Folium [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI FOLIUM



Disusun Oleh : Siti Saroh Rahayu Siti Fatimah R Nabila Nur Azhari Riza Ramadhan Shift / Kelompok Tanggal Praktikum Tanggal Laporan Asisten



: : : :



(10060314077) (10060318112) (10060319163) (10060319194) E/1 02 Desember 2020 09 Desember 2020 Aisyah Qisthi S.Farm



LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2020 / 1441 H



PERCOBAAN III FOLIUM I.



TUJUAN PERCOBAAN Mengamati secara organoleptis, makroskopik, dan mikroskopik dengan contoh



simplisia Orthosiphonis Staminei Folium, Abri Folium, Psidii Guajavae Folium, Sericocalycis Crispi Folium, Sonchi Arvensidis Folium, Piperis Betle Folium, Blumeae Balsamiferae Folium, dan Guazumae Ulmifoliae Folium menggunakan reagen Kloral Hidrat. II.



TEORI DASAR



Farmakognosi merupakan cara pengenalan ciri-ciri atau karakteristik obat yang berasal dari bahan alam. Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan pengobatan dari alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme, dan mineral. Perkembangan farmakognosi saat ini sudah melibatkan hasil penyarian atau ekstrak yang tentu akan sulit dilakukan indentifikasi zat aktif jika hanya mengandalkan mata. Dengan demikian, cara identifikasi juga semakin berkembang dengan menggunakan alat-alat cara kimia dan fisika (Gunawan, 2004). 2.1



Morfologi Daun Istilah morfologi bersal dari kata “Morphologi” yang berarti (Morphe : bentuk, logos :



Ilmu) ;berarti ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk luar dari tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji mengenai organ-organ tumbuhnya dengan segala variasinya. Morfologi tumbuhan ialah ilmu yang mempelajari struktur organ tumbuhan baik mengenai akar, batang, daun, bunga, buah, maupun bijinya. Pada dasarnya, tumbuhan terdiri atas tiga organ pokok yaitu akar (radiks), batang (caulis), dan daun (folium). Tumbuhan yang memilki ketiga unsur pokok tersebut adalah golongan kormofita (kormofita berasal dari bahasa yunani yaitu, cormus berarti akar, batang dan daun ; sedangkan phyta berarti tumbuhan). Selain itu bagian lain dari tubuh tumbuhan dapat dikatakan sebagai turunan (derivat) dari salah satu atau dua bagian pokok tersebut yang telah mengalami perubahan bentuk, sifat, dan fungsi (Hidayat, 1995). Morfologi tumbuhan membahas tentang fungsi masing — masing bagian dari bentuk dan susunan tumbuhan dan susunan tumbuhan. Jika melihat daun dari berbagai macam jenis tumbuhan, dapat terlihat bahwa daun memiliki struktur morfologi daun yang bermacammacam (Rianawaty, 2011). Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang tak kalah pentingnya dengan akar, setiap tumbuhan pada umumnya memiliki daun. Daun dikenal dengan nama ilmiah folium.



Secara umum daun, memiliki struktur berupa helaian, berbentuk bulat bulat atau lonjong berwarna hijau (Rosanti, 2013). Daun sesungguhnya adalah cabang atau ranting yang mengalami modifikasi. Pada tumbuhan tingkat tinggi daun merupakan tempat penting untuk fotosisntesis. Daun merupakan salah satu organ pokok pada tumbuhan (Tjitrosoepomo, 1985). Daun memiliki fungsi antara lain sebagai resorpsi. Dalam hal ini helaian daun bertugas menyerap zat-zat makanan dan gas. Daun juga berfungsi sebagai alat transportasi atau pengangkutan zat makanan hasil fotosintesis ke seluruh tubuh tumbuhan, dan yang tak kalah penting daun berfungsi sebagai alat transpirasi (penguapan air) dan respirasi (pernapasan dan pertukaran gas) (Rosanti, 2013). Daun adalah salah satu organ bagian dari tubuh tumbuhan. Secara umum, pada tumbuhan harus mempunyaidaun, batang, dan akar. Daun sendiri merupakan organ bagian tumbuhan yang sangat penting, karena daun adalah tempat pengambilan zat-zat makanan terutama yang berupa zat gas (CO2), selain itu sebagai pengolah zat-zat makanan, penguapan air dan pernafasan bagi tumbuhan itu sendiri. Di lihat dari segi fungsi, daun sangat penting bagi tumbuhan, karena jika tidak ada daun maka tumbuhan tersebut akan mati atau tidak akan tumbuh karena pada daun inilah terjadi proses fotosintesis danlain sebagainya (Tjitrosoepomo, 2007). Setiap jenis tumbuhan akan terlihat bahwa diantaranya ada yang hanya memiliki satu helaian pada tangkai daunnya yang disebut daun tunggal (folium simplex) dan adapula tumbuhan yang tangkainya bercabang — cabang dan pada setiap cabang tangkai terdapat helaian daun sehingga pada satu tangkai memiliki helaian daun lebih dari satu yaitu daun majemuk (folium compositum). Daun tunggal yaitu dimana pada tangkai daun (petiolus) hanya terdapat satu helaian daun (lamina) (Tjitrosoepomo 2007). 2.2



