Faktor Penyebab Perubahan Kurikulum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Faktor-faktor penyebab perubahan kurikulum itu antara lain adalah : 1. Adanya perkembangan dan perubahan bangsa yang satu dengan yang lain. Perubahan perhatian dan perluasan bentuk pembelajaran harus mendapat perhatian. Perubahan praktek pendidikan di suatu Negara harus mendapan perhatian serius, agar pendidikan di Negara kita tidak ketinggalan zaman. Tetapi tentu perubahan kurikulum harus disesuaikan denga kondisi setempat, kurikulum Negara lain tidak sepenuhnya diadopsi karena adanya perbedaanperbedaan baik ideologi, agama, ekonomi, sosial, maupun budaya. 2. Berkembangnya industri dan produksi atau teknologi. Pesatnya perubahan di bidang teknologi harus disikapi dengan cepat, karena kalau tidak demikian maka output dari lembaga pendidikan akan menjadi makhluk terasing yang akanhidup di dunianya. Kurikulum harus mampu menciptakan manusia-manusia yang siap pakai di segala bidang yang diminatinya, bahkan mampu menciptakan dunia sendiri yang baru bukan hanya mampu mengikuti dunia itu. 3. Orientasi politik dan praktek kenegaraan. Praktek politik kenegaraan memegang peranan penting dalam perubahan kurikulum. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan termasuk kurikulum itu tidak dapat terlepas dari perpolitikan suatu bangsa. Oleh karena itulah orientasi politik Negara harus diarahkan pada pemantapan demokrasi yang sejati, sehingga sistem pendidikan akan berjalan dengan baik tanpa dibayangi ketakutan terhadap kekuasaan atau penguasa. 4. Pandangan intelektual yang berubah. Selama ini pendidikan di Indonesia lebih diarahkan pada pencapaian materi sebanyak-banyaknya daripada mencapai suatu kemampuan tau kompetensi tertentu. Sehingga outputnya kurang berkualitas di bandingkan dengan Negara



lain.



Untuk



meningkatkan



kualitas



itulah



maka



pemerintah



mengupayakan dilaksanakannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang dirintis seja tanggal 26 Juni 2002, kemudian pada tahun 2006 diberlakukan kurikulum baru yaitu KTSP dan sekarang mulai dirintis kurikulum terbaru yaitu Kurikulum 2013 dengan basis yang sanma dengan perubahan dan penekanan pada aspek tertentu. 5. Pemikiran baru mengenai proses belajar-mengajar. Banyak sekali pemikiran, konsep atau teori baru dalam proses pembelajaran, walaupun pemikiran itu kadang hanyalah perubahan pada titik tekannya saja. Misalnya mengenai active learningatau (CBSA),contextual learning, quntum teaching-learning dan lain-lain, untuk dapat mengaktifkan seorang individu siswa dan mengaktifkan kelompok. 6. Perubahan dalam masyarakat. Masyarakat adalah suatu komunitas yang dinamis dan akan selalu berubah, baik perubahan kearah positif maupun negatif perubahan positif antara lainadalah kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan pendidikan anak, terutama lagi kalangan menengah ke atas, dengan menyediakan fasilitas yang memadai seperti alat komunikasi, transportasi, komputer dan internet. Perubahan kearah negatif sesungguhnya lebih banyak terjadi akibat efek tidak baik karena kemudahan-kemudahan yang dialami oleh manusia modern, seperti mudahnya berkomunikasi antar individu yang kemudian disalahgunakan untuk kejahatan. 7. Eksploitasi ilmu pengetahuan. Dengan pesatnya kemajuan di berbagai bidang kehidupan, tentu ilmu pengetahuan mendapat porsi dalam kehidupan manusia. Banyak sekali disiplin ilmu pengetahuan baru yang pada dekade sebelumnya belum dikenal. Oleh karena itu kurikulum paling tidak harus disesuaikan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, agar anak memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi kehidupan di masa depan.



Perbaikan kurikulum biasanya mengenai satu atau beberapa aspek dari kurikulum. Sedangkan perubahan kurikulum mengenai perubahan-perubahan dasarnya, baik mengenai tujuan maupun alat-alat atau cara-cara untuk mencapai tujuan itu.sebelum merubah kurikulum hendaknya diadakan penilaian tentang kirikulum yang sedang di jalankan.[1]



[1]Muhammad Zaini. Pengembangan Kurikulum. (Yogyakarta : TERAS, 2009). hlm.167-170



Dalam melaksanakan perubahan terancang ini, semua pihak yang terlibat dengan proses perubahan perlu menyesuaikan diri dan berusaha menjadikan perubahan tersebut sebagai satu budaya serta amalan. Jika ini tidak berlaku, maka matlamat sebenar perubahan yang diinginkan untuk berlaku di Sekolah-Sekolah Bestari di seluruh Malaysia tidak akan berjaya. Keuntungan yang diperolehi dalam melaksanakan perubahan secara terancang ialah, ia memberi pengetahuan kepada pentadbir Sekolah Bestari tentang apa yang sepatutnya dibuat, siapa yang patut membuatnya, bila membuatnya dan bagaimana membuatnya. Ini seterusnya akan memberi kesan kepada penerimaan guru dan pihak berkepentingan yang lain dalam melaksanakan perubahan tersebut. Prospek perubahan terancang di Sekolah Bestari sangat besar kerana ia dapatmenyediakan keseluruhan organisasi sekolah dan warganya



untuk



beradaptasi



secara



signifikan



terhadap



perubahan-



perubahan bagi menjayakan objektif dan matlamat pembestarian. Ini kerana perubahan terancang adalah usaha secara sistematik



untuk



mereka



membentuk semula organisasi sekolah supaya ia dapat menyesuaikan diri dan



beradaptasi



persekitarannya.



terhadap Pandangan



perubahan-perubahan para



pentadbir



yang



Sekolah



berlaku Bestari



di



yang



melaksanakan perubahan ini perlu diambil perhatian supaya perubahan yang



diharapkan dapat berlaku seperti apa yang dirancang. Apa yang diharapkan berlaku di Sekolah Bestari ialah berlakunya perubahan yang berkesan dari segi amalan pengajaran dan pembelajaran serta amalan pengurusan dan pentadbiran. Ini bermakna semua pihak yang berkepentingan di Sekolah Bestari ini mesti mempunyai sikap, nilai, tingkah laku baru yang seiringan dengan matlamat pelaksanaan sekolah bestari. Walaupun setiap perubahan akan berhadapan dengan masalah tetapi budaya kerja baru yang bercirikan elemen bestari mesti diamalkan oleh semua pihak iaitu pentadbir dan guru dalam setiap tindakan dan kerja yang dilakukan. Ini kerana membudayakan amalan bestari menjadi kunci utama dalam membentuk dan mengekalkan 12