Frank Gehry Guggenheim Museum Bilbao [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Frank Gehry Guggenheim Museum Bilbao, Ikon Arsitektur Dekonstruksi di Era Postmodernisme



I.



Pendahuluan Frank Gehry, merupakan arsitek kondang yang menganut aliran



dekonstruksi dalam setiap karya-karyanya. Salah satu karya spektakulernya yang menjadi ikon dekonstruktiv dan merupakan bangunan landmark yang terkenal adalah Guggenheim Museum Bilbao, yang dibangun pada awal 90an. Bukan hanya menjadi landmark di Bilbao, Spanyol, bangunan ini juga memberikan pengaruh besar bagi kota Bilbao di masanya (Plaza:2007). Pemilihan Guggenheim Museum Bilbao sebagai bahan penelitian adalah bangunan ini merupakan salah satu bangunan postmodernisme dengan ikon dekonstruktiv. Bangunan ini mengubah inovasi dan pola pikir dalam perancangan arsitektur, terlebih dalam perancangan museum dan juga



salah



satu



bangunan



yang



mengubah



konteks



pola



sosial



(Pagnotta:2013). Guggenheim Museum Bilbao juga merupakan bangunan dengan perpaduan kompleks yang memiliki form dengan bentuk unik dan penggunaan material metalik yang menghasilkan estetika yang iconic (Slessor:1997). Selain itu Guggenheim Museum Bilbao merupakan salah satu sinyal pertama dalam perubahan periode di arsitektur (Puglisi:2008). Penulisan makalah ini ditujukan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan arsitektur postmodernisme dengan penggunaan metode dekonstruksi arsitektur dalam studi kasus Guggenheim Museum Bilbao, selain itu juga untuk mengetahui bagaimana dan faktor-faktor apa saja yang membuat Guggenheim Museum Bilbao disebut sebagai arsitektur yang dekontruktif. Metode yang digunakan pada makalah ini berupa kajian literatur, baik dari buku, presentasi, dan video. II. Guggenheim Museum Bilbao dan Dekonstruksi Postmodernisme 2.1. Guggenheim Museum Bilbao Guggenheim Museum Bilbao terletak di ujung sungai Nervion, Bilbao, Spanyol, merupakan bangunan art museum yang memiliki luas total



24.000m2 dan bagian 11.000m2 digunakan sebagai area exhibition. Bangunan ini menjadi bangunan landmark dikarenakan desainnya yang inovatif dan berbeda dari bangunan-bangunan yang ada di Bilbao, serta memiliki layout interior yang berani, dan cara display yang mudah menarik perhatian pengunjung. Secara keseluruhan, desain Gehry menciptakan struktur sculpture yang terintegrasi dalam pola perkotaan Bilbao dan sekitarnya. (Guggenheim Bilbao Museoa:2007). Sejarah didirikannya Guggeunheim Museum Bilbao diawali di tahun 1991, pemerintah Basque mengusulkan ke R. Solomon Guggenheim Foundation untuk mendirikan museum Guggenheim yang sebelumnya dibangun di New York, agar dibangun di daerah pelabuhan kumuh Bilbao, untuk menjadi salah satu sumber pendapatan kota Bilbao (Pagnotta:2013). Kota Bilbao di abad-19 merupakan suatu kota yang sukses dengan ekonomi maritim, namun di awal tahun 90-an mengalami krisis ekonomi akibat permasalah sosial dan juga pengaruh politik (Slessor:1997). Akibat krisis ekonomi tersebut, tingkat pengangguran di Bilbao cukup tinggi mencapai 25%. Maka, untuk mengubah citra kota Bilbao, salah satu caranya adalah dengan membangun Museum Guggenheim Bilbao (Beatriz, 2007).



