Flail Chest [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

a) Flail chest Flail chest terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur. Adanya segmen flail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan pada pergeraka dinding dada. Bila terjadi kerusakan parenkim paru di bawah kerusakan dinding dada maka akan menyebabkan hipoksia yang serius. Kesulitan utama pada kelainan flail chest yaitu cedera pada parenkim paru yang mungkin terjadi (kontusio paru) (American College of Surgeons, 2008). Manifestasi klinis Walaupun ketidakstabilan dinding dada menimbulkan gerakan paradoksal dinding dada pada inspirasi dan ekspirasi, defek ini sendiri saja tidak akan menyebabkan hipoksia. Hipoksia disebabkan nyeri yang mengakibatkan gerakan dinding dada menjadi tertahan dan cedera jaringan parunya. Flail chest ungkin tidak terlihat pada awalnya, karena splinting dengan dinding dada. Gerakan pernapasan menjadi buruk dan toraks bergerak secara asimetris dan tidak terkoordinasi. Palpasi gerakan pernapasan yang abnormal dan krepitasi iga atau fraktur tulang rawan membantu diagnosis. Dengan foto toraks akan lebih jelas karena akan terlihat fraktur iga yang multipel, akan tetapi terpisahnya sendi costochondral tidak akan terlihat. Pemeriksaan analisis gas darah yang menunjukkan hipoksia akibat kegagalan penafasan juga membantu dalam diagnosis flail chest (American College of Surgeons, 2008).



Flail chest : Fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur Penatalaksanaan Terapi awal yang diberikan adalah pemberian ventilasi adekuat, oksigen yang dilembabkan dan resusitasi cairan. Bila tidak ditemukan syok maka pemberian cairan krostaloid intra vena harus lebih berhati-hati untuk mencegah kelebihan pemberian cairan. Kerusakan parenkim paru pada flail chest akan sangat sensitive terhadap kekurangan atau kelebihan resusitasi cairan. Pengukuran yang lebih spesifik harus dilakukan agar pemberian cairan benar-benar optimal. Terapi definitive ditujukan untuk mengembangkan paru dan berupa oksigenasi yang cukup serta pemberian cairan dan analgesia untuk memperbaiki ventilasi. Tidak semua penderita membutuhkan penggunaan ventilator. Pencegahan hipoksia merupakan hal penting pada penderita trauma, dan intubasi serta ventilasi untuk waktu singkat mungkin diperlukan. Sampai diagnosis dan pola cedera yang terjadi pada penderita tersebut lengkap. Indikasi waktu untuk melakukan intubasi dan ventilasi tergantung pada penilaian hati-hati dari frekuensi pernafasan, tekanan oksigen arterial, dan penilaian kinerja pernafasan (American College of Surgeons, 2008).



Gambar 2.3. Flail Chest (Wanek dan Mayberry, 2004) b) Fraktur Iga Fraktur pada iga merupakan kelainan yang sering terjadi akibat trauma tumpul pada dinding toraks. Trauma lebih jarang mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luas permukaan trauma yang sempit, sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga. Fraktur iga sering terjadi pada iga IV-X. Dan sering menyebabkan kerusakan pada organ intra toraks dan intra abdomen. (Sjamsuhidajat, 2005; Brunicardi, 2006). Fraktur pada iga VIII-XII sering menyebabkan kerusakan pada hati dan limpa. Perlu di curigai adanya cedera neurovaskular seperti pleksus brakhialis dan arteri atau vena subklavia, apabila terdapat fraktur pada iga I-III maupun fraktur klavikula (Brunicardi, 2006). Penatalaksanaan (Brunicardi, 2006): 1. Fraktur yang mengenai 1 atau 2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain: konservatif dengan anti nyeri. 2. Fraktur di atas 2 iga perlu di curigai adanya kelainan lain seperti: edema paru, hematotoraks,dan pneumotoraks. Pada fraktur iga multipel tanpa penyulit pneumotoraks, hematotoraks, atau kerusakan organ intratoraks lain, adalah: 1. Analgetik yang adekuat (oral/ iv / intercostal block) 2. Bronchial toilet 3. Cek laboratorium berkala: Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit,Trombosit, dan Analisa gas darah 4. Cek foto toraks berkala Penatalaksanaan fraktur iga multipel yang disertai penyulit lain seperti: pneumotoraks dan hematotoraks, diikuti oleh penanganan pasca operasi/tindakan



