Cerpen SEPATU IMPIAN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Aku Untuk Adikku Air suci berwarna bening itu pun akhirnya menyucur dipipi Umar anak lakilaki barusia 9 tahun itu, anak laki-laki yang duduk dikelas 5 Sekolah Dasar itu tidak sangup menahan duka atas kepergian sang ayah. Hal yang sama juga terjadi pada sang ibu maryam yang tidak percaya dengan kenyataan bahwa akan ditinggal kan oleh sang suami dalam waktu yang cepat. Ditengah suasana hati yang tidak menentu Usman sang kakak mencoba menenangkan sang adik dan Ibu nya walaupun didalam hati, Usman masih belum percaya akan ditinggalkan oleh sang ayah ditengah keadaan yang tidak pasti ini. Usman hanya teringat akan pesan sang ayah sebelum meninggalkan mereka untuk selama-lamanya. Sang ayah berpesan kepada Usman untuk dapat menjaga ibu dan adiknya, sang ayah juga berpesan agar Usman dapat menjadi orang yang berguna bagi keluarganya. Setelah kepergian sang ayah kehidupan keluarga Usman pun mulai tidak jelas, kesulitan ekonomi melanda keluarga ini. Sang ayah yang selama ini menjadi petani disawah milik orang telah pergi untuk selama-lamanya. Sang ibu pun harus menggantikan peran sang ayah menjadi tulang punggung keluarga. Hal inilah yang membuat Usman sering termenung meratapi nasib keluarganya. “ hey nak mengapa beberapa hari ini dirimu saring termenung dan menyendiri...?” tanya sang ibu sambil mengelus-ngelus punggung sang anak sulung nya tersebut, tampak jelas beban pikiran yang harus diterima oleh anak remaja yang baru saja duduk dikelas dua Sekolah Menengah atas tersebut. “ Usman sedang memikirkan nasib kita bu..” jawab usman seraya menatap wajah sang ibu yang terlihat lelah dan letih setelah seharian berkerja disawah. “ nak tak usah engkau pikirkan nasib kita ini, percayakan saja ini semua pada yang diatas. Allah lebih mengetahui yang terbaik untuk kita, kita sebagai,,,, “ jawab sang ibu, namun belum selesai ibunya menjelaskan Usman pun memotong perkataan ibunya tersebut. “ Tapi bu, ini semua tidak adil bagi kita, hidup kita selalu saja dirundung kesialan “ potong sang anak sambil meneteskan air mata nya. “ nak jangan sekali-kali kita mendahului takdir, kita tidak akan tahu apa yang akan diberikan Allah kepada kita selanjutnya. “ jawab sang ibu sambil menenangkan usman yang mulai terbawa emosi.



“ terus apa yang harus kita lakukan bu, apakah kita hanya menerima nasib kita begini saja...?”



terlihat jelas kesabaran Usman mulai habis menghadapi



penderitaannya selama ini. “ yang kita lakukan adalah berusaha merubah nasib kita, apakah dengan selalu termenung dan menyalahkan Allah nasib kita dapat berubah...?” tanya sang ibu kepada anakanya, dan Usman pun hanya dapat terdiam. “ Nak yang harus kau pikirkan sekarang ini adalah sekolahmu, ingat pesan ayah mu, engkau harus dapat menjadi orang yang berguna bagi keluarga kita. “ tambah sang ibu sambil memeluk sang anak yang menangis haru. Mendengar nasehat sang ibu Usman pun menyadari kesalahannya, ia pun bertekad untuk dapat merubah nasib keluarganya. Malam itu pun berlalu dengan suasana haru dan penuh kehangatan antara sang ibu dan anak. Keesokan harinya, Jam tua yang tergantung di dinding yang kusam itu telah menunjukan pukul 14:00, Usman dan Umar baru saja pulang dari sekolah setelah menempuh perjalanan kaki yang sangat melelahkan dengan melewati jalanan bebatuan itu, tampak lesu dengan wajah yang kusut, kaki merekapun tampak diselimuti debu yang tebal, wajah mereka bertambah lesu ketika mereka membuka tudung nasi. “ kak kita mau makan apa hari ini.?” Tanya umar, sang adik yang berumur 9 tahun, seraya ia menatap meja makan tua yang telah lama berdiri, tidak pernah lelah untuk berdiri disana, dan bakul nasi yang selalu kosong setiap harinya, sepertinya ia lelah akan keadaan ini “ entahlah dek, kakak juga tidak tahu..” terlihat jelas raut wajah yang kusam, ada perasaan yang sangat miris didalam hatinya, ingin rasanya ia menjawab suatu tempat yang ia dan adiknya bisa makan bersama, namun sayang sekali apalah daya ia tdidak dapat menunjukan satu tempat yang dpat mereka datangi, ia sekarang tinggal di pelosok desa, yang jarak rumah dengan tetangga nya sangat jauh. “ jadi kita tidak makan lagi hari ini?” celetuk sang adik dengan wajah kesal, maklum saja setelah ditinggal sang ayah mereka hanya makan sehari sekali. ” sabar ya dek. Kita cari nanti” jawab sang kakak, yang sebenarnya juga tidak tahu harus mencari kemana. ” mau cari kemana lagi? Adek capek kak hidup seperti ini terus..” celetuk sang adik dengan kesal. ” mau gimana lagi, sudah takdir kita dek. Kita harus tetap sabar..” jawab sang kakak menengkan sang adik.



