16 0 3 MB
FORMULIR KERANGKA ACUAN ANDAL
Form Krangka Acuan (Form KA) A. Umum Nama Usaha
: AMDAL Pembangunan Bangunan Pengendalian Banjir Sungai Kurau Kab. Bangka Tengah
dan/atau Kegiatan Penanggung : Nama Pemrakarsa :
Balai Wilayah Sungai Bangka Belitung
Jawab
Penanggung Jawab :
Ir. PancaHermawan, Sp.1
Usaha dan/atau
Jabatan Alamat
: :
Kepala Balai Wilayah Sungai Bangka Belitung Jl Mentok KM 4 Pangkal Pinang
Kegiatan
Telephon/Fax
:
(0711) 434 394
Penyusun Amdal
: Penyusunan dokumen ANDAL ini dilakukan oleh Konsultan Penyusun Amdal PT. Arthayu Rali Perdana yang mempunyai LPJP LH sebagaimana tercantum pada Lampiran 4. Dengan susunan Tim penyusun dan tenaga ahli sebagai berikut: Susunan Tim Penyusun AMDAL 1. Alwin HR, S.Si., MT (Ketua Tim Penyusun Amdal, LHK 564 01095 2021) 2. (Anggota Tim Penyusun Amdal, LHK 642 00024 2018) 3.
(Anggota Tim Penyusun Amdal, LHK 642 00035 2019)
Susunan Tenaga Ahli Studi AMDAL 1. Ir. Tri Agustono, MSi (Ahli Fisik Kimia) 2. Rahmat Pangestu, S.Si, MSi (Ahli Biologi) 3. Ir. Ermanda Sahim (Ahli Sosial Ekonomi Budaya) 4. Katrunida, SKM (Ahli Kesehatan Masyarakat) 5. Ir. Agus Erwanto (Ahli Irigasi dan Hidrologi) 6. Azhar Khafi Muharamah (Ahli GIS) Deskripsi
: Kejadian banjir hampir setiap tahun menimpa kawasan permukiman di
Rencana
sekitar Sungai Kurau khususnya di Desa Kurau dan Desa Kurau Barat Kec.
BWS BABEL
HAL 1
FORMULIR KERANGKA ACUAN ANDAL
Usaha
Koba Kab. Bangka Tengah sebagai akibat meluapnya Sungai Kurau yang
dan/atau
mengalir di wilayah tersebut. Dalam rangka menanggulangi banjir tersebut,
Kegiatan
Pemerintah dalam hal ini Balai Wilayah Sungai Bangka Belitung akan membangun sarana pengendali banjir di Sungai Kurau. Kegiatan utama yang dilakukan dalam rangka pengendalian banjir Sungai Kurau terdiri dari kegiatan normalisasi sungai (pengerukan), pembangunan tanggul (parapet) sungai, pembangunan jetty di muara sungai, penimbunan hasil pengerukan ke dumping area dan pengendali sedimen. Jenis kegiatan utama dan skala/besaran kegiatan pengendalian banjir disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis Sarana Utama Pengendalian Banjir Sungai Kurau Yang Akan Dibangun
BWS BABEL
No
Jenis Sarana
Skala/Besaran
A
Bangunan Jetty Muara
1
Jetty Sisi Kanan
1.245 m
2
Jetty Sisi Kiri
1.300 m
B
Tanggul (Parapet) Sungai
1
Sungai Kurau Sisi Kanan
1.231 m
2
Sungai Kurau Sisi Kiri
912 m
C
Pengerukan (Normalisasi)
1
Area 1 (Hilir Sungai)
21,6 ha
2
Area 2 (Muara Sungai)
41,1 ha
D
Dumping Area
1
Area 1 (DekatTanggul Sungai)
7,5 ha
2
Area 2 (Dekat Pantai KritisDesaKurau)
8,5 ha
E
BangunanPengendaliSedimen
HAL 2
FORMULIR KERANGKA ACUAN ANDAL
1
Lokasi 1 (Hilir Sungai)
28 m
2
Lokasi 2 (Hulu Sungai)
28 m
Sumber: BWS Bangka Belitung, 2021 Normalisasi sungai dilakukan dengan pengerukan sedimen dasar sungai dan muara. Pengerukan ini bertujuan untuk mendapatkan kedalaman optimal sehingga jika terjadi hujan, air sungai dari arah hulu dapat mengalir kelaut secara cepat tanpa menggenangi kawasan yang berada di sebelah kiri dan kanan sungai Kurau. Lokasi pengerukan terdapat di bagian hilir ruas sungai (Area 1) seluas 21,6 ha, dan di bagian muara sungai di antara bangunan jetty kiri dan jetty kananseluas 41,1 ha. Dengankedalamankerukan minimal 1 m maka diperkirakan jumlah kerukan sedimen sungai dan muara adalah minimal 627.000 m3. Lokasi kegiatan normalisasi disajikan pada Lampiran 10- Gambar 2. Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakkan di kedua sisi muara sungai yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan alur sungai dan muara oleh sedimen pantai. Pada kegiatan ini akan dibangun 2 buah jetty yang berukuran masing-masing 1.245 m (sisi kiri muara sungai) dan 1.300 m (sisi kanan muara sungai). Tipikal desain jetty yang digunakan adalah Rubble Mound. Peta situasi bangunan jetty disajikan pada Lampiran 10-Gambar 3. Bangunan tanggul sungai yang akan dibangun terletak di 3 ruas sungai. Dari arah hulu kehilir sungai terdapat Ruas 1 sepanjang 414 m (sisi kanan), Ruas 2 sepanjang 582 m (sisi kanan) dan 912 m (sisi kiri), dan Ruas 3 sepanjang 235 m (sisi kanan). Tanggul parapet terbuat dari sheet pile beton K225 setebal 20 cm. Konstruksi parapet dikelilingi timbunan batu dan tanah. Sepanjang tanggul parapet dibuat jalan inspeksi yang berhubungan hingga jetty.Peta situasi bangunan tanggul parapet sungai disajikan pada Gambar 4.
BWS BABEL
HAL 3
FORMULIR KERANGKA ACUAN ANDAL
Dumping area digunakan untuk menimbun sedimen hasil kerukan sungai dan pantai, lokasinya berada di sekitar tanggul sungai seluas 7,5 ha (Area 1), dan dekat pantai kritis di Desa Kurau seluas 8,5 ha (Area 2). Peta situasi dumping area disajikan pada Lampiran 10-Gambar 2. Bangunan pengendali sedimen berfungsi untuk memperlambat gerakan dan berangsur-angsur mengurangi volume sedimen yang datang dari bagian hulu sungai.
Bangunan pengendali sedimen yang akan digunakan adalah
groundsill, berupa bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk menjaga agar dasar sungai di bagian hulunya tidak mengalami degradasi, terdiri dari 2 buah yang terletak di bagian hilir sungai (Lokasi 1) dan hulu sungai (Lokasi 2). Peta situasi bangunan pengendali sedimen groundsill disajikan pada Lampiran 10-Gambar 2.
Sebagai kegiatan pendukung bangunan pengendali banjir akan dibangun tambatan perahu pada 5 alternatif lokasi dengan luas masing-masing berkisar 0,2 hingga 3,8 ha. Tambatan perahu ini dibuat untuk menyediakan tempat menambatkan perahu milik nelayan yang selama ini menambatkan perahu di sepanjang sisi kiri dan kanan sungai. Tambatan perahu ini juga disiapkan di sisi sungai menuju area wisata untuk menjadi tempat penambatan perahu penumpang yang ingin melakukan wisata pantai. Luas areal tambatan perahu dan alternatif penempatannya disajikan pada Tabel 2,adapun peta situasi pembangunan tambatan perahu disajikan pada Lampiran 10Gambar 5. Tabel 2. Lokasi Tambatan Perahu, Luas dan Penggunaannya
BWS BABEL
No
Lokasi Tambatan
A
Sisi Kiri Sungai
Luas
Penggunaan
HAL 4
FORMULIR KERANGKA ACUAN ANDAL
1
Lokasi-1
3,4 ha
Kegiatan Nelayan
2
Lokasi-2
2,2 ha
Kegiatan Nelayan
B
Sisi Kanan Sungai
1
Lokasi-3
0,2 ha
Kegiatan Wisata
2
Lokasi-4
0,9 ha
Kegiatan Nelayan
3
Lokasi-5
3,8 ha
Kegiatan Nelayan
C
Sisi Kanan Jetty
1
Lokasi-6
15,7 ha
Kegiatan
Pengendalian
Banjir
Sumber: BWS Bangka Belitung, 2021 Lokasi
: Kegiatan Pengendalian Banjir Sungai Kurau berada di Sungai Kurau yang
Rencana
terletak di Desa Kurau dan Desa Kurau Barat Kec. Koba Kab. Bangka Tengah
Usaha
Prov. Kepulauan Bangka Belitung.
dan/atau
Lampiran 10-Gambar 1.
Peta lokasi kegiatan disajikan pada
Kegiatan Penetapan kesesuaian lokasi rencana kegiatan pengendalian banjir mengacu kepada Peraturan Daerah Kab. Bangka Tengah No. 2 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah No. 48 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Tengah 2011-2031. Berdasarkan hasil overlay peta lokasi rencana kegiatan pengendalian banjirSungai Kurau terhadap peta RTRW Kab. Bangka Tengah 2011-2031, lokasi rencana kegiatan berada dalam kawasan perlindungan setempat berupa sempadan pantai dan sempadan sungai.
Perwujudan kawasan
perlindungan setempat dilakukan dengan menjaga sempadan pantai untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai, dan menjaga sempadan sungai untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Dari hasil telaahan tersebut menunjukkan bahwa kegiatan Pengendalian Banjir
BWS BABEL
HAL 5
FORMULIR KERANGKA ACUAN ANDAL
Sungai Kurau tidak menyalahi Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Bangka tengah Tahun 2011-2031. Peta kesesuaian lokasi kegiatan dengan rencana tata ruang disajikan pada Lampiran 10Gambar 6. Berdasarkan hasil telaah lokasi kegiatan dikaitkan dengan Peta Indikatif Penghentian
Pemberian
Perizinan
Berusaha
(PIPPIB),
Persetujuan
Penggunaan Kawasan Hutan, atau Persetujuan Perubahan Kawasan Hutan Baru pada Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut Tahun 2021 Periode I sebagai
Lampiran
Keputusan
MENLHK
No.SK.666/MENLHK-
PKTL/IPSDH/PLA.1/2/2021 tanggal 15 Februari 2021, diketahui bahwa lokasi rencana kegiatan pengendalian banjir Sungai terdapat dalam kawasan Hutan Mangrove di bagian muara sungai dan pantai. Peta overlay lokasi kegiatan dengan PIPPIB disajikan pada Lampiran 10 Gambar 7. Hasil Pelibatan Masyarakat
: Poin-Poin Masukan Masyarakat : 1. Masyarakat Desa Kurau dan Desa Kurau Barat mendukung rencana pembangunan tanggul untuk pengendalian banjir, dan sudah lama menunggu program tersebut. 2. Masyarakat menginginkan jika Pembangunan pengendalian banjir ini selesai, banjir bisa dikurangi, kalo bisa tidak ada lagi. 3. Normalisasi sungai bisa membuat sungai semakin dalam, agar kapal nelayan bisa melaut kapan saja tanpa menunggu air pasang. 4. Jika ada Pembebasan lahan, maka harus ada ganti rugi yang sesuai. Jika ada relokasi maka tempat yang baru dan layak untuk ditempati. 5. Sedimen yang diangkut dari dasar sungai, sebaiknya di simpan ditempat lain, bukan disisi kiri atau kanan sungai 6. Proses konstruksi tidak mengganggu aktivitas masyarakat setempat khususnya nelayan.
Dokumentasi :
BWS BABEL
HAL 6
FORMULIR KERANGKA ACUAN ANDAL
Gambar 1. KEGIATAN PKM DESA KURAU
Pelaksanaan Pertemuan Konsultasi Publik di Desa Kurau Kecamatan Koba dilaksanakan Pada Hari Selasa Tanggal 26 Juli 2021 bertempat Gedung Kesenian dan Olahraga Desa Kurau
Dihadiri Oleh Warga yang terkena dampak, tokoh masyarakat, Pemerintah Desa, tokoh agama, pak camat, pak lurah, dan instansi terkait
GAMBAR 2. KEGIATAN PKM DESA KURAU BARAT
Pelaksanaan Pertemuan Konsultasi Publik di Desa Kuray Barat Kecamatan Koba dilaksanakan Pada Hari Selasa Tanggal 27 Juli 2021 bertempat Aula Pertemuan Desa Kurau Barat
Dihadiri Oleh Warga yang terkena dampak, tokoh masyarakat, Pemerintah Desa, tokoh agama, pak camat, pak lurah, dan instansi terkait
Penunjukan Wakil Masyarakat Desa Kurau dan Berita acara PKM:
BWS BABEL
HAL 7
FORMULIR KERANGKA ACUAN ANDAL
GAMBAR 3. PENUNJUKAN WAKIL MASYARAKAT DESA KURAU DAN BERITA ACARA PKM Penunjukan Wakil Masyarakat Desa Kurau Barat dan Berita acara PKM:
GAMBAR 4. PENUNJUKAN WAKIL MASYARAKAT DESA KURAU DAN BERITA ACARA PKM
BWS BABEL
HAL 8
FORMULIR KERANGKA ACUAN ANDAL
Pengumuman Media Massa : GAMBAR 5. PENGUMUMAN MEDIA MASSA
BWS BABEL
HAL 9
FORM KERANGKA ACUAN
B. 1.
PELINGKUPAN Identifikasi Dampak Potensial
Pelingkupan merupakan suatu proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting hipotesis yang terkait dengan rencana kegiatan. Proses pelingkupan dilakukan melalui tiga tahap yaitu : identifikasi dampak dan evaluasi dampak. a.
