Cerpen Asa Dan Hutan Kalimantan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Asa dan Hutan Kalimantan Asa adalah seorang anak laki-laki dari suku Dayak Tunjung Kalimantan. Ia tinggal di pedalaman



hutan



Kalimantan



bersama



anjingnya yang setia menemaninya. Anjing itu ia beri nama si Hanyiq. Hanyiq dalam bahasa Dayak Tunjung adalah pemberani. Tak seperti arti namanya, Hanyiq adalah anjing yang sangat penakut dan pemalu. Asa memberi nama tersebut agar kelak anjing tersebut menjadi anjing yang pemberani. Walaupun begitu, Hanyiq adalah anjing yang sangat setia kepada tuannya. Ia tidak pernah meninggalkan Asa seorang diri. Ia selalu mengikuti kemanapun tuannya pergi. Bisa juga itu karena ia yang tidak ingin ditinggal sendirian. . Sebagai seorang putra asli Kalimantan Dayak Tunjung, Asa berkulit kuning langsat. Perawakan tubuhnya tidak terlalu besar, tetapi ia sangat kuat dan memiliki stamina yang sangat baik. Asa menghabiskan waktunya untuk bercocok tanam dan sesekali berburu babi hutan. Selain itu Asa juga sangat suka memancing. Terkadang ia memancing menggunakan kail. Tetapi di lain kesempatan ia menggunakan sumpit dan tombaknya untuk menangkap ikan. Tiap pagi Asa pergi ke desa terdekat untuk menjual hasil kebun dan hasil buruannya. 1



Asa adalah seorang pribadi yang sangat menghormati kehidupan alam, khususnya hutan Kalimantan. Ia tidak pernah mengambil lebih dari yang ia perlukan untuk kehidupan sehari-hari. Ia percaya alam bisa marah dan murka jika tersakiti. Asa tidak pernah menebang pohon sembarangan. Asa hanya mencari ranting yang berserakan di dalam hutan untuk digunakan sebagai kayu bakar. Ia hanya mengambil buah-buahan secukupnya dan memancing ikan seperlunya. Ia mencintai hutan sama seperti ia mencintai dirinya sendiri. Ia sangat tidak suka kepada siapapun yang tidak mencintai hutan. Ia sering sekali menemukan dan mengusir para manusia yang berusaha untuk merusak hutan Kalimantan. Para penebang liar yang mengambil berbatang-batang pohon untuk dijadikan bahan industri tetapi tidak pernah menanam lagi pohon yang baru sebagai ganti pohon yang mereka tebang. Terkadang ia juga menemukan sisa-sisa plastik makanan yang dibawa oleh para manusia yang berkemah di hutan. Mereka yang katanya adalah para mahasiswa pencinta alam tapi kenyataannya mereka justru tidak mencintai alam dengan meninggalkan bekas-bekas makanan dan sampah di dalam hutan. Pada pagi hari itu, seperti biasa, Asa pergi keluar dari gubuk sederhananya ke dalam hutan, untuk mencari kayu bakar yang persediannya semakin sedikit. Asa tidak lupa mengajak anjingnya yang setia si Hanyiq.



2



“Hanyiq, ayo kita ke dalam hutan sebentar. Persediaan kayu kita tinggal sedikit. Aku tidak mau kita sampai kebahisan kayu bakar dan kemudian baru pergi mencarinya.”ujarnya kepada Hanyiq. “Guk.. guk.. guk..!”. Hanyiq menggonggong tiga kali sembari berputar – putar mengelilingi tuannya. Ia merasa senang sekali karena akan dibawa berjalan-jalan ke dalam hutan bersama tuannya. Tak berapa lama kemudian, Asa dan Hanyiq sudah berhasil mengumpulkan sekeranjang kayu bakar untuk mereka bawa pulang. Dalam perjalanan pulangnya, ia berpapasan dengan sekelompok pemuda. Gerak-gerik tiga pemuda itu sangat mencurigakan. Mereka terlihat sangat tergesa – gesa. Dua orang diantaranya membawa senjata api. Seorang lagi berjalan di belakang sambil mendorong troli dengan kurungan besar diatasnya. Asa hanya berpikir bahwa mereka adalah sekelompok pemuda yang ingin berkemah di dalam hutan, dan senjata api tersebut hanya di gunakan untuk melindungi diri dari hewan buas yang ada di dalam hutan. Para pemuda tersebut berjalan memasuki ke dalam hutan dengan rokok terselip di tangan mereka. Salah seorang dari mereka bahkan membuang puntung rokoknya dalam kondisi masih menyala. Pemuda tersebut bertubuh besar dan memakai topi berwarna kuning. Ia berjalan paling depan dan terlihat seperti pemimpin dari kelompok tersebut. Asa berdiri dan memasang wajah tidak suka terhadap 3



