E1G019018 Tape Desy Lestari [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI “PEMBUATAN TAPE SINGKONG”



Disusun Oleh : Nama



: Desy Lestari



NPM



: E1G019018



Prodi



: Teknologi Industri Pertanian



Hari/ tanggal



: Rabu/ 2 Desember 2020



Anggota kelompok



: Aris Wibisono (E1G019062) Soni Pernanda (E1G01960) Huda Aulia (E1G019006) Weni Hariani (E1G019014)



Shift



: Rabu/14:00-16.00



Dosen



: 1. Tuti Tutuarima, S. TP., M. Si. 2. Ir. Hasanuddin, M. Sc.



Ko-ass



: Ade Tri Hartawi, S. TP.



LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2020



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengolahan makanan dengan cara fermentasi merupakan jenis pengolahan makanan yang cukup tua. Secara tradisional banyak dilakukan di tingkat rumah tangga. Indonesia sangat kaya akan produk-produk pangan hasil proses fermentasi. Salah satu contohnya tape. Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi. Tape dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda dengan makanan-makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol, pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme. Tape singkong adalah tape yang dibuat dari singkong yang difermentasi. Makanan ini populer di Jawa dan dikenal di seluruh tempat, mulai dari Jawa Barat hingga Jawa Timur. Di Jawa Barat, tapai singkong dikenal sebagai peuyeum (bahasa Sunda). Pembuatan tapai melibatkan umbi singkong sebagai substrat dan ragi tapai (Saccharomyces cerevisiae) yang dibalurkan pada umbi yang telah dikupas kulitnya. Ada dua teknik pembuatan yang menghasilkan tapai biasa, yang basah dan lunak, dan tapai kering, yang lebih legit dan dapat digantung tanpa mengalami kerusakan. Mikroorganisme yang terdapat di dalam ragi tape adalah kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp.; khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. Kedua kelompok mikroorganisme tersebut bekerja sama dalam menghasilkan tape. .2 Tujuan 1. Mahasiswa mampu memahami proses pembuatan tape. 2. Mengatahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembuatan tape.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tape merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan pangan berkarbohidrat atau sumber pati, yang melibatkan ragi di dalam proses pembuatannya. (Astawan dan Mita, 1991). Dalam proses fermentasi tape, digunakan beberapa jenis mikroorganisme seperti Saccharomyces Cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor sp., Candida utilis, Saccharomycopsis fibuligera, Pediococcus, dsb sp. (Ganjar, 2003). Pembuatan tape tidak hanya berbahan baku singkong maupun ketan. Tape juga dapat dibuat dari ubi jalar, melihat kandungan karbohidrat ubi jalar relatif tinggi yaitu sebesar 1635% per berat basah atau 80-90% per berat kering, sehingga ubi jalar layak dibuat menjadi tape (Susanto dan Suneto, 1994). Prinsip pembuatan tape ubi jalar sama dengan pembuatan tape ketan atau tape singkong. Keuntungan yang dimiliki ubi jalar dibandingkan ubi kayu yaitu daging umbi yang berwarna putih, krem, merah muda, kekuningan, dan jingga tergantung dari jenis umbi yang digunakan. Warna daging umbi ini memberikan warna tape ubi jalar yang lebih menarik (Sumantri, 2007 dalam Simbolon 2008). Fermentasi tape dapat meningkatkan kandungan VitaminB1 (tiamin) hingga tiga kali lipat. Vitamin ini diperlukan oleh sistem saraf, sel otot, dan sistem pencernaan agar dapat berfungsi dengan baik. Produk fermentasi ini diyakini dapat memberikan efek menyehatkan tubuh, terutama sistem pencernaan, karena meningkatkan jumlah bakteri dalam tubuh dan mengurangi jumlah bakteri jahat. Kelebihan lain dari tape adalah kemampuan tape untuk mengikat dan mengeluarkan aflatoksin dari tubuh. Aflaktosin merupakan zat toksik atau racun yang dihasilkan oleh kapang, terutama Aspergillus flavus. Toksik ini banyak kita jumpai dalam kebutuhan pangan sehari-hari, seperti kecap (Ganjar, 2003). Ragi merupakan starter yang digunakan untuk pembuatan produk fermentasi. Ragi tape umumnya memiliki bentuk pipih dengan diameter 4-6 cm dan ketebalan 0,5 cm (Hidayat, et al., 2006). Jumlah ragi atau starter yang digunakan mempengaruhi proses fermentasi tape, apabila jumlah ragi terlalu sedikit maka menghambat mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi tape, sedangkan jumlah ragi yang terlalu banyak justru akan memperlambat proses fermentasi tape (Astawan dan Mita, 1991). Aspergillus merupakan kapang amilolitik yang dapat menghidrolisis pati menjadi gula-gula sederhana, sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansenula dapat merombak gula menjadi alkohol. Bakteri Acetobacter dapat mengubah alkohol menjadi asam asetat (Steinkraus,1969)



