Erica Nur Afifah - B2 - Analisis Terapi Komplementer Dengan Cara Food Combining [PDF]

  • Author / Uploaded
  • erica
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS INDIVIDU I ANALISIS TERAPI KOMPLEMENTER DENGAN CARA FOOD COMBINING Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komplementer



Disusun Oleh : Erica Nur Afifah



205401446116



PROGRAM SARJANA TERAPAN KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada saya semua sehingga kelompok saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Tugas Individu I Analisis Terapi Komplementer Dengan Cara Food Combining”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Komplementer dalam program studi Sarjana Terapan Kebidanan Universitas Nasional. Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati saya berharap kepada semua pihak agar dapat memberi saran dan kritik yang bersifat membangun untuk mendukung kesempurnaan makalah ini serta saya harap makalah ini berguna dan bermanfaat bagi masyarakat yang membacanya, khususnya bagi rekan-rekan mahasiswa. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.



Bogor, 07 April 2021



1



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 1 DAFTAR ISI .................................................................................................................... 2 A. BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 3 1. Latar Belakang ......................................................................................................... 3 2. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4 3. Manfaat Penulisan ................................................................................................... 4 B. BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 5 1. Food Combining ...................................................................................................... 5 2. Cara Melakukan Food Combining........................................................................... 5 3. Prinsip Pola Makan Food Combining ..................................................................... 7 4. Food Combining Bagi Pemula ............................................................................. 14 5. Manfaat Food Combining ..................................................................................... 15 6. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan atau Ketidakberhasilan ....................... 19 C. BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................... 21 1. Analisis Jurnal ..................................................................................................... 21 D. BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 25 1. Kesimpulan ............................................................................................................ 25 2. Saran ...................................................................................................................... 25 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 26



2



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Kemajuan di bidang teknologi memberikan pengaruh besar tehadap perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat. Di zaman yang semakin modern ini, gaya hidup serba cepat dan praktis mengakibatkan banyaknya ragam makanan instan yang ditawarkan, seperti produk sereal, sari buah, margarine, hingga aneka produk susu. Banyak orang yang tertarik untuk mengonsumsi makanan tersebut. Makanan yang dikonsumsi mengandung zat – zat gizi atau unsur – unsur yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang akan berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh dengan catatan harus seimbang. (Almatsier, 2009) Pola konsumsi masyarakat saat ini semakin berubah seiring dengan dengan meningkatnya popularitas berbagai macam makanan siap saji (junk food). Terjadinya pergeseran pola makan, di kota-kota besar pada umumnya,



dari



makanan tradisinal ke pola makan barat yang komposisinya sering terlalu tinggi kalori



dan



rendah



serat



menimbulkan



ketidakseimbangan



Ketidakseimbangan asupan gizi tersebut merupakan



asupan



gizi.



faktor risiko yang



sumbangannya sangat besar terhadap munculnya berbagai masalah kesehatan seperti obesitas, hipertensi, dislipidemia dan penyakit-penyakit metabolik lainnya. Penelitian oleh Ismailzadeh pada tahun 2007 mengungkapkan ada hubungan antara pola konsumsi dengan kejadian sindroma metabolik pada seseorang. (Wiardani, 2011) Modifikasi gaya hidup dalam bentuk penurunan berat badan dengan diet rendah kalori dan juga melakukan aktivitas fisik dengan intensitas moderat selama 150 menit dalam seminggu telah terbukti merupakan intervensi yang efektif untuk lebih sehat. Konseling untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur dan penurunan berat badan harus dilakukan di pusat medis serta di rumah. Selain itu yang tidak kalah penting adalah melakukan intervensi tehadap manajemen dalam bentuk modifikasi menu makan dan memberikan pendidikan kesehatan untuk



3



mendorong peningkatan asupan buah dan sayuran yang sebelumnya jarang menjadi perhatian. ( kaur, 2010) Saat ini telah dikenal beberapa modifikasi pola makan yang bertujuan unyuk memperoleh kesehatan yang lebih baik. Diantaranya adalah DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) untuk hipertensi, Delicious Heart Healthy Recipes oleh NIH (National Heart Institusion) yang ditujukan untuk menjaga kesehatan jatung, diet mediterrean oleh AHA (American Heart Association) serta Food Combining. Food combining merupakan salah satu modifikasi diet yang mengutamakan keseimbangan zat gizi. Konsep dari food combining ini pada dasarnya menganggap bahwa usus manusia memiliki kemampuan terbatas.Pola makan ini dirancang selaras dengan siklus metabolisme tubuh, supaya proses pencernaan makanan, penyerapan sari makanan, pemanfaatannya untuk tubuh, serta pembuangan sampah makanan berlangsung secara efektif dan efisien. (Gunawan, 2001)



B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami bagaimana cara



penerapan food combining



pada masyarakat 2. Memahami maanfaat dan kerugian dari penerapan food combining



C. Manfaat Penulisan 1. Sebagai sumber referensi agar kita dapat mengetahui bagaimana cara penerapan food combining pada masyarakat. 2. Sebagai sumber referensi agar kita dapat maanfaat dan kerugian dari penerapan food combining.



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Food Combining Dokter William Howard Hay, ahli bedah terkenal di Amerika pada awal tahun 1990-an, adalah salah seorang pengikut yang juga yang mempopulerkan Food Combining. Sebagai ilmuwan, Hay sudah membuktikan sendiri bahwa tubuh manusia memang dikaruniai kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri. Program pola makan untuk kesehatan ini mulanya disebut food separation (pemisahan makanan) dan sempat dikenal sebagai Hay System Diet (Hay’S Diet). Dalam perkembangan selanjutnya, pola makan ini lebih populer dengan sebutan Food Combining (Gunawan, 2009). Food Combining adalah suatu cara mengatur asupan makanan yang diselaraskan dengan mekanisme alamiah tubuh, khususnya sistem pencernaan. Berbeda dengan diet-diet populer lainnya, Food Combining tetap dapat membuat pelakunya makan enak sampai kenyang tetapi tubuh semakin sehat dan bahkan ukuran tubuh menjadi ideal. Efek pola makan ini melancarkan proses pencernaan dan penyerapan, menyebabkan pemakaian energi lebih efisien, dan penumpukan zat-zat yang tidak dapat dicerna dan tidak diperlukan tubuh dapat dihindari. Inilah yang membuat tubuh jadi sehat dan tidak kelebihan berat badan (Gunawan, 2009).



