ERICH FROMM Dan Teorinya [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Azwar
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas Psikologi Kepribadian Dosen Pengampu : Dr.Hj.Siti Murdiana, S.Psi., M.Si.,Psikolog Rahmat Permadi, S.Psi., M.Psi., Psikolog



Erich Fromm dan Teorinya



Kelompok 3



A. Nurul Annisaa (1871040051) Amirah Ansyar (1871040017) Andi Azwar Dwiyan (1871041051) Anugrana Nurhizza Lologau (1671042060) Fatiyah Try Oktavia F. (1871042127)



Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar 2019



 BIOGRAFI ERICH FROMM Fromm lahir pada tanggal 23 maret, 1900, di Frankfurt, Jerman. Dan meninggal pada 18 maret 1980 Muralto, Swiss. Ia merupakan anak tunggal dari oraang tua yahudi Ortodoks kelas menengah. Ayahnya, Naphtali Fromm, adalah anak seorang rabid an cucu dua orang rabi. Ibunya, Rosa Krause Fromm, adalah keponakan Ludwing Krause, seorang ahli Talmud yang terpandang. Masa kecil Fromm jauh dari kehidupan ideal. Ia sangat ingat bahwa ia memiliki “orang tua neurotic” dan bahwa ia kemungkinan seorang anak neorotik yang agak diluar batas” (Evans, 1966, hlm. 56). Ia melihat ayahnya dalam keadaan gusar dan ibunya yang rentan depresi. Ia kemudian tumbuh di dua dunia yang sangat berbeda, salah satunya dalah dunia Yahudi Ortodoks, yang lainnya adalah dunia kapitalis modern. Fromm memulai karir profesionalnya sebagai psikoterapis menggunakan teknik psikoanalisis ortodoks. Sepuluh tahun setelah ia bosan dengan pendekatan Freud, ia mengembangkan metodenya sendiri yang lebih aktif dan konfrontasional (Fromm,1986,1992; Sobel, 1980). Selama bertahun-tahun, gagasan-gagasannya mengenai budaya, social, ekonomi, psikologis telah menjadi perhatian banyak orang . Laudis dan Tauber (1971) membuat daftar lima pengaruh penting dalam pemikiran Fromm: 1) ajaran dari rabi-rabi humanistis; (2) semangat revolusioner Karl Marx; (3) gagasan yang juga revolusioner dari Sigmund Freud; (4) rasionalitas dari ajaran Budisme Zen yang didukung oleh D. T. Suzuki; dan tulisan-tulisan Johann Jakob Bachofen (1851-1887) mengenai masyarakat matriarchal.



 Gambaran Umum Teori Psikoanalisis Humanistis Fromm lebih dari sekedar teoritikus kepribadian. Ia juga seorang kritikus social, psikoterapis, filsuf, ahli kitab, antropologis budaya, dan psikobiografis. Psikoanalisis humanistisnya lebih melihat manusia dari sudut pandang sejarah dan budaya daripada murni sudut pandag psikologis saja. Psikoanalisis ini juga tidak terlalu memikirkan individu dan lebih memikirkan karakteristik yang secara umum berkaitan dengan kultur.



Erich Fromm berpendapat bahwa kepribadian adalah produk kebudayaan, faktor kuncinya adalah bagaimana masyarakat memuaskan kebutuhan-kebutuhan manusia. (Paulus Budi Raharja, 2000). Fromm mengadopsi pandangan evolusioner humanistis. Ketika manusia muncul sebagai spesies yang terpisah dari evolusi binatang, mereka kehilangan sebagian besar insting kebinatangannya, namun mendapat “peningkatan dalam perkembangan otak yang membuat mereka memiliki realisasi diri, imajinasi, perencanaan, dan keraguan” (Fromm.1992.hlm.5).paduan antara lemahnya insting kebinatangan dan otak yang sangat berkembang inilah yang membedakan manusia dengan semua binatang lain. Kejadian yang lebih baru dalam sejarah manusia adalah bangkitnya kapitalisme, yang di sisi lain telah berkontribusi dalam pertumbuhan waktu luang dan kebebasan pribadi. Namun disisi lain, hal ini juga menghasilkan perasaan cemas, isolasi, dan ketidakberdayaan. Harga kebebasan, Fromm menyatakan, telah melampaui manfaatnya. Isolasi yang dihasilkan oleh kapitalisme sudah tidak dapat lagi diterima, meninggalkan manusia dengan dua pilihan: (1) melarikan diri dari kebebasan dan menuju ketergantungan interpersonal atau (2) bergerak menuju realisasi diri melalui cinta dan kerja yang produktif. Menurut Fromm, penyebab patologi yang utama adalah masalah sosiakultural. Dalam tingkat mikro, mencakup hubungan simbiotik antara orang tua dan anak. Pada tingkat makro, meliputi kekuatan ekonomi dan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi pertumbuhan pribadi. (Richard Rycman, 1985). A. Beban Kebebasan (The burden of freedom) Menurut sejarah seiring perkembangan jaman, manusia semakin memperoleh kebebasannya , namun bersamaan dengan keadaan itu pula manusia menjadi semakin merasa terasing. Contohnya, selama abad pertengahan individu/manusia memiliki kebebasan pribadi yang terbatas, dan terkurung peran yang diberikan oleh masyarakat yang ada di sekitarnya, peran yang diberikan masyarakat ternyata menyediakan rasa aman, tempat bergantung dan juga kepastian.namun kemudian setelah individu/manusia itu mendapatkan kebebasan pribadi yang selama ini dibatasi akhirnya individu itu sadar bahwa mereka terlepas dari rasa aman yang diberikan. Individu akhirnya menjadi terpisah dari asal mereka dan merasa terasingkan satu sama lain. Perasaan terlepas dari rasa aman dan merasa terasingkan ternyata