Anatomi Daun Daun secara histologi tersusun atas 3 sistem jaringan yaitu epidermis, parenkim, dan



jaringan pembuluh (Fahn, 1991). Epidermis merupakan jaringan terluar pada tumbuhan epidermis daun mengandung kipas-kipas dan stomata yang terdapat pada permukaan bawah saja dibawah epidermis biasanya terdapat hipodermis yang merupakan derivate dari epidermis. Epidermis atas biasanya dilindungi kutikula atau lilin sebagai penahan terjadinya penguapan yang terlalu besar. Epidermis juga dapat termodifikasi menjadi trikomayang berasal dari penonjolan epidermis berbentuk rambut, duri, gelembung atau tabung berfungsi untuk melindungi dan memantulkan radiasi cahaya matahari. Selain itu pada epidermis terdapat juga stomata yaitu celah yang dibatasi oleh sel penutup. Lapisan epidermis atas berfungsi melindungi bagian dibawahnya. Stomata berfungsi sebagai keluar masuknya



sebagai tempat keluar masuknya udara dan dengan menghubungkan ruang-ruang antar sel didalam jaringan parenkim dengan atmosfer. Pada tumbuhan darat, stomata terletak dipermukaan bawah daun sedangkan pada tumbuhan air terletak diatas permukaan daun (Campbell, 2003). Daun juga memiliki berkas pengangkut dimana fungsinya mirip seperti pembuluh darah makhluk hidup. Berkas pembuluh terdiri dari xylem dan floem. Pada daun terdapat tulang daun mempunyai susunan seperti pada batang walaupun tidak selalu terdapat pada batan, tulang-tulang cabang dan urat-urat daun yang terlihat menonjol pada permukaan bawah daun. Pembuluh pengangkut ini merupakan lanjutan pembuluh angkut pada batang walaupun tidak seluas pada batang (Campbell, 2003). Jaringan utama daun terdiri dari 3 yaitu: 1. Epidermis Epidermis berupa satu lapis sel yang dindingnya mengalami penebalan dari zat kitin (kutikula) atau kadang dari lignin. Pada epidermis terdapat stomata (mulut daun) yang diapit oleh dua sel penutup. Stomata terletak dipermukaan atas saja, misalnya pada tumbuhan yang daun nya terapung (daun teratai), ada yang dipermukaan bawah saja dan ada pula yang terdapat di kedua permukaan daun (atas dan bawah). Tanaman ficus mempunyai epidermis yang tersusun atas dua lapis. Alat-alat tambahan yang terdapat diantara epidermis daun antara lain trikom (rambut) dan sel kipas (Campbell, 2003). 2. Mesofil (Jaringan dasar). Mesofil terdiri dari sel-sel parenkim yang tersusun rengang dan banyak ruang antar sel. Mesofil terdiri atas jaringan parenkim yang terdapat disebelah dalam epidermis, mesofil mengalami diferensiasi membentuk jaringan fotosintesik yang berisi kloroplas. Pada kebanyakan daun dikotil mesofil terdiferensiasi menjadi parenkim palisade (jaringan tiang) dan parenkim spons bentuknya tidak teratur, bercabang, mengandung lebih sedikit kloroplas dan tersusun renggang (Kartasaputra, 1998). 3. Berkas pengangkut Berkas pengangkut terdapat pada tulang daun yang berfungsi sebagai alat transport dan sebagai penguat daun. Berkas pengangkut terdiri dari xylem dan floem. Xylem berfungsi untuk mengangkut air dan garam-garam yang diserap akar dari dalam tanah ke daun (untuk digunakan sebagai bahan fotosintesis). Sedangkan floem berfungsi untuk mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh tubuh tumbuhan, pada tumbuhan dikotil memiliki berkas pembuluh yang terdiri dari xylem dan floem yang letaknya teratur. Tumbuhan dikotil diantara xylem dan floem terdapat kambium, sedangkan pada



tumbuhan monokotil berkas pembuluh yang terdiri dari xylem dan floem yang letaknya tidak teratur (Ross, 1995).