” haah saaabaar dan saabaar, apa hasilnya?” sahut sang adik dengan nada tinggi. “ Sudahlah dek, lebih baik kamu sholat saja dulu.” Jawab sang kakak. Sang adik bergegas meninggalkan sang kakak, untuk segera menunaikan ibadah sholat dan kemudian disusul oleh sang kakak yang juga ingin menunaikan ibadah sholat. Dalam sholatnya sang kakak berdoa kepada Allah. “ Ya Allah aku hanyalah hamba Mu yang lemah, berikanlah hamba Mu ini kemudahan untuk menjalani hidup yang berat ini ya Allah, lindungilah hamba adik Hamba dalam menjalankan berat nya hidup ini Ya Allah. “ Pinta sang kakak dalam doanya. Siang itu pun berlalu, dan mereka berdua pun belum makan sama sekali karena sang ibu belum pulang dari sawah. Sambil menunggu sang ibu pulang, sang kakak pun pergi berjalan-jalan keluar rumah sambil melihat-lihat apa yang dapat dilakukannya untuk menghasilkan uang, setelah berjalan mengelilingi kampung langkah Usman pun terhenti di POS ronda setelah ia melihat sebuah pengumuman yang berisi akan diadakannya seleksi pemain bola untuk mengikuti kejuaraan sepak bola antar kecamatan yang berhadiah jutaan rupiah. Pengumuman itupun tidak dihiraukan oleh usman, karena tujuan utama nya adalah untuk menghasilkan uang. Setelah melihat tidak ada yang dapat untuk dilakukan Usman pun memutuskan untuk kembali kerumah, sambil menunggu sang ibu pulang dan berharap ada yang dapat mereka makan. Keesokan harinya saat hendak pergi sekolah, Usman melihat kaki sang adik yang mengalami pembengkakan lalu Usman pun bertanya. “ kenapa kaki mu dek ?” tanya Usman yang sangat kebingungan melihat kondisi kaki sang adik. “ ini kak karena terluka saat pulang sekolah kemarin “ Jawab sang adik sambil menahan rasa sakit saat berjalan hendak keluar rumah, rasa sakit itu sangat tampak jelas dari pembengkakan yang terjadi pada kaki sang adik. Setelah mendengar penjelasan sang adik Usman pun baru teringat, kejadian saat pulang sekolah kemarin, dimana kaki sang adik terlukan karena terpijak paku dijalan. Usman tidak menyangka jika luka tersebut mengakibatkan kaki sang adik mengalami pembengkakan. Hal ini terjadi karena Usman dan adiknya tidak pernah menggunakan sepatu ke sekolah karena orang tua mereka tidak mampu untuk membelikan mereka



