14 0 4 MB
EVAKUASI MEDIS DARAT TBMM Panacea
1. PENDAHULUAN Mobilisasi/evakuasi adalah upaya memindahan korban dari lokasi kejadian menuju ke tempat yang aman, sampai akhirnya korban mendapatkan perawatan dan pengobatan. Teknik mobilisasi yang benar dan efektif penting untuk dikuasai penolong agar korban segera mendapat perawatan dan pengobatan di rumah sakit, tanpa memperburuk keadaan korban atau menambah cedera baru.
2. KLASIFIKASI Mobilisasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan urgensinya, yaitu:
2.1.
Emergency move Tindakan yang dilakukan sebelum assessment/penilaian dan ketika bantuan belum datang, di mana saat itu ada potensi bahaya dan penolong serta korban harus dipindahkan ke tempat aman untuk menghindari bahaya atau kematian. Ringkasnya, karakteristik emergency move yaitu cepat, tanpa dilakukan stabilisasi spinal, dan ada potensi bahaya bagi korban maupun penolong. Berikut adalah indikasi keadaan dilakukannya emergency move: a.
Munculnya api, ledakan, dan material berbahaya
b.
Ketidakmampuan untuk melindungi pasien dari bahaya
c.
Kesulitan untuk menilai kondisi korban dikarenakan posisi atau lokasi korban
2.2.
Urgent move Tindakan pemindahan korban yang harus dilakukan secepatnya supaya korban mendapatkan pengobatan dan perawatan lebih lanjut. Indikasi untuk melakukan urgent move adalah jika korban perlu penanganan segera karena kondisinya memburuk (seperti perubahan status mental, syok, dan penurunan kesadaran). Selama proses pemindahan, penolong harus waspada terhadap cedera spinal sehingga dapat dilakukan stabilisasi spinal terlebih dahulu
2.3.
Non-urgent move Tindakan yang dilakukan jika keadaan tidak mengancam kehidupan korban dan korban stabil. Pada kondisi ini, mobilisasi dapat dilakukan setelah ada alat atau ambulance. Tetap pastikan korban tidak mengalami cedera spinal.
3. PERENCANAAN MOBILISASI 3.1.
Kenyamanan dan kondisi Kenyamanan dan kondisi cedera harus menjadi pertimbangan utama dalam memindahkan korban. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu: a.
Pindahkan barang-barang yang bisa membahayakan korban. Bila tidak memungkinkan,
lakukan
usaha
memindahkan
korban.
Jangan
memindahkan korban seorang diri bila ada orang lain yang dapat membantu. b.
Agar cedera korban tidak bertambah parah, tunggu sampai tenaga terlatih datang karena penanganan yang tidak tepat dapat memperparah cedera. Jangan coba angkat dan turunkan korban jika tidak dapat mengendalikannya.
3.2.
Pemilihan teknik mobilisasi Harus sesuai dengan kondisi cedera, jumlah tenaga penolong, ukuran tubuh korban, dan rute yang akan dilewati.
3.3.
Pemilihan rute Bila memungkinkan carilah rute dengan jarak terdekat dan rintangan minimal. Kejadian nyeri punggung merupakan hal yang sering dikeluhkan EMT (Emergency Medical Technician) akibat teknik mobilisasi yang salah1. Sehingga penolong perlu memahami mekanika tubuh yang merupakan cara paling efisien dan aman saat memobilisasi korban untuk mengurangi kemungkinan cedera.
1
Collopy, et al. 2014. Preventing Back Injuries in EMS. EMSWorld. http://www.emsworld.com/article/11373351/back-‐injuries-‐and-‐protection diakses pada 12 November 2016
a.
Gunakan kaki sebagai tumpuan untuk mengangkat, bengkokkan lutut untuk menopang berat korban
b.
Posisikan kedua kaki dengan nyaman dan sedikit merengang
c.
Letakkan beban serapat mungkin dengan tubuh penolong
d.
Hindari membengkokkan punggung (tegakkan punggung sejajar dengan telinga)
e.
Utamakan menarik korban daripada mendorong, punggung tetap lurus
f.
Selalu mulai dari posisi seimbang dan tetap jaga keseimbangan
Komunikasi dan koordinasi antarpenolong perlu dilakukan agar gerakan serentak sehingga tidak menambah cedera pada korban; a.
Pikirkan kesulitan memindahkan sebelum mencobanya
b.
Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat
c.
Perbaiki posisi dan angkat secara bertahap
d.
