14 0 3 MB
FORMULASI SEDIAAN LIP BALM YANG MENGANDUNG MINYAK BIJI LABU KUNING (Pumpkin Seed Oil) SEBAGAI PELEMBAB BIBIR
SKRIPSI
OLEH: NURUL HUDA HARAHAP NIM 151501007
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FORMULASI SEDIAAN LIP BALM YANG MENGANDUNG MINYAK BIJI LABU KUNING (Pumpkin Seed Oil) SEBAGAI PELEMBAB BIBIR
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
OLEH: NURUL HUDA HARAHAP NIM 151501007
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan karunia yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Formulasi Sediaan Lip Balm Yang Mengandung Minyak Biji Labu Kuning (Pumpkin Seed Oil) sebagai Pelembab Bibir”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Lip balm adalah sediaan kosmetik untuk melindungi dan melembabkan bibir. Penelitian dilakukan untuk mengetahui mutu sediaan lip balm yang mengandung minyak biji labu kuning, untuk mengetahui adanya efek pada kandungan antioksidan minyak biji labu kuning terhadap bibir kering dan pecahpecah, serta untuk menguji efektivitasnya sebagai pelembab bibir. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa sediaan lip balm minyak biji labu kuning dengan konsentrasi 65,4%
12% memiliki persen pemulihan tertinggi yaitu sebesar
terhadap bibir panelis. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi kepada masyarakat mengenai manfaat sediaan lip balm yang mengandung minyak biji labu kuning sebagai pelembab bibir. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Surjanto, M.Si., Apt., yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku ketua penguji dan Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Embun Suci Nasution, S.Si,
iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M.Far.Klin., Apt., selaku dosen penasehat akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan, tidak lupa juga terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah menyediakan fasilitas penulis selama perkuliahan di Fakultas Farmasi, serta staf pengajar dan staf akademik Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mempersembahkan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada keluarga dan teman-teman Farmasi USU 2015 atas doa dan semangat yang tak ternilai dengan apapun. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan di bidang farmasi.
Medan, 29 Januari 2020 Penulis
Nurul Huda Harahap NIM 151501007
v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Nurul Huda Harahap
Nomor Induk Mahasiswa
: 151501007
Program Studi
: Sarjana Farmasi
Judul Skripsi
: Formulasi Sediaan Lip Balm Yang Mengandung Minyak Biji Labu Kuning (Pumpkin Seed Oil) Sebagai Pelembab Bibir
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah asli karya sendiri dan bukan plagiat. Apabila di kemudian hari diketahui skripsi saya tersebut terbukti plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut. Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.
Medan, 29 Januari 2020 Penulis
Nurul Huda Harahap
vi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FORMULASI SEDIAAN LIP BALM YANG MENGANDUNG MINYAK BIJI LABU KUNING (Pumpkin Seed Oil) SEBAGAI PELEMBAB BIBIR
ABSTRAK Latar Belakang: Lip balm adalah sediaan yang diaplikasikan pada bibir untuk mencegah kekeringan dan melindungi dari efek lingkungan yang buruk. Minyak biji labu kuning mengandung asam palmitat, asam palmitoleat, asam linoleat, asam stearat, oleat dan vitamin E . Dimana vitamin E berperan utama sebagai antioksidan dapat melindungi sel dari kerusakan oksidasi, menangkal radikal bebas dengan baik dan melindungi sel dari kerusakan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui minyak biji labu kuning dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm dan menguji efektivitasnya sebagai pelembab bibir. Metode: Minyak biji labu kuning difomulasikan dalam sediaan pelembab bibir dengan berbagai konsentrasi yaitu 3% (F1), 6% (F2), 9% (F3), dan 12% (F4). Sebagai blanko (F0) digunakan formula dasar sediaan lip balm tanpa minyak biji labu kuning, Bahan yang digunakan adalah oleum cacao, lanolin, cera alba, minyak biji labu kuning, nipagin, BHT, dan gliserin. Pemeriksaan mutu fisik sediaan yang dilakukan yaitu uji homogenitas, uji titik lebur, uji pH, uji stabilitas, uji iritasi, uji efektivitas sebagai pelembab bibir serta uji kesukaan (hedonic test) terhadap variasi sediaan yang dibuat. Hasil: Hasil penelitian yang diperoleh bahwa minyak labu kuning dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm yang memiliki susunan yang homogen. Memenuhi persyaratan uji stabilitas selama 12 minggu dan titik lebur 54-61oC, pH 5,5-6,0. Semua sediaan lip balm minyak biji labu kuning tidak mengiritasi kulit. Persen konsentrasi minyak biji labu kuning 0%, 3%, 6%, 9%, 12%, dimana persen pemulihan pada bibir secara berturut-turut adalah 23,82%, 30,10%, 46,92%, 55% dan 65,4% dapat meningkatkan efek kelembaban pada bibir selama 4 minggu. Sediaan lip balm minyak biji labu kuning memiliki efektivitas yang paling baik yaitu pada konsentrasi tertinggi yaitu 12% dengan persen pemulihan 65,4%. Berdasarkan nilai kesukaan untuk setiap sediaan, sediaan yang paling disukai adalah dengan konsentrasi 12%. Kesimpulan: Minyak biji labu kuning dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm dan dapat meningkatkan efektivitas kelembaban terhadap bibir. Perbedaan konsentrasi sediaan memberikan pengaruh efektivitas kelembaban terhadap bibir. Kata kunci: Minyak biji labu kuning, Lip balm, Pelembab bibir.
vii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FORMULATION
OF
THE
PREPARATION
LIP
BALM
THAT
CONTAINS PUMPKIN SEED OIL AS LIP MOISTURIZER ABSTRACT Background: Lip balm is the dosage applied to the lips to prevent dryness and protect from the effects of a poor environment. Pumpkin seed oil contains palmitic acid, palmitoleic acid, linoleic acid, stearic acid, oleic acid and Vit E. Vitamin E, the main role as an antioxidant to protect cells from oxidative damage, capturing free radicals and protect the cells from damage. Purpose: This study aimed to determine whether pumpkin seed oil can be formulated in a lip balm and test its effectiveness as a lip moisturizer. Method: Formulation pumpkin seed oil in the preparation of a lip moisturizer with various concentrations of 3% (F1), 6% (F2), 9% (F4), and 12 (F4). As a blank the basic formulated for lip balm without pumpkin seed oil is used. The ingredients used are oleum cacao, cera alba, lanolin, pumpkin seed oil, nipagin, BHT, and gliserin. Physical examination done of homogeneity, melting point, pH test, stability test, skin irritation test, test its effectiveness as a lip moisturizer and hedonic test to variations in preparations made. Results: The results obtained that pumpkin seed oil can be formulated in a lip balm that has a homogeneous composition. Meet the requirements of the stability test for 12 weeks and a melting point of 54-61°C, pH 5.5 to 6.0. All preparation lip balm pumpkin seed oil does not irritate the skin. Percent concentration of pumpkin seed oil 0%, 3%, 6%, 9%, 12%, respectively was 23.82%, 30.10%, 46,92%, 55% dan 65.4% can increase the effects moisture on the lips for 4 weeks. Preparation of lip balm pumpkin seed oil has the best effectiveness is the highest concentration of 12% with a recovery of 65.4%%. Based on the value of a for each dosage, the most preferred dosage is at a concentration of 12%. Conclusion: Pumpkin seed oil can be formulated in a lip balm and can improve the effectiveness of the moisture to the lips. Differences in dosage concentrations influence the effectiveness of the moisture to the lips.
Keywords: Pumpkin seed oil, Lip balm, Lip moisturizer. viii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................. HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... KATA PENGANTAR .............................................................................. SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. ABSTRAK ................................................................................................ ABSTRACT ................................................................................................ DAFTAR ISI ............................................................................................. DAFTAR TABEL ..................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 1.3 Hipotesis Penelitian........................................................................... 1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 1.6 Kerangka Pikir .................................................................................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 2.1 Labu Kuning..................................................................................... 2.1.1 Minyak Biji Labu Kuning ................................................................ 2.1.2 Kegunaan Biji Labu Kuning ............................................................ 2.2 Kosmetik .......................................................................................... 2.2.1 Pengertian Kosmetik ........................................................................ 2.2.2 Penggolongan Kosmetik .................................................................. 2.2.2.1 Kosmetik Perawatan Kulit (Skin-care Cosmetics) ........................ 2.2.2.2 Kosmetik Riasan (Dekoratif/Make-up) ......................................... 2.2.3 Kosmetik Pelembab ......................................................................... 2.2.3.1 Pentingnya Melembabkan Kulit .................................................... 2.3 Bibir..................................................................................................... 2.4 Lip Balm .............................................................................................. 2.4.1 Fungsi dan Manfaat Lip Balm .......................................................... 2.4.2 Komponen Lip Balm ........................................................................ 2.4.3 Zat Tambahan Komponen Lip Balm ................................................ 2.4.4 Komponen Lip Balm Yang Digunakan ............................................ BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 3.1 Alat dan Bahan ................................................................................. 3.1.1 Alat ................................................................................................... 3.1.2 Bahan................................................................................................ 3.2 Penyiapan Sampel ............................................................................ 3.3 Sukarelawan ..................................................................................... 3.4 Uji Analisis Minyak Biji Labu Kuning ............................................ 3.5 Prosedur Kerja .................................................................................. 3.5.1 Formula Dasar .................................................................................. 3.5.2 Orientasi Formula............................................................................. 3.5.3 Modifikasi Formula .......................................................................... 3.5.4 Prosedur Pembuatan Sediaan ...........................................................
i ii iv vi vii viii ix xi xii xiii 1 1 3 3 3 3 4 5 6 6 6 6 6 7 7 7 8 9 9 11 11 12 13 14 16 16 16 16 16 17 17 17 17 18 19 20
ix UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.6 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ........................................................ 3.6.1 Pemeriksaan Homogenitas ............................................................... 3.6.2 Pengamatan Titik Lebur Sediaan ..................................................... 3.6.3 Pengukuran pH Sediaan ................................................................... 3.6.4 Uji Stabilitas Sediaan ....................................................................... 3.7 Uji Iritasi, Efektivitas dan Kesukaan ................................................. 3.7.1 Uji Iritasi .......................................................................................... 3.7.2 Uji Efektivitas Sediaan..................................................................... 3.7.3 Uji Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan ............................................. 3.8 Analisa Data ..................................................................................... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 4.1 Hasil Uji Analisis Kandungan Minyak Biji Labu Kuning .................. 4.2 Hasil Formulasi Sediaan ..................................................................... 4.4.3 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ........................................... 4.3.1 Hasil Uji Homogenitas Sediaan ....................................................... 4.3.2 Hasil Uji Titik Lebur Sediaan ........................................................ 4.3.3 Hasil Uji pH Sediaan........................................................................ 4.3.4 Hasil Uji Stabilitas Fisik Sediaan ..................................................... 4.4 Uji Iritasi, Uji Efektivitas dan Uji Kesukaan ...................................... 4.4.1 Uji Iritasi Sediaan............................................................................. 44.4.2 Uji Efektivitas Sediaan ................................................................... 4.4.3 Uji Kesukaan .................................................................................... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 5.1 Kesimpulan........................................................................................ 5.2 Saran .................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... LAMPIRAN ..............................................................................................
