Contoh Program Kocibu Fashion [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Program Lokasi Pelaksana Periode/Tahun Kebutuhan Anggaran



I.



: : : : :



KOCIBU (Koperasi Cipta Busana) FASHION Kelurahan Satimpo Kelompok Mitra Bina Sejahtera (MBS) 2015 Rp. (Tentatif)



LATAR BELAKANG Saat ini, beragam model dan merek pakaian dapat dengan mudah di temukan di Departement store maupun butik-butik. Namun tetap saja banyak konsumen yang membutuhkan pakaian secara menjahit. Konsumen-konsumen ini merupakan tipe-tipe yang tidak menyukai model-model umum ataupun tipe yang memiliki bentuk dan ukuran tidak standar, karena pakaian yang diproduksi secara masal umumnya menggunakan ukuran standar. Tipe yang menyukai menggunakan jasajasa penjahit dikarenakan pakaian yang dikenakan cocok dengan selera serta bentuk badan. Tidak hanya ukuran dan model, corak pakaian pun mereka menyukai corak yang berbeda sehingga tidak ada yang menyamai. Kualitas jahitan pun menjadi pertimbangan untuk menggunakan jasa menjahit / penjahit dengan berasumsi pakaian yang di buat secara menjahit, memiliki jahitan dan model yang lebih baik dari pada buatan pabrik, walaupun dengan konsekuensi harga yang harus dibayar jauh lebih tinggi dari harga-harga yang ada di pasaran. Belum lagi jika masyarakat yang memiliki kebutuhan untuk penyelenggaraan pesta ataupun acara, kebanyakan akan memilih jasa penjahit untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Gambaran tersebut betapa usaha jasa jahitan / menjahit masih memiliki konsumen yang dapat di pertimbangkan sebagai salah satu pilihan membuat usaha baru. Adapun untuk memulai usaha menjahit ini, hal-hal yang perlu disiapkan dan dimatangkan adalah: 1. Keahlian menjahit. Keahlian menjahit ini bisa di dapatkan dari orang lain maupun pengusaha itu sendiri. Untuk usaha kecil sebaiknya memulai dari dirinya sendiri atau komunitas apabila bentuk usaha kolektif. Asah keterampilan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. 2. Persiapkan alat-alat menjahit sesuai dengan tipe dan jenis jahitan. Misalkan untuk menjahit untuk jenis kain jeans tentu berbeda dengan menjahit jenis kain kebaya. Namun jika menjahit yang di buat merupakan jasa jahitan umum, selayaknya semua alat yang di butuhkan tersedia. 3. Tetapkan lokasi usaha, khususnya usaha ini dapat memilih lokasi di rumah sendiri, usaha basis keterampilan dapat menempati lokasi mana saja karena umumnya konsumen yang mencari. Namun untuk efektifitas usaha akan lebih baik memilih tempat-tempat strategis yang memudahkan orang untuk mengakses. 4. Persiapkan prosedur kerja yang tetap, misalkan konsumen yang berhak meminta kembali bahan yang akan di jahitnya karena ketidak tepatan dengan deadline. Prosedur kerja yang baik membuat konsumen dapat terpenuhi atas kebutuhannya. 5. Pasang label, merk pada pakaian yang di buat, plastik dan sarana promosi lain untuk memperkuat brand image usaha menjahit yang dilakukan Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa peluang usaha menjahit masih terbuka lebar, dengan pangsa pasar yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi masyarakat Indonesia serta perkembangan dunia mode yang mengisyaratkan akan pemenuhan kebutuhan pakaian untuk masyarakat, belum lagi dengan hal-hal yang menjadi prasyarat memulai usaha yang



BUS/EC



cenderung mudah untuk dilaksanakan dalam upaya membuat usaha menjahit Apabila peluang tersebut bisa diambil tidak menutup kemungkinan usaha menjahit dapat menjadi salah satu media/alat untuk mensejahterkan pelaku usaha dalam hal ini adalah usaha menjahit. Apabila dikaitkan dengan Kota Bontang yang masuk pada kategori Kota Industri yang terdiri dari beberapa perusahan berskala besar yang beroperasi, dan biasanya pekerja-pekerja yang ada dalam perusahaan tersebut diharuskan untuk memakai pakaian seragam yang salah satu fungsinya adalah sebagai Corporate Identity. Selain dari itu tidak dikesampingkan potensi pasar dari masyarakat diluar kalangan korporasi seperti kebutuhan seragam sekolah dan dari instansi-instansi pemerintahan yang ada di Kota Bontang.



