Diktat Pemboran PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BUKU AJAR



PENGEBORAN EKSPLORASI DAN PENAMPANGAN LUBANG BOR



Oleh: Dr.Ir. Komang Anggayana, MS. Agus Haris W, ST. MT.



Departemen Teknik Pertambangan Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral Institut Teknologi Bandung 2005



KATA PENGANTAR



Buku ajar ini disusun sesuai dengan topik-topik pada Satuan Acara Perkuliahan (SAP) dari mata kuliah Pengeboran Eksplorasi dan Penampangan Lubang Bor. Dengan membaca modul ini mahasiswa akan lebih mudah memahami isi perkuliahan dan juga mempermudah mencari penjelasan yang lebih lengkap dari topik-topik yang disampaikan.



Buku ajar ini hanya sebagai bahan untuk tatap muka, disamping itu akan dibantu dengan alat peraga atau kunjungan ke workshop untuk melihat alat yang sulit dibayangkan melalui gambar saja.



Penulis mengharapkan buku ajar ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa yang mengambil mata kuliah Pengeboran Eksplorasi dan Penampangan Lubang Bor, dan tak lupa penulis juga menerima saran perbaikan untuk edisi berikutnya.



Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN



ii iii v vii viii



BAB I PENDAHULUAN BAB II KLASIFIKASI DAN PERALATAN PENGEBORAN 2.1 Sistem Klasifikasi Metode Pengeboran 2.2 Transmisi ke Mata Bor 2.2.1 Transmisi Tenaga 2.2.2 Kontrol Mata Bor 2.2.3 Perilaku Fluida 2.2.4 Pipa 2.2.5 Mata Bor 2.2.6 Rangkaian Pelengkap



II-1 II-6 II-6 II-6 II-7 II-8 II-11 II-12



BAB III PENGEBORAN DENGAN FLUIDA 3.1 Pengeboran Cable Tool 3.1.1 Metode Pengeboran Cable Tool 3.1.2 Komponen Utama Rangkaian Cable Tool 3.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Pengeboran Cable Tool 3.2 Pengeboran Putar (Rotary Drilling) 3.2.1 Metode Pengeboran Putar 3.2.2 Sirkulasi Fluida 3.2.3 Rangkaian Utama Pengeboran Putar



III-1 III-1 III-5 III-10 III-11 III-11 III-12 III-16



BAB IV PENGEBORAN TANPA FLUIDA 4.1 Pengeboran Auger 4.1.1 Jenis Pengeboran Auger 4.1.2 Aplikasi Pengeboran Auger 4.2 Pengeboran Bangka



IV-1 IV-1 IV-3 IV-4



BAB V MESIN BOR, POMPA, DAN KOMPRESOR 5.1 Mesin Bor 5.2 Pompa Bor 5.2.1 Tipe-Tipe Pompa Bor 5.2.2 Pemilihan Pompa 5.3 Kompresor



V-1 V-2 V-2 V-9 V-9



BAB VI FLUIDA BOR 6.1 Fungsi Fluida Bor 6.2 Jenis Fluida Bor 6.3 Sifat-Sifat Fluida Bor



VI-1 VI-2 VI-4



6.3.1 Sifat Fluida Bor Terhadap Tekanan 6.3.2 Sifat-Sifat Aliran Fluida Bor 6.4 Lumpur Bor 6.4.1 Persyaratan Lumpur Bor 6.4.2 Bahan Aditif dan Pemantauan Lumpur Bor 6.4.3 Tipe-Tipe Lumpur Bor 6.5 Dasar-Dasar Perhitungan Fluida Bor 6.5.1 Volume Annulus 6.5.2 Up Hole Velocity 6.5.3 Debit Aliran 6.5.4 Specific Gravity 6.5.5 Tekanan Fluida



VI-4 VI-4 VI-5 VI-6 VI-11 VI-14 VI-18 VI-18 VI-19 VI-20 VI-21 VI-22



BAB VII OPERASI PENGEBORAN 7.1 Tahapan Pengeboran 7.2 Tahapan Pengeboran Air 7.2.1 Pengeboran Awal (Pilot Hole) 7.2.2 Pembesaran Lubang Bor (Reaming) 7.2.3 Konstruksi Sumur 7.2.4 Pembersihan Sumur (Development)



VII-1 VII-3 VII-3 VII-3 VII-4 VII-4



BAB VIII KENDALA TEKNIS DAN NON-TEKNIS 8.1 Kendala-Kendala Teknis 8.1.1 Masalah Pada Pengeboran Inti (Coring) 8.1.2 Caving/Shale Problem 8.2 Kendala-Kendala Non-Teknis



VIII-1 VIII-1 VIII-2 VIII-15



BAB IX WELL LOGGING 9.1 Spontaneous Potensial (SP) 9.2 Log Tahanan Jenis 9.3 Log Sinar Gamma 9.4 Log Gamma-Gamma (Density Log) 9.5 Log Kaliper (Caliper Log)



IX-2 IX-2 IX-2 IX-3 IX-4



BAB X ORGANISASI PENGEBORAN 10.1 Sumberdaya Manusia 10.2 Pembiayaan Pengeboran 10.2.1 Faktor-Faktor Pembiayaan 10.2.2 Kontrol Pembiayaan Pengeboran



X-1 X-4 X-4 X-6



DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



DAFTAR GAMBAR



Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11 Gambar 2.12 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 3.9 Gambar 3.10 Gambar 3.11 Gambar 3.12 Gambar 3.13 Gambar 3.14 Gambar 3.15 Gambar 3.16 Gambar 3.17 Gambar 3.18 Gambar 3.19 Gambar 3.20



Contoh tipe pengeboran berdasarkan pembuatan lubang. Contoh tipe pengeboran berdasarkan pembersihan lubang. Contoh tipe pengeboran berdasarkan kedalaman dan ukuran lubang. Sistem aliran fluida bor. Double nepple sebagai penghubung dua buah stang bor. Pembengkokan pada sambungan stang bor. Rangkaian pipa casing. Peralatan pelengkap untuk menaikkan dan menurunkan rangkaian bor. Peralatan pelengkap untuk memancing rangkaian bor yang terlepas atau terjepit dalam lubang. Tripod untuk pengeboran miring dan derrick untuk pengeboran tegak. Parmalee wrench dan pipe wrench. Contoh susunan peralatan pengeboran pada rotary drilling. Rangkaian peralatan pada cable tool. Skema walking beam dan spudding arm yang menghasilkan gerakan naik-turun. Recoil system pada churn drilling dan skema casing plug drilling. Skema rangkaian bor pada shell drilling. Skema clam shell drilling. Komponen keseluruhan cable tool, pengaman kawat, dan swivel socket. Komponen drill stem dan bit pada rangkaian bor cable tool. Mata bor untuk cable tool: earth socket, chop pump, star bit, twisted blade bit, spudding bit, dan undercutting bit. Peralatan tambahan pada cable tool berupa drilling jar dan bailer. Skema unit pemutar pada pengeboran putar, rotary table, top drive, dan downhole turbine. Spindle sebagai pentransmisi tekanan hidrolik ke stang bor. Sirkulasi udara dengan kompresor dalam operasi pengeboran. Sistem sirkulasi normal/langsung dan sirkulasi terbalik. Beberapa jenis rig: light top drive rig, rotary table drive drill, heavy rotary drill, dan oil field rig. Travelling block dan rotary swivel. Rotary table dan rotary kelly. Sistem top head drive. Kondisi apabila gaya tekan terlampau besar dibanding gaya regang, bisa diimbangi dengan pemberat. Single tube core barrel. Double tube, triple tube, dan wireline core barrel.



II-2 II-3 II-4 II-7 II-8 II-9 II-10 II-13 II-14 II-16 II-17 II-18 III-2 III-3 III-4 III-4 III-5 III-6 III-7 III-8 III-9 III-12 III-12 III-13 III-14 III-15 III-17 III-17 III-18 III-19 III-22 III-23



Gambar 3.21 Gambar 3.22 Gambar 3.23 Gambar 3.24 Gambar 3.25 Gambar 3.26 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Gambar 5.4 Gambar 5.5 Gambar 5.6 Gambar 5.7 Gambar 5.8 Gambar 5.9 Gambar 5.10 Gambar 5.11 Gambar 6.1 Gambar 6.2 Gambar 6.3 Gambar 6.4 Gambar 10.1



Core cutter/lifter terpasang di dalam core barrel. Komponen core barrel. Inti bor disimpan dalam core box. Stabiliser digunakan untuk menjaga konsistensi arah pengeboran. Reamer dengan tiga gigi. Beberapa contoh mata bor putar. Continuous flight auger. Hollow auger. Short flight and plate auger. Bucket auger. Pengeboran Bangka dioperasikan secara konvensional dengan tenaga manusia. Skema pengeboran Bangka. Prinsip kerja pompa jet pump. Sistem venturi pada pompa jet pump. Skema pompa sentrifugal dari samping dan dari depan. Skema pompa submercible dan turbin. Skema pompa gir. Skema pompa putar baling-baling. Skema pompa axial flow. Skema pompa helik. Skema gerakan bolak-balik piston. Skema pompa piston aksi ganda. Skema kompresor. Rentang densitas fluida bor. Skema mixer lumpur. Lubang annulus. Alat pengukur SG fluida bor. Stuktu organisasi pengeboran.



III-25 III-27 III-27 III-28 III-29 III-30 IV-2 IV-2 IV-3 IV-4 IV-5 IV-5 V-3 V-4 V-5 V-5 V-6 V-6 V-7 V-7 V-8 V-9 V-9 VI-4 VI-8 VI-19 VI-21 X-1



DAFTAR TABEL



Tabel III.1 Tabel III.2 Tabel III.3 Tabel III.4 Tabel III.5 Tabel VI.1



Stang bor wireline seri ”Q”. Stang bor wireline seri ”CHD”. Core barrel konvensional seri ”MLC”. Core barrel wireline seri ”Q/Q-3”. Core barrel wireline seri “CHD”. Perbandingan pemakaian lumpur air dan minyak.



III-19 III-19 III-19 III-20 III-20 VI-17



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran A. Lampiran B. Lampiran C. Lampiran D. Lampiran E. Lampiran F. Lampiran G.



Mesin bor. Pompa bor. Stang bor dan casing. Core barrel. Mata bor. Perlengkapan lain. Contoh penyusunan anggaran pengeboran.



BAB I PENDAHULUAN



Kegiatan pengeboran adalah salah satu kegiatan penting dalam sebuah industri pertambangan. Kegiatan pengeboran ini mempunyai tujuan yang bermacam-macam dan tidak hanya dilakukan dalam industri pertambangan saja namun juga untuk bidang-bidang yang lain. Pengeboran sebagai salah satu kegiatan dalam industri telah ada semenjak Cina mempergunakan bor tumbuk (cable tool) sekitar 4.000 tahun yang lalu. Dengan adanya berbagai pengembangan hingga saat ini baik dari segi teknis maupun aplikasi, pengeboran telah berkembang ke dalam delapan sektor industri berikut ini: •



Geoteknik Pengeboran geoteknik bertujuan untuk menentukan karakteristik tanah dan batuan, dalam beberapa hal digunakan untuk memperoleh informasi tentang kondisi alami dan posisi muka air tanah.







Konstruksi Pengeboran konstruksi secara umum bertujuan untuk menentukan batas antara batuan dasar (basement) dan batuan di atasnya yang umumnya sudah mengalami deformasi pelapukan.







Eksplorasi mineral Eksplorasi adalah proses pencarian terhadap suatu cebakan mineral untuk menentukan kuantitas mineral secara ekonomis. Pengeboran eksplorasi bertujuan untuk: -



Eksplorasi tubuh bijih



-



Informasi stratigrafi



-



Survei seismik



-



Verifikasi interpretasi geofisika dan geokimia



-



Kontrol kadar bijih



-



Perhitungan cadangan bijih



-



Deskripsi tubuh bijih (penyebaran, bentuk, butir penyusun, dll.)



Bab I, Pendahuluan







Seismik Pengeboran dalam kegiatan survei seismik berguna untuk menempatkan bahan peledak sebagai sumber getaran dalam seismik refraksi maupun refleksi.







Peledakan Pengeboran untuk keperluan peledakan



berguna untuk menempatkan bahan



peledak sebagai salah satu proses untuk memberaikan material yang kompak. •



Sumur air Pengeboran dalam pembuatan sumur air bertujuan untuk membuat lubang untuk menentukan posisi akuifer dan memproduksi air. Disamping itu pengeboran air juga digunakan untuk:







-



Mengetahui level air



-



Memonitor sumur produksi



-



Sumur injeksi



-



Sumur dewatering dalam pertambangan atau konstruksi



Lingkungan Pengeboran dalam lingkup lingkungan terdiri dari pengeboran geoteknik dan sumur air untuk memonitor kualitas air tanah dan membantu dalam kontrol/remediasi polusi air tanah.







Minyak dan gas Pengeboran dalam industri minyak dan gas bertujuan untuk eksplorasi baik onshore maupun offshore, injeksi, dan produksi sumur minyak dan gas.



Tujuan kegiatan yang banyak atau bermacam-macam ini membawa konsekuensi perlengkapan, tipe, dan kapasitas mesin yang berbeda. Arah pengeboran pun bisa vertikal ke bawah, vertikal ke atas, horizontal atau miring dengan sudut tertentu. Dalam pegangan kuliah ini hanya dibatasi pada pengeboran untuk mineral/batubara dan pengeboran air. Ada pun bahasannya mencakup: •



Peralatan pengeboran; meliputi jenis mesin bor, pompa atau kompresor, stang bor (drill rod), casing, core barrel, mata bor (bit), dan perlengkapan lainnya.







Lumpur pengeboran







Logging (hanya sebatas aplikasinya)







Teknis pengeboran; meliputi metode/klasifikasi pengeboran (dengan sirkulasi dan tanpa sirkulasi) dan tahapan-tahapan pengeboran.







Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pengeboran baik masalah teknis maupun non teknis.



I-2



Bab I, Pendahuluan







Organisasi divisi pengeboran; membahas struktur organisasi pengeboran umumnya dan tugas dari masing-masing personil.







Analisa biaya pengeboran; membahas faktor yang mempengaruhi dan menentukan biaya pengeboran, program untuk mengontrol biaya dan beberapa contoh rencana anggaran biaya.



I-3



BAB II KLASIFIKASI DAN PERALATAN PENGEBORAN



Sebelum dipaparkan lebih jauh tentang metode dan peralatan pengeboran, akan diperkenalkan beberapa istilah yang dijumpai dalam operasi pengeboran: •



Tipe pengeboran, adalah jenis-jenis proses pengeboran dimana masing-masing tipe pengeboran bisa menerapkan berbagai macam metode pembuatan lubang dan pembersihan lubang.







Teknik pengeboran, adalah segala sesuatu yang berhubungan pada sebuah tipe pengeboran sehingga proses pengeboran menjadi lebih efektif dan efisien. Sebagai contoh seorang ahli bor jika menggunakan metode pengeboran putar dengan fluida lumpur, maka harus selalu mengatur berat jenis lumpur untuk mengontrol keseimbangan terhadap tekanan formasi.







Metode pembuatan lubang, adalah prosedur untuk memberaikan material terkonsolidasi maupun tak terkonsolidasi dalam proses pengeboran.







Metode pembersihan lubang, adalah prosedur untuk membersihkan cutting dari lubang bor.







Metode penyetabilan lubang, adalah prosedur untuk menjaga lubang bor tetap terbuka, mencegah terjadinya gua-gua, atau terjadinya runtuhan dinding lubang bor.



2.1 SISTEM KLASIFIKASI METODE PENGEBORAN



Klasifikasi pengeboran dapat didasarkan pada beberapa bagian proses pengeboran, diantaranya berdasarkan: •



Metode pembuatan lubang Proses pembuatan lubang meliputi pemberaian batuan dari batuan yang tak terkonsolidasi. Pembuatan lubang juga termasuk pembersihan pecahan dan material tak terkonsolidasi dari bawah mata bor sehingga pemberaian dapat terus berlangsung. Pembuatan lubang dapat berupa proses mekanik atau pun prosesproses yang lain. Metode-metode pembuatan lubang berdasarkan pemberaian mekanik adalah:



Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran



o



Pengeboran cable tool



o



Pengeboran putar auger



o



Pengeboran putar



o



Pengeboran top hole hammer



o



Pengeboran putar down hole hammer



o



Pengeboran putar slim hole



Gambar 2.1. Contoh tipe pengeboran berdasarkan pembuatan lubang.







Metode pembersihan dan penyetabilan lubang Karena lubang bor telah dibuat dan cutting dibersihkan dari muka mata bor, maka cutting harus dibersihkan semuanya dari lubang bor dan dilakukan penyetabilan dinding lubang bor. Jika lubang bor tidak terbuka dan bersih maka proses pengeboran tidak bisa terus berlangsung. Penyetabilan lubang bisa dilakukan dengan casing, tekanan hidrostatik, atau dengan pembuatan dinding. Metodemetode pembersihan lubang dapat diklasifikasikan:



II - 2



Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran



o



Pembersihan mekanik, pada metode ini peralatan pengeboran dalam lubang akan melakukan pembersihan dengan sendirinya. Metode pembersihan mekanik di antaranya: ƒ



Bailing, dimana proses penyetabilan dengan casing atau tekanan hidrostatik



ƒ



Bucket auger, dimana proses penyetabilan dengan casing atau tekanan hidrostatik



ƒ



Plate auger



ƒ



Continuous flight auger



Plate dan continuous flight auger lebih cocok digunakan untuk formasi yang stabil. o



Pembersihan dengan fluida (sirkulasi langsung atau normal), pada metode ini digunakan fluida untuk membersihkan lubang bor. Sirkulasi normal adalah dimana fluida (udara, air, atau lumpur) dipompa dengan tekanan ke bawah melalui stang bor, mata bor, dan kemudian membawa cutting ke permukaan di antara dinding lubang bor dan stang bor.



o



Pembersihan dengan fluida (sirkulasi terbalik), pada metode ini fluida dipompa ke bawah melalui lubang di antara dinding lubang bor dan stang bor, kemudian melewati mata bor, dan naik ke atas melalui lubang di dalam stang bor.



Gambar 2.2. Contoh tipe pengeboran berdasarkan pembersihan lubang.



II - 3



Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran







Kedalaman dan ukuran lubang Tipe pengeboran harus sesuai dengan kedalaman dan ukuran lubang bor yang diinginkan. Sebagai contoh bor auger tangan hanya dapat melakukan pengeboran pada beberapa meter kedalaman dan ukuran lubang yang kecil. Beberapa tipe pengeboran dapat diaplikasikan pada rentang ukuran lubang bor tertentu, o



Cable tool, ukuran lubang 100 mm s/d 400 mm (4-16 in) dan sampai kedalaman 1.500 m (5.000 ft)



o



Slim rotary (diamond), ukuran lubang 30 mm s/d 100 mm (1-4 in) dan sampai kedalaman 1.500 m (5.000 ft)



Gambar 2.3. Contoh tipe pengeboran berdasarkan kedalaman dan ukuran lubang.







Aplikasi Tipe pengeboran juga dapat diklasifikasikan berdasarkan aplikasinya seperti cable tool untuk pengeboran air, rotary untuk pengeboran minyak, hammer untuk pengeboran pada kuari, dll. Dalam hal ini klasifikasi lebih banyak ditentukan oleh sifat formasi seperti ditunjukkan dalam daftar berikut: o



Pengeboran pada formasi yang terkonsolidasi Cable



- Sampel bagus



II - 4



Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran



Rotary mud



- Tingkat penetrasi cepat



Rotary air



- Sangat cepat pada formasi yang kering dan kohesif



Rotary mud reverse



- Sampel bagus, penetrasi cepat, menjaga kondisi



dinding



o



o



Auger



- Murah dan cepat pada formasi kering



Jetting



- Murah pada kondisi air yang melimpah



Pengeboran pada formasi yang stabil (high drillability) Rotary



- Semua fluida memberikan hasil yang bagus



Cable tool



- Bagus tetapi lebih lambat



Hammer



- Sampling chip dan air, penetrasi cepat



Diamond coring



- Lebih lambat dari hammer, sampel lebih sempurna



Pengeboran pada formasi yang stabil (low drillability) Hammer



- Penetrasi cepat



(Top hole untuk pengeboran dangkal dan down hole untuk pengeboran dalam)



o



Diamond drills



- Informasi lengkap dan inti lebih bagus



Heavy rotary drills



- Murah dan cepat



Pengeboran pada formasi boulder dan breksi keras



Beberapa tipe pengeboran dapat dilakukan dalam berbagai teknik pengeboran, dalam hal ini aplikasi akan menentukan teknik pengeboran yang digunakan. Dalam hal aplikasi untuk mendapatkan informasi bawah permukaan maka sistem kontrol yang cermat dan interpretasi semua indikator pengeboran adalah parameter yang diutamakan.



Dalam aplikasi untuk lingkungan maka metode pengeboran harus tidak memberikan dampak terhadap kualitas sampel kimia maupun biologi. Kondisi seperti ini memerlukan modifikasi dalam teknik pengeboran.



Dalam aplikasi yang membutuhkan sampel inti maka metode pengeboran dipilih terhadap proses penetrasi yang stabil sehingga akan memberikan inti yang lebih sempurna yang tertampung dalam core barrel.



Untuk aplikasi yang hanya menginginkan lubang bor maka digunakan metode dengan penetrasi yang cepat dimana cutting dan proses pembersihannya dilakukan secara cepat tetapi efektif sehingga tetap dapat menjaga stabilitas dinding lubang bor.



II - 5



Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran



2.2 TRANSMISI KE MATA BOR



2.2.1 Transmisi Tenaga



Ahli bor harus mengendalikan dan mengontrol kinerja mata bor dari posisi collar lubang bor. Dalam banyak hal, tenaga diperlukan untuk membuat mata bor bekerja menggali dimana tenaga berasal dari titik collar lubang bor. Tenaga harus ditransmisikan ke bawah lubang bor dimana mata bor bekerja. Transmisi tenaga dapat berlangsung dengan perantara: •



Cable







Pergerakan memutar dari pipa dan stang bor







Pergerakan axial dari pipa dan stang bor







Aliran fluida



2.2.2 Kontrol Mata Bor



Transmisi tenaga tidaklah simpel untuk dilaksanakan di lapangan secara efisien, tenaga harus ditransmisikan pada prosedur yang tepat sehingga mata bor akan menggali batuan secara efisien.



Pada cable tool, kawat (cable) dikontrol melalui dua hal yaitu pergerakan yang ditentukan



oleh



panjang



hentakan,



tingkat



hentakan,



dan



kecepatan



pengangkatan/penjatuhan selama proses hentakan. Pengontrol yang kedua adalah bentuk dan berat peralatan pengeboran yang akan menambah tenaga untuk memberaikan batuan.



Pada sistem pengeboran putar dengan pipa dan stang, mata bor lebih terkontrol oleh karena: •



Gaya dorong dan tekanan yang dipertahankan pada rangkaian bor melalui collar







Tenaga putaran pada collar







Diameter dari rangkaian bor (berhubungan dengan diameter lubang bor)







Kecepatan putaran







Kecepatan pergerakan rangkaian bor ke dalam dan keluar lubang bor







Bentuk dan berat dari rangkaian bor



II - 6



Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran



2.2.3 Perilaku Fluida



Lebih banyak tipe pengeboran menggunakan fluida untuk membantu proses pembuatan lubang. Pada sistem cable tool pergerakan rangkaian bor menyebabkan sirkulasi fluida di dasar lubang bor atau di sekitar mata bor. Kecepatan fluida dikontrol oleh gerak pengeboran, viskositas fluida dalam lubang, dan bentuk serta ukuran lubang fluida pada mata bor. Proses pengangkatan dan penjatuhan akan menyebabkan aliran fluida yang mana aliran ini akan membantu mengerakkan cutting masuk ke dalam badan rangkaian bor.



Pada sistem pipa terdapat tiga sistem aliran fluida yaitu sirkulasi standar, sirkulasi terbalik, dan sirkulasi dua pipa (lihat Gambar 2.4). Pompa atau kompresor digunakan untuk menggerakkan fluida sehingga terjadi aliran sirkulasi fluida.



Gambar 2.4. Sistem aliran fluida bor.



II - 7



Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran



2.2.4 Pipa



Pipa banyak digunakan pada bagian-bagian alat pengeboran atau aktivitas konstruksi sumur, penggunaan pipa di antaranya: •



Sistem hidrolik







Media aliran fluida







Pipa bor putar dan collar







Stang bor diamond dan casing







Casing sumur air dan minyak







Dll



Stang Bor



Stang bor merupakan pipa yang terbuat dari baja dimana bagian pada ujung-ujungnya terdapat ulir. Sebagai penghubung antara dua buah stang bor digunakan double nepple (Gambar 2.5).



Gambar 2.5. Double nepple sebagai penghubung dua buah stang bor.