4. Stomata Stomata adalah lubang-lubang kecil berbentuk lonjong yang dikelilingi oleh dua sel epidermis khusus yang disebut sel penutup. Stomata berfungsi sebagai organ respirasi mengambil CO2 dari udara untuk dijadikan bahan fotosintesis dan O2 sebagai hasil fotosintesis (Fahn, 1991). 5. Jaringan Palisade Jaringan tiang tersusun dari satu atau beberapa lapis sel yang memanjang dalam posisi tegak dan berisi banyak kloroplas. Sehingga oada jaringan inilah terjadi proses fotosintesis. Jaringan spons terletak dibawah jaringan palisade disebut juga jaringan spons atau bunga karang karena sel nya tersusun tidak rapat sehingga terdapat rongga-rongga udara tempat berlangsungnya pertukaran gas (Kartasaputra, 1998). 2.3



Kandungan Kimia Daun Daun memiliki banyak kandungan kimia seperti tannin, minyak atsiri, damar, zat



glisirizin saponin, glikosida sehingga banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat seperti pada Psidii folium yang dimanfaatkan sebagai obat anti diare, , pada Orthosiphonis folium yang dimanfaatkan sebagai obat diuretik, pada Abri folium dimanfaatkan sebagai obat sariawa, pada Sericocalysis folium dimanfaatkan sebagai obat batu ginjal, pada Sonchi folium dimanfaatkan sebagai obat batu empedu, pada Piperis belte folium dimanfaatkan sebagai obat sariawan, pada Blumae folium dimanfaatkan sebagai obat antilmintik dan pada Guazumae folium dimanfaatkan sebagai obat pelangsing (Yani, 2015). 2.4



Fungsi Daun a. Tempat terjadinya fotosintesis, pada tumbuhan dikotil terjadinya fotosintesis dijaringan



parenkim palisade. Sedangkan pada tumbuhan monokotil terjadinya



fotosintesis di jaringan spons. b. Sebagai organ pernapasan. Di daun terdapat stomata yang berfungsi sebagai organ pernapasan. c. Tempat terjadinya transpirasi. d. Tempat terjadinya gutasi.



e. Alat perkembangbiakkan vegetatif. Misalnya pada tanaman cocor bebek (Rosanti, 2013).



2.5



Bagian Penyusun Daun Berdasarkan susunan daunnya, daun dibedakan menjadi daun tunggal dan daun



majemuk. Daun tunggal adalah daun yang memiliki satu daun pada setiap tangkainya, sedangkan daun majemuk adalah daun yang memiliki beberapa daun pada satu tangkainya (Rosanti, 2013). Helaian daun ditopang oleh rangka daun yang disusun oleh tulang daun. Tulang daun mengandung jaringan pembuluh (xylem dan floem) yang menyalurkan air ke daun dan hasil fotosintesis dari daun. Sistem pertulangan daun ada 3 tipe yaitu pertulangan daun sejajar pada tumbuhan monokotil, pertulangan bersisip pada tumbuhan dikotil dan pertulangan dikotom pada paku-pakuan (Tjitrosomo, 1983). Organ pembuat makanan ini berbentuk pipih lebar agar dapat melaksanakan tugas utamanya yaitu fotosintesis. Bagian daun yang menempel pada batang disebut pangkal daun. Daun dapat mempunyai daun (petiolus) atau tidak. Daun tanpa tangkai ini disebut daun duduk (sessilis), bagian pipih yang lebar disebut helaian daun (lamina). Pada tanaman monokotil pangkal daun pipih lebar dan membungkus batangnya, bagian ini disebut pelepah daun, sedangkan pada tanaman dikotil pangkal daun sering membengkak dan diapit oleh dua helai daun kecil yang biasanya lekas tanggal sehingga hanya tinggal bekasnya pada batang. Daun kecil ini disebut penumpu daun (stipula) membantu proses fotosintesis (Tjitrosomo, 1983). Bagian utama organ-organ daun : 1) Pelepah atau upih daun (vagina ) merupakan bagian daun yang berbentuk lembaran tebal atau tipis dan memeluk. Tidak semua tumbuhan berpelepah, daun yang mempunyai pelepah tidak mempunyai stipula. Daun berpelepah umumnya terdapat pada tumbuhan yang tergolong monokotil. Fungsi dari vagina yaitu untuk melindungi kuncup ketiak dan memberi kekuatan pada batang tanaman (Rosanti, 2011). 2) Tangkai daun (Petiolus) yaitu bagian daun yang berbentuk silindris sebagai perantara antara upih dan helaian. Tangkai daun bertugas untuk menempatkan helaian daun pada posisi sedemikian rupa hingga memperoleh cahaya matahari sebanyakbanyaknya. Bentuk tangkai daun umunya berbentuk silinder (berbentuk seperti jari). Pada bagian pangkalnya terdapat bagian yang membengkak. Bagian ini disebut