20 20 20 21 21 21 21 22 23 23 24 24 24 24 24 24 26 26 27 27 28 31 33 33 33 34 36
x UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL 3.1 Komposisi Bahan dalam Lip Balm .................................................... 4.1 Data Hasil Uji Titik Lebur .................................................................. 4.2 Data Hasil Uji pH Sediaan .................................................................. 4.3 Data Hasil Uji Stabilitas Fisik Sediaan ............................................... 4.4 Data Hasil Uji Iritasi Sediaan .............................................................. 4.5 Data Hasil Uji Pengukuran Kelembaban (moisture) .......................... 4.6 Data Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan ..............................
19 25 26 27 28 29 31
xi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR 1.1 Kerangka Pikir Penelitian ................................................................. 4.1 Grafik Kelembaban Pada Bibir Sukarelawan .....................................
4 30
xii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN 1. Sertifikat Minyak Biji Labu .................................................................. 2. Gambar Bahan ....................................................................................... 3. Gambar Alat .......................................................................................... 4. Perhitungan Modifikasi Formula Sediaan Lip Balm Minyak Biji Labu Kuning .................................................................................................. 5. Bagan Pembuatan Sediaan Lip Balm Minyak Biji Labu Kuning .......... 6. Gambar Sediaan Lip Balm Mengandung Minyak Biji Labu Kuning .... 7. Gambar Uji Homogenitas Sediaan ........................................................ 8. Uji Efektivitas Sediaan Pada Bibir Panelis ........................................... 9. Perhitungan Persen Pemulihan.............................................................. 10. Data Perhitungan Uji Kesukaan .......................................................... 11. Data Nilai Kelembaban pada Skin Analyzer ....................................... 12. Data Uji Statistik ................................................................................. 13. Lembar Kuisioner Uji Kesukaan (Hedonic Test) ................................ 14. Surat Pernyataan Uji iritasi ................................................................. 15. Sertifikat Analisis Happy Green Minyak Biji Labu Kuning ...............
36 37 38 39 41 42 42 44 46 48 52 54 59 60 61
xiii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Bibir merupakan salah satu bagian pada wajah yang penampilannya
mempengaruhi persepsi estetis wajah. Lapisan korneum pada bibir mengandung sekitar 3 sampai 4 lapis dan sangat tipis dibanding kulit wajah biasa. Kulit bibir tidak memiliki folikel rambut dan tidak ada kelenjar keringat yang berfungsi untuk melindungi bibir dari lingkungan luar (Kadu, dkk., 2014). Masalah yang paling sering terjadi pada bibir adalah chapping atau bibir pecah - pecah yang disebabkan karena retaknya lapisan permukaan keratin. Faktor penyebabnya adalah sering menjilat bibir, dehidrasi dan sinar matahari. Namun, penyebab spesifiknya adalah kerusakan yang diakibatkan oleh paparan sinar UV matahari. Paparan sinar UV yang berlebihan dapat merusak sel yang memproduksi keratin yang menghasilkan lapisan luar bibir. Seperti halnya kulit, bibir juga dapat terbakar dan terkelupas. Sel yang rusak tersebut akan terpisah terkelupas dan jatuh. Saat bibir kehilangan sel – sel ini, bibir menjadi pecah pecah (Jacobsen, 2011). Lip balm merupakan sediaan yang diaplikasikan pada bibir yang berfungsi mencegah penguapan dan melindunginya dari faktor lingkungan yang buruk. Seperti halnya lipstik, lip balm harus memenuhi syarat organoleptis dan kestabilan terhadap temperatur, nyaman digunakan, lembut pada saat diaplikasikan dan mudah dihapus (Denavarre, 1975). Lip balm atau salep bibir adalah lilin substansi yang diaplikasikan pada bibir dari mulut. Tujuannya untuk melembabkan bibir agar tidak mudah kering
1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan pecah – pecah. Biasanya lip balm digunakan untuk bibir yang membutuhkan proteksi, umpamanya pada keadaan kelembaban udara yang rendah atau karena suhu yang terlalu dingin, untuk mencegah penguapan air dan sel – sel epitel mukosa bibir (Ratih, dkk., 2014). Salah satu komposisi lip balm adalah minyak. Khususnya, minyak yang memiliki kandungan asam lemak tak jenuh tinggi seperti asam oleat, linoleat, arakidonat, berfungsi memberikan efek kelenturan, membuat kulit lebih sehat. Selain asam lemak, minyak juga memiliki kandungan vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan dalam melindungi sel dari kerusakan oksidasi dan radikal bebas, menjaga integritas serat elastin antara dermis dan kolagen sehingga kelenturan sel tetap terjaga (Tranggoro dan Latifah, 2007). Labu kuning banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan, untuk bijinya dapat dimanfaatkan dengan mengambil ekstrak minyaknya. Minyak labu kuning kaya akan lemak essensial seperti asam oleat, asam alfa-linoleat dan vitamin E yang baik untuk menjaga kesehatan kulit, dan kelenturan kulit (Hargono, 1999). Pemanfaatan minyak biji labu kuning secara langsung dapat menimbulkan rasa lengket dan kurang disenangi oleh pengguna. Oleh karena itu, minyak biji labu kuning akan dibuat dalam bentuk sediaan lip balm. Lip balm berfungsi untuk melindungi dan mengatasi bibir kering dan pecah-pecah. Penelitian ini ditujukan untuk memanfaatkan minyak biji labu kuning sebagai bahan utama dalam pembuatan pelembab bibir bentuk lip balm selain itu untuk mendapatkan formulasi sediaan lip balm yang mengandung minyak biji labu kuning yang stabil dan aman. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk memformulasikan minyak biji labu (Pumpkin seed oil) sebagai pelembab bibir.
2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Apakah minyak biji labu kuning dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm? b. Apakah perbedaan konsentrasi minyak biji labu kuning dalam sediaan lip balm mempengaruhi efektivitas sebagai pelembab bibir? 1.3
Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut: a. Minyak biji labu kuning dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm. b. Perbedaan konsentrasi minyak biji labu kuning dalam sediaan lip balm mempengaruhi efektivitas sebagai pelembab bibir. 1.4
Tujuan Penelitian Berdasarkan hipotesis penelitian di atas maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut: a. Untuk mengetahui minyak biji labu kuning dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm. b. Untuk mengetahui perbedaan konsentrasi minyak biji labu kuning dalam sediaan lip balm mempengaruhi efektivitas sebagai pelembab bibir. 1.5
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah
tentang minyak biji labu kuning yang diformulasikan dalam sediaan lip balm yang memiliki efek sebagai pelembab bibir.
3 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.6 Kerangka Pikir Variabel bebas Konsen trasi minyak biji labu kuning (3%, 6%, 9% dan 12%).
Variabel terikat
Parameter
Pemeriksaan mutu fisik sediaan
1. 2. 3. 4.
Pemulihan kelembaban bibir
Kelembaban bibir (Moisture): 0-29: Dehidrasi 30-50: Normal 51-100: Hidrasi
Tidak adanya butir kasar Titik lebur 50-70oC pH 4,5-6,5 Bentuk, warna, dan bau tidak berubah selama 12 minggu 5. Tidak menimbulkan eritema, papula, vesikula, dan edema. 6. Nilai kesukaan: 1: Sangat tidak suka 2: Tidak suka 3: Kurang suka 4: Suka 5: Sangat suka
4 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Labu Kuning Indonesia kaya akan tanaman budidaya yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Salah satu budidaya yang banyak ditanam di Indonesia adalah buah labu kuning. Menurut Sudarto (2000) buah labu kuning adalah jenis tanaman yang mudah tumbuh dan tidak sulit baik dari segi pembibitannya dan perawatannya, hasilnya pun cukup memberikan nilai ekonomis untuk masyarakat. Objek yang akan diteliti adalah minyak biji labu kuning (Rohani, dkk., 2015). Labu kuning merupakan tanaman yang berasal dari Benua Amerika terutama di Negara Peru dan Meksiko. Terdapat lima spesies labu kuning yang umum dikenal, yaitu Cucurbita maxima Duchenes, Bouche, Cucurbita mixta, Cucurbita moschata Duchenes dan Cucurbita pipo L. Buah labu kuning berbentuk bulat pipih, lonjong, atau panjang dengan banyak alur (15-30 alur). Ukuran pertumbuhannya mencapai 350 gram per hari. Buahnya besar dan warnanya hijau apabila masih muda, sedangkan yang lebih tua berwarna kuning orange sampai kuning kecoklatan. Daging buah tebalnya sekitar 3 cm dan rasanya agak manis (Rohani, dkk., 2015). Labu kuning atau Cucurbita moschata merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Pemanfaatan bijinya di Indonesia masih terbatas pada produksi kuaci biji labu sedangkan biji labu kuning ternyata memiliki beberapa senyawa. Diantaranya adalah asam lemak utama, vitamin E, karotenoid, asam amino, dan inhibitor tripsin. Senyawa-senyawa tersebut
5 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bermanfaat untuk menghambat peroksida menjadi radikal bebas, sebab radikal bebas tersebut dapat merusak (Rohani, dkk., 2015). 2.1.1 Minyak Biji Labu kuning Minyak tumbuhan dapat digunakan sebagai pelembab alami salah satunya minyak dari biji labu kuning. Labu kuning merupakan salah satu komoditas yang melimpah dan banyak di Indonesia namun belum dimanfaatkan secara optimal (Rohani, dkk., 2015). Kandungan utama dalam minyak biji labu kuning terletak pada kadar yang tinggi dari asam lemak tak jenuh seperti asam linoleat dan vitamin E yang sangat penting pada kesehatan manusia. Minyak biji labu kuning terdiri dari trigliserida, yang kaya akan asam lemak tak jenuh, seperti asam oleat dan linoleat, dibandingkan dengan minyak lainnya (Rohani, dkk., 2015). 2.1.2 Kegunaan Minyak Biji Labu Kuning Dalam pengobatan tradisional di Amerika Utara dan Meksiko, biji labu telah digunakan sebagai agen antelmintik dan pengobatan suportif dalam gangguan fungsional kandung kemih. Biji labu juga digunakan kardioprotektif. Kegunaan labu kuning di Indonesia masih sebatas daging buah yang dapat diolah menjadi panganan seperti kue basah, kolak dan sayur berkuah. Sedangkan untuk pemanfaatan biji labu kuning kurang maksimal (Rohani, dkk., 2015). 2.2 Kosmetik 2.2.1 Pengertian Kosmetik Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan- bahan alami yang terdapat di sekitar. Sekarang kosmetik dibuat tidak
6 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
hanya dari bahan alami tetapi juga bahan sintetis untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997). Kosmetik adalah campuran bahan yang diaplikasikan pada anggota tubuh bagian luar seperti epidermis kulit, kuku, rambut, bibir, gigi dan sebagainya dengan tujuan untuk menambah daya tarik, melindungi, memperbaiki, sehingga penampilannya lebih cantik dari semula (Muliyawan dan Suriana, 2013). 2.2.2 Penggolongan Kosmetik Berdasarkan penggolongannya, kosmetika dibagi menjadi 2 golongan utama yaitu kosmetika perawatan kulit (skin care) dan kosmetika dekoratif (tata rias/make up) (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.2.2.1 Kosmetik Perawatan Kulit (Skin-care Cosmetics) Jenis kosmetik ini diperlukan untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Kosmetika perawatan kulit seperti kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): misalnya sabun, cleansing cream, cleansing milk dan penyegar kulit (freshener); kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer): misalnya, moisturizing cream, night cream, anti-wrinkle cream, lip balm; kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen foundation, sun block cream/lotion; kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya scrub cream (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.2.2.2 Kosmetik Riasan (dekoratif/make-up) Jenis kosmetik ini diperlukan untuk merias dan menutupi cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik (Tranggono dan Latifah, 2007).
