Cover Baru [PDF]

  • Author / Uploaded
  • dany
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS RENCANA BISNIS USAHA PERIKANAN TANGKAP KAPAL PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) BAJOMULYO, JUWANA, KABUPATEN PATI – JAWA TENGAH



Oleh : Dany Maulana Dwi Jayanto (16.1.04.003)



TEKNIK PENANGKAPAN IKAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN KARAWANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2019



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KARYA PENUGASAN AKHIR (KPA) SEMESTER VI



Judul



: Analisis Rencana Bisnis Usaha Perikanan Tangkap Kapal Purse Seine Di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo, Juwana, Kabupaten Pati – Jawa Tengah



Nama



: Dany Maulana Dwi Jayanto



NIT



: 16.1.04.003



Program Studi



: Teknik Penangkapan Ikan Menyetujui : Dosen Pembimbing



Pembimbing Utama



Pembimbing Pendamping



Terry Yuliardi, A.Pi., M.St.Pi NIP. 19740707 200502 1 001



Dian Sutono HS, S.Pi, M.Pi NIP. 1959060819 8512 1 001



Mengetahui : Ketua Program Studi



Apih Suparlin, A.Pi., SE, MM NIP. 19540922 197710 1 001



i



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan Proposal Kerja Praktek Akhir tentang Analisis Rencana Bisnis Usaha Perikanan Tangkap Kapal Purse Seine Di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo, Juwana, Kabupaten Pati (Studi Kasus Pada Km. Sari Segara 19 Milik Pt. Sari Segara Utama) Ucapan terima kasih setulusnya dan tak terhingga penulis tujukan kepada kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan moral, spiritual, dan terutama material kepada penulis hingga detik ini. Terima kasih kepada dosen pembimbing utama Terry Yuliardi, A.Pi., M.St.Pi selaku pembimbing utama yang telah memberikan arahan penyempurnaan serta ulasan kritis terhadap analisis teknis pengoperasian purse seine dan juga terima kasih kepada Dian Sutono HS, S.Pi, M.Pi selaku pembimbing pendamping atas kesediaan waktu memberikan telaah mendalam, koreksi dan revisi terhadap sejumlah data dan informasi. Atas dedikasi tersebut, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Aef Permadi, Selaku Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang atas izin pelaksanaan. 2. Dr. Liliek Soeprijadi, A.Pi, MM selaku Pembantu Direktur 1 Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang. 3. Apih Suparlin, A.Pi., SE, MM selaku Ketua Program studi Teknik Penangkapan Ikan Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang. 4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelsaian Laporan Praktek Kerja Lapangan ini.



Karawang, 15 Februari 2019 Dany Maulana Dwi Jayanto



ii



DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR TABEL .................................................................................................iv DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 1.2 Tujuan ............................................................................................................. 2 1.3 Batasan Masalah ............................................................................................. 2 II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 3 2.1 Sarana Penangkapan ....................................................................................... 3 2.1.1 Kapal Perikanan ....................................................................................... 3 2.1.2 Alat Tangkap Ikan ................................................................................... 3 2.2 Teknik Pengoperasian .................................................................................... 6



iii



DAFTAR TABEL No table of figures entries found.



iv



DAFTAR GAMBAR No table of figures entries found.