Identifikasi Dampak potensial
Pada tahap ini kegiatan pelingkupan dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap dampak lingkungan hidup (primer, sekunder, dan seterusnya) yang secara potensial akan timbul sebagai akibat adanya rencana usaha dan/atau kegiatan. Pada tahapan ini hanya diinventarisasi dampak potensial yang mungkin akan timbul tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya dampak. Dengan demikian pada tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah dampak potensial tersebut merupakan dampak besar dan penting. Dampak yang diprakirakan akan timbul akibat rencana pembangunan bangunan pengendali banjir sungaikurau jelas disajikan pada matrik identifikasi dampak potensial, mulai dari tahap pra konstruksi, tahap konstruksi dan tahap operasi Tabel 3
BWS BABEL
FORM KERANGKA ACUAN
No A 1 2 3 4 B 1 2 C 1 2 3 4 5 D 1 2
Komponen Lingkungan Geo Fisik Kimia Kualitas Udara Kebisingan Kualitas air laut Sedimentasi Biologi Vegetasi Biota Peraiaran Sosial Kesempatan Kerja dan Berusaha Keresahan masyarakat Persepsi masyarakat Aktiviitas Nelayan Lalu Lintas Kesehatan Masyarakat Sanitasi Lingkungan Covid 19
Keterangan : X = Berdampak 1 = Sosialisasi Kegiatan 2 = Pembebasan Lahan 3 = Mobilisasi Tenaga Kerja 4 = Pembuatan dan Pengoperasian Basecamp 5 = Mobilisasi peralatan dan Material 6 = Pembersihan dan Penyiapan lahan
BWS BABEL
Tabel 3 Matriks Penentuan Dampak Potensial Komponen Kegiatan Pra Konstruksi Konstruksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 x x X
x x x
x x
x x x
x
10
Operasi 12
11
x x
x x
x x x x x
x x
x x
x x x
x
x x
x
x x
x
x x
x x
x 7 = Pemancangan Tiang 8 = Pekerjaan File Cap 9 = Pekerjaan Tanah 10 = Demobilisasi Peralatan 11= Demobilisasi Tenaga Kerja 12 = pemeliharaan dan perawatan
x
FORM KERANGKA ACUAN
2.
Evaluasi Dampak Potensial
Dari identifikasi dampak potensial selanjutnya dilakukan evaluasi untuk menentukan dampak potensial yang berpotensi menjadi dampak penting hipotetik. Proses evaluasi dampak potensial ini merupakan proses memilah-milah dugaan dampak yang sudah masuk dalam daftar dampak potensial. Metoda yang digunakan adalah interaksi kelompok dengan mempertimbangkan hasil konsultasi dan diskusi dengan pakar, instansi yang bertanggung jawab serta masyarakat yang berkepentingan. Kriteria evaluasi dampak potensial di atas dianalisa dari hal-hal sebagai berikut: 1. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi? 2. Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan sehari – hari masyarakat? 3. Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen ekosistem tersebut? 4. Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar atau dilampaui oleh dampak tersebut? Dari hasil evaluasi dampak ini diperoleh dampak yang akan dikaji dan tidak akan dikaji. Untuk dampak potensial yang dikaji dan tidak dikaji diberikan alasan seperti pada tabel berikut:
BWS BABEL
FORM KERANGKA ACUAN
KA-ANDAL
Tabel 4. Evaluasi Dampak Potensial Rencana Pembangunan Bangunan Pengendalian Banjir Sungai Kurau Kab. Bangka Tengah Rencana Usaha/Kegiatan Yang Berpotensi Menimbulkan Dampak Lingkungan
Uraian Pengelolaan Lingkungan yang Sudah Direncanakan
B Tahap Konstruksi 1. Mobilisasi Tenaga Kerja
2. Pembuatan dan Pengoperasian Base Camp
3. Mobilisasi Peralatan dan Material
BWS BABEL
Alasan Khusus
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial 1
A. Tahap Pra Konstruksi 1. Sosialisasi Menyediakan posko pengaduan Kegiatan masyarakat 2. Pembebasan Lahan
Komponen Rona Lingkungan Terkena Dampak
2
Batas WilayahStudi
Menjadi DPH
3
Batas Waktu Kajian
4
Sosial
Sikap dan Persepsi Masyarakat
Ya
T
Ya
T
Ya
Dari hasil sosialisasi, masyarakat menginginkan informasi dan keterbukaan Dari hasil sosialisasi, masyarakat menginginkan informasi dan keterbukaan Dari hasil sosialisasi, masyarakat menginginkan informasi dan keterbukaan
Gambar 6
Menyediakan posko pengaduan masyarakat
Sosial
Sikap dan Persepsi Masyarakat
Ya
T
Ya
T
Ya
Menyediakan posko pengaduan masyarakat
Sosial
Keresahan Masyarakat
Ya
T
Ya
T
Ya
Menghimbau kontraktor untuk memprioritaskan tenaga kerja local
Sosial
Terbukanya Kesempatan Kerja dan berusaha
Ya
Ya
T
T
Ya
Memberi kesempatan kerja dengan memprioritaskan tenaga kerja lokal
Gambar 6
Membentuk posko pengaduan
Sosial
Sikap dan Persepsi Masyarakat
Ya
Ya
T
T
Ya
T
T
Tidak
T
T
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
T
Ya
Peningkatan Kebisingan
T
Ya
Ya
T
Ya
Sosial
Gangguan Lalu lintas Darat
T
Ya
Ya
T
Ya
Sosial
Gangguan Lalu Lintas laut
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Membangun persepsi positif masyarakat dengan melibatkan sebagai tenaga kerja konstruksi pembangunan Pengendali Banjir Dikarenakan telah disediakan fasilitas MCK dan penyediaan septic tank fortable untuk pengolahan limbah tersebut Akan dibuatkan TPS di dalam area basecamp untuk pengelolaan sampah yang dihasilkan Lalu lalang Kendaraan pengangkut material dapat menurunkan kualitas udara untuk parameter debu Lalu lalang Kendaraan pengangkut material dapat meningkatkan kebisingan Jumlah volume material yang besar pengangkutannya berpotensi meningkatkan kepadatan lalulintas yang ada dengan signifikan Lalu lintas pelayaran nelayan dan umum cukup padat pada kawasan pelabuhan
Pembuatan septic tank fortable di basecamp
Geofisik-kimia
Penurunan Kualitas air laut
T
T
Penyediaan TPS di area basecamp selama konstruksi
Geofisik-kimia
Timbulan Sampah
Ya
Mobilisasi alat dan material menggunakan kendaraan lulus uji emisi
Geofisik-kimia
Penurunan Kualitas Udara
Mobilisasi alat dan material menggunakan kendaraan lulus uji emisi
Geofisik-kimia
Pengaturan waktu mobilisasi kendaraan (tidak pada saat tingkat kepadatan jalan tinggi)
Pengaturan jalur lintasan pengangkutan material yang melalui laut.
1 bulan 1 bulan 1 bulan
1 bulan sebelum dan sesudah penerimaan tenaga kerja
Selama masa konstruksi
selama mobilisasi peralatan dan material
HAL 13
FORM KERANGKA ACUAN
Rencana Usaha/Kegiatan Yang Berpotensi Menimbulkan Dampak Lingkungan
4. Pembersihan dan Penyiapan Lahan
5. Pemancangan Tiang
6. Pekerjaan File Cap
BWS BABEL
KA-ANDAL
Uraian Pengelolaan Lingkungan yang Sudah Direncanakan
Komponen Rona Lingkungan Terkena Dampak
Alasan Khusus
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
Menjadi DPH
1
2
3
4
Proses pengangkutan mengikuti panduan SOP
Kesehatan Masyarakat
Gangguan kesehatan masyarakat
Ya
Ya
Ya
T
Ya
Pada area darat akan dipasang pagar pembatas proyek agar debu tidak tersebar jauh ke permukiman
Geofisik-kimia
Penurunan kualitas udara
Ya
Ya
Ya
T
Ya
Alat berat yang digunakan telah lulus uji emisi
Geofisik-kimia
Peningkatan kebisingan
Ya
Ya
T
T
Ya
Tidak menaruh tumpukan material land clearing pada tepi laut
Geofisik-kimia
Penurunan kualitas air laut
T
T
T
Ya
Ya
Penanaman kembali vegetasi mangrove pada masa operasi
Biologi
Gangguan Vegetasi
Ya
T
Ya
Ya
Ya
Pengaturan pemindahan lokasi penambatan perahu /kapal kelokasi yang tidak jauh dari semula, serta pembangunan sarana pelabuhan darurat Alat berat yang digunakan telah lulus uji emisi
Sosial
Keresahan Masyarakat
Ya
Ya
Ya
T
Ya
Geofisik-kimia
Peningkatan Kebisingan
T
Ya
Ya
T
Ya
Tidak menaruh tumpukan material land clearing pada tepi laut
Geofisik-kimia
Penurunan kualitas air laut
T
Ya
Ya
T
Ya
Pengaturan pemindahan lokasi penambatan perahu /kapal kelokasi yang tidak jauh dari semula, serta pembangunan sarana pelabuhan darurat Para pekerja dilengkapi dengan PROKES
Sosial
Gangguan Aktivitas Nelayan
Ya
Ya
Ya
T
Ya
Kesmas
COVID 19
Ya
Ya
Ya
T
Ya
Pada area darat akan dipasang pagar pembatas proyek agar debu tidak
Geofisik-kimia
Penurunan kualitas udara
T
Ya
Ya
T
Ya
dan sekitarnya Besarnya frekwensi pengangkutan material memberikan beban yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat Kegiatan ini akan menyebabkan debu yang dapat terbawa angin hingga pemukiman warga Penggunaan alat berat pada saat land clearing menimbulkan kebisinganOperasional alat berat lebih dari 85 dBA Penimbunan matrial land clearing pada tepi laut dapat menyebabkan material jatuh/terbawa air laut menyebabkan kekeruhan. Kegiatan ini akan menyebabkan hilangnya kepadatan vegetasi Kegiatan ini menimbulkan keresahan masyarakat nelayan dan pebisnis pelabuhan Penggunaan alat berat pada saat pemancangan tiang pancang menimbulkan kebisingan Operasional alat berat lebih dari 85 dBA Kegiatan pemcangan di laut dapat menyebabkan bagian tanah bergerak dan menyebarkan partikelpartikel ke permukaan air laut sehingga dapat meningkatkan kekeruhan Kegiatan ini menimbulkan keresahan masyarakat nelayan dan pebisnis pelabuhan Analog kegiatan lain yang terjadi kecelakaan kerja Mobilisasi truk molen pengangkut matrial cor akan
Batas WilayahStudi
Batas Waktu Kajian
selama mobilisasi peralatan dan material Selama Pembersihan dan penyiapan lahan
Selama pemancangan tiang pancang
Selama
HAL 14
FORM KERANGKA ACUAN
Rencana Usaha/Kegiatan Yang Berpotensi Menimbulkan Dampak Lingkungan
KA-ANDAL
Uraian Pengelolaan Lingkungan yang Sudah Direncanakan
8.
Demobilisasi peralatan
BWS BABEL
Alasan Khusus
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial tersebar jauh ke permukiman Alat berat yang digunakan telah lulus uji emisi
7. Pekerjaan Tanah
Komponen Rona Lingkungan Terkena Dampak
Menjadi DPH
1
2
3
4
Geofisik-kimia
Peningkatan Kebisingan
T
Ya
Ya
T
Ya
Tidak menaruh tumpukan material land clearing pada tepi laut
Geofisik-kimia
Penurunan Kualitas air laut
T
Ya
Ya
T
Ya
Pengaturan pemindahan lokasi penambatan perahu /kapal kelokasi yang tidak jauh dari semula, serta pembangunan sarana pelabuhan darurat Para pekerja dilengkapi dengan alat pelindung pekerjaa Pada area darat akan dipasang pagar pembatas proyek agar debu tidak tersebar jauh ke permukiman
Sosial
Gangguan Aktivitas Nelayan
Ya
Ya
Ya
T
Ya
Covid 19
K3
Ya
Ya
Ya
T
Ya
Geofisik-kimia
Penurunan Kualitas udara
T
Ya
Ya
T
Ya
Tidak menaruh tumpukan material land clearing pada tepi laut
Geofisik-kimia
Kualitas air laut
T
Ya
Ya
T
Ya
Terdapat petugas yang mengatur lalu lintas ke luar dan masuk area proyek
Sosial
Gangguan lalu lintas darat
Ya
Ya
Ya
T
Ya
Pengaturan pemindahan lokasi penambatan perahu /kapal kelokasi yang tidak jauh dari semula, serta pembangunan sarana pelabuhan darurat Para pekerja dilengkapi dengan alat pelindung pekerjaa demobilisasi alat dan material menggunakan kendaraan lulus uji emisi
Sosial
Gangguan Aktivitas Nelayan
Ya
Ya
Ya
T
Ya
kesmas
Covid 19
Ya
Ya
Ya
T
Ya
Geofisik-kimia
Penurunan Kualitas Udara
Ya
Ya
Ya
T
Ya
Mobilisasi alat dan material menggunakan kendaraan lulus uji emisi
Geofisik-kimia
Peningkatan Kebisingan
T
Ya
Ya
T
Ya
Pengaturan waktu mobilisasi kendaraan (tidak pada saat tingkat kepadatan jalan tinggi)
Sosial
Gangguan Lalu lintas Darat
T
Ya
Ya
T
Ya
meningkatkan sebaran debu Pekerjaan pengecoran menimbulkan kebisingan. Operasional alat berat lebih dari 85 dBA Kegiatan pengecoran di laut diprakirakan ada material coran yang jatuh ke laut sehingga dapat meningkatkan kekeruhan Kegiatan ini menimbulkan keresahan masyarakat nelayan dan pebisnis pelabuhan Analog kegiatan lain yang terjadi kecelakaan kerja Mobilisasi truk pengangkut matrial galian dan timbunan akan meningkatkan sebaran debu Kegiatan galian di laut akan menyebabkan matrial tersebar di perairan dan meningkatkan kekeruhan Penambahan kendaraan pada jalur mobilisasi pengangkutan matrial galian dan timbunan diprakirakan dapat meningkatkan kemacetan lalu lintas Kegiatan ini menimbulkan keresahan masyarakat nelayan dan pebisnis pelabuhan Analog kegiatan lain yang terjadi kecelakaan kerja Lalu lalang Kendaraan alat berat dapat menurunkan kualitas udara untuk parameter debu Lalu lalang Kendaraan alat berat dapat meningkatkan kebisingan Penambahan kendaraan pada jalur demobilisasi alat berat diprakirakan dapat meningkatkan kemacetan
Batas WilayahStudi
Batas Waktu Kajian
pekerjaan file cap
Selama pekerjaan tanah
Selama demobilisasi peralatan 1 minggu
HAL 15
FORM KERANGKA ACUAN
Rencana Usaha/Kegiatan Yang Berpotensi Menimbulkan Dampak Lingkungan 9.
Demobilisasi tenaga kerja
KA-ANDAL
Uraian Pengelolaan Lingkungan yang Sudah Direncanakan
Komponen Rona Lingkungan Terkena Dampak
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Potensial
Melakukan sosialisasi jauh sebelum pemutusan tenaga kerja
Sosial
Sikap dan Persepsi Masyarakat
Alasan Khusus Menjadi DPH
1
2
3
4
Ya
Ya
T
T
Ya
lalu lintas Pemutusan hubungan kerja dapat menimbulkan persepsi yang buruk bagi para pekerja karena penghasilan mereka akan berhenti dari proyek
Batas WilayahStudi
Batas Waktu Kajian
1 bulan sebelum pemutusan hubungan kerja
Selama tahap operasi (50 tahun
C Tahap Operasional 10. Pemeliharaan dan Perawatan
Melakukan sosialisasi jauh sebelum pemutusan tenaga kerja
Sosial
Keresahan Masyarakat
Ya
Ya
T
T
Ya
Pemutusan hubungan kerja dapat menimbulkan persepsi yang buruk bagi para pekerja karena penghasilan mereka akan berhenti dari proyek
Pengerukan secara berkala terhadap sedimentasi baik pada area sekitar tanggul maupun di sungai dan muara
Geofisik-kimia
Sedimentasi
Ya
T
Ya
T
Ya
Terdapat petugas yang menjaga kebersihan tanggul
Geofisik-kimia
Timbulan sampah
Ya
Ya
Ya
T
Ya
Sosial
Gangguan nelayan
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
Ya
T
Ya
Ya
Ya
Sedimentasi pada muara dan area tanggul dapat menghambat arus dan aliran air. Banyak sampah yang berada di tepi pantai Adanya tanggul menyebabkan para nelayan tidak dapat menambatkan perahu-perahu kecil mereka pada pantai Pemanfaatan badan tanggul untuk pemukiman liar dapat menimbulkan sedimentasi sampah.