7 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2.3 Kosmetika Pelembab Kosmetika pelembab perlu dikenakan terutama pada kulit kering atau kulit normal yang cenderung kering terutama jika si pemakai akan lama di dalam lingkungan yang mengeringkan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). Pelembab atau moisturizers adalah suatu bahan yang dioleskan ke kulit, yang bertujuan mencegah, atau mengobati kulit kering. Selain itu, pelembab juga bertujuan untuk memperbaiki dan memelihara integritas kulit, menjaga sistem barier (perlindungan kulit) sehingga kulit diharapkan selalu dalam kondisi sehat dan baik, terutama dalam menyokong fungsi kulit sebagai sistem pertahanan tubuh dari berbagai macam gangguan dari luar (Sulastomo, 2013). Pelembab bekerja dengan komposisi yang bersifat oklusif dan atau humektan seperti halnya komponen pada Natural Moisturizing Factor (NMF). Komposisi yang bersifat oklusif secara fisik memblokir kehilangan air dari permukaan kulit sedangkan komposisi yang bersifat humektan bekerja dengan menarik air ke dalam kulit. Kulit yang dijaga kelembabannya dapat mempertahankan diri terhadap kerusakan akibat proses penuaan (Warner dan Boissy, 2000). Dasar pelembab kulit memberikan efek emolien yakni mencegah kekeringan dan kerusakan kulit akibat sinar matahari atau kulit menua, sekaligus membuat kulit terlihat bersinar (Wasitaatmadja, 1997). Emolien didefinisikan sebagai zat yang dioleskan pada kulit untuk menghilangkan gejala kekeringan. Kekeringan dapat terjadi pada semua kelompok usia dari anak kecil ke orang tua, ketika musim dingin kulit dapat menjadi kasar (Balsam dan Sagarin, 1972).
8 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2.3.1 Pentingnya Melembabkan Kulit Secara alamiah, kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaan, yang antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan lemak tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit (Traggono dan Latifah, 2007). Kandungan air di dalam stratum corneum, meskipun sedikit (hanya 10%), sangat penting. Air yang terkandung dalam stratum corneum sangat berpengaruh pada kelembutan dan elastisitas stratum corneum. Jika kandungan air dari stratum corneum semakin sedikit, maka semakin rendah elastisitas jaringan stratum corneum. Kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam. Disinilah perlunya kosmetika pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat buruknya (Traggono dan Latifah, 2007). 2.3 Bibir Bibir adalah bagian wajah yang sensitif. Tidak seperti kulit yang memiliki pelindung dari sinar matahari, bibir tidak memiliki pelindung. Oleh karena itu, saat udara terlalu panas atau terlalu dingin, bibir bisa menjadi kering dan pecahpecah. Selain tidak enak dipandang, bibir yang pecah-pecah juga menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman (Muliyawan dan Suriana, 2013). Bibir kering dan pecah-pecah merupakan gangguan yang umum terjadi pada bibir. Penyebab umum terjadinya bibir kering dan pecah-pecah yaitu kerusakan sel keratin karena sinar matahari dan dehidrasi. Sel keratin merupakan sel yang melindungi lapisan luar pada bibir. Paparan sinar matahari menyebabkan pecahnya lapisan permukaan sel keratin. Sel keratin yang pecah akan rusak. Sel
9 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang rusak akan terjadi secara terus menerus sampai sel tersebut terkelupas dan tumbuh sel yang baru (Jacobsen, 2011). Berikut faktor-faktor penyebab bibir kering dan pecah-pecah (Naviri, 2013): 1. Polusi udara dan debu; 2. Perubahan suhu yang dapat membuat bibir tidak bisa beradaptasi sehingga menyebabkan bibir kering dan pecah-pecah; 3. Makanan yang terlalu asam atau asin; 4. Merokok, kebiasaan minum kopi, dan minuman alkohol; 5. Kurang mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran; 6. Kurang minum air; 7. Kebiasaan menjilat bibir dengan air liur. Bibir dan atau sudut bibir kering, pecah-pecah, dapat dijumpai pada beberapa keadaan; apakah itu suatu peradangan ringan sampai berat, akibat kontak atau iritasi oleh bahan-bahan seperti makanan, pasta gigi, getah buah-buahan, lipstik, cat rambut dan sebagainya (Sulastomo, 2013). Kemungkinan yang lain adalah akibat defisiensi atau kurangnya vitamin B2 (riboflavin) dalam asupan makanan atau juga karena faktor gizi yang tidak berimbang, dimana asupan karbohidrat dan lemak berlebih, disertai defisiensi relatif protein. Demikian pula pada defisiensi B6 (piridoksin), niasin, seng, dan asam lemak esensial. Kesemua keadaan defisiensi di atas, dapat menimbulkan
dermatitis periorifisial
(peradangan kulit di sekitar bibir) (Sulastomo, 2013). Pada dasarnya, reaksi kulit atau bibir terhadap suatu bahan ada dua jenis, (1) Dermatitis kontak iritan; bisa terjadi pada semua orang akibat bahan yang sering menimbulkan iritasi. Begitu kontak dengan suatu bahan tersebut 10 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dihentikan, reaksi kulit akan hilang, (2) Dermatitis kontak alergi; terutama diderita oleh mereka dengan karakteristik kulit sensitif. Walaupun kontak dengan bahan bersangkutan sudah tidak ada, reaksi kulit akan terus berlangsung, bahkan semakin berat (Sulastomo, 2013). 2.4 Lip Balm Lip balm adalah sediaan yang diaplikasikan ke bibir untuk mencegah pengeringan dan melindungi terhadap faktor lingkungan yang merugikan. Lipstik dan lip balm memiliki kemiripan, bahan utama lipstik adalah asam lemak seperti lilin, minyak dan mentega yang memberikan konsistensi dan bekerja sebagai emolien dalam formulasi. Namun ada perbedaan yang signifikan beberapa diantara lipstik dan lip balm, terutama mengenai fungsi dimana lipstik digunakan untuk memberikan warna pada bibir sedangkan lip balm memberikan perlindungan (Fernandes, dkk., 2013). Aplikasi lip balm tidak memberikan efek warna seperti lipstik. Lip balm hanya memberikan sedikit kesan basah dan cerah pada bibir. Lip balm memang dirancang untuk melindungi dan menjaga kelembaban bibir. Kandungan yang terdapat dalam lip balm adalah zat pelembab dan vitamin untuk bibir (Sulastomo, 2013). 2.4.1 Fungsi dan Manfaat Lip Balm Berikut ini merupakan fungsi dan manfaat lip balm bagi bibir (Muliyawan dan Suriana, 2013): 1. Fungsi ˗ Melindungi dan melembabkan bibir. ˗ Memberikan nutrisi yang dibutuhkan agar bibir lembut dan sehat.