Lakukan gerakan secara menyeluruh, serentak dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang
4. SYARAT KORBAN DAPAT DIMOBILISASI Kecuali pada emergency move, berikut syarat-syarat korban boleh dimobilisasi; a.
Penilaian awal sudah dilakukan lengkap dan monitor terus keadaan umum korban
b.
Denyut nadi serta napas korban stabil dan dalam batas normal
c.
Luka dan perdarahan yang ada sudah terkontrol
d.
Patah tulang yang ada sudah tertangani dan diimobilisasi
e.
Rute aman
5. METODE-METODE MOBILISASI 5.1.
One-rescuer methods
Cara memosisikan korban yang tidak Teknik: sadar untuk berdiri
1. Posisikan korban dalam posisi pronasi
a. Metode Reguler
2. Penolong berdiri membawahi korban 3. Masukkan tangan ke bawah dada korban, kemudian kedua tangan saling mengunci 4. Angkat korban sambil mulai berjalan mundur hingga lutut korban lurus dan kakinya menapak 5. Jalan maju dan posisikan korban dalam posisi berdiri dengan sedikit condong ke belakang agar lutut tetap lurus 6. Jika lutut belum lurus ulang step 4 dan 5 7. Pegang salah satu pergelangan tangan korban dan angkat lengannya. Gunakan tangan penolong yang lain untuk menjaga korban tetap dalam posisi berdiri 8. Penolong pindah ke depan korban melewati bawah lengan korban, turunkan tangan korban, kemudian
penolong
memegang
pinggang
korban dengan kedua tangan 9. Penolong memosisikan kakinya di antara kaki korban untuk melebarkan kaki korban agar posisi berdirinya lebih stabil
b. Metode Alternatif
1. Posisikan korban dalam posisi pronasi 2. Penolong berlutut (pada 1 lutut) di depan kepala korban 3. Letakkan tangan melewati bawah ketiak hingga punggung korban 4. Penolong berdiri sambil mengangkat korban hingga korban dalam posisi berlutut 5. Perlu diingat: jaga selalu kepala korban agar tidak hiperekstensi 6. Tangan penolong turun hingga di atas pinggang korban, kunci tangan, dan berdirikan korban hingga lututnya lurus 7. Tangan korban turun hingga pinggang korban dan posisikan badan korban agak condong ke belakang untuk menjaga lutut tetap lurus 8. Penolong memosisikan kakinya di antara kaki korban untuk melebarkan kaki korban agar posisi berdirinya lebih stabil
c. Human Crutch
Metode ini dilakukan untuk korban yang sadar dan lukanya tidak terlalu serius (dapat berjalan dengan dipapah). Prosedur: penolong berdiri di samping bagian yang sakit (kecuali pada cedera ekstremitas atas),
lingkarkan
tangan
penolong
pada
pinggang korban, kalungkan lengan korban pada
leher
penolong,
lalu
genggam
pergelangan tangan korban dengan tangan lain. Kaki korban yang sakit ditumpukan pada kaki penolong, lalu jalan secara perlahan mengikuti langkah korban. Human crutch bisa juga dimodifikasi untuk
dua penolong. d. Drag Carry/Clothes Drag/ Shoulder
Dilakukan pada korban yang ditemukan
Pull
dengan posisi telentang atau duduk. Kepala korban tersokong selama mobilisasi. Namun penolong harus memfleksikan pinggang dan lutut, sehingga tidak nyaman jika jangka waktu lama. Prosedur: letakkan tangan di bawah bahu korban (atau melewati ketiak) dan genggam baju di setiap sisi, sokong kepala di antara lengan bawah penolong. Kemudian tarik korban secara perlahan ke tempat aman dengan memfleksikan lutut dan pinggang, usahakan arah tarikan lurus.
e. Blanket Drag/Blanket Pull
Digunakan untuk korban sadar maupun tidak sadar. Lantai dalam kondisi licin dan bebas hambatan. Tidak untuk pasien cedera servikal dan
fraktur
pada
ektremitas
atas
serta
scapulae. Tujuan dialasi selimut/matras adalah mengurangi gesekan jadi penolong lebih mudah memobilisasi korban. Prosedur: taruh selimut/matras di bawah tubuh korban. Korban diletakkan dengan posisi kepala kurang lebih 70 cm dari ujung atas selimut. Balut tubuh korban dengan bagian sisa selimut. Cara penarikan seperti pada drag carry. f. Firefighter’s Drag
Metode untuk memobilisasi korban melalui lorong sempit. Pastikan lantai/tanah rata, tidak ada hambatan. Jangan dilakukan pada korban yang diduga mengalami cedera kepala/spinal, fraktur ekstremitas atas maupun scapulae. Prosedur:
tangan
korban
diikat
dan
digantungkan di leher penolong. Cegah kepala korban agar tidak terseret di tanah dengan menggantungkannya. g. Removal Downstairs
Jangan dilakukan pada korban yang diduga mengalami cedera kepala/spinal atau patah tulang. Gunakan matras sebagai alas korban jika tersedia.
h. Firefighter’s Carry
Teknik ini digunakan untuk mobilisasi jarak jauh. Dibutuhkan penolong yang kuat, bisa juga dibantu asisten. Prosedur: 1.