sebagai sendi daun (pulvinus). Dilihat dari penampang melintangnya tangkai daun ada yang bulat dan berongga. Contohnya pada papaya dan ada juga yang pipih di bagian tepinya melebar contohnya jeruk (Rosanti, 2011). 3) Helaian daun (Lamina) merupakan bagian daun yang penting dan lekas menarik perhatian maka suatu sifat yang sesungguhnya hanya berlaku untuk helaiannya. Daun tunggal yaitu pada tangkai daun hanya terdapat satu helai daun. Daun majemuk yaitu tagkainya berrcabang-cabang dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian daun, sehingga terdapat lebih dari satu helaian daun. Pada daun majemuk terdapat bagianbagian seperti ibu tangkai daun, tangkai anak daun dan anak daun (Rosanti 2011). III.



ALAT BAHAN Alat yang digunakan adalah mikroskop, kaca objek, kaca penutup, dan jarum



pengaduk. Bahan yang digunakan adalah reagen kloral hidrat dan Floroglusinol. IV.



PROSEDUR PERCOBAAN Kaca objek dan kaca penutup disediakan yang bersih dan bebas minyak. Kemudian,



reagen ditetesi beberapa tetes diatas kaca objek dari reagen yang digunakan untuk pengataman. Selanjutnya, serbuk sampel yang diamati ditambahkan pada tetesan reagen diatas kaca objek. Serbuk sampel dan reagen dicampurkan sampai merata. Setelah itu, campuran tersebut ditutup dengan kaca penutup. Sediaan siap diamati dibawah mikroskop dengan berbagai perbesaran lensa yang sesuai.



V.



VI.



HASIL PENGAMATAN



PEMBAHASAN Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengamati secara organoleptis, makroskopik,



dan mikroskopik dengan contoh simplisia bagiam daun, yaitu Orthosiphonis Staminei Folium, Abri Folium, Psidii Guajavae Folium, Sericocalycis Crispi Folium, Sonchi Arvensidis Folium, Piperis Betle Folium, Blumeae Balsamiferae Folium, dan Guazumae Ulmifoliae Folium. Pemeriksaan secara organoleptis dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan dan mengamati warna, bau, dan rasa. Pemeriksaan secara makroskopik dilakukan



dengan menggunakan indera penglihatan dan mengamati bentuk serbuk simplisia secara langsung. Sedangkan pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan menggunakan alat mikroskop dan melihat anatomi jaringan dari serbuk simplisia. Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Gunawam, 2004). Simplisia terbagi 2 jenis, yaitu simplisia nabati dan simplisia hewani. Pada praktikum kali ini menggunakan simplisia nabati yang merupakah simplisia berupa tanaman utuh, bagian dari tanaman atau isi sel dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni (Afriastini, 1990). Pada percobaan kali ini mengamati bagian tumbuhan berupa daun/folium. Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang tak kalah pentingnya dengan akar, setiap tumbuhan pada umumnya memiliki daun. Daun dikenal dengan nama ilmiah folium. Secara umum daun, memiliki struktur berupa helaian, berbentuk bulat bulat atau lonjong berwarna hijau (Rosanti, 2013). Reagen yang digunakan adalah Kloral Hidrat yang berfungsi dapat menghilangkan kandungan butir-butir amilum dan kandungan protein, sehingga dapat terlihat jelas jaringan yang ingin diamati dibawah mikroskop (HAM, 2009). Orthosiphonis Staminei Folium (Orthosiphon stamineus) a. Klasifikasi Kingdom



: Plantae



Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Magnoliophyta Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Lamiales



Familia Genus Spesies



: Lamiaceae : Orthospihon : Orthosiphon stamineus (Backer & Bakhuizen, 1965).