perbuatan pemuda bertopi kuning tersebut. Tetapi pemuda tersebut tidak merasa bersalah dan seakan-akan bangga akan perbuatannya. “Kenapa? Tidak suka? Dasar orang hutan! Ha ha ha … !” Pemuda bertopi kuning tersebut berteriak dan berjalan melewati Asa dan dengan sengaja menabrakkan tubuhnya ke Asa hingga ia terjatuh ke semak-semak. Asa menahan sakit dan amarahnya. Hanyiq hanya berdiri di belakang Asa, kakinya bergetar karena ketakutan. Asa tidak takut kepada para pemuda tersebut. Ia hanya sedang tidak ingin berkelahi karena ingin segera sampai di rumah. Ia mencoba untuk bersabar dan mencoba memaklumi kelakuan para pemuda tadi. Ia kemudian bangkit perlahan dan mematikan rokok tersebut. Ia tidak ingin hutan di mana ia tinggali tersebut terbakar dan habis tidak tersisa. Puntung rokok itu akan dibawanya pulang sehingga tidak menjadi sampah di dalam hutan. Sepanjang perjalanan pulang, ia juga menemukan berbagai macam kaleng bekas minuman para pemuda tadi, bahkan beberapa di antaranya botol minuman keras tergeletak di sepanjang jalan. Asa hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya sembari membawa pulang semua sampah tersebut dan menguburnya di dekat rumahnya. Sesampai di rumah, Asa segera meletakkan kayu bakar yang tadi ia bawa, kemudian ia pergi ke belakang rumahnya untuk menggali lubang untuk mengubur sampah para pemuda tadi. Setelah 4



itu Asa membuat singkong bakar utuk dimakannya. Ia merasa sangat lapar karena sejak dari tadi pagi perutnya belum diisi makanan sama sekali. Bergegas ia mengambil kayu bakar dan mulai menyalakan api pada kayu bakar tersebut. Tak berapa lama singkong bakar Asa sudah matang, ia dan Hanyiq pun menikmati singkong bakar tersebut dengan lahap. Senja pun mulai terlihat. Matahari sudah terlihat berwarna jingga dan akan menutup hari tersebut, menghilang diatas horizon timur dan sinarnya akan digantikan oleh terang bulan purnama. Setelah memastikan api yang dibuatnya untuk membakar singkong tadi padam, Asa berencana untuk beristirahat dengan cepat. Selain karena merasa perutnya sudah kenyang, esok pagi-pagi sekali ia ingin pergi ke desa terdekat untuk menjual hasil kebunnya. Asa memiliki beberapa kenalan yang bersedia membeli hasil kebunnya dengan harga yang lebih tinggi daripada penjual lain. Bahkan terkadang Asa diberi beberapa kilo beras untuk dibawa pulang. Itu karena hasil kebun Asa sangat segar dan terbebas dari bahan dan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh. Malam pun berlalu dengan tenang. Hanya sinar terang dari bulan purnama dan beberapa kali terdengar suara burung hantu dari kejauhan bersahut-sahutan. Gemerisik angin pun membuat suasana malam menjadi semakin syahdu. Tak lama kemudian di malam yang tenang dan gelap tersebut terdengarlah suara tembakan senjata api. 5