Pengawasan pemanfaatan bangunan tanggul untuk kegiatan lain (rumah liar) dilakukan secara berkala.
Selama tahap operasi (50 tahun
Sumber : Analisa Konsultan, 2021
BWS BABEL
HAL 16
FORM KERANGKA ACUAN
KA-ANDAL
GAMBAR 6. BATAS WILAYAH STUDI AMDAL
BWS BABEL
HAL 17
FORM KERANGKA ACUAN
BWS BABEL
FORM KERANGKA ACUAN
C.
KA-ANDAL
Metode Studi Tabel 5.Ringkasan Metode Studi
DPH Menurunnya Kualitas Udara
-
Meningkatnya Kebisingan
Data dan Informasi yang Relevan dan Dibutuhkan Kadar Sulfurdioksida(SO2), KadarKarbon monoksida(CO), Kadar nitrogen dioksida(NO2), Kadar debu(TSP). Arah angin dominandan rata-rata kecepatan angin
Meode Analisis Data
Pengambilan sampelgas dan debu dari udara dengan menggunakan Impinger(Gas Sampler).Gas dan debu yang ditangkap kemudian dianalisis di laboratorium yang sudah terakreditasi dan terregistrasi di KLHK.
Data konsentras igas dan debu hasil analisis laboratorium kemudian dibandingkan dengan bakumutu udara ambien menurut PP No 22 Tahun 2021
Metode Prakiraan Dampak Prakiraan emisi kendaraan/alat berat
Metode Evaluasi Metode Evaluasi Dampak BaganAlir (PSLH- UGM, 2014)
Gaussian dimodifikasi diusulkan oleh Sutton. Untuk menghitung disperse debu dari Midwest Research InstituteUSA:
Tingkat kebisingan (dBA)
-
BWS BABEL
Metode Pengumpulan Data
Pengukuran tingkat kebisingan akan dilakukan langsung dilapangan dengan cara sederhana menggunakan alat Sound Level Meter untuk mengukur tingkat tekanan bunyi (dBA) selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5(lima)detik.Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan cara pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam (LS) pada selang waktu 06.00 – 22.00 dan aktifitas malam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00 – 06.00. Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam hari paling sedikit 3 waktu pengukuran, sebagai contoh : L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 – 09.00 L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 – 11.00 L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 – 17.00 L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 – 22.00 L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 – 24.00 L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 – 03.00
Hasil pengukuran di lapangan dibandingkan dengan BakuTingkat Kebisingan menurut PP 22 Tahun 2021
Perhitungan matematis untuk meneliti efek dari suarasuara besar yang dipancarkan secara simultan dari banyak sumber
Metode Evaluasi Dampak BaganAlir (PSLH- UGM, 2014)
Dimana: L1,L2... LN:Tingkat tekanansuarapadatiaptiapsumber (dB) Hasil pengukuran kebisingan dibandingkan dengan baku tingkat kebisingan menurut PP 22 Tahun 2021.
HAL 19
FORM KERANGKA ACUAN
DPH
KA-ANDAL
Data dan Informasi yang Relevan dan Dibutuhkan
Metode Pengumpulan Data -
Meode Analisis Data
Metode Prakiraan Dampak
Metode Evaluasi
L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 – 06.00 Perhitungan : LS dihitung sebagai berikut : LS = 10 log 1/16 {T1.10
0.1.L1
+ … + T4.10
LM dihitung sebagai berikut : LM = 10 log 1/8 {T5.10
0.1.L5
+ … + T7.10
0.1.L4
} dB (A)
0.1.L7
} dB (A)
Untuk mengetahui apakah kebisingan sudah melampaui tingkat kebisingan maka perlu dicari nilai LSM dari pengukuran lapangan. LSM dihitung dengan rumus : LSM = 10 log 1/24 {16.10 Menurunya Kualitas Air Laut
- Sifat fisika air sungai(pH, Suhu, Kekeruhan) - Sifat kimia air sungai (TDS, TSS, DO, BOD, Minyak/lemak).
0.1.L S
+ … + 8.10
0.1(L +5) M
} dB (A)
Data kualitas air Laut dihimpun dari data primer,yaitu denganmelakukan pengambilan contoh airuntuk dianalisis dan data sekunder berupa hasil penelitian atau publikasi yang ada. Contoh air diambil menggunakan watersampler dan dilakukan secara komposit vertikal pada setiap titik pengambilan contoh
Data kualitas air disajika ndalam bentuk tabulasi. Hasil analisis selanjutnya dibandingkan dengan BakuMutu berdasarkan PP 22 Tahun 2021 1.
Skenario 1
Metode Evaluasi Dampak BaganAlir (PSLH- UGM, 2014)
simulasi
ketika pengurgan dilakukan 2.
- Sifat mikrobiologi air sungai (Total Coliform).
Timbulnya limbah B3
Pemanfaatan oli saat Data sekunder : sumber data sekunder Pembangunan Bangunan pemacangan Jumlah oli Penanggulangan Banjir dan analog penggunaan oli pada saat bekas dari pemancangan tiang. pengoperasian genset per bulan Data primer : data analog pengoperasian genset
Menghitung volume ceceran oli pada saat pemancangan tiang Menghitung volume oli sisa dari penggunaan genset
Timbulan Sampah
Jumlah penduduk yang membuang sampah ke laut Kondisi eksisting pantai (ada/tidaknya sampah di laut)
Prosentase pembuang sampah ke Laut
BWS BABEL
TSS (total suspended solid) yang dimodelkan merupakan TSS yang bersumber dari overflow losses. Simulasi pemodelan dilakukan dalam 2 skenario berbeda, yakni:
melalui pengamatan lapangan dan wawancara ke masyarakat tentang kebiasaan membuang sampah ke Laut
PBSL = ∑ BSL x 100% ∑ TR
ketika pemancangan tiang
Skenario 2
simulasi
Kedua skenario tersebut dilakukan simulasi di dua waktu yang berbeda, yakni saat musim barat (diwakili bulan Januari) dan saat musim timur (diwakili bulan Agustus). Pemodelan sebaran TSS belum memperhitungkan konsentrasi TSS awal sebagai input model, sehingga hasil model merupakan nilai peningkatan TSS akibat pemancangan tiang dan pengerugan tanah dilaut. PO= JK xFrOxVO PO = Penggunaanoli (liter/bulan) JK = Jumlahgenset(unit) FrO = Frekuensi penggantianoli VO = Volumeoli (liter)
Prosentase pembuang sampah ke laut PBSL = ∑ BSL x 100% ∑ TR PBSL
Metode Evaluasi Dampak BaganAlir (PSLH- UGM, 2014)
Metode Evaluasi Dampak BaganAlir (PSLH- UGM, 2014)
= Tingkat penduduk buang sampah ke laut(%)
HAL 20
FORM KERANGKA ACUAN
DPH
Sedimentasi
Hilangnya Vegetasi di Tapak Proyek
BWS BABEL
KA-ANDAL
Data dan Informasi yang Relevan dan Dibutuhkan
Data hidro oceanografi: gelombang, arus, pasang-surut, topografi, meteorologi, dan kondisi geomorfologi
Tipologi ekosistem dan kekayaan jenis.
Metode Pengumpulan Data
Pembangunan Bangunan Penanggulangan Banjir yang berfungsi sebagai penahan rob akan menyebabkan perubahan pola arus yang ada, untuk itu perlu didata hidroocanografi yang ada berupa arah arus, gelombang dll. Data tersebut dapat dilakukan melalui data sekunder yang telah dilakukan atau melakukan pengukuran sendiri
Pengumpulan data flora darat dan inventarisasi jenis akan dilakukan secara langsung dilapangan
Meode Analisis Data
Rencana pembangunan tanggul penahan pantai yang seperti breakwater akan merubah bentuk morfologi pantai. Perubahan morfologi pantai dapat merubah kondisi hidrooseanografi khususnya gelombang dan pola arus. Mengingat gelombang dan arus merupakan faktor penting dalam pergerakan sedimen pantai (litoral transport), maka jika karakteristik gelombang dan arus mengalami perubahan, pergerakan sedimen pantai juga akan mengalami perubahan atau akan terganggu. Model matematik telah dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak DHI MIKE 21/3 coupled FM. Model tersebut merupakan gabungan dari model hidrodinamika, gelombang dan non-cohesive sediment transport. Model ini mampu memperkirakan area-area potensi abrasi atau sedimentasi. - Flora langka dan dilindungi undang-undang Analisis flora langka dan dilindungi undang-undang dilakukan dengan cara penelaahan flora yang ditemukan di wilayah studi dengan status spesies langka dan terancam punah didiskripsikan pada IUCN Red List (International Union for Conservation of Nature ) dan Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan Permen LHK No. P.92/SETJEN/KUM.1/8/2018
Metode Prakiraan Dampak ∑BSS = Jumlahbuang sampah ke sungai (jiwa) ∑TR = Jumlahresponden(jiwa) Pengunaan model matematik dengan menggunakan perangkat lunak DHI MIKE 21/3 coupled FM. Model tersebut merupakan gabungan dari model hidrodinamika, gelombang dan non-cohesive sediment transport. Model ini mampu memperkirakan area-area potensi abrasi atau sedimentasi.
Metode Evaluasi
Metode Evaluasi Dampak BaganAlir (PSLH- UGM, 2014)
Hasil model berupa perubahan kedalaman (bed level change), nilai positif menunjukkan area pendangkalan atau area sedimentasi, sedangkan nilai bed level change negatif menunjukkan adanya penambahan kedalaman atau merupakan nilai yang menujukkan area-area tererosi (abrasi)
Besarandampakditentukanberdasarkanperubahankondis i ronaawal dengan setelahadanyadampakkegiatan yaituperubahanskalabesaran 1hingga3 (1=kecil;2=sedang;3=besar) 3= Jika terjadi perubahan skala besaran keanekaragaman jenis flora dari 5 menjadi 1 2= Jika terjadi perubahan skala besaran keanekaragaman jenis flora dari 3-4 menjadi 2 1= Jika terjadi perubahan skala besaran keanekaragaman jenis flora dari 2 menjadi 1
Metode Evaluasi Dampak BaganAlir (PSLH- UGM, 2014)
HAL 21
FORM KERANGKA ACUAN
DPH
KA-ANDAL
Data dan Informasi yang Relevan dan Dibutuhkan
Metode Pengumpulan Data
Meode Analisis Data
Metode Prakiraan Dampak
Metode Evaluasi
tentang tentang Perubahan atas Permen LHK No. P.20/SETJEN/ KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satw yang dilindungi.
Meningkatnya Kesempatan Kerja
Sikap dan Persepsi Masyarakat
Kerusakan jalan
Gangguan lalu lintas
BWS BABEL
Data kebutuhan tenaga kerja di proyek Pembangunan Bangunan Penanggulangan Banjir
Data primer bersumber dari hasil wawancara/kuisioner mengenai persentase responden yang menginginkan/ikut dalam Kegiatan ini
- Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rencana Pembangunan Bangunan Penanggulangan Banjir - Tingkat penerimaan atau dukungan masyarakat terhadap rencana Pembangunan Bangunan Penanggulangan Banjir - Tingkat resistensi atau penolakan masyarakat terhadap rencana Pembangunan Bangunan Penanggulangan Banjir Jenis dan kualifikasi jalan yang dilalui mobilisasi peralatan berat dan bahan bangunan konstruksi.Jenis kendaran berat yang digunakan pada saat konstruksi dan tonasenya volume kendaraan pada ruas jalandimensi jalan
Data bersumber dari hasilwawancara/kuisioner mengenaipersentase respondenyangmengetahui, penerimaan dan persetujuan pembebasan lahan pada Kegiatanini
- Kekayaan jenis Kekayaan jenis disajikan dalam bentuk List of Species (daftar jenis). Tingkat Partisipasi AngkatanKerja (%) Daya Serap Tenaga Kerja Lokal (%) Tingkat pengetahuanmasyarakat terhadapKegiatan Tingkat penerimaan / dukungan masyarakat terhadap Kegiatan
Besarnya kesempatan kerja (%)
Metode Evaluasi Dampak BaganAlir (PSLH- UGM, 2014)
KKLK :TK Lk x 100% P Lk Tingkat pengetahuanmasyarakat terhadapKegiatan TPr = ∑ Rmp x 100% ∑ Rtot Tingkat penerimaan terhadap Kegiatan
/
dukungan
Metode Evaluasi Dampak BaganAlir (PSLH- UGM, 2014)
masyarakat
TDr = ∑ Rdp x 100% ∑ Rtot
Data bersumber dari DED Pembangunan Bangunan Penanggulangan Banjir dan Dinas Bina Marga/PU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung .
Analisa yang dilakukan adalah dengan membandingkan kemampuan badan jalan dengan tonase kendaraan berat yang akan digunakan pada saat konstruksi.
Analisa yang dilakukan adalah dengan membandingkan kemampuan badanjalandengan tonase kendaraan beratyangakandigunakanpada saat konstruksi
Metode Evaluasi Dampak BaganAlir (PSLH- UGM, 2014)
survei perhitungan volume lalu lintas (traffic counting) pada ruas jalan
perhitungan kapasitas jalan dan
Perubahan kondisi lalu lintas (DS) tanpa ada kegiatan
Metode Evaluasi
HAL 22
FORM KERANGKA ACUAN
DPH
KA-ANDAL
Data dan Informasi yang Relevan dan Dibutuhkan
darat
Metode Pengumpulan Data sekitar lokasi kegiatan
Meode Analisis Data kinerja lalu lintas Jalan menurut MKJI (1997)
Metode Prakiraan Dampak dibandingkan dengan adanya kegiatan pembangunan.