B. Cara Melakukan Food Combining Langkah-langkah dibawah ini sifatnya tak mengikat sesuai dengan kondisi Food Combining masing-masing, yaitu: 1. Persiapan dan inpeksi lemari Food Combining sangat mengharuskan konsumsi banyak buah, sayur segar, dan bahan pangan sealami mungkin. Jadi siapkan lemari es anda, isi dengan bermacam-macam buah dan sayur segar. Perlu diingat, semua buah dan sayur memiliki masa simpan yang tidak terlalu lama. Anda dapat menghitung kebutuhan



harian



dan



menyesuaikan



5



stok



dengan



kebutuhan.



Jika



memungkinkan pilihlah buah dan sayur organic, jika tidak tersedia dapat diganti dengan yang ada di pasaran. Sebaiknya menyeleksi lemari penyimpanan makanan. Singkirkan makanan, camilan, dan minuman yang kosong nutrisi dan mengandung berbagai bahan aditif yang tidak berguna bagi kesehatan, misalnya biscuit cokelat, soda dan lain-lain. Sebenarnya, makanan dan minuman tersebut boleh dikonsumsi sesekali. Namun yang dikhawatirkan pada tahap awal ini Anda mudah tergoda dan akan memakannya lagi. Maka akan menyebakan kekacauan program Food Combining Anda. 2. Mulai dengan kebiasaan baik Setelah lemari Anda sudah aman. Maka mulailah kebiasaan-kebiasaan baik terkait makan. Perbanyak makan buah dan sayur, cukupi kebutuhan air tubuh Anda setidaknya 2,5 liter sehari, lalu mulai membuang kebiasaankebiasaan buruk. Berhenti atau minimalkan dalam konsumsi kopi, teh, minuman bersoda, goreng-gorengan, snack berMSG, aneka cake dan kue-kue. Mulai batasi dengan ketat makan prosesan seperti bakso, sosis, dan lainnya. Kurangi pola konsumsi protein hewani secara bertahap. Lakukan kebiasaan ini selama 1-2 minggu. 3. Jeniper plus sarbu (sarapan buah) Di awal-awal sarapan buah, mungkin Anda masih membutuhkan makan buah hingga berkali-kali. Tak masalah asalkan jenis buah yang dipilih sudah betul seperti manis karena matang sempurna, berair dan berserat. Pastikan pula mengunyah dengan baik 10-20 kali kunyah untuk buah-buahan. 4. Tambahkan satu waktu Setelah terbiasa dengan sarapan buah, maka bisa menambahkan satu waktu makan sesuai Food Combining. Silahkan pilih makan siang atau makan malam, sesuaikan dengan aturan Food Combining. Jika memilih menu protein, makanlah sejumlah kecil protein hewani dengan sayuran. Sebaliknya jika memilih menu pati, Anda bisa menikmati nasi beserta lauk nabati ditemani sayur-sayuran.



6



5. Food Combining Dengan Total Setelah mengawali dengan Jeniper dan makan siang hingga makan malam sesuaikan dengan prinsip Food Combining. Jalani 1-2 minggu dan nikmati, biasanya Anda akan merasakan banyak perubahan signifikan.



C. Prinsip Pola Makan Food Combining Pada prinsipnya, pola makan Food Combining adalah salah satu cara termudah untuk mencapai kondisi homeostasis. Food Combining merupakan pola makan yang berbasis pada tiga hal sederhana, yaitu : 1. Apa yang dimakan Karbohidrat, protein dan lemak adalah zat-zat gizi yang paling berperan mengendalikan setiap proses pencernaan. Disebut juga zat gizi makro karena diperlukan dalam jumlah besar. Sedangkan vitamin dan mineral, yang membantu metabolisme zat-zat gizi makro, disebut zat-zat gizi mikro karena hanya diperlukan dalam jumlah kecil. Suatu jenis makanan diklasifikasikan sebagai karbohidrat, protein, atau lemak jika kandungan unsur gizi minimal sekitar 20% dari total gizi yang dikandung makanan itu (Gunawan, 2009). Hampir semua makanan mengandung unsur karbohidrat, protein dan lemak. Namun proporsi setiap unsur tidak sama pada setiap makanan. Pada setiap jenis makanan umumnya hanya terdapat satu unsur gizi makro saja yang sangat dominan. Secara ilmiah, kondisi ini selaras dengan pencernaan manusia yang tidak memiliki kemampuan mencerna lebih dari satu gizi dominan berbeda pada saat bersamaan. Campuran aneka makanan yang unsur-unsur dominannya berbeda akan mengubah komposisi unsur makanan secara total (Gunawan, 2009). Jan Dries (ahli gizi Belanda) mengklasifikasikan unsur gizi ke dalam tiga unsur gizi utama yang dalam ilmu gizi umum dikenal sebagai karbohidrat, protein dan lemak. Oleh Jan Dries diuraikan lagi menjadi lima unsur utama yaitugula, pati protein, asam dan lemak (Gunawan, 2009).



