Conto Biaya Produksi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS EKONOMI KESEHATAN “ANALISA BIAYA PRODUKSI, BEP DAN CRR PELAYANAN RAWAT JALAN POLI GIGI DAN ALAT HAEMATOLOGI LABORATORIUM DI YAYASAN KESEHATAN TELKOM SURABAYA”



OLEH : IDA ERNANI,DRA



NIM



: 101214453034



MIGIT S, DRG



NIM



: 101214453037



ROCHATI,SKM



NIM



: 101214453039



DIAN ISLAMI,DR



NIM



: 101214453046



TRI SUKMA SETIANI,DR



NIM



: 101214453047



PASCA SARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN MINAT STUDI MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN SURABAYA 2013 BAB I PENDAHULUAN



I.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan



kata ekonomi.



Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata iaitu oikos, yang berarti rumah tangga,dan nomos yang berarti peraturan,jadi definisi Ekonomi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas sementara jumlah sumber daya yang ada sangat terbatas. Dari pengertian itu maka sudah selayaknya kita mempu menerapkan prinsip ekonomi dalam segala tindakan ekonomi yang akan kita lakukan.Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai analisis biaya dalam proses produksi yang merupakan bagian dari istilah ekonomi yang sudah dijelaskan diatas,dan mengulas pentingnya analisis biaya produksi pada proses produksi yang hendak dilakukan oleh produsen. Setiap proses produksi akan melibatkan sumber daya dalam suatu proses produksi seperti manusia, mesin, dan uang yang akan menghasilkan hasil atau output yang menjadi hasil akhir dari proses produksi itu. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal haruslah dihitung dan di analais biaya yang di keluarkan dalam melakukan proses produksi tersebut,sehingga produsen dapat mengetahui dan memperkirakan keuntungan yang akan ia dapatkan dari produk yang akan dijual dan untuk membantu apakah produsen sudah melakukan proses produksi yang memperhitungkan segala aspek biaya yang terkait dalam tindakan ekonomi,dan apakah produsen sudah mengerti biaya yang akan atau telah dikeluarkan sebanding dengan hasil yang akan kita dapat dari hasil penjualan atau tidak, oleh karena itu haruslah kiranya dihitung dan di pertimbangkan secara cermat dan sangat rinci, itulah yang manjadi alasan dilakukannya kegiatan analisis terhadap pelayanan kesehatan Poli Gigi dan Laboratorium Haematologi di Yayasan Telkom Surabaya. Diharapkan dengan makalah ini dapat bermanfaat khususnya dalam perencanaan dan evaluasi pembiayaan pelayanan kesehatan tersebut. I.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep biaya produksi? 2. Bagaiaman bentuk klasifikasi biaya produksi?



3. Bagaimana cara penghitungan biaya produksi total? 4. Bagaiaman penghitungan biaya produksi rata-rata? 5. Bagaimana penghitungn BEP (Break Even Point) ? 6. Bagaimana penghitungan CRR (Cost Recovery Rate) ? I.3 Tujuan I.3.1 Tujuan Umum Mempelajari aplikasi biaya produksi dalam jasa pelayanan kesehatan I.3.2 Tujuan Khusus 1. Mempelajari konsep biaya produksi 2. Mempelajari bentuk klasifikasi biaya produksi 3. Mempelajari cara penghitungan biaya produksi total 4. Mempelajari penghitungan biaya produksi rata-rata 5. Mempelajari penghitungan BEP (Break Even Point) 6. Mempelajari penghitungan CRR (Cost Recovery Rate)



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Konsep Biaya Produksi 2.1.1 Pengertian Biaya Untuk menghasilkan suatu produk (output) tertentu diperlukan sejumlah input. Dari sudut pandang produsen, biaya adalah nilai dari sejumlah input (faktor produksi) yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk (output). Output atau produk bisa berupa jasa pelayanan atau bisa juga berupa barang. Di sektor kesehatan misalnya Rumah Sakit dan Puskesmas, produk yang dihasilkan berupa jasa pelayanan kesehatan. Untuk menghasilkan pelayanan pengobatan di Rumah Sakit, diperlukan sejumlah input (faktor produksi) yang antara lain berupa obat, alat kedokteran, tenaga dokter, perawat, gedung dan sebagainya. Dengan demikian biaya pelayanan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit dapat dihitung dari nilai (jumlah unit X harga) obat, alat kedokteran, tenaga dokter, perawat, listrik, gedung dan sebagainya yang digunakan untuk menghasilkan pelayanan kesehatan. Biaya juga sering diartikan sebagai nilai dari suatu pengorbanan untuk memperoleh suatu output tertentu jika dianalisis dari sudut pandang konsumen. Pengorbanan itu bisa berupa uang, barang, tenaga, waktu maupun kesempatan. Dalam analisis ekonomi nilai kesempatan untuk memperoleh sesuatu yang hilang karena melakukan suatu kegiatan juga dihitung sebagai biaya (opportunity



cost).