v



I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo terletak di Desa Bajomulyo, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo terdiri dari dua unit yaitu Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo Unit I yang melayani armada kurang dari 30 GT (jaring cantrang, pancing mini long line, pancing senggol, jaring cumi, jaring udang, jaring rajungan, jaring teri, dll) dan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo Unit II melayani armada kapal yang lebih dari 30 GT (jaring purse seine). (Prasetyo, Anggoro Bagus dkk. 2016) Purse seine merupakan alat tangkap dominan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo Unit II, dengan jumlah 62 % dari jumlah seluruh alat tangkap yang digunakan di PPP Bajomulyo. Purse seine merupakan alat tangkap aktif karena dalam operasi penangkapan kapal melakukan pelingkaran jaring pada target tersebut dengan cara melingkarkan jaring pada gerombolan ikan lalu bagian bawah jaring dikerucutkan dengan menarik purse line. Dengan kata lain, ikan yang tertangkap di dalam jaring tidak dapat meloloskan diri. (Prasetyo, Anggoro Bagus dkk. 2016) Pukat cincin dioperasikan dengan cara melingkarkan jaring terhadap gerombolan ikan. Pelingkaran dilakukan dengan cepat, kemudian secepatnya menarik purse line di antara cincin-cincin yang ada, sehingga jaring akan membentuk seperti mangkuk. Kecepatan tinggi diperlukan agar ikan tidak dapat meloloskan diri. Setelah ikan berada di dalam mangkuk jaring, lalu dilakukan pengambilan hasil tangkapan menggunakan serok atau penciduk. Pukat cincin dapat dioperasikan siang atau malam hari. Pengoperasian pada siang hari sering menggunakan rumpon atau payaos sebagai alat bantu pengumpul ikan. Sedangkan alat bantu pengumpul yang sering digunakan di malam hari adalah lampu, umumnya menggunakan lampu petromaks. (Niam, Wildan Alfun dan Hasanudin. 2017) Purse seine atau pukat cincin merupakan alat tangkap ikan yang memiliki bentuk segiempat hingga trapesium yang terbentuk dari beberapa lembaran webbing yang terpasang diantara tali pelampung yang berada diatas dan tali pemberat yang berada dibawah, lalu terdapat tali kerut dan beberapa cincin. Alat tangkap yang lebar yang dapat melingkari gerombolan ikan pelagis. Tali kerut yang terdapat di bagian bawah yang dapat ditarik sehingga bagian bawah jaring tertutup dan mengurung gerombolan ikan (Ardidja, Supardi. 2007). Jumlah armada kapal yang ada di PPP Bajomulyo Unit I dan II adalah 761 unit, yang terdiri dari purse seine 187 unit yang terdiri dari 97 kapal purse seine berpendingin freezer dan 90 kapal purse seine berpendingin es, cantrang 345 unit, jaring cumi 50 unit, bottom long line 97 unit dan kapal pengangkut 89 unit. (Prasetyo, Anggoro Bagus dkk. 2016) Hasil tangkapan purse seine mendominasi jumlah hasil tangkapan yangdidaratkan di PPP Bajomulyo yaitu di TPI Unit II Bajomulyo. Ikan yang paling banyak dihasilkan oleh kapal purse seine adalah ikan layang (Decapterus spp) di mana pada tahun 2012 produksi ikan layang sebesar 26.437.552 kilogram 1



atau sebesar 86 % dari seluruh hasil tangkapan kapal purse seine (Hastrini, Ria dkk. 2013). Melihat prospek usaha perikanan tangkap yang semakin banyak di PPP Bajomulyo, sehingga perlu untuk di kaji lebih lanjut mengenai aspek-aspek kelayakan usaha. Dilihat dari aspek finansial maupun aspek teknis yang terkait dalam usaha perikanan tangkap. Tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1.2 Tujuan Adapun tujuan penulisan Praktek ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui cara pengoperasian alat tangkap pukat cincin yang ada di



Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo. 2. Mengetahui perhitungan analisa finansial dari usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap pukat cincin yang ada di Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo. 3. Membuat rencana bisnis usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap pukat cincin yang menguntungkan untuk diaplikasikan di Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo. 1.3 Batasan Masalah 1. Mengamati cara pengoperasian alat tangkap pukat cincin yang ada di Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo. 2. Menganalisis perhitungan analisa finansial dari usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap pukat cincin yang ada di Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo. 3. Membuat rencana bisnis usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap pukat cincin yang menguntungkan untuk diaplikasikan Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo.