menimbulkan sebuah beban, beban ini menciptakan kecemasan dasar (basic anxiety), yaitu perasaan bahwa kita hanya sendirian di dunia.



B. Mekanisme Pertahanan (Mechanism Escape) Oleh karena kecemasan dasar menghasilkan rasa keterasingan dan kesendirian yang menakutkan, maka manusia berusaha lari dari kebebasan melalui berbagai macam mekanisme pelarian. Dalam Escape from freedom, Fromm (1941) menyebutkan ada tiga mekanisme dasar dari pelarian, yaitu : a) Authoritarianism Fromm mendefinisikan authoritarianism sebagai kecenderungan untuk menerahkan seseorang secara individu dan meleburkannya dengan seseorang atau sesuatu diluar dirinya demi mendapatkan kekuatan yang tidak dimilikinya.Kebutuhan untuk bersatu dengan mitra yang kuat ini dapat berupa dua hal yaitu masokisme atau sadisme.Masokisme sendiri timbul dari rasa ketidak berdayaan, lemah, serta rendah diri dan memiliki tujuan untuk menggabungkan diti dengan orang atau institusi yang lebih kuat. Dibandingkan dengan masokisme, sadisme lebih berbahaya secara sosial.Sadisme bertujuan mengurangi kecemasan dasar dengan mencapai kesatuan antara satu orang atau lebih. Fromm (1941) memperkenalkan ada tiga jenis kecenderungan sadisme yang semuanya tergolong sama. Jenis dari sadisme yang pertama adalah kebutuhan untuk membuat orang lain bergantung pada diri dan akan berkuasa pada mereka yang cenderung lemah. Jenis yang kedua adalah keinginan untuk mengeksploitasi orang lain dan menggunakan orang tersebut untuk keuntungan dirinya sendiri. Kecenderungan yang ketiga adalah keinginan untuk melihat orang lain menderita, baik secara fisik maupun psikologis. b) Sifat Merusak Sifat merusak (destructiveness) berasal dari perasaan kesendirian, keterasingan serta ketidak berdayaan, sifat merusak sendiri tidak bergantung pada hubungan berkesinambungan dengan orang lain, melainkan mencari jalan untuk menghilangkan orang lain. Dengan membalas, merusak, menghancurkan sebuah objek maka seseorang sedang dalam keadaan berusaha untuk mendapatkan kembali rasa kekuasaan yang hilang. c)Konformitas Cara ketiga untuk melarikan diri adalah konformitas (conformity) . Orang yang melakukan konformitas berusaha untuk melarikan diri dari rasa kesendirian dan



keterasingan dengan menyerahkan individualitas mereka dan menjadi apapun yang orang lain inginkan. Dengan demikian, mereka jadi seperti robot, memberikan reaksi yang dapat diperkirakan secara otomatis sesuai dengan olah orang lain. Mereka jarang mengungkapkan pendapat mereka sendiri, berpegangan erat pada patokan perilaku, dan sering tampak kaku dan terprogram. C. Kebebasan Positif Munculnya kebebasan politik dan ekonomi mau tidak mau mendorong kita ke arah perbudakan akan keterasingan dan ketidakberdayaan. Seseorang “dapat bebas dan tidak sendiri, kritis namun tidak dipenuhi keraguan, mandiri namun tetap menjadi bagian dari kesatuan umat manusia” (Fromm, 1941).Manusia dapat mencapai kebebasan semacam itu, kebebasan yang disebut sebagaai kebebasan positif dengan pengungkapan penuh dan spontan dari potensi rasional maupun emosionalnya. Aktivitas spontan sering kali terlihat pada anak-anak dan seniman yang memiliki sedikit kecenderungan atau tidak sama sekali untuk menyesuaikan diri dengan apapun yang orang lain ingin jadikan dari mereka. Mereka bertindak menurut sifat dasar dan tidak menuru aturan-aturan konvensional. Kebebasan positif mempresentasikan keberhasilan mencari solusi bagi dilemma manusia yang menjadi bagian dari duniaa alam, namun juga terpisah darinya. Dengan kebebasan positif dan akivitas spontan, manusia dapat mengatasi ketakutan akan kesendirian, mencapai kesatuan dengan dunia, dan mempertahankan individualitas. Fromm (1941) menyatakan bahwa cinta dan kerja adalah dua komponen kembar dari kebebasan positif.Melalui cinta dan kerja yang aktif, manusia bersatu dunia dan dengan yang lainnya tanpa mengorbankan integritas mereka. Mereka menegaskan keunikan mereka sebagai individu dan mencapai kesadaran penuh akan potensi mereka. D. Orientasi Karakter Dalam teori Fromm, kepribadian tercermin pada orientasi karakter seseorang, yaitu cara relative manusia yang permanen untuk berhubungan dengan orang atau hal lain. Fromm (1947) mendefinisikan kebribadian sebagai “keseluruhan kualitas psikis yang diwarisi dan diperoleh yang merupakan karakteristik individu dan menjadikannya individu yang unik”.Kualitas yang diperoleh dan yang paling penting bagi kepribadian adalah karakter, yang didefinisikan sebagai “system yang relative permanen dari semua dorongan noninstingtif di mana melaluinya manusia