yang



Apapun



disebut dengan biaya wujud



pengorbanan



kesempatan



tersebut,



dalam



penghitungan biaya semuanya harus ditransformasikan ke dalam nilai 2.1.2



uang. Pengertian Produksi Menurut Ahyari (2002) produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Menurut Setiaji (2008), produksi adalah penciptaan atau penambahan faedah,



bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa produksi adalah kegiatan untuk menciptakan dan menambah kegunaan (Utility) 2.1.3



suatu barang dan jasa. Pengertian Biaya Produksi Biaya produksi merupakan sebagian keseluruhan faktor yang dikorbankan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk hingga produk tersebut sampai di tangan konsumen (Widjajanta, Widyaningsih, 2007). Jadi biaya produksi merupakan pengertian biaya yang dilihat dari sudut pandang produsen, sehingga biaya produksi dapat diartikan sebagai besarnya biaya atau pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh produsen untuk mendapatkan faktor produksi yang nantinya bisa digunakan untuk menghasilkan output yang berupa jasa pelayanan ataupun berupa barang.



2.2



Klasifikasi Biaya Klasifikasi



biaya



adalah



penggolongan



atau



proses



mengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting. 2.2.1 Klasifikasi Biaya Menurut Hubungannya dengan Skala Produksi 1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dalam periode waktu tertentu jumlahnya tetap, tidak bergantung pada jumlah pelayanan



yang



dihasilkan. Contohnya : nilai dari gedung rumah sakit yang digunakan (biaya gedung yang digunakan tidak berubah baik ketika pelayanannya meningkat maupun menurun), nilai dari peralatan kedokteran, nilai tanah tempat berdirinya rumah sakit. 2. Biaya Variabel (Variable Cost) Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada output yang dihasilkan. Misalnya biaya bahan untuk menghasilkan suatu produk. Semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan. Tak heran jika biaya semakin besar. 3. Biaya semitetap (semifixed cost)



Biaya semitetap adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang kostan pada volume produksi tertentu. 4. Biaya semi variabel (semivariable cost) Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. Misalnya Biaya Tagihan Telepon, Biaya Tagihan PLN (Listrik). 2.2.2 Jenis biaya berdasarkan fungsi dan aktivitas sumber daya a. Biaya langsung (direct cost) Biaya langsung adalah biaya yang dapat dihitung untuk tiap unit output yang dihasilkan. Termasuk biaya langsung misalnya adalah biaya tenaga kesehatan di Rumah Sakit. b. Biaya tidak langsung (indirect cost) Biaya tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan, tetapi tidak bisa dihitung untuk tiap unit produk yang dihasilkan karena adanya unsurunsur biaya penggunaan fasilitas bersama. Biaya tidak langsung ini disebut pula overhead cost. Contohnya biaya peralatan kantor manajemen Rumah Sakit. 2.2.3 Jenis biaya berdasarkan pertanggungjawaban a. Biaya Terkendali (controllable cost) Adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan tertentu dalam jangka waktu tertentu. Contoh : Biaya pemasangan iklan merupakan biaya terkendali bagi manager Pemasaran. b. Biaya Tak Terkendali (noncontrollable cost) Adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan tertentu berdasarkan wewenang yang dimiliki atau tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan dalam jangka waktu tertentu. Contoh : Biaya penggunaan bahan merupakan biaya tidak terkendali bagi Manager Pembelian 2.2.4 Jenis biaya yang digunakan dalam pengambilan keputusan a. Avoidable cost Biaya-biaya yang dapat dihindari sebelum terjadinya suatu keputusan. b. Sunk cost Biaya-biaya yang telah dikeluarkan/ diterima sebelum terjadinya suatu keputusan. c. Incremental cost