Dalam kegiatan pengeboran stang bor berfungsi sebagai: a. Rangkaian untuk mentransmisikan putaran, tekanan, dan tumbukan yang dihasilkan oleh mesin bor menuju mata bor b. Jalan keluar-masuknya fluida bor pada pengeboran putar



Stang bor harus bisa mengimbangi gaya/tekanan yang tidak hanya besar tetapi juga gaya/tekanan yang selalu berubah setiap saat dengan cepat. Stang bor harus tahan terhadap material abrasif dan lingkungan yang korosif. Stang yang mempunyai tebal dinding yang seragam akan berpotensi terjadinya pembengkokan pada titik-titik sambungan pipa (lihat Gambar 2.6a). Untuk mengatasi permasalahan seperti ini maka harus digunakan sambungan yang khusus (double nepple) untuk memperkuat ujungujung stang bor. Selain itu cara lain untuk memperkuat ujung stang bor adalah dengan menambah ketebalan dinding pipa pada ujungnya, metode ini disebut dengan upsetting (lihat Gambar 2.6b).



II - 8



Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran



a



b



Gambar 2.6. Pembengkokan pada sambungan stang bor (a), salah satu cara mengatasinya dengan upsetting (b).



Secara umum pemilihan ukuran dan jenis stang bor harus memperhatikan hal-hal berikut ini: 1. Tujuan pengeboran 2. Tipe pengeboran 3. Kedalaman pengeboran 4. Diameter lubang bor 5. Kekerasan batuan formasi 6. Metode sirkulasi fluida



Adapun rangkaian stang bor dan ukurannya yang digunakan dalam operasi pengeboran tergantung dari tipe pengeboran yang diterapkan. Rangkaian stang bor dan ukurannya secara detil akan dibahas pada masing-masing tipe pengeboran.



Casing



Casing adalah pipa yang digunakan untuk mempertahankan lubang bor tetap terbuka (tidak runtuh/collapse) setelah tahap pengeboran atau pada konstruksi sumur air/minyak. Disamping itu casing juga digunakan untuk melindungi peralatan pengeboran dari gangguan-gangguan. Casing tidak diperuntukkan pada beban yang lebih berat lagi. Contoh rangkaian casing dapat dilihat di Gambar 2.7.



II - 9



Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran



Gambar 2.7. Rangkaian pipa casing.



Terdapat dua tipe untuk menghubungkan pipa casing, yaitu: 1) Tipe flush joint Dimana penghubung antara pipa satu dengan pipa lainnya dilakukan secara langsung. 2) Tipe flush coupled Dimana penghubung antara pipa satu dengan pipa lainnya menggunakan sebuah coupling.



Beberapa komponen yang terdapat dalam casing di antaranya meliputi: 1. Casing Swivel Alat ini digunakan untuk menghubungkan antara pipa casing dan stang bor. 2. Casing Head Alat ini dipasang di bagian atas casing untuk melindungi drat casing bagian atas. 3. Casing Shoe Alat ini digunakan untuk melindungi casing bagian bawah dari kerusakan. 4. Casing Cutter Adakalanya di dalam suatu lubang casing terjadi suatu masalah. Pada kasus-kasus semacam ini maka casing cutter digunakan untuk memotong casing pada titik yang kita inginkan.



II - 10



Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran



5. Casing Band Alat ini digunakan untuk menjepit pipa casing selama operasi pengangkatan dan penurunan.



Ukuran casing ada bermacam-macam dan kelengkapannya pun cukup banyak, secara umum dapat dilihat di bagian Lampiran.



Core Barrel



Core barrel adalah pipa yang digunakan untuk membungkus inti (core) dari kegiatan pengeboran putar. Dengan core barrel maka inti bor akan dapat dibawa ke permukaan sehingga bisa dilakukan pengamatan dan analisis yang jauh lebih baik daripada cutting. Pembahasan mengenai core barrel selanjutnya akan diberikan secara detil pada bagian tipe pengeboran putar.



2.2.5 Mata Bor



Mata bor merupakan salah satu komponen dalam pengeboran yang digunakan khususnya sebagai alat pembuat lubang (hole making tool). Gaya yang bekerja pada bit agar bit dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan secara garis besar terbagi atas dua macam yaitu gaya dorong (tekan) dan gaya putar. Keefektifan penetrasi yang dilakukan pada pengeboran tergantung pada kedua gaya jenis ini.



Gaya dorong dapat dihasilkan melalui tumbukan yang dilakukan pada pengeboran tumbuk (percussive drilling), pemuatan bit (bit loading), dan tekanan di bawah permukaan (down pressure). Gaya putar dapat dihasilkan pada mekanisme pengeboran putar (rotary drilling) dengan bantuan mesin putar mekanik yang dapat memutar bit (setelah ditransmisikan oleh stang bor) dan dengan bantuan gaya dorong statik mengabrasi batuan yang akan ditembus. Gaya dorong yang bersifat statik yang secara tidak langsung turut menunjang gaya-gaya tersebut di atas misalnya berat dari stang bor dan berat rig.



Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan bit yaitu : 1. Ukuran dan bentuk mata bor 2. Ukuran gigi mata bor



II - 11



Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran



3. Berat mata bor 4. Kekerasan matriks 5. Konfigurasi pelulusan air



Kelima faktor ini merupakan veriabel yang harus disesuaikan dengan beberapa kondisi di lapangan, diantaranya struktur geologi, kualitas bantuan, model pengeboran, dan kedalaman. Beberapa jenis mata bor diantaranya meliputi : 1. Mata bor rotasi a. Mata bor pisau (blade bit) b. Air coring bit c. Roller bit 2. Mata bor tumbuk a. Chisel bit b. Cross bit c. Button bit 3. Mata bor auger, yang terbagi atas 2 variasi : a. Tipe auger b. Tipe kelly 4. Mata bor pada pengeboran cable (Cable drill bits) a. Mata bor chisel b. Mata bor tabung 5. Mata Bor Intan a. Impregnated bit b. Surface set bit c. Mata bor formasi lunak



Pembahasan lebih mendetil tentang mata bor akan diberikan pada bagian tipe pengeboran dan bagian Lampiran.



2.2.6 Rangkaian Pelengkap



Beberapa peralatan pelengkap yang sering dipakai dalam kegiatan pengeboran diantaranya meliputi:



a.



Alat untuk menaikan dan menurunkan



II - 12



Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran



-



Water Swivel Alat ini digunakan untuk melewatkan fluida seperti air, lumpur, dll. Dari pompa menuju ke dalam stang bor yang berputar.



-



Hoisting Water Swivel Alat yang didesain untuk melewatkan air ke dalam stang bor yang sedang berputar selama proses pengangkatan dan penurunan.



-



Hoisting Plug (Hoisting Swivel) Alat ini dihubungkan pada rope socket dan digunakan ketika proses pengangkatan dan penurunan stang bor.



-



Hoisting Rope Socket Bagian atas alat ini dihubungkan dengan hoisting wire rope yang di-las menggunakan babbit metal. Bagian bawahnya dihubungkan dengan hoisting plug.



Gambar 2.8. Peralatan pelengkap untuk menaikkan dan menurunkan rangkaian bor.



-



Rod Holder Alat ini digunakan untuk menjepit stang bor pada saat pengangkatan atau penurunan.



II - 13



Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran



-



Snatch Block Alat ini diletakkan di puncak menara pengeboran dan digunakan untuk mengangkat dan menurunkan stang bor, core barrel, dan mata bor. Pada kenyataannya beban yang diangkat atau diturunkan itu terlalu berat, oleh karena itu digunakan crown block atau traveling block untuk membantu proses pengangkatan dan penurunan.



-



Travelling Block Alat ini digunakan bersama dua/tiga buah kabel untuk mengangkat atau menurunkan peralatan pengeboran.



-



Crown Block Crown block diletakkan di bagian atas menara dan umumnya digunakan untuk mengangkat dan menurunkan peralatan pengeboran.



Gambar 2.9. Peralatan pelengkap untuk memancing rangkaian bor yang terlepas atau terjepit dalam lubang.



II - 14



Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran



-



Lowering Iron Alat ini digunakan pada pengeboran dangkal untuk menurunkan stang bor secara cepat. Stang bor yang cocok ukurannya: 33,5 mm, 40,5 mm, EW, AW.



-



Come Along Alat ini digunakan untuk menurunkan stang bor dan digunakan pada pengeboran dangkal.



b.



Peralatan pancing -



Rod Coupling tap Alat ini digunakan untuk mengeluarkan batang bor yang rusak dan dibiarkan tertinggal dalam lubang bor untuk satu alasan.



-



Rod Inside Tap – Rod Outside Tap Alat ini berungsi hampir sama dengan rod coupling tap



-



Casing Tap – Core Barrel Tap Alat ini digunakan untuk mendapatkan casing tubes/core barrel yang tertinggal di lubang bor.



-



Rod Band Alat ini digunakan untuk menjepit batang bor yang tertinggal di lubang bor.



-



Knocking Block Alat ini digunakan untuk menerima pengaruh pada saat hammering untuk melindungi peralatan bor.



-



Drive Hammer with Chain Alat ini digunakan untuk hammering ketika peralatan bor mengalami kemacetan.



-



Pipe Pulling Jack Alat ini digunakan untuk mengangkat peralatan bor, mempunyai dua tipe, yaitu: hydraulic type dan screw type.



c.



Menara Terdapat dua tipe menara yang biasa digunakan dalam pengeboran yaitu : -



Derrick, digunakan untuk pengeboran tegak.



-



Tripod, digunakan untuk pengeboran miring.



II - 15



Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran



a



b



Gambar 2.10. Tripod untuk pengeboran miring (a) dan derrick untuk pengeboran tegak (b).



d.



Peralatan Teknis -



Parmalee Wrench Alat ini digunakan untuk mengunci dan melepaskan pipa-pipa yang kecil, seperti kawat core barrel tanpa merusak tabung.



-



Pipe wrench Alat ini digunakan untuk mengunci dan melepaskan pipa seperti stang bor, core barrel, dan lain-lain.



-



Super Tong Alat ini digunakan untuk mengunci dan melepaskan pipa-pipa dengan ukuran besar dengan diameter berukuran di atas 100 mm.



II - 16



Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran



a



b



Gambar 2.11. Parmalee wrench (a) dan pipe wrench (b).



II - 17



Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran



Gambar 2.12. Contoh susunan peralatan pengeboran pada rotary drilling.



II - 18



BAB III PENGEBORAN DENGAN FLUIDA



Sebagian besar aplikasi pengeboran menggunakan fluida dalam penanganan cutting atau sampel. Dalam bab ini akan dibahas tentang Pengeboran Tumbuk (Cable Tool Drilling) yang mempergunakan fluida untuk memperoleh slurry dan Pengeboran Putar (Rotary Drilling) yang menggunakan fluida untuk membersihkan cutting. Dilihat dari fluida, perbedaan dari kedua metode ini adalah adanya sirkulasi fluida pada rotary drilling dan tidak adanya sirkulasi fluida pada cable tool drilling.



3.1 PENGEBORAN CABLE TOOL



3.1.1 Metode Pengeboran Cable Tool



Jenis pengeboran cable tool mulai dipergunakan pada tahun 1859 untuk membuat sumur minyak di Pennsylvania, USA. Sistem pengeboran ini masih dipergunakan hingga di era modern dengan berbagai pengembangan. Pada saat ini alat bor jenis ini yang paling banyak dipergunakan adalah cable tool spudding.



Komponen yang penting dalam peralatan cable tool adalah: •



Kawat (cable) yang menggerakkan rangkaian bor







Bailer







Sistem pengangkatan/penjatuhan rangkaian bor







Walking beam







Spudding arm







Casing



Prinsip operasional jenis pengeboran ini adalah pembuatan lubang dengan: •



Pemberaian batuan/formasi dengan tumbukan berulang-ulang







Mengaduk cutting dengan air menjadi slurry pada dasar lubang







Membersihkan cutting dan penimbaan (bailing)



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



Mata bor akan memecahkan batuan terkonsolidasi menjadi kepingan kecil atau akan melepaskan butiran-butiran dari formasi. Kepingan atau hancuran tersebut merupakan campuran lumpur dan fragmen batuan (“slurry”) pada bagian dasar lubang. Jika di dalam lubang tidak dijumpai air maka perlu ditambahkan air guna membentuk slurry. Pertambahan volume slurry sejalan dengan kemajuan pengeboran yang pada jumlah tertentu akan mengurangi daya tumbuk bor. Bila kecepatan laju pengeboran sudah menjadi sangat lambat, slurry diangkat ke permukaan dengan menggunakan timba (bailer) atau sand pump.



Gambar 3.1. Rangkaian peralatan pada cable tool.



Metode lain dari cable tool adalah dengan menyertakan pipa sampel atau disebut juga metode shell dimana pembuatan lubang dilakukan dengan memasukkan pipa ke dalam formasi dan mengangkat pipa beserta padatan formasi yang terperangkap dalam pipa tersebut. Metode ini bisa menerapkan salah satu dari gerakan berikut: •



Menggerakkan pipa sampel dengan pukulan berulang-ulang menggunakan gerakan spudding atau resiprokal.







Menggerakkan pipa sampel ke bawah dengan gerakan menarik dan melepas secara berulang-ulang.



III - 2



Bab III, Pengeboran dengan Fluida







Menggerakkan pipa sampel ke bawah dalam sekali jatuhan dengan jarak yang panjang.



Dua metode gerakan terakhir lebih umum digunakan dalam kapasitas mesin yang kecil dimana tidak dilengkapi dengan tenaga penggerak resiprokal.



a



b



Gambar 3.2. Skema walking beam (a) dan spudding arm (b) yang menghasilkan gerakan naik-turun.



Pada awalnya gerakan resiprokal cable tool diperoleh dari walking beam. Pada saat ini gerakan resiprokal lebih banyak diperoleh dari spudder. Biasanya spudder terdapat pada mesin cable tool yang mempunyai kapasitas besar, mengangkat rangkaian bor dengan cepat dan kemudian menjatuhkannya secara bebas ke dasar lubang bor.



Cable tool spudding bisa dipergunakan dalam banyak aplikasi pengeboran dimana teknik-teknik pengeboran harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Beberapa teknik pengeboran telah dikembangkan diantaranya yang paling banyak ditemui adalah: •



Cable tool normal, adalah teknik yang biasanya digunakan untuk formasi yang terkonsolidasi. Gerakan spudding dioperasikan untuk: o



Menjatuhkan rangkaian bor dengan bebas.



o



Menangkap rangkaian bor sebelum sampai di dasar lubang sehingga pada saat mata bor menghantam batuan maka kawat dalam keadaan tidak mengendur.



o



Mempercepat penarikan rangkaian bor ke atas.



o



Memungkinkan rangkaian bor tidak terikat sesaat terhadap kawat sehingga swivel memutar mata bor.



III - 3



Bab III, Pengeboran dengan Fluida







Churn drilling, adalah teknik yang biasanya digunakan untuk formasi yang tidak terkonsolidasi. Dalam hal ini tiang penggantung dilengkapi dengan bantalan karet secara efektif (recoil system). Penambahan bantalan karet ini dimaksudkan untuk mempercepat gerakan mata bor ke atas sesaat setelah menghantam material di dasar lubang.







Casing plug drilling, dalam teknik ini digunakan casing yang berat sehingga bisa memotong lubang dan mempertahankan material yang terperangkap di dalamnya. Dalam hal ini rig harus mempunyai kapasitas yang besar untuk menarik casing.



a



b



Gambar 3.3. Recoil system pada churn drilling (a) dan skema casing plug drilling (b).







Shell, adalah teknik yang menyertakan peralatan pipa dalam rangkain bor. Pipa ini dapat dipergunakan sebagai tabung contoh.



Gambar 3.4. Skema rangkaian bor pada shell drilling.



III - 4



Bab III, Pengeboran dengan Fluida







Grab/clam shell drilling, teknik pengeboran ini digunakan pada sumur dengan diameter yang besar (4 meter atau lebih) dan materialnya tidak terkonsolidasi. Casing dimasukkan ke dalam material/formasi dengan dibantu oleh beban berat casing tersebut atau dibantu dengan alat vibrator atau hidrolik. Kemudian clam atau bailer yang besar digunakan untuk mengekskavasi material di dalam casing yang sudah tertanam.



Gambar 3.5. Skema clam shell drilling.



3.1.2 Komponen Utama Rangkaian Cable Tool



Dalam operasi pengeboran cable tool, rangkaian bor setidaknya terdiri dari empat macam komponen, yaitu: •



Kawat o



Peralatan gerakan naik-turun



o



Peralatan kontrol gerakan



Ukuran kawat yang biasa digunakan dalam berbagai jenis pengeboran cable tool mempunyai diameter 5/8 atau 3/4 in (16 mm atau 19 mm). Anyaman kawat mengikuti aturan tangan kiri karena pada saat kabel menegang maka akan menggerakkan rangkaian bor searah jarum jam dimana gerakan ini akan mempererat sambungan-sambungan rangkaian bor.



III - 5



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



Pada sambungan dengan swivel socket, kawat harus diberikan pengaman sehingga tidak mudah membengkok pada saat hentaman mata bor di dasar lubang (Gambar 3.6b). Pembengkokan yang tajam dan berkali-kali setiap saat akan membuat kawat rusak (putus). •



Soket kili-kili (swivel socket) o



Penghubung kawat dengan komponen bor



o



Memungkinkan kawat dapat digabung dan dilepas terhadap komponen bor



o



Meneruskan putaran kawat ke rangkaian bor agar pahat (bit) dapat menumbuk ke segala sisi sehingga lubang bor lurus



b



a



c



Gambar 3.6. Komponen keseluruhan cable tool (a), pengaman kawat (b), dan swivel socket (c).



III - 6



Bab III, Pengeboran dengan Fluida







Tangkai bor (drill stem) o



Sebagai pemberat dan pelurus lubang



o



Mentransmisikan gerakan ke mata bor



Diameter tangkai bor tidak lebih besar terhadap diameter piranti penghubung rangkaian. Panjang tangkai bor disesuaikan dengan berat rangkaian bor yang dibutuhkan sehingga pengeboran menjadi lebih efektif. Biasanya tangkai bor mempunyai panjang 2 – 6 m atau 6 – 20 ft. Dua tangkai bor bisa digabung jika dikehendaki berat rangkaian bor yang lebih besar. •



Mata bor (drill bit) o



Pembuat lubang



o



Memberaikan dan melebarkan (reaming) lubang



o



Mengaduk cutting



a



b



Gambar 3.7. Komponen drill stem dan bit pada rangkaian bor cable tool.



Mata bor yang akan dipilih harus disesuaikan dengan rig, jenis formasi yang akan dibuat lubang, dan metode sampling yang dikehendaki. Beberapa jenis mata bor yang sering digunakan dalam pengeboran cable tool adalah:



III - 7



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



ƒ



Earth socket, dimana mata bor ini sering digunakan pada saat awal pengeboran (dekat permukaan). Mata bor ini akan mendapatkan sampel yang bagus untuk tujuan penyelidikan.



ƒ



Chop pump, mata bor ini mempunyai keuntungan khusus yaitu mampu mengangkat cutting naik ke atas dan tertahan dalam tabung oleh karena adanya katup flapper. Tabung ini dapat dikosongkan dengan menekan katup flapper.



ƒ



Star bit, mata bor ini diperuntukkan pada formasi yang sudah terdeformasi atau banyak terdapat jejaring rekahan/retakan.



ƒ



Twisted blade bit, mata bor ini mampu melakukan gerakan memutar untuk memecahkan cutting/formasi yang keras.



ƒ



Spudding bit, mata bor ini digunakan pada rig yang ringan untuk memulai pembuatan lubang pada formasi yang lunak.



ƒ



Undercutting bit, desain off-set menyebabkan mata bor membuat lubang lebih besar sehingga memungkinkan pemasangan casing menjadi lebih mudah.



a



b



c



d



e



f



Gambar 3.8. Mata bor untuk cable tool: earth socket (a), chop pump (b), star bit (c), twisted blade bit (d), spudding bit (e), dan undercutting bit (f).



III - 8



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



Selain perlengkapan dalam cable tool di atas juga terdapat peralatan tambahan yang bisa dirangkai yaitu drilling jar. Peralatan ini berupa sepasang batang baja yang “bertaut” yang dimaksudkan untuk melepaskan bit jika terjepit dengan hentakan ke atas, dibutuhkan pada rangkaian bor dimana ditemui formasi yang halus dan lengket. Biasanya drilling jar dipakai pada kedalaman lubang lebih dari 30 m (100 ft). Gerakan menghantam juga diberikan oleh jar yang bebas tak terikat pada saat rangkaian bor dijatuhkan dan kemudian tiba-tiba sampai dan menjepit pada tangkai bor. Jar dipasang di bawah swivel socket dan di atas tangkai bor, biasanya jarak hentakan pendek yaitu sekitar 115 mm (4,5 in). Jar tidak dipasang pada saat memulai pembuatan lubang dan pada saat merintis pemasangan casing.



Peralatan tambahan yang lain adalah bailer, alat ini digunakan untuk membersihkan dasar lubang dari cutting. Bailer dioperasikan pada kawat yang terpisah terhadap rangkaian bor. Pada saat bailer beroperasi maka rangkaian bor harus dikeluarkan dari lubang bor.



a



b



Gambar 3.9. Peralatan tambahan pada cable tool berupa drilling jar (a) dan bailer (b).



III - 9



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



3.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Pengeboran Cable Tool



Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan laju pengeboran (penetrasi) dalam cable tool diantaranya adalah : 1. Kekerasan lapisan batuan 2. Diameter dan kedalaman lubang bor 3. Jenis mata bor 4. Beban pada alat bor (tool string) 5. Kecepatan dan jarak tumbuk (stroke)



Beberapa keuntungan dari jenis pengeboran cable tool ini adalah: •



Murah biaya operasional, perawatan, dan mobilisasinya







Bisa mendapatkan sampel yang bagus untuk formasi yang tidak terkonsolidasi







Mudah dalam mengenali akuifer







Tanpa sirkulasi







Cocok untuk daerah yang sulit dijangkau dimana persediaan air dan bahan bakar sangat terbatas







Lebih mudah mendapatkan sampel pada formasi yang banyak berongga (cavernous)







Kemungkinan kontaminasi karena pengeboran relatif lebih kecil







Dapat melakukan pengeboran pada lebih banyak jenis litologi dengan satu rangkaian bor



Beberapa kekurangan dari jenis pengeboran cable tool adalah: •



Kecepatan penetrasi lambat







Tidak memiliki sarana pengontrol jika dijumpai keadaan artesis positif yang mengalir ke permukaan







Tidak mempunyai sarana pengontrol kestabilan lubang bor







Tumbukan yang keras dapat menyebabkan keruntuhan pada beberapa formasi sehingga akan diperoleh sampel yang tercampur







Jika dibutuhkan casing maka akan kesulitan untuk melakukan pengeboran dalam







Sering terjadi kawat putus







Pada formasi yang mengalami swelling clay (lempung yang mengembang apabila terisi air) akan menghadapi banyak hambatan







Tidak bisa untuk mendapatkan inti (core)



III - 10



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



3.2 PENGEBORAN PUTAR (ROTARY DRILLING)



3.2.1 Metode Pengeboran Putar



Pengeboran putar adalah semua bentuk pengeboran dimana pembuatan lubang dilakukan dengan memutar mata bor di dasar lubang bor. Mata bor pada rangkaian bor putar biasanya mempunyai diameter yang lebih besar dari stang bor. Pada sistem pengeboran ini digunakan sirkulasi fluida untuk mengangkat/membersihkan cutting.



Pengeboran putar slim hole adalah salah satu bentuk dari metode ini, yang membedakan dari dua metode ini adalah: •



Pengeboran putar menghasilkan lubang bor yang lebih besar dari stang bor (diameter mata bor lebih besar daripada stang bor)







Pengeboran putar slim hole menghasilkan lubang yang sedikit lebih besar dari stang bor (diameter mata bor sama dengan stang bor)



Bor putar memberaikan batuan dengan memutar mata bor dan selain itu juga harus memberikan tekanan pada mata bor. Untuk operasi pengeboran vertikal ke bawah (downward) maka berat dari rangkaian bor secara otomatis akan memberikan tekanan kepada mata bor. Pada kondisi tertentu juga sering digunakan pipa khusus sebagai pemberat (drill collar) tepat di atas mata bor. Disamping itu tekanan juga bisa dihasilkan dari unit transmisi hidrolik mesin bor.



Terdapat tiga metode dalam memutar rangkaian bor yaitu: •



Dengan memutar meja putar (rotary table) yang berhubungan langsung dengan pipa (stang bor), dalam hal ini unit pemutar bersifat statis. Putaran vertikal yang dihasilkan oleh mesin penggerak diubah menjadi putaran horisontal oleh sebuah meja putar yang pada bagian bawahnya terdapat alur-alur berpola konsentris.







Dengan memutar pipa (stang bor) langsung oleh unit pemutar (mesin bor) yang juga ikut bergerak ke bawah (top drive) sehingga unit pemutar bersifat dinamis.







Memutar mata bor dengan unit turbin pemutar di dalam lubang bor (downhole turbine)



III - 11



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



a



b



c



Gambar 3.10. Skema unit pemutar pada pengeboran putar, rotary table (a), top drive (b), dan downhole turbine (c).



