Filsafat Yahudi Tugas 1 PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Filsafat Yahudi



Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Penghantar Filsafat Dosen Pengampu: Rosmaria Syafariyah Widjayanti, S.S., M.Si.



Nama kelompok: Albhi Sahdilah (1122033100004) Elen Dhita Nuraini (11220331000048)



AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULLUDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2023



Filsafat Yahudi Sejarah Filsafat Yahudi Filsafat Yahudi adalah suatu disiplin akademik dan suatu penemuan dari para sejarawan filsafat abad ke-19. Mereka ingin menyatukan para filsuf berdarah Yahudi ke dalam satu kerangka untuk bisa dipelajari dan ditanggapi secara kritis. Tidak ada filsuf sebelum abad ke19 yang mengakui filsafat Yahudi sebagai cabang dari filsafat. Para filsuf berdarah Yahudi seringkali digolongkan di dalam aliran-aliran filsafat tertentu, namun bukan filsafat Yahudi. Karena pada masa pra-modern dan modern, filsafat, teologi, dan ilmu pengetahuan masih berada di dalam satu-kesatuan. Pada masa-masa itu, perbedaan antara ketiganya tidak jelas. Baik Maimonides maupun Gersonides, mereka menganggap dirinya sebagai seorang filsuf Yahudi. Sejauh mereka menganggap diri mereka sebagai filsuf, mereka menggambarkan diri mereka sebagai pemberi tafsiran tradisi alkitab dan rabi yang menyeluruh.1 Bagi pemikir seperti Maimonides dan Gersonides, kitab suci Yahudi adalah suatu traktat (perjanjian) filosofis yang bisa dikembangkan tafsirannya secara rasional dan sistematis. Akan tetapi, kegiatan menafsirkan kitab suci Yahudi secara filosofis, juga belum menjadi dasar yang kokoh untuk suatu filsafat Yahudi. Gambaran filosofis terhadap kitab suci Yahudi tidak pernah dapat disebut sebagai filsafat Yahudi, karena gambaran semacam itu tidak memiliki keterkaitan menyeluruh yang kiranya bisa berlaku untuk orang-orang di luar golongan agama Yahudi.2 Tokoh filsuf masa filsafat Yahudi 1. Moses Maimonides Moses Maimonides lahir pada 1135 dan meninggal pada 1204, la menulis The Mishneh Torah yang berisi tafsiran tentang hukum Yahudi. Tulisan itu nantinya akan mengobarkan revolusi di dalam pemahaman masyarakat Yahudi tentang hukum. Sampai sekarang karya tersebut dipandang sebagai kajian terbesar tentang pemikiran Yahudi. Maimonides juga menulis buku berjudul The Guide of the Perplexed. Sampai sekarang buku tersebut masih mempengaruhi gaya berpikir para filsuf Yahudi. 1



Daniel H.Frank dan Oliver Leaman, History of Jewish Philosophy, h. 3



2



Muhammad Amri, Sejarah, Teologi, dan Kebudayaan Yahudi, h. 111



Yang mengagumkan adalah kemampuan Maimonides untuk menulis secara sederhana argumen-argumen yang sebenarnya sangat rumit. Maimonides juga menulis sebuah komentar tentang hukum-hukum Yahudi yang terdapat di dalam Torah. la bahkan menulis tentang kedokteran, Maimonides pernah menjadi dokter di Mesir sekaligus menjadi tokoh di komunitas Yahudi di sana. Kehidupan Maimonides sangatlah kaya dan beragam. la seorang ahli yang membaktikan dirinya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Pada saat bersamaan Maimonides menjadi seorang pemimpin politik di masyarakat Yahudi yang aktif terlibat di dalam urusan politik komunitasnya, serta orang yang sangat memahami hukum dan tradisi Yahudi. la dianggap ahli tulisan-tulisan Rabinis yang sangat penting bagi tradisi Yahudi. Di sisi lain ia adalah seorang filsuf yang sangat menggemari metafisika Aristotelian dan tradisi Filsafat Islam. Rupanya kehebatan Maimonides ternyata menjadi titik lemahnya. Kemampuannya untuk menguasai dua bidang sekaligus, hukum-tradisi Yahudi dan filsafat, rupanya mengundang banyak kritik dari komunitasnya. Bagi kaum tradisional Yahudi, kecintaan Maimonides pada filsafat Aristoteles adalah bukti bahwa pikirannya telah tersesat. Di dalam tulisan-tulisannya, menurut Kreisel, Maimonides juga berpendapat serupa dengan para filsuf Yahudi. Di dalam sejarah dualisme Maimonides ini juga memberi pengaruh besar pada para pemikir Yahudi selanjutnya. Banyak kelompok pemikir yang menafsirkan ajaran Maimonides sesuai dengan keinginannya sendiri yang juga berbeda secara kontras dengan tafsiran kelompok lainnya.1 Maimonides lebih jauh berpendapat, bahwa setiap hukum yang ada di masyarakat berasal dari hukum ilahi. Tujuan adanya hukum adalah untuk membantu manusia mencapai kebahagiaan, baik secara personal maupun secara sosial di dalam masyarakat dalam bentuk terciptanya masyarakat yang harmonis.2 Menurut Kreisel seluruh karya Maimonides ditujukan untuk memahami dan mengajarkan Talmud secara kontekstual. Di dalam proses memahami Talmud, la sangat dipengaruhi oleh filsafat Plato, al-Farābi, dan Aristoteles. Ketiga filsuf itu memberikan perangkat filosofis yang memadai bagi Maimonides untuk menafsirkan hukum-hukum Musa secara rasional, sehingga bisa diterima oleh akal budi para pendengarnya. Menurut Kreisel karya Maimonides yang paling menggambarkan filsafatnya adalah Guide of the Perplexed.



