Drama Bahaya Narkoba [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Wied
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Drama Bahaya Narkoba Pemeran: - Alfina Agustina - Rangga Saputra - Putri Febrianti - Ryan Fadila Akbar - Qky Rahma - Riska Yuliani - Galih Dwi



: Sebagai Ibu : Sebagai Ayah : Sebagai Mahasiswa : Sebagai Pecandu Narkoba : Sebagai Dokter : Sebagai Narator dan Polisi : Sebagai Polisi



Cerita: Narator



: Suatu hari Pak Rangga dan Ibu Alfina berkelahi.



Ibu Alfina : “Pak! Mengapa setiap hari kerjaan Bapak ini pulang malam saja? Apa yang Bapak kerjakan?” Pak Rangga : “Tidak ada urusannya denganmu! Lebih baik kamu diam saja.” Ibu Alfina : “Bagaimana mau diam? Kamu kerja pulang malam, apakah tidak memikirkan keluargamu sendiri?” Narator : Pada saat itu Putri bermaksud mau berbicara sesuatu kepada Ibu Alfina Ibunya. Namun karena tidak sengaja ia melihat orang tuanya berkelahi ia pun menguping. Pak Rangga : “Apa yang perlu dipikirkan? Anak kita sudah besar. Dia bisa menjaga diri dan kamu tidak perlu bekerja. Cukup cari pembantu saja! Apa susahnya? Semua harus aku!” Ibu Alfina : “Apa Bapak kira kita ini kaya raya? Bisa cari uang! Banyak orangorang berdatangan dan meminta uang pada saya. Katanya Bapak meminjam uang kepada merea untuk main judi. Apa masih bisa kita cari pembantu!” Pak Rangga : “ Ya! Karena kamu malas saja bekerja!” Ibu Alfina : “ Apa? Aku malas bekerja! Kamu yang malas bekerja, main judi terus.” Pak Rangga : “Terserah aku, itukan hakku!” Ibu Alfina : “Kamu…” Narator : Kemudian Putri keluar sambil menangis. Putri : “Sudah, Bu. Jangan dilanjutkan lagi.” (Elvi memohon sambil berlutut) Ibu Alfina : “Ini urusan orang tua! Lebih baik kamu pergi tidur saja.” Putri : “Tidak! Jika Ayah dan Ibu masih kelahi, saya tidak akan tidur.” Ibu Alfina : “Cepat! Jangan sampai membuat Ibu tambah marah lagi kepadamu!” Putri : “Tapi…” Ibu Alfina : “Cepat tidur!” Narator : Putri pun masuk ke kamarnya. Di kamarnya, ia merenungkan apa yang terjadi diantara kedua orang tuanya. Putri : “Sebenarnya, mengapa Ayah dan Ibu berkelahi? Ya, Tuhan. Tolong beri aku petunjukmu Ya, Tuhan. Hamba tidak ingin Ayah dan Ibu hamba berkelahi. Amin.” Narator : Putri pun tidur di kamarnya. Keesokan harinya, Putri berangkat kuliah. Kuliahnya tidak jauh dari rumahya. Ia pun mencari orang tuanya untuk berpamitan, tetapi tidak ada. Sehingga ia pun pergi tanpa berpamitan. Di jalan ia terus melamun dan menabrak orang-orang yang lewat.



Orang-orang : “Hey! Kalau jalan lihat-lihat, dong! Jangan melamun melulu.” Putri : “Ya, maaf.” Orang-orang : “Maaf-maaf!” Narator : Putri pun melanjutkan perjalanannya. Pada saat ia tiba di Universitas, ia masuk ke kelas dan duduk sambil melamun. Tiba-tiba Ryan Fadila, temannya menghampirinya. Ryan : “Hey! Mengapa melamun? Stress, ya!” Putri : “Ya! Apa urusannya sama kamu?” Ryan : “Enggak ada, cuma tanya.” Putri : “O…O…, bantuin aku, dong!” Ryan : “Hm hm, aku beri kamu sesuatu! Enak deh! Gratis! Dijamin stress kamu hilang dalam sekejap. Mau enggak?” Putri : “Serius kamu?” Ryan : “Ya iyalah, masa ya iyadong! Mau enggak?” Putri : “Boleh!” Ryan : “Nah, sekarang kita keluar!” Putri : “Ngapain?” Ryan : “Tapi, kamu mau kan barangnya!” Putri : “Ya udah!” Narator : Ryan pun keluar bersama Putri. Di tempat yang sepi, Ryan mengeluarkan sesuatu dari dalam kantongnya sambil melihat kesekelilingnya. Ryan Putri Ryan Putri



pun



: “Nah, ini dia barangnya!” : “Apaan ini?” : “Ini, obat penghilang stress! Mau coba?” : “Boleh!”



Narator : Putri pun mencoba obat itu. Ia tidak tau bahwa obat itu adalah narkoba. Tapi, mau bagaimana lagi ia sudah terjerumus ke dalam narkoba. Ia selalu memakai suntikan, menghisap rokok layaknya laki-laki. Setiap kali ia pulang kuliah, wajahnya pasti pucat! Kemudian, hingga akhirnya ibunya membawanya kerumah sakit. Ibu Alfina : “Ibu dokter, tolong periksa anak saya ini. Setiap pulang kuliah, mukanya selalu pucat!” Dr.Qky Rahma : “Baik, Ibu! Ibu tunggu di luar dulu, ya!” Ibu Alfina : “Baik, Ibu!” Narator : Kemudian dokter ditemani suster berada didalam ruangan pemeriksaan. Pada awalnya, dokter tersebut berfirasat bahwa Putri, pasiennya terkena narkoba. Namun setelah diperiksa, ternyata benar bahwa pasiennya itu telah terkena narkoba. Maka setelah dokter itu keluar, Ibu Alfina diajak untuk masuk ke dalam ruangannya. Dr. Qky Rahma : “Ibu, apakah anak ibu telah terjerumus ke dalam pergaulan bebas?” Ibu Alfina : “Tidak pernah, Ibu. Emangnya mengapa?” Dr. Qky Rahma : “Begini, Ibu! Setelah saya periksa, ternyata anak Ibu terkena penyakit yang disebabkan oleh narkoba!” Ibu Alfina : “Ah! Dokter ini pasti bohong!”



Dr. Qky Rahma : “Tidak, Ibu. Ini benar!” Ibu Alfina : “Sudahlah, mungkin dokter ini yang salah makanya hasilnya jadi begini!” Narator : Dokter itu hanya terdiam dan menghembuskan nafas saja. Ibunya pun pergi ke ruangan perawatan dan membawa Putri pulang. Ibu Alfina : “Putri, apakah kamu memakai obat-obatan terlarang? Seperti narkoba atau sabu-sabu!” Putri : “Tidak ada, Ibu. Emangnya kenapa?” Ibu Alfina : “Enggak, tadi dokternya tanya begitu. Ya, Ibu ragu-ragu makanya Ibu bilang tidak saja!” Putri : “Palingan dokternya aja yang salah!” Ibu Alfina : “Ya, mungkin begitu!” Narator : Walaupun begitu, Ibunya pun sedikit curiga. Maka, Ibu Alfina bermaksud untuk mengintai Putri ke kuliah. Ibu Alfina Putri



: “Putri, kamu pergi tidur saja dulu! Besokkan kamu kuliah!” : “Ya, sudah. Putri juga sudah capek,nih!”



Narator : Putripun pergi ke kamarnya dan tidur begitu juga dengan Ibunya. Keesokan harinya, Putri bangun pagi-pagi. Ia sudah mandi dan makan, kemudian ia masuk ke kamar Ibunya. Ia hendak mencuri uang Ibunya. Awalnya ibunya tidak tau mengapa Putri masuk ke kamar Ibunya. Namun akhirnya terjawab juga. Walau begitu, Ibunya diam-diam saja, karena Iunya mau mengintainya. Kemana pun Putri pergi, dengan hati-hati Ibunya mengintai sampai ia berhenti saat melihat Putri bertransaksi narkoba. Elvi Bayu



: “Nah, ini uangnya! Aku mau 5 Kg!” : “Oke-oke, cukup kok!”



Narator : Melihat kejadian itu, Ibunya lalu memfoto saat mereka bertransaksi dan menyadari bahwa perkataan dokter itu benar. Segeralah ia lapor pada polisi, walau terpaksa. Karena memang itu seharusnya yang Putri dapat. Ibu Alfina sedikit berlari menuju ke kantor polisi dan akhirnya sampai. Lalu Ibu Cici membuka pintu. Ibu Alfina : “Ibu polisi!” (Sambil terengah-engah) Ibu Riska Yuliani : “Sudah, tenangkan dulu diri Ibu!” Ibu Alfina : “Baiklah!” Ibu Galih Dwi : “Sudah agak baikan, Ibu?” Ibu Alfina : “Ya, sudah!” Ibu Galih Dwi : “Ada apa, Ibu?” Ibu Alfina : “Begini, Ibu! Anak saya memakai narkoba bersama temannya. Ia sekarang berada di Universitas!” Ibu Galih Dwi : “O…. Kalau begitu ayo kita lekas ke sana! Ibu alfina bisakah anda menunjukkan Universitas tempat anak Ibu kuliah?” Ibu Cici : “Bisa!” Ibu Riska Yuliani : “Kalau begitu, ayo!” Narator : Ibu Galih dan Ibu Riska pun ke Universitas yang ditunjukkan oleh Ibu Alfina Ternyata benar apa yang di katakan oleh Ibu Alfina, Putri memakai narkoba. Saat itu tampak ia sedang menggunakan narkoba.



Ibu Galih : “Angkat tangan!” Narator : Putri dan Ryan serentak terkejut dan angkat tangan. Putri : “Ada apa ini, Ibu?” RYan : “Ya, ada apa ini?” Ibu Riska : “Kalian telah terbukti memakai narkoba!” Ryan : “Mana buktinya?” Ibu Riska Yuliani : “Perlihatkan!” Narator : Ibu Christin pun memperlihatkan foto mereka dan mereka pun terkejut. Ibu Galih : “Sekarang ikut kami ke kantor polisi!” Putri : “Tapi…” Ibu Riska : “Sudah, ayo ikut!” Putri : “Ibu…Ibu…tolong Putri, Bu!” Narator



: Ibunya hanya bisa menangis saja melihat kejadian itu.