Disamping tenaga putaran, kemajuan pengeboran juga sangat dipengaruhi oleh tekanan yang berasal dari beban rangkaian bor itu sendiri atau ditambah dengan tekanan hidrolik dari pompa mesin bor. Pengeboran putar hidrolik mengkombinasikan tekanan hidrolik, beban rangkaian bor, dan tenaga putaran ke mata bor untuk memberaikan formasi. Top drive adalah salah satu jenis pengeboran yang menggunakan tekanan hidrolik pada unit pemutar dinamis. Sementara pada unit pemutar statis, tekanan hidrolik dari pompa ditransmisikan ke rangkaian bor melalui spindle.



Gambar 3.11. Spindle sebagai pentransmisi tekanan hidrolik ke stang bor.



3.2.2 Sirkulasi Fluida



Terdapat beberapa sistem sirkulasi dalam operasi pengeboran yaitu: •



Sirkulasi udara konvensional



III - 12



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



Dalam hal ini udara yang dipompakan oleh kompresor akan menggerakkan hammer bit dan kemudian akan membersihkan cutting dari dasar lubang bor keluar permukaan. Sirkulasi udara ini juga bisa digunakan untuk membersihkan cutting pada pengeboran putar.



Gambar 3.12. Sirkulasi udara dengan kompresor dalam operasi pengeboran.







Sirkulasi langsung air/lumpur Air atau lumpur juga banyak digunakan dalam berbagai operasi pengeboran. Cairan dapat mengeluarkan cutting dan juga menghilangkan panas pada mata bor sebagai akibat gerusan yang terus menerus. Disamping itu lumpur juga bisa sekaligus digunakan sebagai penyetabil lubang bor supaya tidak mudah runtuh. Dibandingkan dengan udara maka penggunaan air atau lumpur ini jauh lebih kecil volume-nya dan juga kecepatan sirkulasinya.







Sirkulasi terbalik Pada sirkulasi ini fluida dialirkan ke bawah melalui lubang bor dan di luar pipa bor hingga mencapai mata bor, kemudian bergerak ke atas melalui bagian dalam dari pipa bor dengan membawa cutting ke permukaan. Fluida disirkulasikan dengan pompa yang mengisap dari hoisting swivel dan kemudian dialirkan ke pit untuk pengendapan cutting. Dalam sirkulasi terbalik ini lebih umum digunakan air atau lumpur yang encer sebagai fluidanya.



III - 13



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



a



b



Gambar 3.13. Sistem sirkulasi normal/langsung (a) dan sirkulasi terbalik (b).



III - 14



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



a



b



c



d



Gambar 3.14. Beberapa jenis rig: light top drive rig (a), rotary table drive drill (b), heavy rotary drill (c), dan oil field rig (d).



III - 15



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



3.2.3 Rangkaian Utama Pengeboran Putar



Pengeboran putar berbeda dengan cable tool, dalam hal tipe rig, fluida, sirkulasi, mata bor, dll yang digunakan akan sangat berbeda antara aplikasi yang satu dengan aplikasi yang lain. Masing-masing komponen dari sistem pengeboran ini dapat saling ditukar untuk memperoleh rangkaian yang cocok dengan kondisi pekerjaan.



Komponen utama dalam pengeboran putar terdiri dari rig, mesin bor, dan rangkaian bor yang selengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut: •



Rig Rig akan berbeda antara metode yang satu dengan yang lainnya disesuaikan dengan jenis mesin bor, sistem transmisi tenaga, diameter dan kedalaman lubang bor. Berikut dalam Gambar 3.14 adalah contoh rig yang digunakan dalam operasi pengeboran putar.







Rangkaian bor Rangkaian bor terdiri dari tiga komponen utama yaitu:



1. Sistem penambat dan penggerak



Sistem ini menghubungkan rangkaian bor dengan rig dan sistem tenaga. Terdapat dua jenis perangkat dalam sistem ini yaitu rotary table dan top drive.



Pada rotary table, rangkaian bor dan peralatannya tertambat dengan bagian atas rig melalui sebuah travelling block. Swivel berfungsi hanya sebagai pentransmisi fluida dan tidak termasuk pentransmisi putaran. Travelling block dan swivel harus mampu menahan dalam pengerekan (hoisting) dari seluruh rangkaian bor beserta fluida yang ada di dalam sirkulasinya. Rotary table mentransmisikan gerakan memutar ke kelly, yaitu sebuah tangkai dengan sisisisi yang biasanya berupa bujursangkar, heksagonal, atau berupa kolom yang bergalur. Kelly dibuat dari pipa yang berat dan tidak mudah terpuntir, berfungsi mentransmisikan putaran ke rangkaian bor (Gambar 3.16b).



III - 16



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



a



b



Gambar 3.15. Travelling block (a) dan rotary swivel (b).



a



b



Gambar 3.16. Rotary table (a) dan rotary kelly (b).



Pada sistem top drive (Gambar 3.17), dari bagian atas rig sebuah unit penggerak menggerakkan secara langsung pipa bor. Travelling block bisa juga dipasang untuk menahan peralatan pada saat pengangkatan atau penurunan rangkaian bor dari/ke dasar lubang. Dalam hal ini berat unit penggerak juga ikut memberikan tenaga dorong disamping rangkaian bor itu sendiri. Biasanya swivel sudah terintegrasi pada unit penggerak.



III - 17



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



Gambar 3.17. Sistem top head drive.



2. Pipa bor putar/stang bor (drill rod), casing, dan core barrel



Stang Bor



Ukuran stang bor dipilih sesuai dengan diameter lubang bor yang diinginkan atau disesuaikan dengan kapasitas pengerek (hoisting capacity) dari mesin bor yang digunakan. Panjang stang bor pada pengeboran minyak bervariasi antara 18 – 22 ft (Range 1), 27 – 30 ft (Range 2), dan 38 – 45 ft (Range 3), dimana Range 1 lebih umum dijumpai pada sebagain besar operasi pengeboran. Stang bor untuk keperluan yang lain misalnya untuk pengeboran eksplorasi biasanya sudah ditentukan panjangnya oleh produsen, umumnya 3 atau 6 meter (10 atau 20 ft).



Stang bor didesain untuk bisa digunakan dalam gaya regang yang besar, kondisi ini pada prakteknya lebih diinginkan daripada kondisi stang bor yang tertekan. Pada kondisi gaya tekan yang jauh lebih besar maka rangkaian stang bor akan lebih rentan terhadap pembengkokan. Pada Gambar 3.18 diilustrasikan kondisi rangkaian bor yang membengkok oleh karena gaya tekan/kompresi yang besar bisa diimbangi dengan memberikan alat tambahan berupa pemberat pada bagian bawahnya.



III - 18



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



a



b



Gambar 3.18. Kondisi apabila gaya tekan terlampau besar dibanding gaya regang (a), bisa diimbangi dengan pemberat sebagai peregang (b). Tabel III.1. Stang bor wireline seri “Q”. Ukuran AQ BQ NQ HQ PQ



Diameter Luar mm (in) 44.5 (13/4) 55.6 (23/16) 69.9 (23/4) 88.9 (31/2) 117.5 (45/8)



Diameter Dalam mm (in) 34.9 (13/8) 46.0 (113/16) 60.3 (23/8) 77.8 (31/16) 103.2 (41/16)



Tabel III.2. Stang bor wireline seri “CHD”. Ukuran CHD-76 CHD-101 CHD-134



Diameter Luar mm (in) 70.0 (23/4) 94.0 (345/64) 127.0 (5)



Diameter Dalam mm (in) 55.0 (211/64) 78.5 (33/32) 1 104.7 (4 /8)



Tabel III.3. Core barrel konvensional seri “MLC”, lebih umum digunakan. Ukuran AMLC BMLC NMLC HMLC



Diameter Lubang mm (in) 48.0 (157/64) 59.9 (223/64) 75.7 (263/64) 98.4 (37/8)



Diameter Inti mm (in) 27.0 (11/16) 35.2 (125/64) 51.2 (21/16) 63.5 (21/2)



III - 19



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



Tabel III.4. Core barrel wireline seri “Q/Q-3”. Ukuran AQ BQ BQ-3 NQ NQ-3 HQ HQ-3



Diameter Lubang mm (in) 48.0 (157/64) 23 59.9 (2 /64) 59.9 (223/64) 75.7 (263/64) 75.7 (263/64) 96.0 (325/32) 96.0 (325/32)



Diameter Inti mm (in) 27.0 (11/16) 7 36.4 (1 /16) 33.5 (15/16) 47.6 (17/8) 45.1 (125/32) 63.5 (21/2) 61.1 (213/32)



Tabel III.5. Core barrel wireline seri “CHD”. Ukuran CHD-76 CHD-101 CHD-134



Diameter Lubang mm (in) 75.7 (263/64) 101.3 (363/64) 134.0 (59/32)



Diameter Inti mm (in) 43.5 (123/32) 63.5 (21/2) 85.0 (311/32)



Diameter stang bor bervariasi dan masing-masing digunakan sesuai dengan kebutuhan atau diameter lubang bor yang diinginkan. Ukuran stang bor yang digunakan pada pengeboran pada umumnya terlihat dalam Tabel III.1. Ukuran stang bor untuk pengeboran yang lebih berat dan lubang bor yang dalam terlihat dalam Tabel III.2. Ukuran core barrel untuk berbagai tipe dan penggunaan diperlihatkan dalam Tabel III.3 sampai Tabel III.5. Ukuran stang bor biasanya akan cocok dengan ukuran casing tertentu karena sudah menjadi standar oleh produsen. Sebagai contoh stang bor seri “Q” akan cocok dipasang di dalam casing seri “W”, ukurannya disesuaikan dengan huruf kode sebelumnya, misalnya ukuran stang bor NQ sesuai dengan ukuran casing NW. Demikian pula dengan ukuran core barrel NQ akan sesuai untuk stang bor NQ dan casing NW.



Core Barrel



Hasil dari pengeboran inti diperlukan untuk analisis laboratorium, oleh karena itu perolehan inti bor harus diperhatikan dengan cermat. Seandainya terdapat core yang hilang atau hancur pada saat pengangkatan ke permukaan, maka analisis menjadi tidak akurat. Agar analisis laboratorium dapat dilakukan dengan baik maka sampel inti harus dibawa ke permukaan dalam kondisi tidak terganggu dan benar-benar memperlihatkan formasi lapisan yang dibor secara representatif sehingga sedapat mungkin core recovery yang diperoleh mendekati 100%. III - 20



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



Salah satu cara untuk memperoleh sampel inti yang baik yaitu dengan memperhatikan kelayakan core barrel yang digunakan. Core barrel dengan bentuk yang beragam biasanya berupa tabung yang berfungsi untuk: -



Membungkus sampel inti



-



Memotong sampel inti



-



Mengangkat sampel inti



-



menarik kembali sampel inti dari lubang bor



1. Single tube core barrel



Single tube memiliki desain yang paling sederhana (Gambar 3.19). Tipe core barrel ini sangat efektif digunakan pada tipe formasi yang terkonsolidasi dan keras. Karena hanya terdiri dari satu tabung maka fluida bor harus mampu melewati ruang antara inti dan bagian dalam barrel. Jika batuan tersebut agak lunak maka inti dapat tercuci dan tererosi sehingga akan menyebabkan kesulitan pada saat pengangkatan inti. Pada tipe single tube ini juga kemungkinan besar akan terjadi abrasi inti akibat perputaran dari barrel. Oleh karena itu formasi yang rapuh tidak dapat efektif terangkat dengan tipe core barrel ini karena core recovery akan rendah.



2. Double tube core barrel



Tipe double tube ini mempunyai karakteristik khas, yaitu: a. Terdiri dari dua tabung sehingga inti yang diperoleh dalam tabung mendapat pengaruh yang kecil oleh putaran bit b. Fluida bor melewati ruang antara dua tabung c. Inti tertahan dalam core lifter



3. Triple tube core barrel



Pada tipe ini tabung yang membawa bit ada dua yaitu outer tube dan second tube. Ruang antara kedua tabung tersebut berfungsi untuk memperbesar lubang bor (reaming). Panjang outer tube dapat diatur sesuai kebutuhan, tabung ini dapat diperpendek untuk formasi lepas atau lunak dan dapat



III - 21



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



ditambahkan saat menembus formasi yang keras. Second tube adalah tabung dengan bit yang melakukan pengeboran (actual drilling).



Gambar 3.19. Single tube core barrel.



Air pendingin dialirkan melalui ruang di antara outer tube dan second tube. Kontak air dengan inti dapat dikurangi sehingga inti dapat dipertahankan tanpa tererosi atau tercuci.



Third tube (tabung paling dalam) tertanam pada sebuah anti frictional bearing. Tabung ini membawa core lifter dan jika diperlukan sebuah tabung contoh (alumunium atau plastik) dapat ditambahkan ke dalamnya. Dengan demikian sampel yang terkumpul dapat segera dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.



Barrel yang dipakai untuk formasi lempung juga didesain sebagai triple tube. Barrel ini biasanya berukuran pendek dan tidak praktis untuk mengambil inti yang panjang.



III - 22



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



a



b



c



Gambar 3.20. Double tube (a), triple tube (b), dan wireline core barrel.



III - 23



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



4. Wireline core barrel



Ketiga jenis core barrel yang dijelaskan di atas apabila sudah penuh terisi oleh inti maka semua rangkaian baik core barrel sendiri maupun rangkaian bor dari swivel sampai bit harus diangkat untuk mengambil inti bor. Jenis sampling inti seperti ini lebih banyak digunakan dalam pengeboran yang dangkal, untuk pengeboran yang dalam sistem ini tidak efektif dari segi waktu, operasional, maupun kestabilan lubang bor. Wireline core barrel adalah perangkat (inner tube) yang memungkinkan pengambilan inti bor tanpa harus mengeluarkan rangkaian bor yang sudah tertanam.



Core barrel diambil dari atas dengan menggunakan kawat (cable line). Apabila core barrel sudah penuh maka cable line diturunkan ke bawah lubang bor sehingga bagian kepala tombak (spear head) akan masuk dan terkunci dalam kancing (latch), lihat Gambar 3.20c. Kemudian cable line ditarik ke permukaan beserta core barrel yang telah terisi oleh inti. Untuk melanjutkan pengeboran maka core barrel yang sudah dikosongkan diturunkan ke bawah dengan cable line sampai ke mata bor. Pengeboran dapat dilanjutkan kembali apabila cable line sudah terangkat ke permukaan (tanpa core barrel). Untuk memisahkan cable line dan core barrel digunakan sebuah alat berupa pipa yang dijatuhkan secara bebas dari permukaan sehingga pipa ini akan menghentak kancing dan secara otomatis membukanya sehingga kepala tombak akan terbebas. Kelebihan dari wireline core barrel di antaranya: -



Inti dapat diambil tanpa mengangkat semua rangkaian bor



-



Jika ditemui formasi tak stabil maka stang bor akan tetap menjaga kestabilan lubang



-



Operasional menjadi lebih efisien, mengurangi run time peralatan, dan operator tidak mudah jemu



5. Core cutter/lifter



Pada saat core barrel telah terisi penuh maka inti bor yang terperangkap masih menyatu dengan batuan formasi pada bagian bawah. Untuk mengambil inti ke atas maka core barrel harus mampu memotong dan kemudian menahan



III - 24



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



sehingga dapat dibawa ke permukaan tanpa jatuh ke bawah. Untuk tujuan tersebut maka pada bagian dalam core barrel dipasang core cutter/lifter.



Gambar 3.21. Core cutter/lifter terpasang di dalam core barrel.



Core cutter/lifter berupa pipa pendek yang tidak menerus (terdapat gap) seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.21. Diameter dalam (inner) pada bagian bawah core barrel dibuat semakin menyempit, sementara core cutter/lifter diletakkan di atasnya dalam core barrel. Apabila inti sudah penuh maka core barrel ditarik ke atas, karena ada gaya gesek antara core cutter dan inti maka secara relatif core cutter/lifter akan bergerak ke bawah. Karena diameter barrel ke bawah semakin sempit maka core cutter/lifter akan menyempit pula sehingga akan menahan inti. Jika core barrel ditarik dengan hentakan dari permukaan maka inti akan terpotong dari batuan formasi dan bisa diangkat ke permukaan.



III - 25



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



6. Komponen-komponen core barrel di antaranya meliputi:



-



Tube core barrel, terbuat dari pipa baja yang berfungsi untuk mengangkat sample inti. Suatu core tube coupling digunakan untuk menghubungkan ujung dari pipa core barrel dengan mata bor. Jumlah dari tabung core barrel ini tergantung dari jenis core barrel yang digunakan: •



Untuk tipe single tube core barrel, tabung core barrel berfungsi sebagai tempat penampungan inti sekaligus untuk melewatkan fluida bor.







Untuk tipe double tube core barrel, tabung core barrel yang dalam berfungsi sebagai tempat penampung inti, sedangkan fluida bor dialirkan pada ruang di antara tabung dalam dan tabung luar.







Untuk tipe triple tube core barrel, tabung core barrel ini terdiri dari tiga tabung yaitu: split tube (paling dalam), inner tube, dan outer tube. Split tube tertanam pada sebuah anti frictional bearing, tabung ini membawa core lifter dan berfungsi sebagai tempat penampungan inti.



-



Core tube coupling, alat ini berfungsi untuk menghubungkan tabung inti dengan stang bor.



-



Prolong coupling, alat ini digunakan untuk menghubungkan 2 buah single core tube.



-



Core shell complete, alat ini terdiri dari sebuah core shell coupling, sebuah core shell, dan sebuah core lifter. Alat ini digunakan untuk memotong inti pada lobang bor dan mengeluarkannya. Secara praktis alat ini dipasang di antara core tube dan mata bor.



-



Crown coupling, alat ini menghubungkan antara core tube dan mata bor, yang digunakan untuk mencegah core tube dari keausan.



-



Closed



sludge



barrel,



alat



ini



digunakan



untuk



menangkap



dan



mengumpulkan slime ketika pengeboran dilakukan pada formasi yang halus.



III - 26



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



-



Sludge Barrel, alat ini digunakan untuk mengumpulkan hancuran-hancuran untuk memperlancar proses pengeboran. Alat ini dihubungkan pada ujung atas core tube.



a



b



c



d



e



f



Gambar 3.22. Komponen core barrel: core tube coupling (a), crown coupling (b), closed sludge barrel (c), prolong coupling (d), sludge barrel (e), dan core shell complete (f).



Selanjutnya inti bor ditempatkan pada core box untuk deskripsi dan disimpan setelah diberi label kedalaman dan informasi lainnya. Bentuk core box dapat dilihat seperti pada Gambar 3.23.



III - 27



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



Gambar 3.23. Inti bor disimpan dalam core box.



Gambar 3.24. Stabiliser digunakan untuk menjaga konsistensi arah pengeboran.



III - 28



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



3. Stabiliser, drill collar, reamer, dan bit



Stabiliser dan drill collar



Jika mata bor terhubung langsung dengan stang bor maka akan lebih rentan terjadinya perubahan arah pengeboran (deviasi). Dalam hal ini maka perlu ditambahkan stabiliser untuk mengontrol arah pengeboran.



Stabiliser adalah



sebuah pipa panjang dengan diameter yang besar tetapi mempunyai dinding yang tipis (Gambar 3.24). Perangkat ini lebih memberikan kontrol terhadap arah pengeboran bukan terhadap berat rangkaian bor. Pada kondisi ini rangkaian bor masih dalam keadaan tertekan (kompresi) sehingga biasanya sekaligus dipasang sebuah pemberat atau drill collar (Gambar 3.18).



Reamer



Reamer adalah sebuah peralatan pelengkap yang digunakan untuk memperbesar lubang bor yang telah dibuat. Reamer berupa sebuah pipa pendek yang mempunyai diameter luar lebih besar atau mempunyai gigi-gigi di bagian luarnya sehingga lubang bor yang dihasilkan akan menjadi lebih besar (Gambar 3.25). Reamer dipasang di atas bit dan di bawah stang bor pada rangkaian bor.



Gambar 3.25. Reamer dengan tiga gigi.



Mata Bor



Tipe utama dari mata bor (bit) putar adalah blade bit, roller bit, hammer bit, diamond bit, dan tipe untuk tujuan khusus di antaranya coring bit, pilot bit, dan



III - 29



Bab III, Pengeboran dengan Fluida



reaming bit. Mata bor untuk formasi yang lunak mempunyai gigi yang panjang, untuk formasi yang lebih keras mempunyai gigi yang lebih pendek dengan jumlah yang lebih banyak. Untuk formasi yang sangat keras lebih cocok digunakan mata bor roller dengan gigi terbuat dari bahan carbide.



a



b



c



d



e



f



Gambar 3.26. Beberapa contoh mata bor putar: drag bit (a), roller bit/tricone (b), diamond bit (c,d), tungsten carbide bit (e), dan blade & roller bit (f).



Blade and drag bit, mata bor ini banyak digunakan pada formasi yang tak terkonsolidasi atau batuan yang lunak. Mata bor ini memberaikan batuan dengan gaya geser (shearing). Drag bit mempunyai 3 atau 4 potong sayap dengan ujungujungnya terpasang gigi dari bahan carbide. Roller bit, mata bor ini mempunyai 2, 3, atau 4 roller dimana mata bor dengan 3 roller (tricone bit) lebih umum digunakan.



III - 30



BAB IV PENGEBORAN TANPA FLUIDA (KERING)



Beberapa tipe pengeboran tidak mempergunakan fluida untuk menangani cutting, slurry, atau sampel. Secara umum pengeboran kering ini menggunakan rangkaian bor itu sendiri atau bailer untuk mengeluarkan material dari lubang bor. Umumnya pengeboran kering dilakukan pada formasi yang lunak dan tidak dipergunakan untuk melakukan pengeboran dalam.



4.1 PENGEBORAN AUGER



Pada pengeboran tanah dan formasi tak terkonsolidasi, auger memberikan keuntungan karena biaya modal dan operasi yang rendah. Sistem pembersihan lubang bor telah mengeliminasi kebutuhan akan pompa, kompresor, atau bailer.



4.1.1 Jenis Pengeboran Auger •



Continuous flight auger (ulir menerus) Dikendaikan dengan mesin bor putar top drive, cutting dikeluarkan bari lubang bor dengan sistem ulir helikel (Gambar 4.1)







Hollow auger Adalah salah satu jenis continuous flight auger yang mempunyai tabung berlubang pada bagian tengahnya. Normalnya dilengkapi dengan mata bor yang bisa dilepaskan secara insitu dengan rangkaian stang internal (tanpa harus menarik semua rangkaian bor). Selain itu juga telah dikembangkan sehingga bisa dilakukan penggantian mata bor dan pengambilan sampel tanpa harus mengeluarkan rangkaian auger. Auger dioperasikan sama halnya dengan continuous flight auger konvensional sampai pada kedalaman yang diinginkan. Pada kedalaman tersebut mata bor dilepaskan dan kemudian bisa dilakukan pengambilan sampel dengan core barrel atau alat yang lain melalui bagian dalam dari hollow auger dengan



Bab IV, Pengeboran tanpa Fluida



menggunakan rangkaian stang internal konvensional atau dengan sistem wireline. Pengambilan sampel air juga bisa dilakukan dengan jenis pengeboran ini.



Gambar 4.1. Continuous flight auger.



Gambar 4.2. Hollow auger.



IV - 2



Bab IV, Pengeboran tanpa Fluida



Salah satu keuntungan jenis auger ini adalah dimana ditemui formasi yang keras sehingga tidak bisa dilanjutkan dengan auger maka akan mudah untuk melanjutkan pengeboran dengan diamond coring melalui bagian tengah hollow rod auger. •



Short flight and plate auger (ulir pendek dan bercakar) Ulir helikel yang pendek dan piringan jika sudah terisi oleh cutting selama pengeboran maka rangkaian bor diangkat keluar dan dibersihkan dari cutting sehingga bisa dilakukan pengeboran selanjutnya. Jenis pengeboran ini biasa digunakan dalam pengeboran dengan lubang yang besar.



Gambar 4.3. Short flight and plate auger.







Bucket auger Cutting ditampung dalam bucket dan jika sudah penuh kemudian diangkat ke atas dan ditumpahkan melalui bagian bawah bucket. Dengan bertambahnya kedalaman maka harus ditambah tangkai lagi dalam rangkaian bor.



4.1.2 Aplikasi Pengeboran Auger



Penggunaan pengeboran auger lebih banyak pada penyelidikan tanah, formasi tak terkonsolidasi, investigasi air tanah, pengeboran konstruksi pada tanah, dan batuan yang lunak serta untuk eksplorasi endapan aluvial.



Continuous flight auger digunakan untuk penyelidikan lapangan, sampling geokimia, pengeboran dan sampling lingkungan, penyelidikan mineral aluvial, dan pembuatan lubang elektrode. Keuntungan dari metode ini adalah biaya peralatan dan operasi yang rendah, penetrasi yang cepat pada formasi yang sesuai, dan tidak ada kontaminasi



IV - 3



Bab IV, Pengeboran tanpa Fluida



sampel oleh sirkulasi fluida. Kelemahan dari metode ini adalah penetrasi yang tidak bagus pada formasi yang kasar dan tidak bisa mengebor pada batuan atau boulder.



