Ciri Masyarakat Desa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LATAR BELAKANG Setiap melaksanakan kegiatan lapangan di sengaja atau tidak kita selalu berhubungan dengan masyarakat baik daerah itu pedesaan atau perkotaan secara langsung dan tak langsung mau tak mau kita mesti harus berhubungan dengan masyarakat desa/kota.untuk itu kita harus membenahi diri dengan pengetahuan tentang desa dan masyarakat secara praktis. jika telah mempelajarinya tentang desa dan masyarakat nya tentu kita akan mudah untuyk beradaptasi melaksanakan penyesuaian dalam kehidupan sosial mereka . masyarakat desa atau unsur penyesuain terdiri dari unsur unsur yang berbeda sehinga perlu di pelajari untuk mencapai suatu pola kehidupan yang serasi yang menjadikan kita dapat di terima di masyarakat , tetapi semuanya tidak lepas dari kepandaian atau kecerdasaan kemampuan sikap kejujuran kita sendiri sehingga tujuan kita dapat tercapai dan tidak mendapatkan suatu hal yang merugikan (membahayakan diri).



1



Masyarakat desa adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Adat istiadat adalah sesuatu aturan yang sudah mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya yang mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosial hidup bersama, bekerja sama dan berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifatsifat yang hampir seragam.



Istilah desa dapat merujuk arti yang berbeda-beda tergantung dari sudut pandangnya. Secara



umum



1.



Daerah



dan



2.



Penduduknya



desa letak dalam



memiliki



dalam arti



arti



3



tanah



jumlah,



unsur



yang



struktur



yaitu



meliputi



umur,



mata



luas,



: lokasi



pencaharian



3. Tata kehidupan dalam arti corak, pola tata pergaulan dan ikatan warga desa.



Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”. Berikut ini disampaikan sejumlah karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum yang selama ini masih sering ditemui. Setidaknya, ini menjadi salah satu wacana bagi kita yang akan bersama-sama hidup di lingkungan pedesaan. 1.Sederhana Sebagian besar masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan ini terjadi karena dua hal: a. Secara ekonomi memang tidak mampu. b. Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri. 2. Mudah curiga Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada: a. Hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya b. Seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap “asing”



2



3. Menjunjung tinggi “unggah-ungguh” Sebagai “orang Timur”, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan atau “unggahungguh” apabila: a. Bertemu dengan tetangga b. Berhadapan dengan pejabat c. Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan d. Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi e. Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya 4. Guyub, kekeluargaan Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa bahwa suasana kekeluargaan dan



persaudaraan



telah



“mendarah-daging”



dalam



hati



sanubari



mereka.



5. Lugas “Berbicara apa adanya”, itulah ciri khas lain yang dimiliki masyarakat desa. Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena memang mereka tidak berencana untuk menyakiti orang lain. Kejujuran, itulah yang mereka miliki. 6. Tertutup dalam hal keuangan Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada orang yang bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang tersebut belum begitu dikenalnya. Katakanlah, mahasiswa yang sedang melakukan tugas penelitian survei pasti akan sulit mendapatkan



informasi



tentang



jumlah



pendapatan



dan



pengeluaran mereka.



7. Perasaan “minder” terhadap orang kota Satu fenomena yang ditampakkan oleh masayarakat desa, baik secara langsung ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul dengan orang kota adalah perasaan mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk diam/tidak banyak omong. 8. Menghargai (“ngajeni”) orang lain Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah diterimanya sebagai “patokan” untuk membalas budi sebesar-besarnya. Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk penghargaan sosial atau dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan “ngajeni”. 3



