Farmakoterapi 1 - Disposisi Obat Pada Ibu Hamil Dan Menyusui (Revisi) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DISPOSISI OBAT PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI



Dosen pengampu



: Herda Ariyani M.Farm., Apt



Mata kuliah



: Farmakoterapi 1 Disusun Oleh :



Aufa Ahdia



1848201110018



Bella leviana



1848201110024



Dessy Rahmawati



1848201110030



Hanna



1848201110048



Noor Lathifah



1848201110096



Raifa Ruhama Walidain



1848201110120



Ricky Adisyahputra



1848201110123



Ahmad Muzakir



1748201110003



Dewi Anita



1748201110014



Fahriz Hibatullah



1748201110104



Nadiya aulia



1648201110132



PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN TA 2019/2020



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Herda Ariyani ,M.Farm,Apt selaku Dosen pengampu mata kuliah Farmakoterapi dan selaku pembimbing dalam penyelesaian makalahl ini.



Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai “Disposisi dan penyesuaian obat pada ibu hamil dan menyusui”. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangankekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.



Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan dapat dilanjutkan ketahap penelitian. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.



Banjarmasin , oktober 2019



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………………………………………i DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG………………………………………………..1 B. RUMUSAN MASALAH………………………………….................2 C. TUJUAN……………………………………………….......................2 PEMBAHASAN 2.1 Disposisi dan Penyesuaian Obat pada Ibu Hamil dan Menyusui.....................3 2.2 Disposisi obat pada ibu hamil dan menyusui yang menderita Hipertensi.......10 2.3 Disposisi obat pada ibu hamil dan menyusui yang menderita Diabetes….....10 2.4 Perubahan Farmakokinetik Obat pada Kehamilan dan Menyusui…………..12 2.5 Studi Kasus Penyakit......................................................................................15 PENUTUP 3.1 KESIMPULAN…………………………………………………….19 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................20 LAMPIRAN……………………………………………………………………21



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah



Kehamilan merupakan proses fisiologis yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari pasangan yang subur agar dapat melewati masa kehamilan dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Kesehatan ibu hamil adalah prasyarat penting untuk fungsi optimal dan perkembangan kedua bagian unit fungsi tersebut (Anonimb , 2006). Oleh sebab itu, seorang ibu hamil suatu saat dalam masa kehamilannya memerlukan terapi obat karena gangguan kesehatan yang diderita, baik yang berkaitan maupun yang tidak berkaitan dengan proses kehamilannya. Obat yang diminum oleh ibu hamil patut mendapatkan perhatian, karena obat yang diminum dapat mempengaruhi janin yang dikandungnya. Hal itu disebabkan karena hampir sebagian besar obat dapat melintasi plasenta (Munir, 2005). Dalam plasenta obat mengalami proses biotransformasi, dimana obat tersebut dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga terbentuk senyawa yang reaktif bersifat teratogenik (Anonimb , 2006). Obat yang bersifat teratogenik dapat menyebabkan terjadinya malformasi anatomik pada pertumbuhan organ janin, seperti bibir sumbing dan kelainan tulang belakang (spina bifida) (Katzung, 1998). Trimester kehamilan yang paling berisiko besar terhadap janin yaitu pada trimester pertama (periode organogenesis) (Prest dan Tan, 2003). Organogenesis yaitu periode 10 minggu pertama yang merupakan tahap perkembangan dari seluruh tubuh utama (kecuali susunan saraf pusat, mata, gigi, alat kelamin luar dan telinga), oleh karena itu, paparan terhadap obat selama periode ini dapat menimbulkan resiko terganggunya pembentukan organ-organ tersebut secara permanen. Selama trimester kedua dan ketiga, obat dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan fungsional janin atau memberi efek toksik pada jaringan janin dan obat yang diberikan sebelum kelahiran bisa menyebabkan efek samping pada kelahiran atau pada neonatus setelah kelahirannya (Prest dan Tan, 2003).



1



B. Rumusan Masalah



Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu, tentang pemahaman ibu hamil terhadap obat yang ingin dikonsumsi, serta



apakah penggunaan obat pada pasien ibu hamil sudah tepat



berdasarkan parameter tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, dan interaksi obat?



C. Tujuan



Tujuan dari pembuatan modul ini adalah agar para ibu hamil dapat mengetahui dan memahami obat-obatan yang aman dikonsumsi serta tidak dapat membahayakan janin.



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Disposisi dan penyesuaian obat pada ibu hamil dan menyusui A. Penggunaan obat yang rasional



Penggunaan obat yang rasional mencakup kriteria sebagai berikut: a). Obat yang benar b). Indikasi yang tepat, yaitu alasan menulis resep di dasarkan pada pertimbangan medis yang baik. c). Obat yang tepat, mempertimbangkan kemanjuran, keamanan, kecocokan bagi pasien dan harga. d). Dosis, pemberian dan durasi pengobatan yang tepat. e). Pasien yang tepat, yaitu tidak ada kontraindikasi dan kemungkinan reaksi yang merugikan adalah minimal. f). Dispensing yang benar, termasuk informasi yang tepat bagi pasien tentang obat yang di tulis (Siregar dan Kumolosasi, 2004). g). Kepatuhan pasien terhadap pengobatan .