II. ROADMAP PROGRAM



Program Koperasi Cipta Busana (KOCIBU) mulai berdiri pada yahun 2011 dengan nama kelompok Mitra Sejati. Dalam perlaksanaannya, kelompok ini mengalami perkembangan yang cukup pesat baik dari sisi poduksi usaha maupun kegiatanntya. Jika dilihat pada roadmap diatas, pada tahun 2012 dimulai fase pelatihan dan pembinaan dimana Badak LNG memberikan pelatihan dasar menjahit dan pelatihan penguatan kapasitas kelompok. Seiring dengan perkembangannya, pada tahun 2013, program ini berada di fase pengembangan yaitu dengan memfasilitasi pengembangan koperasi dan kewirausahaan. Pada tahun 2014, Badak LNG memfasilitasi pembentukan kperasi, hingga akhirnya pada tahun 2015 program ini berada pada fase kelembagaan dan kemandirian.



2



III. KERANGKA BERPIKIR Peluang usaha menjahit pakaian sepertinya bukan usaha musiman yang hanya akan ramai untuk beberapa saat saja, karena beberapa perusahaan-perusahaan maupun instansi pemerintahan maupun untuk keperluan sekolah mewajibkan untuk memakai pakaian seragam. Bukan hanya itu saja, alasan peluang usaha menjahit akan terus meningkat mengingat kebutuhan akan pakaian oleh masyarakat tetap terus ada baik untuk dipakai sehari-hari maupun dalam momen-momen tertentu. Kebutuhan akan pakaian dengan metode penjahitan non-masal di Kota Bontang cukup memberikan peluang usaha untuk para pelaku usaha menjahit yang ada di Kota Bontang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pesanan yang rutin dari para masyarakat di Kota Bontang baik itu skala yang kecil (perorangan) sampai dengan skala yang cukup besar (institusi). Dengan penjelasan tersebut pelaku usaha menjahit di Kota Bontang bisa dikategorikan sebagai salah satu pelaku UMKM di bidang usaha kerajinan kreatif yang diaplikasikan pada usaha konveksi skala kecil, oleh karena perlu sebuah upaya dalam hal menstimulan kelompok usaha ini untuk bisa lebih meningkatkan skala produksi ke yang lebih besar lagi dengan harapan tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pasar berdasarkan pesanan-pesanan yang bersifat orang-perorang (skala kecil), akan tetapi bisa memenuhi kebutuhan yang lebih besar lagi dengan melakukan pengembangan pasar.



Permasalahan : 1. Masih kurangnya pengetahuan mengenai pengembangan desain 2. Peminat akan kegiatan usaha menjahit masih sedikit



Pengembangan Produk & Pasar: 1. Mendorong Instansi Pemerintah 2. Mendorong Mitra Perusahaan



Potensi Pengembangan : 1. Sumber Daya Manusia 2. Potensi Pasar cukup baik 3. Pusat Konveksi Kota Bontang



Output/Outcome/Impact: 1. Produk yang bisa dipasarkan 2. Pemenuhan kebutuhan pakaian masyarakat Kota Bontang 3. Pemberdayaan masyarakat rentan



Stakeholders Pendukung: 1. Dinas Perdagangan dan Perindustrian 2. Dinas Pemberdayaan Perempuan 3. LSM



Fasilitas Pendukung/Input: 1. Capacty Building/Pendampingan 2. Sarana Prasarana Penunjang



3



IV.



TUJUAN    



V.



SASARAN  



 VI.



Ikut serta mengurangi tingkat kemiskinan di Kota Bontang dengan medukung gerakan ekonomi berbasis kerakyatan yaitu untuk segmen UMKM. Pemenuhan kebutuhan sandang pakaian masyarakat Kota Bontang. Menciptakan lapangan kerja dan pemberdayaan bagi kaum perempuan yang ada disekitar lokasi usaha kerajinan. Meningkatkan pendapatan rumah tangga Kelompok Mitra Bina Sejahtera.



