Congenital Dislocation Hip - Kel. 5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CONGENITAL DISLOCATION of HIP



DISUSUN OLEH : ELOK NUR RAKHMAN DELA RIZKY YUlLIASTINA RIFA RAHMALIA



FISIOTERAPI 2016 PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS INDONESIA



Kata Pengantar



Puji syukur patut kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga laporan ini dapat terselesai dengan baik. Adapun laporan klinik ini mengenai Congenital Hip Dislocation. Penyusun menyadari bahwa laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagi pihak. Untuk itu perkenankan saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini. Penyusun juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari berbagai pihak guna perbaikan laporan ini. Penyusun juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam laporan ini terdapat hal-hal yang tidak berkenan bagi pembaca. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu terselesai laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa anak yang lahir dengan masalah pinggul disebut dislokasi pinggul bawaan (displasia). Kondisi ini biasanya didiagnosis segera setelah bayi lahir. Sebagian besar waktu, hal itu mempengaruhi pinggul kiri pada anak pertama lahir, perempuan, dan bayi lahir dalam posisi sungsang. Bagian atas tulang paha (femur) berbentuk seperti bola dan cocok ke dalam cangkir pencocokan (acetabulum) pada sisi luar panggul. Berbagai masalah dapat mempengaruhi pinggul bayi karena berkembang. Terkadang bola tidak terletak dengan aman dalam soket dan dipindahkan dari itu: ini adalah apa yang dimaksud dengan dislokasi. Kadang-kadang, meskipun bola dalam soket, dapat menyelinap masuk dan keluar dari tempatnya. Ini adalah apa yang dimaksud dengan pinggul yang dislocatable. Kadang-kadang meskipun pinggul yang dalam soket tidak mendalam di tempat dan kita sebut pinggul ini ‘subluxated’. Akhirnya, pada beberapa anak meskipun pinggul yang di tempat yang tepat soket tidak tumbuh dengan baik dan terlalu dangkal. Jika soket pinggul dangkal ini memungkinkan bola untuk bergerak dari posisi seharusnya menempati. 1 sampai 2 dalam 1.000 bayi yang lahir mungkin memiliki pinggul yang terkilir saat lahir. Sebuah kelompok yang sedikit lebih besar dari anak-anak memiliki pinggul yang tidak aman dalam soket atau soket adalah dangkal dari yang seharusnya. Secara umum, anak perempuan lebih mungkin akan terpengaruh dibandingkan anak laki-laki. Pinggul kiri lebih sering terkena daripada sisi kanan. 1.2 Tujuan 1. 2. 3. 4.



Menjelaskan pengertian Congenital dislocatoin of hip Menjelaskan etologi Congenital dislocatoin of hip Menjelaskan patologi Congenital dislocatoin of hip Menjelaskan manifestasi klinis Congenital dislocatoin of hip



BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Congenital Dislocation Hip merupakan kelainan kongenital berupa dislokasi pada panggul karena acetabulum dan caput femur tidak berada pada tempat seharusnya. Insidensi dari Congenital Dislocation Hip terjadi satu dalam seribu kelahiran. Pada bayi perempuan delapan kali lebih sering ditemukan mengalami kelainan ini dari pada bayi laki-laki. Lebih sering ditemukan pada bayi dengan riwayat keluarga positif dan riwayat kelahiran sungsang. Insiden meningkat pada kebiasaan membedong bayi yang menyebabkan panggul dalam posisi ekstensi dan aduksi, mendekati garis tengah tubuh. Barlow melakukan studi bahwa lebih dari 60% dari instabilitas panggul menjadi stabil dlm waktu satu minggu, 88% menjadi stabil pada usia dua bulan, dan 12 % dengan instabilitas menetap. Saat panggul mengalami dislokasi atau subluksasi, perkembangan tulang femoral head dan acetabulum menjadi tidak normal, yang akan menyebabkan displasia. 2.2 Anatomi HIP Hip pelvic complex adalah hubungan Sacrum dengan spine sebagai lumbosacral, dengan pelvis sebagai sacroiliac joint, dan dengan coccygeus sbg sacrococcygea. Antar pelvis kiri-kanan dihubungkan symphisis pubis dan hungan dg anggota gerak bawah sbg hip joint.intervensi fisio manualterapi : penggunaan modalitas elektrik, terapi latihan hingga manipulative terapi. Pergerakan pada hip pelvic complex yaitu Flexiekstensi, adduksi-abduksi, exorotasi-endorotasi, circumduksi. Osteologi Hip Pelvic complex antara lain :       