Kaitkan kedua siku di bawah ketiak
korban 2.
Angkat korban secara perlahan dengan
kedua lengan untuk menopang berat korban 3.
Gunakan tangan yang dominan untuk
memfiksasi korban (dalam gambar, tangan dominan
adalah
tangan
kanan).
Lalu,
gunakan tangan kiri untuk mengenggam tangan kanan korban, kemudian gantungkan tangan korban pada bahu 4.
Posisikan
punggung
tegak
untuk
meletakkan korban di atas bahu, kemudian selimuti
bagian
belakang
lutut
korban
dengan tangan kanan 5.
Naikkan dan angkat paha korban
setinggi bahu kanan penolong. Penolong memegang lutut serta tangan kanan korban dengan tangan kanannya.
i. Pick-a- Back/Piggy Back Carry
Jika cedera pada korban membuat firefighter’s carry tidak mungkin untuk dilakukan, teknik ini menjadi alternatifnya. Jangan diaplikasikan pada pasien yang tidak sadar, luka lengan, serta korban yang lebih berat daripada penolong. Prosedur: penolong berjongkok membelakangi korban,
minta
korban
mengalungkan
lengannya ke leher penolong. Angkat korban secara perlahan, tangan penolong menyangga korban pada paha. Usahakan agar punggung penolong tetap lurus. j. Cradle Carry/One Person Lift
Dilakukan pada korban yang sadar dengan berat lebih ringan dari penolong serta hanya mengalami cedera minimal. Biasanya untuk korban anak-anak. Prosedur: penolong jongkok atau melutut disampingkorban, satu lengan ditempatkan di bawah paha korban dan lengan lainnya melingkari
punggung.
Korban
dipegang
dengan mantap dan didekapkan ke tubuh, penolong berdiri dengan meluruskan lutut dan pinggul. Cradle carry dapat dimodifikasi jika ada dua penolong, yaitu two handed seat carry, three handed seat carry, atau four handed seat carry. k. Pack-strap Carry
Ketika firefighter carry tidak aman digunakan, metode ini lebih disarankan untuk jarak jauh daripada cradle carry. Dapat dilakukan pada korban yang tidak sadar. Prosedur: 1. Letakkan kedua lengan korban melewati
pundak penolong 2. Silangkan dan pegang pergelangan tangan korban 3. Tarik lengan korban mendekati dada penolong 4. Lutut dan pinggang agak difleksikan 5. Seimbangkan berat korban di pinggang
5.2.
Two-rescuer methods
a. Chair Lift
Mobilisasi dengan kursi bisa digunakan untuk korban sadar maupun tidak, tanpa cedera kepala/spinal.
Metode
mobilisasi
ini
bagus
korban
untuk melalui
tangga/turunan/naikan. Prosedur: 1.
Dudukkan korban di kursi (gunakan
kursi yang kuat, bukan kursi lipat atau kursi plastik) 2.
Penolong yang dekat kepala korban
memegang bagian belakang kursi, penolong di depan memegang kaki kursi 3.
Jika korban sadar, mintalah untuk
bersedekap. Jika tidak sadar, ikat kedua tangan korban di depan dadanya sebagai proteksi. 4.
Angkat kursi dengan komando dari
penolong
yang
dekat
dengan
kepala,
miringkan sedikit kursi ke belakang. b. Two-handed Seat Carry
Metode ini digunakan untuk mobilisasi jarak jauh. Korban dapat sadar maupun tidak, tetapi tidak dapat berjalan atau menopang tubuh bagian atas. Posisikan tangan seperti pada gambar. Jika memungkinkan, gunakan sarung tangan untuk melindungi tangan penolong dari
kuku penolong lain. Prosedur: a. Angkat korban dengan kedua penolong berjongkok di sisi kanan dan kiri korban. b. Kedua penolong meletakkan tangan di belakang bahu dan lutut korban (seperti pada gambar). c. Penolong memegang pergelangan tangan penolong lainnya. d. Setelah yakin kuat, dari posisi jongkok, penolong berdiri dengan komando dari salah satu. e. Korban menghadap ke depan (ke arah tujuan). c. Three-handed Seat Carry
Prosedur hampir sama pada two handed seat carry. Perbedaannya adalah satu penolong menggunakan kedua tangannya untuk alas.