Pelaku Usaha Menjahit Kelompok Mitra Bina Sejahtera dan pelaku di luar kelompok, tetapi terkait jaringan usaha dengan Kelompok Mitra Bina Sejahtera. Stakeholders yang terkait dalam pengembangan ekonomi mikro dan usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Bontang (Sasaran sebagai pihak yang ikut berperan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan enterpreunership). Wilayah Bontang (sasaran pengembangan kegiatan UMKM).



RENCANA KERJA & TARGET PENCAPAIAN PROGRAM Dengan jumlah populasi penduduk Kota Bontang yang berjumlah 143.683 jiwa dan jumlah angka yang yang berkerja mencapai 53% dan angka pencari kerja sebesar 4% dari total populasi (Sumber: Bontang Dalam Angka 2012) dengan asumsi 53% sisanya adalah untum kategori pelajar dan pengurus rumah tangga. Dari gambaran tersebut Kota Bontang cukup memiliki kriteria yang baik dalam aspek Kota dengan angka pengangguran dan kemiskinan yang rendah, dibuktikan dengan angka pencari kerja (pengangguran) hanya sebesar 4% dari total populasi Akan tetapi dengan angka diatas ternyata berbanding terbalik dengan jumlah angka kemiskinan di Kota Bontang yang mencapai 6.6% dari total populasi Kota Bontang. Keadaan ini tentu saja tidak dapat dinilai berdasarkan representasi angka pekerja yang ada di Kota Bontang saja, akan tetapi masih ada indikator-indikator lainnya yang perlu diuji. Salah satunya adalah pendapatan dari para pekerja-pekerja tersebut apakah sesuai dengan Upah Minimum Kota Bontang yang sebesar Rp 2.125.000, walaupun dari angka UMK tersebut tidak bisa juga dijadikan tolak ukur kesejahteraan masyarakat Kota Bontang yang memiliki Cost Living yang tinggi daripada yang berada di Kota lainnya di Pulau Jawa. Tingkat produksi komoditas sandang pakaian yang ada di Kota Bontang pada tahun 2010 hanya sebesar 7 pelaku dengan nilai produksi sebesar Rp. 59.705.000,-, nilai ini hanya menyumbang 4.1% dari total nilai produksi yang ada di Kota Bontang dengan segmen Industri Kecil dan Menengah sebesar yaitu sebesar Rp. 1.434.946.224,- (Sumber: Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang www.simredakotabontang.com). Mencoba mengkorelasikan antara data – data diatas dalam rangka pengentasan kemiskinan yang ada di Kota Bontang dengan jalan memaksimalkan kegiatan usaha kecil menengah yang dalam hal ini adalah memaksimalkan peluang usaha kecil menengah untuk komoditas sandang 4



pakaian yang masih terbuka lebar, yang salah satunya adalah Usaha Menjahit, maka dengan ini PT Badak NGL melalu program CSR nya membuat inisiatif untuk melaksanakan program pendampingan untuk Usaha Menjahit dengan harapan dapat menghasilkan output positif dalam rangka memajukan dan mendukung program pembangunan yang ada di Kota Bontang. Adapun target kerja program akan direncanakan selama 5 tahun dengan pemaparan item-item kerjanya di bawah ini dengan table dibawah ini Tabel 1.1 Rencana Kerja Program Pengembangan Komunitas Tata Busana NO 1



2



3



RENCANA KEGIATAN



PROGRAM PERTAHUN 2016 2015



2013



2014



Pembuatan Sarana & Prasarana Penunjang Program



-



-



Pelatihan dan Penguatan Kapasitas Kelompok



Pelatihan Menjahit (Dasar, Mahir & Terampil)



Renovasi workshop dan koperasi kelompok Pelatihan Menjahit (Dasar, Mahir & Terampil)



Pelatihan kelembagaan -



Pelatihan kelembagaan -



-



Pengadaan Mesin Jahit Pembentukan lembaga Koperasi



Pelatihan kelembagaan Pelatihan kewirausahaan Pengadaan Mesin obras -



Bantuan Modal & fasilitas Usaha



-



2017



Pada tahun 2016 dan tahun 2017, program KOCIBU sudah berada dalam fase kemandirian dan tidak di bantu oleh Badak LNG



-



Berikut juga akan disampaikan target pencapaian program pertahun yang akan di jadikan indikator-indikator keberhasilan program dan segaligus menjadi tools dalam melakukan Monitoring dan Evaluasi Program secara periodik. Tabel 2.1. Target Pencapaian Program KOCIBU dimulai tahun 2013 s/d 2017 NO 1



2



3



4



5



RINCIAN INDIKATOR Keikutsertaan masy. rentan (%) Pengorganisasian kelompok: a. Komposisi anggota perempuan (%) b. Sudah memiliki dokumen keabsahan kelompok (ad/art dll) Upaya desiminasi & replikasi program (kali) Keberlanjutan: a. Peningkatan omset kelompok (Rp) b. Peningkatan rata-rata pendapatan anggota (Rp) c. Peningkatan pengelolaan asset kelompok (Rp) d. Peningkatan jumlah anggota kelompok (orang) e. Keterlibatan lembaga diluar kelompok (instansi/institusi) Kontribusi penurunan kemiskinan anggota kelompok (%)



PENCAPAIAN PERTAHUN 2015 2016 40 45



2013 30



2014 35



2017 60



100



100



100



100



100



V



V



V



V



V



2



3



4



5



6



30 jt



40 jt



50 jt



60 jt



70 jt



800 ribu



1.5 jt



2.5 jt



3 jt



2.5 jt



20



30 jt



40 jt



50 jt



60 jt



5



7



10



15



25



1



2



3



4



5



0



5



10



40



70



5



VII. DAMPAK YANG DIHARAPKAN Dengan dilaksanakan nya program ini tentunya diharapkan dapat menimbulkan dampakdampak positif bagi komunitas sebagai sasaran program dan lingkungan. Adapun dampak yang diharapkan dari program ini adalah sebagai berikut: 1. Dampak Ekonomi, terjadinya penyerapan tenaga kerja dan pengembangan pola sebelumnya yang dengan sendirinya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat secara ekonomi dengan memanfaatkan potensi lokal yang tersedia 2. Dampak Sosial, terbiasanya budaya kolektif dengan melembagakan kerja-kerja secara organisasional yang direncanakan, dilaksanakan dan diawasi secara bersama melalui lembaga-lembaga yang terbentuk berdasarkan desakan kebutuhan kolektif dan terciptanya pembagian peran yang setara dan proporsional berdasarkan masing-masing tupoksi serta tidak bias gender VIII.



INDIKATOR KERJA Studi evaluasi dan monitoring manfaat (Benefit Monitoring and Evaluation) lazimnya mencakup: [1] persiapan dan analisis benchmark (baseline) data sasaran (lokasi, masyarakat dan stakeholders yang terkait), [2] monitoring benefit selama pelaksanaan program, dan [3] impak setelah beberapa tahun program selesai atau berfungsi (evaluasi benefit). Yang akan dilaksanakan dalam pekerjaan ini adalah penyusunan baseline data dan evaluasi manfaat. Studi terhadap input program akan memperoleh indkator sumberdaya fisik dan dan finansial yang dimasukkan program ke dalam pemanfaat program, sedangkan studi atas output akan menghasilkan informasi tentang barang dan jasa yang dihasilkan oleh program. Kedua hal ini dapat diperoleh melalui indikator tengah, yang bisa diselenggarakan selama program berlangsung. Adapun indikator akhir, terutama setelah program berlangsung/dimanfaatkan beberapa lama dapat digunakan untuk mengukur dan memahami outcomes dan impact dari program. Studi atas outcomes akan menghasilkan informasi tentang akses, penggunaan, dan kepuasaan pemanfaat. Sedangkan studi atas impak akan memberikan informasi tentang efek program terhadap keberdayaan dan kesejahteraan pemanfaat secara umum (Agusta, 2004). Alur bagan evaluasi manfaat dapat dilihat pada Gambar 1. Impact Indikator Akhir



Indikator Tengah



Kontrol, akses, penggunaan, kepuasan



Outcome s



Efek keberdayaan & kesejahteraaan



Output



Barang, jasa



Input



Sumberdaya fisik dan finansial



6