Geologi Indonesia NTB [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERENCANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN (Materi : Bumi Sebagai Ruang Kehidupan) Dosen pengampu Mei Vita Romadon Ningrum, M.Pd.



Di Susun Oleh Wina Oktaviati



: 1705155005



Rahma Magfira



: 1705155006



Nadya Dinnar Wahyulin



: 1705155013



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI UNIVERSITAS MULAWARMAN 2019



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ilmiah tentang struktur geologi Nusa tenggara Barat dalamrangka memenuhi tugas mata kuliah geologi umum . Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah mengenai struktur geologi Nusa Tenggara Barat ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.



Samarinda ,17 Maret 2019   Penyusun



DAFTAR ISI Kata Pengantar……………………………………………………………………



i



Daftar Isi………………………………………………………………………… ii BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………. 1 1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1 1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………1 1.3 Tujuan…………………………………………………………………..2 BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………3 2.1 Struktur Geologi Nusa Tenggara Barat.……………………………….3 2.2 Fisiografi dan Potensi Struktur Geologi NTB…………………………4 2.3 Kondisi Tektonik di NTB……………………………………………..18 2.4 Kondisi Geografi NTB………………………………………………..24 BAB III PENUTUP……………………………………………………………….28 3.1 Kesimpulan……………………………………………………………28 Daftar Pustaka……………………………………………………………………….



BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pulau Nusa Tenggara atau dalam bahasa yang lebih lama dikenal sebagai kepulauan sunda kecil, merupakan sebuah gugusan pulau yang secara relative berada pada sebelah timur pulau jawa dan bali. Nusa Tenggara memanjang hingga di sebelah barat pulau timor, yang mana sudah menjadi Negara tersendiri. Nusa Tenggara pada dasarnya terbagi atas dua bagian, yaitu Nusa Tenggara bagian barat (NTB) dan Nusa Tenggara bagian timur (NTT). Dua bagian tersebut terintegrasi dengan Bali sehingga disebut dengan Kepulauan Sunda Kecil. Nusa tenggara berada diantara bagian timur pulau Jawa dan kepulauan Banda tediri dari pulau-pulalu kecil dan lembah sungai. Secara fisik, dibagian utara berbatasan dengan pulau Jawa, bagian timur dibatasi oleh kepulauan Banda, bagian utara dibatasi oleh laut Flores dan bagian selatan dibatasi oleh Samudra Hindia. Secara geologi nusa tenggara berada pada busur Banda. Rangkaian pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori lempeng tektonik, deretan pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona subduksi indoaustralia pada kerak samudra dan dapat di interpretasikan kedalaman magmanya kira-kira mencapai 165-200 km sesuai dengan peta tektonik Hamilton (1979). Nusa Tenggara Barat (disingkat NTB) ialah sebuah provinsi di Indonesia yang berada pada bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara. Provinsi ini beribukota di Mataram dan memiliki 10 Kabupaten dan Kota. Pada awal kemerdekaan Indonesia, wilayah ini termasuk dalam wilayah Provinsi Sunda Kecil yang beribukota di Singaraja. Kemudian, wilayah Provinsi Sunda Kecil dibagi menjadi 3 provinsi: Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Dua pulau terbesar di provinsi ini adalah Lombok yang terletak di barat dan Sumbawa yang terletak di timur. Sebagian besar dari penduduk Lombok berasal