Biaya yang timbul akibat adanya pertambahan/pengurangan output. d. Opportunity cost Biaya alternatif yang ditimbulkan akibat dipilihnya suatu keputusan. 2.3



Penghitungan Total Cost / Biaya Total Dalam menjalankan suatu proses produksi tentu dihasilkan produk baik berupa barang atau pun jasa. Sesuai dengan rumus produksi yaitu adanya input, proses, dan output. Barang atau jasa yang dihasilkan merupakan hasil dari penggunaan input modal, tenaga kerja, dan bahan yang selanjutnya diproses menjadi barang dan jasa. Perusahaan mendapatkan input tersebut dari pasar – pasar faktor produksi. Selanjutnya tentu sebuah perusahaan akan menghitung berapa jumlah biaya total yang timbul untuk memproduksi sejumlah barang.



2.3.1 Rumus Dalam Penghitungan Biaya Total Biaya total adalah keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Biaya total berarti pula total pengeluaran terendah yang diperlukan untuk memproduksi setiap tingkat output. Biaya total akan meningkat ketika kuantitas dari barang yang diproduksi juga meningkat. Dalam makalah ini dicontohkan tiga jenis penghitungan biaya produksi yang berbeda klasifikasi namun hasil penghitungan akhirnya tetap sama, adapun penghitungannya sebagai berikut : 1. Berdasarkan Skala Produksi. TC = FC + VC Keterangan : TC = Total cost FC = Fixed cost 2. Berdasarkan Lama penggunaannya TC = IC + OC + MC Keterangan : TC = Total cost IC = Investment cost OC = Operasional cost MC = Maintanance cost 3. Berdasarkan Fungsi Produksi TC = IDC + DC Keterangan : TC = Total cost IDC = Indirect cost DC = Direct cost 2.3.2 Penghitungan Satuan Biaya Rata-Rata Biaya satuan adalah biaya yang dihitung untuk satu satuan produk (pelayanan). Biaya satuan diperoleh dari biaya total (TC) dibagi jumlah



produk (Q) atau TC/Q. Dengan demikian dalam menghitung biaya satuan harus ditetapkan terlebih dahulu besaran produk. Biaya satuan seringkali disamakan dengan biaya rata-rata (average cost). Penetapan besaran satuan produk itu dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Makin kecil satuan produk/pelayanan akan makin rumit dalam menghitung biaya satuan. Rumus biaya satuan : Unit cost/Average cost



AC = AFC + AVC



Keterangan : TC = Total Cost VC = variable Cost FC = Fixed Cost Q = Quantity of Output AC = Average cost AFC = Average fixed cost AVC = Average variable cost Dengan melihat rumus biaya satuan (TC/Q) tersebut, maka jelas tinggi rendahnya biaya satuan suatu produk tidak saja dipengaruhi oleh besarnya biaya total tetapi juga dipengaruhi oleh besarnya produk atau pelayanan. Biaya satuan ada 2 macam, yaitu: a. Biaya satuan actual/biaya tetap rata-rata/average fixed cost = AFC Yaitu biaya tetap yang dikeluarkan unit produksi perusahaan untuk menghasilkan satu output berdasarkan besaran produk perusahaan. Nilai AFC hanya dipengaruhi oleh perubahan output karena jumlah TFC sifatnya konstan. AFC = TFC Q Kurva AFC merupakan sebuah garis lengkung yang mengarah ke kanan bawah. Hal ini memang seharusnya demikian sebab kedua ujung kurva AFC semakin lama semakin mendekati garis sumbu grafik tetapi tidak pernah menyinggung apalagi memotong sumbu-sumbunya. Hal ini karena di ujung kiri, pada tingkat output nol, nilai AF adalah tak hingga (~). Sedangkan di ujung kanan, nilai AFC tidak mungkin sama dengan nol, berapapun jumlah output yang dihasilkan. Biaya Rerata