1



Daniel Frank dan Oliver Leaman, History of Jewish Philosophy, 1997,h. 196.



2



Ibid



Di dalam buku ini, ia menggunakan argumen rasional untuk mengajak orang hidup sesuai dengan jalan yang la tunjukkan, yakni jalan Abraham. Abraham menemukan Tuhan melalui akal budinya. Buku itu ditujukan untuk mereka yang hendak mencari Tuhan dengan berpijak pada akal budinya. Bertentangan dengan pandangan banyak orang pada jamannya, akal budi dan iman tidak harus selalu dipisahkan.



2. Gersonides Gersonides, atau yang juga banyak dikenal sebagai Levi ben Gershon Gersonides adalah seorang filsuf Prancis, la adalah seorang matematikus, astronomer, dan penafsiran Talmud di dalam tradisi Yahudi. la lahir pada 1288 dan kemudian tinggal di Bagnols-sur-Cèze di Languedoc. Kemudian la pindah ke Avignon dan Orange. Menurut pendapat Chon- Sherbok, Gersonides, sama seperti Maimonides, adalah seorang filsuf dan pencinta ilmu pengetahuan. Salah satu karyanya yang terkenal adalah tentang astronomi, la mengomentari paradigma astronomi kuno, bahkan bisa memperkirakan dengan ketepatan luar biasa berbagai peristiwa di langit, seperti layaknya seorang astronom modern yang telah menggunakan peralatan yang canggih. Di dalam prosesnya ia menggunakan metode Baculus Job untuk menghitung jarak antara bumi dengan planet planet lainnya.1 Menurut Chon-Sherbok pada 1325-1338, Gersonides menulis suatu tafsiran atas Kitab Suci Yahudi. Bersamaan dengan itu ia juga menulis tentang pemikiran Averroes dan tulisan tentang Talmud. Karya filosofis terbesar dari Gersonides berjudul Wars of the Lord la menulis buku itu selama 12 tahun, dan selesai pada 1329. Menurut penelitian Chon-Sherbok, Gersonides memiliki enam tujuan utama dari penulisannya yakni, ingin mengetahui orang yang belum mencapai kesempurnaan mampu untuk memasuki kehidupan selanjutnya, apakah orang mampu mengetahui masa depan melalui mimpi, penampakan dari Tuhan, atau dari pewahyuan, apakah Tuhan mengetahui benda-benda yang ada di dunia, apakah ada campur tangan Tuhan di dalam benda-benda dunia, bagaimana sang penggerak utama dari berbagai ruang yang ada (Tuhan) bekerja, dan apakah dunia ini abadi atau diciptakan.2 Gersonides menolak pandangan Aristoteles, dan para pengikutnya, tentang Tuhan sebagai penggerak pertama di dalam realitas. la berpendapat bahwa keberadaan Tuhan hanya dapat dibuktikan, jika manusia mau secara jell melihat dan memahami keteraturan realitas yang begitu indah. Gersonides juga yakin bahwa orang mampu memahami Tuhan secara penuh. 1



Don Chon-Sherbok, Fifty Key Jewish Thinkers, 1997, h. 76



2



Ibid, h. 77



Hal ini tidak membuat Tuhan menjadi kurang agung. Tuhan dapat dipahami jika manusia mau melihat dirinya sendiri, dan kualitas-kualitas pribadinya. Dengan lugas dapat dikatakan, bahwa manusia dapat menemukan Tuhan dengan melihat dirinya sendiri. Gersonides berpendapat bahwa bangsa Yahudi adalah bangsa terpilih. Tuhan mewahyukan dirinya kepada bangsa Yahudi. Dan ini tentu saja membuat bangsa Yahudi merasa spesial. Banyak juga orang yang terpilih menjadi nabi di dalam tradisi Yahudi. Bagi Gersonides para nabi adalah filsuf yang mendapat wahyu dari Tuhan, sehingga ia memiliki pengetahuan lebih tentang alam semesta. Mereka mampu menterjemahkan wahyu dari Tuhan untuk bisa diterapkan di dalam kehidupan individu ataupun masyarakat. Mereka adalah suara dan wakil Tuhan untuk berbicara pada umat manusia.1 Gersonides juga berpendapat bahwa para nabi mampu menebak tempat dan kapan terjadinya mukjizat. Dalam arti ini mukjizat adalah suatu kejadian yang melanggar semua hukum-hukum alam. Mukjizat memiliki hukum-hukumnya sendiri yang bertentangan dengan hukum-hukum alam.