dari suku



Sasak,



sementara masyarakat



Bima



(suku



Mbojo) dan Sumbawamerupakan kelompok etnis terbesar di Pulau Sumbawa. Mayoritas penduduk Nusa Tenggara Barat beragama Islam, yaitu sekitar (94%) Nusa Tenggara Barat terdiri dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, memiliki luas wilayah 20.153,15 km2. Terletak antara 115° 46' - 119° 5' Bujur Timur dan 8° 10' - 9 °g 5' Lintang Selatan. Selong merupakan kota yang mempunyai ketinggian paling tinggi, yaitu 148 m dari permukaan laut, sementara Raba terendah dengan 13 m dari permukaan laut. Dari tujuh gunung yang ada di Pulau Lombok, Gunung Rinjani merupakan gunung tertinggi dengan ketinggian 3.775 m, sedangkan Gunung Tambora merupakan gunung tertinggi di Sumbawa dengan ketinggian 2.851 m. Sungai-sungai di Nusa Tenggara Barat dikelompokkan ke dalam dua wilayah sungai, yaitu Wilayah Sungai (WS) yaitu WS Lombok dan WS Sumbawa. WS Lombok terdiri atas 197 DAS dan WS Sumbawa 555 DAS. Berdasarkan data statistik dari lembaga meteorologi, temperatur maksimum pada tahun 2001 berkisar antara 30,9° – 32,1 °C, dan temperatur minimum berkisar antara 20,6° - 24,5°C. Temperatur tertinggi terjadi pada bulan September dan terendah ada bulan November. Sebagai daerah tropis, NTB mempunyai rata-rata kelembaban yang relatif tinggi, yaitu antara 48 - 95 %. Kabupaten atau kota yang ada di Nusa Tenggara Barat ada 10 kabupaten diantaranya ialah Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Sumbawa Barat, Kota Bima dan Kota Mataram. 2. Rumusan Masalah a. Bagaimana struktur geologi di Nusa Tenggara Barat? b. Apa saja fisiografi dan potensi yang terdapat di Nusa Tenggara Barat dari struktur geologi? c. Bagaimana kondisi tektonik di Nusa Tenggara Barat? d. Bagaimana kondisi geografi di Nusa Tenggara Barat?



3. Tujuan a. Mampu memahami struktur geologi di Nusa Tenggara Barat. b. Mampu mengetahui fisiografi dan potensi yang terdapat di Nusa Tenggara Barat dari struktur geologi. c. Mampu memahami kondisi tektonik di Nusa Tenggara Barat. d. Mampu memahami kondisi geografi di Nusa Tenggara Barat.



BAB II PEMBAHASAN 1. Struktur Geologi NTB Tatanan geologi Nusa Tenggara Barat merupakan wilayah yang berada pada kawasan pertemuan dua lempeng, yaitu lempeng Indo-Australia dan lempeng Australia yang bertumbukan, menghasilkan tiga vulkan aktif bertipe A, yaitu gunung Rinjani, gunung Tambora, dan gunung Sangeangapi. Pada pulau Flores justru memiliki struktur geologi yang sama dengan pulau Jawa. Namun terdapat perbedaan pada struktur genatiklinal yang sebagian besar mengalami proses tektonik sekunder dermal, yaitu proses peluncuran menuju dasar laut, khususnya bagian utara. Struktur geologi pulau Sumbawa terutama terdiri dari sistem retakan berarah baratlaut – tenggara hingga timurlaut – baratdaya. Berdasarkan pergerakan pergeseran sentuhan batuan, sistem pensesarannya merupakan sesar jurus akan tetapi diantara Pulau Moyo - teluk Saleh sesarnya berupa sesar normal. Gunungapi yang masih aktif di lembar Sumbawa yaitu Gunungapi Tambora. Letusan pada tahun 1815 menghasilkan sekitar 105 km3 material gunungapi terutama dari abu dan tufa lapilli. Dilihat dari muntahan materialnya, ini merupakan letusan terbesar yang pernah tercatat. Stratigrafi Nusa Tenggara Barat pada dasarnya secara umum merupakan batuan tersier (batuan tertua), dan batuan kuarter (batuan termuda), serta didominasi batuan vulkanik dan alluvium. Batuan tersiernya merupakan perselingan antara sandstone kuarsa, breksi, lava, tuff, batu gamping, dan dasit. Pada pulau Sumbawa, terdiri atas lava, breksi, tuff, andesit, sandstone, tuffaan, claystone, dasit, tonalit, batu gamping berlapis, dasitan, batu gamping tuffaan, serta lempung tufaan. Batuan termudanya, pulau Lombok merupakan perselingan dari breksi gampingan, lava, breksi, lava tuff, tuff, batu apung, serta breksi lahar. Sedang di pulau Sumbawa, terdiri atas terumbu, koral terangkat, konglomerat, tanah merah hasil vulkanik, gunungapi tua, gunungapi Sangeangapi, gunungapi