“DOR…!!!” Suara tembakan tersebut terdengar hingga rumah Asa. Asa terbangun dari tidurnya. Ia pun segera mengambil sumpitnya untuk berjaga-jaga. Ia keluar rumah diikuti oleh Hanyiq anjingnya. Ia berusaha mencari tahu apa yang terjadi di malam yang gelap tersebut. Dari kejauhan, ia melihat tiga cahaya rokok. Pasti suara tembakan tadi adalah ulah dari sekelompok pemuda yang ia temui tadi siang ketika berada di hutan. Ternyata mereka adalah sekelompok pemburu yang ingin memburu orang utan yang merupakan hewan khas Kalimantan yang sekarang populasinya sudah mulai punah. Terdengar rintihan seekor orang utan yang terkena tembakan para pemburu tadi. Orang utan itu adalah induk dari dua ekor anak orang utan yang masih kecil. Orang utan tersebut sepertinya tertidur akibat obat bius yang di tembakkan oleh pemburu tadi. Sedangkan kedua anaknya dibawa dan di masukkan ke dalam sebuah kurungan yang sudah disiapkan oleh para pemburu tadi. Dengan tawa penuh kemenangan kelompok pemburu tersebut kembali ke tempat mereka bermalam. “Untung besar malam ini kita Bos? Dapat induknya sekalian sama anaknya nih hehehe,…” kata si Cungkring. Cungkring adalah anggota pemburu yang berbadan paling tinggi tetapi juga paling kurus dari pada anggota lainnya. 6



“Huwahahaha,… yaiyalah,..siapa dulu dong yang nembak tadi,..!!” dengan suara tawa yang menggelegar si Bos bertopi kuning ini menjawab pertanyaan si Cungkring tadi. “Uuuugh,…uuuugh,…berat banget sih ini monyet,..!!! Bos nanti saya dibagi ya Bos uangnya? Saya pengen punya HP baru bos?” Sambil terengah-engah, Jarot membawa sang induk menggunakan troli yang besar yang memang sudah disiapkan untuk membawa hasil buruan. “ Tenang entar lu gua beliin HP paling bagus,..tapi entar kalo monyet ini laku ya? Ha..ha..ha,” si Bos bertopi kuning tertawa kegirangan. Dari kejauhan, Asa mengamati gerak-gerik kelompok pemburu hewan liar ini. Ia sangat marah terhadap kelompok pemburu hewan liar ini. Mereka telah berbuat yang tidak baik terhadap ekosistem hutan Kalimantan yang sangat ia lindungi. Dengan mengendap-endap, ia mendekati kawanan pemburu hewan liar tersebut. Dengan satu gerakan lincah akhirnya ia sudah berada di atas pohon. Hanyiq menunggu dibawah sambil mengibas-ngibaskan ekornya karena takut. Tubuh Asa yang kecil serta gelapnya malam membuat Asa tidak terlihat oleh kawanan tersebut. Dengan sumpit yang sudah ia persiapkan sebelumnya, ia menyumpit si Cungkring.



7



“Wuuuuush,….!!!!”



Suara



damek



atau



peluru



sumpit



menembus angin dan gelapnya malam mengenai sasaran. Si Cungkring tiba-tiba saja menggelepar kesakitan. Sebelumnya peluru tersebut telah dilumuri racun yang membuat korbannya kesakitan dan terasa seperti ditusuk oleh seribu jarum. Namun racun tersebut tidak membuat korbannya mati. “Aaaarrrrrrggghhhhh,…….toloooong,….sakiiiit,….!!!!” Teriak si Cungkring. Serta merta, si Bos bertopi kuning kaget akan teriakan si Cungkring. Apalagi ketika ia menemukan sebuah damek menempel di leher si Cungkring, si bos bertopi kuning tersebut mengeluarkan senjata apinya dan menembakkannya ke udara sebanyak tiga kali. “DOR,..DOR…DOR,…!!!



Keluar



kamu!!!