7



Lebang (2015), menyederhanakan unsur makanan yang umum tersebut menjadi : a. Pati Identik dengan pemberi tenaga serta rasa kenyang yanf instan. Pati yang baik adalah jenis yang masih memiliki zat-zat gizi alamiah dan minim proses. Dalam bentuk utuhnya, dia masih mengandung vitamin, serat, enzim, mineral, dan subtansi penting lain yang bisa dimanfaatkan oleh tubuh secara maksimal. Pati alami sekalipun sebaiknya hanya dikonsumsi secukupnya saja, mengingat kemampuan organ hati untuk menampung glikogen sangat terbatas. Ekstra pati yang tidak terpakai akan diubah menjadi lemak dan disimpan di hati dan bagian-bagian tubuh lain. Pati alami sangat bermanfaat bagi penderita kelebihan berat badan dan diabetes, karena dengan porsi sedikit saja, seratnya cukup membuat rasa kenyang yang lebih lama dan membantu memperlambat penyerapan gula pada usus halus (Gunawan, 2009). b. Protein Merupakan pembentuk sel-sel baru tubuh. Dikelompokkan menjadi protein hewani dan protein nabati. Kandungan asam amino dalam protein adalah unsur utama pembentuk sel, bahan utama pembangunan dan perbaikan jaringan tubuh, hormon, enzim, dan banyak hal substansial lain terkait tubuh manusia. Penguraian protein hewani ke dalam bentuk asam amino agar bisa diserap tubuh berlangsung lama dan memberatkan kerja sistem cerna. Juga menyedot energi yang seharusnya dialokasikan secara kolektif untuk mejaga keseimbangan tubuh. Asam amino protein hewani pun mudah rusak, terutama karena protein hewani harus diproses panas dulu agar bisa dikonsumsi aman. Protein nabati bisa disumbangkan dalam bentuk kacang-kacangan da polong-polongan. Buah dan sayur pun menyumbang protein dalam bentuk



8



asam amino sederhana yang lebih mudah diserap oleh tubuh. Mengkonsumsi protein nabati, buah, dan sayur dalam jumlah cukup sebenarnya bisa meminimalisasi pemakaian protein hewani dan meningkatkan kualitas kesehatan. c. Sayuran Sebagai pembentuk sifat basa, apabila dikonsumsi benar, sayuran akan mampu menetralkan pH dan menciptakan kondisi homeostasis. Sayuran kaya akan karbohidrat, serat, vitamin dan mineral. Warna pada sayuran juga mencirikan vitamin yang bisa diberikan kepada tubuh. Warna kuning, oranye dan merah mensuplai beta karoten pembentuk vitamin A, sedangkan warna hijau melimpahi tubuh dengan zat besi. Sayuran mempermudah



kaya kerja



serat,



yang



sistem



bersifat



pencernaa,



cukup terutama



keras kerja



dan



padat



peristaltik



(mendorong makanan) pada usus. Jika disajikan segar, sayuran juga memberikan



asupan



enzim



berlimpah



sehingga



secara



signifikan



meringankan sistem cerna karena membuat kerja organ penghasil enzim tidak perlu bekerja keras (Lebang, 2015). Dalam tubuh manusia memiliki lebih dari 5.000 macam enzim, dan dapat digolongkan secara umum menjadi enzim pencernaan dan enzim metabolisme. Enzim pencernaan adalah enzimenzim yang membantu pencernaan dan penyerapan makanan, contohnya lipase, protease, dan amilase. Sedangkan enzim metabolisme adalah enzimenzim yang berhubungan secara langsung dengan seluruh aktivitas pendukung kehidupan, mengatur pembuangan bahan-bahan yang tidak diperlukan oleh tubuh, pemulihan jantung dan organ-organ lain, serta metabolisme energi di dalam sel (Shinya, 2015). Kandungan gula dan sifat asam yang sangat rendah membuat sayuran bersifat netral dan mudah dikombinasikan dengan makanan lain. Bahkan berkat sifatnya ini, sayuran mampu menetralisisasi efek buruk dari beragam makanan yang sejatinya tidak terlali baik untuk tubuh saat dikonsumsi bersamaan.



9



Sayuran juga kaya air. Mengkonsumsi sayuran, terutama dalam keadaan segar, mampu membantu mengisi kebutuhan tubuh akan asupan cairan harian yang sering kali kurang tanpa disadari. Sayangnya, budaya kuliner membuat proses memasak sering menjadi berlebihan, membuat sayuran harus melewati sesi pemanasan yang merusak cadangan air, enzim, nutrisi dan mineral terkandung. d. Buah Kandungan



dan



manfaat



buah



sama



dengan



sayuran.



Juga



mempermudah tubuh mencapai kondisi homeostasisnya.Gula buah atau fruktosa memasok energi yang cepat bagi tubuh. Namun harus dikonsumsi secara cermat dan tepat karena gula buah bersifat merusak protein dan lemak. Serat buah juga cenderung lunak dan tidak serasi saat dipadukan dengan serat sayuran yang lebih keras, terutama bagi mereka dengan sistem cerna sensitif. Kondisi ini mengharuskan buah dikonsumsi dalam keadaan perut kosong. Atau beri jarak 15-20 menit sebelum makan. Dan sesudah makan, sebaiknya tidak menyantap buah hingga 4-5 jam kemudian. Berlaku juga untuk buah yang dibuat sebagai minuman jus. Buah sangat cepat memberikan energi sekaligus tidak menguras energi tubuh. Enzim bawaan buah membantu menguraikan buah sehingga sistem cerna tidak perlu memprosesnya. Namun, tubuh yang tersuplai energi buah juga tergolong cepat kehilangan energinya. Itu sebabnya buah tidak dapat dijadikan pengganti menu makan utama, seperti makan siang dan makan malam



karena



ketersediaan



energi



tubuh



akan



tergangguu



dan



mengakibatkan metabolisme menjadi tidak berjalan baik. 2. Waktu makan Food Combining mengacu pada ritme biologis dalam mengatur waktu dan jenis makanan yang tepat dan sesuai kebutuhan tubuh. Setiap fungsi tubuh mempunyai irama biologis (circadian rhythm) yang jam kerjanya tetap dan sistematis dalam siklus 24 jam sehari. Sistem pencernaan sendiri terbagi atas