AFC



Grafik Kurva biaya tetap rata-rata b. Biaya satuan normative/biaya variabel rata-rata/Average variable cost = AVC Yaitu biaya yang diperlukan untuk menghasilkan satu jenis produk perusahaan menurut standar baku dengan melihat kapasitas dan utilitasnya. AVC = TVC Q Penetapan harga yang rasional mutlak memerlukan informasi tentang biaya satuan. Dalam kenyataan tidak mudah menghitung biaya satuan, antara lain karena produk perusahaan cenderung sangat banyak. Kurva TC memiliki memiliki bentuk persis dengan kurva VC (hanya letaknya saja yang berbeda), bentuk kurva biaya rata-rata (AC) itu pun juga menyerupai bentuk kurva biaya variabel rata-rata (AVC). Kalau bentuk kurva biaya variabel rata-rata menyerupai huruf U, bentuk kurva biaya rata-rata itu pun juga menyerupai huruf U. Biaya rata-rata mula-mula sekali turun dan sesudah dicapai suatu titik tertentu, lalu mulai naik. Biaya Rerata AVC L



K



Grafik 0Kurva Biaya Variabel Rata-rataAFC Q



Namun demikian, meskipun bentuk kurva biaya rata-rata (AC) ini juga menyerupai huruf U tetapi ada perbedaan dengan kurva biaya varibel rata-rata (AVC). Bedanya adalah bahwa kurva biaya rata-rata (AC) itu turun dengan cepat, tetapi naik dengan perlahan-lahan. Dengan kata lain, bagian kiri kurva itu lebih curam dibandingkan bagian kanannya. Hal ini dapat terjadi karena adanya pengaruh dari kurva biaya tetap rata-rata (AFC). Kita ketahui bahwa kurva biaya tetap rata-rata mula-mulai turun dengan tajam, untuk kemudan makin lama makin melandai. Bagian pertama kurva AFC yang curam itu



ketika bergabung dengan bagian kurva AVC yang juga turun menghasilkan kurva biaya rata-rata yang curam. Selanjutnya bagian kanan kurva biaya variabel rata-rata yang naik ketika bergabung dengan bagian kanan kurva biaya tetap rata-rata yang landai, lalu menghasilkan kurva biaya rata-rata yang sekalipun naiklandai. Itu sebabnya mengapa kurva biaya rata-rata mempunyai bentuk yang sebelah kiri turun dengan cepat dan bagian kananya naik dengan lebih lambat, dan itu pula sebabnya mengapa kurva biaya rata-rata tidak terletak tepat di atas kurva biaya variabel rata-rata sebagaimana kurva TC terletak tepat di atas kurva VC, melainkan antara keduanya terpisahkan oleh jarak vertikal yang makin ke kanan makin menyempit. Berkaitan dengan hal ini, setiap titik di sepanjang kurva biaya rata-rata menyatakan besarnya biaya total yang harus dipikul oleh setiap satuan output. Biaya rata-rata ini paling rendah ketika kurva biaya rata-rata mencapai titiknya yang terendah. Hal ini menerangkan bahwa pada saat biaya rata-rata terendah itu output telah dihasilkan dengan cara yang paling efisien, artinya setiap satuan output telah dihasilkan dengan biaya yang serendah-rendahnya. Itulah sebabnya tingkat output yang dihasilkan ketika biaya rata-rata adalah terendah atau minimum seperti itu disebut sebagai tingkat output yang optimal. Biaya satuan pada pelayanan kesehatan memiliki karakteristik, antara lain sebagai berikut: a Biaya yang dihitung tersebar di unit Biaya produksi dan unit penunjang. Sehingga perlu metode distribusi biaya untuk mengalokasikan biaya yg ada di unit penunjang ke unit b



produksi Output pelayanan kesehatan sangat beragam, baik unit



c



pelayanan maupun tindakannya. Ada yg sifatnya ideal (kapasitas) dan aktual (apa adanya), yang disebut unit cost normatif dan unit cost actual



2.4



Break Even Point (Titik Impas)



2.4.1 Pengertian Break Even Point (Titik Impas) menurut para ahli a. Syarifuddin Alwi (1990) Suatu keadaan perusahaan dimana dengan keadaan tersebut perusahaan tidak mengalami kerugian juga perusahaan tidak mendapatkan laba sehingga terjadi keseimbangan atau impas. hal ini bisa terjadi bila perusahaan dalam pengoperasiannya menggunakan biaya tetap dan volume penjualannya hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variable. b. Bambang Riyanto (1995) Volume penjualan di mana penghasilannya (revenue) tepat sama besarnya dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau menderita kerugian. c. Mulyadi (2001) Keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan atau revenue (penghasilan) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. d. Menurut Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Julianty (2002) dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan : Konsep dan Manfaat Titik impas adalah titik dimana total biaya sama dengan total penghasilan. e. Menurut Henry Simamora



