Gangguan Mobilitas FISIK G3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT GANGGUAN MOBILITAS FISIK



A. DEFINISI GANGGUAN MOBILITAS FISIK Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri (SDKI, 2017). Hambatan mobilitas fisik merupakan keterbatasan dalam gerakan fisik satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (NANDA, 2018). Gangguan mobilitas fisik adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang menggangu pergerakan aktivitas misalnya mengalami trauma tulang belakang. Berhubungan dengan hambatan mobilitas (Indramaharestu, 2020) Jadi, dapat disimpulkan bahwa gangguan mobilitas fisik merupakan suatu kejadian yang dialami seseorang yang mengalami trauma tulang belakang dan yang lainnya, sehingga seorang tersebut mengalami keterbatasan gangguan fisik ekstermitas. B. BATASAN KARAKTERISTIK Batasan karakteristik gangguan mobilitas fisik menurut SDKI (2017) yaitu : 1. Gejala dan Tanda Mayor Subjektif - Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas Objektif - Kekuatan otot menurun - Rentang gerak (ROM) menurun 2. Gejala dan Tanda Minor Subjektif - Nyeri saat bergerak - Enggan melakukan pergerakan - Merasa cemas saat bergerak Objektif - Sendi kaku - Gerakan tidak terkoordinasi - Gerakan terbatas - Fisik lemah C. ETIOLOGI Adapun etiologi dari gangguan mobilitas fisik menurut SDKI (2017) adalah : 1. Kerusakan integritas struktur tulang 2. Perubahan metabolisme



3. Ketidakbugaran fisik 4. Penurunan kendali otot 5. Penurunan massa otot 6. Penurunan kekuatan otot 7. Keterlambatan perkembangan 8. Kekakuan sendi 9. Kontraktur 10. Malnutrisi 11. Gangguan musculoskeletal 12. Gangguan neuromuskuler 13. Indeks massa tubuh di atas persentil ke-75 sesuai usia 14. Efek agen farmakologis 15. Program pembatasan gerak 16. Nyeri 17. Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik 18. Kecemasan 19. Gangguan kognitif 20. Keengganan melakukan pergerakan 21. Gangguan sensori persepsi D. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan masalah gangguan mobilitas fisik yaitu dengan memberikan latihan rentang gerak. Latihan rentang gerak yang dapat diberikan salah satunya yaitu dengan latihan Range of Motion (ROM) yang merupakan latihan gerak sendi dimana pasien akan menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara pasif maupun aktif. Range of Motion (ROM) pasif diberikan pada pasien dengan kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang maupun sendi dikarenakan pasien tidak dapat melakukannya sendiri yang tentu saja pasien membutuhkan bantuan dari perawat ataupun keluarga. Kemudian, untuk Range of Motion (ROM) aktif sendiri merupakan latihan yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa membutuhkan bantuan dari perawat ataupun keluarga. Tujuan Range of Motion (ROM) itu sendiri, yaitu mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian, merangsang sirkulasi darah, mencegah kelainan bentuk (Potter & Perry, 2019). Saputra, dikutip dalam Indamaharestu (2020) berpendapat bahwa penatalaksanaan untuk gangguan mobilitas fisik, antara lain : 1. Pengaturan posisi tubuh sesuai dengan kebutuhan pasien, seperti memiringkan pasien, posisi fowler, posisi sims, posisi trendelenburg, posisi genupectoral, posisi dorsal recumbent, dan posisi litotomi.



2. Ambulasi dini Salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan yang lainnya. 3. Melakukan aktivitas sehari-hari. Melakukan aktivitas sehari-hari dilakukan untuk melatih kekuatan, ketahanan, dan kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta mingkatkan fungsi kardiovaskular. 4. Latihan Range of Motion (ROM) aktif atau pasif. E. FOKUS PENGKAJIAN Menurut Perry & Potter (2019), pengkajian pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat mencakup tingkat aktivitas rutin pasien dan toleransi serta informasi tentang fungsi sebelum sakit. Kaji kesejajaran dan postur tubuh dengan pasien berdiri, duduk, atau berbaring. Melalui penilaian, dapat diketahui perubahan fisiologis normal pasien dalam pertumbuhan dan perkembangan; penyimpangan terkait dengan postur tubuh yang buruk, trauma, kerusakan otot, atau disfungsi saraf; dan kebutuhan belajar apapun. Selain itu, penilaian berguna untuk mengamati postur pasien dan memperoleh informasi penting tentang faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap keselarasan yang buruk seperti kelelahan, malnutrisi, dan masalah psikologis. Pada pengkajian masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik, penilaian muskuloskeletal dapat dilakukan sebagai pemeriksaan terpisah atau terintegrasi dengan bagian lain dari pemeriksaan fisik total. Penilaian fungsi muskuloskeletal berfokus pada penentuan rentang gerak sendi, kekuatan dan tonus otot, serta kondisi sendi dan otot. Menilai integritas muskuloskeletal sangat penting ketika pasien mengeluh nyeri atau kehilangan fungsi pada sendi atau otot. Saat memeriksa fungsi muskuloskeletal pasien, visualisasikan anatomi penempatan tulang dan otot serta struktur sendi. Jenis sendi bervariasi dalam tingkat mobilitas, tergantung pada jenis sendi. Untuk pemeriksaan lengkap untuk mengamati otot dan sendi, apakah mereka bebas bergerak yaitu dengan cara : minta pasien mengambil posisi berbaring, terlentang, tengkurap, atau berdiri saat menilai kelompok otot tertentu (Perry & Potter, 2021). Pengkajian mobilisasi dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut (Aziz Alimul, dikutip dalam Imelda Berutu 2016) Tingkat Mobilitas Tingkat 0 Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4