10



tiga fase yang ketiganya secara simultan aktif selama 24 jam, tapi pada waktuwaktu tertentu masing-masing akan lebih intensif dibandingkan fase-fase lainnya. Jika salah satu fase terhambat, fase berikutnya akan ikut terhambat. Hambatan ini besar pengaruhnya terhadap proses metabolisme (Gunawan, 2009). Siklus sirkadian yang terkait dengan sistem pencernaan ini berlaku sebagai berikut : a. Fase cerna/ pencernaan (pukul 12.00 – 20.00) Pada fase ini, sistem pencernaan berlaku aktif dalam menerima makanan yang masuk. Ininlah rentang waktu manusia cenderung lebih leluasa mengonsumsi makanan. Secara budaya, fase ini sejalan dengan waktu makan siang, kudapan sore, dan makan malam (Lebang, 2015). Merupakan saat yang tepat untuk mengkonsumsi makanan padat karena fungsi pencernaan bekerja lebih aktif. Setelah pukul 8 – 9 malam tidak dianjurkan makan makanan padat lagi, karena tidur dengan perut penuh makanan akan menggangu fungsi tubuh yang aktif pada fase berikutnya (Gunawan, 2009). b. Fase penyerapan dan asimilasi (jam 8 malam – 4 pagi) Pada saat tubuh dan pikiran sedang istirahat total atau tidur, tubuh mulai



menyerap,



mengasimilasi,



mengedarkan



zat



makanan



dan



detoksifikasi. Makan larut malam atau kurang tidur akan menghambat fase ini karena energi yang ada terbagi untuk mencerna makanan atau aktivitas yang dilakukan ketika sedang tidak tidur (Gunawan, 2009). Pada fase ini, tubuh memanfaatkan secara maksimal apa yang dimakan pada waktu sebelumnya. Saat inilah berlangsung penyerapan zat gizi, sirkulasi zat-zat berguna yang diproses dari makanan, pergantian sel, perbaikan jaringan, dan sebagainya. Dibutuhkan energi sangat besar dan rumit pada fase ini. Itulah sebabnya secara alamiah, pada fase ini manusia menurunkan pacu ritmenya dengan memasuki waktu tidur. Mengganggu fase ini dengan mengonsumsi makanan atau tidak tidur akan mengganggu proses



11



yang semestinya terjadi dan membuat kerusakan kesehatan jangka pendek maupun panjang (Lebang, 2015). c. Fase pembuangan (jam 4 pagi – 12 siang) Secara intensif tubuh mulai melakukan pembuangan sisa-sisa makanan dan sisa-sisa metabolisme. Siklus ini paling banyak memakai energi. Selagi siklus ini berlangsung sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan berat dan padat



karena



akan



menurunkan



intensitas



proses



pembuangan,



memperlambat proses pencernaan, dan memboroskan energi (Lebang, 2015). Berdasarkan ritme ini, pola makan dalam Food Combining diatur. Makanan dan kudapan yang bersifat lebih padat dialokasikan pada waktu siang, sore, dan malam; disesuaikan dengan kesiapan tubuh dalam menerima makanan yang masuk (Lebang, 2015).. Sementara pagi hari, saat alokasi energi dibutuhkan untuk fase pembuangan, makanan yang lebih ringan dan mudah serap oleh tubuh sangat disarankan. Inilah sebabnya Food Combining identik dengan pemanfaatan buah segar sebagai bahan baku makanan untuk sarapan. Sifat buah adalah ringan, mudah dicerna, tetapi memberikan asupan energi signifikan (Lebang, 2015). Sarapan buah bagi pemula sebaiknya dilakukan berkala pukul 06.00 – 11.00. Makan perlahan, mengunyah dengan baik, dan pastikan tercampur air liur. Saat perut terasa kenyang, hentikan makan. Konsep sama juga berlaku saat mengonsumsi buah segar dalam bentuk jus. Cara ini efektif mencegah rasa mulas, kembung, dan pusing yang acap terjadi apabila mengkonsumsi buah tergesa-gesa karena buah tidak tercampur enzim cerna dalam air liur, serta lonjakan gula darah yang mendadak (Lebang, 2015). 3. Bagaimana memakannya Lebang (2015), memformulasikan makanan ke dalam tiga unsur dasar untuk mempermudah pemahaman Food Combining, yaitu pati, protein, dan sayur. Perpaduan unsur-unsur tesebut adalah yang paling utama dari metode diary food ala Food Combining.



12



Berikut kombinasi makanan ideal dalam Food Combining menurut Lebang (2015) : a. Protein Hewani – Pati (kombinasi tidak ideal) Protein



hewani



apabila



dicampur



dengan



karbohidrat



akan



menghasilkan masalah bagi pencernaan manusia. Masing-masing unsur makanan tersebut memerlukan enzim yang berbeda untuk diolah oleh tubuh. Karbohidrat dicerna oleh enzim cerna amilase (terdapat di air liur) dan protein hewani dicerna oleh enzim pepsin (bekerja begitu makanan memasuki alat cerna dalam perut). Sayangnya, kedua enzim ini tidak bisa ekerja saat bertemu satu sama lain. Amilase akan berhenti bekerja sehingga menghasilkan karbohidrat yang belum terurai sempurna sepanjang proses pencernaan. Juga dilihat dari sisi waktu cerna atau terurai, keduanya memiliki waktu yang berbeda. Zat-zat dalam protein hewani cenderung lebih lama terurai daripada karbohidrat. Belum lagi apabila sumber protein yang dikonsumsi telah mengalamai proses pembuatan yang merusak nilai gizinya, seperti hidangan ayam di restoran cepat saji, atau daging sapi dalam bentuk burger atau sosis. Paduan itu bisa menimbulkan semacam endapan sisa yang tak terurai oleh tubuh dengan baik. Endapan ini disimpan dalam usus besar sebagai pusat penyimpanan zat tidak terpakai dalam tubuh manusia. Secara akumulatif, endapan ini akan menumpuk dan sulit dikeluarkan sehingga mengundang bakteri serta parasit yang akan mengganggu kesehatan secara umum. b. Protein – Sayuran (kombinasi ideal) Kombinasi ini iddeal dan sangat melengkapi satu sama lain. Oleh karena protein hewani adalah pembentuk asam, sayuran (terutama segar) sangat melengkapi karena sifatnya sebagai pembentuk basa. Mengkonsumsi keduanya secara bersama akan meminimalisasi pengaruh buruk protein hewani terhadap tubuh. Serat yang terdapat pada sayuran segar bersifat solid