9. Jika diberi janji, akan selalu diingat Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan seseorang/komunitas tertentu akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan mereka. Hal ini didasari oleh pengalaman/trauma yang selama ini sering mereka alami, khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program pembangunan di daerahnya. Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi mereka akan menjadi “luka dalam” yang begitu membekas di hati dan sulit menghapuskannya. Contoh kecil: mahasiswa menjanjikan pertemuan di Balai Desa jam 19.00. Dengan tepat waktu, mereka telah standby namun mahasiswa baru datang jam 20.00. Mereka akan sangat kecewa dan selalu mengingat pengalaman itu. 10. Suka gotong-royong Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki dihampir seluruh kawasan Indonesia adalah gotong-royong atau kalau dalam masyarakat Jawa lebih dikenal dengan istilah “sambatan”. Uniknya, tanpa harus dimintai pertolongan, serta merta mereka akan “nyengkuyung” atau bahu-membahu meringankan beban tetangganya yang sedang punya “gawe” atau hajatan. Mereka tidak memperhitungkan kerugian materiil yang dikeluarkan untuk membantu orang lain. Prinsip mereka: “rugi sathak, bathi sanak”. Yang kurang lebih artinya: lebih baik kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara. 11. Demokratis Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui mekanisme musyawarah untuk mufakat. Dalam hal ini peran BPD (Badan Perwakilan Desa) sangat penting dalam mengakomodasi pendapat/input dari warga.



12. Religius Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian mereka taat menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif, mereka juga mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan. Misalnya: tahlilan, rajaban, Jumat Kliwonan, dll.



4



CARA MENYIKAPI ATAU BERADAPTASI 1. Bersikap “andhap asor” Sebagai “komunitas tamu” yang berasal dari luar komunitas masyarakat desa seyogyanya kita mengambil posisi yang “merendah” atau minimal “seimbang” sekalipun secara materi dan intelektualitas lebih tinggi mereka.



2. Bersahabat Sifat arogan harus dikikis habis, diganti dengan perilaku yang bersahabat dan “sumedulur” (bersaudara). Sebagai tamu sudah semestinya tidak bersikap arogan dan menunjukkan sifat dan perilaku kekotaan.



3. Menghargai Sebagai reaksi atas sikap kekeluargaan dari masyarakat desa, sepantasnya kita juga menghargai



mereka.



Sikap



menghargai



ini



dapat



diberikan



dalam



hal:



a. Memahami pola pikir mereka yang berbeda kontra dengan pola pikir kita b. Menerima pemberian sesuatu sebagai bentuk “tresno” (kasih sayang) mereka kepada kita. c. Memahami pola hidup mereka yang jauh berbeda dengan pola hidup kita



4. Sopan santun Dalam rangka mengikuti adat/istiadat/kebiasaan yang berlaku di desa maka sudah selayaknya kita •



menyesuaikan Dalam



hal



berpakaian,



sebaiknya



diri, tidak



mengenakan



diantaranya: pakaian



“ala



kota”.



• Dalam gaya hidup, sebaiknya tidak menunjukkan sikap yang menurut mereka “pamer materi”. Misalnya: ber-handphone ria ditengah-tengah mereka, ber-walkman ria sambil berbicara



dengan



mereka.



• Dalam hal berbicara, sebaiknya tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang hanya bisa dipahami oleh kalangan mahasiswa. Misalnya: bahasa Inggris/bahasa “ngilmiah”.



5



5. Terbuka Sebagai reaksi positif atas keterbukaan yang ditunjukkan oleh masyarakat desa maka seyogyanya



kita



juga



menunjukkan



sikap



terbuka



kepada



mereka,



misalnya:



• Jika tuan rumah sudah berbicara apa adanya tentang menu makanan sehari-hari maka jika kita memang kurang suka sebaiknya “ngomong”. Contoh: Si A tidak suka makan mie. Sebaiknya



ngomong



ke



tuan



rumah



daripada



nggerundhel.



• Jika keluar dari rumah pondokan sebaiknya menjelaskan secara terbuka: mau kemana, dengan siapa dan kapan pulang. Hal ini penting, karena biasanya mahasiswa sudah dianggap sebagai anak sendiri.



6. Membantu tanpa pamrih Mengacu pada karakteristik gotong-royong yang dimiliki masyrakat desa, maka sudah semestinya kita menyesuaikan dan mengikuti kebiasaan itu. Bekerja dan membantu masyarakat desa tanpa pamrih. Dengan senang hati mengikuti setiap acara tradisional (misal: kenduri) yang diadakan di desa. Sekalipun tetap memperhitungkan waktu kerja program COP.



7. Tepat waktu Demi menjaga kepercayaan masyarakat desa, sebaiknya perlu diperhatikan ketepatan waktu dalam setiap acara peretemuan yang melibatkan orang banyak. Hal ini sangat penting agar masyarakat desa juga menaruh kepercayaan kepada kita sehingga sosialisasi program dan keterlanjutan pelaksanaannya dapat terjaga.



8. Silahturahmi Sebagai “tamu asing” sudah menjadi kebiasaan yang lumrah jika kita harus melakukan silaturahmi (= memperkenalkan diri) kepada warga masyarakat desa agar didalam melakukan sosialisasi dan pelaksanaan program tidak mengalami hambatan hanya dikarenakan belum kenal. Silaturahmi ini dapat dilakukan secara formal maupun informal. Misal: • Ketika melakukan sosialisasi ketemu warga desa, sebaiknya langsung memperkenalkan diri (informal) • Perkenalan diri secara formal di Balai Desa (formal)



6



9. “Srawung” Selama menjalankan program COP sebaiknya kita tetap menjaga hubungan baik dengan masyarakat desa sehari-hari. Jangan sekali-kali kita mengucilkan diri dan seolah membentuk kelompok “eksklusif orang kota”.



10. Gotong-royong Partisipatif, ini kata kuncinya ! Dalam menjalankan program kerja jangan sampai meninggalkan prinsip dasar, yaitu PARTISIPASI MASYARAKAT. Pada dasarnya program dapat berjalan karena ada partisipasi, baik dari seluruh anggota kelompok maupun masyarakat setempat. Memunculkan minat berpartisipasi tidaklah mudah, karena itu dibutuhkan komitmen yang tinggi yang diawali dari diri sendiri.



11. Demokratis Mencermati iklim demokrasi yang juga sudah merambah di desa, hendaknya kita bersedia mengikuti proses yang berlangsung. Karena itu, dalam merencanakan dan melaksanakan program kita harus melibatkan BPD (Badan Perwakilan Desa). Ini juga berarti kita menghargai proses demokrasi dalam sebuah “lembaga” yang namanya desa.



12. Religius Menyikapi kenyataan ini, secara psikologis kita tidak perlu khawatir atau bahkan takut karena justru akan menyulitkan kita untuk bersosialisasi. Sikap menghargai, itulah yang mesti kita kembangkan ! Kita mesti tahu diri disaat masyarakat desa sedang menjalankan ibadah agamanya. Karena itu dalam menyusun suatu kegiatan, pertimbangan faktor “lima waktu” sangat penting untuk diperhatikan.



7



KEBUDAYAAN



PERTANIAN



MASYARAKAT



DESA



DI



INDONESIA Ciri-ciri yang mendasari kebudayaan dan pertanian ( masyarakat desa) di Indonesia:



1. Masyarakat desa di Indonesia umumnya merupakan masyarakat agraris yang mandiri, dalam arti mampu memenuhi sendiri kebutuhannya (sandang, pangan dan papan).



2. Kebudayaan dan pertanian masyarakat desa di Indonesia terlokalisir atau berada pada lokasi tertentu dalam satu kesatuan sosial dengan aturan, norma ataupun adat- istiadat yang mengatur masyarakatnya. Memiliki struktur sosial dan kekuasaan tertentu yang mengatur sendiri



daerah



maupun



anggota



masyarakatnya.



3. Hubungan antar anggota masyarakatnya terjalin secara dekat, akrab dan kekeluargaan. Karena memiliki ikatan kebersamaan secara kedaerahan, etnisitas (kesukuan), maupun karena adanya hubungan kekerabatan(genealogis).



8



KESIMPULAN 1. Masyarakat desa adalah masyarakat yang kehidupannya masih dikuasai oleh istiadat. 2. Desa mempunyai ciri pokok kehidupan adalah ketergantungan mareka terhadap lingkungan alam sekitarnya. 3. Masyarakat desa adalah masyarakat yang saling menghargai. Akan tetapi sisi negatifnya adalah kurangnya persaingan antar penduduk.



9



DAFTAR PUSTAKA http://keepinmind-blog.blogspot.com/2011/03/kebudayaan-dan-pertanian-masyarakat.html http://prayudi.staff.uii.ac.id/2008/09/22/karakteristik-masyarakat-desa/



10