DS = Q/C Gangguan Lalu Lintas Laut
Gangguan Nelayan
Gangguan kesehatan masyarakat
K3
BWS BABEL
- Inventarisasi jumlah perahu, - Jenis perahu dan ukuran perahu - Arah perahu berlayar/alur pelayarannya - Jumlah nelayan - Jenis alat tangkap nelayan - Keberadaan keramba terapung/Bagan di lokasi proyek - arah perahu berlayar/alur pelayarannya - Data penyakit yang ada di wilayah studi - Data Sumber daya kesehatan - Data Status gizi masyarakat - Data Pola penyakit - Data Penduduk yang beresiko - Data Kondisi sanitasi lingkungan - Data Kondisi pemukiman - Data Fasilitas kesehatan - Data Sumber air bersih - Data Perilaku hidup sehat masyarakat (kuratif, preventif, dan aspek-aspek kependudukan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat) Kecelakaan kerja
Metode Evaluasi Dampak BaganAlir (PSLH- UGM, 2014)
pengumpulandata sekunder: Inventarisasi jumlah perahu, jenis perahu dan ukuran perahu
Analisa arah perahu berlayar dengan arah mobilisasi material galian dan urugan yang melalui laut
Besaran dampak dilihat dari banyak perahu yang menggunakan pantai utara atau melewati di lokasi rencana kegiatan yaitu cengkareng drain dan pantai mutiara dan Perbatasan DKI Jakarta
Metode Evaluasi Dampak BaganAlir (PSLH- UGM, 2014)
data keberadaan nelayan seperti jumlah, perahu yang digunakan, area tangkapan ikan
Analisis dilakukan terhadap keberadaan nelayan di lokasi proyek, mengetahui arah perahu nelayan berlayar dengan arah mobilisasi material urug yang melalui laut
Besaran dampak dilihat dari banyak nelayan yang memanfaatkan laut di pantai utara di lokasi rencana kegiatan untuk mencari ikan.
Metode Evaluasi Dampak BaganAlir (PSLH- UGM, 2014)
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi/pengamatan lapangan dan wawancara mendalam pada sampel penduduk. Sementara data sekunder diambil pada dari catatan harian/bulanan, berdasarkan kunjungan pasien ke puskesmas di sekitar lokasi proyek.
Prevalence Rate: Angka kejadian penyakit (jumlah orang yang menderita penyakit tertentu : jumlah penduduk resiko tertular) Insidence Rate
Besarandampakmenurunnyakesehatan masyarakatdidapatdari buruknya kondisi lingkungan seperti kualitas udara, tingkat kebisingan dan kualitas air, sanitasi, Status gizi masyarakat, Kondisi pemukiman, Sumber air bersih, Perilaku hidup sehat masyarakat (kuratif, preventif, dan aspek-aspek kependudukan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat), disekitar Kegiatan.Indikator yang di gunakan yaitu :. Prevalence Rate: Angka kejadian penyakit (jumlah orang yang menderita penyakit tertentu : jumlah penduduk resiko tertular)
Metode Evaluasi Dampak BaganAlir (PSLH- UGM, 2014)
PR = CAT x 100% PTot
Insidence Rate IR = PC x 100%
PTot
Data bersumber dari data sekunder kejadian kecalakaan kerja dengan jenis konstruksi yang sama.
Membahas analog kejadian kecelakaan kerja yang menimpa pekerja dan penduduk pada saat konstruksi
Membahas analog kejadian kecelakaan kerja yang menimpa pekerja dan penduduk pada saat konstruksi
Metode Evaluasi Dampak BaganAlir (PSLH- UGM, 2014)
HAL 23
FORM KERANGKA ACUAN
DPH
BWS BABEL
KA-ANDAL
Data dan Informasi yang Relevan dan Dibutuhkan
Metode Pengumpulan Data
Meode Analisis Data
Metode Prakiraan Dampak
Metode Evaluasi
HAL 24
FORM KERANGKA ACUAN
KA-ANDAL
GAMBAR 7 PETA LOKASI SAMPLING
BWS BABEL
HAL 25
FORM KERANGKA ACUAN
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11
: Surat Arahan Penyusunan Dokumen Lingkungan : Bukti kesesuaian lokasi Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Dengan Rencana Tata Ruang : Rekomendasi Kesesuaian Tata Ruang Laut : Keabsahan tanda bukti registrasi lembaga penyedia jasa penyusunan Amdal : Sertifikat Tenaga Ahli : Daftar Riwayat Hidup Tenaga Ahli : Kelengkapan Kegiatan Konsultasi Masyarakat Rencana Kegiatan Yang Berpotensi Menimbulkan Dampak : Rona Lingkungan Hidup Awal : Gambar-gambar : Kuisioner
Lampiran 8
RENCANA KEGIATAN YANG BERPOTENSI MENIMBULKAN DAMPAK Pelaksanaan kegiatan AMDAL Pembangunan Bangunan Pengendali Banjir Sungai Kurau terdiri dari tiga tahap kegiatan yaitu tahap pra konstruksi, konstruksi dan operasi. Rincian masingmasing tahapan kegiatan dijelaskan sebagai berikut: 1.
PRA KONSTRUKSI
a)
Sosialisasi
Agar tidak timbul keresahan sosial pada masyarakat karena ketidak tahuan tentang rencana proyek serta untuk memenuhi hak-haknya memperoleh informasi sesuai peraturan perundangan, maka perlu dilakukan sosialisasi proyek dan rencana studi AMDAL. Sosialisasi akan menggunakan media cetak seperti pengumuman di lokasi dan media massa setempat serta konsultasi publik atau Public Hearing. b)
Pembebasan lahan
Pembebasan lahan dilakukan dengan pengadaan tanah yaitu kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. Prinsip-Prinsip Pengadaan Tanah mengacu kepada :
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun2014 tentang Perubahan Kedua Peraturan PresidenNomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun2015 tentang Perubahan Ketiga Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Lampiran 8
Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah.
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.5 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah.
Mekanisme pembebasan lahan akan dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut : 1.
Panitia pengadaan lahan akan melakukan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang ada kaitannya dengan tanah yang tanahnya akan dilepaskan atau diserahkan. Penelitian meliputi status hukum tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan dan dokumen pendukungnya.
2.
Panitia menaksir dan mengusulkan besarnya ganti rugi atas tanah yang akan dilepaskan dan diserahkan dengan perhitungan ganti rugi didasarkan atas : Nilai Jual Objek Pajak tahun berjalan berdasarkan penetapan Tim Penilai Harga Tanah yang ditunjuk panitia, Nilai jual bangunan ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab dibidang bangunan, Nilai jual tanaman yang ditasir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang pertanian.
3.
Memberikan penjelasan pada masyarakat yang terkena pembangunan mengenai rencana dan tujuan
pengadaan tanah tersebut dalam bentuk konsultasi publik agar dapat
diketahui oleh seluruh masyarakat yang terkenan rencana pembangunan. 4.
Mengadakan musyawarah dengan pemegang hak atas tanah dan bangunan dalam rangka menetapkan bentuk dan/atau besarnya ganti rugi.
Pembebasan tanah terletak pada tanggul di bagian darat xxxxxxxxxx dengan luas lahan xxxxx m2 (panjang tanggul darat xxxx meter dan lebar tanggul xxx meter). seperti pada Gambar xxxxx berikut ini.
Lampiran 8
Sumber
: DED Pembangunan Bangunan Pengendali Banjir Sungai Kurau, 2021.
GAMBAR 1. BANGUNAN TERDAMPAK
2.
TAHAP KONSTRUKSI
a)
Mobilisasi tenaga kerja
Konstruksi Pembangunan Bangunan Pengendali Banjir Sungai Kurau di desa Kurau dan Kurau Barat akan membutuhkan tenaga kerja dari berbagai spesifikasi. Rincian kebutuhan tenaga kerja dan jumlahnya dapat dilihat pada tabel berikut. TABEL 1.KEBUTUHAN TENAGA KERJA KONSTRUKSI Jenis Pekerjaan
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Konstruksi
Tenaga kerja yang Dibutuhkan
Jumlah
1.Site Engineer
1
2.Pelaksana pekerjaan tanah
1
3.Operator alat berat
5
4.Supir dump truk
74
5.Supir
2
6.Tenaga kasar
74
7.Surveyor dan asisten surveyor
2
1.Siet Engineer
1
2.Pelaksanaan pekerja pancang
1
3.Pelaksanaan pekerja beton
1
4.Pelaksana pekerja pembesian
1
5.Surveyor dan asisten surveyor
2
Lampiran 8
Jenis Pekerjaan
Tenaga kerja yang Dibutuhkan
Kantor Lapangan & Base camp
Jumlah
6.Mandor
1
7.Operator alat pancang
3
8.Operator alat berat
41
9.Tukang besi dan kayu
10
10.Supir
2
11.Tenaga kasar
50
1. Kepala Proyek
1
2.Site Office Manajer
1
3.Site Accounting Manajer
1
4.Kepala Logistik
1
5.Kepala Administrasi
1
6.Kepala Gudang
1
7.Kepala Bengkel
1
8.Quantity Surveyor
1
9.Juru Bayar
1
10.Dokumen dan Penagihan
1
11.Supir
2
12.Tukang las,kayu,listrik
3
13.Pekerja kasar
4
14.Office boy
2
Total Pekerja Sumber
293
: DED Pembangunan Bangunan Pengendali Banjir Sungai Kurau, 2021.
Berdasarkan tabel di atas bahwa jumlah total tenaga kerja konstrusi yang dibutuhkan adalah 293 orang. Dari sejumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tersebut dimungkinkan untuk melibatkan tenaga kerja lokal. b)
Pembuatan dan Pengoperasian Base Camp
Pekerjaan ini adalah pekerjaan pembangunan kantor lapangan direksi baik itu menyewa rumah ataupun membangun kantor didekat lokasi pekerjaan, kantor sementara ini dilengkapi dengan meubel dan alat-alat kantor termasuk telepon, AC dan fasilitas pendukung lain nya. Dari jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
dapat diketahui kebutuhan air rata-rata
basecamp/hari, limbah cair dan sampah yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel berikut. TABEL 2. NERACA AIR DAN LIMBAH TAHAPAN KOSTRUKSI No 1. 2.
Jenis Kegiatan Direksi kit Pekerja a) Pekerja komuter
Jumlah
Jumlah jiwa
Kebutuhan air (L/o/h) 3)
1)
12
10
153
100
1)
Timbulan sampah (L/o/h) 2) 0,75 2,0
2)
Total Kebutuhan 3 air (m /h) 0,12
Limbah Cair 3 ( m /h) 0,096
15,30
12,24
Sampah 3/ (m h) 0,009 0,31
Lampiran 8
No
Jenis Kegiatan
Jumlah
3. 4. 5.
b) Pekerja bedeng Campuran konstruksi Mencuci ban mobil Kebutuhan lain (penyiraman dan lainnya)
1 1 1
Jumlah jiwa 128
Kebutuhan air (L/o/h) 3)
50 9.000 lt/h 1.000 lt/h 1.000 lt/h
Timbulan sampah (L/o/h) 0,75
Total Sumber ; Analisa Konsultan, 2021
Kebutuhan Air Direksi Kit (0,12 m3/hr) Air t tangki Sumber Air tangki Kebutuhan Air Pekerja (21,7 m3/hr) Air tangki
Total Kebutuhan 3 air (m /h) 6,4 9 1 1
Limbah Cair 3 ( m /h) 5,12
32,82
17,456
Sampah 3/ (m h) 0,096
0,415
Terpakai Q = 0,024 m3/hr Septik Tank Q = 0,096 m3/hr Penyedotan
Terpakai Q = 4,34 m3/hr Septik Tank Q = 17,36 m3/hr
GAMBAR 2. NERACA AIR TAHAP KONSTRUKSI c)
Mobilisasi Peralatan dan Material
Mobilisasi alat berat
Peralatan berat yang digunakan pada tahap ini adalah truk,escavator,amphibious, crawler crane,Vibro Hammer 15 ton, Inner boring, dumptruk, bulldozer dan lain-lain. Prediksi kebutuhan peralatan yang digunakan dalam tahap Pembangunan Bangunan Pengendali Banjir Sungai Kurau seperti tercantum dalam Tabel 3. TABEL 3. JENIS PERALATAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jenis Alat Excavator Standart Excavator Long arm Amphibious Crawler crane Vibro Hammer 15 ton Diesel Hammer 8 ton Inner Boring dan Alat Pendukung 8 ton Tongkang 2000 ton Tongkang 4000 ton Tug Boat Vibro Roller 15 ton Dump Truk Bulldozer
Jumlah 5 6 1 6 3 3 3 4 2 2 3 74 2
Lampiran 8
14 15 16 17 18 19 Sumber
Water Tank Truck (5000 lt) Concrete Pump Trailer Stamper Pompa Submersibel @ 3” Concrete Vibrator
1 1 1 1 1 1
: DED Pembangunan Bangunan Pengendali Banjir Sungai Kurau, 2021.
Mobilisasi Material
Kebutuhan material untuk pembangunan pengaman pantai dan drainase dan fasiltas lainnya meliputi tiang pancang, tanah urug, beton dan geogrid. Perkiraan volume masing – masing jenis material terlihat dalam Tabel 4 TABEL 4. JENIS DAN VOLUME MATERIAL UNTUK PEMBANGUNAN PENGAMAN PANTAI No Jenis Material Volume 1. Borrow material tanah lempung 70.665,04 m3 2. Tiang Pipa Beton (D= 800mm, t = 120 mm, termasuk connector) 23.932 m 3. Beton K-225 caping bean, semen tipe 5 151,72 m3 4. Blok Beton K-175- 40 cm rubble mound 21.059 buah 5. Beton k-175 , semen tipe 5 , drainase 154,49 m3 5. Geotekstile Nonwoven , rubble mound 1.822,35 m2 6. Geotekstile Nonwoven , urugan tanah 16.147,62 m2 Sumber
: DED Pembangunan Bangunan Pengendali Banjir Sungai Kurau, 2021.