13



sehingga membantu mengurangi kerumitan tubuh dalam mencerna protein hewani, setidaknya pergerakan protein hewani dari lambung hingga usus besar. Dalam hal ini, sayuran yang tinggi patinya, seperti kentang, talas, ubi, jagung dan jenis umbi-umbian lain, bukanlah jenis sayuran yang dianjurkan untuk dapat dipadukan dengan protein hewani. Sayuran masak dalam bentuk proses yang panjang, tergolong sulit memberikan efek positif komplementer sayuran terhadap protein hewani, seperti gulai pakis, sayur lodeh dan sup tomat. Catatan berbeda diberikan kepada protein nabati. Protein ini tergolong netral, terutama dalam bentuk pasca-fermentasi seperti tempe karena ringan dalam mencernanya. Kandungan lemak pada protein nabati pun tidak memberatkan. Untuk alasan ini, protein nabati tidak tergolong dalam kombinasi tidak ideal bila dipadukan dengan pati. c. Pati – Sayuran (kombinasi ideal) Sama dengan kombinasi protein – sayuran, serat sayuran dapat meminimalisasi efek buruk berlebihan dari pati. Serat sayur memberikan rasa kenyang sehingga keinginan untuk mengkonsumsi pati dalam jumlah banyak jadi berkurang. Takaran dalam mengkonsumsi pati dan sayuran adalah sama.



D. Food Combining Bagi Pemula 1. Sarapan hanya buah (dijus atau potongan). Porsi sampai cukup kenyang, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Buah tidak boleh dimakan sekaligus, tetapi perlahan dan sedikit-sedikit. 2. Buah tidak dimakan sesudah/bersama protein dan pati. Jika dimakan sebelum makanan lain, tunggu 10-30 menit sebelum makanan lain. 3. Protein untuk menu siang dan pati untuk malam, atau boleh sebaliknya. Keduanya tidak bisa dikonsumsi jadi satu. Tetapi dalam satu hari kebutuhan protein dan pati tetap harus dipenuhi.



14



4. Protein sebaiknya satu macam saja, misal ikan atau daging. Sedangkan pati boleh lebih dari satu, misal nasi dan perkedel kentang atau nasi dan bakmi goreng. Perkedel kentang boleh memakai sedikit telur. Bola daging juga boleh memakai sedikit terigu. Kombinasi dua makanan tidak serasi masih bisa ditoleransi jika salah satunya dalam porsi yang jauh lebih kecil. 5. Sayuran harus mendampingi protein dan pati untuk menjaga keseimbangan asam basa. Porsi sayuran dua atau tiga kali lipat porsi protein atau pati (kirakira 75% : 25%). Menu sayuran harus termasuk sayuran mentah, bisa lalapan, salad, atau jus sayuran mentah.



E. Manfaat Food Combining Pengaturan pola makan Food Combining, member banyak manfaat. Berikut ini beberapa manfaat yang telah dibuktikan oleh banyak pelaku Food Combining : 1. Makan lebih proporsional Pola makan sehat yang sudah sangat dikenal dan banyak dipraktikkan adalah 4 sehat 5 sempurna. Pola makan yang menganjurkan konsumsi aneka unsure makanan dalam satu kali sajian. Karbohidrat, lauk pauk (hewani dan nabati), sayur, dan buah-buahan dikonsumsi bersamaan dalam satu waktu makan. Faktanya, banyak orang merasa kesulitan memenuhi asupan buah dan sayuran akibat sudah merasa kekenyangan. Berapa jumlah konsumsi buah dan sayur yang ideal untuk satu orang dalam sehari? Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pangan Dunia (FAO), konsumsi buah yang ideal per hari adalah 2-4 porsi sedangkan sayur 3-5 porsi. Dengan mengasup makanan mengikuti pola Food Combining ternyata memudahkan kita untuk memenuhi asupan buah dan sayur tanpa harus merasa kekenyangan. Prinsip makan buah sebagai sarapan atau makan buah pada saat perut kosong yang dianjurkan dalam Food Combining sangat membantu kita memenuhi kecukupan buah dalam sehari. Berbeda jika kita makan buah sebagai pencuci mulut setelah makan utama, dalam kondisi perut sudah sangat kenyang dan akhirnya hanya dapat terisi sedikit saja porsi buah. Begitu pula porsi sayur,