Aku



tidak



takut!!!!” Si bos bertopi kuning tersebut berteriak sambil berputarputar melihat sekelilingnya untuk mencari tahu siapa yang telah melukai salah seorang anak buahnya. “Wuuuuuush!!!” Kembali damek mengenai sasarannya. Kali ini si Jarot yang menjadi korban atas keganasan sumpit senjata khas suku Dayak tersebut. Sama seperti Cungkring, Jarot mengerang kesakitan. Tubuhnya terbaring di tanah dan ia pun berteriak karena tidak tahan atas rasa sakit yang di deritanya. 8



“Hey keluar kamu jangan jadi pengecut!” Sekali lagi si bos kawanan tersebut berteriak. Tetapi kali ini ia sambil melangkah mundur. Ia mulai takut kepada orang yang telah berhasil melukai anak buahnya, namun tak dapat dilihatnya itu. Dengan panik, ia pun menembak



ke



sekelilingnya.



Ternyata



tembakan



tersebut



membuahkan hasil. Salah satu peluru tersebut mengenai kaki Asa yang berada di atas pohon. Asa pun terjatuh dan tak bisa berdiri. Ia mengerang kesakitan. Darah mengalir di bagian kaki kanannya yang terkena peluru tadi. Bos



kawanan



itu



berteriak



kegirangan.



Akhirnya,



ia



mengetahui siapa orang yang telah melukai komplotannya. “ Ha.. ha.. ha.. akhirnya kena juga kamu!! Seandainya kamu tidak ikut campur urusanku, kamu pasti masih bisa melihat mentari esok pagi. Sekarang saatnya kamu mati!! Sebelum si bos bertopi kuning itu menembakkan senjata apinya. Sebuah bayangan hitam muncul di samping Asa. Bayangan tersebut dengan cepat melukai tangan si bos kawanan pemburu. Senjata apinya jatuh ke tanah. Si bos pemburu tersebut meronta-ronta kesakitan karena ada benda hitam besar yang menindih tubuhnya. Ia teringat tentang cerita penduduk sekitar bahwa di pedalaman hutan Kalimantan, ada sesosok penunggu yang akan menyerang orang-orang yang berlaku tidak sopan kepada hutan dan seluruh makhluk yang ada 9



di dalamnya. Tapi ternyata sesosok hewan tersebut adalah Hanyiq. Hanyiq berubah menjadi pemberani sesuai dengan namanya. Ia tidak ingin tuannya terluka, maka ia menyerang si bos kawanan tersebut. Dengan tenaga yang tersisa, Asa mengikat komplotan tersebut pada sebuah pohon besar. Setelah mentari pagi mulai memperlihatkan cahayanya, Asa pergi ke desa terdekat dan melapor kepada polisi. Sedangkan Hanyiq berjaga-jaga jika salah seorang dari mereka mencoba untuk kabur. Tak lama kemudian, polisi datang dan membawa komplotan tersebut ke kantor polisi guna dimintai keterangan. Komplotan tersebut ternyata adalah buronan yang selama ini dicari atas kasus penangkapan dan perburuan hewan liar. Hewan yang mereka tangkap tersebut di jual ke luar negeri dan mereka mendapatkan untung atas penjualan tersebut. Polisi mengucapkan terima kasih kepada Asa karena sudah membantu mereka untuk menangkap penjahat tersebut. Sedangkan orang utan yang terluka dirawat di penangkaran orang utan dan akan dilepaskan kembali jika sudah pulih seperti sedia kala. Akhirnya, hutan Kalimantan pun tenang kembali. Hewan-hewan bisa hidup dengan bebas di alamnya. Jagalah hutan, jagalah bumi kita. Kalau bukan disini. Di mana lagi kita akan tinggal? Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikannya?



10



Biodata Penulis Nama



:



Yosimar Akbar, S.Pd



Tempat, Tanggal Lahir



:



Samarinda, 9 Juli 1986



Alamat



:



Jl. Mugirejo 20 RT 06



Pekerjaan



:



Guru Swasta



No HP



:



0853 9030 ****



E mail



:



[email protected]



11