Electrical Burn Injury [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS Electrical Burn Injury



Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Kepaniteraan Ilmu Kedaruratan Medik Rumah Sakit Tk. II RS. Dustira Cimahi Universitas Jendral Achmad Yani Disusun Oleh: Evi Septri Andayani



4151171527



Pembimbing: Terri Sandi, dr., Sp.B



UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER CIMAHI 2020



BAB I KASUS 1.1 Identitas Pasien 



No RM



: 609198







Nama



: Sdr. S







Umur



: 19 th







Jenis Kelamin : Laki-laki







TTL



: Bandung, 12 April 2001







Alamat



: Kp. Cicocok rt 05/03 Citatah Cipatat Bandung Barat







Tanggal/Jam : 08 Februari 2020 / 12:30 WIB



1.2 Triage



Gambar 1.1 Triage



Red Yellow Green



Trauma Non trauma Maternity



 Airway: Clear/Unclear  Breathing: Clear/Unclear  Circulation: Clear/Unclear Pasien datang  Sendiri  Diantar oleh : Keluarga Pengkajian Assesment  Auto Anamnesa  Allo Anamnesa Pukul Periksa



: 12:30 WIB



Pukul Rawat/Plg/Time care



: 15:30 WIB



Petugas Triage



: Evi Septri Andayani



1.3 Anamnesis Keluhan Utama : datang dengan luka bakar Anamnesis: Pasien datang dengan luka bakar, pasien datang diantar oleh temannya, pengakuan temannya pasien terkena strum dan percikan api pada tiang listrik saat pasien hendak membetulkan aliran listrik pada wifi yang tingginya ± 3 meter, temannya berada dibawah dan melihat kejadian pasien langsung terjatuh dan seperti



orang kejang-kejang dan setelah itu pasien merintih dan menjerit kesakitan. Keluhan tidak disertai dengan adanya penurunan kesadaran, tidak ada mual dan muntah, tidak ada riwayat keluar darah dari hidung maupun telinga. Riwayat penyakit dahulu: 



Riwayat hipertensi



: tidak ada







Riwayat diabetes melitus



: tidak ada







Riwayat penyakit jantung



: tidak ada



1.4 Pemeriksaan Fisik Kesadaran



: CM, GCS 14 ( E: 4 ; M: 5 ; V: 5 )



Keadaan umum: Sakit berat Berat Badan



: 60 kg



Tinggi badan : 164 cm Tanda vital



:



Tekanan darah: 130/80 mmHg Nadi



: 80 x/m



Respirasi



: 24 x/m



Suhu



: 36,7 oC



Saturasi



: 99% (dengan O2)



Skala Nyeri •



Skala Nyeri= 4 (Nyeri mengganggu)



Resiko Pasien Cedera/Jatuh: Ya/ Tidak Status fungsional: Mandiri/ perlu bantuan/ alat bantu Survey Sekunder Kepala



: lihat status lokalis



Mata



: Konjungtiva anemis -/-, pupil bulat isokor, Ꝋ 3cm, Refleks cahaya +/+



Leher



: Tidak ada pembesaran KGB, trachea tidak deviasi



Thoraks



: Tidak ada kelainan



Abdomen



: Tidak ada kelainan



Ekstremitas



: Akral dingin, CRT > 2dtk



Status Lokalis -



Status lokalis a/r frontalis sinistra : vulnus laceratum ukuran 3x1cm dengan dasar jaringan



-



Status lokalis combustion ad region : 1. Leher



:4½%



2. Dada



: 9%



3. Perut



: 9%



4. Tangan kanan : 9 % 5. Tangan kiri



:9%



6. Genitalia



: 1%



7. Paha kiri



: 9%



Jumlah luka bakar : 50 ½ % Regio leher : tampak eritema, kulit terkelupas, bula (-), nyeri (+) Regio thoracic tampak eritema, kulit terkelupas, nyeri (+) Regio antebrachii dextra et sinistra tampak eritema, kulit mengelupas, nyeri (+) Regio abdomen tampak eritema, kulit terkelupas, bula (-), nyeri (+) Regio pelvis sinistra tampak eritema, kulit terkelupas, bula (-), nyeri (+) Regio genitalia tampak eritema, kulit terkelupas, bula (-), nyeri (+) Regio femoralis sinistra tampak eritema, kulit terkelupas, bula (-), nyeri (+) Kesimpulan : derajat II B dengan luas 50 ½ %



1.5 Pemeriksaan Penunjang 1.5.1 Laboratorium - Pemeriksaan (8 Februari 2020) Hasil Pemeriksaan Hematologi



Hasil



Nilai Rujukan



15,7 g/dl



13,0-18,0



Eritrosit



5,5 juta/uL



4,0-5,5



Leukosit



19,1 x 10^3/uL



4,0-10,0



44,0 %



36,0-48,0



438 x 10^3/uL



150-450



MCV



80,3 fL



75,0-100,0



MCH



28,6 Pq



25,0-32,0



MCHC



35,7 g/dL



32,0-36,0



RDW Hitung jenis



11,9 %



10,0-16,0



Basofil



0,5 %



0,0-1,0



Eosinofil



1,7 %



1,0-4,0



Segmen



38,1 %



50,0-80,0



Limfosit



56,2 %



25,0-50,0



Monosit Kimia Klinik



3,5 %



4,0-8,0



Natrium (Na)