sepatu. Padahal mereka sangat mengimpikan dapat menggunakan sepatu ke sekolah. Usman pun prihatin melihat kondisi adik nya ini, namun apalah daya iya tidak dapat berbuat apa-apa saat ini. Luka sang adik hanya dapat di obati oleh sang ibu dengan pengobatan tradisional, mereka tidak dapat membawa sang adik berobat di puskesmas karena tidak memiliki biaya. Lalu setelah pulang sekolah kondisi sang adik semakin parah, pembengkakan dikaki nya semakin besar dan tubuh nya pun mulai panas. Usman pun bingung harus berbuat apa, karena ia tidak memiliki uang sepeser pun untuk membelikan obat untuk sang adik. Yang dapat dilakukannya hanyalah berdoa dan menjaga sang adik seraya menunggu sang ibu pulang. Setelah sang ibu pulang sang adik pun langsung di obati oleh sang ibu. Namun kondisi sang adik semakin munurun. “ bu bagimana sekarang, kondisi umar semakin menurun...?” tanya Usman dengan paras yang sangat khawatir, maklumlah ia takut kehilangan orang yang iya sayangi lagi setelah ditinggal oleh sang ayah. ” iya nak, ibu juga bingung ibu tidak memiliki uang untuk membawanya ke Puskesmas “ jawab sang ibu seraya mengkompres kepala Umar dengan air hangat. Ditengah kebingungan itu Usman pun teringat kalau ia memiliki celengan yang ia tabung dari sejak SD. Celengan itu rencana nya akan ia belikan sepatu untuk dapat ia gunakan pada hari perpisahan sekolah nya, namun ia memutuskan untuk memecahkan celengan tersebut untuk dapat mengobati sang adik. Akhirnya sang adikpun dibawah ke Puskesmas untuk mendapat pengobatan. Setelah sampai di puskesmas sang adik pun langsung ditangani oleh dokter puskesmas. Alangkah terkejut nya Usaman dan Ibu ketika mendengar penjelasan sang dokter, jika sang adik mengalami infeksi pada kaki nya dan harus menjalani operasi dan perawatan lebih lanjut di Rumah sakit yang lebih lengkap. Operasi tersebut harus dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa karatan yang terdapat pada paku yang tertusuk kaki sang adik. Perasaan bimbang, bingung pun menghampiri Usman dan Sang ibu, mereka bingung bagaimana cara untuk membawa sang adik ke rumah sakit sedangkan mereka tidak memiliki biaya, akhirnya mereka memutuskan untuk membawa sang adik pulang sambil dirawat jalan. Ditengah perjalanan pulang Usman pun teringat dengan pengumuman yang ada di Pos ronda, pengumuman tentang akan diadakannya seleksi pemain sepak bola untuk kejuaraan antar kecamatan, Usman yakin jika ia dapat masuk tim kecamatannya dan memenagkan kejuaraan tersebut ia akan mendapatkan uang dengan begitu ia dapat membantu ibunya untuk membiayai pengobatan sang adik. Keesokan hari nya Usman pun pergi ke lapangan bola kecamatan, disana telah ramai orang yang juga ingin mengikuti seleksi. Namun Usman bingung melihat orang