Tambora, gunungapi muda dan batugamping koral. Pada kedua pulau tersebut, terdapat endapan pantai dan alluvium cukup luas. Kondisi geologi wilayah NTB dengan batuan tertua berumur tersier dan termuda berumur kuarter, didominasi oleh batuan gunung api serta aluvium (recent). Batuan tersier di pulau lombok terdiri dari perselingan batu pasir kuarsa, batu lempung, breksi, lava, tufa dengan lensa-lensa batu gamping, batu gamping dan dasit. Sedangkan di pulau sumbawa terdiri dai lava, breksi, tufa, andesit, batu pasir, tufa, batu lempung, dasit, tonalit, dasitan, batu gamping berlapis, lempung tufan. Batu kuarter di pulau lombok terdiri dari perselingan breksi gampingan dan lava, breksi, lava, tufa, batuapung dan breksi lahar. Sedangkan di pulau sumbawa terdiri dari terumbu koral terangkat, epiklastik (konglomerat), hasil gunung api tanah merah, gunung api tua, gunung api sangeangapi, gunung tambora, gunungapi muda dan batu gamping koral. Aluvium dan endapan pantai cukup luas terdapat di pulau sumbawa dan lombok. Struktur  geologi yang kita jumpai di jawa dapat ditelusuri sampai di pulau flores. hanya geantiklinlnya sebagian besar telah mengalami tektonik sekunder dermal meluncur ke dasar laut di sebelah utaranya. Stutterhein (1922) mengemukakan bahwa sejarah hindu, pulau bali terpisah dari pulau jawa pada tahun 280 M. Perluasan ke timur dari busur dalam vulkanis adalah rangkaian pulau-pulau Bali-Lombok-Sumbawa-Flores. Disetiap pulau tersebut dijumpai zona-zona seperti zona solo yang terisi vulkan kuater menempati bagian utara pulau bali (G. Batur, G. Agung), bagian utara pulau lombok (G. Rinjani), mulai tidak nampak di pulau sumbawa karena geatiklinalnya tenggelam di dasar laut membentuk teluk sholeh, di P. Flores bekas geantiklinal masih nampak di pulau komodo dan P. Rinca dan juga teluk maumere di Flores timur. Busur laut non vulakanisnya berupa pegunungan dasar laut sebelah selatan deretan pulau-pulau tersebut. Kondisi geologi wilayah NTB dengan batuan tertua berumur Tersier dan yang termuda berumur Kuarter, didominasi oleh Batuan Gunungapi serta Aluvium (recent). Batuan Tersier di Pulau Lombok terdiri dari perselingan batupasir



kuarsa, batulempung, breksi, lava, tufa dengan lensa-lensa batugamping, batugamping dan dasit. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari lava, breksi, tufa, andesit, batupasir tufaan, batulempung, dasit, tonalit, tufa dasitan, batugamping berlapis, batugamping tufaan dan lempung tufaan. Batuan Kuarter di Pulau Lombok terdiri dari perselingan breksi gampingan dan lava, breksi, lava, tufa, batuapung dan breksi lahar. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari terumbu koral terangkat, epiklastik (konglomerat), hasil gunungapi tanah merah, gunungapi tua, gunungapi Sangeangapi, gunungapi Tambora, gunungapi muda dan batugamping koral. Aluvium dan endapan pantai cukup luas terdapat di Pulau Sumbawa dan Lombok. Terdapat dua unsur geologi utama di Pulau Lombok yaitu lingkaran gunung berapi di sebelah utara dan lingkaran rendah yang sudah tua di sebelah selatan.



Gambar 1 : Peta Geologi NTB       



Berdasarkan peta diatas, jenis batuan yang ada di Nusa tenggara barat bagian Sumbawa telah di bagi berdasarkan warna, dan batuan yang dominan pada peta tersebut yaitu batuan sedimen, selain itu sisanya merupakan batuan vulkanik dan