OS Femur Os ilium Os ischii Os pubis Os sacrum Os coccygeus Os vertebra dan Lumbal



Sendi Hip Pelvic complex antara lain: 



lumbo sacral



   



sacrococcygeal sacroiliaca symphisis pubis hip joint(coxae)



Otot-otot penggerak dari Hip Pelvic complex antara lain: 1.



Hip Flexor a. Primary · Iliopsoas · Sartorius · Tensor fascia latae · Rectus femoris · Pectineus · Adductor longus



b. Secondary · Adductor brevis · Gracilis · Gluteus minimus 2. Hip Adductors a. Primary · Adductor longus · Adductor brevis · Pectineus · Gracilis · Adductor magnus b. Secondary · Biceps femoris · Quadratus femoris · Gluteus maximus 3. Hip Internal rotators · Gluteus minimus · Gluteus medius · Tensor fascia latae · Adductor longus · Adductor brevis · Pectineus · Semitendinosus · Semimembranosus



4.



Hip Extensors a. Primary · Gluteus maximus · Biceps femoris · Semitendinosis · Semimembranosis · Adductor magnus b. Secondary · Gluteus medius 5. Hip Abductors a. Primary · Gluteus medius · Gluteus minimus · Tensor fascia latae b. Secondary · Piriformis · Sartorius 6. Hip External Rotators a. Primary · Gluteus maximus · Piriformis · Obturator internus · Gemellus superior · Gemellus inferior · Quadratus femoris · Sartorius b. Secondary · Gluteus medius · Gluteus minimus · Obturator externus · Biceps femoris 2.3 Etiologi Berbeda dari kelainan kongenital lainnya, Developmental Displacement pada panggul merupakan hasil akhir kombinasi dari pengaruh faktor genetik dan lingkungan. Etiologi dari abnormalitas ini masih kontroversial karena data yang kurang adekuat. Keadaan ini dihubungkan dengan beberapa faktor. Diantaranya faktor ras, banyak ditemukan pada orang amerika asli, dan jarang pada orang tionghoa dan orang berkulit hitam. Faktor genetik, dengan ditemukannya data bahwa abnormalitas ini



lebih sering pada bayi yang memiliki riwayat keluarga dengan Developmental Displacement pada panggul. Faktor lainnya adalah posisi janin di dalam rahim dan riwayat kelahiran sungsang, kelainan muskuloskeletal lainnya seperti metatarsus adductus dan torticollis juga dilaporkan berhubungan dengan Developmental Displacement pada panggul. Oligo-hidramnion juga dihubungkan dengan kejadian abnormalitas ini. Panggul kiri lebih sering terkena, diduga karena posisi di dalam rahim, panggul kiri berhadapan dengan sakrum dari ibu, dan menyebabkan posisi aduksi. 2.4 Patofisiologi Sendi panggul berkembang baik di dalam rahim, dalam posisi fleksi tetap. Saat lahir, ditemukan 1 dari 80 anak yang mengalami kelemahan panggul, dan ini kemungkinan besar disebabkan faktor genetik. Apabila saat lahir atau dalam usia satu minggu, dilakukan ekstensi panggul secara pasif, ini merupakan tanda kelemahan panggul, femoral head kemungkinan mengalami dislokasi. Sebagai akibatnya, menggantungkan bayi baru lahir dengan memegang pergelangan kakinya sudah tidak boleh dilakukan. Dislokasi panggul saat lahir bersifat sementara, dan spontan menjadi stabil dalam dua bulan pertama. Dislokasi dan subluksasi panggul yang persisten menyebabkan perubahan sekunder di dalam dan di sekitar sendi panggul, terjadi perkembangan abnormal dari acetabulum, peningkatan anteversi femoral neck, hipertrofi dari kapsul, kontraktur dari otot yang melewati sendi panggul terutama otot iliopsoas dan otot aduktor. Terjadinya perubahan sekunder pada panggul menyebabkan kesulitan untuk mengembalikan panggul ke keadaan normal. Maka dari itu sangat penting untuk dapat mendiagnosis secara dini, untuk menghindari terjadinya perubahan sekunder dari panggul. Jika panggul pada bayi baru lahir tidak pernah di ekstensikan secara pasif, dan tidak pernah dipertahankan pada posisi ekstensi pada bulan pertama kelahiran, dislokasi dan subluksasi dari panggul dapat dihindari. 2.5 Manifestasi Klinis · · ·