yang adekuat dengan analgetik, bronchial toilet, cek laboratorium dan foto toraks berkala, dapat menghindari morbiditas dan mortalitas. (Sjamsuhidajat, 2005). Komplikasi yang sering terjadi pada fraktur iga adalah atelektasis dan pneumonia, yang umumnya disebabkan manajemen analgetik yang tidak adekuat (Brunicardi, 2006) c) Fraktur Klavikula Fraktur klavikula sering dijumpai tanpa disertai trauma toraks atau trauma pada sendi bahu, fraktur klavikula umumnya dijumpai pada bagian tengah atau sepertiga tengah dari tulang klavikula (Brunicardi, 2006). Manifestasi klinis dijumpai tanda-tanda peradangan seperti nyeri pada daerah trauma, perubahan warna pada kulit, pembengkakan pada lokasi trauma, peningkatan suhu pada daerah trauma, biasanya disertai dengan deformitas dan krepitasi dilokasi trauma. Pada foto toraks dijumpai garis fraktur di klavikula. Penatalaksanaan : (Brunicardi, 2006) 1. Konservatif: "Figure of eight bandage" sekitar sendi bahu dan pemberian analgetik. 2. Operatif: fiksasi internal Komplikasi yang sering terjadi pada fraktur klavikula berupa malunion fracture, dapat mengakibatkan penekanan pleksus brakhialis dan pembuluh darah subklavia.



Fraktur midle clavicula



Fraktur lateral clavicula



Fraktur medial clavicula d) Fraktur Sternum Fraktur sternum jarang ditemukan pada trauma toraks. Biasanya ditemukan pada trauma langsung dengan gaya trauma yang cukup besar.Lokasi fraktur biasanya dijumpai pada bagian tengah atas sternum dan sering disertai fraktur Iga (Sjamsuhidajat, 2005; Brunicardi, 2006). Fraktur sternum dapat disertai beberapa kelainan



seperti: kontusio atau



laserasi jantung, perlukaan bronkhus atau aorta. Pada anamnesis dan pemerikasaan fisik biasanya dijumpai nyeri terutama di area sternum dan disertai krepitasi. Pada pemeriksaan penunjang foto toraks lateral ditemukan garis fraktur pada daerah sternum atau gambaran sternum yang tumpang tindih. 61% kasus fraktur sternum memperlihatkan adanya perubahan pada pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) yang tidak normal, merupakan tanda trauma jantung.



Fraktur sternum Penatalaksanaan (Brunicardi, 2006) 1. Untuk fraktur tanpa dislokasi fragmen fraktur dilakukan pemberian analgetika dan observasi tanda-tanda adanya laserasi atau kontusio jantung 2. Untuk fraktur dengan dislokasi atau fraktur fragmented dilakukan tindakan operatif untuk stabilisasi dengan menggunakan sternal wire, sekaligus eksplorasi adanya perlukaan pada organ atau struktur di mediastinum. e) Dislokasi Sendi Sternoklavikula Kasus dislokasi sendi sternoklavikula jarang ditemukan. Dislokasi ini dibagi menjadi dislokasi anterior dan posterior. Dislokasi anterior ditandai dengan nyeri pada daerah trauma, nyeri tekan, dan terlihat bongkol klavikula dari sendi sternoklavikula menonjol kedepan, sedangkan dislokasi posterior tampak sendi tertekan kedalam. Penatalaksanaan dislokasi sendi sternoklavikula berupa reposisi. (Sjamsuhidajat, 2005). American College of Surgeons Committee on Trauma (ACSCOT). 2008. Rujukan. Dalam: Advanced Trauma Life Support for Doctors, ATLS Student Course Manual . Eight Edition. Chicago. Wanek, S. and J.C. Mayberry. 2008. Blunt Thoracic Trauma. Critical Care Clinics. 20: 71-81. Sjamsuhidajat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC



Brunicardi, F. C., Onan, B., Oz, K., (2006) Chest wall, lung, mediastinum, and pleura. Dalam Schwartz's Manual Of Surgery 8 th edition. USA: Mc-Graw. Hill.