batuan terobosan. Adapun jenis batua berdasarkan warna pada peta diatas meliputi sebagai berikut : a. Kuning, merupakan batuan sedimen (batu lempung tufan). Batu lempung tufan merupakan sisipan batu pasir, dan kerikil hasil rombakan batuan gunung api. b. Merah jambu, merupakan batuan vulkanik  dengan satuan breksi tanah merah. Satuan breksi tanah merah merupakan breksi gunung api bersusun andesit hasil letusan gunung, dan jenis batuan ini berumur kuarter. c. Coklat, merupakan batuan vulkanik dengan satuan breksi andesit-basal. Satuan breksi andesit-basal merupakan breksi gunung api, lahar, tuf, abu, dan lava, bersusun andesit basal. d. Pingk tuah, merupakan batuan terobosan yaitu andesit, basal, desit, dan batuan yang tak teruraikan yang sebagian batuan beku lelehan. Satuan ini menerobos batuan berumur miosen awal.  2. Potensi dan Fisiografi Geologi NTB 2.1 Potensi Nusa Tenggara Barat Di Nusa Tenggara Barat, terdapat Gunung Rinjani dan Gunung Tambora, juga fenomena danau air asin di Pulau Satonda yang dapat menjadi daya tarik geowisata, juga pesona Air Terjun Mata Jitu yang masih belum banyak tersentuh tangan manusia. Sedikit ke arah timur, di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Labuan Bajo merupakan tempat destinasi yang sangat indah. Dari Labuan Bajo dapat dijangkau destinasi utama yaitu binatang Komodo yang dapat dilihat di Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Dapat dilanjutkan untuk pergi ke Pulau Padar yang menawarkan pemandangan pantai dari atas bukit, juga terdapat Pulau Kanawa dan Pulau Bidadari, Pantai Pink, serta perairan diantara hamparan pulau-pulau yang memanjakan para penyuka kegiatan selam dan snorkling. Berbagai penginapan dipilih tinggal baik yang berada di daratan maupun penginapan apung. Deskripsi di atas, baru sebagian dibandingkan jika kita mencoba merunut



lagi ke arah timur, maka masih banyak potesi wisata lainnya yang tidak kalah indah. Gunung Rinjani merupakan gunung tertinggi di Pulau Lombok dengan ketinggian mencapai 3.726 mdpl, di sisi lain, Gunung Tambora adalah gunung paling tinggi di Pulau Sumbawa yang memiliki ketinggian mencapai hingga 2.851 mdpl. Keseluruhan gunung yang berada baik di Pulau Lombok maupun Pulau Sumbawa merupakan gunung berapi yang masih aktif hingga saat ini. Bahkan sejak beberapa tahun terakhir, Gunung Rinjani menunjukkan peningkatan aktifitas yang signifikan diikuti oleh terjadinya sejumlah erupsi tingkat kecil hingga berskala medium yang berimbas pada kawasan di sekitarnya. Kondisi ini membuat NTB secara fisiografi dapat diklasifikasikan datar, landai, bergelombang dan bergunung-gunung. Selain dua gunung utama di atas NTB masih memiliki sejumlah dataran tinggi yang menyimpan aneka potensi alam.



Gambar 2 : Kenampakan salah satu relief permukaan yang ada di NTB



Wilayah perairan laut Nusa Tenggara Barat termasuk pada perairan laut dalam dengan dasar perairan yang terdiri dari batu karang dan pasir.Meskipun curah hujan di kabupaten lombok barat relatif rendah, di wilayah kota ini mengalir 4 buah sungai yang cukup besar dan potensial sebagai sumber mata air permukaan. Sarana transportasi laut, pemerintah memfasilitasi melalui keberadaan sejumlah pelabuhan utama yakni Pelabuhan Lembar di Lombok Barat, Pelabuhan Khayangan di Lombok Timur, Pelabuhan Badas di Sumbawa dan Pelabuhan Sape di Bima. Sejauh ini, Pelabuhan Lembar merupakan pelabuhan inti di Provinsi NTB yang menjadi pusat mobilitas masyarakat dan bongkar muat barang maupun komoditi perdagangan lainnya baik yang berskala nasional maupun internasional untuk ekspor maupun impor. Tabel di bawah ini secara lengkap menunjukkan rincian sejumlah bandara dan pelabuhan di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang diurut berdasarkan letaknya. Segi pertambangan, potensi unggulan daerah yang dimiliki Provinsi NTB yakni sebagai penghasil mineral logam yang cukup signifikan yang terdiri dari belerang, emas, pasir besi, tembaga, mangan, timah hitam serta perak. Keberadaan sejumlah mineral logam ini menjadi keunggulan tersendiri bagi Provinsi NTB guna meningkatkan investasi asing di NTB terutama dari segi pertambangan. Potensi bahan galian logam di NTB tersebar di sejumlah wilayah kabupaten / kota, namun pertambangan terbesar sejauh ini 66 terletak di Pulau Sumbawa. Besarnya potensi tambang yang dimiliki NTB ini dibuktikan dengan adanya perusahaan tambang asing asal Amerika Serikat yakni PT. Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) yang beroperasi dan melakukan galian tambang emas di Sumbawa Barat. Secara rinici, tabel di bawah ini menunjukkan data letak dan jumlah potensi galian logam yang dimiliki oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2.1 Potensi Sumber Daya Mineral dan Energi