15



yang memang dalam Food Combining mendapat tempat sangat penting. Food Combining menganjurkan minimal konsumsi sayur separuh piring, separuhnya lagi yang masih kosong dapat diisi dengan nasi (karbohidrat) dan lauk. Dengan cara ini, pengkonsumsi dapat mencukupi kebutuhan semua unsure makanan tanpa harus merasa terpaksa menenelan akibat kekenyangan. 2. Lebih berenergi Sarapan buah ala Food Combining sangat membantu menghemat energy tubuh untuk mencerna. Fruktosa buah yang siap diserap menjadi sumber energy siap pakai tanpa tubuh harus lelah mencernanya. Penggunaan energy yang efisien ini membantu tubuh terasa lebih bugar dan anti mengantuk. Rasa kantuk yang sering menyerang jika kita memilih menu sarapan konvensional semisal bubur ayam, nasi goring, nasi uduk, tak akan menyerang para Food Combiner yang mengonsumsi buah sebagai sarapan. Begitu pula dengan santapan saat makan siang dan makan malam. Dengan menyantap hanya unsur-unsur makanan yang memenuhi kaidah kombinasi serasi, maka tubuh akan lebih mudah mencerna. Sebaliknya kombinasi makanan yang tidak serasi membuat organ dan enzim cerna kerepotan melaksanakan tugasnya. Energy yang dikeluarkan juga banyak, akibatnya tak banyak energy tersisa untuk melakukan hal lainnya. Tubuh pun mudah kelelahan dan tak berenergi. 3. Daya tahan tubuh dan masalah alergi Alergi secara umum diyakini sebagai masalah bawaan yang sulit diatasi. Umumnya, penderita alergi hanya menerima pil ampuh bernama antihistamin untuk mengatasi alerginya lalu di lain waktu alergi itu terjadi lagi saat sang allergen tak kuasa dihindari. Banyak pelaku Food Combining yang melaporkan bahwa masalah alergi mereka sangat berkurang setelah berFood Combining. Dalam salah satu penjelasannya, kombinasi makanan yang buruk menyebabkan makanan tak tercerna sempurna, karbohidrat plus protein hewani misalnya. Saat hasil pencernaan yang tak sempurna tadi diserap, tubuh mengenalinya sebagai zat asing. Selanjutnya muncul reaksi alergi.



16



Food Combining sering dikaitkan dengan masalah daya tahan tubuh. Banyak pelaku Food Combining melaporkan peningkatan daya tahan tubuh selama menjalani Food Combining. Tubuh menjadi jarang sakit, kalaupun sakit biasanya mereka akan sangat cepat sembuh. Hal ini dapat dipahami dengan pemahaman, bahwa tubuh memiliki sistem sendiri untuk dirinya dalam kondisi baik. Fungsi ini



mempertahankan



sering tidak berjalan baik, akibat



kebiasaan makan buruk yang terjadi terus menerus. Food Combining memberikan tubuh hanya apa yang dibutuhkannya. Karena fungsi alamiah tubuh dapat kembali optimal, termasuk system kekebalan tubuh. 4. Penyembuhan dan perawatan penyakit Jika melihat kembali sejarah Food Combining, banyak penganjur Food Combining yang memulai mengenal Food Combining berkaitan dengan kondisi sakit. Wiliam Howard Hay yang dikenal sebagai orang yang mempopulerkan Food Combining, awalnya mengalami gangguan ginjal lalu sembuh dengan prinsip-prinsip Food Combining. Dr.Hay sendiri telah membuktikan bagaimana penyakit ginjal kronis, pembengkakan jantung dan tekanan darah tinggi yang dideritanya selama bertahun-tahun sembuh hanya dalam tiga bulan setelah menjalani pola makan Food Combining. Demikian pula Kathryn Marseden penulis buku-buku Food Combining terkenal, merawat sang suami yang terkena kanker dan sangat terbantu dengan Food Combing. Namun, yang perlu dipahami adalah bahwa Food Combing bukanlah sejenis pil ampuh. Karena Food Combining bukanlah obat, pola makan ini bersifat umum, tidak spesifik untuk kondisi-kondisi tertentu. Bukan seperti obat yang jika nyeri minum anti nyeri, alergi minum antihistamin, maag minum antacid, dan lain sebagainya. 5. Berat Badan ideal, hanya bonus. Food Combining memang bukan pola makan untuk langsing tapi lebih untuk kesehatan. Namun, ternyata banyak sekali pelaku Food Combining yang melaporkan penurunan berat badan yang signifikan. Selain penurunan berat badan, ada juga Food Combiner yang tadinya bertubuh amat kurus mendapatkan penambahan bobot sehingga menjadi ideal selama menjalani



17



Food Combining. Hanya satu hal yang berbeda antara Food Combining dengan metode penurunan berat badan lainnya yang mayoritas menekankan diet ketat. Pelaku food combining tak perlu merasa kelaparan karena asupannya dibatasi, ini membuat mereka lebih nyaman dan biasanya awet melakukan Food Combining dalam jangka panjang. Sebaliknya, pelaku diet dengan pembatasan makanan memang mendapatkan penurunan berat badan lebih cepat tetapi pembatasan makan yang ketat bisa membuat pelaku diet kurang nyaman, tersiksa, dan akhirnya bosan menjalankannya. Akibatnya tubuh cepat kembali melar. 6. Kencantikan kulit Kulit yang cantik dan awet muda adalah danbaan semua orang, khususnya kaum wanita. Berbagai cara dari yang murah hingga jutaan rupiah pun akan dilakukan demi mendapatkannya. Meski tak semua itu berhasil. Vitamin, mineral, antioksidan, dan nutrisi lainnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan kulit cantik, sehat dan awet muda. Nutrisi tersebut bisa dipenuhi lewat makanan, suplemen, dan produk perawatan kulit. Food Combining membantu kita mengatur asupan makanan yang seimbang. Pola makan ini juga membantu apa yang kita asup tercerna dan terserap secara optimal sehingga nutrisi bagi kulit juga akan terpenuhi. Selain itu, Food Combining juga menghindari konsumsi makanan dengan kombinasi yang tidak serasi. Kombinasi makanan yang tak serasi akan memberatkan pencernaan dang menggunakan energy yang sangat besar, akibatnya kita merasa lelah demikian juga dengan kulit. Maslah jerawat dan berbagai problem kulit juga bisa teratasi dengan Food Combining. Hal ini dikarenakan kulit sebagai salah satu indicator bagian dalam tubuh, jika seluruh system tubuh dapat berjalan dengan semestinya maka tak akan memunculkan peringatan ke permukaan berupa berbagai masalah kulit termasuk jerawat.