Mobilisasi kendaraan yang mengangkut berbagai jenis material ke lokasi proyek akan melewati jalan raya, kegiatan ini potensial menimbulkan dampak kemacetan lalu lintas, kebisingan dan debu. Tanah urug berdasarkan ..................... akan diambil di .................... dengan Posisi Koordinat ......................Adapun rute mobilisasi material melalui ........................................... Pengangkutan material akan melewati jalan – jalan yang padat lalu lintas terutama pada jam sibuk (berangkat dan pulang kerja). Untuk meminimalisasi kemacetan, polusi dan kebisingan, pengangkutan dilakukan pada malam hari (diatas jam 22.00). Mobil pengangkut harus dilengkapi dengan terpal penutup, ban truk dicuci terlebih dahulu ketika keluar dari lokasi proyek. d)
Pembersihan dan Penyiapan Lahan
Pekerjaan pembersihan lahan terdiri dari pekerjaan pembersihan semua sampah dan semua bahan-bahan Iainnya yang tidak dikehendaki, pengupasan tanah dan pembuangan bahan-bahan sisa yang berasal dari pekerjaan ini ke disposal area (lokasi pembuangan) yang penempatannya diarahkan pada lokasi berupa cekungan, untuk menyediakan permukaan bersih dan lapang
Lampiran 8
sebelum pekerjaan tanah, pembangunan pengaman pantai,drainase dan konstruksi lainnya dimulai. e)
Pemancangan Tiang
Pemancangan dari darat akan dilakukan dengan posisi alat innerboring diatas daratan (tanah Asli), tetapi tetap dibantu dengan posisi crane servis tetap diatas ponton dan posisi stock tiang pipa beton tetap diatas laut. Adapun prosedur pemancangan di uraikan sebagai berikut : (1)
Seluruh Peralatan Pekerjaan pemancangan di inspeksi umum sebelum beroperasi (Inspeksi teknis dan Inspeksi Safety)
(2)
Ponton diposisikan pada titik target rencana pengeboran/ pemancangan
(3)
Setelah koordinat sudah sesuai, dilakukan pemancangan kaki ( kolom ) Guide beam menggunakan Vibro Hammer dan akan menjadi titik acuan untuk pekerjaan pemancangan selanjutnya
(4)
Setelah persiapan pemancangan selesai, ponton stock mendekati lokasi pemancangan untuk memberi supply spun pile
(5)
Pengangkatan Spun Pile Menggunakan topi pancang dan diangkat menggunakan crane dari ponton stock ke ponton service
(6)
Setelah stock spun pile di ponton service sudah cukup, ponton stock kembali ke posisi rencana. Lalu dimulai pemancangan titik pertama, hal yang pertama adalah memindahkan 1 spun pile di lokasi ponton service menggunakan crane untuk dimasukan ke alat lubang guide beam.
(7)
Pemancangan spun pile sampai memenuhi slot yang tersedia di guide beam dan memastikan CT – Joint terkunci, kemudian mengganti tumpuan salah satu kaki guide beam dengan spun pile yang telah di pancang.
f)
Pekerjaan Pile Cap
(1)
Pembesian dan Bekisting Pilecap
Rangkaian tulangan balok dan pilecap dikerjakan di rebar shop dan dikirim menggunakan truk yang kemudian dipasang secara hati-hati di lokasi. Pemasangan rangkaian tulangan dilokasi dilakukan secara simultan (berurutan) dengan setting cetakan dibuat menggunakan tenolith dan kayu. Sebelumnya pekerjaan penggalian dilakukan hingga elevasi dasar lean concrete untuk memberikan permukaan yang baik saat setting cetakan pemasangan tulangan.
Lampiran 8
(2)
Pengecoran Pilecap
Pengecoran menggunakan ready mix. Untuk pengecoran tegak dilakukan pemutusan pengecoran (penyambungan). Untuk pengecoran mendatar (horisontal) dapat dilakukan penyambungan. Untuk sambungan pengecoran horisontal dilakukan pemasangan jaring-jaring kawat (wire netting) pada permukaan sambungan beton lama yang difungsikan sebagai pengikat pengecoran berikutnya. g)
Pekerjaan tanah
(1)
Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian tanah akan dilakukan menggunakan excavator berdiri diatas ponton, dengan posisi excavator didalam alur kolam. Hasil galian tanah dimasukkan kedalam dump truk atau ditanggul, kemudian dibuang kedisposal area yang telah mendapat ijin dari pemerintah setempat, dengan mempergunakan dump truk, atau ditempatkan dilokasi untuk bahan timbunan jika tanah memenuhi syarat untuk timbunan. Selama proses penggalian berlangsung akan diberikan tanda-tanda peringatan di sekeliling galian sesuai prosedur K3. Pekerjaan galian tanah dilakukan menggunakan alat excavator dengan melakukan galian pada lokasi yang telah ditentukan yakni pada lokasi yang akan dilakukan pembangunan kolam retensi, drainase dan rumah pompa. Galian tanah dilakukan sampai pada elavasi yang telah ditentukan dalam rencana kerja. Hasil galian tanah dibuang ke disposal area yang telah disetujui oleh pihak Direksi Pekerjaan, peralatan yang digunakan :
Excavator 155 Hp: 2
Ponton : 1
Dump truck 8m3: 2
GAMBAR 3. PEKERJAAN GALIAN TANAH (EXACAVATOR)
Lampiran 8
Pelaksanaan pekerjaan galian struktur dilakukan dengan memperhatikan prosedur pekerjaan yang tetap memperhatikan aspek K3 dalam pelaksanaan pekerjaan Penggalian Struktur Penggalian Struktur. (2)
Pekerjaan Timbunan Tanah Merah dan Sirtu.
Pekerjaan ini dikerjakan dilokasi pekerjaan pembuatan jalan inspeksi sepanjang pemasangan tiang beton. Material timbunan harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Pada lokasi timbunan harus dilakukan pengukuran dan marking dengan menggunakan patok-patok sebagai acuan. Pekerjaan timbunan dilakukan dengan penghamparan lapis perlapis (tebal max 30 cm). Tebal lapisan sesuai dengan penghamparan dapat dilakukan dengan bulldozer atau dengan manual sesuai dengan kondisi lapangan. Pada saat pemadatan dilakukan penyiraman untuk mendapatkantingkat kebasahan optimal. Untuk Sumber pengurukan tanah merah diambil dari quary di ............................ (3)
Pemasangan Geotextile
Sebelum pengadaan lembaran geotextile nonwoven kontraktor akan mengajukan proposal pengadaan kepada Direksi pekerjaan. Dalam pekerjaan pemasangan geotextile lembaran akan dipasang lebih dahulu pada bagian bawah, sebelum pemasangan permukaan tanah harus dipastikan bebas dari benda benda tajam yang dapat merusak lembaran geotextile dan sambungan antar lembaran harus ada overlapping. (4)
Penanaman Gobalan Rumput
Pekerjaan penataan kawasan dilakukan setelah dilakukan pengurukan tanah dan dilakukan pemadatan tanah dengan menggunakan vibro roller dan stamper. Gobalan rumput dipasang dengan pada posisi tebing agar mencegah tidak terjadi erosi. Gobalan rumput yang digunakan harus berakar dan dicangkul sedalam ±4 cm. Gobalan rumput ditanam dalam jajaran bersambung dan dilakukan penyiram gobalan rumput dengan air. Gobalan rumput dipasang menggunakan pasak bambu dengan panjang 10 cm. h)
Pekerjaan Drainase
(1)
Pemasangan U Dicth
-
Pekerjaan Persiapan
Sebelum pekerjaan dimulai lapangan kerja harus dibersihkan dari berbagai tanaman. Untuk mempermudah pekerjaan ini harus disediakan alat ukur yang diperlukan. Dipasang pula patok sebagai batas saluran yang harus digali. Selama pekerjaan Patok tidak boleh berubah kedudukan ataupun posisinya selama pekerjaan dilaksanakan. -
Pemasangan U ditch
Lampiran 8
Sama seperti pengadaan U-Ditch, pengadaan tutup U-Ditch harus disetujui direksi pekerjaan. Setelah proses pabrikasi tutup U-Ditch akan dibawa kelapangan dan kemudian tutup akan dipasang ke U-Ditch. Kemudian U-Ditch ditimbun kembali serta dipadatkan. -
Beton Ready Mix K-225
Beton K-225 yang digunakan adalah Ready Mix, diproduksi oleh batching plant yang telah disetujui oleh pemberi kerja (yang telah memiliki izin lingkungan). Beton Ready Mix yang sudah jadi diangkut dengan mempergunakan Truk Agiator. Agar proses pembetonan menghasilkan mutu yang baik maka pemadatan mempergunakan concrete vibrator sesuai kebutuhan. Selama proses pembetonan, diambil slump test dan kubus beton frekuensinya sesuai spesifikasi . Setelah selesai ditutup dengan karung basah, digenangi dengan air selama waktu perawatan minimal 7 hari. -
Penulangan ulir
Sebelum mendatangkan besi tulangan ulir, seluruh daftar ukuran dan daftar bengkokan besi tulangan (barbending schedule) diajukan kedireksi pekerjaan. Pemesanan pengadaan besi tulangan ulir, baik jumlah diameter, mutu sesuai dengan gambar kerja dan spesifikasi teknik serta standard nasional Indonesia SNI-2. Besi tulangan ulir harus bebas dari karat, minyak dan kotoran. Pabrikasi dan pemasangan tulangan ulir dilakukan sesuai dengan gambar pelaksanaan. -
Bekisting Multiplex 12 MM
Pemasangan patok-patok elevasi (bowplank) yang dipasang pada 2 bagian ujung konstruksi atau jarak kurang lebih 3 m untuk menjamin dimensi bekisting. Bekisting yang dipakai sesuai gambar .rencana, mempergunakan material Multipleks 12 mm, sebagai beton exposed. Bekisting akan dibuat di workshop kemudian dirakit dilapangan bersama perancah perancah nyadengan mempergunakan alat-alat bantu dan ukuran beton beton sesuai dengan gambar. Sebelum pengecoran permukaan dalam cetakan dibersihkan dari kotoran. Untuk memudahkan pembukaan bekisting, maka bagian bekisting yang menempel ke permukaan beton diolesi form oil sebelum dipasang. (2)
Pemasangan gorong-gorong dan pemasangan Pintu Air
Sebelum pekerjaan gorong gorong dilaksanakan, gorong-gorong akan dibuat dilokasi pekerjaan yang disetujui direksi pekerjaan. Setelah gorong-gorong siap diinstal perlu dilakukan pekerjaan galian yang dilakukan secara manual oleh pekerja atau pun digali dengan bantuan excavator. Kedalaman galian harus sesuai dengan gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk direksi pekerjaan. Setelah pekerjaan penggalian selesai gorong-gorong akan dipasang, setelah goronggorong dipasang kemudian sisi-sisi gorong-gorong akan ditimbun kembali dan dipadatkan. (3)
Pemasangan Pintu Air Sorong 1M x 1M termasuk Trash Track
Lampiran 8
Sebelum pengadaan pintu sorong termasuk trash track, kontraktor akan mengajukan proposal kepada direksi. Pemasangan pintu sorong harus sesuai dengan gambar kerja spesifikasi yang sudah ditentukan oleh direksi pekerjaan, setelah pintu air dipasang akan dilakukan pekerjaan pengecatan pada pintu air. i)
Demobilisasi peralatan
Pengangkutan kembali peralatan kerja yang digunakan selama masa kontruksi. j)
Demobilisasi tenaga kerja
Demobilisasi tenaga kerja adalah pemutusan hubungan kerja antara pemrakarsa dengan kontraktor, pihak kontraktor secara bertahap menghentikan hubungan kerja dengan pekerja sesuai dengan masa kontrak masing-masing. 3.
Tahap Operasional
a)
Pemeliharaan Pengaman Pantai
Pada tahap operasional pengaman pantai pekerjaan pemeliharaan pengaman pantai beserta prasarananya yang dilakukan diantaranya adalah Perekutan Tenaga Kerja Operasional (karyawan) di bawah kewenangan ................... (1)
Perekutan tenaga operasional
Perekrutan tenaga operasional dimaksudkan guna pengawasan dan pemeliharaan pengaman pantai. (2)
Pengawasan Tanggul
Kegiatan pengawasan terhadap kemungkinan pemanfaatan lahan pengaman pantai seperti jalur hijau untuk pemukiman liar. Selain itu juga perlu diawasi dan dievaluasi keberadaaan pengaman pantai terhadap permasalahan yang muncul pada kegiatan nelayan (seperti permasalahan penyadaran perahu dan kapal, pengangkutan barang nelayan dari perahu ke daratan, dan lain sebagainya). (3)
Pemeliharaan pengaman pantai dan infrastrukurnya
Pemeliharaan keberadaan pengaman pantai meliputi pemeliharaan kondisi fisik pengaman pantai dari kerusakan fisik, juga termasuk kondisi sekitar pengaman pantai seperti pengerukan sedimentasi yang menumpuk pada sepanjang bangunan pengaman pantai, keadaan pintu air, pemeliharaan kelancaran saluran drainase. Perlu adanya pemantauan keberadaan sedimentasi baik di pantai. Kegiatan pemeliharaan juga meliputi pengerukan sedimen baik di pantai.
Lampiran 8
TABEL 5. JADWAL KEGIATAN PEMBANGUNAN BANGUNAN PENGENDALI BANJIR SUNGAI KURAU Sumber : DED 2021
12
Lampiran
9
RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL 1.
KOMPONEN GEO-FISIK KIMIA
a.
Letak Geografis Administrasi Kabupaten Bangka Tengah
Kabupaten Bangka Tengah terletak antara 105°75’ BT - 106°80’ BT dan 2°20’ LS - 2°80’ LS, dengan Ibukota Koba yang berjarak 58 km dari Ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Batas wilayah Kabupaten Bangka Tengah dinyatakan sebagai berikut. Jarak Ibukota Kabupaten Bangka Tengah yaitu Koba dengan Ibukota kabupaten lain di lihat pada Tabel 1. 1. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Bangka. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Karimata dan Selat Gaspar. 3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka. 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bangka Selatan TABEL 1. JARAK IBUKOTA KABUPATEN BANGKA TENGAH KE IBUKOTA KABUPATEN LAIN DAN IBUKOTA PROVINSI NO
DARI KOTA KOBA KE
JARAK (KM)
1
Mentok
196
2
Toboali
67
3
Sungai Liat
90
4
Pangkal Pinang
58
SUMBER: PROFIL KABUPATEN BANGKA TENGAH, 2020
Jarak yang relatif dekat dengan ibukota provinsi sangat menguntungkan secara geografis karena dapat menjadi pemicu perkembangan ekonomi dan wilayah Kabupaten Bangka Tengah. Kabupaten Bangka Tengah memiliki luas wilayah sebesar 2.269,03 km² atau 226.903 ha dan terbagi menjadi 6 kecamatan dengan luasan, Jumlah desa, jumlah desa dan jumlah dusun masing-masing kecamatan yang diperlihatkan pada Tabel 2. TABEL 2. DAFTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BANGKA TENGAH DAN LUASNYA NO
KECAMATAN
2
LUAS (KM )
PRESNTASE (%)
1
KecamatanKoba
390,57
17,21
2
KecamatanLubuk Besa
546,10
24,07
3
KecamatanPangkalan Baru
108,18
4,82
4
KecamatanNamang
204,10
8,99
1
Lampiran 9
5
Kecamatan Sungai Selatan
789,74
34,81
6
KecamatanSimpang Katis
230,34
10,10
2.269,03
100
TOTAL SUMBER :KABUPATEN BANGKA TENGAH DALAM ANGKA, 2021
GAMBAR 1.LUAS DAERAH MENURUT KECAMATAN DALAM PRESENTASE
Selain pemekaran wilayah terjadi pula peningkatan status kepemerintahan di tingkat desa yaitu Desa Arung Dalam menjadi Desa Arung Dalam dan Desa Sungai Selan menjadi Desa Sungai Selan, sehingga total desa menjadi 50 desa dan 7 desa. Pada Tahun 2012 terjadi penambahan 6 desa sehingga total desa menjadi 56 desa. TABEL 3. LUAS WILAYAH DAN JUMLAH DESA/DESA MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN BANGKA TENGAH
NO
KECAMATAN
JUMLAH
2
LUAS (KM )
DESA
DESA
JUMLAH
1
KecamatanKoba
390,57
5
6
11
2
KecamatanLubuk Besa
546,10
-
9
9
3
KecamatanPangkalan Baru
108,18
1
11
12
4
KecamatanNamang
204,10
-
8
8
2
Lampiran 9
5
Kecamatan Sungai Selatan
789,74
1
12
13
6
KecamatanSimpang Katis
230,34
-
10
10
2.269,03
7
56
63
TOTAL
SUMBER : KABUPATEN BANGKA TENGAH DALAM ANGKA, 2021
3
Lampiran 9
GAMBAR 2. PETA LOKASI STUDI AMDAL RENCANA KEGIATAN AMDAL PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI KURAU
4
b.