(2002)



dalam



bukunya



Akuntansi



Manajemen, Volume penjualan dimana jumlah pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak terdapat laba maupun rugi. f. Armila Krisna Warindrani, (2006) Break Even Point kondisi perusahaan yang tidak memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian, dengan mengetahui Break Even Point dimana perusahaan akan meningkatkan penjualan diatas break even point untuk mendapatkan laba dan menghindarkan penjualan dibawah Break Even Point karena akan menderita kerugian.adalah g. Darsono Prawironegoro dan Ari Purwanti (2008) Posisi dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. BEP atau titik impas sangat penting bagi manajemen untuk



mengambil keputusan untuk menarik produk atau mengembangkan produk. h. Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009) dalam bukunya Akuntansi Biaya Melalui Pendekatan Manajerial Titik impas Suatu keadaan dimana perusahaan yang pendapatan dan penjualannya sama dengan jumlah total biayanya atau besarnya kontribusi marjin sama dengan total biaya tetap. 2.4.2 Manfaat Break Even Point Menurut Soehardi Sigit, (2002), Analisis Break Even Point dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran dan tujuan perusahaan. Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Dalam analisis BEP terdapat manfaat bagi manajemen antara lain: 1) Membantu pengendalian melalui anggaran (budgetery control). Membantu menunjukkan perubahan apabila ada yang diperlukan untuk menjadikan biaya selaras dengan pendapatan. 2) Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan. Berlaku sebagai sinyal



peringatan



untuk



menggugah



manajemen



terhadap



kemungkinan kesulitan dalam program penjualan. Jika penjualan secara relatif tidak cukup tinggi dibandingkan dengan biasanya seperti semestinya, kenyataan ini akan diperhatikan. Dengan demikian akan tersedia cukup waktu guna mengevaluasi kembali teknik penjualan. 3) Menganalisa dampak volume penjualan. Memberi jawaban atas pertanyaan seperti: a. Berapa banyak volume penjualan saat ini bisa berkurang sebelum industri menderita rugi? b. Berapa kenaikan laba bila ada kenaikan volume penjualan? 4) Menganalisis harga jual dan dampak perubahan biaya. Menunjukkan pengaruh yang mungkin terjadi atas laba akibat perubahan harga jual yang disertai oleh perubahan lain, sebagai contoh: a. Perubahan apa yang dapat diharapkan dalam laba jika terjadi perubahan



harga dengan asumsi



tetap/konstan?



semua



faktor



lainnya



b. Jika harga barang dikurangi apa kombinasi perubahan volume dan biaya yang paling praktis untuk diberikan dan apa pengaruh bersih kombinasi industri tersebut terhadap laba? c. Demikian pula jika harga naik apa kombinasi perubahan dan pengaruhnya terhadap laba yang layak untuk diharapkan? 5) Merundingkan upah. Membantu manajemen karena: a. Menunjukkan dengan cepat kemungkinan pengaruh perubahan usulan gaji terhadap laba (dianggap tidak ada perubahan efisiensi karyawan). b. Memberikan bantuan



dalam



menentukan



kemungkinan



penghematan efisiensi yang dapat melindungi posisi laba industri. 6) Menganalisa bauran produk. Memungkinkan dilakukan pengujian krisis atas bauran produk. Analisa impas untuk tiap jalur produk merupakan bantuan yang berharga dalam menentukan produk mana yang mungkin harus dihapuskan. 7) Menilai keputusan-keputusan kapitulasi dan ekspansi lanjutan memberi sarana guna menilai terlebih dahulu usulan belanja barang modal yang dapat mengubah struktur biaya industri 8) Menganalisa margin pengamanan sebagai cadangan



margin



pengaman dan cara untuk mempengaruhi melalui pengamanan. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalam mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut: a. Jumlah



penjualan



minimal



yang



harus



dipertahankan



agar



perusahaan tidak mengalami kerugian. b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu. c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi. d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh. 2.4.3 Tujuan Break Even Point a. Mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan sama dengan biaya. b. Menunjukan suatu sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih. c. Memungkinkan perusahaan mengetahui apakah mereka beroperasi dekat atau jauh dari titik impas.



2.4.4 Asumsi Dasar BEP Dalam penggunaan teknik analisis titik impas digunakan beberapa asumsi dasar sebagai berikut : 1. Tarif setiap jenis pelayanan diasumsikan konstan pada berbagai tingkatan



volume



pemakaian.