mengubungkan dirinya dengan dunia manusia dan alam” (Fromm, 1973).Fromm (1992) percaya bahwa karakter adalah pengganti kurangnya insting.Bukannya bertindak sesuai dengan insting, manusia malah bertindak menurut karakter mereka. Apabila mereka harus berhenti dan memikirkan akibat dari perilaku mereka, maka tindakan mereka akan menjadi tidak efisien dan tidak konsisten. Manusia menghubungkan iri dengan dunia melalui dua cara, dengan memperoleh dan menggunakan suatu hal (asimilasi) dan dengan menghubungkan dirinya dengan yang lain (sosialisasi). Secara umum, manusia dapat menhubungkan dirinya dengan hal atau orang lain dengan cara nonproduktif maupun produktif. E. Orientasi Nonproduktif Orientasi nonproduktif, bagaimanapun, tidak sepenuhnya negative, masingmasing memiliki aspek negative dan positif.Fromm menggunakan istilah “nonproduktif” untuk menerangkan cara- cara yang gagal untuk menggerakan manusia lebih dekat pada kebebasan positif dan realisasi diri. Manusia dapat memperoleh sesuatu melalui lima orientasi non produktif ini yaitu : a. Tipe karakter menerima (Receptive Character) Karakter reseptif merasa bahwa sumber segala hal yang baik berada di luar diri mereka sendiri dan satu satunya cara untuk berhubungan dengan dunia adalah dengan menerima sesuatu termasuk cinta ataupun pengetahuan. Karakter seperti ini cendrung lebih berpikir untuk menerima daripada memberi dan mereka ingin orang lain menyirami mereka dengan cinta, gagasan dan hadiah. Kebayakan karakter demikian periang dan bersahabat. Ketika menghadap situasi sulit, mereka menjadi putus asa dan bergantung pada orang lain dan tidak pada sumber intelektual mereka sendiri untuk memecahkan masalahnya. Kualitas negative orang - orang reseptif adalah mencakup kepasifan, kepasrahan dan kurangnya rasa percaya diri. Sifat positif mereka adalah kesetiaan, penerimaan, dan rasa percaya. b. Tipe karakter Eksploitatif (Exploitative Character) Seperti orang-orang reseptif, karakter eksploitatif percaya bahwa sumber segala hal yang baik berada diluar mereka. Berbeda dengan orang orang reseptif, tipe karakter ini mengambil secara agresif apa yang mereka inginkan, bukan menerima secara pasif. Dalam hubungan social tipe seperti cenderung menggunakan kelicikan



atau kekuatan untuk mengambil gagasan atau hal apapun yang menjadi milik orang lain. Sisi negative tipe karakter eksploitatif yaitu egosentris, angkuh, arogan.Sedangkan sisi positifnya yaitu impulsive, bangga, menarik dan percaya diri. c. Tipe karakter menimbun ( Hoarding Character) Karakter menimbun bertujuan untuk menyimpan apa yang sudah mereka dapatkan. Mereka memendam semuanya di dalam dan tidak mau melepaskannya sama sekali. Mereka menyimpan uang, perasaan, dan pikirannya sendiri.Dalam hubungan cinta, mereka berusaha untuk memiliki orang yang mereka cintai serta menjaga hubungan mereka dan bukannya membiarkan tersebut berubah dan tumbuh. Mereka sama dengan karakter anal Freud dalam arti teratur berlebihan, keras kepala, dan pelit. Akan tetapi, Fromm (1964) percaya bahwa sifat anal karakter menimbun bukanlah hasil dorongan seksual, namun lebih kepada bagian dari ketertarikan utama mereka pada segala sesuatu yang tidak hidup, termasuk kotoran mereka. Sifat negative dari kepribadian menimbun termasuk kekakuan, kegersangan, bersikeras, perilaku kompulsif, dan kurangnya kreativitas, sedangkan karakter positif mereka adalah keteraturan, kebersihan, dan ketepatan waktu. d. Tipe Karakter Pasar (Marketing Character) Karakter memasarkan adalah perkembangan dari perniagaan modern di mana perdagangan bukan lagi sesuatu yang pribadi, namun dijalankan oleh perusahaan besar tanpa identitas yang jelas.Sesuai dengan tuntutan perniagaan modern, karakter pemasaran melihat mereka sebagai komoditas, dengan nilai pribadi mereka bergantung pada nilai pertukaran, yaitu kemampuan mereka untuk menjual dirinya. Sifat negative dari karakter pemasaran adalah tanpa tujuan, oportunistis, tidak konsisten, dan sia-sia. Beberapa kualitas positif mereka di antaranya adalah kemampuan untuk berubah, berpikiran terbuka, kemampuan adaptasi dan kemurahan hati.