Kaki bayi panjang sebelah Terdapat lipatan paha yang asimetris Kalau sudah bisa berjalan, jalannya tidak seimbang



2.6 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang



1. Palpasi dan Inspeksi        



Kelainan berjalan dan tidak seimbang seperti pincang Bayi mengalami keterlambatan perkembangan Kaki sedikit pasif Bentuk tungkai pendek sebelah Lipatan paha kanan dan kiri berbeda Saat melakukan gerakan merangkak terjadi kaki diseret untuk bergerak Bayi sering digendong oleh ibunya Kelahiran sungsang



2. Pemeriksaan Fisik a. Tes Barlow Terjadi bunyi "klik" saat kaput femur dilakukan tes dengan cara dilakukan penarikan pada kaput femur dan acetabulum dimana ibu jari pemeriksa diletakkan pada lipatan paha bayi itu dan tungkai yang lain dilakukan tes dengan cara digerakan ke arah adduksi. Dalam pemeriksaan dengan tes barlow ini penderita positif terjadi pengeluaran kaput femur dari mangkok tulang acetabulum. b. Tes Ortolani Uji dengan tes ortolani dimana penguji melakukan tes dengan cara memasukkan kaput femur dengan gerakan abduksi pada tungkai bayi dengan bunyi "klik" pada trochanter mayor ditekan ke dalam dan terasa caput yang tadi keluar saat tes barlow dilakukan dimana tulang acetabulum mengalami kelonggaran ruangan dengan sudut kurang dari 60 derajat dimana pada bayi yang normal sudut abduksi 65 sampai 80 derajat. c. Tes Geazzi Pemeriksaan dengan tes ini maka penderita harus dilakukan gerakan mendekat pada tungkai kiri dan kanan dimana untuk mengetahui panjang tungkai dan lutut apakah kedua lutut sama panjang atau tidak. Dalam pemeriksaan ini menjadi positif apabila panjang tungkai tidak sama. d. Tes Trendelenberg Posisi bayi itu dilakukan gerakan berdiri dengan satu kaki bergantian, dimana saat berdiri tungkai yang mengalami kelemahan dalam berdiri akan tampak gerakan menjauh dari midline tubuh dimana otot panggul berusaha keras dalam mempertahankan posisi dari panggul agar tetap berdiri tegak dan hal ini tes menjadi positif jika pada tes ini otot penyangga pinggul dilakukan



palpasi terasa kuat berkontraksi dalam menjaga agar tubuh stabil dalam berdiri.



Pemeriksaan Penunjang 1. Rontgen Ditemukan tulang femur mengalami kemiringan bentuk posisi dimana pada caput femur dan acetabulum tidak terletak pada posisi yang tepat sehingga pergeseran terlihat dari arah proksimal dan ke distal dengan posisi miring. 2. CT Scan Dalam pemeriksaan dengan CT scan terlihat indikasi displasia dari acetabulum kelihatan nyata dengan posisi dari caput femur yang mengalami dislokasi.



Tanda-tanda CDH : CDH UNILATERAL :  Keterbatasan Abduksi pd salah satu hip  Asimetri lipatan kulit  Kemungkinan pemendekan salah satu tungkai  Pada palpasi, tronchanter mayor lebih tinggi dibanding yang satu CDH BILATERAL :  Wide perineum  Female shape of Pelvis ( bentuk panggul wanita )  Peningkatan lumbar lordosis



Kategori CDH/DDH : 1. Dislocated Hip 2. Dislocatable Hip 3. Subluxatable Hip 4. Dysplasia Hip



BAB III PEMBAHASAN 3.1 Penatalaksanaan Fisioterapi FORMULIR FISIOTERAPI



Nama Fisioterapi



:



Peminatan



: FT. A



Nama Dokter



:



Ruangan



:



Poli



:



Tgl Periksa



:



12



FT. A Nomor Register Februari 2017



I.



