku Cemas,"Sahut Frida. "Berapa Lembar Naskah Yang Hilang, Frid?"Tanya Siska Kemudian. "Cuma Selembar,"Jawab Frida. "Berarti Kamu Masih Ingat Jalan Ceritanya, Kan?" Tanya Revi. "Enggak, Rev. Aku Sudah Lupa," Jawa Frida. "Memangnya Kamu Membuat Naskah itu Kapan?"Siska kembali Bertanya. "Kemarin Sore," Jawab Frida "Baru Kemarin Sudah Lupa?" Tanya Revi. Frida Tersenyum Masam. "Sekarang Mau Bagaimana Lagi?Naskahnya Sudah Hilang.Bantuin nyari, Dong!"Pinta Frida. "Capek, Nih"Keluh Revi Sambil Memeluk Guling. "Belum Nya, Kok, Sudah Capek?"Tanya Frida Menepuk Betis Revi. "Aku Capek Lihat Kamu, Frid," Kata Revi Bercanda.Dia Segera Menutup kepalanya Dengan Bantal.Frida Melotot. "Duuuh, Kalian Enggak Usah Bercanda Lagi, Deh. Sekarang Aku Miinta Tolooong Banget. Nanti Aku Traktir Bakso, Deh," Kata Frida. Revi Yang Tidur-Tiduran Langsung Bangkit Dan Mengembangkan Senyum Ke Arah Frida "Beneran, Frid?Kalau Gitu Kami Mau Bantu Nyariin, Deh. Hehehe,"Revi Terkekeh. "Iiih, Kalian!Kalau Ada Imbalannya baru mau Nolong. Enggak Ikhlas, Ya?"Tanya Frida



Revi Dan Siska Cekikikan "Oke Sekarang Kita Mulai Caris Naskahmu Yang Hilang,"Kata Revi."Kamu Terakhir Kali meletakkan Naskah Itu Dimana?" Tanya Revi Dengan gaya Sok Detektif. Frida Menopang Dagu. Dahinya Mulai Berkerut, Pertanda Berpikir Think, Think, Think ... "Hmmm ...," Frida Mulai Bersuara. Revi Dan Siska Siap Mendengarkan "Awalnya AKu Menulis Naskah Itu Di kertas HVS. Lalu, Aku Hendak Menyalin Ke Komputerku. Namun, Sebelum Aku Mengetik, Aku Menegecek Lembaran Kertas Tersebut.Ternyata, Ada Lembaran Yang Hilang. Aku Pergi Ke Kamarku Lagi, Tempat Aku Menulis Naskah. Setelah Aku Periksa, Ternyata Naskah Itu Tidak Ada. Padahal Itu Bagian paling Utama Dalam Ceritaku," Jelas Frida panjang Lebar. Revi Mengernyiitkan Dahi. Begitupun Siska. Mereka Sedang Memikirkan Cara Menemukan Naskah Itu. "Berarti Naskah Terakhir Kali berada Di Kamar Ini," Kata Siska. "Ayo Kita Cari, Frid," Ajak Revi Sambil Menarik Tangan Frida. Frida Menurut. Ketiga Sahabat Itu Kompak Mencari Selembar Naskah Frida Yang Hilang. "Huh ... Capek .... Naskahnya Hilang Di Mana, Ya? Dari Tadi Kita Udh Nyari Ke Semua Tempat, Termasuk Ke Kolon Tempat Tidur. Tapi Yang Ketemu Malah Binatang Kesukaan Frida, Tuh, Tuan Tikus! Hiii ... Jijik, Ah," Kata Revi Setelah Setengah Jam Mencari Naskah Itu. "Kalian Ini Mau Bantuin Atau Enggak, Sih? Lagi Pula Sejak Kapan Aku Memelihara Tikus," Frida Kesal. "Ya Mau, Dong. tapi Dimana, Sih, Naskah Itu?"Tanya Revi "Mana Aku Tahu? Kalau Aku Tau, Enggak Perlu Minta Bantuan Kalian," Jawab Frida. "Mungkin Naskahnya Terjatuh ketika Kamu Membawanya Ke Ruang Komputer. Kertas HVS, Kan, Mudah Tertiup Angin,"Kata Siska Revi Menarik Tangan Frida ke Luar Kamar. Mereka Bersiap-Siap Mencari Naskah. "Naskah ... Di Manakah Kamu Berada?"Kata Siska Sambil Mencari-Cari. "Kamu Aneh, Deh Sis,"Kata Revi. Siska Tidak Peduli. Frida Mengintip Ke Kolong Lemari Hias. Mungkin Saja Naskah Itu Tertiup Angin Dan Masuk Ke Kolong. "Hey, Frida Apakah Ini Naskahmu? Judulnya Frida Si Penulis," Seru Siska Setelah Beberapa Menit. "Hah, Mana? Mana?" Tanya Frida. Siska Menyodorkan Selembar Kertas Itu. "Alhamdulillah .... kamu Temukan Dimana?" Tanya Frida. Dia Bersyukur. "Di Dalam lemari," Kata Siska. "Oooh .... Aku Baru Ingat. Waktu Itu Naskahku Jatuh. Lalu Bibi Sedang Menyapu Melihatnya Dan menaruh Di Dalam Lemari," Kata Frida Mengingat-Ingat. Matanya Berbinar-Binar. "Kok, Enggak Kamu Ambil?" tanya Siska "Aku Lupaaa," Jawab Frida Sambil Tersenyum Malu.



"Hmmm ... Biasalah, Sis, Dia Sudah Pikun," Canda Revi. Siska Cekikikan. Sedangkan, Frida Tersenyum Kecut "Hehehe .... Oh, Ya, Frida, Mana Traktirannya?" Tanya Revi. "Iya, Frid, Kapan kita Makan Bakso?" Siska Ikut Bertanya. "Yuk, Kita Makan Bakso Sekarang," Ajak Frida. "Horeeee ...," Sorak Revi Dan Siska. Ketiga Sahabat Itu Pun Pergi Makan Bakso Bersama. Hmmm ... Delicious!



Nama : Inggik Sri Cahayani Kelas : XII IPS 3 Judul : Arti Persahabatan



Nama : Nida Khoirul Wafa Kelas : XII IPS 3 Judul : Akhirnya Keinginanku Terkabul Juga



Nama : Nurasyifa Az-zahra Kelas : XII IPS 3 Judul : Mukena Untuk Bunda



Nama : Tia Setia Resna Kelas : XII IPS 3 Judul : Naskah yang Hilang