11 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Manfaat ˗ Bibir terhindar dari dehidrasi dan tampak lebih sehat. ˗ Bibir menjadi lebih halus dan lembut 2.4.2 Komponen Lip Balm Adapun komponen utama lip balm terdiri dari (Kadu, dkk., 2014): 1. Lilin (Wax) Secara kimia, wax (lilin) adalah campuran hidrokarbon dan asam lemak yang kompleks dikombinasikan dengan ester. Lilin lebih keras, kurang berminyak dan lebih rapuh daripada lemak. Lilin sangat tahan terhadap kelembaban, oksidasi dan bakteri. Ada empat kategori dari lilin sebagai berikut: (a) Lilin hewani, contohmya yaitu lilin lebah, lanolin, spermaceti; (B) Lilin nabati, contohnya yaitu carnauba, candelilla, jojoba; (C) Lilin mineral, contohnya yaitu ozokerite, parafin, mikrokristalin, ceresin; (D) Lilin sintetis, contohnya yaitu polyethylene, carbowax, acrawax, stearon. Lilin yang paling banyak digunakan untuk kosmetik adalah lilin lebah (beeswax), carnauba dan candelilla wax. Secara fisik, lilin ditandai dengan titik leleh tinggi (50-100◦C). Lilin yang paling banyak digunakan adalah beeswax yang merupakan emolien yang baik dan pengental. Dua wax alami lainnya sering digunakan dalam kosmetik adalah lilin carnauba dan candelilla. Keduanya lebih keras dan memiliki titik leleh yang lebih tinggi membuat mereka lebih stabil. 2. Lemak Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut, mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lip balm. Fungsi yang lain dalam
12 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
proses pembuatan lip balm adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase minyak dan fase lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang biasa digunakan dalam basis lip balm adalah lemak coklat, lanolin, lesitin, minyak terhidrogenisasi dan lain-lain (Kadu, dkk., 2014). 3. Minyak Asam lemak dapat berupa asam lemak jenuh atau tidak jenuh yang menentukan stabilitas dari minyak. Minyak dengan asam lemak jenuh tingkat tinggi (laurat, miristat, palmitat dan asam stearat) termasuk minyak kelapa, minyak biji kapas, dan minyak kelapa sawit. Minyak dengan tingkat asam lemak tak jenuh yang tinggi (asam oleat, arakidonat, linoleat) misalnya minyak canola, minyak zaitun, minyak jagung, minyak almond, minyak jarak dan minyak alpukat. Minyak dengan asam lemak jenuh lebih stabil dan tidak menjadi tengik secepat minyak tak jenuh. Namun, minyak dengan asam lemak tidak jenuh lebih halus, lebih mahal, kurang berminyak dan mudah diserap oleh kulit (Kadu, dkk., 2014). 2.4.3 Zat Tambahan Komponen Lip Balm 1. Pengawet Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan lip balm sebenarnya sangat kecil karena lip balm tidak mengandung air. Akan tetapi ketika lip balm diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi pada permukaan lip balm sehingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lip balm. Pengawet yang sering digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben (Butler, 2000).
13 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Humektan Humektan adalah material water soluble dengan kemampuan absorbsi air yang tinggi. Humektan dapat menggerakkan air dari atmosfer. Humektan yang baik memiliki kemampuan untuk meningkatkan absorbsi air dari lingkungan untuk hidrasi kulit. Contoh humektan adalah gliserin, sorbitol dan propilen glikol (Butler, 2000). 2.4.4 Komponen Lip Balm yang Digunakan 1. BHT (Butil Hidroksi Toluen) Pemeriannya yaitu hablur padat, berwarna putih, berbau khas dan lemah. Kelarutannya praktis tidak larut dalam air dan propilen glikol, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter (Ditjen POM, 1995). 2. Cera Alba Cera alba atau lilin putih adalah hasil pemurnian malam dari sarang madu lebah Apis mellifera Linne. Pemeriannya yaitu padatan berwarna putih atau putih kekuningan, bau lemah khas madu, agak rapuh bila dingin dan patah membentuk granul, patahan tak hablur (Ditjen POM, 1995). Cera alba umumnya digunakan pada sediaan kosmetik khususnya untuk bibir adalah sebesar 0,5-5% sebagai bahan pengeras, dianggap sebagai bahan yang tidak toksik dan tidak mengiritasi baik pada sediaan topikal maupun sediaan oral (Mercado, 1991). 4. Gliserin Pemeriannya yaitu cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopis dan netral terhadap lakmus. Kelarutannya yaitu dapat bercampur dengan air dan etanol,
14 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
praktis tidak larut dalam kloroform, eter, minyak lemak dan minyak menguap (Ditjen POM, 1995). Gliserin digunakan secara luas pada formulasi farmasetikal meliputi sediaan oral, telinga, mata, topikal dan parenteral. Pada sediaan topikal dan kosmetik, gliserin digunakan sebagai humektan dan emolien (Rowe, dkk., 2009). 5. Nipagin Nipagin atau metil paraben memiliki pemerian yaitu hablur kecil, tidak berwarna, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar. Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam minyak, propilen glikol dan dalam gliserol. Suhu leburnya antara 125-128◦C. Khasiatnya adalah sebagai zat tambahan (zat pengawet) (Ditjen POM, 1979). 6. Lanolin Lanolin atau lemak bulu domba adalah zat serupa lemak yang dimurnikan, diperoleh dari bulu domba Ovis aries Linne yang dibersihkan dan dihilangkan warna dan baunya. Pemeriannya yaitu massa seperti lemak, lengket, warna kuning dan bau khas (Ditjen POM, 1995). 7. Oleum cacao Oleum cacao atau lemak coklat merupakan padatan yang diperoleh dengan pemerasan panas biji Theobroma cacao L. yang telah dikupas dan dipanggang. Pemeriannya yaitu lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatik, rasa khas lemak dan agak rapuh. Suhu lebur yaitu 31-34◦C (Ditjen POM, 1979).
15 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian meliputi formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi pemeriksaan organoleptis, pemeriksaan homogenitas, suhu lebur, uji pH, uji stabilitas sediaan dan uji iritasi sediaan, uji efektivitas sediaan, serta uji kesukaan (hedonic test) terhadap variasi sediaan yang dibuat. 3.1
Alat dan Bahan
3.1.1
Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Alat - alat gelas,
batang pengaduk, cawan penguap, kaca objek, kertas perkamen, moisture checker (Aramo), neraca analitik (Mottler Toledo), oven (Dynamica), penangas air, penjepit tabung, pH meter, pipet tetes, spatula, sudip, tisu dan wadah lip balm. 3.1.2
Bahan BHT, cera alba, gliserin, lanolin, minyak biji labu kuning, nipagin, oleum
cacao. 3.2
Penyiapan Sampel Minyak biji labu kuning dibeli di Happy Green dengan alamat Jl. H.
Kiboen, Duri Kosambi, Cengkareng, Kota Jakarta Barat DKI Jakarta.
16 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3
Sukarelawan Sukarelawan yang dijadikan panelis (subjek penelitian) adalah 15 orang
mahasiswi Fakultas Farmasi USU yang telah dianalisa bibirnya memiliki kelembaban yang rendah dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM, 1985): 1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun 3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan. 3.4
Uji Analisis Kandungan Minyak Biji Labu Kuning Analisis kandungan minyak biji labu kuning dilakukan di Pusat Penelitian
Kelapa Sawit (PPKS) dengan alamat Jl. Brigjen Katamso No. 51, Kampung Baru, Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara. 3.5
Prosedur Kerja
3.5.1
Formula Dasar (Ratih, dkk., 2014). Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lip balm dalam penelitian ini
adalah: R/
Gliserin
5%
Cera Alba
10%
Cera Flava
12%
Nipagin
0, 18%
Nipasol
0, 02%
BHT
0, 05%
Oleum cacao ad
100
17 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan formula dasar di atas dilakukan modifikasi formula basis pelembab bibir minyak biji labu kuning dalam berbagai perbandingan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan basis pelembab bibir yang baik dalam tekstur dan kemampuan dalam melembabkan bibir. 3.5.2
Orientasi Formula
(1)
R/
(2)
(3)
R/
R/
Gliserin
5%
Cera alba
10%
Nipagin
0, 2%
BHT
0, 05%
Lanolin
10%
Oleum cacao ad
100
Gliserin
5%
Cera alba
8%
Nipagin
0, 2%
BHT
0, 05%
Lanolin
9%
Oleum cacao ad
100
Gliserin
5%
Cera alba
7%
Nipagin
0, 2%
BHT
0, 05%
Lanolin
8%
Oleum cacao ad
100
18 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.5.3
Modifikasi Formula Setelah dilakukan modifikasi formula, maka formula yang digunakan
dalam pembuatan sediaan lip balm pada penelitian ini adalah: R/
Gliserin
5%
Cera alba
5%
Nipagin
0,1%
BHT
0, 05%
Lanolin
7%
Oleum cacao ad
100
Selanjutnya dilakukan pengembangan formulasi sediaan lip balm yang mengandung minyak biji labu kuning dengan berbagai konsentrasi. Berdasarkan hasil orientasi terhadap penggunaan minyak biji labu pada sediaan lip balm diperoleh hasil bahwa konsentrasi 3% sediaan mampu memberikan kelembaban. Tabel 3.1 Komposisi Bahan dalam Lip Balm Konsentrasi (%) Bahan F0 F1 F2 F3 Minyak biji labu kuning 3 6 9 BHT 0,05 0,05 0,05 0,05 Cera Alba 5 5 5 5 Gliserin 5 5 5 5 Lanolin 7 7 7 7 Nipagin 0,1 0,1 0,1 0,1 Oleum Cacao ad 100 100 100 100
F4 12 0,05 5 5 7 0,1 100
Keterangan: F0 : Sediaan tanpa minyak biji labu kuning (blanko) F1 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 3% F2 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 6% F3 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 9% F4 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 12%
19 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.5.4
Prosedur Pembuatan Sediaan Ditimbang lemak coklat (oleum caco). Lemak coklat dimasukkan ke
dalam cawan penguap sampai seluruh lemak coklat meleleh sempurna. Ditimbang cera alba, dimasukkan ke dalam cawan penguap kemudian dilelehkan, kemudian dimasukkan ke dalam lelehan oleum cacao. Ditimbang lanolin, nipagin, gliserin kemudian dimasukkan ke dalam lelehan oleum cacao dan cera alba sambil diaduk. Ditimbang minyak biji labu kuning dan BHT kemudian dimasukkan terakhir sambil diaduk. Setelah itu dimasukkan ke dalam wadah lip balm lalu dibiarkan pada suhu ruangan sampai membeku (Ratih, dkk., 2014). 3.6
Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan Pemeriksaan mutu fisik sediaan dilakukan terhadap masing – masing
sediaan lip balm. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: uji homogenitas, titik lebur, uji pH, uji stabilitas sediaan, uji iritasi dan uji efektivitas sediaan terhadap kulit bibir dengan menggunakan alat moisture checker, serta uji kesukaan sediaan (Ratih, dkk., 2014). 3.6.1 Pemeriksaan Homogenitas Sediaan Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979). 3.6.2
Pengamatan Titik Lebur Metode pengamatan titik lebur lip balm dilakukan dengan cara
memasukkan lip balm ke dalam oven dengan suhu awal 50◦C selama 15 menit, diamati apakah melebur atau tidak, setelah itu dinaikkan 1 ◦C setiap 15 menit dan diamati pada suhu berapa lip balm mulai melebur (Linda, 2012).