Sebagai hasil proses geologi yang terus berlanjut di berbagai lokasi di Kabupaten



Sumbawa,



telah



dihasilkan



berbagai



jenis



bahan



galian,



diantaranya: emas, perak, tembaga, tima, seng, pasir besi, gypsum, fosfat, krisopras, batu silika, kalsedon, oniks, kaolin dengan persediaan yang cukup banyak, namun masih dalam proses pendataan(data dari pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa). Dari hasil penyelidikan pendahuluan dan rinci sumber daya mineral golongan B (vital) telah ditemukan berupa : logam mulia (emas dan perak), logam dasar (timbal dan tembaga), logam besi serta mineral industri (belerang). Emas, perak dan tembaga merupakan endapan hidrothermal dengan indikasi berupa urat-urat kwarsa dengan ketebalan bervariasi, serta type pofiri. Indikasi adanya emas, perak dan tembaga ini hampir di seluruh wilayah Sumbawa bagian barat. Cebakan emas dan tembaga tipe porfiri dijumpai di lokasi Batu Hijau, Dusun Tongo Desa Sekongkang Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat. Kini sedang dilakukan tahap eksplorasi/produksi bahan galian golongan B berupa tembaga dan emas dan telah diketahui jumlah cadangan yang potensial. Potensi-potensi sumber daya Nusa Tenggara Barat a. Potensi Mineral Logam Potensi sumber daya dan cadangan logam emas dan tembaga ditemukan di daerah Batu Hijau dan Dodo-Elang (Sumbawa), Keberadaan pasir besi juga terdapat Pantai Selatan Pulau Sumbawa. Untuk lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel: Jumlah Potensi Sumber daya Mineral Logam di NTB Jenis 



Lokasi



Mineral



Kabupaten/ Cadangan  Luas  Kelas Kota



(Ton)



(Ha)



Cadangan



Emas



1.Pelangan(Tembowong) 



Lombok



1,395



75,00  Hipotetik



(Au)



2. Pelangan Simba 



Barat 



0,291 



75,00



3. Dodo 



Lombok



1,671 



200,00  Tereka 



Hipotetik 



4. Batuhijau 



Barat 



353,808 



200,00  Terukur 



5. Sori Pesa



Sumbawa 



0,390



1,00



Tereka



Sumbawa  Bima  



Jumlah



 



357,501



551,00  



Perak



1. Sori Pesa 



Bima 



3,900 



1,00 



(Ag)



2. Batu Hijau



Sumbawa



708,738



20,00



 



Jumlah / Total



 



712,638



21,00



Sumbawa



4.700.000 200,00 Terukur



 



4.700.000 200,00  



Pasir Besi 1. Pantai Labuhan Haji 



Lombok



200,00 



20,00  Hipotetik 



(Fe)



2. Labuhan Gudang Alas 



Timur 



100,00



3,00 



Hipotetik 



3. Pantai Tolokalo 



Sumbawa 



2.745,40 



1,25 



Hipotetik 



4. Pantai Sanggar 



Dompu 



1.328,15



0,65 



Hipotetik



5. Pantai Sowa 



Bima 



2.025,38 



0,31 



Hipotetik 



6. Pantai Tololai 



Bima 



319,81 



0,89 



Tereka 



7. Pantai Sangiang Barat 



Bima 



4.817,40



1,40 



Hipotetik 



8. Pantai Wawu 



Bima 



1.625,80 



0,80 



Tereka 



9. Pantai Totonaro 



Bima 



3.885,00 



13,00  Terukur 



10.Pantai Lere



Bima 



37,29



0,04



Tembaga 1. Batu Hijau



Terukur



 



(Cu)  



 



Jumlah / Total



Tereka



Bima  



Jumlah / Total



 



17.064,23 29,34



 



Timbal



1. Lentek, Rambitan



(Pb)  



2.450.000 2,00



Terukur



2.450.000 2,00



 



Tengah Jumlah / Total



i.