B. Penggunaan obat saat kehamilan dan menyusui Ibu hamil merupakan populasi yang membutuhkan perhatian khusus terutama ketika mereka mengalami sakit. Pemberian obat pada ibu hamil pada umumnya mengikuti pedoman kategori obat dari FDA. FDA membagi obat yang tersedia menjadi beberapa kategori. Mulai dari kategori A hingga kategori X. Food and Drugs Administration memberikan label kategori untuk berbagai obat. Label ini dibuat berdasarkan berbagai penelitian terkait dengan interaksi antara obat, ibu dan janin. Kategori A hingga X menunjakkan seberapa besar pengaruh atau risiko yang dapat muncul apabila suatu obat diberikan kepada ibu hamil. FDA menggolongkan tingkat keamanan penggunaan obat pada kehamilan dalam 5 kategori yaitu : KATEGORI



PENGERTIAN



3



CONTOH OBAT



Kategori A



Studi kontrol pada wanita Vitamin



C,



asam



folat,



tidak memperlihatkan adanya vitamin B6, zinc resiko terhadap janin pada kehamilan trimester I (dan tidak ada bukti mengenai resiko



pada



selanjutnya), rendah



trimester dan



sangat



kemungkinannya



untuk membahayakan janin



Kategori B



Studi



pada



binatang acarbose,



acyclovir,



tidak amiloride,



amoxicillin,



adanya ampicillin,



azithromycine,



resiko terhadap janin, tetapi bisacodyl,



buspirone,



percobaan memperlihatkan



studi terhadap wanita hamil caffeine, cefaclor, cefadroxil, belum



pernah



Studi



terhadap



percobaan



dilakukan. cefepime,



cefixime,



binatang cefotaxime,



memperlihatkan cetirizine,



ceftriaxone, clavulanic



adanya efek samping obat clindamycine,



acid,



clopidogrel,



yang tidak diperlihatkan pada metformin,



hct,



studi terkontrol pada wanita pantoprazole,lansoprazole. hamil trimester I (dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trimester berikutnya).



Kategori C



Obat



kategori



ini



bisa tramadol,



gabapentin,



berdampak buruk pada janin amlodipine, trazodone. namun biasanya dampaknya bisa membaik kembali. Obat hanya dapat diberikan jika manfaat



yang



melebihi



besarnya



4



diperoleh resiko



yang mungkin timbul pada janin



Kategori D



Terbukti



menimbulkan alprazolam,



resiko



terhadap



manusia,



tetapi



amikacin,



janin lisinopril,



losartan,



besarnya clonazepam, lorazepam



manfaat yang diperoleh jika digunakan pada wanita hamil dapat



dipertimbangkan



(misalnya



jika



obat



diperlukan untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa atau penyakit serius dimana obat yang lebih aman tidak efektif



atau



tidak



dapat



diberikan).



Kategori X



Studi



pada



percobaan



binatang alkohol dalam jumlah banyak



atau



manusia dan



memperlihatkan abnormalitas



janin



pemakaian



jangka



adanya panjang, amlodipin



+



dan atorvastatin,



besarnya resiko obat ini pada caffeine wanita



atorvastatin,



+



ergotamine,



hamil. fluorouracil,



Dikontraindikasikan



bagi misoprostol,



flurazepam, ,



simvastatin,



wanita hamil atau wanita usia warfarin. subur (Anonim, 2008 )



5



C. Obat-obatan yang terkontraindikasi pada ibu hamil dan menyusui



Beberapa obat yang diteliti menimbulkan kontra indikasi terhadap ibu hamil dan menyusui, antara lain :



1.



Amiodaron Kandungan iodin pada obat amiodaron dapat menyebabkan hipotiroidisme neonates



2.



Aspirin Pada penggunaan Aspirin, Risiko teoritis syndrome Reye



3.



Benzodiazepin Pada penggunaan obat ini dapat mengakibatkan Letargi



4.



Karbimazol Pada penggunaan obat ini dapat mengakibatkan Hipotiroidime



5.



Efedrin Pada penggunaan obat ini dapat mengakibatkan Iritabilitas.



6.



Aspirin dosis di atas 81 mg, Ibuprofen Dapat menimbulkan gangguan pembekuan darah pada janin dan atau keguguran.



7.



Obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID) Dapat menimbulkan gangguan pembekuan darah pada janin dan atau keguguran.



8.



Amphetamin Amphetamin umumnya terkandung dalam pil diet dan dapat menyebabkan janin mengalami gangguan jantung serta penyakit darah.



9.



Anabolic Steroid Anabolic steroid biasanya ada pada obat alergi dan salep iritasi kulit. Jenis obat ini bisa memberi efek maskulin pada janin perempuan dan sebaliknya, efek feminin pada janin laki-laki.