Luas Wilayah Studi Kecamatan Koba
Berdasarkan Perda Kabupaten Bangka Tengah Nomor 31 Tahun 2006, maka sejak Bulan Agustus Tahun 2006 Kecamatan Koba dipecah menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Koba dan Kecamatan Lubuk Besar. Hal ini ditandai dengan pelantikan camat kecamatan pemekaran. Selain itu juga, sesuai dengan Perda Kabupaten Bangka Tengah Nomor 32 Tahun 2006 telah dilakukan pemekaran desa sehingga di Kecamatan Koba terdapat empat desa baru, yaitu: 1. Simpang Perlang 2. Padang Mulia 3. Berok 4. Arung Dalam Dengan demikian, Kecamatan Koba yang sebelumnya terdiri dari satu desa dan dua belas Desa sekarang terdiri dari lima desa dan enam Desa dan sebagian lainnya telah tergabung dalam Kecamatan Lubuk Besar. Setelah dimekarkan dengan Kecamatan Lubuk Besar, luas Kecamatan Koba sekarang adalah kota kecamatan adalah Desa Kurau Barat yang jaraknya 31 Km dari ibu kota kecamatan. Pada umumnya kondisi desa/desa dalam Kecamatan Koba adalah dataran yang tingginya dari permukaan laut berkisar antara 9-43 meter. Terdapat empat pulau kecil di Kecamatan Koba, yaitu Pulau Ketawai, Pulau Gusung Asam, Pulau Bebugar, Pulau Ketugar. Semuanya berada di desa Kurau Lokasi kegiatan rencana AMDAL Pengendalian Banjir Sungai Kurau berada di Desa Kurau Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Bangka Belitung. Kecamatan Kobasebagai salah satu kecamatan dengan luas wilayahnya sebagai 390,56 Km2 yang terdiri dari 6 RW dan 154 RT. Kecamatan Koba terdiri dari lima desa, dengan luas masing- masing desa sebagai berikut: TABEL 4 LUAS WILAYAH DAN PERSENTASE DESA/DESA DI KECAMATAN KOBA NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
TAHUN 2020 2 LUAS (KM ) 31,66 7,07 3,99 2,81 18,98 12,97 72,07 76,63 73,92 16,42 85,04 390,56
DESA Padang Mulia Simpang Perlang Koba Berok Arung Dalam Kurau Tetentang Tiga Penyak Nibung Kurau Barat Guntung TOTAL
SUMBER : KECAMATAN KOBA DALAM ANGKA, 2020
TABEL 5. JUMLAH DUSUN, LINGKUNGAN, RW, DAN RT MENURUT DESA DI KECAMATAN KOBA NO
DESA
DUSUN
LINGKUNGAN
RW
RT
NO
DESA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Padang Mulia Simpang Perlang Koba Berok Arung Dalam Kurau Tetentang Tiga Penyak Nibung Kurau Barat Guntung TOTAL
DUSUN
LINGKUNGAN
RW
RT
3 2 3 4 3 2 17
3 4 2 3 12
6 6
21 15 20 13 18 15 6 14 17 9 6 154
SUMBER : KECAMATAN KOBA DALAM ANGKA, 2020
c.
Iklim
Data Iklim rencana lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan,diambil dari Stasiun BMKG Stasiun Klimatologi dan Geofisika Koba, 2011-2020. Parameter Iklim meliputi Suhu Udara,Curah Hujan,Kelembaban Udara serta Arah dan Kecepatan Angin. 1)
Suhu Udara
Pada tahun 2011 sampai 2020, suhu udara rata-rata di wilayah studi berkisar antara 32,7°C hingga 34.9°C. Suhu tertinggi terjadi pada bulan Desember Tahun 2014 dan suhu terendah terjadi pada bulan September pada Tahun 2012. Suhu rata-rata wilayah studi terbesar terjadi pada bulan Desember 2012 yaitu 32,7°C dan terendah pada tahun 2014 sebesar 34,9°C. Data suhu udara di lokasi studi disajikan pada Tabel 6. TABEL 6.SUHU UDARA MAKSIMUM DI WILAYAH STUDI TAHUN 2011-2020 O
BULAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata - Rata
SUHU UDARA MAKSIMUM ( C) 2011 32.6 33.2 34.8 34.0 34.4 33.6 33.2 34.6 34.8 35.2 35.4 35.0 34.2
2012 31.2 32.1 32.1 32.4 32.7 32.7 32.6 33.3 33.6 34.0 32.8 32.5 32.7
2013 32.6 34.0 35.2 24.6 35.0 33.5 33.5 35.0 35.4 35.8 35.0 35.0 33.7
2014 33.0 32.8 34.4 35.2 35.2 34.4 34.2 34.6 37.0 36.8 36.0 34.8 34.9
2015 33.5 32.8 34.0 34.3 34.2 34.8 34.5 34.4 35.0 36.0 35.1 34.4 34.4
2016 34.0 32.0 33.6 34.7 35.2 35.0 35.0 34.4 35.2 33.8 34.2 34.4 34.3
2017 34.4 32.4 34.4 34.2 35.0 35.2 34.6 34.4 35.0 34.2 34.4 34.8 34.4
2018 33.8 32.4 34.2 34.4 34.6 35.0 34.2 34.2 35.4 35.2 36.6 35.4 34.6
2019 34.0 34.0 34.8 35.2 35.0 34.4 34.0 33.6 35.0 35.0 34.6 33.8 34.5
2020 34.4 34.6 34.6 34.8 35.8 35.0 34.2 34.8 35.0 34.6 35.2 34.8 34.8
SUMBER:BMKG STASIUN KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA KOBA,2011-2020
Rata - Rata Suhu Udara Maksimum Tahun 2011 - 2020 35,5 34,9
35 34,5 34 33,5
34,4
34,2 33,7
34,3
34,4
34,6
34,8 34,5
GAMBAR 2. GRAFIK RATA - RATA SUHU UDARA MAKSIMUM TAHUN 2011– 2020
TABEL 7.SUHU UDARA MINIMUM DI WILAYAH STUDI TAHUN 2011-2020 O
SUHU UDARA MAKSIMUM ( C)
BULAN
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
Januari
23.4
24.6
22.6
23.0
22.9
24.3
24.0
23.0
23.6
24.0
Februari
23.6
25.0
22.8
22.8
22.6
24.0
23.4
23.4
24.0
24.0
Maret
24,0
24.8
24.0
23.9
23.5
24.4
24.0
23.8
23.8
25.0
April
24.2
25.3
24.0
23.2
24.3
24.8
24.8
24.0
24.8
25.0
Mei
24.0
25.3
23.4
25.0
23.6
25.0
25.0
25.0
25.0
24.8
Juni
24.6
25.0
23.0
24.2
23.4
23.4
24.0
24.0
24.4
24.4
Juli
24.0
24.5
23.0
23.4
23.4
24.0
24.0
24.0
24.0
24.2
Agustus
24.0
24.4
22.4
24.0
23.4
24.0
24.0
23.0
24.0
24.0
September
24.0
24.8
24.2
24.0
22.4
24.2
24.0
24.2
24.0
24.0
Oktober
24.0
25.2
24.2
24.0
23.7
24.2
23.0
24.0
24.6
24.0
November
24.0
25.0
23.4
25.0
24.0
24.7
24.2
24.4
25.0
25.0
Desember
24.0
25.0
23.0
23.8
23.1
24.0
24.0
24.4
24.8
24.2
Rata - Rata
24.0
24.9
23.3
23.9
23.4
24.3
24.0
23.9
24.3
24.4
SUMBER:BMKG STASIUN KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA KOBA,2011-2020
Rata - Rata Suhu Udara Minimum Tahun 2011 - 2020 25,5 24,9
25 24,5 24 23,5
24,3 24
24
23,9 23,3
24,3
23,4
23,9
24,4
GAMBAR 3. GRAFIK RATA - RATA SUHU UDARA MAKSIMUM TAHUN 2011 – 2020 2)
Curah Hujan
Data curah hujan yang diperoleh dari BMKG stasiun Klimatologi dan Geofisika Koba disajikan pada Tabel 8. Dari Tabeltersebut, terlihat bahwa rata-rata curah hujan 10 tahunan tertinggi pada tahun 2014, sedangkan terendah terjadi pada tahun 2018. Berdasarkan analisis data curah hujan selama 10 tahun,rata-rata curah hujan tahunan di wilayah studi sebagai berikut. TABEL 8. CURAH HUJAN RATA-RATA TAHUNAN (MM) PERIODE 2011-2020 DI WIILAYAH STUDI O
BULAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-Rata
CURAH HUJAN MAKSIMUM ( C) 2011 145,6 230,7 147,7 106,8 198,9 70,5 18,1 1,5 52,6 80,1 44,6 177 125.5
2012 275,1 157,9 173,6 196,2 118 67,2 13,6 2,4 16,2 44,3 251,9 254 136.7
2013 621,9 146,6 184,4 204,3 101 256,7 256,7 61,4 49,5 110,1 196,6 338,9 210.7
2014 1075 689 174 168 47 174 214 39 0 52 65 211 242.3
2015 412 639 221 111 79 48 1 12 5 6 103 194 152,6
2016 136,6 451,7 293,5 192,2 112,0 186,4 188,6 217,4 220,5 172,7 152,4 41,7 197.1
2017 214,1 520,8 138,7 156,5 135 138,5 119,0 0,8 165,8 112,4 195,3 254,1 179.3
2018 215,1 431,2 188,6 159,1 16,7 12,6 14,5 33,0 62,0 133,8 140,9 52,3 121.7
2019 383,9 270,1 327,3 194,6 47,8 23,1 1,0 1,0 50,1 263,8 156.3
2020 618 1.043 220,7 182,8 50,4 21,1 12,1 101 151,9 208,3 87,3 134,7 149.1
SUMBER:BMKG STASIUN KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA KOOBA,2011-2020
Rata - Rata Curah Hujan Tahun 2011 - 2020 300 242,3
250
210,7
200 150 100 50 0
125,5
136,7
197,1
179,3
156,3
152,6 121,7
149,1
GAMBAR 4. GRAFIK RATA - RATA CURAH HUJAN PERIODE 2011– 2020
3)
Kelembaban Udara
Berdasarkan BMKG Stasiun Klimatologi dan Geofisika Koba tahun 2011-2020, rata-rata kelembaban udara 10 tahun terakhir di wilayah studi tertinggi terjadi pada bulan April 2017yaitu 88,23 % dan terendah pada bulan September 2010 sebesar 75,50 %. TABEL 9.KELEMBABANUDARARATA-RATA(%)TAHUN 2011 - 2020 BULAN
KELEMBAPAN UDARA (%) 2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
Januari
80,39
-
82,00
78,84
80,71
81.56
-
80,26
85,89
83,60
Februari
82,96
-
82,71
81,86
80,18
-
-
87,00
85,78
83,64
Maret
82,90
82,16
82,71
83,39
80,13
-
86,34
87,30
84,97
85,71
April
-
82,17
84,23
80,33
78,73
-
85,32
88,23
87,73
83,03
Mei
80,81
79,68
79,87
84,32
93,92
76,93
-
87,14
85,59
84,17
Juni
83,10
-
80,67
80,90
82,47
85,43
-
87,97
85,84
82,60
Juli
78,65
-
81,29
79,77
79,19
72,23
-
88,86
83,56
82,57
Agustus
78,77
82,77
76,35
77,77
78,52
-
-
86,14
81,54
80,97
September
75,50
-
78,23
77,20
78,67
-
77,00
87,36
80,66
77,90
Oktober
76,03
82,00
77,48
74,87
76,97
-
77,05
81,75
80,13
79,38
November
76,20
81,83
73,50
73,23
81,60
75,32
78,14
79,56
79,11
74,77
Desember
78,26
82,13
80,19
-
85,19
-
77,27
81,67
76,91
80,79
Rata - Rata
79,42
81,82
79,94
79,32
81,36
77,48
80,19
85,27
83,14
81,59
SUMBER: BMKG STASIUN KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA KOBA, 2011-2020
GAMBAR 5 RATA - RATA SUHU KELEMBABAN UDARA BULANAN TAHUN 2011 – 2020
c.
Kondisi Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Bangka Tengah sebagian besar merupakan topografi yang berombak dan bergelombang, yaitu sebesar 51%, tanahnya berjenis Asosiasi Podsolik Coklat Kekuning-kuningan dengan bahan induk Komplek Batu pasir Kwarsit dan Batuan Plutonik Masam. Daerah lembah dan datar sebesar 20%, jenis tanahnya Asosiasi Podsolik berasal dari Komplek Batu Pasir dan Kwarsit. dan 25% berupa daerah rawa dan bencah/datar dengan jenis tanahnya Asosiasi Alluvial Hedromotif dan Glei Humus serta Regosol Kelabu Muda berasal dari endapan pasir dan tanah liat. Daerah berbukit sebesar 4% seperti Bukit Mangkol dengan ketinggian sekitar 395 meter dari permukan laut, jenis tanah perbukitan tersebut adalah Komplek Podsolik Coklat Kekuning-kuningan dan Litosol berasal dari Batu Plutonik Masam. d.
