Diskusi 7 Difusi Dan Inovasi Pendidikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

IBM mendefinisikan E-Readiness adalah ukuran kualitas infrastruktur informasi dan komunikasi teknologi (ICT) suatu negara dan kemampuan para konsumen, bisnis dan pemerintah untuk menggunakan ICT. Dijelaskan dalam sebua Guide bahwa terdapat lima kategori pengukuran E-Readiness yaitu: 1. Jaringan akses 2. Jaringan belajar 3. Jaringan masyarakat 4. Jaringan ekonomi 5. Jaringan kebijakan. Menurut Kaur dan Abas (2004) E-leraning Readiness atau E-Readiness merupakan konsep baru. Readiness berarti siap secara fisik dan mental untuk melakukan sesuatu. E-readiness turut mempengaruhi kesuksesan program pendidikan yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses akademik. Pengertian e-readiness berbeda dari satu peneliti dengan peneliti yang lain. E-readiness merupakan tingkat dimana masyarakat disiapkan untuk berpartisipasi dalam teknologi yang dapat membantu untuk membangun menuju masyarakat yang lebih baik (dalam Waryanto, 2010). Secara umum, e-readiness merupakan kesiapan dan kemauan seseorang untuk terlibat dalam sistem pendidikan elearning. Dengan keadaan wilayah-wilayah di Indonesia yang dilanda oleh virus corona (COVID-19), mengharuskan masyarakat untuk Lockdown dan melakukan Social Distancing untuk mencegah penyebaran virus agar tidak semakin meluas. Hal tersebut meyebabkan terjadinya perubahan sosial masyarakat, masyarakat di tuntut untuk bisa dan biasa terhadap perubahan pada cara berkomunikasi, cara berfikir dan cara berperilaku manusia. Larangan untuk membuat keramaian atau perkumpulan juga sudah ditetapkan, sekolah-sekolah diliburkan dan dibuat menjadi sistem belajar di rumah. Sekolah tempat saya mengajar SDN 013863 Silo Bonto Kecamatan Silau Laut, terletak jauh dari pusat kota, merupakan kecamatan baru hasil pemekaran dari kecamatan Air Joman. Penduduknya banyak yang bekerja sebagai petani, buruh, nelayan, dan pedagang. Saat sekolah diliburkan karena pendemi virus corona, untuk memastikan para peserta didik tetap belajar di rumah maka dibuatlah



sebuah grup belajar di jejaring sosial Whatsapp, untuk mengirim tugas dan bahan pelajaran serta untuk berdiskusi. Namun, tidak semua peserta didik ataupun orang tua peserta didik yang bisa mengikuti proses pembelajaran tersebut karena beberapa alasan. Untuk melakukan hal yang sederhana seperti itu saja cukup sulit, bagaimana pula dengan e-learning. Penerapan e-learning membutuhkan kesiapan baik infrastruktur maupun organisasi yang menaungi sistem e-learning tersebut. Dalam proses pembelajaran peserta didik belum mampu melakukan E-learning dengan maksimal, banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah penghasilan orang tua, keterbatasan peserta didik yang memiliki gawai di rumah (apalagi komputer), mahalnya biaya internet yang mendukung untuk proses belajar, minimnya pengetahuan orang tua peserta didik terhadap penerapan gawai dalam pembelajaran dan kemampuan penggunaan internet dengan Mobile Phone masih terbatas. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Wisnujaya dan Surendro (2006) yang menyatakan bahwa kesiapan masyarakat dalam implementasi Ereadiness adalah: 1. Faktor budaya adopsi teknologi dalam masyarakat 2. Kapasitas sumber daya manusia (ICT literacy) 3. Infrastruktur teknologi yang dimiliki atau sampai pada masyarakat 4. Lingkungan bisnis yang mempengaruhi masyarakat dan pendapatan atau penghasilan yang mempengaruhi belanja masyarakat. Salah satu sekolah yang telah menerapkan elearning di tengah pendemi corona ini adalah SMA Muhammadiyah 8 Kisaran. Berada di tengah kota Kisaran, yang telah memiliki berbagai insfrastruktur untuk mendukung proses pembelajaran elearning. Ditambah lagi karena peserta didik merupakan siswa SMA yang keseluruhan siswanya telah memiliki gawai/Gadget atau bahkan laptop masingmasing. Guru bisa memberi langsung materi pelajaran atau bahkan soal ujian dan siswa langsung dapat membukanya lewat Handphone (Hp) atau gadget. Guru dan siswa dapat berinteraksi setiap saat melalui elearning tersebut.



Daftar Pustaka 1. http://cyber.law.harvard.edu/readinessguide/forward.html, Readiness for the Networked World ( A Guide for developing countries) di akses pada 04 April 2020. 2. Waryanto,



N.H.



E-readiness.



Artikel.



Http://blog.uny.ac.id/



nurhadi/2010/08/23/e-readiness, 2010. 3. Wijaya, Stevanus Wisnu, (2006), Kajian Teoritis : Model E-Government



Readiness Pemerintah Kabupaten/Kotamadya dan Keberhasilan EGovernment, Karya Tulis, Institut Teknologi Bandung.