10.



Isotretinoin Jenis obat ini banyak digunakan untuk mengobati jerawat yang berat, psoriasis dan kelainan kulit lainnya. Bisa menyebabkan cacat bawaan, kelainan jantung, telinga kecil, dan hidroseful pada bayi.



6



11.



Kodein Kodein biasa digunakan untuk obat batuk dan pereda nyeri. Jenis obat ini dapat meningkatkan risiko bayi lahir dengan bibir sumbing atau sindrom ketagihan obat.



12.



Antikonvulsan, Carbamazepine. Jenis obat ini berguna untuk antikejang, namun pada janin dapat menyebabkan gangguan jantung.



13.



Antidepresan, Trandquilizers Pada janin, jenis obat penenang ini dapat menyebabkan cacat bawaan khususnya pada organ jantung.



D. Mekanisme perlindungan janin



Menurut Katzung, terdapat dua mekanisme yang memberikan perlindungan janin dari obat dalam sirkulasi darah maternal : a) Plasenta sendiri berperan baik sebagai sawar permiabel dan sebagai tempat metabolisme beberapa obat yang melaluinya. Beberapa jenis reaksi oksidasi aromatik yang berbeda telah terjadi dalam jaringan plasenta. Sebaliknya, kapasitas metabolisme plasenta ini akan menyebabkan terbentuknya atau meningkatkan jumlah metabolit yang toksik. b) Obat yang telah melewati plasenta masuk dalam sirkulasi janin melalui vena umbilikus, kira-kira 40-60 persen aliran darah vena umbilikus masuk kedalam hati janin, sisanya tidak lewat hati dan masuk dalam sirkulasi umum janin. Obat yang masuk sirkulasi hati, sebagian dapat dimetabolisme sebelum masuk sirkulasi janin (Katzung, 1998).



E. Penggunaan obat terapetik dalam kehamilan dan pengaruhnya pada janin



a) Asetaminofen Asetaminofen (Paracetamol) adalah obat yang paling sering dipakai selama kehamilan. Dipakai pada semua trimester kehamilan untuk jangka waktu yang pendek, terutama untuk efek analgesik dan antipiretiknya. Obat ini tidak memiliki efek anti inflamasi yang berarti. Asetaminofen menembus plasenta selama kehamilan ditemukan juga dalam air



7



susu ibu dalam konsentrasi yang kecil. Saat ini tidak ditemukan bukti nyata adanya anomali janin akibat pemakaian obat ini. Pemakaian asetaminofen selama kehamilan tidak boleh melebihi 12 tablet dari formulasi 325 mg 17 (kekuatan biasa) atau 8 tablet dalam 24 jam untuk tablet yang mengandung 500 mg (kekuatan ekstra). Obat ini harus dipakai dengan jarak waktu 4-6 jam (Hayes dan Kee, 1993).



b) Vitamin Salah satu faktor utama untuk mempertahankan kesehatan selama kehamilan dan melahirkan janin yang sehat adalah masukan zat-zat gizi yang cukup dalam bentuk energi, protein, vitamin, dan mineral (Katzung, 1998). Vitamin A (Retinol) mempunyai kerja yang terarah pada diferensiasi jaringan normal. Beberapa analog vitamin A (isotretinoin, etretinat) merupakan teratogen kuat, menunjukan bahwa analog tersebut dapat merubah proses diferensiasi normal. Penambahan asam folat selama kehamilan dimaksudkan untuk menurunkan terjadinya kelainan pembuluh saraf (Katzung, 1998).



c) Asam Folat Selama kehamilan asam folat (vitamin B9, folasit) diperlukan dalam jumlah yang lebih banyak. Defisiensi asam folat diawal kehamilan dapat menyebabkan aborsi spontadus atau defek kelahiran (misal defek pada tabung saraf), kelahiran prematur, berat badan lahir yang rendah, dan solusio plasenta (pelepasan plasenta yang lebih dini dari seharusnya). Kebutuhan asam folat yang direkomendasikan untuk sehari adalah 180 g. Untuk kehamilan diperlukan asam folat sebanyak 400 sampai 800 g (Kee dan Hayes, 1993).



d) Zat Besi Selama kehamilan, kira-kira jumlah zat besi yang diperlukan dua kali keadaan normal untuk memenuhi kebutuhan setiap hari bagi ibu dan janin. Jika kehamilan dimulai dengan keadaan tidak menderita anemia, mungkin tidak 18 memerlukan suplemen besi sampai trimester kedua, karena suplemen zat besi yang tidak diperlukan mungkin dapat menyebabkan mual, muntah, dan sembelit. Kebutuhan tertinggi adalah pada trimester ketiga, karena diperlukan pada proses persalinan dan menyusui (Hayes dan Kee, 1993).



8



F. Pertimbangan yang digunakan pada masa kehamilan Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan pada masa kehamilan dan menyusui, antara lain : 



Pertimbangan perawatan pada masa kehamilan.