Fermentasi adalah suatu proses perubahan kimia pada substrat organik sebgagai akibat aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroba, namun dalam beberapa hal fermentasi dapat berlangsung tanpa malibatkan mikroorganisme. Mikroorganisme pada proses fermentasi ini umumnya adalah bakteri asam laktat, bakteri asam asetat yaitu bakteri yang mampu mengubah zat gula dalam bahan menjadi asam, alkohol, dan karbondioksida. Terjadinya fermentasi ini maka bahan mengalami perubahan rasa, aroma, tekstur dan warna (Novary, 1999). Fermentasi juga dapat berfungsi untuk mengawetkan bahan pangan, peningkatan nilai gizi, dan perbaikan cita rasa yang telah dilakukan mungkin sejak zaman prasejarah oleh manusia dan hampir semua peradaban. Fermentasi pada masa mendatang akan menjadi cara yang semakin penting untuk membuat jenis pangan baru, di samping itu untuk maksud pengawetan yang bertambah nyata (Harris dan Karmas, 1989). Proses fermentasi dikenal juga dengan proses perombakan karbohidrat. Dimana dalam proses ini polisakarida akan dirombak atau dipecah menjadi disakarida, kemudian disakarida akan dipecah menjadi glukosa dan fruktosa dengan bantuan enzim amilase yang berasal dari kapang. Jika ragi semakin banyak maka enzim amilase juga akan semakin banyak sehingga glukosa dan fruktosa juga akan semakin banyak dan rasanya akan semakin manis. Dalam proses selanjutnya glukosa akan dirombak menjadi alkohol dan CO2 oleh bantuan enzim invertase yang berasal dari khamir atau bekteri. Semakin banyak jumlah glukosa maka akan semakin banyak juga alkohol yang dihasilkan, dan apabila fermentasi berlangsung lebih lama maka produksi alkohol juga akan semakin banyak, jika dilanjutkan dengan fermentasi dalam waktu yang cukup lama maka produksi asam asetat atau asam laktat juga akan meningkat, dan sebaliknya jika fermentasi sangat singkat maka produksi asam juga akan sedikit (Hidayat, 2006). Proses fermentasi yang berlangsung selama pembuatan tape terdiri dari tiga tahap penguraian yaitu : (1) molekul-molekul pati akan dipecah menjadi dekstrin dan gula-gula sederhana, merupakan proses hidrolisis enzimatik, (2) gulagula yang terbentuk akan diubah menjadi asam-asam organik dan alkohol, (3) asam organik akan bereaksi dengan alkohol membentuk citarasa tape yaitu ester (Hidayat, 2006).



BAB III METODOLOGI .1



Alat dan Bahan .1.1



Alat 



Pisau







Tali Rafia







Panci plastik







Pensil ukuran HB







Kompor atau alat pemanas







Sendok







Dandang untuk mengukus







Mortar







Kantong plastik ukuran ½ kg



.2



ragi



tapai) 



.1.2



(menghaluskan



Nampan



Bahan 



Ubi kayu



: 0,75 kg (basis berat)







Ragi tape



: ± 3,75 – 7,5 gram (± 5 – 10 gram ragi tapai/1 kg ubi kayu)







Air



: Secukupnya



Prosedur Kerja 1. Pilih ubi kayu yang bermutu baik (diutamakan yang baru dipanen) 2. Bersihkan ubi kayu dengan cara dikupas lalu dicuci 3. Potong-potong ubi kayu (10 cm) atau sesuai ukuran yang diinginkan, kemudian dicuci 4. Ubi kayu dikukus hingga matang (± 30 menit) 5. Ubi kayu matang, diangin-anginkan sehingga dingin 6. Haluskan ragi dengan mortar 7. Taburkan ragi halus merata diatas ubi kayu matang 8. Masukkan satu persatu ubi kayu yang sudah ditaburi ragi, ke dalam kantong plastik (dibagi menjadi 3 bagian kantong plastik), kemudian ditutup dibagian atasnya dengan tali rafia dan dibuat lubang seukuran pensil HB



9. Diperam selama ± 3 hari 3 malam; 10. Tape ubi kayu siap dikonsumsi atau dipasarkan.



BAB IV HASIL PENGAMATAN Paremeter Pengamatan



Hasil Pengamatan Setelah Fermentasi



Warna



Putih kekuningan



Aroma



Aroma alkoholik



Rasa



Manis Keasaman



Tekstur



Lunak dan berair



BAHAN DISKUSI 1. Faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan tape singkong! 2. Bagaimanakah peran mikroorganisme dalam perubahan sifat singkong menjadi tape? 3. Bagaimanakah karakteristik tape yang dihasilkan? JAWABAN 1



Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan fermentasi : a. Keasaman “pH” Makanan yang mengandung asam biasanya tahan lama, tetapi jika oksigen cukup jumlahnya dan gampang dapat tumbuh serta fermentasi berlangsung



terus, maka daya awet dari asal tersebut hilang. Tingkat keasamaan sangat berpengaruh dalam perkembangan bakteri. Kondisi keasamaan yang baik untuk bakteri ialah 4,5-5,5. b. Mikroba Fermentasi biasanya dilakukan dengan kultur murni yang dihasilkan di laboratorium, kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan c. Suhu Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan selama fermentasi. Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suhi pertumbuhan yang maksimal, suhu pertumbuhan minimal dan suhu optimal yaitu suhu yang memberikan terbaik dan suhu optimal yaitu suhu yang memberikan terbaik dan perbanyakan diri tercepat. d. Oksigen Udara atau oksigen selama fermentasi harus diatur sebaik mungkin untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan atau membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi. Misalnya ragi roti “Saccharomycess cereviseae” akan tumbuh lebih baik dalam keadaan aerobik, tetapi keduanya akan melakukan fermentasi terhadap gula jauh lebih cepat dengan keadaan anaerobik. 2



Mikroorganisme yang berperan dalam proses pembuatan tape adalah dari genus Aspergillus, Saccharomyces dan Acetobacter. Mikroba Aspergillus dalam pembuatan tape berfungsi untuk menghidrolisis pati pada bahan baku menjadi gula-gula sederhana, Saccharomyces berfungsi mengubah gula menjadi alkohol, sedangkan Acetobacter mengubah alkohol menjadi asam laktat. Hal ini sesuai dengan Ganjar (2003) bahwa dalam proses fermentasi tapr digunakan beberapa jenis mikroorganisme seperti Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Aspergillus dan Acetobacter.



3



Tape singkong yang telah melalui proses fermentasi memiliki tekstur yang lunak berwarna putih kekuningan. Beraroma alcohol dan rasa asam . Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astawan (2004), menunjukkan bahwa semakin lama waktu fermentasi tape, maka alkohol dan asam yang dihasilkan semakin banyak. Namun jika terlalu lama maka terjadi over fermentasi dan menjadi rusak.



BAB V PEMBAHASAN Pembuatan tape memerlukan ketelitian dan kebersihan yang tinggi  supaya singkong dapat menjadi lunak karena proses fermentasi yang berlangsung dengan baik. Ragi adalah bibit jamur yang digunakan dalam proses pembuatan tape. Agar pembuatan tape berhasil dengan baik, alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan harus bersih, steril, terutama dari lemak atau minyak . Alat-alat yang berminyak jika dipakai untuk mengolah bahan tape bisa menyebabkan kegagalan dalam proses fermentasi. Air yang digunakanpun juga harus bersih. Dalam praktikum ini ini dilakukan uji organoleptik terhadap sampel tape singkong yang dibuaUji organoletik tape singkong meliputi: warna, aroma, rasa, dan tekstur. Singkong memiliki warna umbi yang putih, setelah diolah menjadi tape warnanya tidak berubah masih tetap putih. Dalam praktikum ini juga warna yang dihasilkan dari tape bewarna putih kekuningan. Aroma dari tape yang sudah keluar yaitu aroma alkoholik, hal ini juga ditandai dengan berairnya tape. Pada tahap awal fermentasi ini bagian yang berperan adalah kapang, dalam hal ini kapang berperan memecah molekul-molekul pati menjadi dekstrin dan gula-gula sederhana, proses ini merupakan hidrolisa enzimatis. Menurut Suliantari dan Rahayu (1990), asam dan alkohol yang terbentuk dapat bereaksi membentuk ester yaitu senyawa pembentuk aroma. Aroma yang timbul pada tape ubi kayu meskipun tidak begitu terasa disebabkan karena aktifitas dari mikroorganisme yang ada pada ragi yaitu hansenulla, seperti yang telah dikemukakan oleh Steinkraus (1983) bahwa hansenulla dapat mengesterifikasi alkohol dan asam menghasilkan aroma tape. Rasa yang ada pada tape disebabkan karena adanya aktifitas dari mikroorganisme yang terkandung dalam ragi. Ragi dalam inokulum dalam pembuatan tape yang berupa kultur campuran dari beberapa mikroorganisme yang masing-masing memberi kontribusi dalam pembuatan produk (Supriyanto, 1995). Selain itu, proses fermentasi juga turut menciptakan rasa tape yang khas. Menurut Harris dan Karmas (1989), fermentasi menimbulkan perubahan tekstur, cita rasa, aroma, nilai cerna dan nilai gizi. Ditambahkan pula menurut Winarno (1982), pada proses fermentasi tape, gula diubah menjadi alkohol, asam-asam organik, gliserol, dan gas CO2. Esterifikasi antara asam dan alkohol menghasilkan ester yang membentuk cita rasa khas tape. semakin lama waktu fermentasi maka total gula tape ubi kayu dengan perlakuan suhu



27-30°C dan secara alami makin meningkat. Peningkatan total gula disebabkan karena enzim yang dihasilkan oleh mikroba pada ragi telah mulai aktif dan merombak pati ubi kayu menjadi gula-gula yang lebih sederhana. Menurut Zubaidah (1998), selama proses fermentasi, pembentukan gula sederhana akan meningkat setelah 24 jam kedua dan akan menurun setelah 24 jam ketiga. Jika proses fermentasi terus berlanjut maka bakteri asam laktat dan amilolitik akan merombak alkohol menjadi asam organik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astawan (2004), menunjukkan bahwa semakin lama waktu fermentasi tape, maka alkohol dan asam yang dihasilkan semakin banyak. Namun jika terlalu lama maka terjadi over fermentasi dan menjadi rusak. Prinsip dasar fermentasi pangan berpati adalah degradasi komponen pati menjadi dekstrin dan gula, selanjutnya diubah menjadi alkohol atau asam sehingga menghasilkan makanan fermentasi berasa manis, alkoholik dan sedikit asam atau manis sedikit asam. Berdasarkan hasil penelitian diketahui tekstur tape singkong memiliki rata-rata tekstur yaitu lunak. Tekstur tape singkong ini dipengaruhi karena pemberian ragi pada tape. Ragi tape merupakan inokulum yang umum digunakan dalam pembuatan tape yang selanjutnya untuk difermentasi. Fermentasi merupakan tahap terjadinya hidrolisis bahan berpati menjadi gula sederhana melalui serta diikuti perubahan gula menjadi alkohol. Dalam penelitian ini singkong yang dibuat tape dikukus terlebih dahulu sampai matang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astawan (2004) lama pengukusan singkong dan lama fermentasi juga dapat mempengaruhi tekstur tape. di Jawa Tengah tekstur tape yang sangat disukai adalah tape yang agak lembek (lunak) karena singkong sebelum dibuat tape dikukus terlebih dahulu sampai matang, sedangkan di Jawa Barat lebih disukai yang kering agak keras biasa disebut peuyem karena singkong dimasak setengah matang. Pada proses fermentasi semakin lama fermentasi yang dilakukan maka mikroorganisme yang berkembang akan semakin banyak sehingga yang mendegradasi pati menjadi dekstrin dan gula juga semakin banyak, maka tape semakin lembek bahkan berair.



BAB VI PENUTUP .1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari praktikum pembuatan tape singkong sebagai berikut 1. Proses pembuatan tape dari menyiapkan bahan utam yaitu singkong dan ragi, kemudain singkong dikukus dan di dinginkan. Setelah itu singkong ditaburi dengan ragi secara merata kemudian di simpan selama 2 hari sampai singkong mengeluarkan aroma alkoholik, dan teksturnya lembek. 2. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam membuat tape singong yaitu pada ragi dan kematangan singkong saat dikukus. fermentasi Saccharomyces cereviceae  pada singkong mengakibatkan singkong menjadi lunak dan terasa manis. Hal ini terjadi akibat menguraian karbohidrat menjadi gula yang lebih sederhana dan etanol. Pada proses pembuatan tape kualitas ragi sangat mempengaruhi keberhasilan pembuatan tape. .2



Saran Sebaiknya dilakukan inovasi pembuatan tapai, sehingga praktikan tidak hanya mengetahui cara pembuatan tapai secara umum namun dapat melakukan inovasiinovasi.



DAFTAR PUSTAKA Astawan, Made. 2004. Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Surakarta: Tiga Serangkai. Berlian, Zainal. Dkk. 2016. Jurnal Biota. Uji Kadar Alkohol Tapai Ketan Putih Singkong  Melalui  Fermentasi  dengan  Dosis   Ragi yang Berbeda. Vol. 2 No. 1. Cahyadi, Wisnu. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara. Hidayati, Darimiyya. Dkk. 2013. Argointek. Pola Pertumbuhan Ragi pada Fermentasi Kulit SIngkong. Vol. 7 No. 1. Jayus. 2005. Teknologi Singkong. Bagor: IPB Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Nurhayani. Dkk. 2001. Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi Ubi Kayu Melalui Proses Fermentasi. Vol. 6. No. 1. Rahmah, Hafsah Nur Laili , Nim. 04630027. 2010. Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Etanol dari Tape Singkong (Manihot Esculenta Crantz). Thesis. Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga. Rukmana, Rahmat. Yuniarsih, Yuyun. 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu. Yogyakarta: Kanisius Santosa, Agus. Prakosa, Cucut. 2010. Karakteristik Tapai Buah Sukun Hasil Fermentasi Penggunaan Konsentrasi Ragi Yang Berbeda. Vol. 22. No. 73. Sutanto, Teja Dwi. Dkk. Jurnal Gradien. Studi Kandungan Etanol Dalam Tapai Hasil Fermentasi  Beras Ketan Hitam Dan Putih. Vol. 2 No.1



LAPORAN SEMENTARA Objek praktikum



: Pembuatan Tape Singkong



Tanggal praktikum



: 4 Desember 2020



Nama



: Desy Lestari



NPM



: E1G019018



Shift



: Rabu (14.00-16.00)



Koass



: Ade Tri Hartawi, S.TP



Paremeter Pengamatan



Hasil Pengamatan Setelah Fermentasi



Warna



Putih kekuningan



Aroma



Aroma alkoholik



Rasa



Manis Keasaman



Tekstur



Lunak dan berair



BAHAN DISKUSI 1. Faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan tape singkong! 2. Bagaimanakah peran mikroorganisme dalam perubahan sifat singkong menjadi tape?



3. Bagaimanakah karakteristik tape yang dihasilkan? JAWABAN 1. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan fermentasi : a) Keasaman “pH” Makanan yang mengandung asam biasanya tahan lama, tetapi jika oksigen cukup jumlahnya dan gampang dapat tumbuh serta fermentasi berlangsung terus, maka daya awet dari asal tersebut hilang. Tingkat keasamaan sangat berpengaruh dalam perkembangan bakteri. Kondisi keasamaan yang baik untuk bakteri ialah 4,5-5,5. b) Mikroba Fermentasi biasanya dilakukan dengan kultur murni yang dihasilkan di laboratorium, kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan c) Suhu Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan selama fermentasi. Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suhi pertumbuhan yang maksimal, suhu pertumbuhan minimal dan suhu optimal yaitu suhu yang memberikan terbaik dan suhu optimal yaitu suhu yang memberikan terbaik dan perbanyakan diri tercepat. d) Oksigen Udara atau oksigen selama fermentasi harus diatur sebaik mungkin untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan atau membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi. Misalnya ragi roti “Saccharomycess cereviseae” akan tumbuh lebih baik dalam keadaan aerobik, tetapi keduanya akan melakukan fermentasi terhadap gula jauh lebih cepat dengan keadaan anaerobik. 2. Mikroorganisme yang berperan dalam proses pembuatan tape adalah dari genus Aspergillus, Saccharomyces dan Acetobacter. Mikroba Aspergillus dalam pembuatan tape berfungsi untuk menghidrolisis pati pada bahan baku menjadi gula-gula sederhana, Saccharomyces berfungsi mengubah gula menjadi alkohol, sedangkan Acetobacter mengubah alkohol menjadi asam laktat. Hal ini sesuai dengan Ganjar (2003) bahwa dalam proses fermentasi tapr digunakan beberapa jenis mikroorganisme seperti Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Aspergillus dan Acetobacter. 3. Tape singkong yang telah melalui proses fermentasi memiliki tekstur yang lunak berwarna putih kekuningan. Beraroma alcohol dan rasa asam . Hasil penelitian yang



dilakukan oleh Astawan (2004), menunjukkan bahwa semakin lama waktu fermentasi tape, maka alkohol dan asam yang dihasilkan semakin banyak. Namun jika terlalu lama maka terjadi over fermentasi dan menjadi rusak.