Effervescent B [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN I.1



Latar Belakang Seiring dengan perkembangan di bidang obat, bentuk sediaan dalam bidang farmasi juga semakin bervariasi. Sediaan obat tersebut antara lain sediaan padat, sediaan setengah, dan bentuk sediaan cair. Dengan adanya bentuk sediaan tersebut diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen. Salah satu contoh sediaan farmasi yang beredar di pasaran, Apotek, Instalasi kesehatan, maupun toko obat adalah sediaan padat. Sediaan solid adalah sediaan yang mempunyai bentuk dan tekstur yang padat dan kompak. Macam-macam sediaan solid pada obat antara lain: tablet, kapsul, pil, suppositoria, ovula, dan serbuk. Sediaan serbuk dapat diartikan sebagai campuran homogen dua atau lebih bahan obat yang telah dihaluskan. Penggunaan obat dalam bentuk serbuk sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama bagi anak-anak maupun orang dewasa yang susah atau sulit meminum obat baik dalam bentuk tablet, pil, ataupun kapsul. Serbuk dapat mengandung sejumlah kecil cairan yang disebarkan secara merata pada campuran bahan padat atau mungkin juga keseluruhan serbuk yang terdiri dari bahan padat yang kering. Serbuk dapat pula dibuat sebagai bahan obat dari tumbuh-tumbuhan yang dikeringkan secara alamiah atau merupakan dua atau lebih campuran unsur kimia murni. Serbuk yang terbuat dari bahan kimia yang ada baik kasar, cukup kasar , halus , dan sangat halus.



Serbuk dibagi menjadi dua yaitu serbuk bagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih sama dibungkus dengan kertas perkamen atau pengemas lain yang cocok. Sedangkan serbuk tak terbagi atau serbuk tabor (pulvis) adalah serbuk ringan yang digunakan untuk pemakain topical dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang untuk memudahkan penggunaan pada kulit. Serbuk mempunyai luas permukaan yang luas, sehingga serbuk mudah terdispersi dan lebih larut daripada bentuk sediaan yang dipadatkan. I.2



Maksud dan Tujuan



I.2.1 Maksud percobaan Memahami cara memformulasikan formula serbuk effervescent magnesium sulfat dengan metode yang sesuai serta evaluasi granul. I.2.2 Tujuan percobaan 1.



Dapat



mengetahui



cara



memformulasikan



magnesium sulfat dengan metode yang sesuai 2.



Dapat mengetahui evaluasi granul.



serbuk



effervescent



BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori umum II.1.1 Serbuk Menurut farmakope indonesia edisi ketiga, serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan. Sedangkan menurut farmakope edisi IV, serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemmakaian luar. Serbuk adalah campuran obat dari bahan kimia dalam bentuk kering, yang halus tebagi-bagi(Parrot, 1978). Secara kimia fisika, serbuk adalah partikel bahan padat yang mempunyai ukuran antara 10.000-0,1 mikrometer (Ansel, 1989). Obat paling sering digunakan dengan pemberian oral. Walaupun beberapa obat yang digunakan secara oral dimaksudkan larut dalam mulut, sebagian besar dari obat yang digunakan secara oral adalah ditelan. Dari semua ini sebagian besar dimaksudkan utuk efek sistemik dari obat, yang dihasilkan setelah terjadi absorpsi pada berbagai permukaan sepanjang saluran cerna. Beberapa obat ditelan untuk kerja lokal pada daerah yang terbatas dalam saluran cerna, yang dimungkinkan karena tidak larut atau daya absorpsi yang tidak baik melalui cara ini (Ansel, 1989). Dibandingkan dengan cara-cara lainnya, cara oral dianggap paling alami, tidak sulit, menyenangkan, dan aman dalam hal pemberian obat. Hal-hal yang tidak mennuntungkan pada pemberian secara oral termasuk



respons obat yang lambat (bila dibandingkan dengan obat-obat yang diberikan secara parenteral). Kemungkinan absorpsi obat yang tidak teratur, yang tergantung pada faktor-faktor seperti perbaikan yang mendasar, jumlah atau jenis makanan dalam saluran cerna, dan perusakan beberapa obat oleh reaksi dari lambung atau oleh enzim-enzim dari saluran cerna. Mungkin contoh yang paling penting dari yang terakhir ini adalah berbagai sediaan insulin, yang semuanya harus diberikan scara parenteral karena perusakan zat hormon yang berupa protein oleh enzim proteolitik dari saluran cerna. Apabila pengobatan dilakukan oleh pasien, mungkin sekali terjadi keraguan dalam pengambilan takaran yang sesuai dengan yang ditentukan dokter, dan tidak dapat disangkal bahwa bamyak contoh terjadinya kekurangan atau kelebihan dosis karena pengguanan obat-obat oleh pasien sendiri. Walaupun kesalahan dosis yang berhubungan dengan semua cara dalam penggunaan obat oleh pasien sendiri merupakan suatu kerugian, tidak saja pada cara oral yang dikenal, tidak ada jalan lain yang betul-betul efektif. Petunjuk yang memadai harus diberikan oleh dokter dan ahli farmasi pada pengunaan obat-obat oleh pasien sendiri(Ansel, 1989).  Keuntungan serbuk Adapun keuntungan serbuk, yakni: a). Menurut (FI edisi IV, 1995): 1. Sebagai campuran bahan obat sesuai kebutuhan. 2. Dosis lebih tepat, lebih stabil daripada sediaan cair. 3. Serbuk mempunyai luas permukaan yang luas.



4. Memberikan disolusi lebih cepat. 5. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut dari pada sediaan yang dipadatkan. 6. Anak-anak atau dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk. 7. Masalah stabilitas yang seringkali dihadapi dalam sediaan bentuk cair tidak ditemukan dalam sediaan bentuk serbuk. 8. Obat yang tidak stabil di dalam suspense atau larutan air dapat dibuat dalam bentuk serbuk dan granul. b). Menurut (Parrot, 1978): 1. Dilihat dari sisi medik, serbuk memiliki dosis yang lebih fleksibel daripada sediaan farmasi lainnya. 2. Untuk anak-anak dan beberapa orang dewasa yang sulit menelan tablet atau kapsul, dapat menggunakan serbuk. 3. Untuk diminum, serbuk dapat dicampurkan dengan segelas air atau dengan jus buah. 4. Dokter dapat menuliskan beberapa obat dan dosis dalam jumlah banyak. c). Menurut (DOM, 1975): 1. Serbuk lebih stabil dibandingkan dengan sediaan caiar, karena adanya reaksi kimia antara obat dalam sediaan ini. Reaksi antara obat dengan kondisi atmosfer biasanya terjadi lambat pada serbuk daripada cairan.



2. Ukuran partikel yang kecil dari serbuk lebih ceoat terdisolusi dalam cairan tubuh dibandingkan dengan sediaan padat yang terkompresi. Contoh; tablet.  Kerugian serbuk Adapun kerugian serbuk, yakni: a). Menurut (FI edisi IV, 1995): 1. Kurang baik untuk bahan obat yang mudah rusak/terurai dengan adanya kelembaban/kontak udara. 2. Bahan obat yang pahit rasanya akan sukar tertutupi rasanya. b). Menurut (Ansel, 1989): 1. Termasuk keengganan meminium obat yang pahit atau rasa yang tidak enak. 2. Kesulitan menahan terurainya bahan-bahan hogroskopis. 3. Mudah mencair atau menguap yang dikandungnya dan waktu serta



biaya



yang



dibutuhkan



pada



pengolahan



dan



pembungkusnya dalam keseragaman dosis tunggal. 4. Untuk mencapai efisiensi yang tinggi, serbuk harus merupakan adonan yang homogeny dari seluruh komponennya dan harus sempurna ukuran partikelnya. c). Menurut (DOM. 1975): 1. Obat yang tidak stabil dengan suhu kamar, tidak dapat dibuat dalam sediaan serbuk. 2. Obat yang pahit, muntah, dan korosif tidak dapat ditutupi ketika dibuat dalam sediaan serbuk.



d). Menurut (Parrot, 1978): 1. Obat-obat yang mempunyai rasa yang tidak enak, merupakan kerugian dari serbuk oral. 2. Terdapat bahan obat yang mudah teroksidasi dan mudah lembab, seperti belerang sulfat yang mudah teroksidasi dan menguap seperti tablet salut.  Karakteristik serbuk yang baik Karakteristik serbuk yang baik, yakni (FI edisi IV, 1995): 1. Homogenitas



dan



kering.