Gambar 4.4. Bucket auger.



Short flight and plate auger umumnya digunakan untuk sampling mineral, mempunyai beberapa keuntungan yaitu diperoleh lubang bor yang kering dan bersih, serta akan diperoleh lubang bor yang besar. Kelemahan metode ini biasanya akan terjadi pencucian cutting oleh air di dalam lubang bor.



Bucket auger mampunyai fungsi yang hampir sama dengan short flight auger, mempunyai beberapa kelebihan yaitu lubang bor yang besar, merintis lubang untuk casing, dan dapat mengebor pada kondisi lubang yang berair atau berlumpur. Kelemahan metode ini adalah mempunyai keterbatasan kedalaman pengeboran.



4.2 PENGEBORAN BANGKA



Sistem pengeboran kering yang lain adalah pengeboran Bangka yang dikembangkan di Pulau Bangka semenjak tahun 1880-an untuk mengebor sampel endapan aluvial (material tak terkonsolidasi). Sistem kerja menggunakan pengeboran putar yang digerakkan oleh manusia sehingga masih bersifat konvensional. Disamping itu kemajuan pengeboran juga dipengaruhi oleh tekanan yang ditimbulkan oleh berat badan operator, lihat Gambar 4.5.



IV - 4



Bab IV, Pengeboran tanpa Fluida



Gambar 4.6. Pengeboran Bangka dioperasikan secara konvensional dengan tenaga manusia.



Tangkai kemudi bailer



Meja pemberat



Tangkai pemutar casing



Casing



Bailer



Katup bailer



Gambar 4.7. Skema pengeboran Bangka.



IV - 5



Bab IV, Pengeboran tanpa Fluida



Pada pengeboran ini, casing digerakkan atau diputar sehingga akan bergerak ke bawah dan kemudian material yang terperangkap dalam casing ditimba ke atas dengan bailer.



Pada saat penetrasi maka katup bailer akan terbuka sehingga material formasi akan terperangkap ke dalam bailer (Gambar 4.7). Apabila bailer telah penuh dengan material kemudian diangkat ke permukaan, katup akan menutup sehingga material tidak jatuh ke dasar lubang.



Kelebihan dari metode pengeboran ini adalah mobilisasi alat bor sangat mudah, biaya operasi murah, dan dapat digunakan untuk mengambil sampel yang berada di bawah permukaan air.



Kelemahan bor Bangka di antaranya adalah kedalaman pengeboran terbatas pada 30 meter dan biasanya hanya bisa digunakan untuk endapan aluvial atau formasi tak terkonsolidasi.



IV - 6



BAB V MESIN BOR, POMPA, DAN KOMPRESOR



5.1 MESIN BOR



Mesin bor merupakan peralatan penting dalam operasi pengeboran sebagai tenaga penggerak dari rangkaian bor. Dalam setiap metode pengeboran maka akan digunakan jenis mesin bor yang berbeda pula tergantung dari mekanisme metode pengeboran.



Pada pengeboran cable tool, mesin bor berperan sebagai sumber tenaga yang menggerakkan rangkaian bor naik dan turun secara terus-menerus. Pada pengeboran putar, mesin bor berperan sebagai sumber tenaga yang memutar rangkaian bor. Pada sistem pengeboran putar hidrolik maka mesin bor sekaligus akan menjadi sumber tenaga sehingga pompa hidrolik akan bekerja memberikan tekanan pada rangkaian bor.



Seorang ahli bor harus mampu memilih mesin bor sesuai dengan kebutuhan dari kegiatan pengeboran yang akan dilakukan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pemilihan mesin bor yang akan digunakan antara lain:



-



Tipe dan model mesin bor, aspek ini berhubungan dengan jenis metode pengeboran yang akan dilakukan.



-



Kemampuan rotasi (rpm) atau tumbuk per satuan waktu



-



Momen puntir (torque) maksimum, yaitu kekuatan maksimum mesin untuk bisa memutar stang bor, (kg.m)



-



Rentang diameter lubang bor yang bisa dibuat, (mm)



-



Total kedalaman yang bisa dicapai, (m)



-



Hoisting capacity, yaitu kapasitas pengerekan terhadap rangkaian bor dari mata bor sampai ke hoisting swivel, termasuk di sini adalah sirkulasi fluida bor yang berada di dalamnya, (kg).



Bab V, Mesin Bor, Pompa, dan Kompresor



-



Sliding stroke, yaitu mobilisasi mesin bor tanpa memindahkan bantalan mesin atau tanpa kehilangan posisi titik lubang bor. Ada kalanya unit pemutar pada mesin bor harus digeser misalnya untuk melakukan pengangkatan rangkaian bor, (mm).



-



Dimensi (panjang x lebar x tinggi), (mm)



-



Berat mesin bor, (kg)



-



Power unit, yaitu tenaga yang diperlukan untuk mengoperasikan mesin bor, (kW.P)



-



Dll



Ketepatan dalam pemilihan mesin bor sangat berpengaruh terhadap efektivitas operasi pengeboran. Sebagai contoh pemilihan mesin yang kurang tepat, misalnya akan melakukan pengeboran dengan kedalaman 200 m, jika memilih mesin bor dengan kapasitas kedalaman yang kurang dari 200 m maka pengeboran tidak akan bisa mencapai target kedalaman yang diinginkan. Jika memilih mesin bor dengan kapasitas kedalaman yang lebih tinggi misalnya 1.000 m maka penetrasi pengeboran akan cepat tetapi tidak efisien karena biaya mobilisasi alat yang tinggi, biaya depresiasi yang besar, dll.



Beberapa contoh spesifikasi mesin bor diberikan pada bagian Lampiran.



5.2 POMPA BOR



Fluida bor akan mengalir dari atas ke bawah lubang bor dengan adanya gaya gravitasi dan tekanan atmosfer. Untuk membuat fluida bor ini dapat bersirkulasi yaitu mengalir ke bawah lubang bor dan kemudian mengalir ke atas dengan membawa material yang terberaikan (cutting) maka harus digunakan pompa untuk fluida cair atau kompresor untuk fluida udara. Pompa bor yang dipakai dalam operasi pengeboran sangat bervariasi baik jenisnya maupun ukuran tenaganya. Jenis pompa yang dipakai umumnya menggunakan gerak putaran, resiprokal, atau gerak lainnya untuk menghasilkan tenaga.



5.2.1 Tipe-Tipe Pompa Bor



Tipe-tipe pompa bor dapat diklasifikasikan sebagai berikut:



V-2



Bab V, Mesin Bor, Pompa, dan Kompresor



1. Pompa Jet Pump



b



a Gambar 5.1. Prinsip kerja pompa jet pump.



Udara atau air dapat digunakan untuk mendorong lumpur bor sepanjang stang bor ke permukaan. Tenaga jet mempunyai fungsi untuk mengurangi tekanan pada sekitar jet (menghisap udara) dan kemudian mendorongnya sehingga terbentuk gelembung-gelembung udara untuk mengangkat lumpur bor ke atas (Gambar 5.1). Jet pump juga menggunakan sistem venturi untuk mengangkat lumpur bor seperti pada Gambar 5.2. Pada gambar tersebut lumpur bor didorong oleh aliran air pada pipa venturi ke atas, disamping itu lumpur bor juga dihisap dari atas oleh pompa sentrifugal.



V-3



Bab V, Mesin Bor, Pompa, dan Kompresor



Gambar 5.2. Sistem venturi pada pompa jet pump.



2. Pompa Sentrifugal



Pada pompa sentrifugal, fluida dipompa dengan kipas penghisap yang digerakkan oleh gaya sentrifugal ke arah casing pompa. Tekanan yang tinggi dikondisikan dalam casing pompa sehingga fluida akan terdorong ke saluran keluar (outlet), lihat Gambar 5.3. Pompa sentrifugal satu step mempunyai kelebihan dalam hal harga yang murah dan mudah dalam pemeliharaan, tetapi mempunyai kapasitas pemompaan yang rendah. Pompa sentrifugal satu step akan berkurang efisiensinya jika menghisap fluida ke atas dengan jarak lebih dari 3 atau 4 meter (10 – 13 ft).



Pompa sentrifugal multi step mempunyai kapasitas pemompaan yang kuat, diameter kipas yang lebih besar akan menambah aliran fluida dan jumlah step akan memperbesar tekanan. Contoh dari jenis pompa ini adalah pompa submercible dan pompa turbin, lihat Gambar 5.4. Baik pada pompa submercible maupun turbin, perangkat pompa bekerja di dalam lubang bor dimana fluida yang dipompa berada.



V-4



Bab V, Mesin Bor, Pompa, dan Kompresor



a



b



Gambar 5.3. Skema pompa sentrifugal dari samping (a) dan dari depan (b).



a



b



Gambar 5.4. Skema pompa submercible (a) dan turbin (b).



V-5



Bab V, Mesin Bor, Pompa, dan Kompresor



3. Pompa Gir



Pada pompa ini fluida akan masuk pada lubang hisap dan kemudian terperangkap di antara gigi-gigi gir sehingga akan sampai pada lubang discharge. Pada sistem pompa ini tidak terdapat katup pengontrol aliran.



Gambar 5.5. Skema pompa gir.



4. Pompa Putar



Pompa putar mendorong fluida dengan menggunakan tenaga dari baling-baling yang berputar. Poros baling-baling dibuat tidak terpusat sehingga fluida akan terhisap dari pipa masuk dan terdorong ke pipa keluar, lihat Gambar 5.6.



Gambar 5.6. Skema pompa putar baling-baling.



V-6



Bab V, Mesin Bor, Pompa, dan Kompresor



5. Pompa Aliran Poros (Axial Flow)



Umumnya jenis pompa ini didesain untuk aplikasi yang ringan seperti keperluan irigasi. Terdiri dari satu rangkaian bilah pendorong (blade propeller) yang dapat beroperasi dalam casing dengan diameter besar. Untuk keperluan uji pemompaan maka jenis pompa ini dimodifikasi menjadi multi rangkaian bilah pendorong sehingga tenaganya menjadi lebih besar.



Gambar 5.7. Skema pompa axial flow.



6. Pompa Helik



Pada pompa jenis ini terdiri dari rotor yang berupa ulir sekrup (helik) dan stator yang berupa karet fleksibel. Dengan perputaran rotor maka fluida akan terdorong di dalam ruang-ruang yang kontinu sepanjang ulir, lihat Gambar 5.8.



Gambar 5.8. Skema pompa helik.



V-7



Bab V, Mesin Bor, Pompa, dan Kompresor



7. Pompa Piston



Pompa piston adalah pompa yang paling umum digunakan dalam operasi pengeboran. Prinsip kerjanya adalah gerakan bolak-balik piston dalam silinder yang akan menghisap dan kemudian mendorong fluida. Gerakan bolak-balik ini dihasilkan oleh eksentrik yang terhubung ke piston, lihat Gambar 5.9. Pada pompa piston dengan satu silinder maka proses menghisap dan mendorong fluida adalah proses yang berurutan (tidak bersamaan). Sehingga pada pompa satu silinder maka akan terjadi fluktuasi tekanan yang akan memberikan dampak pada peralatan pengeboran misalnya kejutan-kejutan pada pipa, stang bor, titik sambungan, dan pada selang pompa, serta akan mengeluarkan cutting secara tidak sempurna.



Gambar 5.9. Skema gerakan bolak-balik piston.



Pompa piston duplex (2 silinder) atau triplex (3 silinder) adalah jenis pompa piston yang paling sering dijumpai. Pada pompa ini pada saat satu silinder menghisap maka silinder yang lain akan mendorong fluida sehingga penambahan jumlah silinder berguna untuk mengurangi fluktuasi tekanan.



Pada pengembangan selanjutnya, pada setiap silinder dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat gerakan piston mendorong fluida ke muka maka secara otomatis fluida akan terhisap dari katup lain di belakang piston dan demikian pula pada gerakan sebaliknya. Apabila sistem ini diterapkan pada pompa dengan dua silinder maka disebut dengan pompa piston duplex aksi ganda atau pompa thorax.



V-8



Bab V, Mesin Bor, Pompa, dan Kompresor



Gambar 5.10. Skema pompa piston aksi ganda.



5.2.2 Pemilihan Pompa



Beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada pompa di antaranya adalah: a. Tipe acting piston



d. Working pressure



b. Diameter piston



e. Power



c. Discharge capacity



f.



(volume/pressure)



Dimensi (panjang x lebar x tinggi)



g. Berat



Beberapa contoh spesifikasi pompa diberikan pada bagian Lampiran.



5.3 KOMPRESOR



Pompa bor digunakan untuk membuat sirkulasi fluida berupa cairan seperti air dan lumpur. Pada pengeboran dengan sirkulasi udara maka digunakan kompressor untuk menggerakkan udara. Berikut pada Gambar 5.11 ditunjukkan bagian-bagian dari sebuah kompresor yang digunakan dalam operasi pengeboran.



Gambar 5.11. Skema kompresor.



V-9



Bab V, Mesin Bor, Pompa, dan Kompresor



Keterangan gambar: 1. Nonreturn valve, mencegah udara mengalir terbalik pada saat kompresor dimatikan. 2. Heat sensing solenoid, mematikan mesin kompresor secara otomatis apabila temperatur mencapai batas atas. 3. Receiver, menampung udara. 4. Safety relief valve, membuka katup secara otomatis apabila tekanan pada sistem terlalu berlebihan. 5. Water drain, mengalirkan air yang terkondensasi. 6. Service outlet valve, mengontrol output. 7. Manual unloading valve, memungkinkan receiver dikosongkan sacara manual. 8. Automatic unloading valve, melepaskan udara yang tertekan secara otomatis pada saat mesin kompresor dimatikan. 9. Pressure gauge, menunjukkan tekanan udara pada receiver. 10. Pressure regulator, mengatur tekanan udara yang diinginkan. 11. Unloading device, memungkinkan kompresor tetap beroperasi pada saat sistem dengan tekanan maksimum dan udara tidak dipergunakan.



Kompresor dengan kapasitas tekanan yang rendah (kurang dari 1.000 kPa atau 150 psi digunakan untuk pengeboran dangkal. Kompresor kapasitas menengah antara 1.000 sampai 1.500 kPa atau 150 sampai 220 psi biasanya berupa kompresor dua tahap sementara untuk kapasitas tinggi (lebih dari 1.500 kPa atau 220 psi) biasanya berupa kompresor dua tahap dengan ditambah booster.



Dalam pemilihan kompresor, hal yang perlu diperhatikan adalah tekanan udara yang dihasilkan dan jumlah atau volume udara yang bisa dihasilkan setiap satu satuan waktu.



V - 10



BAB VI FLUIDA BOR



6.1 FUNGSI FLUIDA BOR



Fluida bor mempunyai berbagai fungsi yang diklasifikasikan menjadi lima yaitu:



1. Fungsi pembuatan lubang •



Mendinginkan mata bor







Membersihkan mata bor dan dasar lubang







Mentransfer



energi hidrolik dalam membantu



memberaikan formasi dan



membersihkan lubang bor •



Melumasi (lubrikasi) stang bor dan mata bor







Menghambat proses korosi dari rangkaian bor dan casing







Memudahkan pemasangan casing, pada lubang yang dalam akan memberikan daya apung (buoyancy) terhadap casing



2. Fungsi pembersihan lubang •



Mengangkat cutting ke permukaan







Mengendapkan cutting pada pit lumpur







Mempertahankan cutting dalam suspensi lumpur pada saat sirkulasi dihentikan



3. Fungsi kontrol dan penyetabilan lubang •



Mengontrol tekanan dan temperatur lubang bor







Menyetabilkan dinding bor pada formasi tak terkonsolidasi







Memproteksi formasi target atau badan bijih dari kontaminasi dan invasi







Menghambat terbentuknya “wall cake”







Mengontrol keseimbangan sirkulasi







Membantu evaluasi formasi (akuifer)



4. Fungsi transportasi sampel dan logging •



Mengetahui dengan akurat apa yang terjadi dalam lubang bor dengan mengamati kenampakan fluida bor misalnya warna, aliran, kandungan cutting, dll.







Melindungi inti dan sampel chip







Memfasilitasi logging elektrik



Bab VI, Fluida Bor



5. Fungsi kontrol fluida bor •



Stabilitas, sifat-sifat fluida bor harus stabil pada kondisi pengeboran normal







Pengondisian, jika sifat fluida bor tidak sesuai yang diinginkan harus bisa dilakukan pengondisian untuk menghasilkan sifat yang sesuai







Proses pengujian harus bisa mengidentifikasi sifat fluida bor dan mengindikasikan kemungkinan perlakuannya



6.2 JENIS FLUIDA BOR



Fluida bor yang umumnya dipergunakan di antaranya adalah:



1. Udara



Berbeda dengan cairan, udara lebih mudah disirkulasikan dan kecepatannya yang tinggi melewati nozzle mata bor mengakibatkan laju penetrasi yang cepat dan mudah membersihkan dasar lubang dari cutting. Kecilnya densitas udara harus dikompensasi dengan menaikkan kecepatan sirkulasi untuk bisa melawan jatuhnya cutting kembali ke dasar lubang. Kecepatan sirkulasi udara setidaknya minimal 20 kali kecepatan sirkulasi air supaya cutting bisa diangkat ke permukaan. Fluida udara mempunyai keunggulan dalam hal lebih mudah mengoperasikannya dan lebih murah biaya operasionalnya.



Fluida



udara



akan



mempunyai



banyak



keterbatasan



pada



pengeboran dalam.



2. Air/minyak



Air adalah fluida yang paling umum digunakan dalam sirkulasi pengeboran, biaya operasionalnya relatif murah dan mampu mendinginkan rangkaian bor yang lebih baik dibandingkan jenis fluida bor lainnya. Beberapa keuntungan pengeboran dengan menggunakan fluida air di antaranya: -



mengurangi torsi pipa



-



menambah kecepatan penetrasi



-



menambah umur bit



-



mengurangi beban tarikan pipa dan mata bor



VI - 2



Bab VI, Fluida Bor



Minyak jarang digunakan sebagai fluida bor tanpa bahan campuran, biasanya minyak dicampur dengan lumpur (oil based mud) banyak digunakan dalam pengeboran minyak dan gas bumi.



3. Mist (injeksi air)



Pada fluida udara apabila terjadi pemasukan air ke dalam lubang bor, maka kelembaban air akan melengketkan butiran cutting membentuk selubung lumpur. Injeksi air atau air dengan deterjen akan membasahi permukaan cutting sehingga bisa terhindar dari pelengketan. Mist atau injeksi air juga berguna untuk mengurangi efek debu pada collar lubang bor.



4. Busa



Pemasukan air yang berlebih pada fluida udara akan menyebabkan air tergenang di dasar lubang bor sehingga menurunkan efisiensi pembersihan dasar lubang bor dari cutting. Sirkulasi busa digunakan untuk membantu mengeluarkan air dari lubang bor ke permukaan. Busa dibuat dengan bahan campuran yang sama dengan mist, perbedaan terletak pada komposisi bahan busa yang lebih banyak.



5. Lumpur



Lumpur bor dibuat dari tiga komponen utama yaitu base liquid, active solids, dan inert solids. Base liquid bisa berupa minyak, air, maupun air asin. Minyak dan air asin tidak bisa dipergunakan sebagai base liquid pada pengeboran hidrokarbon. Active solids adalah berupa lempung atau polimer yang ditambahkan ke dalam base liquid untuk menghasilkan suspensi koloid. Active solids akan menentukan viskositas lumpur bor sehingga bisa disebut sebagai viscosifier. Inert solids adalah substansi yang ditambahkan dalam lumpur yang berguna sebagai material pemberat. Substansi ini akan menaikkan densitas lumpur bor tanpa merubah viskositas lumpur bor.



VI - 3



Bab VI, Fluida Bor



Gambar 6.1. Rentang densitas fluida bor.



6.3 SIFAT-SIFAT FLUIDA BOR



6.3.1 Sifat Fluida Bor Terhadap Tekanan



Tekanan hidrostatik fluida cair di dasar lubang bor akan semakin besar dengan semakin majunya penetrasi lubang. Cairan mempunyai perilaku yang sama dalam kondisi tertekan maupun tidak sehingga perubahan kedalaman pengeboran tidak akan mengubah kinerja fluida dalam sirkulasi.



Gas akan memberikan sedikit perubahan karena tekanan statik yang diakibatkan semakin dalamnya lubang bor. Karena sifatnya yang kompresibel maka volume gas akan berubah sangat besar ketika tekanan bertambah besar yang bisa disebabkan karena adanya penghambat dalam aliran.



6.3.2 Sifat-Sifat Aliran Fluida Bor



Kecepatan aliran fluida tergantung pada dua faktor yaitu gradien tekanan pada setiap titik sepanjang aliran dan viskositas dari fluida tersebut. Kemampuan fluida untuk mengangkat cutting tergantung pada empat faktor yaitu: 1. Kecepatan aliran fluida 2. Viskositas fluida 3. Ukuran dan bentuk cutting 4. Densitas fluida dan cutting



Viskositas fluida bor sangat penting dalam menentukan efisiensi pengeboran, viskositas sebagian besar fluida lebih banyak dikontrol oleh temperatur, sementara gerakan fluida tidak memberikan efek pada sifat viskositasnya. Larutan koloid (colloidal solutions) polimer atau lempung akan menjadi kental apabila dibiarkan tanpa gangguan. Larutan



VI - 4



Bab VI, Fluida Bor



koloid ini akan menjadi berkurang viskositasnya apabila diaduk atau dipompa dan akan menjadi lebih viskous apabila kecepatan pengadukan atau pemompaan dikurangi.



Apabila aliran fluida berupa aliran turbulen maka cutting akan tertransport dengan cepat. Dalam hal fluida mengalir secara turbulen maka terdapat komponen kecepatan dengan arah mendatar dan acak. Kecepatan pada bagian tengah sedikit lebih tinggi dibanding bagian tepi. Aliran laminar memberikan kecepatan yang jauh lebih tinggi pada bagian tengah dibandingkan bagian tepi. Pada jenis aliran laminar maka sering terjadi cutting akan turun ke bawah (slip downward) di bagian tepi karena kecepatannya yang lebih rendah. Aliran plug adalah sifat aliran pada fluida polimer dimana viskositas pada bagian tepi lebih rendah karena adanya gesekan dengan dinding pipa. Jenis aliran ini disebut juga dengan shear thinning yang artinya fluida akan lebih encer pada bagian dimana terjadi gesekan yaitu pada fluida yang berhubungan dengan dinding pipa.



6.4 LUMPUR BOR



Berat jenis rata-rata bantuan umumnya berkisar antara 2,5 gr/cm³ atau 2,3 gr cm³ sampai 3,3 gr/cm³, oleh sebab itu lumpur bor yang dipakai dalam operasi pengeboran sebaiknya mempunyai berat jenis yang lebih besar dari berat jenis batuan. Hal ini salah satunya untuk mencegah agar cutting tidak jatuh ke bawah (slip downward).



Adapun sifat-sifat/faktor-faktor yang berperan sehubungan dengan operasi pengeboran di antaranya adalah lifting capacity dari lumpur bor. Adapun sifat lain terutama yang berperan dalam kecepatan pengeboran adalah : 1. Berat lumpur 2. Kandungan dan jenis padatan 3. Viskositas lumpur 4. Jenis aliran (laminar/turbulen) 5. Fasa cairan



Kenaikan kekentalan lumpur akan menurunkan kecepatan pengeboran, karena kondisi lumpur yang kental akan mempengaruhi kecepatan putar bit.



Secara umum cukup sulit untuk memisahkan antara pengaruh kandungan padatan dan kekentalan lumpur bor pada kecepatan pengeboran. Kenaikan kandungan padatan akan menaikkan mud weight (kekentalan). Kenaikan filtration rate akan menaikkan drilling rate



VI - 5



Bab VI, Fluida Bor



atau oleh ahli bor dikemukakan penurunan filtration rate akan menurunkan driller rate. Namun dalam kebanyakan kasus mungkin penurunan driller rate lebih banyak diakibatkan oleh penambahan material yang dipakai untuk mengurangi filtration rate dibandingkan dengan filtration itu sendiri.



Untuk menjaga agar lumpur tetap dalam kondisi yang dibutuhkan (kekentalan, densitas dll) maka harus selalu dilakukan pengamatan dan antisipasi menyangkut hal-hal berikut : -



Derajat keterpompaan lumpur



-



Kandungan padatan yang rendah



-



Kondisi thixotropi yang optimum



-



Kondisi dinding pengeboran yang mantap



-



Kontrol efektif atas pH



Berdasarkan hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa mekanisme pergerakan dari pertikel-partikel lumpur dan cutting dapat dinyatakan sebagai berikut : -



Aliran turbulen pada lubang anulus mempunyai kapasitas pengangkatan yang baik



-



Viskositas rendah/cairan encer umumnya lebih baik dibandingkan dengan yang kental dalam hal pembersihan sumur



-



Stang bor yang berputar akan mempunyai pengaruh pada daya angkat fluida bor



-



Jika air sebagai fluida bor maka diperlukan kecepatan 100-125 fpm untuk bisa mengangkat cutting



6.4.1 Persyaratan Lumpur bor



Sodium bentonite adalah suatu lempung yang biasanya digunakan sebagai lumpur bor setelah dicampur dengan air, campuran air akan menaikkan viskositas dari cairan tersebut. Campuran ini stabil apabila pencampuran dengan persen berat air 3%-4% atau 25 kg terhadap 600 liter air.



Keuntungan dan kelebihan sifat khas dari bentonite dalam air adalah thixotrophy, yaitu suatu keadaan yang cocok sebagai fluida bor, yaitu kemampuannya untuk menjadi fluida dengan suatu agitasi atau sirkulasi. Gumpalan dengan adukan atau sirkulasi yang baik dengan cepat membentuk massa gelatin sampai mencapai keadaan yang statis. Pengukuran kandungan gelatin dimaksudkan untuk memperoleh kualitas thixotrophy.



VI - 6



Bab VI, Fluida Bor



Berbagai macam zat kimia tertentu dapat digunakan sebagai bahan lumpur dan gelatin. Bahan kimia ini umumnya digunakan dalam pengeboran setelah dicampur dengan sodium-montmorilonit, illite, kaolin, dll. Dengan adanya penambahan tersebut di atas diharapkan tidak akan terbentuk gumpulan.



Konsentrasi Hidrogen (pH)



Konsentrasi relatif ion hidrogen dalam suatu larutan menunjukkan apakah medium itu akan bersifat basa atau asam. Parameter untuk mengekspresikan konsentrasi ion hidrogen dikenal dengan pH. Nilai pH ini didefinisikan sebagai logaritma dari konsentrasi ion hidrogen (H+), yaitu : pH = Log10 (H+)



Suatu nilai pH yang lebih kecil dari 7 akan menandakan suasana asam, sedangkan nilai yang lebih besar dari 7 menandakan suasana basa. Jika suatu air garam digunakan sebagai campuran lumpur maka campuran bentonit harus dijaga pada pH 10 atau 11 untuk mencegah flukolasi partikel koloid dalam lumpur bor. Lempung attapulgite perlu ditambahkan dalam jumlah yang kecil dalam larutan lumpur air asin untuk menjaga derajat thixotrophy dan “caking quality” bentonit.



Praktisnya pH lumpur bor tidak boleh kurang dari 7, sementara pH lumpur yang digunakan dalam pengeboran bervariasi antara 8 hingga 12,5 bergantung kepada kondisi. Dengan kontrol yang tepat atas pH maka cutting dan padatan yang tidak diinginkan akan dengan mudah mengendap saat berada di settling tank. Kontrol terhadap pH juga penting untuk menghindarkan kemungkinan penggumpalan fluida yang dapat terjadi berkaitan dengan tambahan material yang tak terduga dari formasi lubang bor. Tendensi seperti itu biasanya disebabkan oleh jatuhnya nilai pH secara abnormal pada sekitar 7 atau dibawahnya.



Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nilai pH Lumpur bor dapat dijelaskan sebagai berikut :



Besarnya pH dari Lumpur bor umumnya bervariasi antara 8 –12,5 tergantung kepada kondisi pengeboran dan jarang lebih kecil dari 7. Pada beberapa lokasi pengeboran nilai pH yang berkisar 9 biasanya memberikan hasil yang memuaskan, pH yang lebih tinggi



VI - 7



Bab VI, Fluida Bor



kadang-kadang menghasilkan beberapa kontaminasi. Pada garam, pH lumpur bor dapat beralterasi dengan penambahan sodium karbonat, kalsium soda, gamping terhidrasi, dimana hal ini akan menaikkan pH. Sedangkan zat-zat kimia seperti tannin, asam, fosfat, dan asam oksalit digunakan untuk menurunkan pH. Seleksi unsur kimia digunakan untuk titik kesetimbangan efektif dipengaruhi oleh tipe komposisi sumur bor, hal ini memerlukan fungsi dan kondisi tertentu dapat diukur dengan elektrolit pH-meter dengan menggunakan dua elektroda untuk mengukur beda potensial dari sampel. Nilai pH langsung dapat dibaca setelah dikalibrasi selain itu dapat juga diukur dengan menggunakan kertas lakmus.



Dalam pengeboran dengan lumpur bor yang perlu mendapat perhatian adalah : 1. Pompa Lumpur yang cukup kuat yang menjamin dapat mempompa Lumpur yang efisien dan stabil 2. Lumpur dengan kandungan solid yang rendah 3. Kondisi thixotropi yang optimum 4. Kondisi dinding pengeboran yang mantap 5. Kontrol efektif atas pH merupakan suatu keharusan



Air dan Lumpur dapat dicampur dengan menggunakan mixer tipe konus dengan beberapa semburan air (mud gun). Mixer tipe ini sering digunakan katup untuk mengatur jumlah lempung yang dipakai. Gambar mixer dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini.



B e nto ni t



Hopper



Mud slurry Fluida tertekan



Gambar 6.2. Skema mixer lumpur.



Kecepatan fluida tertentu dibutuhkan untuk mengangkat cutting pengeboran tanpa mempertimbangkan medium sirkulasi. Udara memerlukan kecepatan antara 1000-1500



VI - 8



Bab VI, Fluida Bor



cm per detik. Air bersih memerlukan kecepatan 30-50 cm per detik. Fluida bor encer yang terdiri dari lempung koloid akan memakan kecepatan yang lebih rendah lagi, yaitu antara 25-45 cm per detik. Sehingga pompa yang akan digunakan untuk sirkulasi air juga akan cocok digunakan untuk pemompaan lumpur.



Pembersihan penampungan lumpur yang teratur selama pengeboran adalah sangat penting untuk mengurangi jumlah cutting yang akan terakumulasi dalam cairan kental lumpur.



Viskositas Lumpur



Viskositas fluida adalah derajat ketahanan fluida tersebut untuk mengalir, diukur dengan suatu alat yang disebut Marsh Funnel dengan satuan pengukuran yang ditetapkan adalah detik atau satuan waktu. Cara pengukuran nilai visikositas lumpur bor dapat dilakukan sebagai berikut : -



Basahi alat dan gelas pengukur dengan air dan bersihkan sisa airnya



-



Masukkan funnel dengan lumpur bor sampai hampir mencapai tepi



-



Catat waktu dalam detik untuk 1000 cc lumpur bor



Adapun contoh lumpur bor biasa diambil pada saat sirkulasi kembali di mud pit dan proses pengukuran harus dimulai dalam rentang waktu 10 detik.



Fragmen lanau, pasir, dan shale serta padatan lainnya yang terdapat dalam fluida bor akan dapat tetap bertahan dalam sistem lumpur bor sehingga merupakan viskositas semu. Bila penanganan lumpur bor tidak benar akan mengakibatkan sifat-sifat fisik lumpur menjadi tidak stabil. Sehingga kecepatan rata-rata pengeboran dapat menjadi berkurang sehingga efisiensi menjadi kecil. Cara mengatasi hal ini adalah dengan membuat suatu proses pemisahan dengan pembuatan kolam-kolam tambahan sebelum lumpur bor sampai pada mud pit sehingga padatan ataupun fragmen akan dapat terendapkan.



Estimasi dari kandungan padatan dalam lumpur bor dapat diperoleh melalui metode dibawah ini: -



Ambil segelas penuh contoh sampel dari pengeluaran lubang bor perlahan-lahan kemudian campur dan aduk lumpur dengan air bersih. Semua pertikel padatan kecuali yang berukuran koloid dan halus akan mengendap pada dasar gelas



VI - 9



Bab VI, Fluida Bor



-



Biarkan proses settling berjalan dalam waktu 10 menit. Kemudian tumpahkan sisa fluida yang ada diatasnya secara perlahan-lahan



-



Periksa partikel padatan yang tertinggal di dasar gelas, terutama yang berkaitan dengan jenis dan kuantitasnya



-



Ambil segelas contoh lainnya dari tangki pemisah (settling tanks) dan ulangi proses di atas



Dari hasil di atas maka akan dapat dipakai untuk menentukan jenis dan jumlah dari : -



Hasil padatan yang dapat diberaikan pada lubang bor



-



Kandungan padatan yang terbawa hingga ke settling tanks dan persentasenya yang disirkulasikan kembali



Begitu juga kandungan cutting dalam lumpur bor yang melebihi dari 4%-5% dapat merusak peralatan pengeboran. Oleh karena itu pemantauan kandungan cutting harus diulangi pada suatu interval waktu yang teratur sehingga akses dapat dikontrol selama proses pengeboran.



Gel Strength



Kekuatan gel merupakan fungsi dari gaya antar partikel dan didefinisikan sebagai ketahanan untuk menyebar. Cairan murni tidak mempunyai sifat seperti gel karena viskositasnya



tidak



berubah



dengan



adanya



perubahan



kecepatan



menyebar.



Pengeboran yang menggunakan lumpur bor bentonit jika dimasukkan dalam air akan cenderung bersifat plastik semu (psedopalstic) dengan peningkatan proses gelasi, dimana terjadi peningkatan waktu menyebar ketika dikenai perubahan kecepatan. Satuan kekuatan gel adalah lbs/100 ft² atau gr/m².



Untuk mengetahui apakah lumpur bor terlalu kental atau tidak maka dilakukan tes viskositas. Dalam hal ini dilakukan pengukuran 2 kali, pertama langsung diukur total waktu mengalirnya lumpur sejumlah 1000 cc, sedangkan yang kedua sampel didiamkan dulu 10 menit baru dilewatkan melalui tunnel dan dihitung waktunya. Jika perbedaan waktu antara yang pertama dengan kedua lebih dari 10 detik maka dapat disimpulkan bahwa lumpur tersebut terlalu kental. Untuk mengencerkannya dapat ditambahkan sedikit air. Zat-zat kimia yang mengandung ligno-sulfonate, sodium hexa meta phosphat dan lain-lain sering digunakan sebagai kontrol efektif untuk kekuatan gel.



VI - 10



Bab VI, Fluida Bor



6.4.2 Bahan Aditif dan Pemantauan Lumpur Bor



Beberapa jenis lumpur menjadi mahal pada penggunaannya jika telah dicampur dengan zat kimia atau jika telah digunakan secara berlebihan pada penggantian perlengkapan yang sembarangan, demikian pula waktu turun yang berkali-kali, sehingga perolehan sampel tidak memuaskan. Semua penambahan dan perlakuan pada sistem lumpur harus diukur dan dicatat dengan hati-hati.



Pengencer



Tujuan dari pengenceran adalah untuk menurunkan viskositas dan kekuatan gel lumpur bor dengan mengurangi gaya interaksi antar partikel. Berdasarkan fungsinya pengencer ini dapat dibedakan atas dua bagian yaitu : -



Untuk menyebarkan dan mengendapkan pertikel-partikel pembentuk koloid dalam sistem lumpur. Tujuannya adalah untuk mendapatkan viskositas yang lebih besar dan kekuatan gel yang efektif dengan menggunakan perbandingan kuantitas partikel koloid.



-



Menambahkan konsentrasi partikel koloid yang lebih besar pada sistem yang sama tanpa penambahan sejumlah air.



Pada kenyataannya kedua alternatif tersebut berlawanan satu sama lain, yang bergantung pada tipe dan jumlah pengencer yang digunakan, dengan konsentrasi koloid awal dan derajat dispersi larutan. Efek pengendapan dan dispersi ini timbul ketika jumlah pengencer yang digunakan sedikit, jumlah ini sudah cukup untuk menetralisir gaya-gaya antar partikel yang pada kenyataannya saling berlawanan dengan prinsip dispersi yang ditunjukkan pada alternatif kedua di atas. Terpisah dari hal ini, pengencer telah digunakan untuk membuktikan efisiensi hidrolik dari lumpur bor. Untuk memelihara tingkat keterlarutan pengencer biasanya dicampur dengan soda api atau sebaliknya.



Pengencer kimia yang biasa digunakan dapat diklasifikasikan dalam dua katagori yaitu pengencer organik dan non-organik. Pengencer organik memiliki aplikasi lebih luas karena efektivitasnya besar, biaya murah, dan ketahanan reaksi terhadap garam maupun temperatur lubang. Jenis bahan organik di antaranya adalah asam fosfat natrium (Na2H2P2O2), natrium hexa meta fosfat (NaPO3), natrium tetra fosfat (Na6P4O13), dan ligno sulfonat. Salah satu pengencer yang sering dipakai adalah ekstrak tanaman “quebracho”



VI - 11



Bab VI, Fluida Bor



karena dapat digunakan dalam berbagai kondisi. Pengencer organik yang lain adalah lignin berwarna coklat kehitaman atau hitam hasil dekomposisi tumbuhan yang biasanya muncul bersamaan dengan lignit batubara. Asam humik dalam lignin inilah yang dipakai untuk pengenceran tersebut.



Pengencer diberikan dalam jumlah yang sedikit dan bertahap dengan memperhatikan parameter-parameter lumpur bor. Pada umumnya pengencer menyebabkan lumpur naik sampai batas tertentu dan apabila penambahan sangat berlebihan maka lumpur bor akan menjadi tidak efektif. Kebanyakan pengencer bersifat asam dan cenderung akan mereduksi pH. Pengencer yang bersifat asam biasanya dikombinasikan dengan soda api atau abu soda. Asam oksalik dapat dipergunakan apabila reduksi pH diperlukan.



Pengontrol Keasaman



Telah dijelaskan di atas bahwa soda sapi (NaOH) digunakan sebagai bahan yang dikombinasian dengan pengencer yang bersifat asam. Larutan abu soda ini dibuat dengan perbandingan terhadap air (abu soda : air) 2:1 atau 3:1. Untuk perlakuan yang lebih “smooth” dapat digunakan natrium karbonat (Na2CO2). Setelah lumpur diberi soda api atau soda dan pengencer, mungkin juga dibutuhkan penambahan material koloid yang mana penambahan ini tergantung pada kondisi lumpur bor yang dibutuhkan dan juga kondisi pengeborannya. Penambahan material koloid bertujuan untuk mengurangi jumlah air yang masuk ke dalam formasi.



Pengontrol Berat Lumpur Bor Satuan yang biasa digunakan adalah satuan densitas, misalnya lbs/barrel, lbs/ft3 lbs/gallon, kg/lt, dan gr/cm³. Dalam kegiatan pengeboran, densitas dari fluida bor lebih dikenal dengan “weight” (berat).



Berat dari fluida bor memberikan dampak terhadap stabilitas lubang bor. Jika berat fluida bor berubah maka tekanan hidrostatik dalam lubang bor juga berubah. Jika densitas dari fluida bor itu meningkat maka berat semu (relatif) cutting dalam fluida akan menurun sehingga fluida ini dapat membawa cutting lebih banyak dari pada air.



Lumpur bor yang normal memiliki berat sekitar 1,07 kg/lt. Barit biasa digunakan sebagai material pemberat yang digunakan untuk mengangkat material lebih ringan seperti halnya



VI - 12



Bab VI, Fluida Bor



hematite atau galena pada kondisi tertentu. Material pemberat ini merupakan suspensi di bawah pengaruh pertikel koloid dari lumpur bor dan kelembaman kimia.



Pengontrol Keseimbangan Sirkulasi



Kehilangan sirkulasi (lost circullation) dan ledakan (blow out) merupakan kegagalan keseimbangan tekanan antara tekanan hidrostatik fluida bor dalam lubang dengan tekanan fluida formasi. Tekanan fluida formasi terbentuk akibat adanya tekanan pada saat pembentukan formasi tersebut yang mengakibatkan lapisan dengan tekanan fluida formasi normal. Peningkatan tekanan ini berbanding lurus dengan jumlah (tebal) lapisan penutup di atasnya.



Ketika lubang bor dibuat, tekanan sirkulasi fluida bor dapat tidak sama dengan tekanan fluida formasi sehingga memungkinkan terjadi ketidakseimbangan tekanan. Tekanan fluida formasi yang berlebihan menyebabkan fluida bor keluar dari lubang bor, peristiwa ini disebut “blow out” (ledakan). Fenomena ledakan ini sering terjadi pada pengeboran eksplorasi geothermal. Sebaliknya ketidakseimbangan tekanan menyebabkan kehilangan sirkulasi fluida ke dalam formasi dikenal dengan “lost circulation” (kehilangan sirkulasi) dalam hal tekanan fluida bor melebihi tekanan fluida formasi. Tekanan hidrostatik fluida bor yang berlebihan mengakibatkan pecahnya formasi di sekitar lubang bor, sehingga pencahannya bercampur dengan fluida bor yang mengakibatkan : -



laju penetrasi yang rendah



-



laju filtrasi yang tinggi



-



kerusakan formasi



Kehilangan sirkulasi sering terjadi pada formasi yang memiliki karekter sebagai berikut : -



lapisan yang porous dan permeabel



-



tidak terkompaksi



-



formasi yang tidak homogen



-



Memiliki bukaan natural (sesar, kekar, rekahan)



Contoh formasi yang sering terjadi kehilangan sirkulasi adalah lapisan gravel (gravel beds) dan gua-gua batugamping (vuggy limestone). Cara mengatasinya adalah dengan menggunakan casing pada pengeboran yang dilakukan.



VI - 13



Bab VI, Fluida Bor



Perbedaan tekanan antara fluida bor dan fluida formasi bisa diantisipasi dengan memberikan dinding pemisah di antara keduanya. Selain menggunakan casing, dalam batas tekanan tertentu material fluida bor bisa membentuk dinding pemisah untuk mengendalikan perbedaan tekanan. Dalam hal ini fluida bor ditambahkan material perekat. Komposisi material dapat diklasifikasikan secara umum menjadi tiga kategori yang berbeda, tergantung kepada ukuran dan bentuk dari material yang digunakan, yaitu : fibrous, flaky dan granular. Material fibrous yang banyak digunakan adalah mineral, hewani, vegetasi atau bahan sintetis asli. Asbestos, kulit, bagasse (sugar cane waste), glass atau rayon adalah macam-macam material fibrous yang sering digunakan untuk perekatan yang efektif pada pasir dan kerikil ataupun lapisan pebble yang memiliki ukuran agregat yang besar. Sedangkan flaky material yang sering digunakan adalah : cellophane, mika dan katun yang sering digunakan untuk menutup formasi yang memiliki komposisi ukuran pori-pori yang kecil sampai sedang. Sedangkan material granular seperti nut shells, ground rubber, ground plastic dan bentonit kasar sering digunakan untuk penutupan yang efisien pada formasi dengan ukuran pori-pori dari sedang sampai besar.



Disamping dengan dinding pemisah, perbedaan tekanan fluida formasi dan fluida bor dapat dikontrol dengan mengatur densitas fluida bor sehingga tekanan hidrostatik fluida bor akan berubah. Metode penyeimbangan tekanan ini harus memperhatikan kinerja pengeboran supaya tetap efisien karena jika densitas fluida bor terlalu ringan maka terdapat kemungkinan cutting tidak bisa terangkat dan apabila densitas fluida bor terlalu besar maka kerja pompa akan semakin berat.



6.4.3 Tipe-Tipe Lumpur Bor



Inhibited Mud



a. Definisi : lumpur bor yang didesain untuk menghasilkan suatu filtrat minimum sehingga dapat mencegah hidrasi yang terjadi bila fluida bersentuhan dengan formasi. b. Fungsi -



Mengurangi runtuhnya dinding lubang (sloughing)



-



Mencegah mengembangnya formasi berkaitan dengan hidrasi yang dapat terjadi karena formasi berupa serpih dan infiltrasi lubang.



c. Kenaikan viskositas dan kekuatan gel rendah d. Mempunyai pH yang tinggi



VI - 14



Bab VI, Fluida Bor



e. Cara Pembuatan -



Lumpur awal dilarutkan dengan air pada komposisi 10-15%



-



Sejumlah thinner ditambahkan untuk mencegah thickening yang berlebihan selama proses pembuatan



-



Sekitar ½ kg soda ditambahkan pada setiap 100 liter lumpur



-



Setelah itu ditambahkan 1,5 kg sodium klorida per 100 liter lumpur



-



Terakhir, penambahan kalsium sulfat pada kuantitas ½ kg per 100 liter lumpur



Lumpur Kapur (Lime Mud)



a. Definisi Suatu tipe yang khusus dari sejenis inhibited mud yang mempunyai kemampuan khusus untuk menahan sejumlah invasi ios Ca2+ dalam suatu pengeboran. b. Fungsi -



Digunakan pada pengeboran yang menembus lapisan batugamping dan gipsum yang biasanya menyebabkan kontaminasi ion kalsium yang tinggi.



-



Berperan dalam mengurangi efek pelarutan yang berlebihan dari garam terlarut.



c. Latar Belakang Kehadiran ion kalsium walaupun dalam jumlah yang kecil dapat mempengaruhi air yang tercampur dalam Lumpur. Kontaminasi ion kalsium, yang biasanya dapat timbul pada air yang digunakan untuk prepasi dan melarutkan Lumpur dapat dinetralkan dengan menambahkan sodium karbonat – Na2CO3. sehingga garam kalsium yang terlarut akan terpresipitasi sebagai karbonat tak larut. d. Cara Pembuatan -



Pembuatan lumpur jenis ini dapat dilakukan pada saat awal prepasi lumpur bor maupun pada saat fluida bor telah berada pada lubang



-



Pada saat berada di lubang pengeboran, sebaiknya prosesi pengeboran diselesaikan sebelum pembuatan lime mud dilaksanakan (sebelum casing)



-



Lumpur konvensial ditambah dengan air untuk mengurangi viskositasnya di bawah normal. Komposisinya 10-25% air. Kemudian sejumlah thinner ditambahkan pada komposisi ½ - 1 kg per 100 liter lumpur. Sekitar 1-2 kg soda kaustik per 100 liter lumpur kemudian dicampur. Hasil fluida dicampur dengan 3-4 kg gamping (lime) per 100 liter lumpur.



VI - 15



Bab VI, Fluida Bor



Lumpur Air Asin Standar



a. Definisi: suatu jenis inhibitive mud yang mempunyai konsentrasi NaCI melebihi 1% berdasarkan berat b. Latar Belakang -



Berbagai macam garam seperti yang terdapat pada formasi kubah garam dan air garam dengan konsentrasi tinggi, dapat menyebabkan kontaminasi pada fluida bor.



-



Kehadiran ion-ion garam akan mempengaruhi lubang bor dan fluida bor (pengaruh bolak-balik). Lubang dapat membesar sehingga pengeboran akan terhambat. Di lain kasus dapat pula terjadi pengguaan (cavities) pada formasi lubang bor.



c. Cara Pembuatan -



Untuk mencegah cavities, dibuat lumpur air asin jenuh dengan menambahkan 35 kg garam kering yang dilarutkan dalam 100 liter air bersih pada suhu 20o C.



-



Penambahan lempung (jenis attapulgate) akan menambah viskositas dan kekuatan gel sehingga mencegah hidrasi. Akan tetapi attapulgate clay mempunyai kelemahan derajat filtrasi dan kemampuan support dinding lubang bor yang rendah. Untuk itu perlu ditambah koloid organik seperti soda kaustik yang akan membuat kinerja thinner mejadi efektif.



-



Untuk mencegah efek di atas (penggunaan lumpur konvensional + attapulgate) maka digunakan cara baru. Sekitar 12-15 kg bentonit per 100 liter air bersih dicampur, kemudian ditambah 2 kg ligno sulfonate yang dikombinasikan dengan soda kaustik sejumlah 1/10 thinner untuk 100 liter fluida tersebut. Air garam yang telah dipersiapkan sebelumnya kemudian dicampur dengan fluida dengan proporsi 3:1. Fluida resultan diseimbangkan dengan garam untuk menjenuhkan kuantitas air total yang terdapat pada lumpur (thinning). Selama pencampuran dapat timbul busa yang dapat di-deactivate dengan octylalcohol. Sebaliknya untuk thickening, sejumlah fluida awal (sebelum dijenuhkan garam) dapat ditambah kembali.



Lumpur Minyak (Soluble Oil Mud)



Pengeboran dilakukan dengan bit diamond : 2 Nos. NX, 13 carat, 80/110 s.p.c. Ada 5 macam jenis pengeboran dilakukan sebagai pembanding. Salah satunya adalah, satu set bit dijalankan dengan menggunakan air bersih, dan bit kedua dijalankan dengan lumpur sebagai pendingin. Lumpur dikomposisi dengan mencampurkan komponen-komponen



VI - 16



Bab VI, Fluida Bor



tertentu dalam 5000 liter air bersih yang ditampung dalam bak berukuran 2x1,8x1,8 meter. Komponen-komponen tertentu tersebut adalah: a. Bentonit 3 karung (150 kg) b. Asam tannik 4 kg c. Soda kaustik 1 kg d. C.M.C. 1 kg e. Minyak encer 10 liter



Hasilnya dapat dilihat pada Tabel VI.1 yang mengindikasikan kegunaan lumpur jenis ini (soluble oil mud) saat diamond bit digunakan untuk menembus formasi yang keras.



Tabel VI.1. Perbandingan pemakaian lumpur air dan minyak. Jenis Bor



Penetrasi pengeboran (meter) Fluida air bersih Fluida lumpur minyak



A B C D E



5,58 3,04 2,61 2,32 3,04



6,21 8,07 8,27 9,03 5,79



Tipe formasi Skist tersilifikasi, kuarsit dengan rekah yang rapat



Lumpur Konvensional



Pengeboran eksplorasi pada bantuan sedimen dengan menggunakan diamond bit maka tipe lumpur konvensial lebih cocok untuk digunakan daripada lumpur minyak. Lumpur konvensional mempunyai spesifikasi berikut ini: a. Lumpur bentonit dengan bahan dasar sodium (sodium based bentonit mud) yang mengandung komponen mineral utama montmorilonite. b. Komposisi Bentonit dalam bentuk bubuk dengan sodium sebagai agen pengganti dicampur dengan restrifikasi kandungan material sebagai berikut: -



Kalsium oksida, kandungan CaO tidak melebihi 0,8% berat



-



Silikon, SiO2 antara 50-55%



-



Kandungan Fe2O3 8%



-



MgO tidak melebihi 1%



-



Na2O dan K2O pada 3-4%



-



Kandungan pasir bebas tidak melebihi 2%



c. Sifat fisik, spesifikasi, dan tes



VI - 17



Bab VI, Fluida Bor



-



Loss pada saat pengeringan maksimum 12% berat dalam kondisi 10 gram sampel dipanasi pada suhu 105 ± 2°C selama 2 jam.



-



Kehalusan: 1). Kering, minimum 97% dan 90% berat dari 50 gram sampel kering yang diayak pada ukuran 150 & 75 mikron selama 15 menit. 2). Basah, minimum 98% berat harus melewati pengayak 45 mikron dalam kondisi 10 gram sampel kering dicampur dengan 350 ml air dalam botol kapasitas 500 ml. Botol dikocok selama 3 jam kemudian diinversikan selama 30 menit dan campuran ini diayak kembali pada 45 mikron. Setelah itu residu dibersihkan dari pengayak dan ditimbang setelah pengeringan.



-



Densitas maksimum 2,3 diuji melalui proses biasa



-



Swelling Power, pengembangan dari volume asal tidak boleh melebihi 24 ml dalam 24 jam saat 2 gram sampel kering diukur dalam suatu silinder dengan pencampuran 20 kali larutan pada interval yang tetap.



-



Viskositas: 1). Semu, ditentukan oleh viskometer pada suhu 30± 2°C. 2). Plastik, prosedur sama dengan hasil minimum 6 centipoise.



-



Gel Formation index, terpisah tidak melebihi 2 ml dari fase fluida yang dibiarkan selama 24 jam pada sebuah silinder pengukuran.



-



Filtration loss, suatu volume filtrasi tertentu tidak melebihi 20 ml bila diuji pada filter standar.



-



Nilai pH tidak boleh melewati 7,5 – 8,5 yang ditentukan dengan alat pH meter.



-



Thixotrophy tidak boleh melebihi 30 detik untuk suatu uji fluida.



6.5 DASAR-DASAR PERHITUNGAN FLUIDA BOR



Dalam operasi pengeboran perhitungan-perhitungan dilakukan secara praktis disesuaikan dengan ukuran-ukuran maupun satuan yang tersedia. Dalam sub-bab ini akan diberikan persamaan-persamaan



praktis



dalam



perhitungan



parameter-parameter



operasi



pengeboran.



6.5.1 Volume Annulus



Annulus adalah ruang antara dinding lubang bor dengan dinding luar stang bor yang mana menjadi tempat mengalirnya fluida membawa cutting dari bawah ke permukaan pada pengeboran sirkulasi normal. Volume annulus dihitung dengan mengurangkan volume lubang bor dengan volume stang bor.



VI - 18



Bab VI, Fluida Bor



Gambar 3.2. Lubang annulus (daerah diarsir).



[



] [



Volume(m 3 ) = 0,785 × D 2 (m) × Depth(m) − 0,785 × d 2 (m) × Depth(m) Volume( Liter ) =



[D



2



]



]



− d 2 (in) × Depth(m) 2



Dimana: D



= diameter lubang bor



d



= diameter luar stang bor



Contoh Perhitungan:



Diketahui diameter lubang bor 6” dan diameter luar stang bor 4” pada pengeboran dengan kedalaman 20 m, maka volume annulus sebesar: Volume (Liter) = { (62 – 42) x 20 } / 2 = 200 Liter



6.5.2 Up Hole Velocity



Kecepatan fluida dari bawah ke permukaan melalui annulus adalah faktor kritis dalam membersihkan cutting dari lubang bor. Kecepatan ini (UHV) tergantung dari tiga faktor berikut: 1. Volume fluida yang dimasukkan oleh pompa atau kompresor 2. Diameter lubang bor 3. Diameter stang bor



VI - 19



Bab VI, Fluida Bor



Ukuran annulus akan menentukan UHV dalam hal fluida yang digunakan konsisten, atau UHV akan lebih besar pada annulus yang kecil dan akan lebih rendah pada annulus yang besar untuk fluida yang sama. Oleh karena itu pemilihan diameter stang bor dibandingkan dengan diameter lubang bor akan sangat penting dalam mengontrol UHV. UHV dapat dihitung dengan persamaan berikut:



UHV (m / min) =



1274 × L / min D 2 − d 2 (mm)



UHV (m / min) =



2 × L / min D 2 − d 2 (in)



Dimana: m/min = kecepatan UHV dalam meter per menit L/min = output pompa atau kompresor dalam Liter per menit



Biasanya output kompresor dinyatakan dalam satuan cfm (cubic feet per minute) sehingga



untuk



mendapatkan



dalam



satuan



L/min



harus



dikonversi



dengan



mengalikannya dengan faktor 28,3.



Contoh Perhitungan:



Diketahui diameter lubang bor 6” dan diameter luar stang bor 4” pada pengeboran dengan kedalaman 20 m, digunakan kompresor untuk memompa udara sebesar 650 cfm, maka UHV dihitung sebesar: UHV (m/min) = { (2 x 650 x 28,3) / (62 – 42) } = 1,840 m/min



6.5.3 Debit Aliran



Dalam mengukur debit aliran sangat simpel yaitu mengukur volume fluida dalam drum atau container dan mengukur waktu dalam pengisian drum atau container. Sehingga debit aliran bisa dihitung dengan persamaan:



Debit aliran( L / s ) =



Volume fluida ( L) Waktu ( s )



VI - 20



Bab VI, Fluida Bor



6.5.4 Specific Gravity



Specific Gravity (SG) dari fluida bor diukur dengan alat timbangan yang terdiri dari dua lengan. Lengan yang satu berupa tabung fluida dengan ukuran tertentu dan lengan yang lain berupa bandul yang dapat digeser menjauh atau mendekat titik tumpu untuk mencapai kesetimbangan (Gambar 3.3). Pada lengan bandul ini terdapat angka-angka yang menunjukkan ukuran SG dari fluida dalam tabung.



Gambar 3.3. Alat pengukur SG fluida bor.



Perhitungan SG fluida sangat penting dalam kinerja fluida bor dan dilakukan secara kontinu selama proses pengeboran. Adakalanya SG fluida akan berubah-ubah sehingga harus dilakukan penyetabilan SG fluida. Dalam melakukan penyetabilan biasanya ditambahkan fluida yang lebih berat dengan persamaan:



Pemberat (kg / L) =



SGpemberat × (SG D − SGT ) SGpemberat − SG D



Dimana: SGD



= specific gravity fluida yang diinginkan



SGT



= specific gravity fluida yang terukur



Contoh Perhitungan:



SG fluida terukur 1,2 dan diinginkan SG 1,3 untuk efektivitas pembersihan cutting. Maka jumlah barit yang diperlukan untuk menambah fluida bor adalah:



Barit(kg/L) = { 4,2 x (1,3 – 1,2) } / (4,2 – 1,3) = 0,145 kg/L sehingga untuk membuat 500 liter fluida menjadi SG 1,3 dibutuhkan barit sebanyak: 0,145 x 500 = 72,5 kg



VI - 21



Bab VI, Fluida Bor



6.5.5 Tekanan Fluida



Setiap kedalaman bertambah 1 m maka air akan memberikan tekanan statik sebesar 10 kPa. Sehingga persamaan untuk menentukan tekanan adalah sebagai berikut:



Tekanan(kPa) = Depth(m) × 10(kPa / m) × SG



Contoh Perhitungan:



Diketahui lubang bor dengan kedalaman 60 meter dengan SG fluida sebesar 1,2. Maka tekanan statik di kedalaman 60 m adalah:



Tekanan (kPa) = 60 x 10 x 1,2 = 720 kPa



VI - 22



BAB VII OPERASI PENGEBORAN



Selama operasi pengeboran akan dilaksanakan beberapa tahapan, dalam bab ini akan diberikan tahapan dalam pengeboran dan juga konstruksi sumur pada pengeboran air.



7.1 TAHAPAN PENGEBORAN



Tahapan dalam operasi pengeboran adalah sebagai berikut:



1. Persiapan pengeboran, dalam tahap ini terdiri atas: ƒ



Pembuatan bak pengendap, bak penampung, serta saluran sirkulasinya. Hal yang harus diperhatikan dalam membuat desain bak adalah volume yang sesuai dengan jumlah fluida yang akan dipergunakan. Disamping itu efektivitas dari proses pengendapan cutting juga sangat dipengaruhi oleh desain bak pengendap. Sirkulasi fluida dalam bak pengendap yang terlalu cepat berakibat pada proses pengendapan yang belum tuntas sehingga akan terjadi kecenderungan specific gravity fluida bor akan naik terus selama operasi pengeboran.



ƒ



Pemasangan balok landasan mesin, papan untuk saluran sirkulasi dan lantai dasar mesin. Landasan mesin harus mampu menumpu berat mesin bor selama operasi, landasan yang tidak kokoh akan berakibat tidak stabilnya proses pengeboran sehingga sulit dalam mengontrol arah lubang bor dan juga bisa berakibat terjadinya friksi pada rangkaian bor (stang bor).



ƒ



Pengesetan mesin dan pompa



ƒ



Pendirian menara. Hal yang harus diperhatikan dalam pendirian menara adalah kekuatan pondasi menara yang mencukupi dan kokoh. Dalam proses pengeboran, menara akan menjadi tempat penambatan seluruh rangkaian bor dari travelling block sampai ke mata bor. Semakin dalam lubang bor maka beban tambat menara akan semakin besar pula sehingga harus diperhatikan beban maksimum yang bisa dibebankan dan juga kedalaman lubang bor.



ƒ



Persiapan lainnya seperti penyiapan lumpur bor, alat-alat ukur untuk kedalaman, specific gravity, dll.



Bab VII, Operasi Pengeboran



2. Pengeboran dengan kedalaman dan diameter tertentu



Tahapan ini dapat untuk pengeboran inti dan pengeboran non inti.



Dalam pengeboran inti hal terpenting yang akan diperoleh dari operasi pengeboran adalah inti bor sebagai sampel yang diambil untuk dianalisis baik analisis kondisi geologi maupun kualitas yang diharapkan. Dari inti bor bisa didapat berbagai macam informasi penting seperti informasi geoteknik (data rekahan, joint, dan struktur lainnya), informasi litologi, kualitas terhadap mineral tertentu, dll. Jenis pengeboran ini lebih banyak digunakan dalam kegiatan eksplorasi maupun investigasi geoteknik. Setelah didapatkan inti bor maka lubang bor dapat dibiarkan sehingga akan tertutup oleh proses alami, atau apabila lubang yang ada akan dipergunakan untuk sumur maka bisa dilanjutkan dengan proses konstruksi.



Pengeboran inti hanya dimungkinkan dilakukan dengan metode pengeboran putar untuk memperoleh inti. Panjang inti bor pada setiap run pengeboran akan dibatasi oleh panjang stang bor, dengan kata lain setiap kemajuan penetrasi sepanjang stang bor maka rangkaian bor harus diangkat ke permukaan untuk mengeluarkan inti bor dalam core barrel. Kemudian dilakukan pengeboran kembali dengan penambahan satu stang bor setiap kali run. Untuk pengeboran dangan target lubang bor yang dalam maka akan lebih efektif apabila digunakan pengeboran sistem wireline. Dalam sistem ini untuk mengangkat core barrel cukup menggunakan sebuah kawat yang ditarik dari atas sehingga tidak perlu mengeluarkan seluruh rangkaian bor.



Sampel yang didapatkan dalam pengeboran inti adalah inti bor dan cutting. Pada setiap kali run pengeboran maka inti diangkat dan dikeluarkan dari core barrel dan kemudian disimpan dalam sebuah core box. Panjang setiap ruang atau segmen pada core box disesuaikan dengan panjang core barrel sehingga dalam setiap kali run maka inti bor akan tersimpan dalam satu ruang atau segmen. Hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan inti adalah pemberian kode pada setiap ruang atau segmen core box sehingga apabila dilakukan analisis maka tidak akan tertukar antara inti bor kedalaman tertentu dengan kedalaman yang lain. Cutting diperoleh dari material yang mengendap dalam pit fluida bor. Pada setiap kali run pengeboran atau panjang penetrasi tertentu dilakukan pengamatan cutting dan kemudian sampling. Sampel cutting kemudian disimpan dalam kantong sampel dan disimpan untuk dianalisis.



VII - 2



Bab VII, Operasi Pengeboran



Dalam pengeboran non inti maka hal terpenting adalah membuat lubang tanpa memperoleh inti bor. Pengeboran non inti bisa dilakukan dengan metode pengeboran putar, tumbuk (cable tool), auger, bor Bangka, dll. Dalam pengeboran non inti ini interpretasi bawah permukaan bisa dilakukan hanya melalui cutting yang terangkat ke permukaan oleh fluida bor atau bailer. Akurasi interpretasi geologi akan menemui banyak kelemahan terutama dalam ketepatan penentuan kedalamannya.



Hal penting dalam pengeboran non inti adalah bidang gerus (berai) mata bor yang lebih luas. Pada pengeboran putar maka stang bor yang dipakai harus mempunyai ketebalan yang lebih besar untuk mengimbangi momen puntir yang lebih besar. Pada pengeboran inti maka bidang gerus akan lebih kecil karena sebagian volume lubang bor akan menjadi inti (tidak tergerus) sehingga digunakan stang bor yang lebih tipis.



7.2 TAHAPAN PENGEBORAN AIR



Untuk pengeboran air perlu beberapa tahapan diantaranya adalah pengeboran awal (pilot hole), pengujian geofisika well logging (dibahas pada bab berikutnya), pembesaran lubang (reaming), konstruksi sumur, pembersihan sumur (development) dan pengujian (pumping test).



7.2.1 Pengeboran Awal (Pilot hole)



Pembuatan pilot hole dimaksudkan untuk mengetahui litologi secara rinci. Pilot hole dilakukan dengan mata bor misalnya dengan mata bor jenis tricone diameter 6” sampai kedalaman melebihi kedalaman konstruksi sumur yang direncanakan. Kelebihan kedalaman ini dimaksudkan agar sisa kedalaman tersebut dapat berfungsi sebagai kantong kotoran yang tidak terangkat.



7.2.2 Pembesaran Lubang Bor (Reaming)



Tujuan pembesaran lubang bor adalah untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam hal : ƒ



peletakan pipa dan saringan (konstruksi)



ƒ



peletakan pipa pengantar saat pengisian gravel dan grouting cement



ƒ



peletakan pipa piezometer (kalau ada)



VII - 3



Bab VII, Operasi Pengeboran



ƒ



peletakan pipa pelindung sementara (temporary casing)



7.2.3 Konstruksi Sumur



Berdasarkan pada rencana konstruksi sumur dan hasil pengukuran penampang lubang bor maka konstruksi sumur harus dilakukan secepat mungkin setelah dilakukan pembesaran lubang bor (reaming) dan pembersihan sumur (spulling). Hal ini untuk menghindari terjadinya runtuhan dinding lubang bor yang dapat menyumbat lubang dan menjepit stang bor sehingga mengganggu pekerjaan berikutnya.



Setelah konstruksi sumur selesai tahapan berikutnya adalah pengisian gravel (gravel packing) dengan mengisikan gravel (kerikil) yang berukuran 2-5 mm ke dalam ruang antara dinding lubang bor dengan dinding pipa dan dinding saringan melalui pipa penghantar 1,5” dari dasar sumur sampai kedalaman yang direncanakan. Bersamaan dengan pengerjaan pengisian gravel dilakukan pemompaan lumpur (spulling) dari pompa melalui ruang pipa konstruksi. Pekerjaan ini harus diusahakan agar lumpur keluar melalui dinding pipa konstruksi dan dinding lubang bor tempat beradanya gravel dengan menutup ruangan di dalam pipa konstruksi. Spulling ini bertujuan untuk membuat gradasi gravel yang dimasukkan sehingga gravel tersusun dengan baik dan padat.



Tahap selanjutnya adalah melakukan grouting cement, yaitu dengan cara memasukkan adonan semen ke atas permukaan gravel (ruang antara dinding pipa konstruksi dengan dinding lubang bor) melalui pipa penghantar 1,5”, selanjutnya pipa 1,5” dicabut satu persatu sampai semen mencapai permukaan. Pekerjaan grouting cement dilakukan dengan maksud untuk: ƒ



Menyekat air yang tidak dikehendaki (agar air permukaan tidak masuk ke dalam sumur).



ƒ



Mengikat pipa konstruksi dengan dinding lubang bor agar kondisi pipa konstruksi kokoh dan tidak meluncur turun.



7.2.4 Pembersihan Sumur (Development)



Pembersihan sumur dilakukan melalui beberapa tahapan seperti: 1. Pengocokan mekanis (surging) Pengocokan mekanis dilakukan dengan menaik-turunkan stang bor atau pipa di antara stang bor atau pipa penghantar yang dipasang alat plunger, biasanya posisi



VII - 4



Bab VII, Operasi Pengeboran



terletak di dalam pipa jambang. Pengocokan mekanis dilakukan berkali-kali sampai kondisi air agak jernih.



Maksud dilakukan pengocokan mekanis ini adalah untuk : ƒ



mengeluarkan kotoran yang ada di dalam sumur (saat ditekan)



ƒ



menghisap air dari akifer ke dalam sumur sehingga kondisi lumpur yang kental menjadi encer (saat ditarik) dan kotoran-kotoran yang menempel dalam saringan terbawa ke dalam sumur



ƒ



membantu proses pemadatan dan gradasi gravel (saat ditarik)



2. Penyemprotan air bertekanan tinggi (water jetting) Setelah proses pengocokan mekanis diselesaikan kemudian dimasukkan STTP (Sodium Tripoly Phosphat) ke dalam sumur dan dibiarkan antara 12-24 jam Tujuannya untuk melarutkan lumpur dan lempung yang masih tersisa dalam sumur. Setelah ini baru dilakukan pekerjaan water jetting yaitu penyemprotan air bersih bertekanan tinggi ke dalam sumur yang diarahkan tepat pada saringan terpasang melalui pipa penghantar dan alat penyemprot jetting tool. Penyemprotan dilakukan secara bertahap dari saringan ke saringan yang lainnya dan perlu dilakukan berkali-kali. Pekerjaan ini diakhiri dengan spulling yaitu meletakkan alat penyemprot di dasar konstruksi sumur sehingga kotoran-kotoran yang keluar dari saringan yang masih mengendap di dasar sumur dapat terangkat keluar. Pekerjaan ini dihentikan setelah air yang keluar dari sumur benar-benar bersih.



Maksud dilakukannya pekerjaan water jetting adalah: ƒ



Membantu proses gradasi dari gravel sehingga gravel dapat tersebar merata dan semakin padat.



ƒ



Memperbesar dan membuka lubang saringan yang masih tersumbat.



ƒ



Membersihkan kotoran-kotoran yang masih tersisa di dalam sumur, saringan, maupun gravel sehingga diharapkan efisiensi sumur semakin meningkat.



3. Pengurasan sumur (over pumping) Over pumping adalah melakukan pemompaan dengan debit maksimal dari pompa penguji yang digunakan. Tujuan over pumping adalah untuk: ƒ



Membersihklan kotoran-kotoran yang tersisa di dalam sumur



ƒ



Menentukan debit pompa pada saat uji pemompaan bertahap dari debit terkecil sampai debit terbesar



VII - 5



Bab VII, Operasi Pengeboran



ƒ



Memperkirakan letak pompa yang aman pada saat uji pemompaan



Biasanya pada saat dilakukan pekerjaan over pumping masih ada sedikit kotoran yang keluar terutama pada saat-saat awal pemompaan. Over pumping dihentikan setelah kondisi air yang keluar dinilai benar-benar bersih.



4. Pengujian sumur (pumping test) Uji pemompaan yang biasa dilakukan pada sumur bor air adalah : ƒ



Uji pemompaan bertahap (step draw down test) Uji pemompaan bertahap dilakukan untuk menentukan nilai-nilai karakteristik sumur Pelaksanaannya adalah memompa air dengan debit terkecil sampai penurunannya konstan, kemudian dilanjutkan dengan debit berikut yang lebih besar sampai penurunannya konstan, demikian seterusnya sampai debit terbesar dan penurunannya konstan.



Parameter-parameter yang perlu diperhatikan pada saat uji pemompaan tersebut adalah : ƒ



kapasitas pompa (pk)



ƒ



letak pompa (m)



ƒ



posisi mulut sumur (planes) dari muka tanah (m)



ƒ



muka air tanah sebelum dipompa/SWL (Static Water Level)



ƒ



besarnya debit pemompaan (l/dt)



ƒ



muka air tanah setelah dipompa/DWL (dynamic Water Level) pada interval waktu-waktu yang telah ditentukan (m).



ƒ



pengambilan sampel air sebelum dan sesudah pemompaan



ƒ



pengukuran sifat fisik air sebelum dipompa (warna, rasa, pH, dan bau)



ƒ



pengamatan muka air pada sumur-sumur pengamat.



Pemompaan dilakukan sesuai dengan jumlah tahap yang telah direncanakan serta waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai melakukan uji pemompaan bertahap dilakukan uji kambuh sampai muka airnya kembali ke posisi awal (SWL) dengan menghitung waktu yang dibutuhkan.



VII - 6



Bab VII, Operasi Pengeboran



ƒ



Uji pemompaan menerus (long term test) Uji pemompaan menerus dilakukan dengan menggunakan debit terbesar pada uji pemompaan bertahap. Tujuan dilakukan uji pemompaan menerus adalah untuk menentukan karakteristik akifer. Hal-hal yang harus diperhatikan sama seperti pada uji pemompaan bertahap, yang berbeda hanya debit pemimpaan. Pada uji pemompaan menerus debit yang digunakan konstan dan waktu pengamatan umumnya jauh lebih lama dari pengamatan uji pemompaan bertahap.



VII - 7



BAB VIII KENDALA TEKNIS DAN NON-TEKNIS



8.1 KENDALA-KENDALA TEKNIS



Dalam kenyataannya pengeboran tidak selalu berjalan dengan lancar, berbagai macam hambatan sering terjadi. Hambatan ini sering disebut sebagai hole problems atau downhole problems, dapat terjadi karena masalah-masalah di dalam lubang bor maupun di permukaan. Penyebab permasalahan ini misalnya karena mesin mati, rangkaian bor rusak, penyebab dari formasi, dan lain sebagainya.



Hambatan dalam pengeboran ini dapat dikelompokan sebagai berikut: •



Tidak sempurnanya inti yang diperoleh (khusus pada pengeboran inti)







Caving shale problem







Hilangnya lumpur pengeboran (lost circulation/water lost)







Pipa terjepit







Semburan liar (blow out)



Jenis-jenis hambatan ini dapat terjadi sendiri-sendiri, bersama-sama, atau satu akan mengakibatkan yang lain. Hambatan-hambatan tersebut sering terjadi dan dapat menimbulkan kerugian yang besar. Namun demikian dengan penanganan yang benar diharapkan hambatan dan kerugian tersebut dapat dikurangi.



8.1.1 Masalah Pada Pengeboran Inti (Coring)



Idealnya inti yang diperoleh pada pengeboran berbentuk sempurna dan tidak mengalami kehilangan tetapi pada kenyataanya hal ini sukar diperoleh. Bentuk-bentuk permasalahan pada inti yang mungkin dapat dijumpai di lapangan berupa: -



Inti terpotong menyerupai spiral yang diakibatkan oleh gangguan pada bit



-



Perubahan mendadak pada diameter inti yang diakibatkan oleh pergantian bit setelah menembus batuan induk



-



Inti berbentuk ulir yang diakibatkan karena tekanan bit yang terlalu besar



Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis



-



Core blocking yang diakibatkan karena adanya displacement fragmen batuan sepanjang bidang belahannya



8.1.2 Caving/Shale Problem



Pengertian



Pengeboran menembus lapisan shale mempunyai permasalahan tersendiri. Menjaga agar shale stabil, tidak runtuh atau logsor merupakan suatu masalah, tidak terdapat suatu cara pasti yang dapat diterapkan untuk semua keadaan. Untuk mengurangi masalah ini maka biasanya pengeboran dilaksanakan dengan menerapkan drilling practice yang baik dan penggunaan mud practice yang tepat. Karena runtuhan atau longsornya shale maka akibat seterusnya yang dapat timbul antara lain: •



lubang bor membesar







masalah pembersihan lubang bor







pipa bor terjepit







bridges dan fill up







kebutuhan lumpur bertambah







penyemenan yang kurang sempurna







kesulitan dalam pelaksanaan logging







dan lain-lainya



Jenis-Jenis Shale



Shale biasanya merupakan lapisan yang diendapkan pada cekungan marine, terdiri terutama dari lumpur, silt, dan clay, dalam bentuknya yang lunak biasanya disebut clay. Semakin dalam maka tekanan dan temperatur akan semakin tinggi sehingga endapan ini (clay) akan mengalami perubahan bentuk dan disebut sebagai shale. Selanjutnya, perubahan bentuk karena proses metamorfosa disebut slate, phylite, atau mica schist.



Bila shale mengandung banyak pasir disebut arenaceous shale sedangkan yang mengandung banyak material organik disebut carbonaceous shale. Shale mengandung berbagai jenis mineral lempung yang sebagian berhidrasi tinggi. Shale yang mengandung banyak mineral montmorilonite akan berhidrasi tinggi yaitu akan menyerap air dalam kapasitas yang besar. Biasanya shale terdapat dalam formasi yang relatif tidak dalam.



VIII - 2



Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis







Pressure shale



Shale merupakan batuan endapan yang biasanya terdapat di daerah yang luas, adakalanya terdapat pula kontak dengan endapan pasir. Dengan semakin tebal lapisan di atasnya karena proses pengendapan terus berlangsung maka tekanan overburden akan semakin besar. Pada proses compaction atau pemadatan ini cairancairan yang berada di dalam lapisan shale akan tertekan keluar dan masuk ke dalam batuan yang porous (permeabel) dan tidak kompresibel misalnya batupasir. Akibatnya cairan terperangkap dan tertekan di dalam pasir dan tekanan dapat mencapai tekanan yang relatif tinggi bahkan dapat menyamai tekanan overburden itu sendiri.



Selanjutnya pada waktu lapisan tersebut dilakukan pengeboran bisa terjadi situasi dimana tekanan hidrostatis lumpur lebih kecil daripada tekanan formasi. Perbedaan tekanan ini dapat mengakibatkan runtuhnya dinding lubang bor pada waktu pengeboran sedang berlangsung.



Cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menaikan tekanan pada dasar lubang bor, dalam hal ini menaikan berat lumpur. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menjaga agar lubang bor tetap terisi penuh pada waktu mencabut dan memasukkan stang bor, serta mengurangi kemungkinan swabbing dengan jalan menurunkan viskositas dan gel strength. •



Mud Making Shale



Jenis lain adalah shale yang sangat sensitif terhadap air atau lumpur. Jenis ini dapat berupa shale bentonit yang bisa menghisap air (hidrasi).



Cara menghadapi shale jenis ini adalah pengeboran dengan memakai cairan pengeboran yang tidak berpengaruh atau bereaksi dengan shale. Jenis-jenis lumpur yang dipakai dalam hal ini antara lain lime mud, gyp mud, calcium chloride mud, salt mud, dan yang banyak dipakai saat ini adalah lignosulfonate mud serta oil mud. Namun demikian jenis-jenis lumpur ini pun tidak seluruhnya mampu mengatasi masalah shale ini. Sehingga yang dapat diusahakan adalah agar shale ini tidak terhidrasi atau bereaksi dengan lumpur ataupun air fitrasi, salah satu cara bisa dipakai lumpur dengan air filtrasi yang sangat rendah.



VIII - 3



Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis



Hal lain yang berpengaruh dalam menghadapi shale ini antara lain:







-



Keasaman diusahakan konstan pada pH sekitar 8,5 – 9,5



-



Densitas atau berat lumpur cukup untuk menahan dinding lubang bor



-



Air filtrasi diusahakan rendah



Stressed shale Shale jenis ini tidak banyak bereaksi atau terhidrasi dengan air tetapi mudah runtuh. Problem ini akan makin besar bila lapisan miring dan ditambah lagi bila menjadi basah oleh air atau lumpur.



Sebab-Sebab dan Cara Penanganan Shale Problem •



Sebab dan Gejala



Penyebab masalah shale ini dapat dikelompokkan dari segi lumpur maupun dari segi drilling practice atau mekanis.



Beberapa penyebab dari kelompok mekanis antara lain: -



Erosi karena kecepatan lumpur di annulus yang telalu tinggi



-



Gesekan pipa bor terhadap dinding lubang bor



-



Adanya penekanan (pressure surge) atau penyedotan (swabbing) pada waktu mencabut dan memasukkan stang bor/mata bor



-



Adanya tekanan dari dalam formasi



-



Adanya air filtrasi atau lumpur yang masuk ke dalam formasi



Secara umum dapat dikatakan bahwa pembesaran lubang bor dan masalah shale berkaitan dengan dua masalah pokok, yaitu tekanan formasi dan kepekaan terhadap lumpur atau air filtrasi.



Gejala-gejala yang sering tampak bila sedang menghadapi masalah shale antara lain: -



Tekanan (beban) pompa naik



-



Serbuk bor (cutting) bertambah banyak



-



Lumpur menjadi kental



-



Air filtrasi bertambah



-



Bridges dan fill up, adanya endapan cutting di dalam lubang bor



-



Torsi bertambah besar VIII - 4



Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis







Bit baling



Penanganan



Usaha-usaha untuk menanggulangi masalah shale antara lain: -



Penggunaan lumpur yang baik: -



Densitas lumpur yang cukup untuk menahan tekanan formasi



-



Keasaman lumpur yang sesuai (pH sekitar 8,5 – 9,5)



-



Filtrasi rendah



-



Mengurangi kecepatan aliran lumpur di annulus



-



Pipa bor diusahakan betul-betul dalam keadaan tegang



-



Mengurangi/menghindari kemiringan lubang bor



-



Mengindari swabbing atau pressure surge pada saat mencabut dan memasukkan stang bor atau mata bor



Hilangnya Lumpur Pengeboran (Lost Circulation / Water Lost) •



Pengertian



Hilangnya lumpur pengeboran merupakan proses masuknya lumpur ke dalam formasi. Hilangnya lumpur ini merupakan problem lama di dalam pengeboran, banyak terjadi dimana-mana serta pada kedalaman yang berbeda-beda. Hilangnya lumpur ini dapat terjadi bila tekanan hidrostatis lumpur melebihi tekanan formasi. •



Sebab-Sebab



Ditinjau dari segi formasi maka hilangnya lumpur dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:



-



Coarseley permeable formation Contoh dari jenis formasi ini adalah pasir dan gravel. Namun tidak semua jenis formasi ini menyerap lumpur, formasi ini dapat menyerap lumpur dimana tekanan hidrostatis lumpur harus lebih besar daripada tekanan formasi. Selain itu ada pengertian bahwa lumpur mampu masuk ke dalam formasi bila diameter lubang atau pori-pori sedikitnya tiga kali lebih besar terhadap diameter butiran atau partikel padat dari Lumpur. VIII - 5



Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis



-



Cavernous formation Hilangnya lumpur ke dalam reef, gravel, atau pun formasi yang mengandung banyak gua-gua sudah dapat diduga sebelumnya. Gua-gua ini banyak terdapat pada formasi batu kapur (limestone dan dolomite).



-



Fissure, fractures, faults Ini merupakan celah-selah dan retakan di dalam formasi. Bila terjadinya hilangnya lumpur tidak pada formasi permeabel atau batukapur, biasanya ini terjadi karena celah-celah dan retakan tersebut. Fractures dapat bersifat alamiah karena prosesproses geologi tetapi juga dapat terjadi karena sebab-sebab mekanis selama pengeboran (induced fractures). Fractures ini dapat disebabkan antara lain: o



Penekanan (pressure surge) pada waktu masuknya stang bor / mata bor



o



Kenaikan tekanan karena drilling practice yang tidak benar, misalnya tekanan pompa terlalu tinggi, lumpur terlalu kental, gel strength terlalu besar. Dapat juga karena perlakuan yang kurang sesuai misalnya menjalankan pompa secara mengejutkan, dan lain sebagainya.



Hilangnya lumpur bor tidak hanya dipengaruhi oleh faktor formasi saja akan tetapi juga dipengaruhi oleh sifat lumpur dan juga operasional pengeboran yang akan dijelaskan sebagai berikut:



-



Squeeze effect Saat menurunkan rangkaian stang bor terlalu cepat dan ditambah lumpur yang kental maka lumpur yang berada di bawah mata bor akan terlambat naik ke annulus di atas mata bor. Hal ini menyebabkan lumpur di bawah mata bor tertekan ke formasi karena kondisi antara rangkaian stang bor dengan lubang seperti sebuah piston. Peristiwa ini dikenal sebagai squeeze effect. Akibat dari squeeze effect dapat menyebabkan formasi pecah dan lumpur masuk ke formasi.



-



Berat jenis lumpur yang tinggi Karena berat jenis lumpur yang digunakan tinggi maka tekanan hidrostatis lumpur akan menjadi besar. Bila menemui lapisan yang tekanan rekahannya kecil maka formasi akan terjadi rekahan-rekahan dan akibatnya adalah sama seperti yang diuraikan di atas.



-



Viskositas lumpur yang tinggi Bila viskositas lumpur tinggi maka tekanan sirkulasi lumpur di annulus akan cukup tinggi yang mengakibatkan formasi pecah bila formasi tidak kuat.



-



Gel strength lumpur yang tinggi



VIII - 6



Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis



Gel strength sangat penting di waktu tidak ada sirkulasi yaitu akan menahan cutting supaya tidak turun ke dasar lubang. Dalam kondisi ini material pembuat lumpur diusahakan tidak menumpuk di dasar lubang. Apabila gel strength tinggi maka untuk memulai sirkulasi yang sempat terhenti akan diperlukan tenaga pompa yang cukup besar. Bila formasi tidak sanggup menahan tekanan pompa yang besar ini maka formasi akan pecah. -



Pemompaan yang mengejutkan Pemompaan lumpur yang mengejutkan akan menyebabkan formasi pecah jika formasi tidak kuat. Akibatnya adalah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada waktu mata bor menembus formasi ini maka lumpur akan mengisi gua, celah, dan rekahan yang ada.







Tindakan Pencegahan



Pengalaman menunjukkan bahwa sekitar 50% dari hilangnya lumpur pengeboran terjadi karena induced fracture. Dalam hal ini hilangnya lumpur dapat terjadi dimana-mana tidak terlalu terpengaruh oleh jenis formasi. Dengan demikian pencegahan akan lebih murah daripada mengatasi hilangnya lumpur pengeboran bila sudah terjadi. Beberapa hal yang perlu diingat untuk pencegahan antara lain: -



Berat lumpur Berat Lumpur perlu dijaga agar tetap minimum sekedar mampu mengimbangi tekanan formasi. Serbuk bor (cutting) yang berada di annulus juga mengakibatkan penambahan berat lumpur. Sehingga pembersihan lubang bor memegang peranan yang penting.



-



Viscosity dan gel strength Gel strength juga dijaga agar tetap kecil, gel strength yang besar memerlukan tenaga yang besar pula untuk menyirkulasikan gel tersebut, tenaga yang besar ini akan dapat mengakibatkan pecahnya formasi. Disarankan agar rotary table dan spindle digerakkan terlebih dulu sebelum menjalankan pompa, disamping itu dalam menjalankan pompa tidak dilakukan dengan mengejutkan (perlahan-lahan dalam membuka kran/katup).



-



Pada waktu menurunkan stang bor dan mata bor harus dihindari terjadinya pressure surge untuk mencegah pecahnya formasi, juga pada waktu mencabut atau menaikkan stang bor dan mata bor harus dihindari terjadinya swabbing.



-



Harus dipergunakan lumpur pengeboran yang baik dan stabil. Hal ini dapat mengurangi negative mud seperti caving dan sloughing bridging. VIII - 7



Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis







Cara Mengatasi Hilangnya Lumpur Pengeboran



Cara mengatasi hilangnya lumpur pengeboran ini sangat berbeda satu dari yang lain, tergatung dari sebab-sebab, sifat formasi, dan sebagainya. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mengatasi hilangnya lumpur pengeboran: -



Bahan penyumbat Dalam mengatasi hilangnya lumpur pengeboran dipergunakan bahan penyumbat antara lain: o Granular material sepeti nut shells, nut plug, dan tuff plug o Fibrous material seperti leather floc, fiber seal, dan chip seal o Flakes seperti mica dan cellophare o Kombinasi jenis bahan-bahan tersebut di atas. Demikian pula ukurannya dapat dicampur dari yang halus (fine), medium, serta yang kasar (coarse) o Heat expanded material seperti expandedperlite o Bahan-bahan khusus seperti high filter loss slurry, bentonite diesel oil slurry, atau bentonite diesel oil cemen slurry



-



Seepage losses Adalah bila hilangnya lumpur pengeboran dalam jumlah yang relatif kecil yaitu kurang dari 15 bbl/jam, usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah: ƒ



Mengurangi berat lumpur pengeboran, tekanan pompa, dan periode menunggu



ƒ



Dapat dicoba menambahkan bahan penyumbat dengan cara: -



Menyiapkan bahan penyumbat dengan lumpur khusus untuk membawa bahan-bahan tersebut sekitar 200 bbl.



-



Bahan penyumbat akan lebih baik apabila terdiri dari bermacam-macam jenis serta ukuran dengan konsentrasi sekitar 25-35 lbs/bbl lumpur. Apabila hilangnya lumpur pengeboran makin besar maka jumlah serta ukuran bahan penyumbat harus diperbesar.



-



Bahan penyumbat dipompakan ke dalam lubang bor, pada saat bahan penyumbat sampai pada dasar mata bor maka pengeboran dapat dimulai lagi. Dengan demikian sirkulasi lumpur bor akan kembali normal (seimbang), apabila



sirkulasi



masih



belum



normal



maka



penyumbatan



dengan



batchmethod ini dapat diulang hingga berhasil. -



Complete loss of returns Adakalanya lumpur pengeboran tidak keluar kembali dari lubang bor tetapi lubang bor tetap penuh. Hal yang dapat diusahakan antara lain dengan memakai highfilterloss slurry atau soft plug. VIII - 8



Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis



-



Lumpur tidak sampai ke permukaan Keadaan ini sangat berbahaya karena akan terjadi pengurangan tekanan hidrostatis lumpur pengeboran yang selanjutnya dapat terjadi wellkick. Usaha yang harus segera dilakukan adalah mengisi lubang annulus dengan air yang jumlahnya harus diperhitungkan atau lubang bor disumbat terlebih dahulu dengan bahan penyumbat sebelum pengeboran dilanjutkan.



-



Blind drilling Adakalanya pengeboran menembus formasi dengan tekanan yang sangat rendah bahkan di bawah tekanan hidrostatis air. Usaha yang dapat dilakukan antara lain pengeboran dengan lumpur yang sangat ringan misalnya aeratedmud atau mistdrilling sampai mencapai formasi yang cukup keras untuk kemudian dipasang casing dan disemen.



Stang Bor Terjepit •



Pengertian



Dalam kenyataannya operasi pengeboran tidak selalu berjalan lancar. Seringkali stang bor terjepit, benda-benda asing terjatuh, atau benda yang tertinggal di dalam lubang bor (stang bor patah), semua benda ini disebut dengan fish. Hal ini dapat menggangu kelancaran operasi pengeboran, peralatan-peralatan tersebut harus dikeluarkan dulu dari lubang bor sebelum operasi pengeboran dapat dilanjutkan. Operasi pembersihan lubang bor ini sering disebut sebagai pemancingan. Sedangkan peralatan khusus yang dipakai dalam operasi pemancingan ini disebut sebagai alat pancing. Selanjutnya jenis serta ukuran dan bentuk benda yang harus dipancing sangat belainan dan ini memerlukan prosedur serta peralatan yang berbeda pula. •



Jenis dan Sebab Jepitan



Ada 3 sebab utama dari terjepitnya rangkaian stang bor, yaitu: -



Caving soughing Akibat pengeboran menembus formasi yang tidak stabil dan mudah runtuh terutama shale, gejala yang tampak pada problem ini antara lain: •



tekanan pompa naik







serbuk bor / cutting bertambah



VIII - 9



Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis







ada sangkutan (drag, bridges)







torsi naik







bit balling







lumpur: viskositas naik, air fitrasi naik, gel strength naik



Sebagai cara pencegahan terhadap masalah ini adalah pemakaian mudpractice serta drilling partice yang baik. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini antara lain sirkulasi yang intensif (turnkan water loss,pelumasan), kemudian perendaman (spotting ) dengan minyak atau oil soluble surfactant. -



Key seat Key seat atau lubang kunci ini dapat terjadi pada lubang bor miring. Hal ini terjadi karena gesekan rangkaian stang bor dengan dinding lubang bor bagian atas dan membentuk semacam lubang kunci jika lubang bor dilihat dari atas. Biasanya jepitan terjadi waktu mencabut stang bor. Untuk pencegahannya dapat dilakukan dengan menghindari belokan tajam (dog leg). Pada sumur miring belokan yang disarankan maksimum 3/100 ft.



-



Defferential pressure sticking Jepitan jenis ini terjadi apabila: •



formasi porous dan permeabel







lumpur terlalu berat sehingga tekanan hidrostatis lumpur melebihi tekanan formasi







lumpur kurang stabil (water loss tinggi, mud cake tebal)



Dalam hal ini tidak tampak adanya gejala sebelum jepitan. Jepitan jenis ini dapat terjadi pada sumur bor miring maupun sumur bor tegak. Sebagai tindakan pencegahan antara lain: •



mengurangi berat lumpur dan air filtrasi, pelumasan, dapat dipakai oil emulsion mud, oil invert emulsion mud atau oil base mud



• •



memakai stabilizer dan spiral grooved drill collar pada rangkaian bor



Jenis dan Sebab Jepitan



Ada bermacam-macam jenis fish yang terdapat di dalam lubang bor. Jenis, ukuran, dan bentuknya dapat bermacam-macam tergantung dari situasi serta penyebab adanya fish tersebut. Secara umum jenis fish ini dapat dikelompokan sebagai berikut: ƒ



Stang bor terjepit



ƒ



Stang bor lepas / patah



ƒ



Stang bor terlepas seluruhnya atau sebagian dan terjatuh ke dalam lubang bor



VIII - 10



Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis



ƒ



Pipa selubung (casing) terjepit, pecah, atau lepas



ƒ



Kabel swab atau kabel loging putus



ƒ



Peralatan-peralatan kecil atau benda-benda asing lainnya yang jatuh ke dalam lubang bor



Jenis, ukuran, dan bentuk fish serta situasi dan kondisi lubang bor banyak menentukan cara pemancingan serta alat yang diperlukan. •



Pengenalan Masalah



Sebelum mulai operasi pembersihan lubang bor dari fish yang tertinggal maka harus menentukan dulu perincian serta cirri-ciri dari fish tersebut, dimana fish berada, dan sebab-sebab mengapa fish berada di situ.



Sebagai contoh pada stang bor terjepit. Sebelum atau dalam proses pembebasannya perlu diketahui ukuran stang bor, ukuran lubang bor, tempat jepitan, sebab stang bor terjepit, dan seterusnya. Contoh lainnya pada stang bor yang patah dan tertinggal di dalam lubang bor. Maka perlu diketahui ukuran stang bor dan ukuran lubang bor, berapa stang bor yang tertinggal, dimana, bagaimana bentuk patahan, apakah lubang bor miring, dan lain sebagainya. Dengan dasar pengetahuan tersebut dapat ditentukan langkah atau cara pemancingan serta peralatan yang diperlukan. •



Jenis-Jenis Operasi dalam Pemancingan



-



Sirkulasi Sirkulasi merupakan cara yang sering diterapkan untuk membebaskan stang bor yang terjepit, yaitu dengan cara : •



Sirkulasi intensif dan diberi pelumas pada lumpur bor, bila stang terjepit karena endapan atau longsoran pasir, shale, atau clay







bila jepitan karena perbedaan tekanan (differential pressure sticking) berat lumpur dapat dikurangi.



-



Perendaman Bila pipa terjepit maka perlu dicari tempat jepitan, biasanya jepitan terjadi karena endapan atau longsoran pasir, shale, atau clay. Bila demikian dapat dipompakan cairan perendaman pada lokasi tempat jepitan. Sambil direndam, pipa dicoba VIII - 11



Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis



digerakan naik turun atau diputar. Waktu perendaman dapat singkat atau sampai beberapa jam. Sebagai cairan perendam dapat dipakai minyak, oil base mud, invert oil emulsion mud, asam klorida (HCl), atau yang popular saat ini adalah oil soluble surfactant (misalnya pipe lax) yang dilarutkan dalam diesel oil, dengan jumlah ratarata satu galon surfactant untuk tiap barrel minyak. Dalam hal ini perlu diperhatikan agar cairan perendam benar-benar berada di daerah jepitan.



-



Pengeboran kurung (wash over) Bila stang bor yang tertinggal di dalam lubang bor karena patah atau dipotong dalam keadaan terjepit, maka jepitan harus dibersihkan dulu sebelum pipa dapat diangkat. Pembersihan sekeliling pipa ini dapat dilakukan dengan pengeboran sekelilingnya.



-



Sidetrack dan Abandon Adakalanya stang bor yang terjepit tidak dapat dibebaskan. Terpaksa lubang bor disumbat dengan semen (plug back) dan kemudian pengeboran dilanjutkan ke samping



(sidetrack).



Kemungkinan



lain



adalah



sumur



disumbat/ditutup



lalu



ditinggalkan. •



Alat Pancing



Alat pancing secara keseluruan dapat dikelompokkan dalam alat pancing itu sendiri dan alat-alat pembantu untuk melaksanakan operasi pemancingan, termasuk juga alat keselamatan agar rangkaian stang bor pemancignan itu sendiri tidak terjepit.



-



Alat pancing pipa: •







-



-



dari luar: -



die collar



-



overshot



dari dalam: -



taper tap



-



pipe spear



Alat pancing benda-benda kecil : •



junk basket







fishing magnet



Alat pancing kabel:



VIII - 12



Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis



• -



cable spear



Alat pemukul: •



bumper sub







jar: mechanical rotary jar, hydraulic jar, surface jar.



-



Alat pemotong pipa: internal cutter dan external cutter



-



Alat penyelamat: safety joint



-



Lain-lain: milling shoe dan casing roller







Rangkaian Alat Pancing



Untuk pemancingan benda–benda dimana ada kemungkinan tidak dapat terlepas terutama untuk stang bor, maka disarankan agar dalam rangkaian alat pancing tersebut dipasang : -



Safety joint, sebagai pengaman di atas alat pancing



-



Jar/bumper sub, untuk memukul dan membantu melapaskan jepitan



-



Drill collar, sebagai pemberat



-



Jar accelerator, diperlukan bila jepitan tidak dalam



Semburan Liar (Blow Out)



Untuk menjelaskan arti semburan liar/blow out terlebih dahulu akan diperkenalkan istilah kick yaitu masuknya fluida formasi (air, gas, atau minyak ) ke dalam lubang sumur. Hal ini dikarenakan lumpur pengeboran tidak dapat mengontrol tekanan formasi yang disebabkan karena turunnya tekanan hidrostatis lumpur pengeboran dan naiknya tekanan formasi. Lumpur pengeboran memberikan tekanan hidrostatik kepada formasi yang akan semakin besar sejalan dengan pertambahan kedalaman. Bila tekanan hidrostatis lebih kecil dari tekanan formasi terjadilah kick. Fluida formasi yang sudah masuk ke dalam lubang sumur ini mempunyai tekanan yang besar sehingga fluida ini mengalir ke permukaan. Kalau tidak dapat dikontrol dengan cepat maka akan terjadi semburan fluida formasi tersebut ke permukaan, hal inilah yang disebut dengan blow out. Bila yang menyembur adalah minyak dan atau gas maka akan sangat berbahaya sekali terutama jika terdapat sepercik api yang akan menyebabkan kebakaran. Apabila blow out berupa air maka masih dapat diusahakan untuk menutup peralatan-peralatan pencegah semburan liar.



VIII - 13



Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis



Faktor yang mempengaruhi tekanan hidrostatis lumpur adalah berat jenis lumpur dan ketinggian kolom lumpur. Apabila terdapat salah satu atau keduanya yang rendah maka akan menyebabkan turunya tekanan hidrostatis lumpur.



-



Berat jenis lumpur turun Bercampurnya fluida formasi dengan lumpur bor akan menyebabkan berat jenis lumpur turun, hal ini dapat ditinjau dari beberapa sebab, yaitu: •



Swab effect Terjadi apabila pencabutan rangkaian stang bor terlalu cepat maka antara rangkaian stang bor dan dinding lubang bor akan mirip seperti halnya piston dan silinder. Ruang di bawah bit yang ditinggalkan oleh rangkaian pengeboran menjadi vakum dan fluida formasi akan tersedot (terhisap ke dalam lubang bor). Ditambah lagi dengan viskositas lumpur yang besar (lumpur kental) maka gerakan lumpur yang ada di atas bit terlambat mengisi ruangan di bawah bit. Akibatnya akan masuk fluida formasi ke dalam lubang dan bercampur dengan lumpur bor dan akan menyebabkan berat jenis lumpur turun. Hal ini dapat menurunkan tekanan hidrostatis dari lumpur bor.