140 mmol/L



136-145



Kalium



3,1 mmol/L



3,6-5,2



Klorida



106 mmol/L



98-106



Hemoglobin



Hematokrit Trombosit Nilai Absolut Eritrosit



Elektrolit



1.5.2 Gambar



1.5.3 Ct Scan



1.6 Diagnosis Kerja Electrical Burn Injury derajat II B dengan luas 50 ½ % 1.8 Penanganan dan Penilaian Ulang •



Airway







Breathing



: O2 via nasal kanul 5 L/menit







Circulation



: unclear







Disability



: GCS 14







Exposure



: Clear







Monitoring



:-



: Clear



Keadaan umum



-



Tanda Vital



-



Pengawasan resiko penurunan kesadaran dan syok



1.9 Penatalaksanaan UGD (Konsul Sp.BP) -



Pemberian O2 4-5 L



-



Rawat luka dengan NaCl olesi dengan burnazin zalf



-



Inj. Pantoprazol I vial (13.15)



-



Inj. Ketorolac drip dalam 100cc NaCl



-



Inj. Ceftriaxone I gr



-



D5 drip Tramadol I amp (13.20)



-



Loading Ringer Laktat 250cc (13.45)



-



Ringer Laktat 4400cc/ 24jam



-



2200cc habis dalam 8 jam



-



2200cc habis dalam 16 jam



1.10 Kesimpulan  Perbaikan  Stabil √



 Perburukan 1.11 Tindak Lanjut  Rujuk √  Rawat  Pulang Paksa  Pulang



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Electrical injury atau luka akibat arus listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, merupakan jenis trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan benda yang memiliki arus listrik, sehingga dapat menimbulkan luka bakar sebagai



akibat  berubahnya energi listrik menjadi energi panas.



Umumnya



tanda



utama trauma listrik adalah luka bakar pada kulit. Gambaran makroskopis kerusakan kulit yang kontak langsung dengan sumber listrik bertegangan rendah disebut electrical mark . Luka listrik biasanya dapat diamati di titik masuk (entry point ) maupun titik keluar (exit point).1,2 2.2 Epidemiologi Dari laporan American Burn Association 2012 dikatakan bahwa angka morbiditas 96,1% lebih banyak terjadi pada wanita. Berdasarkan tempat kejadian, 69 % di rumah tangga dan 9% di tempat kerja, 7% di jalan raya, 5% di rekreasi atau olahraga 10% dan lain-lain.1,2,3,4 Jumlah kejadian cedera listrik diperkirakan menimbulkan 1000 kematian pertahun dan sekitar 3000 orang yang dirawat di rumah sakit di Amerika Serikat. Diperkirakan 20% kejadian luka listrik terjadi pada anak-anak, jumlah terbanyak pada usia balita.1 Luka bakar listrik kebanyakan terjadi pada anak-anak saat di rumah. Pada orang dewasa, kebanyakan kecelakaan luka bakar terjadi di tempat kerja dan menjadi tempat keempat tertinggi yang mengancam jiwa. Lebih dari 50 % pekerja elektrik mendapat luka dari kabel listrik, dan 25% berasal dari alat elektrik. Rasio laki-laki dan perempuan sebanyak 9 : 1.1,2



2.3 Klasifikasi



Luka bakar listrik dapat diklasifikasikan menjadi : a. Kontak langsung  pemanasan elektrothermal   b. Kontak tidak langsung  bunga api listrik (arc) 



nyala api listrik (flame)  kilatan listrik (flash) Pemanasan bakar electrothermal. listrik  bertegangan



jaringan



sekunder



Biasanya rendah pada



luka



untuk



bakar



daerah yang



ini



menyebabkan



arus



luka



adalah



dari



aliran



Aliran yang



terus-



terbatas.



hasil



menerus saat ini dapat menyebabkan luka bakar yang signifikan di mana saja di sepanjang  jalan saat ini. Biasanya lesi kulit luka bakar electrothermal yang berbatas tegas, deep- parsial untuk luka bakar full-thickness.1,2,5 Yang paling merusak dari cedera tidak langsung terjadi ketika korban terkena dari percikan bunga listrik. Bunga api listrik adalah percikan yang terbentuk antara dua benda bertegangan yang tidak bersentuhan satu sama lain, biasanya merupakan sumber yang bertegangan tinggi dan tanah. Karena suhu  bunga api listrik adalah sekitar 2500 °C, menyebabkan luka bakar yang sangat mendalam pada titik di mana terjadi kontak dengan kulit. Dalam keadaan lengkung, luka bakar dapat disebabkan oleh panas dari busur itu sendiri,  pemanas electrothermal akibat arus aliran, atau dengan api yang dihasilkan dari  pembakaran pakaian.1,2,5 Berdasarkan American Burn Association



luka



bakar



diklasifikasikan



berdasarkan kedalaman, luas permukaan, dan derajat ringan luka  bakar.Berdasarkan luas permukaan luka bakar