d. Four-handed Seat Carry
Untuk mobilisasi pasien sadar dengan tangan dan lengan sebagai penopang.
e. Fore and Aft Carry
Sangat cocok untuk mobilisasi korban yang tidak sadar. Prosedur: Korban dalam posisi duduk. Penolong satu berada
di
antara
kedua
paha
korban
menghadap depan sambil memegang bagian bawah lutut korban. Penolong dua berada di
belakang memegang korban dari ketiak. Pengangkatan korban dilakukan berbarengan atau
dapat
pula
bergiliran
dari
penolong belakang diikuti penolong depan dengan jeda sementara. Agar tidak mengganggu, kedua pergelangan tangan korban dapat diikat di depan dada. Penolong yang berada di depan korban dapat memunggungi maupun menghadap korban. Usahakan penolong yang lebih tinggi berada pada bagian kepala korban. Modifikasi
dapat
dilakukan
dengan
mengangkat pada kedua pergelangan kaki dengan
satu
tangan,
sehingga
akan
memudahkan penolong ketika perlu membuka pintu, dll.
5.3.
Multi-rescuer methods
a. Hammock Carry
Metode ini bisa digunakan oleh tiga penolong atau lebih. Anggota yang paling kuat berada di sisi dengan jumlah penolong yang paling sedikit (jika jumlah ganjil). Prosedur: 1. Lewatkan tangan di bawah korban, lalu pegang pergelangan tangan penolong yang berlawanan. 2. Penolong
di
ujung-ujung
hanya
berpegangan pada salah satu pergelangan tangan penolong di hadapannya. Tangan yang bebas digunakan untuk mendukung kepala korban (untuk penolong di dekat
kepala) dan kaki/lengan korban (untuk penolong di dekat kaki). 3. Dengan komando penolong yang paling dekat dengan kepala korban, penolong kemudian mengangkat korban setinggi lutut (masih berjongkok, lutut pada kaki yang dominan
untuk
Kemudian,
menopang
posisi
pegangan
korban). pada
pergelangan tangan diubah ke bagian atas lengan bawah. 4. Penolong
mengangkat
korban
setinggi
pinggang sembari berdiri. 5. Mobilisasi dimulai dan pertahankan posisi korban agar tetap sesuai aksis punggungnya.
5.4.
Metode evakuasi dengan alat
Metode untuk memindahkan korban ke alat: a. Untuk memindahkan korban ke
Minimal dilakukan oleh 3 penolong.
alat yang letaknya lebih tinggi daripada tubuh korban
Teknik: posisi penolong (minimal 2) jongkok dan bertumpu pada satu lutut di samping korban. Tangan penolong dilewatkan bagian bawah tubuh korban. Kemudian dengan abaaba, korban diangkat dan agak diletakkan di lutut penolong dengan posisi seperti dipeluk. Penolong
ketiga
bertugas
mendorong/memosisikan tandu di tempat awal korban berbaring.
b. Untuk memindahkan korban ke
Pada kasus cedera spinal, digunakan teknik
alat yang dapat menyesuaikan
logroll dengan tujuan memindahkan korban
dengan posisi korban (pada kasus
tanpa menggerakkan vertebra atau istilah
cedera spinal) : logroll
lainnya adalah inline immobilisation (posisi leher dan batang badan harus segaris, amankan leher dengen neck collar atau yang sejenis (sandal bag), jika tidak tersedia dapat diamankan dengan dipegang). Selain
untuk
mempermudah
proses
memindahkan korban ke alat (karena alat yang menyesuaikan posisi korban), logroll juga digunakan untuk memeriksa bagian bawah tubuh korban. Minimal dilakukan oleh 3 penolong. Teknik: Jika dilakukan oleh empat penolong; 1. Satu penolong memfiksasi kepala-leher dan koordinasi roll 2. Dua penolong membalikan dada, panggul, dan anggota gerak ke satu sisi. Posisi tangan bisa lurus maupun disilang antarpenolong. 3. Satu penolong terakhir memosisikan alat di belakang punggung korban. c. The Scoop Stretcher
Tidak digunakan untuk mobilisasi pada cedera spinal. Dapat digunakan untuk mobilisasi pada lorong/tempat
sempit.
Ada
dua
cara
penggunaan: 1.
Seperti pada gambar
2.