II.



PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN : (S) Nama Jelas



: An. N. Y.



Tempat & Tgl lahir



: 12 Agustus 2015 (1 ½ thn)



Alamat



: Jl. Kober, Depok



Pendidikan terakhir



: -



Pekerjaan



: -



Hobi



: -



Diagnosis Medik



: Congenital Hip Dislocation



PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PENYAKIT (S) :



KU : Belum bisa duduk RPS: Menurut Ibu NY, di usia ± 10 bulan sang ibu merasakan seperti ada sesuatu yang berbeda pada anaknya dengan anak yang lainya. Ibu NY melihat seperti kelainan bentuk pinggul dan paha saat anaknya melakukan gerakan ekstensi dan gerakan adduksi paha. Lipatan pada paha terlihat tidak sama antara kanan dan kiri, panjang tungkai berbeda.



RPrenatal : -



Usia Ibu hamil 27 tahun



-



Kehamilan yang direncanakan



-



Kontrol rutin setiap bulan ke dokter



-



Tidak ada riwayat jatuh



RNatal : -



Lahir spontan



-



Lahir saat usia kehamilan 9 bulan 8 hari



-



Lahir sungsang



-



Lahir di Klinik, dibantu Bidan



-



Langsung menangis



-



Biru dan Kuning tidak ada



-



BBL = 2,8 Kg



-



PBL = 48 cm



RPostnatal : -



Kuning tidak ada



-



Kebiasaan dibedong



RPD : Tdk ada keluhan RPK : Tdk ada keluhan RImunisasi : Lengkap



RTumbang : R. Makan : - ASI : 0-2 Bulan - Susu Formula menggunakan botol : 0- 1 tahun 6 bulan - Bubur bayi : 3-4 bulan RPsikososial :



- NY merupakan anak ke-1 dari 1 bersaudara - NY dari bayi diasuh oleh ibunya - Ibu 29 Tahun, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu



rumah tangga - Ayah 32 Tahun, pendidikan terakhir ayah SMP, pegawai swasta



III. PEMERKSAAN (O) a. Pemeriksaan Umum -



Cara datang



: Digendong



-



Kesadaran



: Compos Mentis



-



Koperatif



-



Tensi



: Tidak dilakukan



-



Lingkar kepala



: 45 cm



-



Nadi : 110x/menit



-



RR : 20x/menit



-



Status Gizi : Kesan Cukup



-



Suhu : Afebris



b. Pemeriksaan Khusus Pengamatan Posisi dan Pola Gerak



-



Terlentang



:



2 tangan bergerak aktif pola tampak normal Tungkai bergerak tidak smooth dengan pola Hip



: Semi flexi, abduksi, eksorotasi



Knee



: Semi flexi



Ankle



: Semi dorsal fleksi



-



Berguling



: Via shoulder dengan rotasi trunk kurang adekwat



-



Telungkup



:



Head control (+) Forearm support (+) Hand support (+)



-



Elbow



: Semiflexi, tangan menggenggam



Hip



: Semifleksi, Abduksi dan Eksorotasi



Knee



: Semifleksi



Ankle



: Plantar fleksi



Merayap



: Dengan menarik badan menggunakan lengan



bawah, ke 2 tangan panjangnya



-



Duduk



: (-)



-



Diposisikan Duduk :



Head control (+) Trunk control (±) Hand support (+)



menggenggam. Kedua tungkai berbeda



Sitting balance (±) Reaksi Protektif, ada tapi terlambat



-



Diposisikan berdiri : Hip



: Semifleksi, abduksi



Knee



:



Pemeriksaan fisik 1. Test Barlow : (+) terdapat bunyi klik 2. Test Ortolani : (+) bunyi klik saat trochanter mayor ditekan ke dalam 3. Test Galeazzi : (+) beda panjang, kanan lebih tinggi 4. Test Tradlenberg : (+)



IV. PENGUMPULAN



DATA



TERTULIS



PEMERIKSAAN



PENUNJANG Rontgent



V. URUTAN MASALAH FISIOTERAPI BERDASARKAN PRIORITAS 1. Dislokasi sendi Hip 2. Standing balance 3. Asimetri tungkai 4. Pola jalan tidak benar



VI.