Kondisi Geologi dan Jenis Tanah
Tanah di daerah Kabupaten Bangka Tengah mempunyai PH rata-rata di bawah 5, didalamnya mengandung mineral biji timah dan bahan galian lainnya seperti: Pasir Kwarsa, Kaolin, Batu Gunung dan lain-lain. Bentuk dan keadaan tanahnya adalah sebagai berikut: 4% berbukit seperti Bukit Mangkol dengan ketinggian sekitar 395 meter dan lain-lain. Jenis tanah perbukitan tersebut adalah Komplek Podsolik Coklat Kekuning-kuningan dan Litosol berasal dari Batu Plutonik Masam 51% berombak dan bergelombang, tanahnya berjenis Asosiasi Podsolik Coklat Kekuningkuningan dengan bahan induk Komplek Batu pasir Kwarsit dan Batuan Plutonik Masam. 20% lembah/datar sampai berombak, jenis tanahnya asosiasi Podsolik berasal dari Komplek Batu Pasir dan Kwarsit. 25% rawa dan bencah/datar dengan jenis tanahnya Asosiasi Alluvial Hedromotif dan Glei Humus serta Regosol Kelabu Muda berasal dari endapan pasir dan tanah liat. e
Kondisi Hidrologi
Pada umumnya sungai-sungai di daerah Kabupaten Bangka Tengah berhulu di daerah perbukitan dan pegunungan dan bermuara di pantai laut. Sungai-sungai yang terdapat di daerah Kabupaten Bangka Tengah adalah: Sungai Selindung, Sungai Mesu, Sungai Selan, Sungai Kurau dan lain-lain. Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum bermanfaat untuk pertanian dan perikanan karena para nelayan lebih cenderung mencari ikan ke laut. Pada dasarnya di Daerah Kabupaten Bangka Tengah tidak ada danau alam, hanya ada bekas penambangan bijih timah yang luas dan hingga menjadikannya seperti danau buatan yang disebut kolong. Daerah banjir akibat sungai Kurau, terjadi di daerah hilir yang pada Rupabumi
dapat dilihat memang merupakan daerah rawa yang sering terjadi pada kasus-kasus sungai pada umumnya akibat debit banjir yang datang bersamaan dengan pasang tinggi. Selain itu, Kecamatan Koba mempunyai garis pantai yang sangat panjang, yang membentang mulai dari Desa Kurau Barat sampai ke wilayah Desa Padang Mulia. Hal ini sangat potensial untuk pengembangan perikanan laut. Di Kecamatan Koba juga terdapat beberapa pulau kecil yang sangat cocok untuk dikembangkan menjadi objek wisata bahari. Dalam Kecamatan Koba juga terdapat sungai-sungai, diantaranya Sungai Kurau yang terdapat di Desa Kurau dan Kurau Barat, Sungai Berok yang terdapat di Desa Berok, dan Sungai Guntung di Desa Guntung. TABEL 10. NAMA SUNGAI MENURUT DESA/DESA DI KECAMATAN KOBA NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
DESA
NAMA SUNGAI
Padang Mulia Simpang Perlang Koba Berok Arung Dalam Kurau Tetentang Tiga Penyak Nibung Kurau Barat Guntung
Sungai Sinar Bulan, Sungai Air Kecap, Sungai Tepicon, Sungai Air Isi Sungai Cauyan, Sungai Sinar Bulan Sungai Berok Sungai Kurau Sungai Daeng Sungai Kurau, Sungai Munjang Sungai Guntung
SUMBER: BADAN PUSAT STATISTIK DALAM ANGKA, 2020
TABEL 11. NAMA DAN PANJANG SUNGAI MENURUT KECAMATAN NO 1
KECAMATAN Kecamatan Koba
NAMA SUNGAI
PANJANG (KM)
Sungai Berok Sungai Kurai Sungai Suntung Sungai Bemban Sungai Sisil Sungai Sinar Bulan Sungai Cauyan Sungai Risi Sungai Kabung Sungai Nibung Sungai Bendengung
2.882 44.577 6.261 12.297 8.404 2.105 1.298 12.357 5.549 43.836 4.525
SUMBER : KABUPATEN BANGKA TENGAH DALAM ANGKA, 2021
2
KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA
a.
Kependudukan (Demografi)
1).
Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Tahun 2020 jumlah penduduk kecamatan Koba yang termasuk daerah wilayah studi berjumlah 41.251 orang dengan luas yang mencapai hingga 390,56 km2, Jumlah penduduk di daerah tersebut, dengan 21.267 jiwa penduduk laki-laki dan 19.984jiwa penduduk perempuan. Hal ini menunjukkan jumlah penduduk Laki-laki masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan penduduk Penduduk. TABEL 12 JUMLAH PENDUDUK DI WILAYAH STUDI 2
NO
DESA
LUAS (KM )
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Padang Mulia Simpang Perlang Koba Berok Arung Dalam Kurau Tetentang Tiga Penyak Nibung Kurau Barat Guntung
31,66 7,07 3,99 2,81 18,98 12,97 72,07 76,63 73,92 16,42 85,04
TOTAL
390,56
JUMLAH PENDUDUK 2018
2019
2020
4.385 5.487 6.613 2.778 3.580 2.916 1.445 3.697 4.574 2.013 1.133
4.534 5.798 6.708 2.779 3.657 3.031 1.488 4.016 4.850 2.015 1.193
4.678 6.049 6.754 2.822 3.918 3.005 1.511 4.173 5.080 2.075 1.187
38.631
40.069
41.251
KEPADATAN PENDUDUK 2 (KM ) 143 820 1.680 989 193 234 21 52 66 314 14
412
SUMBER : KECAMATAN KOBA DALAM ANGKA, 2018 - 2020
Jika mengacu pada standar kepadatan penduduk menurut Badan Pusat Statistik (2010) tentang kriteria kepadatan penduduk di Pedesaan, maka kepadatan penduduk di Kecamatan Kbamasuk kategori Rendah.Kategori rendah kepadatan penduduk diwilayah ini tentu berimplikasi terhadap lingkungan seperti tekanan rendah penduduk terhadap lahan, masalah sampah air dan fasilitas sosial dan fasilitas umum lainnya. Kriteria kepadatan penduduk suatu daerah dijelaskan pada Tabel 2-18. TABEL 2-1.KRITERIA KEPADATAN PENDUDUK PERKOTAAN NO
KRITERIA
2
KEPADATAN PENDUDUK (JIWA/KM )
1
Sangat rendah
2
Rendah
500 - 1.249
3
Sedang
1.250 - 2.499
4
Tinggi
2.500 - 4.000
5
Sangat Tinggi
SUMBER: BADAN PUSAT STATISTIK DALAM ANGKA, 2020
< 500
> 4.000
2)
Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Sex ratio yang tertinggi pada Desa Penyakadalah 108 dan sex ratio yang terendah pada Desa Tetengan Tiga dan Desa Kurau adalah 102. Nilainya rendah menunjukkan penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk berjenis kelamin laki-laki (Tabel 13). TABEL 13.JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN DESA/DESA DI KECAMATAN KOBA TAHUN 2020 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
DESA Padang Mulia Simpang Perlang Koba Berok Arung Dalam Kurau Tetentang Tiga Penyak Nibung Kurau Barat Guntung TOTAL
JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN 2.390 2.288 3.196 2.853 3.458 3.295 1.448 1.374 2.059 1.859 1.521 1.484 764 747 2.169 2.004 2.573 2.507 1.056 1.019 633 554 21.267 19.984
JUMLAH
SEX RATIO
4.678 6.049 6.754 2.822 3.918 3.005 1.511 4.173 5.080 2.075 1.187 41.251
104 112 105 105 111 102 102 108 103 104 114 106
SUMBER : KECAMATAN KOBA DALAM ANGKA, 2020
TABEL 14.JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN DI KECAMATAN KOBA KELOMPOK UMUR
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 > 75 JUMLAH
1.810 2.405 2.027 1.424 1.605 1.711 2.129 2.089 1.615 1.216 952 798 717 439 169 163 21.267
1.630 2.078 1.889 1.428 1.541 1.640 2.093 2.003 1.428 1.134 994 858 565 324 167 212 19.984
3.440 4.483 3.916 2.852 3.146 3.351 4.222 4.092 3.043 2.350 1.946 1.656 1.282 763 336 375 41.251
SUMBER : KECAMATAN KOBA DALAM ANGKA, 2020
TABEL 15.JUMLAH KELUARGA (KK) MENURUT DESA/DESA DI KECAMATAN KOBA NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
DESA Padang Mulia Simpang Perlang Koba Berok Arung Dalam Kurau Tetentang Tiga Penyak Nibung Kurau Barat Guntung TOTAL
KELUARGA (KK) 1.542 1.856 2.227 897 1.156 940 474 1.293 1.542 626 365 12.759
SUMBER : KECAMATAN KOBA DALAM ANGKA, 2020
3
Komposisi Penduduk Usia Kerja
Pembangunan ekonomi suatu daerah erat kaitannya dengan potensi modal pembangunan yang dimiliki, salah satunya adalah angkatan kerja. Angkatan kerja yang berkualitas baik secara jasmani maupun rohani yang memiliki kemampuan dan ketrampilan akan sangat membantu dalam pembangunan itu sendiri. Namun, apabila angkatan kerja tidak difasilitasi dengan lapangan kerja yang tepat, tentu dapat menimbulkan masalah ketenagakerjaan yang selanjutnya akan menjadi beban dalam pembangunan. Oleh karena itu, kebutuhan data dan informasi yang akurat dan terpercaya mengenai ketenagakerjaan merupakan aspek penting bagi para pengambil kebijakan terkait pembangunan ekonomi baik lingkup daerah maupun nasional. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Oleh karena itu, analisis ketenagakerjaan yang selanjutnya akan digunakan dalam publikasi ini adalah analisis ketenagakerjaan dari penduduk usia kerja, yaitu penduduk 15 tahun ke atas. Pertumbuhan penduduk usia kerja dapat menimbulkan dampak yang sangat komplek. Semakin banyaknya penduduk angkatan kerja berarti semakin besar sumber daya manusia yang aktif dalam kegiatan ekonomi sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap pembangunan daerah. Namun apabila pertumbuhan penduduk tidak diikuti dengan tingginya tingkat penyerapan tenaga kerja maka akan mengakibatkan tingginya angka pengangguran dan akan berdampak negatif terhadap kegiatan pembangunan. Pada tahun 2019, terdapat sejumlah 140.388 penduduk berusia 15 tahun ke atas di Kabupaten Bangka Tengah. Dimana 52,83 persen diantaranya merupakan penduduk lakilaki dan 47,17 persen adalah penduduk perempuan. Jumlah ini meningkat sebanyak 1,36 persen, dimana jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Bangka Tengah pada tahun 2018 yaitu 138.475
penduduk. Jumlah penduduk usia kerja di seluruh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 1.097.261 penduduk pada tahun 2019. Artinya sekitar 12,79 persen penduduk usia kerja di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berada di Kabupaten Bangka Tengah. TABEL 16.PENDUDUK USIA KERJA MENURUT JENIS KELAMIN DI KABUPATEN BANGKA TENGAH, 2017 - 2019 TAHUN 2017 Bangka Tengah Bangka Belitung 2018 Bangka Tengah Bangka Belitung 2019 Bangka Tengah Bangka Belitung
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
71.487 548.097
63.684 499.586
135.171 1.047.683
73.286 561.863
65.198 511.998
138.475 1.073.861
74.171 574.447
66.217 522.814
140.388 1.097.261
SUMBER : KABUPATEN BANGKA TENGAH DALAM ANGKA, 2021
Pada Tabel 16 komposisi penduduk usia kerja Kabupaten Bangka Tengah tahun 2019 didominasi oleh kelompok umur 25-29 tahun. Sedang yang terkecil di umur 55-59 tahun, hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Bangka Tengah telah memasuki bonus demografi karena komposisi penduduk didominasi oleh penduduk usia produktif. Selain itu, semakin meningkatnya umur semakin sedikit pula penduduk usia kerja pada kelompok umur tersebut. Pada tahun 2019, laki-laki lebih mendominasi penduduk usia kerja di Kabupaten Bangka Tengah. Persentase ini tidak jauh berbeda dengan tahun 2018. Kelompok umur laki-laki terbanyak adalah kelompok umur 25-29 tahun yaitu sebanyak 9.602 penduduk. Sama halnya dengan perempuan yang kelompok umur terbanyak pada umur 25-29 tahun yaitu 9.707 penduduk. Sehingga total penduduk pada kelompok umur 25-29 tahun sebanyak 19.309 jiwa. TABEL 17. KOMPOSISI PENDUDUK USIA KERJA (15+) MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN DI KABUPATEN BANGKA TENGAH KELOMPOK UMUR
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60+ JUMLAH
8.080 9.088 9.602 8.352 8.464 7.388 6.712 5.333 4.517 6.635 74.171
7.983 7.141 9.707 7.609 7.430 6.758 5.533 4.117 3.580 6.359 66.217
16.063 16.229 19.309 15.961 15.894 14.146 12.245 9.450 8.097 12.994 140.388
SUMBER : KABUPATEN BANGKA TENGAH DALAM ANGKA, 2021
4.