20 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.6.3
Pengukuran pH Sediaan Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter dengan
cara: Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan akuades, lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dan dilarutkan dalam akuades hingga 100 mL, lalu dipanaskan. Setelah suhu menurun, elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003) 3.6.4
Uji Stabilitas sediaan Sediaan lip balm dievaluasi selama 12 minggu yang meliputi pengamatan
organoleptis (warna, bau, bentuk) apakah terjadi perubahan selama penyimpanan pada suhu kamar (Ratih, dkk., 2014). 3.7
Uji Iritasi, Uji Efektivitas dan Uji Kesukaan Sediaan
3.7.1
Uji Iritasi Sediaan Uji iritasi sediaan dilakukan terhadap sediaan lip balm yang mengandung
minyak biji buah labu dengan maksud untuk mengetahui bahwa lip balm yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada bibir atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi pelekatan atau penyentuhan pada kulit dan iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit (Ditjen POM, 1985). Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah metode uji tempel terbuka (open patch) pada bagian lengan bawah bagian dalam terhadap 10 panelis
21 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang bersedia dan menulis surat pernyataan. Uji tempel terbuka dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati reaksi yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama dua hari berturut - turut (Tranggono dan Latifah, 2007). Reaksi yang diamati adalah terjadinya eritema, papula, vesikula atau edema. Menurut Ditjen POM (1985), tanda – tanda untuk mencatat reaksi uji tempel adalah sebagai berikut: 1. Tidak ada reaksi
-
2. Eritema
+
3. Eritema dan papula
++
4. Eritema, papula dan vesikula
+++
5. Edema dan vesikula
++++
3.7.2
Uji Efektivitas Sediaan Pengujian efektivitas sediaan dilakukan terhadap 15 orang panelis.
Pengujian dilakukan pada daerah bibir. Pengelompokan dibagi menjadi: a) kelompok I
: 3 orang panelis menggunakan sediaan blanko
b) kelompok II : 3 orang panelis menggunakan konsentrasi minyak 3% c) kelompok III : 3 orang panelis menggunakan konsentrasi minyak 6% d) kelompok IV : 3 orang panelis menggunakan konsentrasi minyak 9% e) kelompok V : 3 orang panelis menggunakan konsentrasi minyak 12% Pengujian dengan membandingkan keadaan bibir sebelum dan sesudah pemakaian sediaan dengan nilai parameter kelembaban, dengan cara mengukur kelembaban seluruh panelis sebelum perlakuan menggunakan alat moisture checker. Sediaan lip balm dioleskan pada bibir panelis lalu dibiarkan 20 menit.
22 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dilakukan kembali pengecekan kondisi kelembaban bibir setelah pemakaian lip balm. Pengukuran kelembaban bibir dilakukan setiap minggu selama empat minggu dengan pemakaian secara rutin pagi dan malam hari. 3.7.3
Uji Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan Uji kesukaan dilakukan secara visual terhadap 30 orang panelis. Setiap
panelis diminta untuk mengoleskan
sediaan yang dibuat pada bibir panelis.
Kemudian, panelis memilih formula yang paling disukai. Panelis menuliskan 1 bila sangat tidak suka, 2 bila tidak suka, 3 bila netral, 4 bila suka dan 5 bila sangat suka. Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pengolesan, aroma, homogenitas dan kelembaban yang dirasakan pada bibir. Kemudian dihitung persentase kesukaan terhadap masing – masing sediaan (Hutami, dkk., 2014). 3.8
Analisis data Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS 17.0
(Statistical Product and Service Solution). Langkah pertama data dianalis dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan homogenitas dan normalitasnya. Kemudian jika data normal, dilanjutkan dengan dianalisis menggunakan metode One Way Anova untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaannya antar perlakuan. Sedangkan jika data tidak normal, dilanjutkan dengan dianalisis menggunakan metode Kruskal Wallis untuk menentukan perbedaan rata-rata di antara kelompok. Jika terdapat perbedaan,
dilanjutkan
dengan
uji
Post
Mann-Whitney
untuk
melihat
perbedaannya antar perlakuan.
23 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Uji Analisis Kandungan Minyak Biji Labu Kuning Identifikasi sampel dilakukan dengan menganalisis kandungan asam lemak dan vitamin E yang terkandung dalam minyak biji labu kuning di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Jl. Brigjen Katamso 51, Medan, Sumatera Utara. Hasil pemeriksaan identifikasi sampel dapat dilihat pada Lampiran 1. 4.2 Hasil Formulasi Sediaan Variasi konsentrasi minyak biji labu kuning pada pembuatan lip balm menghasilkan perbedaan tekstur lip balm. Lip balm dengan konsentrasi minyak biji labu 3% dan 6% memiliki tekstur yang sedikit keras, Konsentrasi 9% dan 12% memiliki tektur yang lembut. Memiliki aroma khas coklat dan berwarna kuning. 4.3 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan 4.3.1 Hasil Uji Homogenitas Sediaan Berdasarkan hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki susunan yang homogen. Hal ini ditandai dengan tidak adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan. Tujuan uji homogenitas adalah untuk melihat bahan aktif dengan bahan dasar dan bahan tambahan tercampur secara homogen pada saat proses pembuatan (Ditjen POM, 1979). Hasil uji homogenitas sediaan dapat dilihat pada Lampiran 7. 4.3.2 Hasil Uji Titik Lebur Sediaan Berdasarkan hasil pemeriksaan titik lebur lip balm menunjukkan bahwa sediaan lip balm minyak biji labu kuning berkisar antara 54,2-61,6°C yang
24 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menunjukkan bahwa hasil tersebut memenuhi pesyaratan titik lebur sediaan berdasarkan SNI 16-5769-1998 yaitu 50-70oC. Titik lebur lip balm yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi antara 3638°C. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropis, titik lebur lip balm dibuat lebih tinggi, yaitu berkisar 50-70°C agar tidak meleleh apabila disimpan pada suhu ruang dan mempertahankan bentuknya selama proses distribusi, penyimpanan dan pemakaian (Fernandes, dkk., 2013). Data hasil pemeriksaan titik lebur dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Data hasil uji titik lebur Titik Lebur (oC) Sediaan
I
II
III
F0 61,5 61,6 61,6 F1 58,7 58,6 58,7 F2 56,9 56,8 56,7 F3 55,1 55,1 55,2 F4 54,3 54,3 54,0 Keterangan: F0 : Sediaan tanpa minyak biji labu kuning (blanko) F1 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 3% F2 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 6% F3 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 9% F4 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 12%
Titik Lebur Rata-rata (oC) 61,6 58,6 56,8 55,1 54,2
Berdasarkan hasil Tabel 4.1 diperoleh bahwa titik lebur sediaan lip balm dengan minyak biji labu kuning menunjukkan adanya perbedaan titik lebur. Hal ini disebabkan oleh perbedaan konsentrasi minyak biji labu kuning yang digunakan yaitu semakin tinggi konsentrasi minyak yang
digunakan maka
semakin sedikit basis yang digunakan sehingga titik lebur sediaan semakin rendah (Adliana, dkk., 2012).
25 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.3.3 Hasil Uji pH Sediaan Berdasarkan hasil uji pH menunjukkan bahwa sediaan lip balm tanpa minyak biji labu kuning memiliki pH yaitu 6,05. Sedangkan sediaan yang dibuat dengan menggunakan minyak biji labu kuning memiliki pH 5,5-6,0. Perbedaan pH sediaan disebabkan oleh perbedaan konsentrasi minyak biji labu kuning yang digunakan, maka pH sediaan semakin tinggi. pH sediaan lip balm berada di rentang pH fisiologis kulit yaitu 4,5-6,5. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan lip balm yang dibuat aman dan tidak menyebabkan iritasi pada bibir. Semakin alkalis atau semakin asam bahan yang mengenai kulit, semakin sulit kulit untuk menetralisirnya dan kulit dapat menjadi kering, pecah-pecah, sensitif dan mudah terkena infeksi. Oleh karena itu pH kosmetika diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu antara 4,5-6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007). Hasil pengukuran pH sediaan dapat dilihat padaTabel 4.2 berikut ini.
Sediaan
Tabel 4.2 Data Hasil uji pH Sediaan Lama Pengamatan (Minggu) 1 4 8 12 6,1 6,0 6,1 6,0 5,9 6,1 6,0 6,0 5,9 6,0 5,9 5,9 5,7 5,7 5,8 5,7 5,5 5,6 5,6 5,5
F0 F1 F2 F3 F4 Keterangan: F0 : Sediaan tanpa minyak biji labu kuning (blanko) F1 : Sediann dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 3% F2 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 6% F3 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 9% F4 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 12%
pH rata-rata 6,05 6,0 5,9 5,7 5,5
4.3.4 Uji Stabilitas Fisik Sediaan Berdasarkan hasil pengamatan bentuk, diketahui bahwa seluruh sediaan lip balm yang dibuat memiliki bentuk yang baik yaitu tidak berkeringat pada penyimpanan suhu kamar. Warna dan bau lip balm juga stabil dalam 26 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penyimpanan selama 12 minggu pengamatan pada suhu kamar yaitu warna lemon chiffon dan aroma khas coklat. Hasil pengamatan stabilitas sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.
Minggu ke-
Tabel 4.3 Data hasil uji stabilitas fisik sediaan Formula F0 F1 F2 F3 B W b B W b B W b B W - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
1 4 8 12 Keterangan: - : Tidak terjadi perubahan + : Terjadi perubahan B : Bau b : Bentuk W : Warna F0 : Sediaan tanpa minyak biji labu kuning (blanko) F1 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 3% F2 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 6% F3 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 9% F4 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 12%
b -
B -
F4 W -
B -
4.4 Hasil Uji Iritasi, Uji Efektivitas dan Uji Kesukaan Sediaan 4.4.1 Uji Iritasi Sediaan Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 orang panelis yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan lip balm pada kulit lengan bawah bagian dalam selama 3 hari berturut-turut, menunjukkan bahwa semua panelis tidak menunjukkan reaksi terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati yaitu adanya eritema, papula, ataupun adanya edema dan vesikula. Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan lip balm yang dibuat aman untuk digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007). Hasil uji iritasi dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
27 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.4 Data hasil uji iritasi sediaan Reaksi Panelis 1 2 3 4 5 6 Eritema - Eritema dan papula - Eritema, papula, dan vesikula - Edema dan vesikula - Keterangan: : Tidak ada reaksi + : Eritema ++ : Eritema dan papula +++ : Eritema, papula, dan vesikula ++++ : Edema dan vesikula
7 -
8 -
9 -
10 -
4.4.2 Uji Efektivitas Sediaan Uji efektivitas kelembaban pelembab bibir dilakukan terhadap 15 orang panelis. Pengujian dengan membandingkan kondisi bibir sebelum dan sesudah pemakaian sediaan dengan nilai parameter kelembaban (moisture). Semua panelis diukur terlebih dahulu kondisi kelembaban bibir awal/sebelum perlakuan dengan menggunakan alat moisture checker. Data yang diperoleh pada hasil kelembaban bibir dianalisis dengan menggunakan program statistik dengan metode KruskalWallis Test. Selanjutnya untuk menganalisis pengaruh formula terhadap kondisi kulit selama empat minggu perawatan digunakan Mann-Whitney Test. Data uji efektivitas sediaan menunjukkan selama empat minggu perawatan dengan pemberian sediaan lip balm setiap hari pada pagi dan malam hari secara rutin, kelembaban pada bibir panelis mengalami peningkatan terutama pada F4 dengan rata-rata persen pemulihan sebesar 65,4%. F0 mengalami peningkatan sebesar 23,82%. Data hasil pengukuran kelembaban (moisture) pada bibir panelis dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.