Obat hanya diresepkan pada ibu hamil bila manfaat yang diperoleh ibu diharapkan lebih besar dibandingkan resiko pada janin.







Sedapat mungkin segala jenis obat dihindari pemakaiannya selama trimester pertama kehamilan.







Apabila diperlukan, lebih baik obat-obatan yang telah dipakai secara luas pada kehamilan dan biasanya aman diberikan daripada obat baru atau obat yang belum pernah dicoba secara klinis.







Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dalam jangka waktu sesingkat mungkin.







Menghindari polifarmasi.







mempertimbangkan penyesuaian dosis untuk kehamilan (Anonim , 2006).



G. Menyusui Sebenarnya semua obat menyeberang masuk kedalam ASI , akan tetapipengenceran sebelumnya yang terjadi didalam tubuh ibu, ditambah dengan volume air susunya, biasanya membuat dosis yang diberikan kepada sang bayi tidak penting secara klinis. Ada 3 kategori utama dari obat yang perlu diperhatikan berkenaan dengn menyusui : 1) Obat yang tidak dapat dideteksi didalam tubuh bayi termasuk warfarin, yang tidak akan membahayakan sang bayi kalau diberikan kepada ibu menyusui, dan aminoglikosida yang tidak diserap dari saluran pencernaan pada bayi normal. 2) Obat yang mencapai bayi tetapi dosisnya tidak berarti meliputi kebanyakan obat yang digunakan dalam praktek sehari-hari : analgetik non-narkotik, obat anti radang nonstreroid, antibiotic penisilin dan sefalosforin,obat antihipertensi, inhaler bronkodilator, dan antikonvulsan (kecuali barbiturate). 3) Obat yang mencapai bayi dalam jumlah yang cukup untuk menimbulkan bahaya. Beberapa contohnya diperlihatkan dalam table dibawah, meskipun perlu dipahami



9



bahwa efek buruk yang disajikan seringkali didasarkan sedikit laporan kasus saja bukan berasal dari penelitian yang sistematik.



2.2 Disposisi obat pada ibu hamil dan menyusui yang menderita Hipertensi



Ini biasanya terjadi pada kehamilan yang sudah masuk trimester ketiga. Tekanan darah tinggi berarti bahwa tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Berikut adalah obat-obat yang aman untuk ibu hamil yang menderita hipertensi, yaitu : 1. Methyldopa Obat ini adalah termasuk obat medis untuk tekanan darah tinggi yang sangat aman untuk ibu hamil. Obat akan membantu menurunkan tekanan darah dengan cara melebarkan pembuluh darah sehingga darah bisa mengalir lebih cepat dan longgar. Obat harus diminum ketika tidak sedang mengkonsumsi garam baik itu berjarak 3 sampai 2 jam sebelum dan setelah makan. 2. Labetalol Labetol juga termasuk obat tekanan darah tinggi yang bisa diberikan untuk ibu hamil. Obat termasuk ke dalam penghambat reseptor adrenergik dimana akan menghalangi reseptor alfa dan beta dalam tubuh. Proses ini kemudian bisa menurunkan tekanan darah dengan baik. 3. Nifedipin Nifedipine termasuk obat yang tergolong dalam kalsium channel blocker. Obat akan bekerja untuk membuat semua bagian otot jantung menjadi lebih santai sehingga pembuluh darah juga akan menjadi lebih lembut. 4. Hydralazine Ini adalah jenis obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Obat bisa membantu menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara yang sangat lembut sehingga tidak terlalu cepat.



2.3 Disposisi Obat pada ibu hamil dan menyusui yang menderita Diabetes Melitus



Prevalensi diabetes pada kehamilan telah meningkat di AS. Mayoritas adalah diabetes mellitus gestasional (GDM) dengan sisanya tipe 1 yang sudah ada sebelumnya,diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Peningkatan GDM dan diabetes tipe 2 secara paralel denganobesitas di



10



AS dan di seluruh dunia menjadi perhatian khusus. Diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2 pada kehamilan memberikan risiko ibu dan janin yang jauh lebih besar dibandingkan GDM, dengan beberapa perbedaan menurut jenis diabetes. Secara umum, spesifik risiko diabetes yang tidak terkontrol dalam kehamilan termasuk aborsi spontan, janinanomali, preeklampsia, kematian janin, makrosomia, hipoglikemia neonatal, dan hiperbilirubinemia neonatal. Selain itu, diabetes dalam kehamilan mungkin meningkatkan risiko obesitas dan diabetes tipe 2 pada anak di kemudian hari (The American Diabetes Association(ADA), 2019) Berikut adalah obat-obatan yang aman untuk ibu hamil yang menderita Diabetes mellitus, yaitu : 1. Insulin Penggunaan insulin sampai saat ini adalah pilihan utama untuk ibu hamil dan menyusui karena obat tidak melintasi plasenta dan menjadi Penyebab agen oral umumnya tidak cukup untuk mengatasi resistensi insulin pada tipe 2 diabetes dan tidak



efektif



dalam



diabetes



tipe



1



(The



American



Diabetes



Association(ADA), 2019) 2. Glibenclamide Penggunaan glibenclamide pada kehamilan masuk Kategori B menurut FDA. Artinya,studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Glibenclamide dan sulfonilurea golongan kedua yang melewati sawar plasenta yang lebih rendah dari ibu ke bayi dibandingkan dengan sulfonilurea generasi pertama (klorpropamid dan tolbutamid). Pada ibu menyusui Pemberian insulin pada ibu hamil dan menyusui masih menjadi pilihan utama karena tidak melewati plasenta dan tidak diekskresikan melalui air susu.