18



F. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan atau Ketidakberhasilan Food Combining bukanlah sekedar diet, namun lebih ke gaya hidup. Jadi harapannya, food combining dapat bertahan dilakukan sepanjang hidup kita. Bukan seperti diet kebanyakan yang antusias diawal lalu mengendur bahkan tak berkelanjutan. Dibawah ini faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau ketidakberhasilan Food Combining : 1. Siapkan tekad Luruskanlah niat, jangan lupa bahwa Food Combining bukan sematamata pola makan supaya tubuh menjadi langsing, bahkan lebih dari sekedar langsing. Prioritas yang ingin dicapai oleh Food Combining adalah tubuh menjadi sehat. Harus disadari bahwa Food Combining adalah pola makan yang melawan arus. Berbeda dengan cara makan orang kebanyakan dan pola makan 4 sehat 5 sempurna yang didoktrinkan sejak puluhan tahun silam. Ketika memutuskan untuk menjalani Food Combining, bersiaplah untuk menjadi orang yang aneh dalam pandangan orang kebanyakan. Juga menerima cibiran lengkap dengan kata-kata kurang enak yang intinya mencela pola makan Food Combining yang sedang dijalankan.



Mungkin agak ekstrim, namun



percayalah dalam pandangan umum, sayur-sayuran apalagi sayuran mentah dan buah-buahan, itu semua buka termasuk makanan enak. Komentar-komentar seperti itu tidak untuk didengar dan dimasukkan ke hati. Santai dan tetap positif. 2. Penuh kesadaran Untuk dapat berFood Combining



dengan berkelanjutan tentu harus



dilakukan dengan penuh kesadaran. Bukan sesuatu yang dipaksakan dari luar diri kita tetapi lebih sebagai pilihan yang telah diambil dengan penuh kesadaran. Jika kita menyadari sepenuhnya bahwa pola makan ini adalah sesuatu yang kita pilih sendiri, maka akan terasa lebih enjoy melakukannya tanpa keterpaksaan.



19



3. Dukungan komunitas Membiasakan pola makan dengan Food Combining bukanlah hal yang mudah, karena sangat berbeda dengan kebiasaan kita sebelumnya dan kebiasaan lingkungan masyarakat, karenanya carilah dukungan. Ini penting agar tak merasa sendirian melakukan ikhtiar sehat Anda. Lingkungan sangat penting perannya untuk menjaga kelanjutan pola makan yang sudah Anda yakini dan pilih sebagai gaya hidup. Berkomunitaslah dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama. Salah satu pilihan berkomunitas yang sangat menyenangkan adalah di group Food Combining Indonesia.



20



BAB III PEMBAHASAN



Judul



Pengaruh Food Combining Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2019



Tahun



2019



Penulis



Prodi Keperawatan Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan Universitas Jambi



Latar Belakang



Tekanan darah adalah suatu kondisi dimana jantung berkontraksi memompa darah dengan kekuatan yang ditimbulkan yang diperlukan agar darah tetap mengalir ke Otak dan ke seluruh tubuh. Pada kondisi normal, jantung mampu darah melawan grafitasi dan hambatan pada dinding arteri. Ketika tekanan darah meningkat yang dikenal dengan Hipertensi akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan bahkan komplikasi lain bagi penderita, seperti Stroke & gagal Ginjal, bahkan kematian. Word health Organization (WHO) menyebutkan 40% Negara berkembang dibangding dengan Negara maju berkisar 35% mengalami hipertensi. Tahun 2015 WHO menyebutkan 1,13 milyar (1 dari 3 orang) di dunia menderita Hipertensi. Hipertensi di Indonesia masih menempati posisi yang cukup tinggi di beberapa daerah bahkan menempati urutan pertama. Data Riset Kesehatan dasar (Riskesdas, 2013) hipertensi di Indonesia mencapai 25.8%, dengan prevalensi Stroke 12,1 per 1.000 Penduduk dan 14,5% penyebap Kematian di Rumah Sakit di Indonesia. Kondisi ini meningkat, tahun 2018 Kemenkes RI melaporkan 34.1% prevalensi hipertensi pada penduduk berusia >18 tahun. Provinsi Jambi hipertensi menempati angka 34,1%, dan khusus kota Jambi sebesar 45,1% (9.546 kasus) tahun 2017 dan Menempati Urutan pertama



21



kelompok penyakit tidak menular. Puskesmas Putri Ayu sebanyak 1201 kasus. Tingginya kasus tersebut menjadi perhatian system pelayanan kesehatan yang tidak hanya bersifat kuratif (farmakologik), namun juga perlu preventif dan Rehabilitatif yang bersifat non farmakologis. Upaya tersebut berupa aktifitas olah raga teratur, pola hidup sehat, tidak merokok, dan memperbaiki pola makan. Pentingnya mengatur pada penderita hipertensi karna sebagian penyebab kejadian hipertensi adalah dari Pola makan (Kurniadi, 2014). Pola makan yang tetap memenuhi kebutuhan nutrisi adalah melalui metode food combining. Metode food combining merupakan metode mengatur pola makan kombinasi mengikuti standar 4 sehat 5 sempurna, yang bertujuan untuk mengidealkan kondisi tubuh. Bahkan mampu menyembuhkan beberapa keluhan penyakit. Pola makan yang diterapkan pada food combining dengan mempertimbangkan efektifitas penyerapan zak gizi & Zat fitokimia antigizi dalam makanan dengan cara mengikuti siklus metabolisme yang alami tubuh (Puspitasari, 2018). Tujuan



Untuk mengetahui pola makan metode food combining terhadap terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi, di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi.