3. Moses Mendelssohn Moses Mendelsssohn lahir pada tanggal 6 September 1729, mendhelssohn mengilhami gerakan Haskalah Pencerahan Yahudi pada abad ke-18 dan ke-19. Haskalah adalah gerakan di antara orang Yahudi Eropa yang mengadopsi pencerahan nilai-nilai, mendesak integrasi yang lebih baik ke dalam masyarakat Eropa, dan meningkatkan pendidikan dalam studi sekuler, bahasa Ibrani, dan Yahudi yang bersejarah. Keturunan Moses Mendelssohn termasuk juga komposer dan pianis terkenal Felix Mendelssohn. Moses Mendelssohn dibesarkan dalam keluarga miskin di Dessau, Principality of Anhalt, dan dididik oleh ayahnya, Mendel Heymann, aktif sebagai Sofer serta penulis komunitas Dessau dan guru sekolah dasar. Musa dikatakan memiliki pengetahuan yang sangat baik dalam mempelajari Talmud pada usia sepuluh tahun. Sekitar tahun 1739, Mendelssohn muda berubah menjadi kelas David Fränkel (1707-1762), Kepala Rabi Dessau, seorang sarjana berpengaruh yang, setelah hampir 200 tahun, menerbitkan kembali Führerder Unschlüssigen, sebuah karya utama filsuf Yahudi penting Maimonides (1138-1204). Mendelssohn belajar bahasa Jerman, Latin, Prancis, dan Inggris serta pengetahuan sekuler lainnya. Dia menunjukkan kecenderungan awal terhadap filsafat, Mendelssohn pertama kali mempelajari filsuf Pencerahan awal Inggris John Locke dalam bahasa Latin dengan bantuan kamus, serta Christian Wolff dan sarjana universal Gottfried Wilhelm Leibniz. 1



Don Chon-Sherbok, Fifty Key Jewish Thinkers, 1997, h. 78



Mendelssohn menjadi guru dari keluarga kaya pedagang sutra, Isaac Bernhard, mulai tahun 1754 pabrik sutranya baru didirikan. Gotthold Ephraim Lessing menjadi salah satu teman terdekat Mendelssohn di tahun 1750-an dan keduanya saling mempengaruhi secara signifikan selama bertahun-tahun. Mendelssohn dapat menerbitkan tulisan dan pemikiran filosofis pertamanya (Philosophische Gespräche, Philosophical Conversations, 1755), yang membuatnya menjadi perhatian publik pertama dalam karya awalnya.1 Pada tahun 1763, Johann Kaspar Lavater melakukan perjalanan ke Berlin untuk mengunjungi Mendelssohn yang terkenal. Mereka membicarakan pandangannya tentang Yesus dan filsuf. Lavater kemudian meminta Mendelssohn untuk membantah esai Charles Bonnet tentang Bukti Kristen, yang menyebabkan banyak bentrokan publik seputar Lavater dan Mendelssohn. Dalam masalah ini membutuhkan banyak keahlian, keterampilan, dan kekuatan karena situasi yang sulit, orang Yahudi yang hampir tidak dapat ditoleransi dalam masyarakat yang sebagian besar menganggap Mendelssohn sebagai juru bicara dan perwakilan mereka. Pada tahun 1771 Mendelssohn menderita, gangguan psikofisik yang memaksanya untuk menghentikan sementara aktivitas filosofis apa pun. Pada tahun yang sama saran Mendelssohn masuk ke Akademi Ilmu Pengetahuan Prusia atas permintaan Johann Georg Sulzer, presiden kelas filsafat, gagal karena perlawanan Frederick II.



1



Terjemah dari karya Max l. Dimont, Jews, God, and History, h. 389



Daftar Pustaka



Amri, Muhammad. (2018). Sejarah, Teologi, dan Kebudayaan Yahudi. Yogyakarta: Glosaria Media. Chon-Sherbok, Dan. (1997). Fifty Key Jewish Thinkers. London: Routledge. Dimont, Max l. (1993). Yahudi, Tuhan dan Sejarah. Terjemahan oleh Al Tor. Bandung: Eraseni Media. Frank, Daniel H dan Leaman. (1997). History of Jewish Philosophy. London: routledge. Wattimena, R. (2009). Filsafat Yahudi. Diambil kembali dari Rumah Filsafat: https://rumahfilsafat.com