Gambar 2.1 Guggenheim Museum Bilbao, Spanyol (Sumber: http://www.archdaily.com/422470/ad-classics-the-guggenheim-museum-bilbaofrank-gehry Akses: 7/12/16 17:25WIB)



2.2. Dekonstruksi Arsitektur pada Postmodernisme Menurut Glancey dalam bukunya The Story of Achitecture (2000) dekonstruktivisme adalah suatu pergerekan mendobrak pakem yang tersinspirasi oleh pemahaman dekonstruksi Jacques Derrida. Derrida



memahami bahwa makna sebuah teks adalah hasil perbedaan antara tiaptiap kata yang digunakan, maksudnya berbagai arti sebuah teks bisa diketahui dengan membongkar struktur bahasa yang digunakan untuk menuliskannya. Dekonstruktivisme ini merupakan bagian dari faham postmodernisme,



yang



mana



menurut



O’donnel



dalam



bukunya



Postmodernisme (2003) postmodernisme merupakan suatu gerakan baru, suatu gerakan perubahan yang membebaskan diri dari orde lama. Orde lama yang berupa simplifikasi, modernis, minimalis dan bersifat universal dikemas menjadi sesuatu yang lebih dekoratif dan lebih imajinatif.



Gambar 2.2 Bangunan postmodern karya Peter Eisenman dan rumah Frank Gehry dengan gaya dekonstruktiv (Sumber: http://www.historiasztuki.com.pl/kodowane/003-02-04-ARCHWSPDEKONSTRUKCJA-eng.php Akses: 8/12/16 20:15WIB)



Dalam konteks arsitektur, pada era modernisme arsitek terbebas dari kekangan simplicity, ahistoris, dan sifat universalnya, sehingga di masa liberasi arsitek dapat berkreasi dengan karyanya, mendesain berdasarkan mood, budaya, ornamentasi, dan sesuai keinginan yang dimiliki oleh arsitek serta keinginan klien (Jencks:1991). Salah satunya adalah gerakan dekonstruktiv tersebut yang merupakan tindakan mengubah konstruksi suatu benda menjadi sesuatu yang baru (Wattimena dalam Royle:2009). Di Amerika, awal tahun 1980-an, sekelompok arsitek mencoba membongkar dan membangun kembali gedung-gedung konvesional untuk menghasilkan suatu style arsitektur yang baru dan menarik. Hasil desain dari dekonstruksi ini dapat berupa sesuatu yang inovatif, berbeda, distorsi, dan menghasilkan desain yang aneh (Glancey:2000).



2.3. Guggenheim Museum Bilbao dan Dekonstruksi Postmodernisme Dekonstruksi arsitektur Frank Gehry pada Guggenheim Museum Bilbao



bermula



pada



ide



imajinatifnya.



Luigi



Prastinenza



Puglisi



menyebutkan dalam bukunya New Directionin Contemporary Architecture: Evolution and Revolution in Building Design since 1988 (2008), Frank Gehry merupakan arsitek yang tumbuh besar di masa modernisme, akibat dari pengaruh modernisme ia tergerak untuk menciptakan sesuatu yang imaginatif, sesuatu yang hadir melalui sense-nya, menciptakan sesuatu yang memberikan iconic impact, sesuatu yang bersifat sculpture, karakter-karakter tersebut bertolak belakang dari konsep yang dimiliki modernisme.



Gambar 2.3 Peta Bilbao dengan catatan tulisan tangan Frank Gehry (Sumber: Dabrisiute Justina, Guggenheim Museum Bilbao, 2011)



Ide imajinatifnya dimulai sejak dipilihnya site. Seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas, menurut Gehry, Guggenheim Museum berada di kawasan strategis, sehingga harus memiliki visual presence dari 3 sudut pandang, yaitu dari jembatan City Hall, dari seberang sungai, dan juga dari tengah kota. Menurutnya, visual yang menarik akan lebih menarik perhatian (Dabrisiute:2011). Maka dari itu, ide yang ia gunakan untuk menghasilkan visual yang menarik untuk bangunan tersebut adalah dengan menggunakan metode metafora. Menurut Karl Jormakka dalam bukunya Basic Design Methods (2014) metode metafora merupakan suatu metode perancangan yang memfokuskan pada form/bentuk desain yang menyerupai suatu benda tertentu, misalnya menyerupai tumbuhan, menyerupai hewan, dan lainnya. Tujuan dari metode desain ini adalah untuk menciptakan natural form