2



II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Penangkapan 2.1.1 Kapal Perikanan Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin, atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan banguna terapung yang tidak berpindah ‐ pindah. (Keputusan Presiden nomor 51 tahun 2002) Menurut Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan nomor 17 tahun 2006, Kapal Perikanan adalah kapal atau perahu atau alat apung lainnya yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan termasuk melakukan survai atau eksplorasi kelautan. Kapal penangkap ikan adalah kapal perikanan yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan termasuk menampung, menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan. Apabila satuan unit penangkapan terdapat kapal yang berfungsi sebagai Kapal Bantu Penangkapan maka kapal bantu tersebut tidak dihitung sebagai unit kapal penangkap ikan. Di dalam statistik perikanan tangkap, kapal yang digunakan secara permanen untuk kegiatan survei/penelitian, rekreasi, hobi atau olah raga, tidak dikategorikan sebagai kapal penangkap ikan. Kapal pengangkut yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan atau hasil olahan dari daerah produsen atau dari daerah penangkapan ikan ke daerah konsumen, tidak dikategorikan sebagai kapal penangkap ikan. Dalam hal penangkapan ikan dengan alat penangkap yang menetap seperti sero, bagan dan kelong, maka kapal yang digunakan untuk mengangkut nelayan, alat-alat penangkap ikan ataupun hasil penangkapannya, dikategorikan sebagai kapal penangkap ikan. (Fachrussyah, 2017) Kapal pukat cincin adalah kapal yang paling penting dan efektif untuk menangkap sekumpulan (schooling) ikan yang berada di dekat permukaan. Sebagai sarana pengamatan ikan dibangun tempat panjarwala (crows nest) di tiang utama, pada kapal pukat cincin berukuan besar (tuna purse seine) dibangun bangunan kuhus pengamatan dan helipad. (Ardidja, 2007) Kapal pukat cincin umumnya berbentuk ramping dengan geladak kerja di bagian buritan, ruang kemudi dan akomodasi di bagian haluan, bangunan slipway di buritan sebagai tempat penyimpan dan peluncuran skiff boat. Kapal ‐ kapal ini merupakan kelompok terbesar yang berukuran kecil hingga kapal yang berlayar ke samudra (open ocean going vessels). (Ardidja, 2007) 2.1.2 Alat Tangkap Ikan Jenis alat tangkap yang pengoperasiannya dengan cara melingkari dan mengurung ikan antara lain adalah pukat cincin dan payang. Pada prinsipnya alat tangkap mengurung gerombolan ikan di tengah lingkaran jaring sehingga ikan tidak dapat keluar karena adanya dinding jaring di sekeliling ikan. Dengan pukat 3



cincin setelah gerombolan ikan dilingkari, ikan tidak bisa lari keluar jaring secara horizontal. Selanjutnya, bagian bawah jaring ditutup dengan menggunakan tali kerut (purse line) sehingga ikan tidak dapat lolos ke arah bawah jaring (secara vertikal). Untuk mengoperasikan alat tangkap yang melingkari dan mengurung ikan dibutuhkan kapal yang bergerak cepat dan lincah sehingga proses pelingkaran dapat dilakukan dengan cepat. Disamping itu dibutuhkan berbagai peralatan bantu penangkapan yang digunakan untuk menutup jaring bagian bawah. (Nainggolan, 2012). Pukat cincin merupakan jaring yang sangat lebar yang melingkari atau mengurung sekumpulan (schooling) ikan. Bagian bawah jaring dipasangi tali kerut yang dapat ditarik untuk menutup bagian bawah jaring demikian juga sebagian jaring hingga tersisa sebagian jaring (bunt) sebagai penampung ikan untuk diangkat ke kapal (brailing) (Ardidja, 2007). Panjang pukat cincin dinyatakan oleh panjang tali pelampung dalam memetr dan kedalaman dinyatakan dengan kedalaman jaring dalam keadaan mata jaring tertutup (streched mesh). Komponen utama jaring purse seine terdiri dari sayap, body, dan bunt. Bunt adalah bagian jaring berukuran benang terbesar dan ukuran mata jaring terkecil, yang berfungsi menampung hasil tangkapan pada proses tahapan brailing. Ikan yang menjadi tujuan penangkapan alat tangkap pukat cincin diantara lain seperti ikan sardines, herring and mackerel, tuna. (Ardidja, 2007). 2.1.2.1 Komponen Alat Tangkap Menurut Ardidja (2007) pada jaring pukat cincin terdapat beberapa komponen penting antara lain : 1. Pelampung. Fungsi pelampung adalah mengapungkan seluruh komponen purse seine, dan fungsi pemberat adalah menenggelamkan bagian bawah purse seine hingga kedalaman dan kecepatan tenggelam yang telah diperhitungkan. Tali kerut berfungsi menutup bagian bawah purse seine pada proses tahapan penarikan tali kerrut. 2. Pemberat Pemberat yang terpasang pada tali pemberat (sinker line) sepanjang bagian bawah pukat lingkar tidak hanya berfungi sebagai penenggelam namun juga harus mampu meningkatakn kecepatan tenggelam purse seine. 3. Cincin Cincin (Purse ring) yang dipasang pada tali pemberat melalui (ring bridle) selain merupakan komponen pemberat juga berfungsi sebagai ring penghantar tali kerut (purse line) baik saat tahapan setting maupun tahapan hauling.



4



2.1.2.2 Alat Bantu Penangkapan Ikan Pada kapal purse seine terdapat berbagai alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk mempermudah pekerjaan manusia sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga. Menurut Ardidja (2007) alat bantu penangkapan purse seine antara lain : 1. Skiff Boat Skiff boat adalah sekoci kerja bertenaga besar yang berfungsi membantu membawa selambar pertama pada tahapan setting, dan membantu mempertahankan kedudukan kapal pada tahapan penarikan tali kerut (pursing) penarikan bagian badan jaring (hauling) dan tahapan pengangkatan hasil tangkap (brailing). Fungsinya mempertahankan kapal agar tidak masuk ke dalam lingkaran purse seine. Skiff boat harus memiliki kekuatan tenaga pendorong yang mampu menghela kapal penangkap. 2. Purse Winch Purse winch adalah alat yang berfungsi menghibob tali kerut pada tahapan pursing (proses menutup bagian bawah purse seine). Alat ini umumnya digerakkan dengan tenaga elektrik hidrolik, dan dapat dikontrol jarak jauh, atau langsung dan juga harus dapat dikontrol secara manual. 3. Purse Davit dan Ring Stripper Purse davits atau disebut juga dewi-dewi purse seine berfungsi sebagai tempat kedudukan snatch block pengahntar purse line ke purse winch dan sebagai penahan semua purse ring setelah selesai tahapan pursing. Ring stripper adalah tempat menyimpan ring purse seine sesusai dengan urutannya. 4. Purse Box Purse box adalah tempat untuk menata seluruh komponen purse seine di kapal. Purse seine pada tahapan hauling, seluruh komponen purse seine yang keluar dari power block, ring, pemberat, dan pelampung ditata dengan baik dan benar sesuai urutannya pada kotak ini. 5. Power Block Power block berfungsi sebagai penghibob pukat cincin pada tahapan hauling. Alat ini digerakkan dengan tenaga hidrolik yang dikontrol jarak jauh. Alat ini dipasang pada boom (Purse boom) yang baik vertikal maupun horisontal. 6. Caduk (Braing Net) Caduk (braing net) alat ini digunakan untuk mengangkat ikan ke atas kapal pada tahapan brailing. Bagian bawah diikat dengan khusus seperti mengikat ujung kantong trawl, sehingga saat akan mengeluarkan ikan tinggal menarik ujung ikantannya. Alat ini juga sekaligus digunakan untuk memperkirakan jumlah hasil tangkapan.