Lombok



 



Tembaga Endapan bahan galian tembaga yang terdapat di Batu Hijau saat ini sedang ditambang oleh PMA. Potensi sumber daya yang telah diketahui sebanyak 930.000.000 ton bijih dengan kadar 0,54% Cu atau setara dengan 5.020.000 ton tembaga.



ii.



Emas Bahan galian emas sebagai mineral ikutan dari tambang tembaga diusahakan oleh PMA di daerah Batu Hijau. Sedangkan lima daerah prospek lainnya yaitu Dodo-Elang, Rinti, Lunyuk Utara, Teluk Panas di Pulau Sumbawa. Secara umum endapan emas di daerah ini terdiri dari dua tipe yaitu sebagai urat dan porpiri. Potensi sumber daya endapan emas yang telah diketahui secara keseluruhan adalah dengan kadar rata-rata 0,14 g/t Au atau setara dengan 377 ton emas.



iii.



Timbal Endapan timbal tipe hidrotermal terdapat di daerah Senggoro, Kecamatan Plampang, Kabupaten Sumbawa dengan kadar dalam batuan 0,5% Pb dan 1,60 g/t Pb.



iv.



Perak Endapan bahan galian perak umumnya merupakan mineral ikutan dengan endapan emas, banyak ditemukan di Kabupaten Sumbawa dalam bentuk urat kwarsa dan stockwork tipe epithermal dengan kadar perak dalam batuan termineralisasi berkisar antara 5-66 g/t Ag. Endapan perak yang berasosiasi



dengan emas dan air raksa dengan kadar 22-31 g/t Ag, ditemukan di Brang Air Panas, Kecamatan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa.



Gambar 3 : Persebaran Sumber Daya Alam Mineral



b. Potensi Mineral non logam Tabel: Potensi Mineral Non Logam di Provinsi Nusa Tenggara Barat No Komoditas



Tingkat



Sumber Daya



Keterangan



Penyelidikan



1. Andesit



Prospek 



Jumlah (Ton)



Klasifikasi



1.800.00 



Spekulatif 



Merupakan



Hipotetik



breksi ulkanik



Pengamatan  49.040.00 



Pendahuluan  1.024.001.554  Memungkinkan  Detail



235.051.000



Terbukti



   



Lava



dan



2



Batuapung



Prospection



96.013.000



spekulatif



Batuapung yang memiliki kandungan 60,91% SiO 2



3



Batugamping Prospek



596.806.550 



spekulatif 



Bahan dasar Kalsium 



Pengamatan  341.711.000 



Hipotetik 



Karbonat(CaC0 3)



Pendahuluan 127.612.500



Hipotetik



4



Belerang



Pengamatan 275



Hipotetik



Lempung pengotor



5



Bentonit



Pengamatan 118.878.000



Hipotetik



-



6



Dasit



Pendahuluan 404.880.000



Hipotetik



Material



bangunan,



agregat beton. 7



8



9



Diorit



Kalsedon



Kaolin



Pendahuluan  1.587.000 



Hipotetik 



Putih terang, kekuningan



Pengamatan 117.851.000



Hipotetik



dan putih kecoklatan



Pengamatan  37.700 



Hipotetik 



Putih



Detail Expl.