dengan arsitektur narasi



yang mudah dimengerti. Arsitektur narasi juga



merupakan bagian dari postmodernisme, yaitu dengan penggunaan cerita dalam merancang suatu desain atau dapat disebut juga dengan konsep. Dalam hal ini, Frank Gehry menggunakan metafora ikan, dengan mempelajari pergerakan dan bentuknya (Arora:2013). Ide metafora ikan dan sculpture kemudian Gehry padukan ke dalam suatu sketsa. Sketsanya hanya berupa suatu gambaran abstrak yang penuh liukan, namun dibalik sketsa abstrak tersebut, Gehry sudah memiliki detail desain yang kemudian dituangkan ke dalam 3D melalui software computer agar desain terlihat lebih matang. Dalam hal ini, menurut O’Donnel (2009) ide yang dihasilkan dari pemikiran postmodernisme akan lebih berkembang karena tidak ada batasan dalam berimajinasi dibandingkan dengan modernisme yang sifatnya sederhana.



Gambar 2.5 Sketsa dan 3D computer Frank Gehry ketika merancang Guggenheim Museum Bilbao (Sumber: Dabrisiute Justina, Guggenheim Museum Bilbao, 2011)



Hasil form yang dihasilkan oleh Frank Gehry menghasillkan double perception bagi masyarakat umum. Menurut Derrida yang dipaparkan oleh



arsitek



Husam



Al-Muzainy



dalam



presentasinya



yang



berjudul



Deconstruction Architecture di tahun 2013, kata tidak hanya memiliki satu makna saja, kata memiliki berbagai makna, sehingga dalam konteks arsitektur kata (bangunan) juga tidak hanya memiliki satu makna tunggal, makna apa saja dapat diterapkan ke dalam suatu bangunan. Puglisi (2000) menyebutkan bahwa menurut masyarakat, bentuk dari Guggenheim Museum Bilbao jika dilihat dari sungai memiliki bentuk seperti kapal dan jika dilihat dari atas, bangunan berbentuk seperti bunga, selain itu museum ini juga berbentuk seperti awan, dan seperti pergerakan tubuh manusia.



Gambar 2.5 Guggenheim Museum dari sungai berbentuk seperti kapal sedangkan dari atas berbentuk seperti bunga (Sumber: http://www.archdaily.com/422470/ad-classics-the-guggenheim-museum-bilbaofrank-gehry Akses: 7/12/16 17:25WIB)



Kontras dengan modernisme dengan desain yang simple, proporsi, dan beraturan, postmodern memiliki style dari dekonstruksi arsitektur yang berupa chaos design. Chaos design merupakan suatu rancangan yang terdiri dari komposisi yang rumit dari volume hibrida dan memiliki berbagai macam lini & sudut (Al-Muzainy:2013).



Gambar 2.6 Bangunan Bauhaus di era modernisme dengan karakter bangunan yang beraturan dan simple



(Sumber: http://www.archdaily.com/409918/ Tanggal 09/12/2016 01:54 WIB dan Sketsa pribadi)



Gambar 2.7 Guggenheim Museum Bilbao dengan karakter bangunan chaos design (Garis dan sudut bangunan berupa lengkung) (Sumber: http://www.archdaily.com/422470/ad-classics-the-guggenheim-museum-bilbaofrank-gehry Akses: 7/12/16 17:25WIB dan Sketsa pribadi)



Chaos design pada Guggenheim Museum Bilbao terletak pada form eksterior, lay-out dan interiornya. Guggenheim Bilbao Museoa tahun 2007 menyebutkan bahwa Guggenheim Museum Bilbao merupakan suatu sculpture. Ia memiliki desain yang tidak beraturan, desain yang tidak proporsi,



desain yang distorsi, yang mana ketidakberaturannya tersebut



menjadikan bangunan ini sebagai landmark kota Bilbao.