3. Metformin Obat metformin termasuk ke dalam kategori B menurut klasifikasi keamanan obat dari US Food and Drugs Administration (FDA). Ini artinya, obat metformin aman untuk dikonsumsi ibu hamil yang punya diabetes karena sejauh ini berbagai



11



penelitian tidak menemukan adanya risiko keselamatan kehamilan maupun kesehatan janin dalam kandungan. Metmorfin bekerja dengan membantu mengembalikan respon tubuh yang tepat terhadap hormon insulin yang diproduksi secara natural, menghindari terjadinya resistensi insulin, dan menurunkan kadar lemak di dalam tubuh. Obat ini juga menurunkan jumlah gula yang diproduksi hati dan yang diserap perut atau usus Anda. Meskipun aman untuk dikonsumsi bu hamil, tetapi penggunaan metformin bisa menimbulkan beberapa efek samping seperti: Perut terasa begah akibat gas, Heartburn, sensasi panas di ulu hati, Sakit pada perut, Mual, Gangguan pencernaan.



2.4 Perubahan Farmakokinetik obat pada kehamilan dan menyusui



Pada masa kehamilan, perubahan fisiologis akan terjadi secara dinamis, hal ini dikarenakan terbentuknya unit fetal-plasental-maternal. Karena perubahan fisiologis inilah maka farmakokinetika obat baik absorpsi, distribusi, metabolisme maupun ekskresi pun ikut berubah. Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut antara lain perubahan fungsi saluran cerna, fungsi saluran nafas, dan peningkatan laju filtrasi glomerulus pada ginjal.



I.



Perubahan Farmakokinetika Obat Akibat Perubahan Maternal



1. Absorbsi saluran cerna Pada wanita hamil terjadi penurunan sekresi asam lambung (40% dibandingkan wanita tidak hamil), disertai peningkatan sekresi mukus, kombinasi kedua hal tersebut akan menyebabkan peningkatan pH lambung dan kapasitas buffer. Secara klinik hal ini akan mempengaruhi ionisasi asam-basa yang berakibat pada absorbsinya. 2.



Absorbsi paru Pada kehamilan terjadi peningkatan curah jantung, tidal volume, ventilasi, dan aliran



darah paru. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan peningkatan absorbsi alveolar, sehingga perlu dipertimbangkan dalam pemberian obat inhalan. 3. Distribusi Volume distribusi obat akan mengalami perubahan selama kehamilan akibat peningkatan jumlah volume plasma hingga 50%. Peningkatan curah jantung akan berakibat peningkatan aliran darah ginjal sampai 50% pada akhir trimester I, dan peningkatan aliran



12



darah uterus yang mencapai puncaknya pada aterm (36-42 L/jam); 80% akan menuju ke plasenta dan 20% akan mendarahi myometrium. Akibat peningkatan jumlah volume ini, terjadi penurunan kadar puncak obat (Cmax) dalam serum. 4. Pengikatan protein Sesuai dengan perjalanan kehamilan, volume plasma akan bertambah, tetapi tidak diikuti dengan peningkatan produksi albumin, sehingga menimbulkan hipoalbuminemia fisiologis yang mengakibatkan kadar obat bebas akan meningkat. Obat-obat yang tidak terikat pada protein pengikat secara farmakologis adalah obat yang aktif, maka pada wanita hamil diperkirakan akan terjadi peningkatan efek obat. 5. Eliminasi oleh hati Fungsi hati dalam kehamilan banyak dipengaruhi oleh kadar estrogen dan progesteron yang tinggi. Pada beberapa obat tertentu seperti phenytoin, metabolisme hati meningkat mungkin akibat rangsangan pada aktivitas enzim mikrosom hati yang disebabkan oleh hormon progesteron; sedangkan pada obat-obatan seperti teofilin dan kafein, eliminasi hati berkurang sebagai akibat sekunder inhibisi komfetitif dari enzim oksidase mikrosom oleh estrogen dan progesterone. 6. Eliminasi ginjal Pada kehamilan terjadi peningkatan aliran plasma renal 25-50%. Obat-obat yang dikeluarkan dalam bentuk utuh dalam urin seperti penisilin, digoksin, dan lithium menunjukkan peningkatan eliminasi dan konsentrasi serum steady state yang lebih rendah.



II.