28 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.5 Data hasil pengukuran kelembaban (moisture) pada bibir panelis Formula
Kondisi awal
Waktu Perawatan (minggu)
% Pemulihan
1
2
3
4
27
28
30
32
34
25,92%
29
30
33
34
35
20,68%
28
29
32
33
35
25%
Rata-rata
28
29
31,67
33
34,67
23,82%
F1
29
30
33
36
37
27,58%
29
30
33
35
38
31,03%
28
29
32
35
37
32,14%
Rata-rata
28,67
29,67
32,67
35,3
37,3
30,10%
F2
27
30
32
34
40
48,14%
28
33
34
36
40
42,85%
26
30
32
34
39
50%
Rata-rata
27
31
32,67
34,67
39,67
46,92%
F3
26
31
33
35
40
53,84%
28
33
35
36
42
50%
27
31
32
37
44
62,96%
Rata-rata
27
31,67
33,33
36
42
55,5%
F4
26
32
35
38
43
65,38%
28
33
37
42
47
67,85%
27
32
37
40
44
62,96%
F0
Rata-rata 27 32,3 36,3 40 44,67 Keterangan: Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012). F0: Sediaan tanpa minyak biji labu kuning (blanko) F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 3% F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 6% F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 9% F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 12%
65,4%
29 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50 45
Kadar Air
40 35 30
F0 (Blanko)
25
F1 (3%)
20
F2 (6%)
15
F3 (9%)
10
F4 (12%)
5 0 0
1
2
3
4
Waktu (Minggu)
Gambar 4.1 Grafik kelembaban pada bibir sukarelawan. Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas sediaan lip balm terhadap pengaruh perbedaan signifikan kelembaban bibir panelis p < 0,05 pada minggu ke-1, 2, 3 dan 4 yang menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang signifikan pada kelembaban bibir panelis setelah pemakaian sediaan. Untuk mengetahui perbedaan tiap konsentrasi formula mempengaruhi peningkatan kelembaban pada kulit dilakukan uji Mann-Whitney dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan peningkatan kelembaban bibir panelis yang signifikan antara F0 dengan F1, F2, F3, F4, F0 dengan F1, F2, F3 dan F4, F1 dengan F2, F3 dan F4, F2 dengan F3 dan F4, F3dengan F4. (nilai p < 0,05).
30 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.4.3 Uji Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan Tabel 4.6 Data hasil uji kesukaan (Hedonic test) Sediaan Sediaan
Panelis
F1 F2 F3 1 4 5 3 2 4 5 3 3 4 4 3 4 4 2 3 5 4 4 3 6 5 4 3 7 4 4 3 8 4 3 4 9 3 5 5 10 4 3 4 11 3 4 5 12 3 4 4 13 2 5 4 14 3 5 4 15 4 2 3 16 4 4 3 17 4 4 4 18 3 3 4 19 3 4 3 20 4 4 5 21 4 3 4 22 3 4 5 23 3 2 4 24 4 4 5 25 4 3 5 26 4 3 4 27 2 4 5 28 2 5 3 29 3 2 3 30 2 2 5 F1: Sediaan minyak biji labu kuning dengan konsentrasi 3% F2: Sediaan minyak biji labu kuning dengan konsentrasi 6% F3: Sediaan minyak biji labu kuning dengan konsentrasi 9% F4: Sediaan minyak biji labu kuning dengan konsentrasi 12%
F4 5 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 5 4 4 4 4 4 3 5 3 2 5 4 3 4 4 4 5 3
Nilai Kesukaan: 1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka 3. Kurang Suka 4. Suka 5. Sangat Suka 31 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 10, didapatkan interval nilai kesukaan untuk setiap sediaan, yaitu: Sediaan 1 memiliki interval nilai kesukaan 3,2–3,74. Untuk penulisan nilai akhir
kesukaan
diambil nilai terkecil yaitu 3,2 dibulatkan menjadi 3
(kurang suka). Sediaan 2 memiliki interval nilai kesukaan 3,26–3,94. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,26 dibulatkan menjadi 3 (kurang suka). Sediaan 3 memiliki interval nilai kesukaan 3,52-4,08. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,52 dibulatkan menjadi 4 (suka). Sediaan 4 memiliki interval nilai kesukaan 3,54-4,06. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,54 dibulatkan menjadi 4 (suka). Berdasarkan nilai kesukaan (hedonic test) untuk setiap sediaan, sediaan yang disukai adalah sediaan lip balm minyak biji labu kuning dengan konsentrasi 9% dan 12% dengan parameter penilaian yang digunakan yaitu kemudahan pengolesan, aroma, homogenitas, dan kelembaban yang dirasakan pada bibir. Sediaan lip balm dikatakan memiliki daya oles yang baik jika mampu menempel pengolesan pada
pada
kulit
secara
merata
dengan
5
kali
tekanan tertentu (Keithler, 1956). Syarat sediaan kosmetik
bibir yang baik yaitu melapisi bibir, dapat bertahan di bibir, melekat pada bibir, tidak mengiritasi, melembabkan bibir, penampilannya harus menarik baik warna, bau, dan bentuknya (Tranggono dan Latifah, 2007).
32 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: a.
Minyak biji labu kuning dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm dan mempunyai susunan yang homogen, pH yang sesuai (4,5-6,5), titik lebur yang baik (55-64◦C), tidak mengiritasi dan stabil dalam penyimpanan.
b.
Perbedaan konsentrasi minyak biji labu kuning yang diformulasikan dalam sediaan lip balm memberikan efektivitas sebagai pelembab bibir yang berbeda. Semakin tinggi konsentrasi minyak biji labu kuning, maka semakin tinggi efektivitas kelembabannya. Konsentrasi paling tinggi yang dipakai adalah 12%. Penggunaan sediaan lip balm yang mengandung minyak biji labu kuning konsentrasi 12% selama 4 minggu menunjukkan perubahan kondisi kulit bibir menjadi lebih baik dengan meningkatnya kelembaban pada kulit bibir (persen pemulihan 65,4%).
5.2 Saran Diharapkan
untuk
peneliti
selanjutnya
dapat
membuat
sediaan
menggunakan minyak biji labu kuning sebagai sediaan tabir surya.
33 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA Adliana, N., Nazliniwaty, dan Purba, D. (2012). Formulasi Lipstik Menggunakan Zat Warna Dari Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm). Journal of Pharmaceutics and Pharmacology. 1(2) : 89-90. Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea Ltd. Halaman 1-10. Balsam, M.S., dan Sagarin, E. 1972. Cosmetic Science and Technology Volume I. Edisi Kedua. London: John Wiley and Sons. Halaman 63. Butler, H. 2000. Pouchers Perfumes, Cosmetics and Soaps. Tenth Edition. Netherlands: Kluwer Academic Publishers. Halaman 210. Denavarre, M.G. 1975. The Chemistry and Manufacture of Cosmetics. Edisi Kedua. Florida: Continental Press. Halaman 119. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Depkes RI. Halaman 506. Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 82-105. Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehata Republik Indonesia. Halaman 33. Fernandes, R.A., Michelli, F.D., Claudineia, A.P.O., Telma, M.K., Andre, R.B., Maria, V.R.V. 2013. Stability Evaluation of Organic Lip Balm. Pharmaceutical Sciences. 49(2): 2-3. Hargono, D., 1999. Mengikuti Jalannya Upaya Pengembangan Obat Tradisional, Media Litbangkes. Halaman 22. Hutami, R.A.P., Joshita, D., Abdul, M. 2014. Pemanfaatan Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa l.) Sebagai Pewarna dan Antioksidan Alami dalam Formulasi Lipsik dan Sediaan Oles Bibir. Universitas Indonesia. Hal. 12. Jacobsen, P.L. 2011. The Little Lip Book. USA: Carma Laboratories Incorporated. Halaman 27. Kadu, M., Suruchi, V., Sonia, S. 2014. Review on natural lip balm. International Journal of Research in Cosmetic Science. Halaman 1-2. Keithler, W.R. (1956). Formulation of Cosmetic and Cosmetic Specialities. New York: Drug and Cosmetic Industry. Halaman 153-155. Linda. 2012. Formulasi Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Angkak (Monascus purpureus) Sebagai Pewarna. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Mercado, C.G. (1991). United States Patent. NewYork: Revlon Inc. Halaman 7 dan 8. Muliyawan D., dan Suriana, N. 2013. A - Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 39, 134, 146-148. Naviri, T. (2013). Buku Pintar Perawatan Kecantikan. Jakarta: Elex Media Komputindo. Halaman 146-147. Ratih, H., Titta, H., Ratna, C.P. 2014. Formulasi Lip Balm Minyak Bunga Kenanga (Cananga Oil) Sebagai emolien. Prosiding Simposium Penelitian. Yogyakarta: Leutika Prio. Rawlins, E.A. 2003. Bentley’s Textbook Of Pharmaceutics. 18th edition. London: Bailierre Tindall. Halaman 355.
34 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Rohani, P,. Shibghatun, N., Romdhonah, Lily,. A. 2015. Pemanfaatan Minyak Biji Labu Kuning (Cucurbita moschata durch) Menjadi Sediaan Nanoemulsi Topikal Sebagai Agen Pengembangan Cosmetical Anti Aging. Fakultas Farmasi Universtas Islam Indonesia. Halam 61-65. Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian E.Q. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi keenam. London: Pharmaceutical Press. Halaman 75, 121, 155, 283, 378, 441, 596, 780. Sulastomo, E. 2013. Kulit Cantik dan Sehat. Mengenal dan Merawat Kulit. Jakarta: Kompas. Halaman 98, 101. Tranggono, R.I.S., dan Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 7-8, 93-96. Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Halaman 58. Warner, R.R. dan Boissy, Y.L. (2000). Effect of Moisturizing Product on the Structure of Lipid in the Outer Stratum Corneum of Human. Dry Skin and Moisturizer, Chemistry and Function. In : Loden, M., Maibach, H.I. CRC Press: Boca Raton, London, New York, Washington, DC. Halaman 56.