Gambar 2. Rule of nine Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas permukaan tubuh atau Total Body Surface Area (TBSA). Untuk menghitung secara cepat dipakai Rules of Nine atau Rules of Walles dari Walles. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai  proporsi tubuh yang berbeda. Pada anak-anak dipakai modifikasi Rule of Nines menurut Lund and Browder, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.1,2,4 Bedasarkan derajat ringan luka bakar menurut American Burn Association : 2,8  a. Luka Bakar Ringan  -



Luka bakar derajat II < 5% ii.



-



Luka bakar derajat II 10% pada anak iii.



-



Luka bakar derajat II < 2%



b. Luka Bakar Sedang  -



Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa 



-



Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak 



-



Luka bakar derajat III 25-30% atau dijumpai keterlambatan > 2 jam. Dalam 400 ml gangguan berat. (1,4,7,10) Penatalaksanaan 24 jam kedua







Pemberian cairan yang menggunakan glukosa dan dibagi rata dalam 24 jam. Jenis cairan yang dapat diberikan adalah glukosa5% atau 10% 1500-2000 ml. Batasan ringer laktat dapat memperberat edema interstisial.







Pemantauan sirkulasi dengan menilai tekanan vena pusat dan jumlah produksi uin 20kg



Bila dijumpai cedera inhalasi maka kebutuhan cairan 4 ml ditambah 1% dari kebutuhan.Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin yaitu pada dewasa 0,5-1,0 cc/kg/jam dan pada anak 1,0-1,5 cc/kg/jam. (1,4,7,10) 5. Perawatan luka Perawatan luka dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan napas, mekanisme bernapas dan resusitasi cairan dilakukan. Tindakan meliputi debridement secara alami, mekanik (nekrotomi) atau tindakan bedah (eksisi), pencucian luka, wound dressing dan pemberian antibiotik topikal . Tujuan perawatan luka adalah untuk menutup luka dengan mengupaya proses reepiteliasasi, mencegah infeksi, mengurangi jaringan parut dan kontraktur dan untuk menyamankan pasien. Debridement diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan setelah keadaan penderita stabil, karena merupakan tindakan yang cukup berat. Untuk bullae ukuran kecil tindakannya konservatif sedangkan untuk ukuran besar(>5cm) dipecahkan tanpa membuang lapisan epidermis diatasnya. (1,4,7,10) Pengangkatan keropeng (eskar) atau eskarotomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh sebab pengerutan keropeng(eskar) da pembengkakan yang terus berlangsung dapat mengakibatkan penjepitan (compartment syndrome) yang membahayakan sirkulasi sehingga bahgian distal iskemik dan nekrosis(mati). Tanda dini penjepitan (compartment syndrome) berupa nyeri kemudian kehilangan daya rasa (sensibilitas) menjadi kebas pada ujung-ujung distal. Keaadan ini harus cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang membuka keropeng sampai penjepitan bebas. (1,4,7,10)



Pencucian luka dilakukan dengan hidroterapi yaitu memandikan pasien atau dengan air hangat mengalir dan sabun mandi bayi. Lalu luka dibalut dengan



kasa lembab steril dengan atau tanpa krim pelembap. Perawatan luka tertutup dengan occlusive dressing untuk mencegah penguapan berlebihan. Penggunaan tulle (antibiotik dalam bentuk sediaan kasa) berfungsi sebagai penutup luka yang memfasilitasi drainage dan epitelisasi. Sedangkan krim antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi pada luka. (1,4,7,10) 6. Lain-lain Pemberian antibiotik pada kasus luka bakar bertujuan sebagai profilaksis infeksi dan mengatasi infeksi yang sudah terjadi. Dalam3-5 hari pertana populasi kuman yang sering dijumpai adalah bakteri Gram positif non-patogen.Sedangkan hari 5-10 adalah bakteri Gram negative patogen. Dalam 1-3 hari pertama pasca cedera, luka masih dalam keadaan steril sehingga tidak diperlukan antibiotik. Beberapa antibiotik topikal yang dapat digunakan adalah silver sulfadiazine 1%, silver nitrate dan mafenide (sulfamylon) dan xerofom/bacitracin. Antasida diberikan untuk pencegahan tukak beban (tukak stress/stress ulcer), antipiretik bila suhu tinggi dan analgetik bila nyeri. (1,4,7,10) Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbnagan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 25003000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Kalau perlu makanan diberikan melalui enteral atau ditambah dengan nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi enteral dini melalui nasaogastik dalam 24 jam pertama pasca cedera bertujuan untuk mencegah terjadinya atrofi mukosa usus. Pemberian enteral dilakukan dengan aman bila Gastric Residual Volume (GRV)