b. Sumber simplisia: Daun dari tumbuhan kumis kucing. c. Deskripsi: Tanaman kumis kucing memiliki daun tunggal, berbentuk bundar telur lonjong, lanset atau belah ketupat, berbulu halus, pinggir bergerigi kasar tak teratur, kedua permukaan berbintik-bintik karena ada kelenjar minyak atsiri (Hidayat, 2015). d. Kandungan Kimia: Senyawa



polifenol, flavonoid, silika,



eupatorin, senensetin, luteolin, luteolin, cynaroside,



kalium,



flavonoida:



isocynaroside, quercetin,



quercimetrin, chrysoeriol, isorhamnetin, isorhamnetin 3-glycoside [1-3], kuersetin3-O-α-L-rhamnosida dan kaempferol-3, 7-α-L dirhamnosida, 5-hidroksi-6,7, 39, 49-



tetrametoksi flavon, salvigenin, ladanein, tetra metal scutelarein,6-hidroksi-5,7,49tetrametoksi flavon; asam kuinat; diterpen isopimaren teroksigenasi: 7-O-diasetil ortosipol B, 6-hidroksi ortosipol B, 3-O-deastil ortosipol I, 2-O-diasetil ortosipol J, siponol A-E, ortosipol H, K, M, N, staminol A-B, norstaminol; vomifoliol, aurantiamida asetat, asam romarinat, asam kafeat, asam oleanolat, asam ursolat, asam betulinat dan β-sitosterol (Kusumaningrum, 2005). e. Pemanfaatan: Pengobatan



berbagai macam



penyakit



yaitu untuk



pengobatan



infeksi saluran kencing, mengobati kencing yang tersendat yang disertai rasa sakit, sebagai obat darah tinggi, demam, dan menyembuhkan



infeksi



ginjal,



kencing



dapat



pula



digunakan



batu, menambah



untuk



nafsu makan,



menghilangkan panas, dan mengobati encok (Hidayat, 2015). f. Mikroskopik: Epidermis atas, mesofil, pembuluh kayu, rambut penutup, rambut kelenjar (sesuai literatur). 6.2



Abri Folium (Abrus precatorius)



a.



Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi



: Spermatophyta



Sub Divisi : Magnoliophyta Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Fabales



Familia



: Fabaceae



Genus



: Abrus



Species



: Abrus precatorius (Backer & Bakhuizen, 1965).



b.



Sumber simplisia: Daun dari tumbuhan saga.



c.



Deskripsi: Daunnya majemuk, berbentuk bulat telur serta berukuran kecil-kecil. Daun Saga bersirip ganjil dan memiliki rasa agak manis. Saga mempunyai buah polong berisi biji-biji yang berwarna merah dengan titik hitam mengkilat dan licin. Bunganya berwarna ungu muda dengan bentuk menyerupai kupu-kupu, dalam tandan bunga (Gembong, 2006). d.



Kandungan kimia: Luteolin, Isoorientin, L-Abrine, Precatorin I, II, III, Abruquinone D, E, Abrussaponin I, II (Amir, 2012).



e.



Pemanfaatan: Obat sariawan, obat batuk, dan obat radang tenggorokan (Amir, 2012).



f.



Mikroskopik: Epidermis bawah, mesofil, rambut penutup (sesuai literatur)



6.3



Psidii Guajavae Folium (Psidium guajava)



a.



Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi



: Spermatophyta



Sub divisi : Magnoliophyta Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Myrtales



Famili



: Myrtaceae



Genus



: Psidium



Spesies



: Psidium guajava (Backer & Bakhuizen, 1965).



b.



Sumber simplisia: Daun dari tumbuhan jambu biji.



c.



Deskripsi: Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai (pteiola) dan helaian (lamina) saja, disebut daun bertangkai. Dilihat dari letak bagian terlebarnya jambu biji, bagian terlebar daunnya berada ditengah-tengah dan memiliki bangun jorong. Daun jambu biji memiliki tulang daun yang menyirip yang mana daun ini memiliki satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun dari ibu tulang kesamping, keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita kepada susunan sirip-sirip pada ikan. Jambu biji memiliki ujung daun yang tumpul. Jambu biji memiliki tipe daun yang rata, daging daung seperti perkamen. Pada umumnya warna daun pada sisi atas tampak lebih hijau licin jika dibandingkan dengan sisi bawah karena lapisan atas lebih hijau, jambu biji memiliki permukaan daun yang berkerut. Tangkai daun berbentuk silindris dan tidak menebal pada bagian pangkalnya (Depkes, 1997).



d.



Kandungan kimia: Saponin, minyak atsiri, tannin (Depkes, 1997).



e.



Pemanfaatan: Obat batuk, diare, demam berdarah, disentri, dan antelmintik (Amir, 2012).



f.



Mikroskopik: Epidermis atas, epidermis bawah, epidermis dengan mesofil bagian atas, stomata, rambut penutup (seusai literatur).



6.4



Sericocalycis Crispi Folium (Sericocalyx crispus)



a.



Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi



: Spermatophyta



Sub divisi : Magnoliophyta Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Scrophulariales



Famili



: Acanthaceae



Genus



: Strobilanthes



Spesies



: Strobilanthus crispus (Backer & Bakhuizen, 1965).



Sinonim b. c.



: Sericocalyx crispus (Backer & Bakhuizen, 1965).



Sumber simplisia: Daun dari tumbuhan kejibeling. Deskripsi: Dau keji beling tergolong jenis daun tunggal, berhadapan, bentuk daunnya bulat telur sampai lonjong, permukaan daunnya memiliki bulu halus, tepi daunnya beringgit, ujung daun meruncing, pangkal daun runcing, panjang helaian daun berkisar ± 5 - 8 cm, lebar ± 2 - 5 cm, bertangkai pendek, tulang daun menyirip, dan warna permukaan daun bagian atas hijau tua sedangkan bagian bawah hijau muda (Rosanti, 2011).



d.



Kandungan kimia: Kalium berkadar tinggi, asam silikat, natrium kalsium, senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, sterol, kelompok terpen, polifenol dan lemak (Hutapea, 2000).



e.



Pemanfaatan: Dalam bentuk ramuan daun dimanfaatkan untuk memperlancar kencing (diuretik) dan memperlancar buang air besar (pencahar). Strobilanthus crispus juga digunakan untuk menghancurkan kandungan batu pada empedu, ginjal, dan kandung kemih. Selain itu, sering digunakan dalam ramuan untuk pengobatan disentri dan wasir (Hutapea, 2000).



f.



Mikroskopik: Epidermis atas, epidermis dengan mesofil, berkas pembuluh, stomata, rambut penutup (sesuai literatur).



6.5



Sochi Arvensidis Folium (Sonchus arvensis)



a.



Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi



: Spermatophyta



Sub divisi : Magnoliophyta



b.



Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Asterales



Famili



: Asteraceae



Genus



: Sonchus



Spesies



: Sonchus arvensis (Backer & Bakhuizen, 1965).



Sumber simplisia: Daun dari tumbuhan tempuyung.



c.



Deskripsi: Daun tempuyung adalah daun tunggal yang berbentuk lonjong. Ujung daun ini meruncing, tepi daun berombak dan bergigi tidak beraturan, permukaan daun licin serta daun berwarna hijau keunguan. Daun tempuyung memiliki panjang sekitar 6-48 cm dengan lebar 3-12 cm. Helaian daunnya berbentuk lanset atau lonjong, bagian ujungnya meruncing, bagian pangkal berbentuk seperti jantung serta tepi daun menyirip tak beraturan. Daun tempuyung dibagian bawah terpusat membentuk roset sedangkan bagian atas letaknya berselang seling memeluk batang. Daun dibawah inilah yang berkhasiat bagi kesehatan. Daun tempuyung yang muncul dari tangkai Bungan berbentuk lebih kecil dengan pangkalnya memeluk batang (Depkes, 1997).



d.



Kandungan kimia: saponin, flavonoida, politenol, alfa-lactucerol, beta-lactucerol, manitol, inositol, silica, kalium, taraksasterol (Hidayat, 1995).



e.



Pemanfaatan: Batu empedu, batu kandung kencing, tekanan darah tinggi, dan peluruh batu ginjal (Hidayat 1995).



f.



Mikroskopik: Berkas pembuluh, rambut kelenjar (sesuai literatur).



6.6



Piperis Betle Folium (Piper betle)



a.



Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi



: Spermatophyta



Sub divisi : Magnoliophyta Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Piperales



Famili



: Piperaceae



Genus



: Piper



Spesies



: Piper betle (Backer & Bakhuizen, 1965).



b.



Sumber simplisia: Daun dari tumbuhan sirih.



c.



Deskripsi: Daun sirih merupakan daun tunggal yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari helai daun dan tangkai daun. Helaian daun sirih berbentuk oval atau bulat telur. Bagian pangkal daun berbentuk menyerupai jantung atau agak bulat, tulang daun bagian bawah tidak berbulu atau berbulu tetapi sangat pendek. Tebal dan berwarna putih, lebar daun 2,5 – 10,5 cm dan panjang daun 5 – 18 cm. Daun pelindung berbentuk lingkaran, bulat telur atau lonjong dengan ukuran panjang sekitar 1 mm. Daun sirih berlendir dan memiliki rasa yang sangat pahit dengan aroma khas sirih (Gembong, 2006).



d.



Kandungan kimia: Minyak atsiri berupa seskuiterpen, eugenol, karvakol, chavikol, estragol, metileter, kadinen, kavikikol (Gembong, 2006).



e.