semua, menggunakan sepatu sedangkan ia hanya berkaki ayam. Akhirnya Usman pun menghampiri pelatih yang tengah memantau peserta seleksi. “ pak, permisi saya ingin mengikuti seleksi “ tanya Usman kepada sang pelatih yang terlihat tegas dan sangar dengan kumis tebalnya itu. “ kamu mau ikut seleksi ...?” tanya kembali sang pelatih kepada Usman sambil melihat Usman dari Ujung kepala sampai ke Ujung kaki. “ iya pak..” jawab Usman dengan persaan takut dan kaki yang gemetar. “ coba kamu lihat, semua orang yang ingin seleksi disini harus menggunakan sepatu, tetapi kamu datang kesini tanpa menggunakan apa-apa.” Kata sang pelatih kepada Usman sambil menunjuk kearah peserta seleksi yang lain. “ tetapi pak saya memiliki kemampuan dan skill untuk memainkan bola” jelas Usman kepada sang pelatih. “ bagaimana saya dapat melihat kemampuan kamu, sedangkan kamu datang kesini hanya berkaki ayam. Lebih baik kamu pulang saja !” jawab sang pelatih dengan tegas. Usman pun hanya dapat tertunduk dan kecewa dengan hal ini, namun ia mencoba untuk tetap sabar menghadapi semua ini, ia yakin Allah akan memberikan jalan yang terbaik untuk nya. Tiba-tiba saat ia berjalan hendak pulang, jatuh sebuah bola dihadapannya, bola tersebut tidak sengaja ditendang oleh peserta seleksi dan mengenai Usman. Melihat ada bola dihadapannya Usman pun memainkan bola tersebut terlebih dahulu sebelum memberikannya kembali kepada peserta seleksi tersebut. Namun tanpa disangka saat Usman hendak keluat dari lapangan bola tersebut terdengar suara seseorang memanggilnya. “ hey,, kamu kesini !” panggil laki-laki itu dengan suara yang keras. Langkah Usman pun terhenti dan melihat kearah orang yang memanggil itu. Alangkah terkejutnya Usman melihat laki-laki yang memanggil itu adalah pelatih tadi yang telah mengusirnya, Usman pun bergegas menghampiri laki-laki tersebut. “ coba kamu mainkan lagi bola ini “ perintah pelatih tersebut kepada Usman. Usman pun menuruti permintaan pelatih tersebut, dengan cekatannya Usman memperlihatkan kemampuannya dalam memainkan bola, sang pelatih itu pun terkesima melihat kemampuan Usman dalam memainkan bola. Alangkah terkejutnya Usman mendengar perkataan pelatih tersebut. “ kamu besok datang lagi kesini, menggunakan sepatu ini.” Perintah pelatih sambil memberikan sepasang sepatu kepada Usman. Usman pun hanya terdiam mendengar perkataan pelatih terssebut, sambil mengambil pemberian sepatu dari pelatih tersebut. Kemudian Usman pun bergegas pergi meniggalkan lapangan bola tersebut dengan raut wajah yang masih kebingungan. Usman tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi pada dirinya.



Setelah sampai dirumah Usman pun menceritakan apa yang telah terjadi padanya dilapangan bola tadi kepada Ibunya. Dia dan ibunya pun bersyukur atas nikmat telah diberikan kepada nya. Hari demi hari pun berlalu, Usman pun selalu berlatih dengan giat. Hingga akhirnya tiba lah saat nya pertandingan. Tim Usman pun melaju dengan mulus hingga ke Final. Dan tiba lah pertandingan final tersebut, Usman sangat berharap ia dapat memenangkan pertandingan tersebut agar ia dapat membiayai pengobatan adiknya. “ goooll “ sorak para penonton menyambut gol yang diciptakan oleh Usman untuk tim nya. Peluit panjang dari wasit pun terdengar mengisyaratkan bahwa pertandingan telah berakhir. Ternyata gool yang diciptakan oleh Usman tadi menjadi gool penentu kemenangan untuk tim Usman. Para pemain dan official dari tim Usman pun bersorak gembira memperoleh hasil ini. Kerja keras mereka selama ini pun tidak sia-sia. Disaat timnya bersorak gembira menyambut kemenangan Usman terlihat sendiri di tengah lapangan, ia menangis haru karena telah berhasil membawa timnya menjadi juara. Saat pengumuman pemenang tanpa disangka nama Usman terpilih menjadi pemain terbaik, ia langsung sujud syukur dengan hasil yang ia capai. Setelah pengumuman juara selesai dibacakan, sang pelatih pun memanggil Usman, sang pelatih memberikan nya sebuah amplop yang berisi uang kepada Usman. Rupanya temanteman Usman telah mengetahui bahwa Usman sedang membutuhkan uang untuk biaya pengobatan adiknya, teman-teman Usman pun sepakat untuk menyerahkan seluruh hadiah kepada Usman. Betapa bahgianya Usman melihat perhatian dari teman-temannya. Dan tanpa ia sadari jika ia juga terpilih untuk dapat mengikuti seleksi Timnas Indonesia Junior yang akan menghadapi piala dunia junior di Paris Prancis. Selama turnamen tersebut ternyata Usman telah dipantau oleh pelatih Timnas. Betapa bahagianya Usman atas berkah yang telah diberikan Allah kepada nya. Lalu ia teringat akan nasehat yang pernah ibunya berikan kepadanya. Yaitu jangan pernah kita mendahului takdir karena kita tidak akan tau apa yang akan Allah berikan kepada kita selanjutnya. Usman pun sangat bersyukur karena ia dapat mengobati sang adik.