35 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 1. Sertifikat Hasil Uji Analisis Kandungan Minyak Biji Labu
36 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2. Gambar Bahan
Minyak Biji Labu
Gliserin
37 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3. Gambar Alat
Oven (Dynamica)
Neraca analitik
Penangas air
Moisture checker
pH meter
38 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4. Perhitungan Modifikasi Formula Sediaan Lip Balm dari minyak biji labu kuning F0 yaitu sediaan tanpa minyak biji labu kuning -
Gliserin
5
5%
= 100 x 100 g = 5 g
- Cera Alba 5%
= 100 x 100 g = 5 g
- Nipagin 0,1%
= 100 x 100 g = 0,1 g
- BHT 0,05%
=
- Lanolin 7%
= 100 x 100 g = 7 g
- Oleum Cacao ad 100
= 100 – (5+5+0,1+0,05+7+) = 82,85 g
5
0,1
0,05 100
x 100 g = 0,05 g
7
F1 yaitu sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 3% -
5
Gliserin 5%
= 100 x 97 g = 4,85 g
- Cera Alba 5%
= 100 x 97 g = 4,85 g
- Nipagin 0,1%
= 100 x 97 g = 0,097 g
- BHT 0,05%
=
- Lanolin 7%
= 100 x 97 g = 6,79 g
- Minyak biji labu 3%
= 100 x 97 g = 2,91 g
- Oleum Cacao ad 100
=100(4,85+4,855+0,097+0,0485+6,79+2,91)
5
0,1
0,05 100
x 97 g = 0,0485 g
7 3
= 80,46 g
F2 yaitu sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 6% -
5
Gliserin 5%
= 100 x 94 g = 4,7 g
- Cera Alba 5%
= 100 x 94 g = 4,7 g
- Nipagin 0,1%
= 100 x 94 g = 0,094 g
- BHT 0,05%
=
- Lanolin 7%
= 100 x 94 g = 6,58 g
- Minyak biji labu 6%
= 100 x 94 g = 5,64 g
5
0,1
0,05 100
x 94 g = 0,047 g
7 6
39 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4. (Lanjutan) - Oleum Cacao ad 100
= 100 – (4,7+4,7+0,094+0,047+6,58+5,64) = 78,24 g
F3 yaitu sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 9% -
5
Gliserin 5%
= 100 x 91 g = 4,55 g
- Cera Alba 5%
= 100 x 91 g = 4,55 g
- Nipagin 0,1%
= 100 x 91 g = 0,091 g
- BHT 0,05%
=
- Lanolin 7%
= 100 x 91 g = 6,37 g
- Minyak biji labu 6%
= 100 x 91 g = 8,19 g
- Oleum Cacao ad 100
=100 – (4,55+4,55+0,091+0,045+6,37+8,19)
5
0,1
0,05 100
x 91 g = 0,045 g
7 9
= 76,21 g
F4 yaitu sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu kuning 12% -
Gliserin
5
5%
= 100 x 88 g = 4,4 g
- Cera Alba 5%
= 100 x 88 g = 4,4 g
- Nipagin 0,1%
=
- BHT 0,05%
=
- Lanolin 7%
= 100 x 88 g = 6,16 g
- Minyak biji labu 12%
= 100 x 88 g = 10,56 g
- Oleum Cacao ad 100
= 100 – (4,4+4,4+0,088+0,044+6,16+10.56)
5
0,1 100 0,05 100
x 88 g = 0,088 g x 88 g = 0,044 g
7
12
= 74,35 g
40 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5. Bagan Pembuatan Sediaan Lip Balm dari minyak biji labu kuning
Cera Alba
Oleum Cacao
Ditimbang
Ditimbang
Dimasukkan dalam
Dimasukkan dalam cawan penguap
cawan peguap
Dilelehkan sambil diaduk
Dilelehkan
sampai meleleh sempurna
penangas
di air
atas sambil
diaduk sampai meleleh sempurna Lelehan cera alba
Lelehan oleum cacao
Dimasukkan lelehan cera alba ke dalam lelehan oleum cacao
Dimasukkan lanolin, nipagin dan gliserin sambil diaduk Dimasukkan minyak biji labu dan BHT sambil diaduk
Hasil Dimasukkan ke dalam wadah lip balm Dibiarkan pada suhu ruangan sampai membeku Lip balm minyak biji labu kuning 41 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6. Gambar Sediaan Lip Balm yang Mengandung Minyak Biji Labu
F0
F1
F2
F4
F3
Tabel warna menurut Standart Paint International
Lampiran 7. Gambar Hasil Uji Homogenitas
42 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 8. Uji Efektivitas Sediaan Pada Bibir Panelis -
F0: Sediaan tanpa minyak biji labu
Sebelum: Kondisi kulit bibir panelis sebelum pemberian Sediaan F0 yaitu normal cenderung kering
-
Sesudah: Kondisi kulit bibir panelis sesudah pemberian sediaan F0 yaitu mengalami peningkatan kelembaban ditandai dengan tekstur kulit bibir sedikit lebih halus
F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu 3%
Sebelum: Kondisi kulit bibir panelis sebelum pemberian Sediaan F1 yaitu normal cenderung kering dan kulit mengelupas titpis.
Sesudah: Kondisi kulit bibir panelis sesudah pemberian Sediaan F1 yaitu mengalami peningkatan kelembaban ditandai dengan tekstur kulit bibir lebih halus.
43 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 8. (Lanjutan) -
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu 6%
Sebelum: Kondisi kulit bibir panelis sebelum pemberian Sediaan F2 yaitu normal cenderung kering dan kulit mengelupas tipis
-
Sesudah: Kondisi kulit bibir panelis sesudah pemberian Sediaan F2 yaitu mengalami peningkatan ditandai dengan tekstur kulit bibir lebih halus dan sedikit lebih cerah
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu 9%
Sebelum:
Sesudah:
Kondisi kulit bibir panelis sebelum pemberian Sediaan F3 yaitu normal cenderung kering dan kulit mengelupas tipis
Kondisi kulit bibir panelis sesudah pemberian Sediaan F3 yaitu mengalami peningkatan kelembaban ditandai dengan tekstur kulit bibir lebih halus dan lebih cerah
44 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 8. (Lanjutan) -
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji labu 12%
Sebelum: Kondisi kulit bibir panelis sebelum pemberian Sediaan F4 yaitu kering dan gelap
Sesudah: Kondisi kulit bibir panelis sesudah pemberian Sediaan F4 mengalami peningkatan kelembaban ditandai dengan tekstur kulit bibir lebih halus dan lebih cerah
45 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 9. Perhitungan Persen Pemulihan
F0 (blanko) 34 - 27 1. x 100% = 25,92 % 27 35 - 29 2. x 100% = 20,68 % 29 35 - 28 3. x 100% = 25 % 28 Rata – rata =
F1 1. 2. 3.
32- 29 x 100% = 27,58 % 29 38 - 29 x 100% = 31,03 % 29 37 - 28 x 100% = 32,14 % 28
Rata – rata =
37,3 – 28,67 28,67
x 100% = 30,10 %
F2 1. 2. 3.
40- 27 x 100% = 48,14 % 27 40 - 28 x 100% = 42,85 % 28 39 - 26 x 100% = 50 % 26
Rata – rata =
34,67 - 28 x 100% = 23,82 % 28
39,67 – 287 27
x 100% = 46,92 %
F3 1. 2. 3.
40 - 26
x 100% = 53,84 % 26 42 - 28 x 100% = 50% 28 44 - 27 x 100% = 62,96 % 27
Rata – rata =
42 – 27 27
x 100% = 55,5 %
46 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 9. ( Lanjutan)
F4 1. 2. 3.