Pemanfaatan: sebagai antiseptik, menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik dan menghentikan perdarahan. Kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap (Damayanti, 2003).



f.



Mikroskopik: Epidermis bawah, permukaan daun bagian atas, mesofil (sesuai



literatur). 6.7



Blumeae Balsamiferae Folium (Blumea Balsamifera)



a.



Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi



: Spermatophyta



Sub divisi : Magnoliophyta Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Asterales



Famili



: Asteraceae



Genus



: Blumea



Spesies



: Blumea balsamifera (Backer & Bakhuizen, 1965).



b.



Sumber simplisia: Daun dari tumbuhan sembung.



c.



Deskripsi: Tanaman sembung berdaun tunggal, duduk daun berseling, bentuk daun membulat telur sampai lonjong, bagian



pangkal dan ujung lancip, pinggir daun



bergerigi, permukaan daun bagian atas berambut agak kasar dan kaku, bagian bawah berbulu halus seperti beludru . Bila diremas daunnya beraroma seperti kamfer. Bunga mulai keluar dari ujung cabang, berbulu halus, dan berwarna kuning. Buah kecil, putih, dan berbulu pendek (Mulyani dan Gunawan, 2004). d.



Kandungan kimia: Borneol, sineol, di-methyl-ether phloroaceto-phenone, zat bergetah (untuk kapur barus), asam palmitin, myristin, alcohol



sesquiterpen,



tannin,



pirokatechin, glikosida, limonene dan minyak atsiri. Daun segarnya mengandung borneol. Anggota famili Asteraceae itu bersifat rasa asam, sedikit pahit, agak hangat, dan harum. Tanaman ini berkhasiat sebagai antirematik, melancarkan sirkulasi darah dan menghilangkan bekuan darah serta menghilangkan bengkak (Arief, 2009).



e.



Pemanfaatan: Sebagai obat untuk mengurangi rasa sakit, menyembuhkan dan mencegah penyakit tertentu. Salah



satu



tumbuhan dan bahan alam lain yang



memiliki khasiat sebagai obat khususnya anti bakteri adalah tanaman sembung (Blumea



balsamifera L). Masyarakat



di Dusun Nuak



sering menggunakan



tanaman sembung sebagai obat tradisional dan bagian yang digunakan sebagai obat adalah bagian daun yang belum terlalu tua. Sembung dikenal memiliki banyak kegunaan



terutama



sebagai



tanaman obat



tradisional.



Bagian



tubuh



yang



digunakan adalah bagian daun. Daun sembung (Blumea balsamifera L) memiliki khasiat



sebagai



anti



radang,



memperlancar peredaran darah, dan mematikan



pertumbuhan bakteri patogen (bakterisida), rematik sendi,



kembung,



diare,



influenza, meredakan nyeri haid, demam, asma, dan diabetes (Arief, 2009). f.



Mikroskopik: Mesofil, berkas pembuluh, stomata, serabut skelerenkim, rambut penutup (sesuai literatur).



6.8



Guazumae Ulmifoliae Folium (Guazuma Ulmifolia)



a.



Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi



: Spermatophyta



Sub divisi : Magnoliophyta Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Malvales



Famili



: Sterculiaceae



Genus



: Guazuma



Spesies



: Guazuma ulmifoliae (Backer & Bakhuizen, 1965).



b.



Sumber simplisia: Daun dari tumbuhan jati belanda.



c.



Deskripsi: Daun jati belanda merupakan daun tunggal yang berbentuk bulat lanset, panjang helai daun 4 sampai 22,5 cm dan lebar 2 sampai 19 cm, pangkal daun menyerong berbentuk jantung sedangkan pada bagian ujung daun meruncing tajam dan mempunyai permukaan daun bagian atas berambut. Daun jati belanda mempunyai stipula namun biasanya gugur diawal (Gembong, 2006).



d.



Kandungan kimia: Alkaloid, saponin flavonoid, steroid, flavonoid, tannin dan kuinon (Syamsul, 1991).



e.



Pemanfaatan: Mengurangi obsesitas atau berat badan (Syamsul, 1991).



f.



Mikroskopik: Epidermis atas, epidermis bawah, pembuluh kayu, rambut penutup bentuk bintang (sesuai literatur).



VII.