Asumsi



ini



diperlukan



untuk



menggambarkan penerimaan dalam bentuk garis lurus. 2. Semua elemen biaya produksi dapat dikelompokkan kedalam kelompok biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel mempunyai variabilitas terhadap output yang diproduksi bukan terhadap kegiatan lain di luar produksi. 3. Harga faktor produksi (seperti upah pegawai, harga kapital, dll) diasumsikan konstan pada berbagai tingkatan kegiatan produksi. Asumsi ini diperlukan untuk menggambarkan biaya dalam bentuk garis lurus. 4. Kapasitas yang dimiliki firma adalah tidak berubah, karena perubahan kapasitas yang dimiliki rumah sakit dapat merubah pola hubungan antara biaya penerimaan dan laba. Asumsi ini menunjukkan bahwa analisis titik impas hanya kita gunakan dalam periode jangka pendek. 5. Tingkat efisiensi dari rumah sakit tidak berubah, karena program efisiensi yang sangat berhasil ataupun sebaliknya tingkat pemborosan yang luar biasa akann berpengaruh terhadap pola hubungan biaya penerimaan dan laba. 6. Tingkat dan metode teknologi yang digunakan oleh rumah sakit tidak berubah. Perubahan tingkat dan metode teknologi yang digunakan rumah sakit dapat mempengaruhi pola hubungan antara biaya penerimaan dan laba. 7. Apabila rumah sakit menyediakan bermacam-macam jenis pelayanan (diversifikasi) maka komposisi jasa yang ditawarkan diasumsikan tidak berubah. Perubahan komposisi ini akan berakibat berubahnya persentase laba kontribusi. 2.4.5 Menentukan Break Even Point (BEP) / Titik Impas 1) Rumusan untuk menghitung BEP = titik impas dengan rumus matematika a) Atas dasar rupiah b) Atas dasar unit



Keterangan: FC VC P S BEP(Rp)



: Biaya tetap : Biaya variabel per unit : Harga jual per unit : Penjualan : Jumlah untuk produk yang dihasilkan impas dalam



BEP (Q)



rupiah : Jumlah untuk produk yang dihasilkan impas dalam unit



2) Analisis BEP dengan grafik Q



P (000)



TC



30 0



BEP



15 0



Grafik 1.2.Grafik BEP



VC



P



3) Metode “Trial and Error”



FC



Penghitungan Break Even Point dapat dilakukan dengan cara “Trial and Error” atau cara (000) 60 coba-coba, yaitu dengan Qmenghitung keuntungan netto dari suatu volume produksi atau penjualan tertentu. Apabila penghitungan tersebut menghasilkan keuntungan, maka diambil volume penjualan yang lebih rendah. Apabila dengan mengambil suatu volume penjualan tertentu perusahaan menderita kerugian, maka kita akan mengambil volume penjualan yang lebih besar. Demikian seterusnya sehingga dicapai volume penjualan dimana penghasilan penjualan tepat sama dengan biaya total. 2.4.6 CRR (Cost Recovery Rate)



Cost Recovery Rate adalah nilai dalam persen yang menunjukkan seberapa besar kemampuan rumah sakit menutup biayanya (Cost) denganpenghasilan yang didapatkan retribusi pasien (revenue). Rumus perhitungannya adalah :



Tujuan dari perhitungan CCR dapat digunakan sebagai indikator kinerja keuangan rumah sakit serta mengidentifikasi keadaan untung atau ruginya rumah sakit. Idealnya CRR di suatu organisasi adalah >1 atau > 100%, Jika CRR =1 atau 100% berarti organisasi tersebut belum memperoleh keuntungan secara finansial, tidak ada selisih antara pendapatan dengan pengeluaran (wulandari, 2003). Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan badan layanan umum “Pasal 1, yang disebut BLU (Badan Layanan Umum) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas”. Persyaratan rumah sakit yang ingin menjadi BLU, antara lain harus memiliki cost recovery rate atau anggaran yang bias diperoleh dari pelayanan sebesar 60 % , rumah sakit harus memiliki rencana bisnis dan neraca yang siap di audit serta memiliki peraturan atau hospital by law.