F. Orientasi Produktif Orientasi produktif tunggal memiliki tiga dimensi ; bekerja, mencintai, dan bernalar. Oleh karena orang-orang produktif bekerja menuju kebebasan positif dan



realisasi berkesinambungan akan potensi mereka, maka mereka merupakan karakter yang paling sehat di antara semuanya. Berikut ini adalah aspek-aspek kepribadian yang sehat dengan orientasi produktif menurut fromm yaitu : a. Manusia yang sehat menilai kerja bukan sebagai akhir, melainkan sebagai cara pengekspresian diri secara kreatif. Mereka tidak bekerja untuk mengeksploitasi orang lain atau mengakumulasi kepemilikian material yang tidak dibutuhkan. Mereka tidak malas atau aktif, namun kompulsif, melainkan menggunakan kerja sebagai cara memproduksi hal-hal yang dibutuhkan untuk hidup. b. Cinta yang produktif digambarkan melalui empat sifat yaitu: perhatian,tanggung jawab, respek dan pengetahuan. Sebagai tambahan, untuk empat karakter ini orang-orang yang sehat memiliki biofilia, yaitu cinta penuh hasrat akan hidup dan segala sesuatu yang hidup. Mencintai berarti bersungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan mereka, serta membantu pertumbuhan dan perkembangan mereka. Cinta yang produktif merupakan suatu kegiatan bukan suatu nafsu. Cinta produktif ini tidak terbatas pada cinta erotis, tetapi mungkin cinta persaudaraan atau cinta keibuan. c. Pemikiran produktiftidak dapat dipisahkan dengan kerja dan cinta produktif serta didorong oleh ketertarikan akan orang atau objek lain. Manusia yang sehat melihat orang apa adanya, bukan sebagai orang yang mereka ingin jadikan. Sama halnya, mereka mengenali diri sendiri apa adanya dan tidak membutuhkan pemahaman akan diri mereka. G. Gangguan Kepribadian Fromm (1981) menyatakan bahwa orang-orang yang terganggu secara psikologis tidak mampu mencintai dan gagal mencapai kesatuan dengan yang lainnya. Ia membahas tiga gangguan kepribadian yang berat, yaitu : a. Nekrofilia Istilah “nekrofilia”, berarti cinta akan kematian dan biasanya mengacu pada kelainan seksual di mana seseorang menginginkan kontak seksual dengan mayat. Akan tetapi, Fromm (1964, 1973) menggunakan istilah nekrofilia dalam arti yang lebih umum untuk menunjukkan ketertarikan akan kematian. Nekrofilia adalah orientasi karakter alternative bagi biofilia.Secara alami, manusia mencintai kehidupan, namun ketika keadaan sosial menghambat biofilia, mereka mungkin mengadopsi orientasi nekrofilia.



