Cerpen Tema Budi Pekerti [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Cerpen tema Budi Pekerti SURAT DARI JAUH Senin pagi, jam 07.45. Kriiing..., alarm jam emily berdering. “Waktunya bangunnnnn, Emily!” panggil Bu Martin. “Menyebalkan!” Emily duduk di tempat tidur dengan wajah merengut. “Aku benci bangun pagi-pagi.” Emily turun untuk sarapan. Ayah memberinya semangkuk bubur bubur panas. Emily mengerutkan hidung. “Sereal kita habis,” kata Ayah. “Hanya ada Bubur.” Emily duduk dengan wajah makin kesal. “Menyebalkan! Aku benci bubur.” Setelah sarapan, Emily berangkat ke sekolah. Hujan baru saja berhenti. Dengan wajah murung, dia berjalan melewati genangan air. “Huuhhh...., di mana-mana becek!” gerutu Emily. “Aku benci hujan!” Di sekolah, Bu Ruli memberi tes mengeja. Emily mengeja kata burung dengan B-R-U-U-N-G dan kata ‘perempuan’ dengan P-E-R-M-U-P-E-A-N dan kata ‘laki-laki dengan L-A-A-K-I-L-A-K-I. Bu Ruli tidak senang dengan hasil tes Emily. “Kamu harus tetap di kelas saat jam istirahat dan menuliskan perbaikannya, Emily.” pinta Bu Ruli. Menyebalkan! gerutu Emily dalam hati. Aku benci sekolah! Pulang sekolah Emily melihat ibunya merapikan rumah dengan panik. “Kita akan kedatangan tamu,” seru Ibu. “Bantu Ibu membersihkan debu di ruang tamu, ya, Anak baik.” Emily tidak ingin jadi anak baik, tetapi dia tidak punya banyak pilihan. Diambilnya kemoceng dari lemari lalu pergi ke ruangg tamu dengan wajah sangat cemberut. “Aku benci pekerjaan rumah tangga,” gerutunya. Sore harinya, Emily menjemput Susi, sahabatnya. Bersama-sama mereka akan menghadiri pertemuan pramuka. Susi sangat ingin menghadiri pertemuan tersebut. Pembina mereka, Bu James, baru saja pulang dari Afrika. “Bu James bercerita tentang pramuka di Kenya,” seru Susi bersemangat. “Bu James bilang akan ada kejutan untuk kita. Menurutmu apa ya?” “Mana kutahu,” sahut Emily dengan kesal. “Kamu kenapa?” tanya Susi bingung. Emily mengangkat bahu, kemudian berkata, “Hari ini hari yang sangat menyebalkan.” Lalu dia menceritakan pengalamannya tadi pagi mulai dari bangun pagi, makan bubur, hujan dengan genangan air di jalan, salah mengeja saat di sekolah, dan pekerjaan rumah tangga. Lalu tibalah mereka di Aula Pramuka, Emily dan Susi langsung mengikuti acara yang ada. Mereka dan teman-teman lainnya duduk melingkar, siap mendengarkan cerita Bu James, pembina mereka. “Regu-regu pramuka di sana diberi nama hewan,” cerita Bu James. “Tiap regu disebut kawanan. Pemimpin mereka disebut Burung Bijaksana. Mereka bermain dan melakukan kegiatan untuk mendapatkan lencana, sama seperti yang kalian lakukan. Tetapi, mereka tidak memiliki banyak perlengkapan. Jadi, mereka sangat senang menerima kiriman pensil dan buku tulis dari kalian. Sebagai tanda terima kasih, mereka mengirim sesuatu untuk kalian.”



Emily dan Susi berpandangan dengan wajah penasaran. Bu James mengambil setumpuk kartu. “Tiap anggota regu di Kenya membuat dan menulis kartu untuk kita,” kata Bu James. “Ibu akan membagikan kepada kalian semenit lagi, tetapi....,” dia membuka selembar kertas tipis. ”Ibu ingin terlebih dulu membacakan surat dari pemimpin mereka, Burung Bijaksana.” “Saudara-saudari terkasih, sesama anggota pramuka, salam hangat dari kami,” baca Bu James. “Di sini, kami harus bekerja sangat sangat keras. Kami harus bangun saat matahari terbit dan membantu di rumah, mengumpulkan kayu bakar serta mengambil air.” Bangun saat matahari terbit! Emily menganga terpana. Dia tahu, matahari selalu terbit lebih awal di Afrika. “Sekolah mulai jam delapan. Pulang sekolah, kami masih harus mengerjakan PR dan tugastugas lainnya.” Astaga! Mereka tidak punya banyak waktu untuk bermain, pikir Emily. Surat diakhiri dengan sebuah permintaan khusus: “Kami mohon agar kalian mendoakan kami. Sekarang sudah bulan Februari. Hujan yang seharusnya sudah turun sejak Desember, tidak kunjung turun. Banyak keluarga kekurangan bahan makanan. Hanya ada tepung jagung dan kacangkacangan untuk dimakan dua hari sekali. Kami sulit belajar dengan baik di sekolah saat perut lapar. Namun, kami beusaha untuk tetap belajar sebab kami tahu, menuntut ilmu itu penting. Tolong doakan kami agar masa kelaparan ini segera berlalu.” Ruangan hening saat Bu James selesai membaca surat itu. Seisi ruangan, terutama Emily, terpana. Dia teringat gerutunya kepada Susi tentang hujan, sekolah, bangun pagi, sarapan bubur, dan harus membantu membersihkan rumah selama setengah jam. Emily masih tampak serius berpikir saat Bu James memanggilnya untuk mengambil kartu. “Di dalam tiap kartu, kamu akan menemukan tulisan pesan yang sangat berharga dari Burung Bijaksana,” ucap Bu James. “ Pesan itu adalah mengucap syukurlah dalam segala hal karena Tuhan selalu memberikan yang terbaik untukmu.” Malam hari pun tiba, Emily sampai di rumah, dia melihat tumpukan cangkir dan piring teh di atas meja dapur dan secarik kertas berisi pesan dari ibunya (yang sedang bersama tamu) : Bantu Ibu, ya Anak manis! Kali ini Emily tersenyum. “Ini kesempatanku untuk mempraktikkan pesan dari Burung Bijaksana,” katanya kepada dirinya sendiri. Dan dia melakukannya. Dia berterima kasih kepada Tuhan karena mereka punya makan lebbih dari cukup untuk dimakan dan untuk segala hal yang masih Emily miliki saat ini. Emily merasa gembira karena telah bersikap baik. Sebelum tidur, Emily berdoa, “Tuhan, tolong kirimkan makanan dan hujan kepada temanteman pramukaku di Kenya.” Lalu, dia membaca pesan favoritnya dari Burung Bijaksana sekali lagi malam itu sebelum mematikan lampu kamar.