Menembus formasi gas Saat menembus formasi gas maka cutting yang dihasilkan akan mengandung gas. Walaupun mulanya tekanan hidrostatis lumpur dapat membendung gas supaya tidak dapat masuk ke dalam lubang, tetapi gas dapat masuk ke dalam lubang bersama cutting. Gas keluar dari cutting masuk ke dalam lumpur, makin lama gas makin banyak sehingga akan menurunkan berat jenis dari lumpur bor. Apabila hal ini terjadi maka tekanan hidrostatis lumpur tidak dapat lagi membendung masuknya gas ke dalam sumur secara lebih besar.



-



Tinggi kolom lumpur turun Bila formasi pecah atau ada celah dan rekahan-rekahan pada lapisan di dalam lubang bor maka lumpur bor akan masuk ke dalam lapisan yang pecah atau bercelah tersebut sehingga tinggi kolom lumpur akan turun. Maksudnya di sini adalah tinggi kolom lumpur di annulus. Walaupun berat jenis lumpur tidak turun, tekanan hidrostatis dari lumpur akan turun dengan turunnya tinggi kolom lumpur.



VIII - 14



Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis



8.2 KENDALA-KENDALA NON-TEKNIS



Banyak kendala non-teknis yang sering dijumpai saat proses pengeboran di lapangan. Keberadaan kendala ini biasanya sangat mempengaruhi kemajuan proses pengeboran. Beberapa kendala tersebut diantaranya adalah: -



Lokasi base camp (tempat tinggal sementara bagi kru bor) Pada daerah tertentu kondisi keberadan base camp ini harus benar-benar aman. Gangguan dapat berasal dari manusia lain di sekitar lokasi dan juga karena adanya gangguan



dari



binatang–binatang



buas.



Adanya



kendala



ini



akan



sangat



mempengaruhi kondisi psikologis dan ketenangan bagi kru bor yang akhirnya akan mempengaruhi prestasi atau kecepatan pekerjaan pengeboran. -



Letak titik pengeboran harus terletak pada lokasi/daerah yang bebas dari masalah kepemilikan seperti tanah daerah sengketa, daerah–daerah yang dilindungi (cagar alam/budaya), dll. Kendala ini keberadaanya akan sangat mempengaruhi proses pekerjaan pengeboran terutama apabila pekerjaan pengeboran sudah berjalan.



-



Proses kegiatan pengeboran harus diusahakan tidak mengganggu kondisi lingkungan setempat terutama jika terletak di daerah pemukiman. Sehingga jam-jam kerja harus diatur agar keberadaannya seperti kerja lembur.



-



Kondisi kesehatan kru bor. Hal ini harus selalu diantisipasi agar mereka dapat bekerja secara kontinyu dan tidak terhenti karena adanya gangguan kesehatan dari salah satu kru bor. Hal ini akan sangat mempengaruhi efisiensi kerja pengeboran.



VIII - 15



BAB IX WELL LOGGING



Proses well logging penting sekali untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi secara berkesinambungan pada sumur-sumur eksplorasi agar diperoleh informasi yang lebih baik dari susunan geologi yang kemudian dapat dikorelasikan dengan sumur-sumur lainnya.



Well logging memberikan data yang diperlukan untuk evaluasi secara kuantitas dari lapisan pada situasi dan kondisi yang sesungguhnya. Kurva log memberikan informasi yang cukup tentang sifat-sifat batuan dan cairan. Dari sudut pandang pengambil keputusan, logging adalah suatu bagian yang penting dari proses pengeboran dan penyelesaian sumur. Sehingga adalah mutlak untuk mendapat data log yang akurat dan lengkap.



Log adalah suatu grafik kedalaman (kadang-kadang waktu) dari satu set kurva yang menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur. Pada dasarnya log dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam log, yaitu log lapangan (field print), dimana log ini dihasilkan dari log lapangan yang orisinil dan belum diubah sama sekali. Log Transmisi (field transmitted log) untuk menunjukkan bahwa mereka bukan turunan dari log lapangan melainkan log yang telah dikirimkan dari lokasi melalui jasa satelit atau telepon. Sedangkan log yang sudah diproses adalah log yang disunting atau diproses pada CPU dimana proses penyuntingan tidak harus dikerjakan di lapangan.



Ada beberapa metoda logging yang dapat dilakukan di dalam pelaksanaan pengukuran di dalam sumur, diantaranya adalah metoda temperatur, metoda magnet dan elektrik, metoda radiasi nuklir, metoda akustik, dan metoda gravimetri. Tentunya metoda-metoda ini dilakukan dalam pengukuran sesuai dengan tujuan-tujuan eksplorasi yang diinginkan. Sedangkan penerapan pengukuran logging dapat digunakan dalam penentuan litologi bantuan seperti lempung, lanau, pasir, batubara, dan beberapa litologi lainnya. Demikian juga dapat dimanfaatkan dalam penentuan porositas batuan, saturasi, permeabilitas, rekahan batuan, kemiringan batuan, dan sebagainya. Atau lebih spesifik lagi bahwa pengukuran logging dapat digunakan untuk tujuan eksplorasi minyak dan gas, eksplorasi



Bab IX, Well Logging



mineral radioaktif, eksplorasi batubara, eksplorasi mineral, eksplorasi panas bumi, ekplorasi potensi air tanah, geoteknik, dan beberapa keperluan penelitian ilmu-ilmu dasar. Beberapa contoh pengukuran geofisika lubar bor (well logging) diantaranya meliputi Spontaneos Potential (SP), Resistivity (Log Tahanan Jenis), Log Sinar Gamma, Log Gamma-Gamma (Density Log), dan Caliper Log.



8.1. SPONTANEOUS POTENSIAL (SP)



Log SP bisa digunakan untuk menentukan lapisan permeabel serta batas-batasnya, menentukan tahanan jenis air formasi (Rw), dan dapat memberikan indikasi kuantitatif dari lapisan serpih. SP merupakan beda potensial yang terjadi secara alamiah antara elektroda yang bergerak dalam lubang bor dengan elektroda yang terdapat pada permukaan. Arus listrik timbul karena adanya proses elektro kimia dan elektro kinetik. Proses elektro kimia terjadi karena adanya tegangan lempung dan tegangan difusi. Tegangan akibat elektro kinetik umumnya kecil sehingga dapat diabaikan. Nilai potensial dari jenis log ini dinyatakan dalam mili-Volt.



8.2. LOG TAHANAN JENIS



Prinsip dasar metoda log tahanan jenis adalah pengukuran harga tahanan jenis lapisan batuan dengan menggunakan elektroda arus dan elektroda potensial yang sama-sama dimasukkan ke dalam lubang bor. Arus yang dipancarkan oleh elektroda arus harus konstan sehingga seandainya formasi batuan terdiri dari batuan yang mempunyai tahanan jenis sama, maka elektroda potensial akan merekam beda potensial yang konstan. Metoda ini harus dilakukan sebelum dilakukan pemasangan pipa dan saringan.



Log tahanan jenis terbagi atas log tahahan jenis short normal (SN) dan long normal (LN). Short normal mempunyai spasi (jarak antara elektroda arus dan potensial dalam probe) adalah 16 inch dan long normal mempunyai spasi 64 inch. SN diharapkan dapat mendeteksi lapisan batuan pada zone terinfiltrasi lumpur (invaded zone) sampai zone transisi. Sedangkan LN pada zone tak terinfiltrasi lumpur (uninvaded zone).



8.3. LOG SINAR GAMMA



Prinsip dari log sinar gamma adalah perekaman radioaktivitas alami bumi dimana sumber radioaktivitas berasal dari tiga unsur yang ada dalam batuan yaitu Uranium (U), Thorium



IX - 2



Bab IX, Well Logging



(Th), dan Potasium (K) yang secara terus menerus memancarkan sinar gamma dalam bentuk pulsa-pulsa energi radiasi tinggi. Sinar gamma ini mampu menembus lapisan batuan dan dideteksi oleh sensor sinar gamma yang umumnya berupa detektor sintilasi. Setiap sinar gamma yang terdeteksi akan menimbulkan pulsa listrik pada detektor. Parameter yang direkam adalah jumlah dari pulsa yang tercatat per satuan waktu.



Beberapa kegunaan log sinar gamma ini diantaranya adalah: ƒ



Evaluasi kadar serpih



ƒ



Menentukan lapisan permeabel



ƒ



Evaluasi bijih mineral yang radioaktif



ƒ



Evaluasi lapisan mineral batuan yang bukan radioaktif



8.4. LOG GAMMA-GAMMA (DENSITY LOG)



Dengan menggunakan prinsip teori fisika kuantum, apabila sinar gamma dengan tenaga tinggi ditembakkan ke formasi/lapisan batuan maka akan ada 3 macam interaksi yang mungkin terjadi yaitu gejala foto listrik, hamburan Compton, dan produksi kembar.



Alat yang digunakan dalam jenis log ini adalah Litho-Density Tool (LDT). Alat ini dirancang untuk memberikan tanggapan terhadap gejala foto listrik dan hamburan Compton. Dengan memilih materi radioaktif alami yang memproduksi sinar gamma dengan tingkat tenaga antara 75 MeV dan 2 MeV maka hanya interaksi hamburan Compton yang efektif.



Foton sinar gamma bertumbukan dengan elektron dari atom di dalam batuan sehingga foton akan kehilangan tenaga energi akibat proses tumbukkan dan dihamburkan ke arah yang tidak sama dengan arah awal. Tenaga foton yang hilang sebetulnya diserap oleh elektron sehingga dapat melepaskan diri dari ikatan atom menjadi elektron bebas. Foton yang dihamburkan ini masih mampu menendang keluar elektron-elektron selama proses tumbukkan sampai akhirnya foton yang sudah melemah tersebut terserap secara keseluruhan sebagai akibat dari gejala fotolistrik. Jumlah elektron yang ditendang keluar oleh foton merupakan fungsi dari tenaga foton dan jenis mineral.



Densitas yang terukur oleh alat LTD sebagai akibat dari hamburan Compton sebetulnya adalah densitas elektron (jumlah dari elektron per satuan volum). Akan tetapi dapat dicari hubungan antara densitas elektron dan densitas formasi dengan cukup mudah



IX - 3



Bab IX, Well Logging



Pengukuran densitas merupakan salah satu metode yang paling sering dilakukan dalam eksplorasi batubara. Pengukuran densitas dapat dilaksanakan pada lubang yang kering atau yang terdapat fluidanya baik dalam lubang yang terbuka atau pun yang telah ada casing-nya.



8.5. LOG KALIPER (CALIPER LOG)



Log kaliper diperlukan untuk mendeteksi terdapatnya gejala keruntuhan dinding lubang bor (caving). Cairan di dalam dinding caving mempunyai harga densitas yang lebih rendah sehingga penyajian log kaliper biasanya disejajarkan bersama dengan log densitas.



IX - 4



BAB X ORGANISASI PENGEBORAN



10.1 SUMBERDAYA MANUSIA



Sumberdaya manusia adalah sangat penting sebagai syarat mutlak kelangsungan operasi pengeboran. Sumberdaya manusia terdiri dari pimpinan puncak yang menjalankan manajemen proyek pengeboran sampai kepada operator atau buruh bor yang melakukan pengeboran langsung di lapangan. Keberhasilan dari proyek pengeboran tergantung dari strategi dan manajemen yang diterapkan oleh pimpinan, dan disamping itu juga sangat dipengaruhi oleh kekompakan dan loyalitas dari semua unsur organisasi.



Bentuk organisasi dalam suatu kegiatan pengeboran umumnya terdiri dari: -



Pimpinan Puncak Teknik Pengeboran (Chief Drilling Engineer)



-



Teknisi Mesin



-



Inspektur Teknik Pengeboran



-



Kepala Teknik Pengeboran



-



Juru Bor



-



Staf Pelaksana



-



Administrasi



-



Keuangan Pimpinan Puncak Teknik Pengeboran (Chief Drilling Engineer)



Teknisi Mesin



Inspektur Teknik Pengeboran



Administrasi



Kepala Teknik Pengeboran



Juru Bor dan Staf pelaksana



Gambar 10.1. Struktur organisasi pengeboran.



Keuangan



Bab X, Organisasi Pengeboran



Setiap personal yang menduduki jabatan yang tertera dalam struktur organisasi di atas mempunyai tugas-tugas utama sebagai berikut :







Tugas Utama Pimpinan Teknik Pengeboran



a. Teknis -



Perencanaan, penyiapan, perkiraan jadwal waktu kerja untuk setiap operasi pengeboran dan pelaksanaannya



-



Perencanaan kebutuhan peralatan dan pelaksanannya untuk masing-masing kegiatan



-



Pengkoordinasian kerja inspektur/kepala teknik pengeboran dan pengawasan serta petunjuk kepada petugas lain berkaitan dengan aspek teknik tugas masing-masing



-



Pendataan dan pengecekan berbagai jenis peralatan untuk menjamin hasil yang maksimum dengan harga yang minimum



-



Pemeriksaan



sungguh-sungguh



terhadap



kemajuan



masing-masing



pengeboran dan memberikan laporan bulanan dan tiga bulanan kepada atasan terdekatnya -



Pengaturan tatacara pelaksanaan untuk menjamin efesiensi dan pemeliharaan berkala, dan perbaikan (overhaul) pemesinan, dan melakukan pengecekan teratur terhadap buku log dan catatan letak mesin lapangan



-



Perumusan



program



penelitian



pengembangan



industri



bor



dan



implementasinya guna memecahkan berbagai persoalan pengeboran -



Pelaksanaan program pelatihan bagi tenaga pelaksana pengeboran dalam rangka konsolidasi dan penegaran kembali pengetahuan pengeboran mereka.



b. Administrasi -



Melakukan pengecekan pengeluaran bulanan dan total pengeluaran untuk setiap operasi yang diperbandingkan dengan perkiraan biaya masing-masing operasi tersebut secara berkaitan agar pengeluaran biaya pengeboran dapat dipertahankan pada tingkat yang paling rendah



-



Persiapan dan usaha pemenuhan kebutuhan kantor, peralatan dan suku cadang operasi pengeboran dan menjaganya agar selalu tersedia sesuai kebutuhan



-



Pengukuran tepat waktu dan sesuai keperluan dalam pengeboran



X-2



Bab X, Organisasi Pengeboran



-



Pemeriksaan secara hati-hati setiap penerimaan yang berasal dan berkaitan dengan lapangan pegawai/karyawan



-



Menjamin penyimpanan dan keamanan peralatan yang memadai



-



Penyusunan secara cermat laporan akhir kebutuhan kantor/peralatan yang tidak dapat diperbaiki atau dikembalikan dari (pekerjaan) lubang bor.







Tugas Inspektur Kepala Teknik Pengeboran



-



Membantu Pimpinan Utama pada seluruh aspek seperti poin-poin di atas. Inspektur teknik pengeboran harus menjamin bahwa tuntutan pemeliharaan permesinan di daerah kerjanya sudah dilakukan tepat waktu



-



Pelaksanaan mobolisasi pegawai dan peralatan dari kantor pusat ke lapangan dari satu lapangan ke lapangan yang lainnya



-



Menjamin pelaksanaan yang ditetapkan untuk karyawan lapangan telah tepat sehingga diperoleh penggunaan peralatan yang optimal dan biaya yang minimal



-



Pengujian dan pemeriksaan peralatan baru yang berkaitan dengan pekerjaan teknis



-



Kemajuan dalam pemotongan-pemotongan berkaitan dengan operasi yang tertunda dan hambatan dari satuan penempatan bor diberbagai lapangan. Hal mana harus dipindahkan jika diperlukan setelah konsultasi dengan pimpinan utama pengeboran



-



Kejadian-kejadian



perlengkapan



yang



memerlukan



kesiapan



seluruh



alat



perbaikannya, meliputi alat perbaikan segera/dadakan (left hand recovery rod). Situasi mana memerlukan improvisasi alat perbaikan untuk mengembalikan setiap kerusakan alat/lubang bor, sehingga menuntut kejeniusan dan keahlian matang dari personalia/penanggungjawabnya. •



Staf Lapangan a. Operasi Bor -



Operator bor akan membantu dalam mengoperasikan mesin bor, mesin pompa, dan perlengkapannya,



-



Memeriksa secara langsung setiap unit/fungsi dari mesin-mesin maupun perlengkapannya sebelum dan sesudah shift berakhir untuk meyakinkan bahwa seluruhnya dalam keadaan baik. Mengecek baterai, air radiator, pelumasan, mesin-mesin dan lain sebagainya.



X-3



Bab X, Organisasi Pengeboran



-



Mencatat penggunaan setiap bahan bakar dan oli untuk setiap shiftnya,



-



Membantu/memandu tukang-tukang bor dalam pergantian shift sehingga proses pergantian pekerja dapat berjalan dengan baik



-



Membantu dalam melaksanakan perawatan dan perbaikan stang bor, tabung bor setiap minggunya di dalam camp



-



Memperbaruhi catatan-catatan program kemajuan dari hasil pekerjaan yang telah dicapai



-



Bertanggungjawab terhadap kewajiban lain yang ditugaskn asisten bor ataupun ahli bor



b. Buruh Bor -



Kewajiban utama dari buruh bor adalah untuk membantu operator bor dalam memeriksa perlengkapan dari mesin-mesin, misalnya, air, radiator, minyak pelumas, maupun pompa mesin berikut roda gigi pada setiap mulai pekerjaan



-



Membantu operator bor dalam mencatat selama proses pengeboran berlangsung dalam buku log bor



-



Berperan dalam hal operasional menaikkan dan menurunkan sambungan stang



bor,



misalnya



penarikan



tali/rantai



yang



berhubungan



dengan



kemacetan ala-alat bantu -



Mengatur



penempatan



pipa-pipa



dan



bertanggungjawab



terhadap



pengoperasian mesin pompa, generator, dll -



Membantu mengerjakan proses pemindahan peralatan dari satu tempat ke tempat lain



-



Menggali



tanah/batuan



untuk



membuat



sumur/bak



air,



memuat



dan



membongkar perlatan dari kendaraan, dll -



Membuat campuran beton untuk pondasi, lumpur dari campuran bentonit, membersihkan bak air setelah selesai dipergunakan dan membawa bahan bakar, bahan pelumas (oli) dll.



10.2 PEMBIAYAAN PENGEBORAN



10.2.1 Faktor-Faktor Pembiayaan



Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah biaya dalam pekerjaan pengeboran di antaranya adalah: -



Personil



X-4



Bab X, Organisasi Pengeboran



-



Metode pengeboran yang dipakai



-



Peralatan yang dipakai



-



Lokasi dan kondisi daerah



Faktor-faktor yang berkaitan dengan personil meliputi: -



Kemampuan teknis



-



Kemampuan fisik



-



Kemampuan manajemen



-



Kemampua bersosialisasi



Faktor-faktor yang berkaitan dengan metode dan peralatan yang dipakai akan sangat mempengaruhi jumlah biaya yang dianggarkan. Faktor-faktor tersebut dipengaruhi antara lain oleh: -



Kondisi geologi



-



Besar lubang yang direncanakan



-



Kedalaman pengeboran



-



Keahlian kru bor dalam pengoperasian alat



Kondisi lokasi pekerjaan pengeboran mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap jumlah biaya yang dibutuhkan, di antaranya adalah: -



Keadaan topografi daerah pengeboran (ketersediaan jalan transportasi, dll)



-



Kondisi medan (jenis transportasi yang ada)



-



Sarana pendukung yang ada di sekitar lokasi



Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya pengeboran tersebut di atas dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor biaya yang dapat diubah (variable factor) dan faktor yang tidak dapat diubah (fixed factor).



Faktor yang dapat diubah meliputi: -



Kemampuan mesin



-



Kemampuan personil



-



Sifat lumpur bor



-



Jenis mata bor



-



Dll



X-5



Bab X, Organisasi Pengeboran



Adapun faktor yang tidak bisa diubah meliputi kondisi geologi daerah setempat yaitu kekerasan batuan, tipe dan tekanan pori dari formasi.



10.2.2 Kontrol Pembiayaan Pengeboran



Untuk mencegah agar biaya pengeboran tidak melebihi target yang direncanakan maka perlu adanya beberapa perencanaan, pengawasan, dan analisa sebelum pekerjaan dimulai atau saat pengeboran dilakukan. Beberapa pengontrolan yang dapat dilakukan di antaranya adalah: •



Perencanaan yang baik terdiri atas: -



Analisa sasaran pengeboran dan merumuskan hal-hal yang harus dikerjakan untuk mencapai sasaran



-



Memutuskan



siapa



yang



akan



dipilih



untuk



mengerjakan



tugas



dan



menginstruksikan bagaimana dan kapan tugas itu mesti dikerjakan -



Menyusun standar kerja dan memotivasi kru bor untuk melakukan tugas dengan baik



-



Pembuatan daftar cek semua pekerjaan yang akan dilakukan







Pengawasan yang cermat terutama pada saat pekerjaan pengeboran berlangsung







Analisis yang seksama terhadap seluruh kegiatan pengeboran, baik evaluasi pada saat pengeboran di lapangan tengah berlangsung maupun setelah kegiatan pengeboran di lapangan selesai.



Beberapa contoh variabel yang perlu diperhatikan dan perlu diperhitungkan dalam rencana anggaran biaya dalam pekerjaan pengeboran secara ringkas dapat dilihat pada bagian Lampiran.



X-6



DAFTAR PUSTAKA



Cumming J.D. Diamond Drill Handbook. The Hunter Rose Company, Canada. 1980. Australian Drilling Industry Training Committee Ltd. Drilling, The Manual of Methods Applications and Management. Lewis Publisher, New York. 1996. Preston L. Moore. Drilling Practices Manual. The Petroleum Publishing Co., Tulsa – Oklahoma. 1974. Brosur Long Year. Koken Boring Machine Co. Acker Drill Co. Inc. Seranton. Toho Drilling Machine and Grouting Pump. Tone Corporation. Bradley W.M. Manufacture.



CONTOH RENCANA ANGGARAN BIAYA PENGEBORAN CORING



No 1



2



3 4



5



Uraian Mobilisasi - Peralatan - Tenaga kerja Moving antar titik - Personil - Peralatan Persiapan dan setting peralatan Pengeboran dan core box a. Upah tenaga kerja - Operator bor (1 orang) - Kru bor (3 orang) b. Akomodasi c. Solar d. Bensin e. Oli f. Core box @ 5 meter g. Impregnated bit seri 10 h. Bentonit lokal i. Depresiasi double core barrel j. Depresiasi mesin bor & peralatan Demobilisasi - Personil - Peralatan



Satuan



Volume



Harga (Rp)



m3 (Ton) orang orang m3 (Ton) Ls m org-hr org-hr hr liter liter liter buah buah kg buah buah org m3 (Ton) Total : Rp/m :



Jumlah (Rp)



CONTOH RENCANA ANGGARAN BIAYA PENGEBORAN SUMUR AIR TANAH



No I 1 2 3



Uraian Transportasi Mobilisasi, demobilisasi, & perpindahan antar lokasi titik bor. Material Personal a. Udara b. Darat



Satuan



Volume



Harga (Rp)



Ls Ls org org



2 x 0,5 2 x 0,8 Jumlah I



II 1



2



3



4



Persiapan dan Pengeboran Persiapan lapangan a. Pemasangan balok landasan b. Pengesetan mesin dan lokasi Pengeboran pilot hole dia 6” – 8” a. 0 – 50 b. 50 – 100 c. 100 – 150 d. 150 – 200 Logging a. Resistivity b. SP Reaming dia 10” – 12” a. 0 – 50 b. 50 – 100 c. 100 – 150 d. 150 – 200



lokasi lokasi



1x1 1x1



m m m m



1 x 50 1 x 50 1 x 50 1 x 50



m m



1 x 200 1 x 200



m m m m



1 x 50 1 x 50 1 x 50 1 x 50 Jumlah II



III 1



2



Konstruksi dan development Pengadaan dan pemasangan material a. Pipa dia 6” b. Pipa dia 4” c. Pipa piezometer dia 1” d. Screen dia 4” e. Reducer dia 4” – 6” f. Centraliser g. Plenes + tutup 6” h. Gravel i. Grouting cement Pembersihan sumur a. Pengocokan mekanis b. Water jetting c. Overpumping



m m m m buah buah buah m3 lubang



1 x 60 1 x 116 1 x 48 1 x 24 1x1 1x3 1x1 1x6 1x1



jam jam jam



1 x 12 1 x 12 1 x 12 Jumlah III



IV



Uji pemompaan a. SDDT b. Recovery test c. Long term test d. Recovery test e. Analisis air



jam jam jam jam sampel



1x8 1 x 12 1 x 48 1 x 12 1x2 Jumlah IV



Jumlah (Rp)



V



Laporan a. Laporan pendahuluan b. Laporan bulanan c. Laporan kemajuan d. Laporan akhir e. Laporan executive summary f. Laporan pedoman O & P



exp exp exp exp exp exp



0,07 x 6 0,47 x 6 1x6 0,07 x 10 0,07 x 10 0,07 x 10



Jumlah IV Total Biaya ( I + II + III + IV + V )