Orang – orang dengan nekrofilia tidak semata-mata bertingkah laku destruktif, melainkan tingkah laku destruktif mereka adalah cerminan karakter dasar mereka. Semua orang bertingkah laku destruktif sewaktu-waktu, namun keseluruhan gaya hidup orang-orang dengan nekrofilia adalah seputar kematian, kehancuran, penyakir, dan pembusukan. b. Narsisme Berat Sebagaimana semua orang memperlihatkan sebagian tingkah laku nekrofilia, semua orang juga memiliki kecenderungn narsistis. Manusia yang sehat menunjukkan bentuknarsisme yang baik, yaitu ketertarikan kan tubuh sendiri. Walaupun demikian, dalam bentuk buruknya, narsisme menghalangi persepsi akan kenyataan sehingga segala sesuatu yang dimiliki orang narsistis dinilai tinggi dan segaala sesuatu milik orang lain tidak bernilai. Individu narsistis terpaku pda diri sendiri, namun hal ini tidak terbatas hanya pada mengagumi diri dalam kaca. Keterpakuan pada tubuh sering menyebabkan hipokondriasis atau perhatian obsesif akan kesehatan seseorang. Fromm (1964) juga membahas hipokondriasis moral atau keterpakuan dengan rasa bersalah akan pelanggaran yang sebelumnya terjadi. Orang-orang yang terfiksasi akan diri mereka sendiri cenderung menginternalisasi pengalaman-pengalaman mereka dan merenungkan kesehatan fisik serta kebaikan moral mereka. Orang-orang narsistis memiliki apa yang disebut Horney “tuntutan neurotik”. Mereka mencapai rasa aman dengan berpegang pada kepercayaan yang berubah bentuk bahwa kualitas pribadi mereka yang luar biasa merupakan keunggulan dari orang lain. Oleh karena apa yang mereka miliki, penampilan, fisik, dan harta sangatlah hebat, maka mereka percaya bahwa mereka tidak perlumelakukan apapun untuk membuktikan betapa bernilainya diri mereka. Rasa berharga diri mereka bergantung pada gambaran diri narsistis, bukan pada pencapaian mereka. Ketika usaha mereka dikritik oleh orang lain, mereka bereaksi dengan amarah dan kemurkaan, bahkan sering kali mulai melawan orang yang mengkritiknya dan berusaha menghancurkannya. Apabila kritik tersebut berlimpah, mereka mungkin tidak bisa menghancurkannya sehingga mereka memendam amarah tersebut.Hasilnya adalah depresi, yaitu perasaan tidak berharga.Walaupun depresi, rasa bersalah yang kuat dan hipokondriasis dapat berupa apapun selain pemujaan diri, Fromm percaya bahwa masing-masing hal tersebut dapat menjadi gejala yang melandasi narsisme. c. Simbiosis Inses



Simbiosis inses (incestuous symbiosis) atau ketergantungan ekstrem akan ibu atau pengganti ibu. Simbiosis inses adalah bentuk berlebihan dari fiksasi terhadap ibu yang lebih umum dan lebih baik.Pria dengan fiksasi terhadap ibu membutuhkan wanita yang peduli, memanjakan, dan mengagumi mereka.Mereka merasa sedikit cemas dan tertekan apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi.Keadaan ini secara umum normal dan tidak terlalu mengganggu kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, dengan simbiosis inses, manusia menjadi tak terpisahkan dengan inangnya. Kepribadian mereka bercampur dengan orang lain (inang) sehingga jati diri mereka hilang. Simbiosis inses bermula ketika masa bayi sebagai keterikatan alami dengan ibu. From lebih setuju dengan Harry Stack Sullivan dari pada dengan Freud bahwa ketertarikan terhadap ibu didasari oleh kebutuhan akan rasa aman, bukan kebutuhan seks.



H. Psikoterapi Sistem terapi yang di kembangkan oleh Fromm disebut psikoanalisis humanistis. Fromm lebih memikirkan aspek interpersonal dari pengalaman terapeutik. Ia percaya bahwa tujuan dari terapi adalah untuk pasien mengenali dirinya sendiri. Tanpa pengenalan akan diri sendiri, kita tidak bisa mengetahui orang ataupun hal lain. Fromm percaya bahwa pasien melakukan terapi untuk mencari kepuasan akan kebutuhan dasar manusia merek-keterhubungan, keunggulan, keberakaran, rasa jati diri, dan kerangka orientasi. Oleh karena itu terapi harus membangun hubungan pribadi antara terapis dan pasien. Oleh karena komunikasi yang tepat sangat esensial untuk pertumbuhan terapeutik, maka terapis harus berhubungan “sebagai manusia dengan manusia lainnya dengan konsentrasi dan ketulusan penuh”. Dalam semangat keterhubungan ini, pasien sekali lagi akan merasa satu dengan orang lain. Walaupun transference dan bahkan countertransference mungkin terjadi dalam hubungan ini, tujuan utamanya adalah bahwadua manusia secara nyata terlihat satu sama lain. Sebagai bagian dari usahanya untuk mencapai komunikasi aktif yang saling berbagi, fromm meminta pasien untuk mengungkapkan mimpi – mimpi mereka. Ia percaya bahwa mimpi sebagaimana dongeng dan mitos, di ungkapkan dengan Bahasa simbolis, satu – satunya Bahasa universal yang di kembangkan oleh manusia. Oleh karena mimpi memiliki arti di balik individu pemimpi, maka fromm akan meminta



asosiasi pasien terhadap materi mimpi tersebut. Akan tetapi tidak semua symbol – symbol mimpi universal,sebagian hanya kebetulan dan bergantung pada suasana hati sebelum tidur. Lainnya hanya merupakan regional atau bergantung pada iklim, geografi, dan dialek. Banyak symbol memiliki beberapa makna karena variasi pengalaman yang berkaitan dengannya. Api dapat menyimbolkan kehangatan dan rumah untuk sebagian orang, namun juga dapat menyimbolkan kematian dan kehancuran bagi yang lain. Dengan cara yang sama, matahari dapat mewakili ancaman bagi orang – orang di padang pasir, namun mewakili pertumbuhan dan kehidupan bagi orang – orang di iklim dingin. Fromm percaya bahwa terapis seharusnya tidak terlalu ilmiah dalam memahami pasien. Hanya dengan sifat keterhubungan maka seseorang dapat seutuhnya di mengerti. Terapis seharusnya tidak melihat pasien sebagai suatu penyakit atau benda, namun sebagai manusia dengan kebutuhan manusiawi yang sama, sepeti yang semua orang miliki.