Komposisi Angkatan Kerja
Di Indonesia, yang dimaksud dengan angkatan kerjaadalah penduduk yang sudah memasuki usia kerja, baik yangsudah bekerja, belum bekerja, atau sedang mencaripekerjaan. Menurut ketentuan pemerintah Indonesia,penduduk yang sudah memasuki usia kerja adalah merekayang berusia 15 tahun ke atas. Namun, tidak semuapenduduk yang memasuki usia tadi disebut angkatan kerja.Sebab penduduk yang tidak aktif dalam kegiatan ekonomitidak termasuk dalam kelompok angkatan kerja, seperti iburumah tangga, pelajar, dan mahasiswa, serta lainnya. Menurut aktivitas yang dilakukannya, penduduk usiakerja dapat digolongkan menjadi dua kategori yakniangkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Bukan angkatankerja adalah kelompok penduduk yang kegiatan utamaseminggu lalu adalah mengurus rumah tangga, bersekolah,maupun menerima pensiunan. Sedangkan angkatan kerjadapat digolongkan menjadi usia kerja yang bekerja danpengangguran. Diantara penduduk usia kerja di Kabupaten Bangka Tengah pada tahun 2019, sebanyak 69,65 persen merupakan angkatan kerja, sedangkan 30,35 persen sisanya termasuk kategori bukan angkatan kerja. Dari seluruh angkatan kerja, 65,42 persen adalah laki laki dan sisanya 34,58 persen adalah perempuan.Sedangkan bukan angkatan kerja didominasi oleh perempuan dengan persentase 76,04 persen. Hal ini karena lebih banyak laki-laki yang bekerja dibandingkan perempuan. Berdasarkan Tabel 3-1, penduduk usia kerja yang bersekolah pada Agustus 2019 di Kabupaten Bangka Tengah berjumlah 10.757 penduduk. Yang terdiri dari 4.869 penduduk laki-laki dan 5.888 penduduk perempuan. Penduduk dengan kegiatan utama mengurus rumah tangga didominasi oleh perempuan, yaitu mencapai 25.679 penduduk sedangkan laki-laki hanya 2.639 penduduk. Untuk kegiatan lainnya hanya terdapat 3.535 penduduk. TABEL 18. PENDUDUK UMUR 15 TAHUN KE ATAS MENURUT PROFIL KETENAGAKERJAAN KABUPATEN BANGKA TENGAH 2019 KEGIATAN UTAMA DAN JENIS KELAMIN DI KABUPATEN BANGKA TENGAH KEGIATAN UTAMA
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
ANGKATAN KERJA Bekerja Pengangguran BUKAN ANGKATAN KERJA Sekolah Mengurus Rumah Tangga Lainnya TOTAL
63.962 61.443 2.519 10.209 4.869 2.639 2.701 74.171
33.816 32.040 1.776 32.401 5.888 25.679 834 66.217
97.778 93.483 4.295 42.610 10.757 28.318 3.535 140.388
SUMBER : KABUPATEN BANGKA TENGAH DALAM ANGKA, 2021
Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Bangka Tengah pada 2019 mengalami penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan jumlah penduduk bukan angkatan kerja mengalami peningkatan. Jumlah angkatan kerja pada tahun 2019 mencapai 69,65 persen
dari total penduduk usia kerja sedangkan persentase bukan angkatan kerja mencapai 30,35 persen. Sedangkan pada tahun 2018, jumlah angkatan kerja sebesar 70,99 persen dari total penduduk usia kerja dan persentase bukan angkatan kerja sebesar 29,01 persen. Hal ini terjadi akibat lesunya perekonomian seperti turunnya harga hasil komoditas pertanian seperti lada, karet, sawit maupun timah sehingga kegiatan utama yang semula bekerja terutama pekerja lepas bergeser menjadi mengurus rumah tangga. Pada tahun 2019, penduduk yang bekerja mencapai 93.483 penduduk atau 95,61 persen dari seluruh angkatan kerja. Dan pengangguran 4,39 persen dari seluruh angkatan kerja. Angka 4,39 persen berarti dari 100 orang penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja, terdapat sekitar 4 sampai 5 orang yang menganggur atau sedang mencari pekerjaan. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah penduduk yang bekerja mengalami penurunan, sedangkan pengangguran mengalami peningkatan. Peningkatan pengangguran dapat terjadi karena kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan keahlian serta harapan terhadap pendapatan atau upah yang memadahi. Berdasarkan jenis kelamin, persentase laki-laki yang bekerja jauh lebih banyak daripada perempuan yaitu 65,73 persen sedangkan perempuan hanya 34,27 persen dari total penduduk bekerja. Penduduk yang bekerja di Kabupaten Bangka Tengah masih didominasi oleh laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut memang tidak bisa dipungkiri karena laki-laki memiliki kewajiban untuk bekerja dan memberikan nafkah dibandingkan dengan perempuan yang secara psikologis lebih lemah dari laki-laki dan lebih memiliki naluri untuk mengurus rumah tangga. Jika ditilik lebih dalam per jenis kelamin untuk angkatan kerja, jumlah laki-laki yang bekerja sebesar 95,61 persen sedangkan pengangguran 3,94 persen. Sedikit berbeda dengan laki-laki, dari seluruh angkatan kerja yang berjenis kelamin perempuan 94,75 persen bekerja sedangkan sisanya 5,25 persen adalah pengangguran. Jika dibandingkan dengan tahun 2018, persentase penduduk laki-laki yang bekerja mengalami penurunan sedangkan persentase penduduk perempuan yang bekerja mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh peluang kerja di sektor primer pedesaan yang lebih terbuka untuk perempuan. Misalnya pekerjaan di sektor pertanian dan perdagangan yang lebih fleksibel karena tidak memiliki jam kerja yang mengikat serta tidak membutuhkan kualifikasi khusus sehingga perempuan bisa tetap berkontribusi dalam perekonomian sekaligus mengurus rumah tangga. Dari angka angkatan kerja akan dihasilkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan pengangguran menghasilkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang akan di bahas selanjutnya.
TABEL 19. ANGKATAN KERJA MENURUT PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN DAN JENIS KEGIATAN DI KABUPATEN BANGKA TENGAH
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (Tenaga Kerja) Tidak Punya Ijazah Tamat SD Sederajat Tamat SMP Sederajat Tamat SMA Sederajat Tamat SMK Diploma I/II/III Universitas
Angkatan Kerja menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu di Kabupaten Bangka Tengah (Jiwa) Bekerja Pengangguran Jumlah Angkatan Kerja 2019 2019 2019 22.095 1.499 23.594 25.359 402 25.761 13.711 632 14.343 11.373 537 11.910 11.876 980 12.856 2.472 123 2.595 6.597 122 6.719
SUMBER : SKERNAS KABUPATEN BANGKA TENGAH, 2020
Dilihat lebih mendalam, banyaknya penganggur lulusan SLTA dapat disebabkan karena sebagian besar penduduk dengan pendidikan terakhir SLTA cenderung tidak memiliki keahlian khusus. SLTA merupakan sekolah menengah ke atas yang tidak berfokus pada satu keahlian. Mata pelajaran yang diberikan pada jenjang SLTA masih bersifat umum sehingga tidak jarang penduduk lulusan SLTA tidak memiliki keahlian khusus dalam bekerja. Oleh karena itu, untuk menyiapkan penduduk usia produktif ini siap bersaing di dunia kerja, salah satu alternatifnya adalah memanfaatkan sekolah kejuruan (SMK). Penduduk lulusan sekolah kejuruan tentunya sudah menimba keahlian yang khusus sehingga lebih fokus pada satu keahlian kerja. SMK diharapkan dapat mencetak tenaga kerja yang siap untuk terjun ke lapangan pekerjaan. b.
Sosial – Ekonomi
1).
Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat di wilayah studi didominasi jenis mata pencaharian sebagai karyawanswasta kemudian diikuti sebagai petani. Data selengkapnya akan disajikan padaTabel 20 sampai Tabel 21 TABEL 20. SUMBER PENGHASILAN UTAMA DAN JENIS KOMODITI/SUBSEKTOR UTAMA SEBAGIAN BESAR PENDUDUK DESA/DESA DI KECAMATAN KOBA NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
DESA Padang Mulia Simpang Perlang Koba Berok Arung Dalam Kurau Tetentang Tiga Penyak Nibung
SUMBER PENGHASILAN UTAMA Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian
JENIS KOMODITI Kelapa Sawit Kelapa Sawit Karet Kelapa Sawit Lada/Kelapa Sawit Lada/Kelapa Sawit Lada/Kelapa Sawit Lada/Kelapa Sawit Lada/Kelapa Sawit
NO 10 11
SUMBER PENGHASILAN UTAMA Pertanian Pertanian
DESA Kurau Barat Guntung
JENIS KOMODITI Perikanan Tangkap Lada/Kelapa Sawit
SUMBER : KECAMATAN KOBA DALAM ANGKA, 2020
TABEL 21. KAPAL PENANGKAP IKAN MENURUT DESA/DESA DI KECAMATAN KOBA NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
DESA Nibung Koba Arung Dalam Guntung Terentang Tiga Penyak Kurau Kurau Barat Simpang Perlang Padang Mulia Berok TOTAL
< 5 GT
< 5-20 GT
< 10-30 GT
< 20-30 GT
MOTOR TEMPEL
1 1 1 2 19 127 175 7 11 344
6 6
-
-
13 21 11 10 49 10 7 4 26 1 152
SUMBER : KECAMATAN KOBA DALAM ANGKA, 2020
TABEL 22. JUMLAH NELAYAN DAN SARANA MENURUT DESA/DESA DI KECAMATAN KOBA NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
DESA Nibung Koba Arung Dalam Guntung Terentang Tiga Penyak Kurau Kurau Barat Simpang Perlang Padang Mulia Berok TOTAL
SARANA
NELAYAN
14 22 12 12 68 143 182 4 33 12 502
42 46 18 25 178 402 528 4 47 1.326
SUMBER : KECAMATAN KOBA DALAM ANGKA, 2020
2).
Sarana Perekonomian
Sarana perekonomian yang terdapat di wilayah studi, sudah berkembang dengan baik. Sarana perekonomian yang ada di wilayah studi disajikan pada Tabel 23 TABEL 23 JUMLAH RESTORAN/RUMAH MAKAN, WARUNG/KEDAI MAKANANMINUMAN, DAN TENAGA KERJA MENURUT DESA/DESA DIKECAMATAN KOBA NO
DESA
RESTORAN
WARUNG
TOKO/WARUNG KELONTONG
MINIMARKET
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
DESA Padang Mulia Simpang Perlang Koba Berok Arung Dalam Kurau Tetentang Tiga Penyak Nibung Kurau Barat Guntung TOTAL
RESTORAN
WARUNG
TOKO/WARUNG KELONTONG
MINIMARKET
5 2 2 9
11 15 60 25 42 31 3 8 10 1 5 211
30 20 50 50 76 34 22 56 54 5 13 410
1 1
SUMBER : KECAMATAN KOBA DALAM ANGKA, 2020
C.
Sosial – Budaya
1)
Etnis dan Agama
Suku atau etnis yang dominan di wilayah studi adalah suku melayu semacamnya. Saat ini di wilayah studi sudahmulai banyak pendatang dari berbagai wilayah di Indonesia.Penduduk di wilayah studi, memeluk agama Islam, Kristen Katholik, Hindu, Budha, dan Protestan.Jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut disajikan pada Tabel 24 TABEL 24.JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA DI WILAYAH STUDI TAHUN 2020 NO
DESA
ISLAM
KRISTEN
KATOLIK
KONGHUCU
HINDU
BUDHA
1 2
Padang Mulia Simpang Perlang Koba Berok Arung Dalam Kurau Tetentang Tiga Penyak Nibung Kurau Barat Guntung TOTAL
4.515 5.113
68 209
16 490
45 490
-
24 145
3.791 2.725 3.712 1.520 1.505
595 62 176 6
480 23 22 -
860 5 1 -
7 -
1.020 7 7 1 -
4.169 5.048 2.068 1.181 35.347
4 8 7 6 1.141
16 1.047
1.401
1 8
3 4 5 6 7 8 9 10 11
7 1.221
SUMBER : KECAMATAN KOBA DALAM ANGKA, 2020
Kerukunan antar umat beragama terjalin dengan baik dan saling menghormati antara satu pemeluk agama dengan pemeluk agama lainnya.
TABEL 25.JUMLAH TEMPAT PERIBADATAN MENURUT DESA, 2020 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
DESA Padang Mulia Simpang Perlang Koba Berok Arung Dalam Kurau Tetentang Tiga Penyak Nibung Kurau Barat Guntung TOTAL
MESJID
MUSHOLLA
GEREJA KRISTEN
GEREJA KATOLIK
VIHARA
7 3 3 1 2 2 1 2 2 1 1 25
1 2 2 2 8 1 16
3 3
1 1
1 1
SUMBER : KECAMATAN KOBA DALAM ANGKA, 2020
3.
KOMPENEN KESEHATAN MASYARAKAT
a.
Karakteristik Kesehatan Masyarakat
Data sepuluh penyakit yang menonjol menunjukkan penyakit terbanyak ISPA, kemudian diikuti dengan penyakit Diabetes Melitus sebagaimana disajikan pada tabel berikut. Jika dilihat tren pola penyakit di Puskesmas Kecamatan Koba penyakit ISPA dan Diebetes Melitus merupakan penyakit terbanyak yang diderita masyarakat, sebagaimana disajikan pada tebel berikut. TABEL 26 SEPULUH JENIS PENYAKIT DENGAN JUMLAH PENDERITA TERBANYAK DI KECAMATAN KOBA NO
JENIS KASUS
2017
2018
2019
1
ISPA
2.653
1.649
2.092
2
Diabetes Melitus
8.745
731
995
3
Hipertensi
-
1.289
824
4
Faringitis
-
-
821
5
Observasi Feris
-
1.403
708
6
Penyakit Kulit Alergi
-
-
707
7
Myalgia
545
381
642
8
Konjungtivitis
-
-
498
9
Scabies
-
-
375
10
Penyakit pada system jaringan Otot
1.023
391
330
11
Demam
1.197
810
-
12
Dyspepsia
1.058
932
-
NO
JENIS KASUS
2017
2018
2019
13
Karies Gigi
682
350
-
14
Diare
336
-
-
15
Tonsilitis
531
839
-
SUMBER : KECAMATAN KOBA DALAM ANGKA, 2018 - 2020
b.
Tenaga dan Fasilitas Kesehatan
Jenis tenaga kesehatan dan jumlahnya di wilayah studi Kecamatan Koba yaitu wilayah kerja Puskesmas Koba, pada Tahun 2020 dapat dilihat pada Tabel 27 dibawah ini. TABEL 27 FASILITAS KESEHATAN DI WILAYAH STUDI TAHUN 2020 NO
DESA
1
Padang Mulia Simpang Perlang Koba Berok Arung Dalam Kurau Tetentang Tiga Penyak Nibung Kurau Barat Guntung TOTAL
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
RUMAH SAKIT
POSKESDES
PRAKTIK BIDAN
PUSKESMAS
PRAKTEK DOKTER
APOTEK
-
1
1
-
1
-
-
1
2
-
3
-
1 -
1 1
3 2 2
1 -
3 1 2
3 2 1
-
1 1
1
-
-
-
1
1 1 1 1 10
1 11
1
1 11
1 7
SUMBER : KECAMATAN KOBA DALAM ANGKA, 2020
Dari Tabel 28 menunjukan bahwa jumlah tenaga kesehatan terbanyakdi wilayah kerja yaitu Puskesmas Kobasebanyak 77 orang, Dokter spesialis merupakan jenis tenaga kesehatan terendah yaitu 1 orang, tenaga kesehatan Bidan sebanyak 17 orang dan tenaga kesehatan lainnya sebanyak 19 orang. Untuk lebih jelasnya dapa dilihat pada Tabel berikut. TABEL 28.SUMBERDAYA MANUSIA BIDANG KESEHATAN DI KECAMATAN KOBA TAHUN 2020 NO 1 2 3 4
DESA Padang Mulia Simpang Perlang Koba Berok
DOKTER UMUM
DOKTER GIGI
BIDAN
3 1 25 3
1 -
2 3 2 2
TENAGA KESEHATAN LAINNYA 1 6 3
NO
DESA
5 6 7 8 9 10 11
Arung Dalam Kurau Tetentang Tiga Penyak Nibung Kurau Barat Guntung TOTAL
DOKTER UMUM
DOKTER GIGI
BIDAN
4 2 38
1
1 2 1 1 1 1 1 17
TENAGA KESEHATAN LAINNYA 5 4 19
SUMBER : KECAMATAN KOBA DALAM ANGKA, 2020
4.
KOMPENEN BIOLOGI
Jenis-Jenis Flora dan Fauna yang berada di sekitar Desa Kurau maupun Desa Kurau Barat dapat dilihat pada Tabel tersebut. TABEL 29.JENIS HEWAN DAN TUMBUHAN DI SEKITAR LOKASI KEGIATAN NO 1 2 3 4 5 6 7 8
JENIS FLORA Xylocarpus granatum Rhyzophora mucronata Rhyzophora apiculata Bruguiera gymnorrhiza Scaevola taccada Heritiera littoralis Xylocarpus moluccensis Excoecaria agallocha
JENIS FAUNA Ikan Kurau Ikan Malung Ikan Tenggiri Ikan Merah Ikan Kerapu Macan Ikan Gerut
Lampiran 10 - Gambar 1
Lampiran 10 - Gambar 2
Lampiran 10 - Gambar 3
Lampiran 10 - Gambar 4
Lampiran 10 - Gambar 5
Lampiran 10 - Gambar 6
Lampiran 10 - Gambar 7