43- 26
x 100% = 65,38 % 26 47 - 28 x 100% = 67,85 % 28 44 - 27 x 100% = 62,96 % 27
Rata – rata =
44,67 – 27 27
x 100% = 65,4 %
47 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 10. Data Perhitungan Uji Kesukaan (Hedonic Test) Untuk menghitung nilai uji kesukaan rerata dari setiap panelis digunakan rumus sebagai berikut:
P ( x - ( 1,96 . s / n ) ( x + ( 1,96 . s / n )) 95%
x =
n i=1 Xi
n 2
𝑆2 =
𝑠 =
n i=1 Xi-
x
n
S2
Keterangan: n 𝑆2 1,96 𝑥 𝑋𝑖 s
: banyak panelis : keragaman nilai kesukaan : koefisien standar deviasi pada taraf 95% : nilai kesukaan rata-rata : nilai kesukaan dari panelis ke i, dimana i=1,2,3,...,n : simpangan baku nilai kesukaan
-
F1 (Sediaan lip balm minyak biji labu dengan konsentrasi 3%)
-
x =
𝑛 𝑖=1 𝑋𝑖
𝑛
=
4+4+4+4+4+⋯+2 30
= 3,47 2
-
𝑆2 =
n i=1 Xi-
x
n
= =
( 4-3,47)2 + ( 4-3,47)2 + ( 4-3,47)2 + ( 4-3,47)2 + ( 4-3,47)2 +…+ ( 2-3,47)2 30 0,28+0,28+0,28+0,28+0,28+…+2,16 30
= 0,58
48 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 10. ( Lanjutan)
𝑠 = 𝑆2 =
0,58
= 0,76
P ( x - (1,96 . s / n )
( x + (1,96 . s / n ))
P (3,47 - (1,96 . 0,76 / P ( 3,2
30 )
(3,47 + (1,96 . 0,76 / 30 ))
3,74)
-
F2 (Sediaan lip balm minyak biji labu dengan konsentrasi 3%)
-
x =
𝑛 𝑖=1 𝑋𝑖
𝑛
=
5+4+3+4+4+⋯+3 30
= 3,6 2
-
𝑆2 =
n i=1 Xi-
x
n
= =
(5-3,6)2 + (5-3,6)2 + (4-3,6)2 + (2-3,6)2 + (4-3,6)2 +…+ (2-3,6)2 30 1,96+0,36+0,16+2,56+0,16+…+2,56 30
= 0,95 -
𝑠
= 𝑆2 = 0,95 = 0,97
-
P ( x - (1,96 . s / n )
( x + (1,96 . s / n ))
P (3,6 - (1,96 . 0,97 / P (3,26
30 )
(3,6 + (1,96 . 0,97 / 30 ))
3,94)
49 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
- F3 (Sediaan lip balm Minyak biji labu dengan konsentrasi 9%)
𝑛 𝑖=1 𝑋𝑖
x =
=
𝑛 3+3+3+3+3+⋯+3 30
= 3,8 2
𝑛 𝑖=1 𝑋𝑖 −
𝑆2 = =
x
𝑛 (3−3,8)2 + (3−3,8)2 + (3−3,8)2 + (3−3,8)2 + (3−3,8)2 +⋯+ (3−3,8)2 30
0,64+0,64+0,64+0,64+0,64+⋯+0,64
=
30
= 0,63
𝑠 = 𝑆2 =
0,63
= 0,79
P ( x - (1,96 . s / n )
( x + (1,96 . s / n ))
P (3,8 - (1,96 . 0,79 / P (3,52
-
30 )
(3,8 + (1,96 . 0,79 / 30 ))
4,08)
F4 (Sediaan lip balm ekstrak teh hijau dengan konsentrasi 12%)
𝑛 𝑖=1 𝑋𝑖
x =
=
𝑛 5+4+3+4+4+⋯+3 30
= 3,8 2
𝑆2 =
=
n i=1 Xi-
x
n (5-3,8)2 + (4-3,8)2 + (3-3,8)2 + (4-3,8)2 + ( 4-3,8)2 +…+ ( 3-3,8)2 30
50 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 10. ( Lanjutan) =
1,44+0,04+0,64+0,04+0,04+…+0,64 30
= 0,56
𝑠 = 𝑆2 = 0,56 = 0,74
P ( x - (1,96 . s / n ) P (3,8 - (1,96 . 0,74 / P (3,54
( x + (1,96 . s / n )) 30 )
(3,8 + (1,96 . 0,74 / 30 ))
4,06)
51 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 11. Data Nilai Kelembaban pada Skin Analyzer Kondisi Awal
Pemakaian Minggu I
Pemakaian Minggu II
52 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pemakaian Minggu III
Pemakaian Minggu IV
53 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 12. Data Uji Statistik 1.
Uji Normalitas Tests of Normality Jenis Formula
Kondisi Awal
Minggu Ke-1
Minggu Ke-2
Minggu Ke-3
Minggu Ke-4
Kolmogorov-Smirnova Statistic
Df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
Df
Sig.
F0
.175
3
.
1.000
3 1.000
F1
.385
3
.
.750
F2
.175
3
.
1.000
3 1.000
F3
.175
3
.
1.000
3 1.000
F4
.175
3
.
1.000
3 1.000
F0
.175
3
.
1.000
3 1.000
F1
.385
3
.
.750
3
.000
F2
.385
3
.
.750
3
.000
F3
.385
3
.
.750
3
.000
F4
.385
3
.
.750
3
.000
F0
.253
3
.
.964
3
.637
F1
.385
3
.
.750
3
.000
F2
.385
3
.
.750
3
.000
F3
.253
3
.
.964
3
.637
F4
.385
3
.
.750
3
.000
F0
.175
3
.
1.000
F1
.385
3
.
.750
3
.000
F2
.385
3
.
.750
3
.000
F3
.175
3
.
1.000
3 1.000
F4
.175
3
.
1.000
3 1.000
F0
.385
3
.
.750
3
.000
F1
.385
3
.
.750
3
.000
F2
.385
3
.
.750
3
.000
F3
.175
3
.
1.000
F4
.292
3
.
.923
3
.000
3 1.000
3 1.000 3
.463
54 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 12. (lanjutan) 2.
Uji Kruskal Wallis Test Statistics Kondisi Awal
Chi-Square
Minggu Ke-1
a,b
Minggu Ke-2
Minggu Ke-3
Minggu Ke-4
6.312
9.710
7.981
11.479
12.970
4
4
4
4
4
.177
.046
.092
.022
.011
Df Asymp. Sig.
3. Uji Mann Whitney F0 dengan F1 Test Statistics
b
Kondisi Awal Minggu Ke-1
Minggu Ke-2
Minggu Ke-3 Minggu Ke-4
Mann-Whitney U
2.500
2.500
2.500
.000
.000
Wilcoxon W
8.500
8.500
8.500
6.000
6.000
Z
-.943
-.943
-.943
-1.993
-2.023
.346
.346
.346
.046
.043
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.400
a
a
a
.400
.400
a
.100
.100
a
F0 dengan F2 Test Statistics Kondisi Awal Minggu Ke-1
b
Minggu Ke-2
Minggu Ke-3 Minggu Ke-4
Mann-Whitney U
2.000
1.000
3.000
1.000
.000
Wilcoxon W
8.000
7.000
9.000
7.000
6.000
-1.124
-1.623
-.696
-1.623
-2.023
.261
.105
.487
.105
.043
a
a
a
a
Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.400
.200
.700
.200
.100
a
55 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 12. (lanjutan) F0 dengan F3 Test Statistics
b
Kondisi Awal Minggu Ke-1
Minggu Ke-2
Minggu Ke-3 Minggu Ke-4
Mann-Whitney U
2.000
.000
2.000
.000
.000
Wilcoxon W
8.000
6.000
8.000
6.000
6.000
-1.124
-1.993
-1.124
-1.964
-1.993
.261
.046
.261
.050
.046
Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.400
a
a
a
.100
.400
a
.100
.100
a
F0 dengan F4 Test Statistics
b
Kondisi Awal Minggu Ke-1
Minggu Ke-2
Minggu Ke-3 Minggu Ke-4
Mann-Whitney U
2.000
.000
.000
.000
.000
Wilcoxon W
8.000
6.000
6.000
6.000
6.000
-1.124
-1.993
-1.993
-1.964
-1.993
.261
.046
.046
.050
.046
Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.400
a
a
a
.100
.100
a
.100
.100
a
F1 dengan F2 Test Statistics Kondisi Awal Minggu Ke-1 Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
b
Minggu Ke-2
Minggu Ke-3 Minggu Ke-4
.500
2.000
4.000
2.500
.000
6.500
8.000
10.000
8.500
6.000
-1.798
-1.291
-.236
-.913
-2.023
.072
.197
.814
.361
.043
a
a
a
a
.100
.400
1.000
.400
.100
a
56 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 12. (lanjutan)
F1 dengan F3 Test Statistics
b
Kondisi Awal Minggu Ke-1 Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
Minggu Ke-2
Minggu Ke-3 Minggu Ke-4
.500
.000
3.500
2.500
.000
6.500
6.000
9.500
8.500
6.000
-1.798
-2.023
-.471
-.943
-1.993
.072
.043
.637
.346
.046
.100
a
a
a
.100
.700
a
.400
.100
a
F1 dengan F4 Test Statistics
b
Kondisi Awal Minggu Ke-1 Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
Minggu Ke-2
Minggu Ke-3 Minggu Ke-4
.500
.000
.000
.000
.000
6.500
6.000
6.000
6.000
6.000
-1.798
-2.023
-2.023
-1.993
-1.993
.072
.043
.043
.046
.046
a
a
a
a
.100
.100
.100
.100
.100
a
F2 dengan F3 Test Statistics Kondisi Awal Minggu Ke-1 Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
b
Minggu Ke-2
Minggu Ke-3 Minggu Ke-4
4.500
2.500
3.000
1.500
1.000
10.500
8.500
9.000
7.500
7.000
.000
-.913
-.696
-1.348
-1.623
1.000
.361
.487
.178
.105
1.000
a
a
.400
a
.700
a
.200
.200
a
57 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 12. (lanjutan)
F2 dengan F4 Test Statistics
b
Kondisi Awal Minggu Ke-1 Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
Minggu Ke-2
Minggu Ke-3 Minggu Ke-4
4.500
2.500
.000
.000
.000
10.500
8.500
6.000
6.000
6.000
.000
-.913
-2.023
-1.993
-1.993
1.000
.361
.043
.046
.046
a
a
a
a
1.000
.400
.100
.100
.100
a
F3 dengan F4 Test Statistics Kondisi Awal Minggu Ke-1 Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
b
Minggu Ke-2
Minggu Ke-3 Minggu Ke-4
4.500
2.500
.500
.000
1.500
10.500
8.500
6.500
6.000
7.500
.000
-.913
-1.798
-1.964
-1.328
1.000
.361
.072
.050
.184
1.000
a
a
.400
a
.100
a
.100
.200
a
58 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 13. Lembar Kuisioner untuk Uji Kesukaan
LEMBAR KUISIONER UJI KESUKAAN FORMULASI SEDIAAN LIP BALM YANG MENGANDUNG MINYAK BIJI LABU KUNING (Pumpkin Seed Oil) SEBAGAI PELEMBAB BIBIR Nama : Usia
:
Berdasarkan kemudahan pengolesan, aroma, homogenitas dan kelembaban yang dirasakan pada bibir, berikanlah penilaian saudara terhadap empat sediaan uji ini:
Konsentrasi Lip Balm Minyak Biji Labu
3%
6%
9%
12%
Kuning Nilai Kesukaan
Nilai Kesukaan: 1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka 3. Kurang suka 4. Suka 5. Sangat Suka
Medan,
Oktober 2019
Panelis,
(
)
59 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 14.Surat Pernyataan Uji Iritasi
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Alamat
:
Menyatakan bersedia menjadi panelis untuk uji iritasi dalam penelitian Nurul Huda Harahap dengan judul penelitian Formulasi Sediaan Lip Balm Yang Mengandung Minyak Biji Labu Kuning (Pumpkin Seed Oil) Sebagai Pelembab Bibir, yang memenuhi kriteria sebagai panelis uji iritasi sebagai berikut (Ditjen POM, 1985): 1. Wanita 2. Usia antara 20-30 tahun 3. Berbadan sehat jasmani dan rohani 4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi 5. Menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji iritasi Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama uji iritasi, panelis tidak akan menuntut kepada peneliti. Demikian surat pernyataan ini dibuat, tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Medan, Oktober 2019 Panelis
(
)
60 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 15. Sertifikat Analisis Happy Green Minyak Biji Labu Kuning
61 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA