Criminal Profilling Kasus Ryan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN TUGAS MATA KULIAH



PSIKOLOGI FORENSIK ANGKATAN LVIII



GALIH WISNU PRADIPTA / A / 11 STIK PTIK 58



Criminal Profiling Kasus Pembunuhan Berantai Dengan Tersangka RYAN A. PENDAHULUAN Pemrofilan kriminal merupakan sebuah alat forensik yang dapat dipelajari dan digunakan oleh siapa saja, termasuk oleh psikolog forensik. Kompetensi dalam psikologi ternyata turut memegang peran penting dalam sukses atau tidaknya pemrofilan kriminal. Sejauh ini, banyak profesi telah mengambil manfaat— menurut persepsinya masing-masing—dari pemrofilan kriminal, termasuk profesi kesehatan mental, seperti psikolog dan psikiater. Pemrofilan kriminal (criminal profiling) merupakan pekerjaan menyimpulkan rincian ciri-ciri fisik (tinggi dan berat badan, cacat rupa, dan sebagainya), demografis (usia, jenis kelamin, latar belakang etnis, dan sebagainya), dan keperilakuan (kepribadian, termasuk motivasi, gaya hidup, fantasi, proses seleksi korban, serta perilaku sebelum dan prediksi perilaku sesudah tindak kejahatan) dari kemungkinan pelaku kejahatan berdasarkan aksi-aksinya pada scene kejahatan (O'Toole, 1999; Snook, Gendreau, Bennell, & Taylor, 2008) Sampai sekarang masih menjadi perdebatan apakah pemrofilan kriminal merupakan pseudoscience atau proto science, namun dalam perkembangannya dan dapat dijelaskannya criminal profiling berdasarkan fenomena yang terjadi atau suatu hal yang rasional, maka para ilmuwan cenderung mengelompokkannya sebagai proto science



Galih WP – STIK PTIK 58



1



B. DATA DAN FAKTA MENGENAI RYAN Namanya Very Idham Henyaksyah atau biasa dipanggil Ryan (30), walaupun dikenal pernah menjadi guru ngaji dan pendiam, di luar lingkungan rumahnya, Ryan dicap sebagai pembuat onar. Bahkan dia sempat mencuri HP milik member Fitness Marcella Gymnastic di daerah Jombang, Jatim. Kedatangnya ke Jakarta adalah ingin menjadi model yang "bisa dipakai" yang bisa disebut "Bispak". Sampai akhirnya dia berkenalan dengan Novel di Margonda, Setelah sekian lama berkenalan Ryan secara resmi menjadi pacarnya Novel. Sosok Ryan yang bengis dan cenderung psikopat mulai terkuak saat ia menjadi tersangka kasus mutilasi Heri Santoso (40). Tubuh Heri Santoso ditemukan terpotong-potong menjadi tujuh bagian di daerah Ragunan. Polisi kemudian menyelidiki kasus ini dan sampai pada kesimpulan, Ryan-lah pembunuhnya. Menurut pengakuan Ryan, ia membunuh Heri Santoso karena kesal pada Heri yang mencoba 'menawar' Novel, pacarnya. Ketika Heri sedang main ke apartemen Ryan, Heri sempat melihat foto Novel. Dia langsung jatuh hati padanya dan ingin berkencan. Ryan merasa tersinggung, terjadilah cekcok yang berujung kematian Heri Santoso. Di kamarnya di apartemen di Jalan Margonda, Depok, 11 Juli 2007, Ryan kemudian memotong tubuh Heri menjadi tujuh bagian. Lalu dengan menggunakan taksi, Ryan membuang potongan tubuh itu ke daerah Ragunan. C. IDENTIFIKASI FAKTA PSIKOLOGIS Sebelum kita menentukan criminal profiling Ryan yang pertama yaitu memiliki gangguan psikologis atau hanya memiliki hambatan psikologis, ada tiga kriteria yang harus dipenuhi Ryan. Kriterianya adalah sebagai berikut : •



Disfungsi Psikologis : menjalankan peran/fungsi dalam kehidupan ; integrasi aspek kognitif,afektif,konatif/psikomotorik.







Distres ; Impairment (Hendaya) menunjukkan pada keadaan “merusak” dirinya baik secara fisik or psikologis.







Respon Atipikal (Secara Kultural Tidak Diharapkan) Reaksi yang tidak sesuai dengan keadaan sosio kultural yang berlaku. Kembali lagi ke topik masalah yaitu Ryan, sekarang kita akan mengidentifikasi sesuai dengan kriteria abnormal. Galih WP – STIK PTIK 58



2



Pertama disfungsi psikologis, Ryan mengalami rasa cemburu yang berlebihan karena takut pacarnya akan direbut oleh orang lain. Perasaan Ryan membuatnya mendorong untuk membunuh Heri karena Ryan merasa cemburu ada seseorang yang menyukai pacarnya. Kedua, Distres. Secara fisik Ryan tidak melumpuhkan bagian tubuhnya atau merusaknya. tetapi secara psikologis Ryan mengalami gangguan yaitu selalu berfikiran negatif dimana takut pacarnya akan di rebut oleh orang lain sehingga membuat Ryan membunuh orang-orang yang dicintainya. Ketiga, respon atipikal. Dalam budaya Indonesia, "homoseksual" masih belum bisa dibilang normal seperti di negara luar, sehingga masyarakat menganggap bahwa perilaku Ryan sangat meresahkan ditambah dengan pembunuhan yang dilakukannya membuat masyarakat semakin memandang Ryan adalah seorang penjahat. D. IDENTIFIKASI PEMROFILAN KRIMINAL (CRIMINAL PROFILING) Melalui psychological dan demographical profiling dapat diidentifikasi tentang gambaran profil pelaku kriminal, dari segi demografi (umur, tinggi, suku), psikologis (motif, kepribadian/kondisi mental), modus operandi, dan kemungkinan tempat tinggal pelaku. Dan berdasarkan data – data di TKP, dapat diidentifikasi gambaran profil pelaku criminal sebagai berikut : a. Dari segi demografi Ryan adalah seorang yang sempurna secara fisik, tumbuh dalam keadaan normal tanpa gangguan mental ataupun cacat fisik. Masa pertumbuhannya pun tergolong normal dan bahkan dulu dikenal sebagai seorang guru ngaji yang pendiam. Untuk seorang seumuran Ryan dia memiliki pola kehidupan yang wajar sebagaimana orang seumurannya. b. Diduga motif pelaku adalah karena sakit hati. Hal ini berdasarkan pada pengakuan wawancara terhadap Ryan, yang mengaku membunuh dan memutilasi keempat korbannya karena sakit hati para korban tidak mau dinikahinya. Dapat diduga kondisi mental pelaku pada saat melakukan kejahatan adalah dalam kondisi normal. Hal ini dapat diasumsikan berdasarkan tindakannya membunuh korban dengan memukul menggunakan batu dan linggis secara sadar kemudian mengubur pelakunya dibelakang halaman rumahnya



Galih WP – STIK PTIK 58



3



c. Modus operandi pelaku adalah dengan mengencani korban yang merupakan laki – laki semuanya kemudian mengiming – imingi dengan sejumlah uang atau pekerjaan dan mengencaninya, lalu mengajak kawin korban. Akhirnya korban tidak mau menuruti dan tersangka ryan melakukan pemukulan dengan menggunakan batu atau linggis terhadap korban sampai meninggal dunia. Selanjutnya memutilasi tubuh salah satu dari keempat korban saja atas nama heri Santoso kemudian menaruhnya didalam sebuah koper dan dibuang di kawasan ragunan Jakarta Selatan. Adapun ketiga korban yang lain dibunuh pada saat berada di rumahnya, dengan menggunakan linggis juga namun tidak dimutilasi melainkan hanya menguburkan korban di halaman belakang rumahnya agar tidak ketahuan. d. Diduga perilaku yang dilakukan oleh Ryan tergolong perilaku kriminal tipologis organized (terorganisir), karena menurut Gladwell (2007) Dalam sebuah tindak kriminal yang ‘terorganisasi’ (organized), kejahatan dilakukan secara logis dan terencana. Korban telah diburu (hunted) dan dipilih, guna memenuhi fantasi spesifik tertentu. Pelaku mengontrol seluruh proses kejahatan,



hampir tidak pernah



meninggalkan senjatanya. Ia dengan sangat teliti menyembunyikan tubuh korban. Dalam kasus Ryan kejahatan dilakukan secara logis dan terencana, korban telah diburu yang termasuk ciri dan kriteria yang disukai oleh Ryan guna memenuhi fantasi seksualnya, kemudian Ryan mengontrol seluruh proses kejahatan, dari mulai membujuk, merayu, memukul sampai mati, memutilasi, memasukkan dalam kopor, sampai mengubur korbannya. Dia sangat teliti, dan tidak meninggalkan senjatanya di TKP, namun setelah dilakukan pemeriksaan, akhirnya dirinya mengakui perbuatannya dan menceritakan apa yang dilakukannya secara rinci termasuk alat yang digunakan. e. Perilaku kejahatan yang terorganisasi dilakukan oleh seorang yang inteligen dan fasih, memiliki perasaan superior terhadap orang-orang di sekelilingnya, ciri yang dimiliki oleh Ryan, terbukti korbannya selalu mau mengikuti kemauannya yang membujuk dengan sangat fasih dan berintelijen tinggi. Douglas, Burgess, Burgess, dan Ressler (1992) menjelaskan: Secara umum pelaku kejahatan terorganisasi diduga melakukan tindak kejahatan setelah mengalami beberapa peristiwa urgen yang penuh stres, seperti masalah Galih WP – STIK PTIK 58



4



finansial, masalah relasi antarmanusia, atau masalah pekerjaan. Dalam kasus ryan, pelaku kejahatan mengalami masalah relasi antar manusia yaitu masalah cinta, seorang Ryan yang adalah pemuda gay yang suka dengan sesama jenisnya, bermasalah setelah mengetahui cintanya ditolak oleh pasangannya sehingga melakukan Pembunuhan. Scene kejahatannya mencerminkan sebuah pendekatan yang metodis dan teratur. Hal ini dipandang sebagai konsekuensi dari pelaku kejahatan yang memiliki keterampilan sosial dan dalam menangnai situasi-situasi interpersonal. Pelaku kejahatan yang terorganisasi, dengan demikian, lebih mungkin menggunakan pendekatan verbal terhadap korban sebelum melakukan kekerasan. Dalam kasus Ryan, jelas sekali sebelum melakukan aksinya selalu didahului dengan komunikasi verbal yang sangat baik sekali sebelum akhirnya melakukan kekerasan.



E. KESIMPULAN Kasus yang dilakukan oleh tersangkat Ryan berdasarkan analisis criminal profiling diatas adalah kasus murni dilakukan bukan oleh seorang psikopat melainkan seorang yang sadar dan melakukan pembunuhan berencana karena modus sakit hati terhadap korban. Demikian Criminal Profiling Kasus pembunuhan berantai dengan tersangka Ryan, mohon masukan dan saran dari dosen pembimbing.



Galih WP – STIK PTIK 58



5



Galih WP – STIK PTIK 58



6



Galih WP – STIK PTIK 58



7



Galih WP – STIK PTIK 58



8



Galih WP – STIK PTIK 58



9