Efek kompartemen fetal-plasental Jika pemberian obat menghasilkan satu kesatuan dosis maupun perbandingan antara



kadar obat janin: ibu maka dipakai model kompartemen tunggal. Tetapi jika obat lebih sukar mencapai janin maka dipakai model dua kompartemen di mana rasio konsentrasi janin: ibu akan menjadi lebih rendah pada waktu pemberian obat dibandingkan setelah terjadi distribusi. 1. Efek protein pengikat Protein plasma janin mempunyai afinitas yang lebih rendah dibandingkan protein plasma ibu terhadap obat-obatan. Tetapi ada pula obat-obatan yang lebih banyak terikat pada protein pengikat janin seperti salisilat. Obat-obat yang tidak terikat (bebas) adalah yang mampu melewati sawar plasenta.



13



2. Keseimbangan asam-basa Molekul yang larut dalam lemak dan tidak terionisasi menembus membran biologis lebih cepat dibandingkan molekul yang kurang larut dalam lemak dan terionisasi selain itu PH plasma janin sedikit lebih asam dibandingkan ibu. Dengan demikian basa lemah akan lebih mudah melewati sawar plasenta. Tetapi setelah melewati plasenta dan mengadakan kontak dengan darah janin yang relatif lebih asam, molekul-molekul akan lebih terionisasi. Hal ini akan berakibat penurunan konsentrasi obat pada janin dan menghasilkan gradien konsentrasi. Fenomena ini dikenal sebagai ion trapping. 3. Eliminasi obat secara feto-placental drug eliminaton Terdapat bukti-bukti bahwa plasenta manusia dan fetus mampu memetabolisme obat. Semua proses enzimatik, termasuk fase I dan fase II telah ditemukan pada hati bayi sejak 7 sampai 8 minggu pasca pembuahan tetapi proses tersebut belum matang, dan aktivitasnya sangat rendah. Kemampuan eliminasi yang berkurang dapat menimbulkan efek obat yang lebih panjang dan lebih menyolok pada janin. Sebagian besar eliminasi obat pada janin dengan cara difusi obat kembali ke kompartemen ibu. Tetapi kebanyakan metabolit lebih polar dibandingkan dengan asal-usulnya sehingga kecil kemungkinan mereka akan melewati sawar plasenta, dan berakibat penimbunan metabolit pada jaringan janin. Dengan pertambahan usia kehamilan, makin banyak obat yang diekskresikan ke dalam cairan amnion, hal ini menunjukkan maturasi ginjal janin. 4. Keseimbangan Obat Maternal-fetal Jalur utama transfer obat melalui plasenta adalah dengan difusi sederhana. Obat yang bersifat lipofilik dan tidak terionisasi pada pH fisiologis akan lebih mudah berdifusi melalui plasenta. Kecepatan tercapainya keseimbangan obat antara ibu dan janin mempunyai arti yang penting pada keadaan konsentrasi obat pada janin harus dicapai secepat mungkin, seperti pada kasus-kasus aritmia atau infeksi janin intrauterin, karena obat diberikan melalui ibunya.



III.



Mekanisme Transfer Obat melalui Plasenta Obat-obatan yang diberikan kepada ibu hamil dapat menembus sawar plasenta



sebagaimana halnya dengan nutrisiyang dibutuhkan janin, dengan demikian obat mempunyai potensi untuk menimbulkan efek pada janin. Perbandingan konsentrasi obat dalam plasma ibu dan janin dapat memberi gambaran pemaparan janin terhadap obat-obatan yang diberikan kepada ibunya.



14



Waddell dan Marlowe (1981) menetapkan bahwa terdapat 3 tipe transfer obat-obatan melalui plasenta sebagai berikut: 



Tipe I Obat-obatan yang segera mencapai keseimbangan dalam kompartemen ibu dan janin, atau terjadi transfer lengkap dari obat tersebut. Yang dimaksud dengan keseimbangan di sini adalah tercapainya konsentrasi terapetik yang sama secara simultan pada kompartemen ibu dan janin.







Tipe II Obat-obatan yang mempunyai konsentrasi dalam plasma janin lebih tinggi daripada konsentrasi dalam plasma ibu atau terjadi transfer yang berlebihan. Hal ini mungkin terjadi karena transfer pengeluaran obat dari janin berlangsung lebih lambat.







Tipe III Obat-obatan yang mempunyai konsentrasi dalam plasma janin lebih rendah daripada konsentrasi dalam plasma ibu atau terjadi transfer yang tidak lengkap.



IV.



Faktor-faktor yang mempengaruhi transfer obat melalui plasenta antara lain adalah: 



Berat molekul obat.







Pada obat dengan berat molekul lebih dari 500D akan terjadi transfer tak lengkap melewati plasenta.







PKa (pH saat 50% obat terionisasi).







Ikatan antara obat dengan protein plasma.



2.5 Studi kasus penyakit A. Penyakit Anemia Anemia atau kurang darah adalah salah satu masalah kesehatan yang masih banyak dialami oleh ibu hamil, Kondisi ini disebabkan meningkatnya volume darah selama kehamilan. Anemia saat hamil dapat menimbulkan berbagai komplikasi kehamilan yang berpotensi mengancam nyawa ibu dan bayi. Oleh karena itu, ibu hamil perlu mendapatkan asupan asam folat dan zat besi yang cukup. Indikasi utama asam folat adalah untuk terapi anemia megaloblastik dengan dosis inisial 0,4 -1 mg, dan sebagai suplemen nutrisi untuk



15



mencegah terjadinya defek neural tube pada janin ibu hamil dengan dosis 0,4 mg, sekali sehari a). Penyebab Anemia 



Fisiologis







Kekurangan zat besi terutama pada ibu hamil.



b). Obat yang direkomendasikan untuk ibu hamil penderita anemia 



Asam Folat Asam folat adalah salah satu vitamin B kompleks yang sangat penting bagi tubuh,



terutama untuk mencegah terjadinya defek neural tube bila dikonsumsi oleh wanita hamil. Vitamin larut air ini dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan DNA dan sel darah merah. Folat secara alami terkandung dalam makanan, seperti bayam, hati sapi, sereal dan lain-lain. Masa kehamilan dan menyusui merupakan masa dengan kebutuhan nutrisi yang kuat bagi seorang ibu. Penggunaan asam folat sangat direkomendasikan bagi ibu hamil sebagai pencegahan defek tabung saraf serta direkomendasikan juga pada ibu menyusui akibat bertambahnya kebutuhan folat untuk bayi. c). Farmakokinetik asam folat berupa absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. 



Absorpsi Asam folat terkandung dalam makanan, sebagai reduktor polyglutamate folate.



Vitamin ini dapat diabsorpsi hanya setelah hidrolosis, reduksi, dan methylation terjadi pada traktus gastrointestinal. Lalu dikonversikan menjadi tetrahidrofolat aktif. Bentuk sintetik oral asam folat adalah monoglutamat dan diabsorpsi lengkap setelah pemberian, meskipun pada sindrom malabsorpsi.[13] Asam folat diabsorpsi secara cepat dari traktus gastrointestinal, utamanya dari pars proksimal dari usus kecil. Rentang kadar serum normal 0,005 sampai 0,015 mcg/ml. Biasanya kadar serum kurang dari 0,005 mcg/ml merupakan indikasi defisiensi folat, dimana kurang dari 0,002 mcg/ml termasuk anemia megaloblastik.



16







Distribusi Asam tetrahidrofolat dan derivatifnya didistribusikan ke dalam semua jaringan tubuh.



Penyimpanan folat di dalam tubuh, sebanyak setengah dari total folat di simpan di hati. Asam folat juga didistribusikan ke dalam ASI. 



Metabolisme Metabolisme folat di hati menjadi asam N-methyltetrahydrofolat, bentuk utama



penyimpanan folat dan transportasi. 



Ekskresi Asam folat diekskresikan dalam sebagian jumlah melalui urin. Setelah pemberian dosis besar, kelebihan folat diekskresikan dalam urin. Sedikit asam folat yang diekskresikan dalam feses. Sekitar 0,05 mg/hari penyimpanan folat dalam tubuh hilang melalui ekskresi urin dan feses.



d). Penggunaan pada Kehamilan Penggunaan asam folat p[ada ibu hamil termasuk dalam kategori A, dimana : Kategori A: Studi terkontrol pada wanita hamil tidak menunjukkan adanya risiko terhadap janin, dan kecil kemungkinannya untuk membahayakan janin e). Kontraindikasi asam folat Asam folat dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap obat tersebut f). Peringatan penggunaan asam folat 



Hati-hati pemberian pada pasien yang belum terdiagnosis anemia, sehingga timbul masking effect.







Pemberian pada pasien dengan anemia aplastik tidak terlalu berpengaruh.







Sediaan harus dijauhkan dari panas dan sinar matahari







Sediaan injeksi mengandung benzyl alkohol yang berkaitan dengan depresi napas pada neonate.



17



B. Penyakit Nyeri Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang umumnya disebabkan oleh rangsangan yang kuat atau merusak. The International Association for the Study of Pain's secara luas mendefinisikan nyeri sebagai "suatu sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan sebagai kerusakan tersebut”.



a). Rekomendasi obat nyeri untuk ibu hamil dan menyusui 



Paracetamol Parasetamol adalah pilihan pertama untuk perawatan antipiretik atau analgesik selama



kehamilan. Produk-produk dengan Paracetamol sudah tersedia di pasaran dan karenanya mudah diakses untuk pengobatan sendiri. Data epidemiologis pada pola asupan Paracetamol selama kehamilan dan efek imunologis potensinya jarang. Sementara demam dan rasa sakit melemahkan dan membahayakan, terutama selama kehamilan, obat-obatan mungkin membangkitkan efek samping jangka panjang pada keturunannya. Meskipun banyak demam dan penghilang rasa sakit tersedia, hanya sedikit yang dianggap aman selama kehamilan. Sejak 1893, N- acetyl- p -aminophenol (Paracetamol, Tylenol, APAP) menjadi obat lini pertama dan banyak digunakan untuk nyeri dan demam ( Brune et al., 2015 ) Di antara wanita yang menggunakan analgesik, persentase wanita yang menggunakan Paracetamol



meningkat



sepanjang



kehamilan,



sementara



persentase



wanita



yang



menggunakan ibuprofen, obat analgesik kedua yang paling relevan, menurun. Paracetamol secara prospektif dikaitkan dengan frekuensi HSC yang lebih rendah dalam darah tali pusat.



18



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dalam pemberian obat kepada ibu hamil ataupun ibu menyusui memang perlu mendapatkan perhatian yang besar. Potensi penyebab bahaya pada ibu, janin atapun bayi yang disusui harus dipertimbangkan pula pada setiap bahan yang digunakan. Meskipun hanya beberapa obat terbukti menunjukan efek teratogenik pada manusia, tidak ada obat yang sama sekali aman pada masa awal kehamilan.



19



DAFTAR PUSTAKA



- American College of Obstetrics and Gynecology. Practice Bulletin 153: nausea and vomiting of pregnancy.Obstet Gynecol 2015 Sep;126(3):e12 - American Diabetes Association. Management of Diabetes in Pregnancy: Standards of Medical Care in Diabetesd2019 - Brune K., Renner B., Tiegs G. Acetaminophen / parasetamol: riwayat kesalahan, kegagalan dan keputusan salah. Eur. J. Pain Lond. Engl. 2015; 19 : 953– 965. [ PubMed ] [ Google Cendekia ] - Herrell HE. Nausea and vomiting of pregnancy. Am Fam Physician. 2014 Jun 15;89(12):965-70 full-text - Suyono Joko.dr. Peresepan untuk ibu hamil (Prescribing in Pregnancy. - https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5832562/ - http://eprints.ums.ac.id/7753/2/K100050115.pdf - https://kumparan.com/@kumparanmom/daftar-obat-obatan-yang-harus-dihindariibu-hamil-1533295225512258236 - https://hamil.co.id/kehamilan/obat-obatan/obat-darah-tinggi-untuk-ibu-hamil - https://www.alomedika.com/obat/antidiabetes/oral/glibenklamid/penggunaan-padakehamilan-dan-ibu-menyusui



20



LAMPIRAN HASIL DISKUSI 



Ferdy (Kel. 3) : ada beberapa kategori, minta penjelasan dr perbedaan kategori?



Jawab : 1. Kategori A : Aman untuk janin. Study control pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin pada trimester 1. 2. Kategori B : Cukup aman. Study pada sistem reproduksi binatang percobaan memperlihatkan adanya resiko terhadap janin. 3. Kategori C : Dapat beresiko, digunakan jika perlu. 4. Kategori D : Digunakan jika darurat. Terbukti menimbulkan risiko terhadap janin, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh jika digunakan pada wanita hamil dapat dipertimbangkan seperti situasi yang mengancam jiwa atau kritis. 5. Kategori X : Memiliki kontraindikasi dan sangat berbahaya bagi janin







Nabil (Kel.4 ): pada slide ada tercantum obat yang bersifat efek teratogonik, apakah yg dimaksud itu,dan apakah ada faktor lain yang menyebabkan kelainan pada bayi selain obat2an



Jawab : Teratogenik (bahasa Inggris:Teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti membuat monster. Dalam istilah medis, berarti perkembangan tidak normal dari sel selama kehamilan yang menyebabkan kerusakan pada embrio. Factor lain yang menyebabkan kelainan pada bayi selain obat-obatan : Faktor pola hidup tidak sehat seperti merokok, minum alkohol, stress.







Muliani (Kel. 2): pct menyebabkan masalah ginjal pada janin، menurut saya pct itu termasuk kategori aman dikonsumsi oleh ibu hamil? Dosis rendah brp?



21



Jawab : Yang dimaksud disini obat paracetamol mengakibatkan masalah ginjal adalah apabila penggunaan obat tersebut dalam jangka panjang dan dalam dosis yang besar. Dosis aman untuk ibu hamil adalah tidak melebihi 12 tablet dari foemulasi 325mg atau 8 tablet dalam 24 jam untuk tablet yang mengandung 500mg.







Rini (kel.5): mengapa anabolik steroid menimbulkan efek maskulin pada janin perempuan dan begitu sebaliknya?



Jawab : Steroid anabolic merupakan androgen steroida yang didalamnya termasuk androgen alami seperti tersosteron serta zat sintetis yang secara structural berhubungan dan memiliki efek yang serupa dengan testosterone. Mereka merupakan anabolic dan meningkatkan protein dalam sel, khusus nya dalam otot rangka.Termasuk induksi pengembangan dan pemeliharaan karakteristik seksual sekunder maskulin seperti pertumbuhan pita suara dan rambut tubuh.



22