KESIMPULAN 1. Orthosiphonis Staminei Folium Fragmen pengenal adalah epidermis atas dan epidermis bawah, rambut penutup dengan kutikula bergaris dan berisi zat berwarna ungu, rambut kelenjar, fragmen mesofil, pembuluh kayu dengan penebalan spiral, tangga dan jalan. 2. Abri Folium Fragmen pengenal adalah rambut penutup, epidermis atas, epidermis bawah, mesofil fragmen berkas pengangkut yang didampingi deretan sel hablur, stomata, kalsium oksalat pada urat daun 3. Psidii Guajavae Folium Fragmen pengenal banyak terdapat rambut penutup yang terlepas, hablur kalsium oksalat, stomata tipe anomositik, mesofil dengan kelenjar lisigen. 4. Sericocalycis Crispi Folium Fragmen pengenal adalah fragmen permukaan atas helai daun dengan sel litosis dan sistolit. Sistolit yang terlepas atau masih dalam jaringan daun, fragmen permukaan bawah daun dengan stomata tipe bidiasitik, rambut penutup dan rambut kelenjar. 5. Sonchi Arvensidis Follium Fragmen pengenal adalah fragmen epidermis atas dengan dinding samping umumnya agak menggelombang, fragmen epidermis bawah dengan dinding samping lebih bergelombang, rambut kelenjar, stomata. 6. Piperis Betle Folium Epidermis terdiri dari 1 lapis sel, berntuk persegi empat, kutikula tebal licin. Epidermis bawah serupa dengan epidermis atas, pada kedua permukaan daun terdapat rambut penutup dan rambut kelenjar. Stomata tipe anomositik, terdapat



banyak pada epidermis bawah, tapi tidak terdapat pada epidermis atas. Terdapat sel minyak berisi minyak atsiri berwarna kekuningan pada bag. Hipodermis. 7. Guazumae Ulmifoliae Folium memiliki fragmen berkas pembuluh pembuluh kayu dengan penebalan tangga, rambut kelenjar, epidermis atas, rambut penutup bentuk bintang, dan hablur kalsium oksalat. 8. Blumeae Balsamiferae Folium Fragmen pengenal rambut berdinding tipis, pembuluh kayu dengan penebalan tangga dan spiral rambut sklerenkim, fragmen mesofil, fragmen epidermis, fragmen epidermis bawah.



DAFTAR PUSTAKA Afriastini. (1990). Daftar Jenis Tanaman. Jakarta: Panerama Swadaya. Arief Hariana. (2009). Tanaman Obat dan Khasiatnya seri 3 Edisi 1. Jakarta: Penebar Swadaya. Amir, (2012). Analisis Tanaman. Yogyakarta: UGM.. Backer, A and Van Den Brink, B. (1965). Flora of Java (Spermatophytes Only),Volume I, N.V.P. The Nederlands: Noordhoff-Groningen. Barnes, J. Andeson L.A, and Philipson J.D. (1996). Herbal Medicine, Pharmacetical. London: Press London. Campbell, (2003). Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga Didik Gunawan & sri Mulyani. (2004). Ilmu Obat Alam. Bogor: Penebar Swadaya. Dalimartha, Setiawan. (1999). Atlas Tumbuhan Obat Jilit 1. Jakarta: Trubus Agriwidya. Damayanti, (2013). Khasiat dan Manfaat Daun Sirih: Obat Mujarab dari Masa ke Masa. Jakarta: Agromedia Pustaka. Depkes, (1977). Materia Medika Indonesia Jilid I. Jakarta: Ditjen POM. Depkes, (1997). Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid IV. Jakarta: Depkes RI. Fahn, (1991). Anatomi Tumbuhan Edisi III. Yogyakarta: UGM Press. Gembong, (2006). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.



Gunawan. (2004). Ilmu Obat Alam Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya. HAM, D, M. (2009). Membuat Reagen Kimia. Jakarta: Bumi Aksara. Hidayat, (1995). Anatomi Tumbuhan. Bandung: ITB Press. Hidayat dan Napitupulu. (2015). Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta: AgriFlo. Hutapea, J. R., 2000, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Edisi I, 19-20, Bhakti Husada, Jakarta. Kusumaningrum, I. (2005. Mempelajari Toksisitas Minuman Seduhan Bubuk Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) Terhadap Tikus Percobaan Secara In Vivo. Bogor: IPB Press. Kartasaputra, (1998). Pengantar Anatomi Tumbuhan. Jakarta: Bina Aksara. Rianawaty, (2011). Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga. Rosanti, (2011). Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga. Rosanti, (2013). Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga. Ross, (1995). Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB. Syamsul. (1991). Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: BPOM RI. Tjitrosoepomo, (1985). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press. Tjitrosoepomo, (2007). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press. Tjitrosomo, (1983). Botani Umum I. Bandung: Penerbit Angkasa. Yani, (2015). Farmakognosi. Jakarta: EGC.