I. Metode Investigasi Fromm Fromm mengumpulkan data mengenai kepribadian manusia melalui banyak sumber termasuk psikoterapi, antropologi budaya, dan sejarah kejiwaan. Berikut adalah kajian antropologisnya tentang kehidupan sebuah desa di Meksiko dan analisis psikobiografis terhadap Adolf Hitler.



J. Karakter Sosial Sebuah Desa Di Meksiko Di mulai pada akhir 1950-an dan berkembang sampai pertengahan 1960-an, Fromm dan sekelompok psikologis, psikoanalisis, dokter, dan ahli statistik mempelajari karakter social di Chiconcuac, sebuah desa di Meksiko, sekitar 50 mil di Selatan Mexico city. Alat penelitian adalah wawancara ekstensif, laporan mimpi, kuesioner terperinci, dan dua proyektif-Tes noda tinta Rorschach dab Tes Apersepsi Tematik. Tim ini mewawancarai setiap orang dewasa dan sebagian anak-anak didesa pertanian terpencil dengan 162 kepala keluarga dan 800 penduduk ini. Penduduk desa tersebut sebagian besar adalah petani yang hidup dari sepetak tanah kecil yang subur. Sebagaimana Fromm dan Michel Maccoby (1970) menggambarkan mereka:



“Mereka egois, curiga akan motif satu sama lain, pesimis terhadap masa depan, dan bersikap fatalis (pasrah kepada nasib). Sebagian juga tunduk dan protes terhadap diri sendiri (self-deprecatory), walaupun mereka memiliki potensi untuk pemberontakan dan revolusi. Mereka merasa inferior terhadap orang-orang kota, lebih bodoh, dan lebih tidak berbudaya. Terdapat rasa ketidakberdayaan yang melimpah untuk memengaruhi, baik alam maupun mesin industry yang menakukkan mereka”. Fromm percaya bahwa bahwa karakter memasarkannya adalah hasil dari perniagaan modern dan cenderung ada dalam masyarakat di mana perdagangan bukan lagi sesuatu yang pribadi dan manusia menganggap diri mereka sebagai komoditas. Bukan sesuatu yang mengejutkan saat tim peneliti menemukan bahwa orientasi pemasaran tidak ada pada petani – petani desa ini. Walaupun demikian, para peneliti menemukan bukti – bukti lain mengenai beberapa tipe karakter lain, yang paling umum adalah tipe reseptif non produktif. Orang –orang dengan orientasi ini cenderung untuk mengidolakan orang lain dan mengabdikan banyak energy untuk berusaha menyenangkan orang yang mereka anggap superior. Saat hari pembayaran, para pekerja dengan tipe tersebut akan menerima bayaran mereka dengan cara hina, seolah mereka tidak pantas mendapatkannya. Tipe kepribadian yang kedua yang paling sering ditemukan adalah karakter penimbun produktif. Orang – orang dengan tipe ini cenderung tergolong pekerja keras, produktif, dan mandiri.mereka biasanya bercocok tanam di lahan mereka sendiridan bergantung pada bagian hasil panen dan biji yang disimpan apabila terjadi gagal panen di masa depan. Menimbun, bukan mengonsumsi esensial bagi hidup mereka. Tipe kepribadian yang ketiga adalah eksploitatif nonproduk. Orang – orang seperti ini cenderung terlibat perkelahian dengan pisau atau pistol, sedangkan para wanitanya cenderung menjadi penyebar gossip. Hanya 10% dari populasi yang eksploitatif dan banyak berpengaruh, sebuah presentasi yang mengejutkan mengingat banyaknya kemiskinan di desa tersebut.