5



2.1.2.3 Alat Bantu Pengumpul Ikan Alat Bantu Pengumpul Ikan adalah sarana, perlengkapan atau benda lain yang dipergunakan untuk membantu efisiensi dan efektifitas mengumpulkan ikan untuk ditangkap. (Fachrussyah, ZC. 2017). Alat bantu pengumpul ikan yang dimaksud antara lain : 1. Rumpon Merupakan suatu jenis alat pengumpul ikan berupa alat, objek atau struktur yang bersifat permanen atau sementara yang didesain dan dikonstruksikan dari jenis material alami dan buatan yang di jangkar menetap di laut atau dapat dipindahkan di laut dalam atau dangkal dengan maksud untuk memikat ikan dengan efek utama memusatkan ikan agar memudahkan penangkapannya. 2. Lampu Lampu dengan sumber tenaga generator listrik atau lainnya yang berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan ikan-ikan pelagis kecil maupun besar yang memiliki sifat fototaksis positif, yang dipasang di perairan laut pada bagian atas permukaan air atau dibawah permukaan air. 2.2 Teknik Pengoperasian Menurut (Danajat, 2015) operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap jaring lingkar dan tali kerut biasanya dilakukan pada malam hari, terutama penangkapan yang menggunakan alat bantu lampu atau cahaya, sedangkan jika tidak menggunakan lampu, dapat dioperasikan pada siang hari. Pengoperasian penangkapan terdiri atas : 1. Persiapan. Perbekalan dan peralatan yang akan digunakan pada saat operasi penangkapan disiapkan secara matang agar operasi penangkapan berjalan lancar. Persiapan alat dan bahan meliputi bahan bakar, minyak pelumas, es (bahan pengawet ikan), bahan makanan, air tawar, bahan rumpon, dan penyusunan alat tangkap ikan. Penyusunan alat tangkap harus disiapkan sebelum kapal berangkat menuju fishing ground. Penataan jaring di atas dek kapal biasanya memisahkan antara pelampung badan, jaring dengan pemberat, termasuk cincin. Bagian atas jaring yang berpelampung disiapkan untuk diturunkan paling awal, kemudian diikuti dengan badan jaring dan pemberat serta cincin – cincinnya. Cincin disusun secara berurutan sehingga jaring tidak kusut pada saat diturunkan. Penataan jaring disesuaikan dengan arah baling – baling kapal dan arah pelingkaran jaring. 2. Penurunan alat tangkap Hal – hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan penurunan alat tangkap diantaranya seperti : 1. Arah angin 2. Arah arus 6



3. Arah kawanan ikan 4. Arah datangnya matahari 5. Kedudukan kawanan ikan dan jaring harus berada di atas angin 6. Terhadap arah arus, jaring dan kawanan ikan berada di bawah arus, sedangkan kapal berada dia atas arus 7. Terhadap gerakan, kawanan ikan jaring harus menghadang di depannya, sedangkan kapal berada di bawah kawanan ikan. 8. Jaring dan kawanan ikan harus diletakkan ke arah datangnya sinar matahari Penurunan alat tangkap diawali dengan menyatukan tali kerut dengan tali ujung sayap, kemudian diikatkan pada sebatang bambu yang diberi pelampung. Pada operasi penangkapan tanpa menggunakan skiff boat, pelampung ini dibawa oleh individu yang menceburkan diri ke laut dan berenang. Mula – mula rumpon diangkat ke atas kapal, lampu penerangan dimatikan dan digantikan dengan pelampung bantu yang diturunkan dengan pelampung disertai dengan rumpon bantu. Rumpon bantu akan hanyut menjauhi kapal kira – kira 30 meter. Kapal mengangkat jangkar dan menjauhi rumpon sejauh lebih kurang 50 meter. Kapal bergerak dengan kecepatan penuh mengelilingi rumpon dengan jarak 50 meter sebanyak 1 sampai dengan 2 kali putaran. Setelah sesuai posisi yang tepat, individu yang memegang tiang bambu turun ke air. Kapal tetap melingkari rumpon tersebut menuju ke individu yang memegang tiang tersebut. Setelah dekat dengan pemegang tiang tersebut, kapal bergerak lambat dan mesin stop ketika tiang diambil ke atas kapal. 3. Penarikan alat tangkap. Setelah cincin naik ke sisi lambung kapal, badan jaring segera ditarik sedikit demi sedikit hingga ke bagian kantong, lalu segera diciduk dengan penciduk (caduk). Pengangkatan jaring di mulai setelah ujung jaring yang diberi tiang dinaikkan ke atas kapal. Adapun kegiatan penarikan alat tangkap meliputi hal – hal sebagai berikut : 1. Tali kerut dan tali ujung sayap dipisahkan 2. Tali kerut ditarik dengan gardan hingga jaring lingkar mengerut (seluruh cincin naik ke atas dek) badan jaring ditarik dari kedua ujungnya hingga bagian kantongnya saja 3. Ikan yang berada dikantong dinaikkan ke atas kapal 4. Setelah ikan naik semua, jaring disusun kembali dan siap dioperasikan lagi 5. Menarik tali pelampung, badan jaring, dan tali pemberat secara bersama – sama dan seimbang dengan posisi kantong dapat berada di tengah. Setelah posisi lingkaran jaring mengecil dan posisi pelampung melekat ke kapal, selanjutnya tali pelampung yang terkhir diikatkan ke tiang gantung melalui tali 6. Hasil tangkapan yang berda di kantong jaring diambil dengan caduk dan diangkat dengan derek sampai di atas kapal 7



4. Penanganan hasil tangkapan Hasil tangkapan selanjutnya dimasukkan ke dalam palkah yang diisi dengan es. Pertama – tama, peralatan penanganan ikan disiapkan, diantaranya basket, serok, dan alat penghancur balok es. Adapun langkah – langkah penanganan ikan adalah sebagai berikut : 1. Ikan diambil dari kantong dengan menggunakan caduk, selanjutnya dikumpulkan di atas dek 2. Ikan disortir berdasarkan urutan, jenis dan mutu kesegaran ikan serta ikan – ikan yang termasuk nilai jual tinggi, dan disimpan dalam basket plastik. 3. Ikan tersebut disiram dengan menggunakan air laut sampai bersih dari sampah atau kotoran yang menempel 4. ABK yang lain menghancurkan balok es menjadi curah dan selanjutnya dimasukan ke dalam palkah 5. Ikan dalam palkah di atur dengan susunan es – ikan – es – ikan – es (boxing method) 6. Setelah ikan sudah masuk dalam palkah semua, kemudian ditutup dengan rapi 7. Alat – alat yang digunakan dibersihkan dan disimpan pada tempatnya 8. Sementara itu, ABK yang lain membersihkan dek kapal dari kotoran atau sampah, dengan cara menyiramnya menggunakan air laut Untuk menjaga kesegaran ikan diperlukan penanganan dengan cara pengesan, yaitu setelah ikan disortir dan dicuci, kemudian dimasukkan ke dalam palkah yang dasarnya sudah diberi es curah setelah itu disusun secara boxing method dan palkah ditutup rapat kembali. Sedangkan menurut Sudirman dan Mallawa (2012) teknik pengoperasian alat tangkap pukat cincin dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah : 1. Teknik operasi dengan mengejar gerombolan ikan Pertama – tama harus menemukan gerombolan ikan. Ciri – ciri adanya gerombolan ikan ditandai dengan adanya perubahan warna laut karena gerombolan ikan dekat ke permukaan, ikan melompat – lompat dekat permukaan, adanya buih – buih di permukaan laut, dan burung – burung yang menukik menyambar di perrmukaan. Setelah hal itu diketahui baru dilakukan pelingkaran jaring dengan menghadang arah renang ikan dan kapal dijalankan secepat mungkin agar gerombolan ikan segera terkepung. Setelah kedua tepi jaring bertemu, maka dilakukan penarikan tali kolor dengan maksud mencegah ikan agar tidak lari ke bawah jaring. Antara kedua tepi jaring sering tidak tertutup rapat sehingga memungkinkan ikan untuk lolos. Untuk mencegah hal ini biasanya digunakan pemberat atau dengan menggerak – gerakkan galah untuk menakuti ikan. Penarikan tubuh jaring, float line ditarik jika bagian bawah jaring telah tertutup, dengan demikian semua pemberat telah berada di atas kapal. Setelah itu tubuh jaring dan float line diatur kembali di 8



atas kapal seperti semula. Ikan – ikan yang sudah terkumpul pada bagian kantong segera diseerok ke atas kapal. 2. Teknik operasi dengan menggunakan alat bantu cahaya Teknik pengoperasian ini berbeda dengan cara mengejar gerombolan ikan karena pelingkaran jaring hanya berada disekitar cahaya lampu. Dengan demikian, penangkapan ini hanya dapat dilakukan pada malam hari. Biasanya ada perahu khusus yang membawa lampu. Jika hari mulai gelap maka lampu dinyalakan sambil kapal berlabuh jangkar. Sekitar 4 – 5 jam atau saat ikan sudah dirasa cukup banyak berkumpul, dilakukan penarikan jangkar. Sebelum melakukan penurunan jaring, arah arus harus diketahui hal ini sehubungan dengan hanyutnya jaring pada saat proses pelingkaran. Kemudian pada saat penurunan jaring, kecepatan kapal lebih rendah jika dibandingkan dengan mengejar gerombolan ikan, karena posisi geromnbolan ikan tetap berada dibawah lampu. Setelah kedua tepi jaring bertemu, maka dilakukan penarikan tali kolor dengan maksud mencegah ikan agar tidak lari ke bawah jaring. Antara kedua tepi jaring sering tidak tertutup rapat sehingga memungkinkan ikan untuk lolos. Untuk mencegah hal ini biasanya digunakan pemberat atau dengan menggerak – gerakkan galah untuk menakuti ikan. Penarikan tubuh jaring, float line ditarik jika bagian bawah jaring telah tertutup, dengan demikian semua pemberat telah berada di atas kapal. Setelah itu tubuh jaring dan float line diatur kembali di atas kapal seperti semula. Ikan – ikan yang sudah terkumpul pada bagian kantong segera diseerok ke atas kapal. 3. Teknik operasi dengan menggunakan rumpon Seperti halnya dengan menggunakan cahaya, menggunakan rumpon juga tidak perlu lagi mencari gerombolan ikan, karena gerombolan ikan telah berkumpul disekitar rumpon. Yang pertama dilakukan adalah dengan melepaskan tali rumpon. Pada tali rumpon ini diberikan pelampung dengan begitu rumpon akan hanyut searah dengan arus permukaan air. Setelah itu melihat arah dan kecepatan arus untuk memprediksi kecepatan dan arahnya rumpon yang telah dilepaskan. Saat arah dan arus sudah diketahui, alat tangkap diturunkan dan melingkari gerombolan ikan yang ada dibawah rumpon. Kemudian tarik tali kolor dari jaring. Pada saat bagian bawah telah tertutup maka rumpon tadi dikeluarkan dari jaring dan dikembalikan ke tali pelampung seperti semula. Dengan demikian ada awak yang bertugas khusus untuk menyelesaikan rumpon tersebut sehingga kembali ke posisi semula. Setelah kedua tepi jaring bertemu, maka dilakukan penarikan tali kolor dengan maksud mencegah ikan agar tidak lari ke bawah jaring. Antara kedua tepi jaring sering tidak tertutup rapat sehingga memungkinkan ikan untuk lolos. Untuk mencegah hal ini biasanya digunakan pemberat atau dengan menggerak – gerakkan galah untuk menakuti ikan. Penarikan tubuh jaring, float line ditarik jika bagian bawah jaring telah tertutup, dengan demikian semua pemberat telah berada di atas kapal. Setelah itu tubuh jaring dan float line diatur kembali di atas kapal seperti semula. Ikan – ikan yang sudah terkumpul pada bagian kantong segera diseerok ke atas kapal. 9