BAB III APLIKASI PENGHITUNGAN BIAYA PRODUKSI, BEP DAN CRR PADA PELAYANAN HAEMATOLOGI LABORATORIUM DI YAYASAN KESEHATAN TELKOM SURABAYA



3.1 Analisa Biaya Produksi, BEP dan CRR pada Poli Gigi Yayasan Kesehatan Telkom Surabaya 1. Identifikasi biaya per bulan di poli gigi Yayasan Kesehatan Telkom Surabaya adalah sebagai berikut : No.



Unsur Biaya



Biaya (Rp)



FC/VC



DC/IDC



IC/OC



1.



Nilai Investasi Tanah



19.666.667



FC



IDC



IC



2.



Depresiasi Nilai Gedung



20.000.000



FC



DC



IC



3.



Depresiasi Alat Medis



15.000.000



FC



DC



IC



4.



Depresiasi Alat Non Medis



5.500.000



FC



DC



IC



5.



Biaya Pemeliharaan Gedung



250.000



VC



DC



OC



6.



Biaya Pemeliharaan Alat Medis



500.000



VC



DC



OC



7.



Gaji Dokter Gigi (1 orang)



4.500.000



FC



DC



OC



8.



2.500.000



FC



DC



OC



900.000



FC



IDC



OC



10.



Gaji Perawat Gigi (1 orang) Gaji Tenaga Kebersihan (1 orang) Biaya Listrik



500.000



VC



DC



OC



11.



Biaya Air



250.000



VC



IDC



OC



12.



Biaya Telepon



200.000



VC



IDC



OC



13.



Biaya Bahan Habis Pakai



1.000.000



VC



IDC



OC



14.



Biaya Pencetakan Kartu Pasien



150.000



VC



DC



OC



9.



Total Cost (Biaya Produksi Total)



70.916.667



2. Penghitungan Unit Cost UCn = TFC/Qcap + TVC/Qac = Rp 68.816.667,00 / 900+ Rp 2.100.000,00 / 630 = Rp 76.463,00 + Rp 3.334,00



= Rp 79.797,00 Keterangan : UCn = Unit Cost Normatif TFC = Total Fixed Cost Qcap = Jumlah target pasien per bulan, diperoleh dari pasien supply TVC Qac



maksimal = Total Varible Cost = Jumlah pasien actual, diperoleh dari data rata-rata pasien per



bulan Jadi unit cost normatif Poli Gigi Yayasan Telkom Surabaya adalah Rp. 79.797,00 Penghitungan Unit Cost Aktual: UCac = TC/Qac = Rp 70.916.667,00/630 = Rp 112.566,00 Keterangan : UCac = Unit Cost Aktual TC = Total Cost Qac = Jumlah pasien aktual per bulan, diperoleh dari jumlah ratarata pasien per bulan 3. Penghitungan BEP QBEP(u) = TFC / (P-AVC) = Rp. 68.816.667,00 / (Rp 100.000,00 - Rp. 3.334,00) = Rp. 68.816.667,00/ Rp 96.666,00 = 711 pasien Keterangan : QBEP(u) TFC P AVC QBEP(sales)



: Tingkat output dimana keadaan titik impas terjadi : Biaya tetap total : Tarif per unit, diasumsikan rata-rata Rp 100.000,00 : Biaya variabel per unit = TFC / [1-(AVC/P)] = Rp. 68.816.667,00 / [1 - (Rp. 3.334,00 / Rp 100.000,00)] = Rp. 68.816.667,00 / 0,96666



=



= Rp 71.190.147,00



Keterangan : QBEP(sales) : Tingkat penjualan dimana keadaan titik impas terjadi TFC : Biaya tetap total P : Tarif per unit AVC : Biaya variabel per unit Jadi, poli gigi mengalami keadaan titik impas pada pasien ke 711 atau tingkat penjualan sebesar Rp. 71.190.147,00.



4. Penghitungan CRR CRR pada poli gigi Yayasan Telkom dapat dihitung dengan cara: CRR Total = TR / TC x 100% = 630 x Rp. 100.000,00 / Rp 70.916.667,00 x 100% = Rp 63.000.000,00 / Rp 70.916.667,00 x 100% = 88,9 % Keterangan : CRR Total



: Cost Recovery Rate



TR



: Total Revenue = Qac x P



TC



: Total Cost



Jadi tingkat kemampuan pengembalian biaya poli gigi adalah sebesar 88,9%



3.2 Analisa Biaya Produksi, BEP dan CRR pada Pelayanan Haematologi Laboratorium di Yayasan Kesehatan Telkom Surabaya 1. Identifikasi biaya per tahun di Pelayanan Haematologi Laboratorium di Yayasan Kesehatan Telkom Surabaya adalah sebagai berikut : No.



Unsur Biaya



Biaya (Rp)



FC/VC



DC/IDC



IC/OC



1.



Nilai Investasi Tanah



236.000.000



FC



IDC



IC



2.



Depresiasi Nilai Gedung



200.000.000



FC



DC



IC



3.



Depresiasi Alat Medis



150.000.000



FC



DC



IC



4.



Depresiasi Alat Non Medis



180.000.000



FC



DC



IC



5.



Biaya Pemeliharaan Gedung



9.000.000



FC



DC



OC



6.



Biaya Pemeliharaan Alat Medis



12.000.000



FC



DC



OC



7.



Gaji analis medis (2 orang)



66.000.000



FC



DC



OC



8.



21.600.000



FC



DC



OC



10.800.000



FC



IDC



OC



10.



Gaji administrator (1 orang) Gaji Tenaga Kebersihan (1 orang) Biaya Listrik



9.000.000



VC



DC



OC



11.



Biaya Air



4.200.000



VC



IDC



OC



12.



Biaya Telepon



2.400.000



VC



IDC



OC



13.



Biaya Bahan Habis Pakai



12.000.000



VC



DC



OC



14.



Biaya Pencetakan Kartu Pasien



1.800.000



VC



DC



OC



9.



Total Cost (Biaya Produksi Total)



914.800.000



2. Penghitungan Unit Cost UCn = TFC/Qcap + TVC/Qac = Rp 885.400.000,00 / 3600 + Rp 29.400.000,00 / 3240 = Rp 245.945,00 + Rp 9.075,00 = Rp 255.020,00 Keterangan : UCn = Unit Cost Normatif TFC = Total Fixed Cost Qcap = Jumlah target pasien per tahun, misal target yayasan adalah 3600 TVC Qac



pasien setahun = Total Varible Cost = Jumlah pasien actual, diasumsikan 90% dari target = 3240 pasien



Penghitungan Unit Cost Aktual: UCac = TC/Qac = Rp 914.800.000,00 /3240 = Rp 282.345,00 Keterangan : UCac = Unit Cost Aktual TC = Total Cost Qac = Asumsi jumlah pasien aktual dalam setahun (90% dari target) Jadi, di Pelayanan Haematologi Laboratorium di Yayasan Kesehatan Telkom Surabaya memiliki unit cost normatif = Rp. 255.020,00 dan unit cost actual = Rp 282.345,00



3.



Penghitungan BEP QBEP(u) = TFC / (P-AVC) = Rp. 885.400.000,00 / (Rp 250.000,00 - Rp. 9.075,00) = Rp. 885.400.000,00 / Rp 240.925,00 = 3676 pasien



Keterangan : QBEP(u) TFC P AVC QBEP(sales)



: Tingkat output dimana keadaan titik impas terjadi : Biaya tetap total : Tarif per unit, diasumsikan Rp 250.000,00 : Biaya variabel per unit = TFC / [1-(AVC/P)] = Rp. 885.400.000,00 / [1 - (Rp 9.075,00 / Rp 250.000,00)] = Rp. 885.400.000,00 / 0,96364 = Rp 918.807.854,00



Keterangan : QBEP(sales) : Tingkat penjualan dimana keadaan titik impas terjadi TFC : Biaya tetap total P : Tarif per unit AVC : Biaya variabel per unit Jadi, Pelayanan Haematologi Laboratorium di Yayasan Kesehatan Telkom Surabaya mengalami keadaan titik impas pada pelayanan pasien ke 3676 atau tingkat penjualan sebesar Rp 918.807.854,00.



4. Penghitungan CRR CRR pada poli gigi Yayasan Telkom dapat dihitung dengan cara: CRR Total = TR / TC x 100% = 3240 x Rp. 250.000,00 / Rp 914.800.000,00 x 100% = Rp 810.000.000,00 / Rp 914.800.000,00 x 100% = 88,54 % Keterangan :



CRR Total



: Cost Recovery Rate



TR



: Total Revenue = Qac x P



TC



: Total Cost



Jadi tingkat kemampuan pengembalian biaya poli gigi adalah sebesar 88,54%