K. Studi Psikohistoris Mengenai Hitler



Mengenai jejak Freud, Fromm meneliti dokumen sejarah untuk mendapatkan gambaran dari profil orang terkenal melalui sebuah teknik yang di sebut psikohistoris atau psikobiografi. Fromm menganggap Hitler sebagai contoh manusia dengan sindrom pembusukan yang paling jelas di dunia. Hitler memiliki kombinasi nekrofilia, narsisma barat, dan simbiosis inses. Hitler menunjukkan ketig ganggauan patologis. Ia sangat tertarik akan kematian dan kehancuran, terfokus secara sempit pada minat diri sendiri, dan di gerakkan oleh pengabdian bersifat inses pada “ras” Jerman serta berdedikasi secara fanatic untuk mencegah darah ras tersebut di kotori oleh yahudi atau “non-Aria” lainnya. Berbeda dengan psikoanalisis lain yang hanya melihat masa kecil awalsebagai petunjuk bagi kepribadian saat dewasa, Fromm percaya bahwa dari tiap tahapan perkembangan yang penting tidak ada sesuatu dalam kehidupan awal Hitler yang mendorongnya kea rah sindrom pembusukan. Sebagai anak, Hitler dimanjakan oleh Ibunya, namun kelembutan Ibunya tidak menyebabkan patologi Hitler. Walaupun demikian, perlakuan Ibunya tersebut membesarkan rasa narsistis akan pentingnya diri sendiri. “Ibu Hitler tidak pernah menjadi seseorang dimana Hitler terikat dalam ikatan kasih saying atau kelembutan. Ibunya adalah symbol Dewi yang melindungi dan mengaguminya, namun juga dewi kematian dan kehancuran”. Hitler tergolong murid di atas rata – rata pada saat bersekolah dasar, namun is gagal di sekolah tinggi. Selama remaja ia mengalami konflik dengan Ayahnya, yang lebih menginginkan ia untuk lebih bertanggung jawab dan memiliki pekerjaan yang lebih dapat diandalkan sebagai pegawai negeri. Hitler, disisi lain, memiliki keinginan untuk realistis untuk menjadi artis. Juga pada masa ini, dirinya semakin menghilang dalam fantasi. Narsismenya menyalakan hasrat berapi –api akan kehebatan sebagai artis atau arsitek, namun kenyataan membawanya pada keunggulan demi kegagalan dalam bidang ini. “Tiap kegagalan menorehkan luka pada narsismenya dan penghinaan lebih dalam dari yang sebelumnya. Sebagaimana kegagalan semakin bertambah, ia semakin tenggelam dalam dunia fantasinya, semakin mendendam pada orang lain, semakin termotivasi untuk balas dendam, dan semakin sifat nekrofilia dalam dirinya. Kesadaran Hitler yang mengerikan akan kegagalannya sebagai seniman semakin jelasdengan pecahnya perang dunia 1. Ambisinya yang kuat sekarang dapat di



salurkan dengan menjadi pahlawan perang yang berjuang untuk tanah airnya. Akan tetapi, seusai perang ia mengalami kegagalan lagi. Bukan saja bangsa tercintanya kalah dalam perang namun revolusi di Jerman “menyerang segala sesuatu yang berharga bagi nasionalisme reaksioner Hitler, dan mereka menang. Kemengan destrutif Hitler mencapai puncaknya dan menjadi tak terbinasakan. Nekrofilia tidak semata –mata mengacu kepada tingkah laku, namun menyebar dalam keseluruhan karakter seseorang. Demikian juga dengan Hitler, ketikaia memegang kekuasaan, ia menuntut musuh – musuhnya bukan saja untuk mnyerah., namun juga untuk di musnahkan. Nekrofilianya terlihat dalam kesenangannya dalam menghancurkan gudeng – gedung dan kota – kota, perintahnya untuk membunuh orang – orang yang “tidak baik”, kebosanannya, dan pembantaiannya terhadap orang Yahhudi. Sifat Hitler yang juga termanifestasi adalah narsisme berat. Ia hanya tertarik pada dirinya, rencana – rencananya, dan ideologinya. Keyakinan bahwa ia mampu membangun “Reich Seribu Tahun” menunjukkan rasa kepentingan diri yang melambung tinggi. Ia tidak memiliki minat pada orang lain, kecuali orang tersebut mengabdi padanya. Hubungannya dengan wanita –wanita menunjukkan kurangnya cinta dan kelembutan. Tampaknya, ia hanya menggunakan hubungan tersebut semata – mata untuk kesenangan pribadi yang tidak wajar, khususnya kepuasan dalam mengintip. Menurur analisis Fromm, hitler juga memiliki simbiosis ines yang tidak terllihat dari pengabdiannya yang dalam pada ibunya, melainkan pada ras Jerman. Konsisten dengan sifat ini, ia juga seorang sadomasokis, terasing, dan kurang memiliki rasa cinta yang tulus atau rasa iba. Semua karakteristik ini, menurut anggapan Fromm, tidak membuat Hitler menjadi psikotik. Karakter – karakter tersebut, bagaimana pun, membuatnya menjadi orang yang sakit dan berbahaya. Fromm menyatakan bahwa orang – orang tidak melihat Hitler sebagai seseorang yang tidak manusiawi, Fromm menyimpulkan psikohistoris Hitler dengan kata –kata berikut ini : “analisis manapun yang merubah gambaran Hitler dengan menutupinya dengan kemanusiaan, hanya akan meningkatkan kecenderungan orang –orang terbutakan dari calon – calon Hitler yang baru , kecuali mereka memiliki tanduk.



L. Konsep Kemanusiaan Menurut Fromm



Erich Fromm menekankan perbedaan antara manusia dan hewan. Sifat esensial manusia terletak pada keunikan pengalaman “berada di alam dan subjek bagi semua hukumnya, dan mengungguli alam dengan serentak”. Ia percaya bahwa hanya manusia, yang sadar akan diri mereka sendiri dan keberadaanya. Lebih spesifik, pandangan Fromm terhadap kemanusiaan terangkum dalam definisinya akan spesies: “Spesies manusia dapat di definisikan sebagai primata yang muncul ketika titik evolusi di mana determinisme instingtif telah mencapai minimum dan perkembangan otak maksimum”. Kelangsungan hidup manusia terbayar dengan harga kecemasan dasar, kesendirian, dan ketidakberdayaan. Pada tiap usia dan kultur manusia di hadapkan dengan masalah fundamental yang sama, yaitu bagaimana melarikan diri dari perasaan terasingkan dan menemukan kesatuan kembali dengan alam dan orang – orang lain.  Secara umum: 1. Fromm optimis dan juga psimis. Disatu sisi ia percaya bahwa sebagian besar manusia tidak mencapai kesatuan kembali dengan alam dan orang lain, dan hanya sedikit orang mencapai kebebasan positif. Ia juga agak memiliki sikap negative terhadap kapitalisme modern. Di sisi lain Fromm cukup memiliki harapan untuk percaya bahwa sebagian orang akan mencapai kesatuan kembali dan oleh karena itu akan menyadari potensi kemanusiaan mereka. 2. Dalam dimensi pilihan bebas vs determinisme, Fromm mengambil posisi tengah dan menyatakan bahwa persoalaan ini tidak dapat diaplikasikan kepada seluruh pasien. Melainkan is percaya bahwa individu memiliki derajat kecenderungan terhadap tindakan yang di pilih dengan bebas. 3. Dalam dimensi hubungan kausalitas vs teleology, Fromm agak cenderung memilih teleology. Ia percaya bahwa manusia terus – menerus berusaha demi kerangka orientasi, sebuah peta jalan, yang dengannya manusia merencanakan hidup mereka di masa depan. 4. Fromm tidak memihak dalam motivasi sadar vs bawah sadar, ia sedikit menekankan motivasi dalam sadar dan beranggapan bahwa salah satu sifat unik manusia adalha kesadaran diri. 5. Dalam hal pengaruh social vs pengaruh biologi, Fromm menganggap pengaru sejarah, kultur, dan masyarakat lebih penting daripada pengaruh biologi. 6. Walaupun fromm menempatkan penekanan moderat pada kesamaan antara manusia , ia juga memberikan ruang untuk individualitas. Ia percaya walaupun sejarah dan budaya mengganggu kepribadian, manusia tetap dapat mempertahankan keunikan mereka dalam tingkat tertentu. Manusia adalah spesies



yang berbagi kebutuhan manusia yang sama, namun pengalaman sepanjang hidup manusia memberikan mereka beberapa keunikan. J. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Erich Fromm a. Kelebihan Teori Erich Fromm a) Erich Fromm adalah salah satu penulis esai paling cerdas ddari semua teoritikus kepribadian b) Dalam inti semua tulisan Fromm dapat di temukan esensi dari sifat manusia yang belum terungkap c) Fromm cenderung menggunakan pendekatan global untuk konstruksi teori, menegakkan bentuk abstrak yang tinggi dan megah yang lebih bersifat filosofis ketimbang ilmiah d) 4.Pemahamannya akan sifat manusia disambut gembira oleh banyak orang, terbukti dengan popularitas buku – bukunya b. Kekurangan Teori Erich Fromm a) Banyak istilah – istilah Fromm yang tidak jelas dan samar menjadikan gagasan – gagasannya tidak dapat dijadikan generator penelitian empiris. b) Teori Fromm terlalu filosofis untuk dapat di benarkan atau diverifikasi c) Teori Fromm memungkinkannya untuk mengorganisir dan menjelaskan banyak hal yang di kenal sebagai kepribadian manusia d) Sebagai pemandu tindakan, nilai utama Fromm terlalu mendorong pembaca untuk berpikir produktif. Sayangnya, baik peneliti maupun terapis tidak menerima informasi praktis dari esai Fromm e) Pandangan Fromm konsisten secara internal dalam arti terdapat tema tunggal dalam seluruh tulisannya. Akan tetapi, teori tersebut kurang memiliki taksonomi yang terstruktur, serangkaian istilah yang didefinisikan secara operasional, dan batasan lingkup yang jelas. Oleh karena itu, teori Fromm mendapatkan nilai rendah dalam hal konsistensi internal f) Fromm enggan untuk meninggalkan konsep – konsepnya yang terdahulu dan untuk menghubungkannya dengan gagasan – gagasannya selanjutnya, maka teorinya kurang memiliki kelugasan dan kesatuan. Untuk alasan – alasan ini, kami menilai teori Fromm rendah dalam kriteria kesederhanaan. Daftar Pustaka



Budi Raharja, Paulus. 2000. Mengenal Teori Kepribadian Mutakhir. Yogyakarta: Kanisius. Feist, J.&, G.J. 2013. Teori Kepribadian Edisi 7. Jakarta : Salemba Humanika Rycman, Richard. 1985. Theories of Personality. California: Cole Publishing