4. Teknik operasi dengan menggunakan echosounder Teknik pengoperasian purse seine dengan menggunakan alat bantu echosounder tidaklah jauh berbeda dengan operasi yang menggunakan alat bantu lainnya. Perbedaannya hanya terletak pada pencarian gerombolan ikannya. Dengan echosounder, setiap saat dapat dimonitor ada tidaknya gerombolan ikan disuatu perairan serta pada kedalaman berapa ikan itu berada. Bahkan densitas dari gerombolan ikan yang ada dapat diprediksi. Dengan demikian, para penangkap ikan dengan menggunakan alat bantu ini tidak lagi bergantung pada siang atau malam hari tetapi kapan saja jika menemukan gerombolan ikan. Proses operasi penangkapannya sama dengan operasi dengan mengejar gerombolan ikan. Operasi penangkapan ikan dengan pukat cincin terdiri dari pencarian kawanan ikan atau pencarian rumpon (searching), penurunan jaring (setting), penarikan tali kerut (pursing), penarikan jaring (hauling), dan pengangkatan hasil tangkapan (brailling). (Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, 2012). Cara pengoperasian yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Pencarian kawanan ikan atau pencarian posisi rumpon (searching) Dalam pencarian kawanan ikan yang harus dilakukan adalah Pergunakan alat bantu untuk pengamatan dengan Alat teropong (binocular). Kemudian Lakukan pengamatan ditempat yang terbuka dan di bagian dek kapal yang paling tinggi. Jika kelihatan ada tanda-tanda adanya kawanan ikan, sampaikan kepada yang sedang mengemudikan kapal. Setelah dekat dengan kawanan ikan, lakukan pendeteksian kawanan ikan dengan alat yang ada. Pada kapal-kapal besar biasanya pendeteksian kawanan ikan dengan menggunakan SONAR. 2. Penurunan alat tangkap (setting) Setelah diputuskan akan dilakukan penangkapan kawanan ikan maka pekerjaan selanjutnya adalah penurunan jaring (setting). Urutan pekerjaannya setting adalah pertama olah geraklah kapal sampai dengan posisinya tepat terhadap arah angin dan arus. Setelah posisi kapal sesuai dengan yang diinginkan, maka turunkanlah ujung jaring dengan cara ditarik dengan skiff boat. Kapal maju pelan dan melingkari kawanan ikan yang akan ditangkap. 3. Penarikan tali kerut (pursing) Pada saat jaring diturunkan dan dilingkarkan untuk melingkari kawanan ikan, kegiatan selanjutnya adalah setelah jaring dilingkarkan, tariklah tali kerut jaring (purse line) dengan menggunakan pangsi penarik tali kerut (Purse line winch ) atau dengan menggunakan Kapstan sampai dengan bagian bawah jaring jadi satu atau bagian bawah jaring jadi tertutup. Tariklah bagian pelampung jaring yang melengkung ke dalam lingkaran jaring dengan menggunakan skiff boat. Lakukanlah penarikan tali kerut sampai dengan semua cincin (ring) terikat di Dewi-dewi tali kerut (Purse Davit). 4. Penarikan atau pengangkatan jaring ke atas kapal (hauling) Prosedur yang dilakukan dalam kegiatan penarikan atau pengangkatan jaring ke atas dek kapal (hauling) adalah ujung jaring yang tidak ada kantongnya ditarik secara berurutan dengan menggunakan alat penarik jaring berupa Power 10



block. Selanjutnya jaring disusun kemali pada tempatnya, agar siap pada setting yang berikutnya. Penarikan jaring dilakukan sampai ikan terkumpul pada bagian kantong jaring. 5. Pengangkatan ikan ke atas kapal (brailling) Setelah selesai penarikan jaring, maka ikan akan terkumpul dibagian kantong jaring (bunt). Siapkan pangsi (winch) yang telah dipasangkan serok besar. Ulurkan serok dengan posisi miring ke jaring bagian kantong dimana ikan terkumpul. Tarik posisi serok menjadi mendatar, sehingga ikan berada di dalam serok. Angkat seroknya dengan menggunakan tenaga motor elektronik sampai posisi serok berada di atas lubang palkah. Tarik tali pengikat ujung serok, sehingga ikan keluar dari serok dan masuk kedalam palkah yang sudah disiapkan unit pendingin ikan. Setelah itu lakukan penyerokan ikan sampai dengan semua ikan yang berada di dalam kantong jaring terangkat semuanya. Setelah selesai kegiatan pengangkatan ikan, semua bagian jaring diangkat dan disusun lagi di atas dek dan siap diturunkan lagi pada kegiatan setting berikutnya. Kegiatan selanjutnya adalah menangani ikan hasil tangkapan. 2.3 Penanganan Hasil Tangkapan Penanganan dan penempatan ikan secara higienis merupakan prasyarat dalam menjaga ikan dari kemunduran mutu, karena baik buruknya penanganan akan berpengaruh langsung terhadap mutu ikan sebagai bahan makanan atau bahan mentah untuk pengolahan lebih lanjut. Demikian juga penempatan ikan pada tempat yang tidak sesuai, misalnya pada tempat yang bersuhu panas, terkena sinar matahari langsung, tempat yang kotor dan lain sebagainya akan berperan mempercepat mundurnya mutu ikan.



11



1



2