Kategori Mampu merawat diri sendiri secara penuh Memerlukan penggunaan alat Memerlukan bantuan, atau pengawasan orang lain Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain dan peralatan Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan



Pengkajian rentang gerak (Range Of Motion-ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki. Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal, dan transversal. Mobilisasi sendi di setiap potongan dibatasi oleh ligament, otot dan konstruksi sendi. Ketika mengkaji rentang gerak, perawat menanyakan pertanyaan dan mengobservasi dalam mengumpulkan data tentang kekakuan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasan gerak, dan gerakan yang tidak sama (Potter & Perry, 2021) Derajat Rentang Gerak Sendi Normal Bahu Abduksi : gerakan lengan ke lateral dari posisi samping keatas 180 kepala, telapak tangan menghadap posisi yang paling jauh Siku Fleksi : angkat lengan bawah kearah depan dan kearah atas 150 menuju bahu. Pergelangan tangan Fleksi : tekuk jari – jari tangan kearah bagian dalam lengan 80-90 bawah. Ekstensi : luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi. 80-90 Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan kearah belakang sejauh 70-90 mungkin. Abduksi : tekuk pergelangan tangan kesisi ibu jari ketika telapak 0-20 tangan menghadap keatas. Adduksi : tekuk pergelangan tangan kearah kelingking, telapak 30-50 tangan menghadap keatas. Tangan dan Jari Fleksi : buat kepalan tangan. 90 Ekstensi : luruskan jari. 90 Hiperekstensi : tekuk jari – jari tangan kebelakang sejauh 30 mungkin. Abduksi : kembangkan jari tangan. 20 Adduksi : rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi. 20 Selanjutnya adalah pengkajian kekuatan otot dan gangguan koordinasi, dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak. Berikut adalah tabel derajat kekuatan otot (Perry & Potter, 2019) : Skala 0 1 2 3



Persentase Kekuatan Normal 0 10 25 50



Karakteristik Paralisis sempurna Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat dipalpasi atau dilihat Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan Gerakan yang normal melawan gravitasi



4



75



5



100



Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahanan penuh



F. FOKUS INTERVENSI 1. SLKI (2018) Mobilitas Fisik (L.05042) Definisi : kemampuan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri. Ekspetasi : menurun Kriteria Hasil : Menurun Pergerakan ekstremitas Kekuatan otot Rentang gerak (ROM)



Nyeri Kecemasan Kaku sendi Gerakan tidak terkoordinasi Gerakan terbatas Kelemahan fisik



1 1 1 Meningkat 1 1 1 1 1 1



Cukup Menurun 2 2 2 Cukup meningkat 2 2 2 2 2 2



Sedang 3 3 3 Sedang 3 3 3 3 3 3



Cukup Meningkat 4 4 4 Cukup menurun 4 4 4 4 4 4



Meningkat 5 5 5 Menurun 5 5 5 5 5 5



2. SIKI (2018) Dukungan Ambulasi (I. 06171) Definisi : memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas berpindah. Tindakan : Observasi - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya - Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi - Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi Terapeutik - Fasilitas aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. Tongkat, kruk) - Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi Edukasi - Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi - Anjurkan melakukan ambulasi dini - Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukakn (mis. Berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)



G. DAFTAR PUSTAKA Berutu, Imelda. (2016). Asuhan Keperawatan dengan Masalah Hambatan Mobilitas Fisik pada Pasien DM Tipe II (Gangren Diabetik) Di RSUD. dr. Pirngadi Medan. Universitas Sumatera Utara 132500139.pdf (usu.ac.id) diakses pada November 2021 Indamaharestu. (2020). Penerapan Range Of Motion (Rom) Pasif pada Pasien dengan Masalah Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik : Stroke di RSUD Wates. Yogyakarta: Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. eprints.poltekkesjogja.ac.id/2511/ diakses pada November 2021 NANDA. (2018). Buku diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2018-2021. Jakarta :EGD Perry & Potter. (2019). Essentials for Nursing Practice. Edition 9. Canada ; Elsevier Inc. Perry & Potter. (2021). Fundamentals of Nursing, Tenth Edition. Canada ; Elsevier Inc. PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik Keperawatan, Edisi 1. Jakarta ; DPP PPNI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta ; DPP PPNI PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hail Keperawatan, Edisi 1. Jakarta ; DPP PPNI