Stretcher
dipisahkan
menjadi
dua
bagian, kemudian pasien di-logroll ke salah satu sisi, the scoop stretcher ditempatkan sepanjang aksis pasien. Proses ini diulang
untuk sisi satunya. Bagian yang sempit merupakan bagian untuk kaki.
Panjang
scoop
stretcher
dapat
disesuaikan dengan tinggi korban. d. Long Spinal Board
Long spinal board digunakan pada korban dengan cedera spinal. Metode ini dikerjakan sekurang-kurangnya oleh tiga penolong. Teknik: setelah dilakukan logroll, spinal board ditempelkan ke punggung korban. Kemudian kembalikan korban keposisi semula dengan menggunakan spinal board sebagai tumpuan punggung.
e. Tandu Improvisasi ü Dari baju/jaket
ü Dari selimut/ponco
6. PEDOMAN PENGANGKUTAN BEREGU MENGGUNAKAN TANDU Dalam sebuah operasi penolongan, kita sering ditugaskan sebagai satu regu. Untuk menyeragamkan sikap dan tindakan dalam pelaksanaan pertolongan pertama dalam pengangkutan beregu, perlu diperhatikan pedoman pelaksanaan angkutan beregu: a.
Idealnya, tiap regu terdiri dari lima anggota dengan satu ketua,
b.
Posisi korban saat diangkut adalah berbaring di atas tandu atau posisi lain sesuai kondisi dan indikasi korban dengan kaki menghadap ke depan, kecuali saat: ü melewati pagar/tembok penghalang ü memasukkan korban ke ambulans ü melewati gorong-gorong ü naik tebing (jalan naik) ü melewati jalan sempit dengan angkutan tanpa alat ü melewati sungai yang arah arusnya berlawanan
c.
Saat berjalan sebaiknya langkah penolong disamakan sehingga teratur dan ritmis. Untuk itu, dalam mengawali setiap perjalanan langkah harus seragam dan bersamaan. Para anggota harus mengetahui aba-aba yang
akan
digunakan
(tanah-lutut-pinggang-bahu
pinggang, dll).
arah jalan
atau
tanah-
NB : Keterangan gambar di atas: (mobilisasi korban pada daerah yang datar) - Penolong 1 bertugas sebagai pengecek rute dan penunjuk jalan - Penolong 4 sebagai ketua yang memberi komando kepada penolong 2, 3, dan 5 - Penolong 6 bertugas membawakan barang bawaan korban dan penolong lainnya.
Untuk korban cedera spinal, diperlukan teknik khusus untuk imobilisasi dan mobilisasinya seperti yang telah dijelaskan di atas. Perlu dicurigai cedera spinal jika; ü Terdapat cedera supraclavicula ü Terdapar multiple trauma ü Pernapasan paradoksal
ü Korban jatuh dari ketinggian dan kecelakaan dengan kecepatan tinggi ü Kelumpuhan anggota gerak
DAFTAR PUSTAKA BPP Diklat PTBMMKI. 2016. Kurikulum Pendidikan dan Latihan PTBMMKI Collopy,
et
al.
2014.
Preventing
Back
Injuries
in
EMS.
EMS
World.
http://www.emsworld.com/article/11373351/back-injuries-and-protection diakses pada 12 November 2016 Lifting and Moving Patients dalam http://emt-training.org/lifting-moving.php Limmer, et al. 2009. Emergency Care 11th Edition. New Jersey: Pearson Education Inc. https://www.triton.edu/uploadedFiles/Content/Current_Students/Departments/Academic/S chool_of_Health_Careers_and_Public_Service_Programs/Emergency_Medical_Technolo gy/William_Justiz_B.S.,_NREMT-P/EMS_131/EMS_131_Chapter_5.pdf diakses pada 12 November 2016 Medical
Training
Resources
http://www.medtrng.com/cls2000a/lesson_16_transport_a_casualty.htm, http://www.medtrng.com/cls/lesson_15_2.htm Natural Disaster Organization. Disaster Rescue - Australian Emergency Manual dalam http://www.nzdl.org/gsdlmod?e=d-00000-00---off-0aedl--00-0----0-10-0---0---0direct-10--4-------0-1l--11-en-50---20-about---00-0-1-00-0--4----0-0-11-10-0utfZz-800&a=d&c=aedl&cl=CL1.1&d=HASH01df7e8d840f67b4d60dc01b.9 diakses pada 13 November 2016 University
of
South
California.
CERT
Lifts
and
Carries
dalam
https://adminopsnet.usc.edu/sites/default/files/all_departments/FireSafetyEmergPlanning/C ERTLiftsandCarries.pdf