Gambar 2.8 Floor plan Bauhaus (beraturan) dan Guggenheim Museum Bilbao (chaos design) (Sumber: http://www.arch.mcgill.ca/prof/bourke/arch672 dan https://www.khanacademy.org/humanities/global-culture/global-art-architecture/a/gehrybilbao Akses: 7/12/16 20:25WIB)



Selain eksteriornya, interior Guggenheim Museum juga tidak kalah chaos, baik dari bentuk layoutnya maupun elemen-elemen interiornya. Interior yang dimiliki museum ini sangat kompleks dan dapat dibilang desain



yang chaos. Postal menyebutkan dalam esainya yang berjudul Frank Gehry, Guggenheim Museum, Bilbao, 1992-97, ke-chaos-an pada interior museum ini terjadi karena Gehry memutar volume dengan menggabungkan kaca dan baja, sehingga bentuk menjadi tidak teratur. Selain itu, komposisi batu kapur dan plester dinding, shaft kaca, juga dibuat tidak beraturan.



Gambar 2.8 Floor plan Bauhaus (beraturan) dan Guggenheim Museum Bilbao (chaos design) (Sumber: http://www.arch.mcgill.ca/prof/bourke/arch672 dan https://www.khanacademy.org/humanities/global-culture/global-art-architecture/a/gehrybilbao Akses: 7/12/16 20:25WIB)



Menurut Glancey (2000), chaos design yang dimiliki pada museum ini memilki bentuk yang spiralis, penuh dengan tonjolan dan bersifat dinamis. Bentuk spiral dan dinamis tersebut dimaksudkan sebagai rancangan inovatif untuk museum yang menerapkan teknologi interaktif sebagai bagian dari struktur bangunan. 



Berbeda



2.3.1. Pengaruh



Dekonstruksi



Arsitektur



Guggenheim



terhadap



Konteks Kota Bilbao



Daftar Pustaka Al-Muzainy, Husam. 2013. Deconstruction Architecture. Jordan. Arora, Rohit. 2013. Deconstructive Architecture and Its Pioneer Architects. National Institute of Technology Patna. Beatriz, P. 2007. The Bilbao Effect (Guggenheim Museum Bilbao). Museum News. Dabrisiute, Justina. 2011. Guggenheim Museum Bilbao. Dessau International Architecture Graduate School. Glancey, Jonathan. 2000. The Story of Architecture. London: Dorling Kindersley. Jencks, Charles. 1991. The Language of Post-Modern Architecture. London.



Jormakka, Karl. 2014. Basic Design Methods. Basel: Birkhauser Verlag. No name. 2007. The Guggenheim Museum Bilbao Building. Bilbao: Guggenheim Bilbao Miseoa. O’Donnel, Kevin. 2009. Postmodernisme. Yogyakarta:Kanisius. Puglisi, Luigi P. 2008. New Direction in Contemporary Architecture: Evolution and Revolution in Building Design since 1988. England: John Wiley & Sons Ltd. Slessor, Catherine. 1997. Guggenheim Museum by Frank O. Gehry & Associates (Bilbao, Spain). Widagdo. 2011. Desain dan Kebudayaan. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Pagnotta, Brian. 2013. AD Classics: The Guggenheim Museum Bilbao / Frank



Gehry.



http://www.archdaily.com/422470/ad-classics-the-



guggenheim-museum-bilbao-frank-gehry.



Diakses



tanggal



07/12/2016 Pukul 19:42WIB. Eliinbar. 2011. Learning from Frank Gehry Chapter 3 – the most successful “floor plan Strategy”. https://archidialog.com/tag/guggenheimmuseum-in-bilbao/ . Diakses tanggal 08/12/2016 Pukul 22:33 WIB. Postal, Matthew A. Frank Gehry, Guggenheim Museum, Bilbao, 1992-97. https://www.khanacademy.org/humanities/global-culture/global-artarchitecture/a/gehry-bilbao. Diakses tanggal 08/12/2016 Pukul 14:33 WIB.