Kering



artinya



tidak



boleh



menggumpalatau mengandung air. Homogenitas dari suatu sediaan serbuk dapat dipengaruhi oleh faktor: a) Ukuran partikel b) Densitas/berat jenis  Pembagian Serbuk Serbuk dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu(Anief, 2004): a. Serbuk terbagi (pulveres) Serbuk bagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain yang cocok. sedangkan serbuk tabur (pulvis adspersorius) adalah serbuk bebas dari butiran kasar.



b. Serbuk tak terbagi Serbuk tak terbagi adalah serbuk yang tidak dibagi dalam jumlah yang banyak.Serbuk tak terbagi/pulvis dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu(Anief, 2004): a) Serbuk tabur Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit. Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka. b) Serbuk gigi c) Serbuk effervescent Serbuk efferfescent merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali dan mengandung unsurobatdalam campuran kering, biasanya terdiri dari natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat yang bila ditambahkan dengan air, asam dan basanya



akan



bereaksi



membebaskan



CO2



ssehingga



menghasilkan buih (Ansel, 1985).  Ukuran partikel serbuk a). Menurut (Ansel, 1985) Partikel serbuk obat berbentuk kasar dengan ukuran ±10.000 atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil.



b). Menurut (DOM, 1975) Serbuk terdiri dari partikel dengan ukuran dari 10.000 mikron (1 mikron = 0,001 mm) sampai 0,1 mikron, kebanyakan range yang dipakai dalam sediaan farmasi dalam bentuk serbuk adalah dalam parakoloidal dan koloidal (10-0,1 ).  Ukuran partikel sesuai nomor ayakan a). Menurut (Anief, 2004) Serbuk sangat kasar adalah 5/8 Serbuk kasar adalah (10/40): coarse powder Serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60): moderately coarse powder Serbuk agak halus adalah serbuk (44/85): moderately coarse powder Serbuk halus adalah serbuk (85): fine powder Serbuk sangat halus adalah serbuk (120/200) (300): fery fine powder b). Menurut (DOM, 1975) Very coarse melalui ayakan dengan No. 8 Coarse melalui ayakan dengan No. 20 Moderately coarse melalui ayakan dengan No. 40 Fine coarse melalui ayakan dengan No. 60 Very fine melalui ayakan dengan No.80



c). Menurut (Ansel, 1985) Very coarse powder (serbuk sangat kasar atau nomor 8). Semua partikel serbuk dapat melalui lubang ayakan nomor 8 dan tidak lebih dari 20% melewati lubang ayakan nomor 60. Coarse powder (serbuk kasar atau nomor 20). Semua partikel serbuk dapat melewati lubang ayakan nomor 20 dan tidak lebih dari 40% yang melewati lubang ayakan nomor 60. Moderately coarse powder (serbuk cukup kasar atau nomor 40). Semua partikel serbuk dapat melewatu lubang ayakan nomor 40 dan tidak lebih dari 40% melewati lubang ayakan nomor 60. Fine powder (serbuk halus nomor 60). Semua partikel serbuk dapat melewati lubang ayakan nomor 60 dan tidak lebih dari 40% melewati ayakan nomor 100. Very fine powder (serbuk sangat halus atau nomor 80). Semua partikel serbuk dapat melewati lubang ayakan nomor 80 dan tidak ada limitasi bagi yang lebih halus.



 DerajatHalus Serbuk Derajat halus serbuk dan nomor pengayak dalam farmakope dinyatakan dalam uraian yang dikaitkan dengan nomor pengayak yang ditetapkan untuk pengayak baku, seperti yang tertera pada tabel dibawah ini. Tabel 1: Klasifikasi serbuk berdasarkan derajat halus (Menurut FI IV, 1995)



Simplisia Nabati & Hewani



Bahan Kimia



Batas Derajat Klasifikasi



Nomor



Serbuk



Serbuk1)



Halus2) No.



Batas Derajat Halus2)



Nomor Serbuk1)



%



No. %



Pengayak



Pengayak



Sangat kasar



8



20



60



Kasar



20



40



60



20



60



40



Setengah kasar



40



40



80



40



60



60



Halus



60



40



100



80



60



120



Sangat halus



80



100



80



120



100



120



Keterangan.: 1. Semua partikel serbuk melalui pengayak dengan nomor nominal tertentu. 2. Batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah ditentukan.  Pengayakan Pengayakan adalah sebuah cara pengelompokan butiran, yang akan dipisahkan menjadi satu atau beberapa kelompok. Dengan demikian, dapat dipisahkan antara partikel lolos ayakan (butir halus) dan yang



tertinggal diayakan (butir kasar). Ukuran butiran tertentu yang masih bisa melintasi ayakan, dinyatakan sebagai butiran batas (Voigt, 1994). Teknik pemisahan dengan menggunakan pengayakan, merupakan teknik yang tertua, teknik ini dapat dilakukan untuk campuran heterogen khususnya campuran dalam fasa padat. Proses pemisahan didasari atas perbedaan ukuran partikel didalam campuran tersebut. Sehingga ayakan memiliki ukuran pori atau lubang tertentu, ukuran pori dinyatakan dalam satuan mesh (Voight, 1994). Dalam beberapa hal digunakan juga istilah umum untuk menyatakan kehalusan serbuk yang disesuaikan dengan nomor pengayak  Cara menghaluskan obat a). Menurut (Anief, 2004) a. Trituration, mencampurkan bahan obat dalam mortar b. Spatulation, mencampur bahhan obat langsung diatas kertas c. Sifting, cara mencampurkan bahan obat dalam suatu ayakan tertutup d. Tumbling, cara mencampurkan bahan obat dalam tempat tertutup yang dilengkapi dengan bola logam sebagai penggiling kemudian digoyang-goyangkan. b). Menurut (Ansel, 1985) a. Tirturasi, yaitu proses menggerus obat dalam lumpang untuk mengecilkan ukuran partikel



b. Spatulasi, suatu metode dimana seumlah serbuk dapat digerus di atas selembar kertas atau tatakan pembuat pil dengan gerakan spatula obat. c. Tumbling, metode dimana mengguling-gulingkan serbuk yang ditutup dalam suatu wadah besar, biasanya diputar oleh mesin. c). Menurut (DOM, 1975) a. Spatula, sejumlah kecil serbuk memiliki ukuran partikel dan kepadatan yang sama, dicampurkan di atas selembar kertas atau tatakan dengan menggunakanspatula. Hasil metode spatula yaitu serbuk memiliki ukuran partikel yang kecil dan kompak dan siap didispersikan ke dalam cairan. b. Tirturation, serbuk dicampurkan di dalam mortar digerus dengna lembut menggunakan alu. c. Tumbling, ketika menginginkan pencampuran serbuk yang sederhana, tanpa mereduksi ukuran partikel dan padatan yang normal seperti tirturasi, dapat menggunakan wadah bermulut besar dan tertutup. d). Menurut (Lahman, 1989) a. Penggerus



palu,



merupakan



penggerus



impact



yang



menggunakan rotas berkecepatan tinggi (sampai 10.000 rpm) dimana sejumlah penumbuk berayun terhimpun. b. Penggerus bola, adalah terdiri dari tabung berongga yang berputar horizontal berbentuk silinder dengan panjang sedikit lebar besar dari diameternya.



c. Penggerus energi-cairan, bahan ditahan dan dialirkan pada kecepatan tinggi oleh udara atau uap yang melewati lubanglubang pada 100 sampai 150 lebar per inci. d. Mesin penggerus  Masalah sediaan serbuk 1. Ukuran partikel 2. Bentuk partikel 3. Bobot jenis 4. Aglomerat (aglomerasi serbuk) 5. Serbuk kasar (coarse powder)  Pemakaian Dan Pembukusan Serbuk a). Menurut (Ansel, 1985) Tergantung pada pemakaian serbuk dibungkus dan diedarkan oleh ahli



farmasi dalam 2 cara umum, dalam



serbuk dengan



jumlah besar yang tidak terbagi-bagi atau sebagai serbuk yang terbagi-bagi. a. Serbuk curah. Setelah pengolahan pencampuran serbuk, seorang ahli farmasi dapat menyimpannya dalam wadah curah baik untuk pemakaian internal atau eksternal diantara serbuk-serbuk yang biasa disimpan dengan cara ini: 1. Serbuk antacid dan laksatif yang umumnya dipakai oleh pasien dengan cara mencampurkan serbuk tertentu (biasanya sesendok teh) dalam sejumlah air atau minuman lainnya dan ditelan.



2. Serbuk untuk disemprotkan umumnya dilarutkan dalam air hangat oleh pasien untuk dipakai melalui rahim (vagina) 3. Serbuk yang mengandung obat dan yang tidak untuk pemakaian luar (eksternal) yang penggunaannya menjadi aman dikulit diberikan dalam kaleng yang berlubang-lubang. 4. Serbuk tapal gigi atau pembersih gigi dipakai pada kesehatan gigi. Tergantung pada tujuan pemakaiannya serbuk dapat diberikan pada pasien dalam wadah kaleng yang berlubanglubang atau sejenis ayakan untuk pemakaian luar, dalam wadah aerosol untuk disemprotkan pada kulit, atau dalam botol bermulut besar. b. Serbukterbagi-bagi.



Pada



dasarnya



langkah-langkah



melipat/membungkus kertas pembungkus serbuk adalah sebagai berikut: 1. Letakkan kertas rata diatas permukaan yang keras dan lipatan ½ inci kearahmu pada garis memanjang dari kertas yang rata untuk



menjaga



keseragaman.kah



ini



harus



dilakukan



bersamaan dengan lipatan pertama sebagai petunjuk. 2. Letakkan serbuk yang telah ditimbang atau dibagi-bagi ketengah-tengah kertas yang telah dilipat satu kali, lipatannya mengarah kearah seberang dihadapmu.



3. Tariklan sisi panjang yang belum dilipati keatas dan letakkakn pada kira-kira garis lipatan pertama ini dilakukan dengan hati-hati agar tidak berceceran serbuknya. 4. Peganglah lipatan dan tekanlah sampai menyentuh dasar kertas dan lipatlah kehadapanmu setebal lipatan pertama. 5. Ambillah kertas keatas dengan lipatannya disebelah atas itu dan menghadap padamu hati-hati agar kedudukan serbuk didalamnya tidak terganggu, letakkan kertas yang baru sebagian dilipat ini pada kotak yang terbuka (yang kemudian akan menjadi wadahnya) sedemikian rupa sehinnga kedua sisi kertas pembungkus ini melewati kedua sisi kotak, tekanlah kebawah sehingga kedua yang kertas melengkung kebawah dan membentuk garis pada kedua ujung kertas tersebut. Lalu lepaskan kertas ini dari kotak dan lipat kedua ujungnya tepat pada tanda garis-garis tali, sehingga tidak akan keluar. 6. Kertas pembungkus yang telah dilipat itu satu persatu diletakkan pada kotak tadi dalam posisi lipatan berada disebelah atas menghadap sipembuat, ujungnya membelakangi sipembuat.



sedang lipatan



b). Menurut (Parrot, 1978) Dalam komunitas farmasi, serbuk terbagi dilipat dengan cara tradisional, yakni: 1. Kertas panjang dilipat kira-kira menjadi ½ inci. Lipatan tersebut akan digunakkan untuk bagian puncak kertas serbuk. Untuk menghemat waktu dan untuk mendapatkan lipatan bagian yang baik beberapa kertas mugkin dilipat sedikit. 2. Lipatan tersebut diarahkan kehadapanmu, kertas tersebut disusun atau ditempah tindih slide demi slide untuk sailing melengkapi. 3. Cara benar serbuk ditempatkan pada beberapa kertas yang besar 4. Tepi kertas diturunkan dan diletakkan diatas dan dicocokkan dengan lipatan atas kertas 5. Sebagian lipatan atas ditarik kehadapanmu sampai sisa kertas kira-kira menjadi setengah. 6. Lipatan ditari keatas dan letakkan pada ibu jari dan telunjuk jarijari tangan,dan lipatan kertas yang telah selesai diletakkan didalam box yang hanya cukup untuk kertas tersebut, sehingga semua lipatan kertas keliahatan nyaman. II.1.2. Granul A. Definisi Granul Granul merupakan gumpalan-gumpalan yang berasal dari partikelpartikel yang memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda dan sering ditujukkan untuk pengobatan.garnulan adalah gumpalan gumpalan dari



partikel-partikel yang lebih kecil, umumnya tidak merata dan menjadi seperti patikel tunggal yang lebih besar(Ansel,1985). Sebelum ditabletasi bahan obat dan bahan pembantu digranulasi (latinnya granula-butir) artinya partikel-partikel serbuknya mengandung suatu daya lekat disamping itu daya alirnya menjadi lebih baik. Granul obat terdiri dari partikel kecil yang tidak beraturan dengan ukuran antara 4 mesh-20 mesh(Ansel 1985). B. Tujuan Granulasi Tujuan suatu sediaan yang diolah menjadi granul antara lain (Voight, 1994): a. Untuk meningkatkan bobot jenis bulk secara keseluruhan. b. Untuk mendapatkan campuran yang mempunyai sifat alir yang baik (free flowing). c. Mengurangi debu dari serbuk halus yang digunakan. d. Mencegah terjadinya segresi /pemisahan akibat perbedaan bobot jenis, kemampuan dikempa. e. Untuk



meningkatkan



dan



mengontrol



kecepatan



disolusi



(wettability). C. Metode Granulasi a). Menurut (Ansel, 1985) 1. Metode kering Dalam metode ini, satu moleku air yang ada pada setiap molekul asam sitrat bertindak sebagai unsur penuntut bagi pencampuran serbuk. Sebelum serbuk-serbuk dicampur atau



diaduk Kristal asam sitrat dijadikan serbuk baru dicampurkan atau diaduk Kristal asam sitrat dijadikan serbuk baru dicampurkan dangan serbuk-serbuk lainnya, (setelah disalurkan melewati ayakan no.60) untuk menatapkan keseragaman atau meratanya pencampuran. Ayakan dan alat pengaduk harus dibuat dari stainless steel atau meratanya pencampuran. Ayakan dan alat pengaduk haru tahan terhadap pengaruh asam. Mencampur dam mengaduk serbuk ini dilakukan cepat dan lebih baik.pada lingkungan yang kadar kelembabannya rendah untuk mencegah terhisapnnya uap-uap air dari udara oleh bahan-bahan kimia dan oleh reaksi kimia yang terjadi lebih dini. Setelah selesai pengadukkan serbuk diletakkan diatas lempeng atau gelas atau mampan yang sesuai dalam sebuah oven/pemanas lainnya yang sesuai. Dan sebelumnya oven ini dipanasi antara 93oF-104oF. Selama proses ini serbuk dibolak balikkan dengan memakai spatel asam panas menyebabkan lepasnya air Kristal dari asam sitrat,, dimana yang pada gilirannya melarutkan sebagian dari campuran serbuk, mengatur reaksi kimia dan akibat melepasnya beberapa karbondioksida. Ini menyebabkan bahan serbuk yang dihaluskan menjadi agak seperti spon dan setelah mencapai kepadatan yang tepat (seperti ada adonan roti), serbuk ini dikeluarkan dari oven dan dikemas melalui suatu ayakan tahan asam untuk membuat granul sesuai dengan ukuran yang diinginkan.



2. Metode basah Berbeda dengan metode peleburan dalam hal sumber unsure penentu tidak perlu pada air Kristal asam sitrat, akan tetapi boleh juga air ditambahkan kedalam bukan pelarut (seperti alcohol) yang digunakan sebagai unsur pelembab untuk membuat adonan bahan dan larutan untuk pembuatan granul. b). Menurut (Joseph, 1990) Terdapat dua metode untuk pembutan granul effervescent yaitu metode peleburan dan metode basah.  Metode peleburan, campuran serbuk pambasahan dipanaskan di oven atau pemanasan dengan waterbath.  Metode basah terdiri dari campuran serbuk ditambahkan atau dibasahkan kedalam bukan pelarut. Kedua metode in,setelah semua proses ini selesai dan mendapatkan massa yang diinginkan kemudian diayak dan dikeringkan granul pada suhu rendah sebelum dikemas.



D. Pemeriksaan Kualitas Granul Persyaratan serbuk yang baik adalah bentuk dan warna teratur, memiliki daya alir yang baik (free flowing), menunjukkan kekompakan mekanis yangmemuaskan, tidak terlampau kering, dan hancur baik di dalam air (Voigt,1994). Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui kualitas fisik serbuk antara lain: 1) Uji sifat alir Granul dimasukkan ke dalam corong uji waktu alir. Penutup corong dibuka sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang datar. Waktu alir granul dicatat dan sudut diamnya dihitung dengan mengukur diameter dan tinggi tumpukan granul yang keluar dari mulut corong. Waktu alir dipersyaratkan dengan sudut diam tidak lebih dari 30°(Lachman, 1989). 2) Uji sudut diam Sudut diam serbuk Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah granul atau serbuk dituang ke dalam alat pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk ukuran dan kelembaban serbuk. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30° menunjukkan bahwa serbuk dapat mengalir bebas, bila sudut lebih besar atau sama dengan 40° biasanya daya mengalirnya kurang baik (Lachman, 1989). Pengetapan serbuk



Pengukuran sifat alir dengan metode



pengetapan/tapping terhadap sejumlah serbuk dengan menggunakan



alat volumeter/mechanical tapping device .Pengetapan dilakukan dengan mengamati perubahan volume sebelum pengetapan(Vo) dan volume setelah konstan (Vt). Uji pengetapan dihitung dengan rumus:Vo-Vt × 100% Vo 3) Kompaktibilitas Uji kompaktibilitas dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan zat untuk saling berikatan menjadi massa yang kompak, digunakan mesin tablet single punch dengan berbagai tekanan dari yang rendah ke yang tinggi. Dengan mengatur kedalaman punch atas turun ke ruang die, kompaktibilitas yang digambarkan oleh kekerasan tablet yang dihasilkan. II.1.3 Pengertian Serbuk Effervescent a). Menurut (Ansel, 1985) Garam effervescent merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali dam mengandung unsur obat dalam campuran yang kering, biasanya terdiri dari natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat bila ditambahkan dengan air asam dan basanya bereaksi membebaskan karbondioksida sehingga menghsilkan buih. b). Menurut (Parrot, 1978) Serbuk effervescent terdiri dari campuran asam sitrat, asam tartrat, dan natrium bifosfat dengan satu bikarbonat dengan bahan tambahan lainnya.



c). Menurut Lieberman Serbuk effervescent adalah evolusi gelombang gas dari hasil cairan suatu reaksi kimia. Granul effervescent juga merupakan bahan tambahan dengan asam sitrat, asam tartrat, dan natrium bikarbonat. II.1.4Keuntungan Serbuk Effervescent a). Menurut (Ansel, 1985) Dari pengolahan suatu formula sediaan obat dalam garam effervescent, dari komponen –komponen ini seorang dapat menentukan jumlah pereaksi yang akan digunakan, jumlah bahan obat pada pembuatan



sediaan



effervescent



ditetapkan



dari



dosis



yang



direncanakan. Umumnya dosis obat didapat dalam satu atau dua sendok teh penuh garam effervescent kering . b). Menurut (Parrot, 1978) Larutan karbonat membawa kesegaran dan mengurangi rasa pahit dan asin garam. Misalnya magnesium sulfat, beberapa effervescent memberikan manfaat secara fisik untuk pasien c). Menurut (Lachman, 1989) Keuntungan tablet effervescent sebagai bentuk obat adalah kemungkinan



penyiapan



dalam



larutan



waktu



seketika,



yang



mengandung dosis obat yang tepat.Adanya karbon dioksida akan menutupi rasa pahit serta mempermudah pelarutannya tanpa melibatkan pengadukan secara manual, dan kestabilan produksi dan massanya lebih kecil serta bias memenuhi permintaan dalam skala besar.



II.1.4 Kerugian serbuk effervescent a). Menurut (Ansel, 1985) Garam-garam effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat, asam tartrat, dan pada harga yang satu macam asam saja, karena penggunaan bahan asam tunggal saja



akan menimbulkan



kesukaran. b). Menurut (Lachman, 1989) Kerugian tablet effervescent, merupakan salah satu alasan untuk menjelaskan mengapa pemakaiannya agak terbatas, ialah kesukaran untuk menghasilkan produk stabil secara kimia. Bahkan kelembaban udara selama pembuatan produk mungkin sudah cukup untuk emiliki aktifitas effervescent. Selama reaksi berlangsung, air yang dibebaskan reaktifitas effervescent. II.1.3 Magnesium sulfat



II.1.4Serbuk Effervescent Magnesium Sulfat Serbuk effervesent adalah campuran dari asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat, yang apabila ditambahkan air asam dan basanya bereaksi membebaskan karbondioksida menghasilkan buih ditujukan untuk pengobatan dan memberikan rasa yang menyegarkan. Serbuk effervescent terdiri dari campuran asam sitrat, asam tartrat, dan natrium bifosfat dngan satu bikarbonat lainnya (Parrot,1978)



dengan bahan tambahan



Garam effervescent merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali dan mengandung unsur obat dalam campuran yang kering, biasanya terdiri dari natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat dengan air asam dan basanya bereaksi membebaskan karbondioksida sehingga menghasilkan buih. Dari pengolahan suatu formula sediaan obat dalam garam effervescent, dari komponen-kompenen ini seseoran dapat mementukan jumlah pereaksi yang akan digunakan, jumlah bahan obat pada pembuatan sediaan effervescent ditetapkan dari dosis yang direncanakan. Umumnya dosis obat didapat dalam satu atau dua sendok teh penuh garam effervescent kering. (Ansel, 1985) Larutan kerbonat membawa kesegaran dan mengurangi rasa pahit dan pahit dan asin dari garam miisalnya magnesium sulfat, beberapa effervescent memberikan secara fisik untuk pasien(Parrot,1978) Pembuatan serbuk effervescent magnesium sulfat bertujuan untuk mempermudah penyerapan zat aktif didalam usus. Magnesium sulfat untuk penggunaan oral berkhasiat berkhasiat sebagai laksatifum. (Tan Tjay,2007).



II.2 Rancangan Formula Magnesium Sulfat Efferfescent Powder Tiap sachet (8 gr) mengandung: Magnesium Sulfat



5 gr



Natrium Bikarbonat



30 %



Asam Sitrat



8,8 %



Asam Tartrat



17,6 %



Natrium Benzoat



0,1 %



Sakarin



0,02 %



Minyak Jeruk



0,2 %



Dekstrin



1,29 gr



II.3 Alasan penambahan 1. Natrium bikarbonat - Natrium bikarbonat merupakan sumber utama penghasil CO2 dalam sistem effervescent sodium bikarbonat larut sempurna dalam air, non higroskopis dan harganya murah (Ranti, 2010) - Natrium bikarbonat umumnya digunakan dalam formulasi farmasi sebagai sumber karbondioksida dalam tablet dan serbuk effervescent (excipient edisi 6 th, 2004) - Kosentrasi natrium bikarbonat 25-50% dalam formula ini konsentrasi natrium bikarbonat yang digunakan 30%.



2. Kombinasi natrium bikarbonat, asam sitrat, dan asam tartrat - Granul effervescent merupakan granul atau serbuk kasar sekali, biasanya terdiri dari natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat (Ansel, 1985) - Garam-garam effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan asam tartrat dari pada hanya satu macam asam saja, karena penggunaan satu asam saja akan menimbulkan kesukaran. Apabila asam tartrat sebagai asam tunggal granul yang dihasilkan akan - Mudah kehilangan kekuatannya dan akan mengumpal. Asam sitrat saja akan menghasilkan campuran lekat dan sukar menjadi granul (Ansel, 1985) - Reaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat H3C6H5O7H2O + 3NaHCO3→ Na3C6H5O7 + 4H2O + 3CO2 (Asam (Na Bikarbonat) (Na Sitrat) (Air) (Karbondioksida) sitrat) - Reaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat H2C4H4O6 + 2NaHCO3



Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2



(Asam tartrat)



(Na Sitrat)



(Na Bikarbonat)



(Air) (Karbondioksida)



- Campuran asam tartrat dan asam sitrat digunakan karena asam tartrat pucat, granul yang rapuh dan asam sitrat akan menyebabkan granul menempel. Hasil yang ditimbulkan antara asam sitrat dan asam tartrat apabila digunakan perbandingan asam yang dihitung dengan reaksi (Parrot, 1978)



 Jumlah natrium bikarbonat yang bereaksi dengan 1 asam sitrat CH2-COOH



CH2-COONa



3NaHCO3 + HOCCOOHH2O4H2O + 3CO2 + HO + CO



COONa CH2-COONa



CH2-COOH



 Jumlah natrium bikarbonat yang bereaksi dengan 2 asam tartrat COOH CH-COOH 3NaHCO3 + CH



COONa



OH 2H2O + 2CO2 + HO + CH



COOH



OH



COOH COOH



-



Kombinasi



antara



asasam



sitrat,



asam



tartrat



dan



natrium



bikarbonatmemiliki perbandingan 1 : 2 : 3,4 (Parrot, 1978) 3. Natrium benzoat - Asam benzoat dan garamnya sangat efektif dalam penghambat pertumbuhan mikroba dalam bahan pangan rendah pH seperti sari buah dan minum penyegar (wisnu, 8) - Konsentrasi natrium benzoat sebagai pengawet 0,02-0,5%, pada formula ini digunakan konsentrasi 0,1% (excipient edisi 6th, 2004;Ansel, 1985). 4. Sakarin - Sakarin digunakan untuk pengganti gula dan poliol-poliol sebagai pemanis. Sakarin kira-kira 250 atau 500 kali lebih manis dari gula,



tetapi sesudahnya dapat mempunyai rasa pahit juka tidak digunakan dengan tepat dalam formula tersebut (Lachman, 1989). - Sakarin adalah zat pemanis tertua (1879) dan 350 kali lebih manis dari gula. Tidak berkalori, tetapi memberikan rasa tambahan pahit. Kecurigaan tentang sifat karsinogennya tidak didukung secara ilmiah, maka dianggap aman dibandingkan dengan aspartam (Tjay, H., 2010). - Konsentrasi sakarin yang digunakan adalah 0,02% karena pada konsentrasi tersebut sakarin sudah memberikan rasa manis pada sediaan karena sakarin memiliki tingkat kemanisan 250 atau 500 kali lebih manis dari gula. 5. Minyak jeruk - Sifat utama pada penyedap rasa adalah memberi ciri khas pada suatu pangan seperti aroma jeruk manis, jeruk nipis, lemon, kola, coklat, krim, vanila dan sebagainya. Adannya warna pada pangan juga dapat dilekatkan dengan aroma yang khusus (Wisnu, 2010). - Dalam



memformulasi



rasa



suatu



produk



farmasi



harus



mempertimbangkan warna, bau, tekstur, dan rasa preparat (Ansel, 1985). - Alkohol, usp mengandung 94,9-96,0%,C2H5OH volume (yaitu v/v) ditetapkan pada 15,56ºC, standar suhu dari pemerintah amerika serikat untuk penentuan alkohol. Alkohol dehidrat usp mengandung tidak kurang dari 99,5%. C2H5OH v/v dan digunakan dalam contoh yang pada dasarnya diinginka alkohol bebas air (Ansel, 1985).



- Minyak jeruk diencerkan dengan menggunakan etanol (90%), dimana etanol ini digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah parfum, perasa, pewarna, makan dan obat-obatan. 6. Dekstrin -



Dekstrin mempunyai viskositas yang relatif rendah, sehingga pemakaian dalam jumlah banyak masih diizinkan. Hal ini justru akan menguntungkan jika pemakaian dekstrin ditujukan sebagai bahan pengisi (fillen) karena dapat meningkatkan berat produk yang dihasilkan (Rakhmad, 2010)



-



Dekstrin dapat digunakan pada proses evkapsulasi untuk melindungi senyawa voiche melindungi senyawa yang peka terhadap oksidasi atau panas. Dekstrin dapat melindungi stabilitas flavor selama pengeringan dengan menggunakn spry dray (Rakhmad, 2010)



-



Dekstrin digunakan sebanyak 1,29 untuk mencukupkan bahan sehingga dapat meningkatkan berat produk yang dihasilkan.



7. Tartrazin -



Untuk obat-obat serbuk umumnya membutuhkan perbandingan zat warna yang lebih besar (±0,1%) untuk mencapai warna yang dikehendaki (Ansel, 1985).



-



Konsentrasi pewarna tartrazin yang digunakan pada formali ini 0,1% .



II.4 Uraian bahan 1. Magnesium sulfat (FI IV, 1995 ; FI ketiga, 1979) Nama resmi



: Magnesi sulfas



Sinonim



: Garam inggris



RM/BM



: MgSO4 / 138,36



Pemerian



: Hablur, biasanya berbentuk jarum, tidak berwarna, rasa dingin, asin dan pahit dalam udara kering dan hangat merekah.



Kelarutan



: Mudah larut dalam air, mudah larut secra perlahan dalam gliserin sangat mudah larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol.



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup baik



Kegunaan



: Sebagai laksativum, anti konvulsan



Range dosis



: 7,5 g-15 g



2. Asam sitrat (FI IV, 1985 ; Excipient, 2004) Nama resmi



: Acidum citricum



Sinonim



: Acidum citricum monohydrium, 2 hydroxypropane 1,2,3 tricaeboxylic acid monohydrate.



RM/BM



: C6H8O7 / 192,12



Pemerian



: Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai hablur, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar dalam udara kering.



Kelarutan



: Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol agak sukar larut dalam eter.



Kegunaan



: Sebagai pengontrol keasaman



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup rapat



Kestabilan



: Asam sitrat monohidrat kehilangan air dari proses kristalisasi uap atau ketika pemanasan pada suhu 40ºc. Larutan



encer



sitrat



dapat



digunakan



untuk



fermentasi. Sebagaian besar monohidrat atau anhidrat sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat, tempat sejuk dan kering. Incompatibilitas



: Asam sitrat tidak sesuai dengan kalium tartrat alkali dan alkali tanah, karbonat dan bikarbonat, asetat dan sulfida,



ketidaksesuaian



juga



termasuk



dengan



pengoksidasi, bahan dasar, pereduksi, dan nitrit. Sukrosa dalam sirup pada penyimpannya akan mengkristal oleh adanya asam sitrat. Konsentrasi



: 8,8%



3. Asam tartrat (FI IV, 1995 ; Excipient, 2004) Nama resmi



: Acidum tartaricum



Sinonim



: Asam tartrat, acidum tartaricum, L-(+)-2,3-dihydroxy butanedioic acid, (2R,3R)-2,3-dihydroxybutane-1,4dioic acid 2,3-dihdroxy succinic acid ; E 334 ; dtartanic acid : L-(±)tartaric acid.



RM/BM



: C4H6O6 / 150,09



Pemerian



: Hablur, tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur halus sampai granul, warna putih, tidak berbau, rasa asam dan stabil diudara



Kelarutan



: Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol.



Kegunaan



: Sebagai pengontrol rasa asam



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup baik



Kestabilan



: Sebagian besar bahan bersifat stabil dan disimpan dalam wadah tertutup baik.



Incompatibilitas



: Asam tartrat tidak sesuai dengan perak dan bereaksi dengan logam karbonat daan bikarbonat. (salah satu khasiat



dimanfaatkan



untuk



pembuatan



serbuk



effervescent). Konsentrasi



: 17,6 %



4. Natrium bikarbonat (FI IV 1995; Excipient, 2004) Nama resmi



: Natrii bikarbonat, sodium bikarbonat, bisodium carbonate, calcined soda, carbonic acid disodium salt, cenzias



de



soda,



crystal



carbonate



disodiumcarbonate,esoo, natrii carbon as anhydricus, soda ash, soda calcinded RM/BM



: NaHCO3/ 84,01



Pemerian



: Serbuk hablur, putih, stabil diudara kering, tetapi dalam udara lembab secara perlahan-lahan terurai. Larutan segar dalam air dingin, tanpa dikocok,



bersifat basa tterhadap lakmus. Kebasaan bertambah bila



larutan



dibiarkan,



digoyangkan



kuat



atau



dipanaskan. Kelarutan



: Larut dalam air, tidak larut dalam metanol.



Kegunaan



: Sebagai pengawet



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup baik



Kestabilan



: Sodium karbonat diubah dalam bentuk monohidrat, pada saat bersentuhan



dengan air, menghasilkan



panas, dimulai dengan hilangnya karbondioksida pada suhu diatas 400ºC, dan sebelum mendidih. Disimpan dalam wadah tertutup Incompatibilitas



: Sodium karbonat terurai ketika berhubungan dengan asam



dan



adanya



air,



untuk



menghasilkan



karbondioksida dan effervescent sodium karbonat akan bereaksi kuat dengan aluminium, pentoksid fosfor, asam sulfat fluorin dan litium. 5. Sakarin (FI IV, 1995; excipient 2004, FI III, 1979) Nama resmi



: Saccharinum



Sinonim



: 1,2-benzisothiazolin-3-one,1,1-dioxide;benzoic,acid sulfimide,benzoic



sulfimide,



benxosulfimide;1-2-



dihydro-2-ketobenzisosulfonazole,2,3-dhydro-3oxobenzisosulfonazole,E954,garantose,gluiside, hemesetas,sacarina,saccharin,insoluble,saccharinum,a -sulfobenzimide,o-sulfohenzoic,acid imide.



RM/BM



: C7H5NO3S/183.18



Pemerian



: Serbuk atau hablur putih, tidak berbau atau bau aromatik lemak larutan encer sangat manis, larutan bereaksi asam terhadap lakmus



Kelarutan



: Agak sukar larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter,larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol. Mudah larut dalam larutan amonia encer, dalam larutan alkalihidroksida dan dalam alkali karbonat dengan pembentukan karbondioksida



Kegunaan



: Sebagai pemanis



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup baik



Kestabilan



: Sakarin stabil dibawah normal digunakan dalam formulasi dalam jumlah yang banyak menunjukkan tidak terdeteksinya dekomposisi dan hanya bila terkena suhu tinggi (1258ºC) pada suhu rendah (pH 2) selama lebih dari 1 jam tidak terjadi dekomposisi yang signifikan dekomposisi yang terbentuk adalah (lamonum o-sulfo) asam benzoat yang tidak manis. Stabilitas sakarin sangat baik disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat kering.



Incompatibilitas



: Sakarin dapat



bereaksi



dengan molekul



besar



sehingga endapan terbentuk ini tidak mengalami mailard browing Konsentrasi



: 0,02%



6. Natrium benzoat (FI III, 1979 ; Excipient edisi 6th, 2004) Nama resmi



: Natrii benzoas



Sinonim



: Benzoic acid sodium salt; benzoat of soda E 211; natrii benzoas natrium benzoicum, soberate, sodii benzoas, sodium benzoic acid.



RM/BM



: C7H5NaO2/144,11



Pemerian



: Butiran atau serbuk hablur putih;tidak berbau atau hampir tidak berbau



Kelarutan



: Larut dalam 2 bagian air dan dalam 90 bagian etanol (95%) P



Kegunaan



: Sebagai pengawat



Kestabilan



: Larutan yang mengandung air dapat disterilkan dengan menggunakan autoklaf atau filtrasi



Incompatibilitas



: Tidak sesuai dengan senyawa kuarter, gelatin, besi, garam-garam kalsium dari garam dari logam berat, termasuk



perak,



timah



dan



aktivitas



merkuri.



Pengawat dapat dikurangi dengan interaksi dengan kaolin atau pensurfaktan non ionik. Konsentrasi



: 0,1%



7. Minyak jeruk (FI III, 1979) Nama resmi



: Oleum citri



Sinonim



: Minyak jeruk



Pemerian



: Cairan, pucat sampai kering tua, bau khas enak



Kelarutan



: Larut dalam etanol kocok L bagian volume dengan 4 bagian volume etanol (80%), terjadi larutan jernih atau agak beropalesensi, biarkan selama 24 jam pada suhu antara 20º hingga 30º, tidak tampak butir-butir pada permukaan larutan.



Kegunaan



: Sebagai pengaroma



Penyimpanan



: Dalam wadah terisi penuh. Tertutup rapat dari cahaya.



8. Dekstrin (Excipient edisi6 th, 2004) Nama resmi



: Dextrin



Sinonim



: Avedex,britsh



gum,



canarg



crystal,com,dextrinom,dextrinum



dextrin,cpharm, album,primogran



w,strarch gum,yellow dextrin,white dextrin. RM/BM



: C6H10O5.H2O/162,14



Pemerian



: Dekstrin adalah pati yang merupakan hasil hidrolisis dari jagung, kentang atau singkong. Serbuk putih, kuning atau berwarna coklat pucat dan memiliki aroma khas.



Kelarutan



: Mudah larut pada air panas, larut secara bertahap dalam air praktis tidak larut dalam etanol dan dalam eter.



Kegunaan



: Sebagai bahan pengisi



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup baik



Kestabilan



: Secara fisik karakteristik dekstrin tergantung metode pembuatan



dan



bahan



aktif,



molekul



dekstrin



cenderung



memiliki



densitas



perubahan



karakteristik.



agregat,pH



Peningkatan



atau



viskositas



tergantung oleh gelasi seperti umur kelarutan dekstrin. Dekstrin disimpan dalam wadah tertutup baik dalam tempat dingin dan kering. Incompatibilitas



: Dekstrin tidak incom dengan bahan pengoksidasi kuat



Konsentrasi



: 1,29 g



9. Tartrazin (minano,1997) Nama resmi



: Tartrazine



BM



: 534,4



Kelarutan



: Mudah larut dalam air,sedikit berwarna kuning jingga mudah larut dalam gliserol dan gula



Kegunaan



: Sebagai zat pewarna



BAB III METODE KERJA III.1



Alat dan bahan



III.1.1 Alat-alat yang digunakan 1. Alu 2. Ayakan 3. Cawan porselin 4. Kertas roti 5. Oven 6. Plat datar 7. Sendok tanduk 8. Spray (botol penyemprot) 9. Spatel III.I.2 Bahan-bahan yang digunakan 1. Alkohol 70% 2. Asam sitrat 3. Asam tartrat 4. Amilum jagung 5. Dekstrin 6. Kemasan 7. Magnesium sulfat 8. Minyak jeruk 9. Natrium benzoat 10. Natrium bikarbonat



11. Sakarin 12. Tartazin III.2 Perhitungan bahan 3 g didapatkan dari : Tiap sachet (8 g) – magnesium sulfat (5 g) = 3 g Magnesium sulfat



: 5 gr x 6 sachet = 30 g



Natrium bikarbonat



:



× 3 g = 0,9 × 6 sachet = 5,4 g



Asam sitrat



:



× 3 g = 0,264 × 6 sachet = 1,584 g



Asam tartrat



:



× 3 g = 0,52 × 6 sachet = 3,16 g



Natrium benzoat



:



Minyak jeruk



: 0,2% = 1 ml × 6 sachet = 6 ml



× 3 g = 0,0006 × 6 sachet = 0,0036 g



: 1 ml minyak jeruk diencerkan dengan 5 ml etanol : 0,2 % Tartazin



:



× 3 g = 0,0039 × g sachett = 0,018 g



Dekstrin



: 8g - (5+0,264 + 0,52 + 0,9+ 0,003 + 0,0006 + 0,003) : 8 g - (6,68) : 1,3 g x 6 sachet = 7,8 g



III.3 Perhitungan dosis Dosis Magnesium sulfat untuk dewasa 5-15 gr atau 5-10 gr Rumus cowling (Dewasa 20 tahun ke atas) = Untuk umur 20 tahun :



x 10 gr = 8,75 gr



x DL ; DL:10 gr



Untuk umur 24 tahun :



x 10 gr = 10,4 gr



III. 4 Cara kerja (cara pembuatan dan evaluasi) 1. disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. dilarutkan alat yang akan digunakan menggunakan alkohol 70% 3. dihaluskan semua bahan dengan cara digerus, kecuali asam sitrat. 4. Ditimbang asam sitrat sebanyak 1,58 g 5. Dihaluskan asam sitrat dengan cara digerus cepat ditempat yang terpisah dari bahan lain 6. Ditimbang bahan yang telah dihaluskan seperti : magnesium sulfat sebanyak 30 g, asam sitrat 1,58 g, asam tartrat 3,16 g, natrium bikarbonat 5,4 g, natrium benzoat 0,08 g, sakarin 0,0036 g, tartazin 0,018 g, dekstrin 7,8 g. 7. Diayak semua bahan yang telah dihaluskan dengan menggunakan pengayak no. 60 kecuali asam sitrat 8. Ditambahkan magnesium sebanyak 30 g , asam sitrat 1,58 g, asam tartrat 3,16 g, natrium benzoat 0,018 g, sakarin 0,0036 g, tartazin 0,018 g, dekstrin 7,8 g. 9. Diletakkan serbuk diatas lempeng yang sesuai atau plat datar yang telah dialas dengan kertas roti. 10. Dimasukkan campuran serbuk yang berada diatas lempeng kedalam oven suhu 45ºc kemudian dibolak-balik dengan spatel tahan asam 5-10 menit selama proses pemanasan. Asam sitrat mengeluarkan air yang bersifat menjadi pengikat untuk mencampurkan bahan-bahan hingga terbentuk masa kepal.



11. Setelah itu, masa kepal dikeluarkan dari asam dan diayak menggunakan ayak yang tahan asam sesuai ukuran granul yang diinginkan, dimana ayakan yang terpakai pada formula ini yaitu pengayak no.10 12. Disemprotkan minyak jeruk yang telah diencerkan dengan menggunakan penyemprot (spray) pada granul. 13. Ditimbang terlebih dahulu granul-granul yang masih basah 14. Dikering granul pada suhu 54ºc didalam oven hingga granul mengering. 15. Ditimbang granul kering dan dibagi sebanyak 6 sachet. 16. Dimasukkan dalam kemasan yang kedap udara. 17. Dimasukkan kedalam dus yang berisi brosur dan etiket.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Pengamatan Evaluasi granul 1. Uji Kadar Air a. Uji susut pengeringan (LOD = Lost On Drying) % LOD =



=



= = 4,932 %



b. Uji kadar kandungan lembab (MC = moisture Content) % MC =



=



= = 5,189 % IV.2 Pembahasan



Serbuk effervescent merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali dan mengandung unsure obat dalam campuran yang kering, biasanya terdiri dari natrium bikarbonat, asam sitrat, dan asam tartrat, bila ditambahkan dengan air, asam dan basanya bereaksi membebaskan CO2 sehingga menghasilkan buih (Ansel, 214) Pada praktikum kali ini dibuat percobaan pembuatan serbuk effervescent dengan zat aktif magnesium sulfat yang diindikasikan sebagai obat pencahar atau pelancar BAB. Hal pertama yang dilakukan pada praktikum ini adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian dibersihkan alat yang digunakan dengan menggunakan alkohol 70%. Alkohol 70% merupakan antiseptik sekaligus disinfektan yang biasa digunakan untuk membersihkan peralatan laboraorium agar terbebas dari bakteri dan kotoran. Setelah itu dihaluskan semua bahan kecuali asam sitrat untuk mendapatkan ukuran bahan (serbuk) yang lebih kecil agar mempermudah saat proses pencampuran. Asam sitrat merupakan bahan yang higroskopis sehingga tidak bisa digerus karena dapat menyerap lembab dan mencair ketika mendapat gesekan. Sehingga cara yang efektif untuk mencampur bahan yang higroskopis, yaitu dengan metode tumbling atau jika diinginkan menggunakan metode tirturasi, dapat dilakukan dengan cara menggerus dengan cepat dan dengan tekanan yang minimum. Kemudian dtimibang asam sitrat sebanyak 1,58 g dan digerus di tempat terpisah dari bahan lain dengan cara digerus cepat. Setelah itu ditimbang bahan yang telah dihaluskan seperti : magnesium sulfat sebanyak 30 g, asam



sitrat 1,58 g, asam tartrat 3,16 g, natrium bikarbonat 5,4 g, natrium benzoat 0,09 g, sakarin 0,0036 g, tartazin 0,019 g, dekstrin 7,8 g. Lalu diayak semua bahan yang telah dihaluskan dengan menggunakan pengayak No.60 kecuali asam sitrat. Karena butiran asam stearat cenderung membentuk gumpalan, sehingga tidak perlu dilakukan pengayakan. Setelah itu dicampurkan magnesium sulfat sebanyak 30 g, asam sitrat 1,58 g, asam tartrat 3,16 g, natrium bikarbonat 5,4 g, natrium benzoat 0,09 g, sakarin 0,0036 g, tartazin 0,019 g, dekstrin 7,8 g. Pencampuran bahanbahan sebaiknya dilakukan dengan penggerusan cepat dan pada lingkungan yang kering untuk mencegah terhisapnya uap-uap air oleh asam sitrat. Kemudian diletakkan campuran serbuk diatas lempeng yang sesuai atau plat datar yang telah dialas dengan kertas roti. Agar granul yang dihasilkan tidak menempel pada lempeng. Lalu dimasukkan campuran serbuk yang berada diatas lempeng kedalam oven dengan suhu 45OC kemudian dibolak-balik dengan spatel tahan asam selama 5-10 menit, selama proses pemanasan asam sitrat mengeluarkan air yang bersifat menjadi pengikat unruk menghancurkan bahan-bahan hingga terbentuk massa kepal. Untuk itu dibolak-balik agar air yang dikeluarkan oleh asam stearat merata membasahi seluruh adonan. Setelah itu, massa kepal dikeluarkan dari oven dan diayak menggunakan ayakan yang tahan asam sesuai ukuran granul yang diinginkan, dimana ayakan yang dipakai pada formula ini yaitu pengayak No.10 untuk mendapatkan ukuran granul yang lebih halus. Kemudian ditimbang sebagai bobot granul basah untuk keperluan uji granulasi.



Kemudian disemprotkan minyak jeruk yang telah diencer dengan menggunakan penyemprot (Spray) pada granul. Untuk memberikan aroma jeruk pada granul. Kemudian granul dikeringkan granul pada suhu 54OC didalam oven hingga granul megering. Granul yang telah jadi ditimbang sebagai granul kering untuk kepentingan uji granulasi. Kemudian granul dibagi dalam 6 sachet. Namun pada praktikum kali ini, granul yang telah jadi hanya dibagi dalam 2 sachet saja karena keterbatasan bahan sehingga granul yang dihasilkan hanya sedikit. Kemudian granul dimasukkan kedalam kemasan yang kedap udara karena granul yang dibuat mengandung bahan yang higroskopis. Setelah itu dimasukkan kedalam dus yang berisi brosur dan etiket untuk memperindah tampilan dan menarik minat pembeli untuk membeli produk ini. Serbuk effervescent yang telah dikemas kemudian diuji oleh asisten untuk melihat apakah serbuk effervescent yang kami buat berhasil atau tidak. Setelah dimasukkan dalam air, ternyata serbuk mmengeluarkan buih dan aroma jeruk serta dapat mempertahankan buih yang dihasilkan selama beberapa menit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa serbuk effervescent yang dibuat berhasil. Setelah itu dilakukan uji granulasi. Namun dalam praktikum kali ini, hanya dilakukan pengujian kadar air dengan menghitung nilai susut pengeringan dan uji kandungan lembab. Sehingga didapat nilai susut pengeringan yaitu 4,932% dan kandungan lembab sebesar 5,189%. Menurut Lachman edisi 1, persyaratan untuk nilai susut pengeringan adalah sedikit diatas 0% dan sedikit dibawah 100% sedangkan nilai untuk



perhitungan kandungan lembab syaratnya adalah sedikit diatas 0% dan mendekati tidak terhingga sehingga dapat disimpulkan bahwa pengujian kadar air yang dilakukan telah memenuhi syarat yaitu diatas 0%.



BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa : 1. Serbuk effervescent magnesium sulfat diformulasikan dengan zat tambahan seperti Natrium Bikarbonat, Asam Sitrat, Asam Tartrat, Natrium Benzoat, Sakarin, Minyak Jeruk, Dekstrin 2. Uji evaluasi granul yang digunakan dalam formulasi serbuk effervescent yaitu : pengujian kadar air dengan menghitung nilai susut pengeringan dan uji kandungan lembab. Didapat nilai susut pengeringan yaitu 4,932% dan kandungan lembab sebesar 5,189%. V.2 Saran



DAFTAR PUSTAKA Ansel, H.C. 1989.Pengantar Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta. Dirjen POM. 1979. farmakope Indonesia edisi ke-III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta Dirjen POM. 1995. farmakope Indonesia edisi ke-IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta Lachman, 1986. Teori Dan Praktek Farmasi Indonesia. Universitas Indonesia : Jakarta Parrot,E.L.1979. Pharmaceutical Technologi. University of Lawa : Washington Tjay, H dkk. 2007. Obat-Obat Penting Edisi Ke Enam. Alex Media Komputindo: Jakarta Voigt, R., 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.



LAMPIRAN 1. SKEMA KERJA Tahap I : Asam sitrat digerus dalam lumpang dengan cepat Tahap II : Pengenceran minyak jeruk MgSO4, asam tartrat, Nabikarbonat, Na-benzoat, sakari, dan dextrin Dihaluskan dengan cara digerus dalam lumpang Diayak menggunakan pengayak nomor 60 Dicampurkan dengan asam sitrat yang telah digerus cepat Ditimbang sebagai granul basah Diletakkan di atas lempeng yang dilapisi dengan kertas roti Dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 45 oC sambil diaduk Massa kepal Diayak menggunakan pengayak nomor 10 Ditimbang sebagai granul kering Disemprotkan dengan minyak jeruk yang telah diencerkan Dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 54 oC Granul kering Dibagi sebanyak 6 sachet Dimasukkan ke dalam kemasan sachet Dimasukkan ke dalam dus MgSO4 serbuk effervescent Diuji kandungan lembab Diuji susut pengeringan MC : 5,189 % LOD : 4,932 %



2. BROSUR



EFFERFAT® Magnesium sulfat effervescent Komposisi Tiap sachet mengandung : Magnesium sulfat 5g Zat tambahan q.s Indikasi Untuk melancarkan buang air besar Faramakologi Magnesium sulfat bekerja dalam usus berdasarkan penarikan air (osmosis). Akibatnya, terjadi pembesaran volume usus dan meningkatkan peristaltik usus halus dan usus besar, serta melunakkan feses. Aturan pakai Sebaiknya diminum 1x2 sachet sehari selagi perut kosong Kontraindikasi Tidak untuk penderita radang usus, radang usus buntu dan penderita penyakit kandung empedu. Peringatan dan perhatian Tidak dianjurkan pada anak-anak, penderita kerusakan ginjal, pada masa awal kehamilan dan wanita menyusui Efek samping Dapat menyebabkan perut kembung Penyimpanan Simpan ditempat sejuk dan terlindungi dari cahaya matahari. Kemasan Isi 6 sachet Diproduksi oleh : PT. BETA FARMA Gorontalo-Indonesia



HEALTH DRINK



® MAGNESIUM SULFAT



Melancarkan BAB ISI 6 SACHET POM SD 1303015



EFFERFAT MELANCARKAN BAB Komposisi Efferfat Tiap sachet (8 gr} mengandung Magnesium sulfat dan zat tambahan Indikasi Kontra Indikasi



Efek samping Penyimpanan



: Untuk melancarkan buang air besar : Tidak untuk penderita radang usus, radang usus buntu dan penderita penyakit kandung empedu. : Dapat menyebabkan perut kembung : Disimpan ditempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya



Petunjuk Penggunaan Larutkan dalam 250 ml air



Aturan pakai 1x2 Sachet tiap sekali DIPRODUKSI OLEH :



βf



Perhatian : Tidak dianjurkan pada anak-anak, penderita kerusakan ginjal, pada



PT. BETA FARMA



masa awal kehamilan dan wanita menyusui



Mfg. Date/Exp. Date : mar 13/



Kegunaan :



Mar 15



Membantu melancarkan BAB