Metode



Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian Quasi Experiment yang menggunakan Pre Test and Post Test design group dengan intervensi terapi food combining. Waktu dan tempat Penelitian ini akan dilakukan wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi, pada bulan Maret sampai dengan Oktober 2019 dengan jumlah Sampel 10 orang hipertensi. teknik Purposive Sampling dengan kriteria yang sudah di tetapkan.



Hasil



Pengaturan pola makan melalui food combining yang dilakukan selama 7 hari dengan prinsip sesuai dengan siklus metabolisme tubuh



22



setiap harinya. Prinsip pola food combining yang diterapkan adalah tidak mencampurkan jenis makanan yang bersifat asam & makanan yang dapat menghasilkan asam seperti Lemak dan Protein, sumber karbohidrat dengan glukosa seperti gula dan makanan jenis karbohidrat, serta tidak menggabungkan jenis protein dan karbohidrat teruma protein hewani. Jenis makanan tersebut dikombinasikan setiap hari dilakukan selama 7 hari. Respon pasien di hari pertama intervensi umumnya mengalami masalah perubahan nafsu makan dan perubahan pola eliminasi fekal, pada hari kedua pasien sudah mulai dapat menyesuaikan diri, pada hari ke 3 sampai ke Seminar Nasional Keperawatan “Penguatan keluarga sebagai support system terhadap tumbuh kembang anak dengan kasus paliatif” Tahun 2019 147 7, pasien tidak mengalami keluhan pola makan. Hari ke 3 dilakukan pengukuran tekanan darah systole sudah mengalami penurunan hingga 20 mmHg dan diastole belum tampak adanya perubahan, hingga pengukuran tekanan darah pada hari ke 7 intervensi, TD mengalami penurunan yang cukup signifikan, terutama pada tekanan darah systole, hingga mencapai batas normal sebanyak (30%), derajat 1 dari 70 % menjadi 50 %, derajat 2 dari 30% menjadi 0%. Pola food combining yang digunakan terdapat perbedaan pada pola food combining pada umumnya, terletak pada pola jenis makan siang dan makan malam. Pada makan siang, pola yang peneliti lakukan adalah karbohidrat yang dikombinasikan dengan jenis sayuran-sayuran, sedangkan makan malam adalah makanan sumber protein hewani yang dikombinasikan dengan jenis sayur lalapan atau sayur matang lain. Hal ini dilakukan dengan tujuan responden lebih mudah menyesuaikan pola kebiasaan makan lama dengan pola food combining.



23



Respon pasien terhadap pengaturan pola food combining yang dirasakan seperti pasien merasa lebih, segar, tidak mudah lelah, kualitas tidur lebih baik, badan terasa ringan dan pegal-pegal yang sering dirasakan sebelumnya tidak dirasakan. Kondisi ini didapatkan karena pasien dikontrol ketat selama intervensi dengan harapan pasien dapat merasakan hasil yang diharapkan dari perubahan perilaku makannya Kelebihan



1. Memaparkan secara jelas dan lengkap mulai dari pendahuluan atau latar belakang dari permasalahan. 2. Penulisan jurnal ini teratur dan sesuai dengan kaidah pembuatan penulisan jurnal. 3. Kata yang digunakan juga dalam jurnal ini bersifat baku dan sesuai dengan kamus EYD Bahasa Indonesia.



Kekurangan



1. Space penulisan tidak teratur. 2. Tiap paragraf ada yang menjorok kedalam dan ada pula yang tidak menjorok kedalam.



24



BAB IV PENUTUP



A. Kesimpulan Food combining adalah metode pengaturan makanan yang diselaraskan dengan mekanisme alamiah (system pencernaan) tubuh kita. Efek pola makan ini meminimalkan jumlah penumpukan sisa makanan dan metabolism tubuh sehingga fungsi pencernaan dan penyerapan zat makanan menjadi lancer dan pemakaian energy tubuh menjadi lebih efisien. Food combining mengacu pada ritme biologis dalam mengatur waktu dan jenis makanan yang tepat dan sesuai kebutuhan tubuh. Pada prinsipnya, pola makan FC adalah salah satu cara termudah untuk mencapai angka pH ideal 7,35-7,45 yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi homeostasis. Pola makan FC ini berbasis pada 3 hal sederhana yaitu apa yang kita makan, waktu makan, dan bagaimana memakannya.



B. Saran Food Combining disebaiknya disesuaikan dengan gaya hidup dan pola makan masyarakat Indonesia sehingga pola makan yang benar dapat diselaraskan dengan siklus pencernaan tubuh. Dengan pola makan yang memanfaatkan naluri alami tubuh ini, kita tidak perlu menghitung kalori, apalagi porsi makan. Hanya perlu tahu kapan harus makan dan kombinasi makanan apa yang serasi. Secara alami tubuh akan mencapai dan mempertahankan berat badan idealnya, kesehatan dan kebugaran tetap terjaga.



25



DAFTAR PUSTAKA



Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Gunawan, A. (2009). Food Combining: Kombinasi Makanan Serasi (Pola Makan Untuk Langsing dan Sehat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Gunawan, A. (2009). Food Combining: Kombinasi Makanan Serasi (Pola Makan Untuk Langsing dan Sehat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Lebang, E. (2015). Food Combining Itu Gampang. Jakarta: Qanita. Salim, I. N. (2016). Sistem Pendukung Keputusan Food Combining Dengan Metode Forward Chaining. Jurnal Transformatika, 67. Wiardani, N. K. (2011). Kejadian Sindroma Metabolik Berdasarkan Status Obesitas Pada Masyarakat Perkotaan di Denpasar . Jurnal Ilmu Gizi Volume 2 Nomor 2, 129-138. Yuliandari, W. (2015). Food Combining: Pola Makan Sehat, Enak dan Mudah. Jakarta: PT. Kawan Pustaka.



26