DIAGNOSA FISIOTERAPI Functional Limitation  



Penderita tidak mampu berjalan seimbang Keterbatasan gerak untuk ekstensi dan gerakan abduksi dari paha



Impairment 



Dislokasi dari acetabulum dan caput femur tidak berada pada posisi yang normal



Participation restriction  



Hambatan bermain pada penderita CHD dengan teman sebaya Bisa jadi anak mengalami keterlambatan psikososial dibanding anak normal



VII. PROGRAM PELAKSANAAN FISIOTERAPI 1. Pengumpulan data program fisioterapi dari dokter 2. Tujuan : Tujuan jangka pendek :  Tungkai simetri  Dapat berdiri stabil  Pola jalan normal Tujuan jangka panjang :  Berjalan dengan atau tanpa alat bantu 3. Intervensi Fisioterapi : o Terapi Manipulasi (Traksi), dengan tujuan mengembalikan caput femur pada acetabulum o Fiksasi eksternal dengan menggunakan Spica, mempertahankan posisi caput femur yang telah di reposisi o Latihan ROM, Stretching, dan strengthening pada knee dan ankle.



PENUTUP KESIMPULAN Congenital Dislocation of Hip adalah deformitas ortopedik yang didapat sebelum atau saat kelahiran, kondisi ini mengacu pada malformasi sendi panggul selama perkembangan janin. CDH terjadi dengan kejadian 1,5 per 1000 kelahiran dan lebih umum terjadi pada anak perempuan dibanding anak laki-laki. Kelainan yang sering dijumpai pada anak pertama; anak perempuan; riwayat dislokasi pada keluarga; serta bayi dalam letak bokong. Ada beberapa faktor penyebab yang diduga berhubungan dengan terjadinya Congenital Dislocation of the Hip (CDH), antara lain faktor genetic, faktor hormonal, malposisi intrauterine dan faktor pasca kelahiran. Congenital Dislocation of the Hip (CDH) memiliki gambaran klinis seperti pergerakan yang terbatas di daerah yang terkena, posisi tungkai yang asimetris, lipatan lemak paha yang asimetris dan tungkai pada sisi yang terkena tampak memendek. Diagnosis Congenital Dislocation of the Hip (CDH) ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologis seperti pemeriksaan USG, pada bayi yang agak besar atau anak-anak dapat dilakukan rontgen, scan tulang, tomogram, CT scan/MRI. Penatalaksanaan CDH umumnya hanya dengan memasang bidai untuk mempertahankan sendi panggul dalam posisinya dan penderita usia 3-18 bulan, dapat dicoba reduksi tertutup dan tindakan operasi dipertimbangkan bila reduksi ini tidak berhasil dan bagi kelainan telah bersifat irreversible sehingga tindakan operasi merupakan satu – satunya alternatif pengobatan untuk mengoreksi kelainan yang ada. Komplikasi CDH adalah redislokasi, kekakuan pinggul, infeksi, kehilangan darah, dan nekrosis caput femoralis. Prognosis baik jika dideteksi dini dan segera ditangani jika tidak, dapat menyebabkan komplikasi.



DAFTAR PUSTAKA 1. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : Yarsif Watampone 2. Salter, Robert Bruce. 1970. Textbook of Disorder and Injuries of the Muskuloskeletal System. Maryland : Lippincott Williams & Wilkins 3. Prognosis dan dislokasi panggul kongenital diunduh tanggal 10 Juli 2011 dari http://books.google.co.id/books?id=9yqqTP6teIC&pg=PA396&lpg=PA396&d q=Prognosis+dislokasi+panggul+kongenital&source 4. https://www.scribd.com/doc/82832783/Congenital-Dislocation-of-the-Hip