Terbukti



putih kecoklatan



Hipotetik



Mengandung senyawa SiO



36.000



Pengamatan 6.016.000



kekuningan



dan



2 :7,35%, Al 2 O 3 : 9,83%, Fe 2 O 2 :14,97% 10 Lempung



Pengamatan  497.279.000 



Hipotetik 



SiO2:19,52-



Pendahuluan 9.302.900



Memungkinkan 60,72%:Al2O3:7,7423,35%,



11 Marmer



Pengamatan  33.021.500 



Hipotetik 



Marmer dengan kuat tekan



Pendahuluan  1.336.626.000  Memungkinkan  600-800 kg/cm 2  Eksplorasi



36.726.000



Terbukti



Gamping



kristalin



dgn



Datail



Kuat tekan 836 kg/cm 2, untuk exterior & interior



12 Oker



Pendahuluan 45.000



Memungkinkan Batuan



vulkanik



beku,



kuning kemerahan 13 Pasir



Pengamatan  80.000 



Hipotetik 



Bercampur batuapung 



Pendahuluan  600.000 



Spekulatif 







Prospek



Spekulatif



-



14 Pasir kwarsa Pengamatan 83.000



Hipotetik



-



15 Perlit



Pendahuluan 8.000



Possible



kehijauan transparan



16 Pirofilit



Pengamatan 84.332.000



Hipotetik



-



17 Sirtu



Pengamatan  3.309.981 



Hipotetik 



Kerikil pasiran berukuran



Prospek 



2.230.000 



Spekulatif



alluvium 



Eksplorasi



75.000



Terbukti



-



Pengamatan  564.00 



Hipotetik 



Tuff



Pendahuluan 468.000



Hipotetik



alterasi



5.568.000



Datail 18 Toseki



Hasil



rombakan



Hidrothermal,



Putih kekuningan. 19 Trash



Eksplorasi



506.00 



Terbukti 



Berkualitas



Datail



2.128.300



Spekulatif



kuat tekan 2.97-7,7 kg/cm



 



bagus



dgn



2, dan 20,7-35 kg/cm 2,



i.



Sirtu Endapan Sirtu tersebar di beberapa daerah kecamatan antara lain; Alas, Taliwang, Moyo Hilir, Lape Lopok, Lenangguar, Plampang Kabupaten Sumbawa; Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat. Pemanfaatan Sirtu adalah sebagai bahan bangunan dan pembuatan jalan.



ii.



Andesit - Dasit – Diorit Bahan galian ini berupa komponen breksi dari endapan piroklastik lava dan intrusi terdapat di kecamatan; Taliwang, Plampang, Sumbawa Besar, Lape Lopok, Batulanteh Kabupaten Sumbawa. Pemanfaatan Batuan Andesit adalah untuk bahan bangunan dan pembuatan jalan.



iii.



Batugamping Seteluk, Jereweh, Taliwang, Moyohulu, Sumbawa, Alas Kabupaten Sumbawa. Potensi sumber daya Batugamping Pemanfaatan Batugamping untuk industri, konstruksi, pertanian, bahan pembuat semen, dan lain-lain.



iv.



Kaolin Sebaran endapan Kaolin terdapat di Taliwang, Seteluk Kabupaten Sumbawa. Potensi Pemanfaatan Kaolin untuk bahan baku industri keramik.



v.



Gipsum Sebaran endapan Gipsum terdapat di Kecamatan Taliwang, Alas, Ropang Kabupaten Sumbawa, Pemanfaatan komoditi ini untuk bahan interior dan kedokteran.



vi.



Zeolit Sebaran endapan Zeolit terdapat di Gunung Tebola, Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa. Pemanfaatan komoditi Zeolit antara lain untuk makanan ternak, penjernih minyak goreng/air dan untuk batu hias.



vii.



Batu Silika Bentuk endapan Batu Silika umumnya berupa bongkah-bongkah. Endapan ini terdapat di Kecamatan Taliwang, Plampang, Lape, Moyo Hulu Kabupaten Sumbawa, Bahan galian ini dapat dipakai sebagai bahan baku Semen Portland atau Silika Flux.



viii.



Tanah Urug Sebaran Tanah Urug terdapat di Kecamatan Gerung Meraran Kecamatan Seteluk, Kabupaten Sumbawa. Dapat dipakai untuk keperluan bangunan.



ix.



Pasir Besi Endapan pasir besi terdapat di Kabupaten Lombok Barat dan Bima. Bahan galian berupaendapan rombakan pantai dengan lapisan tipis. Potensi sumber daya yang telah diketahuisebanyak 4.295 ton. Sebaran endapan pasir besi ini terdapat antara lain di daerah pantaiSangiang, pantai Sowa, pantai Wisata, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima dan Tawun,Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat.



Gambar 4: Peta Penyebaran/Trend Cekungan Hidrokarbon di lepas pantai utara Pulau Lombok (Pertamina) Dari hasil penyelidikan pendahuluan dan rinci sumber daya mineral golongan B (vital) telahditemukan berupa : logam mulia (emas dan perak), logam dasar (timbal dan tembaga), logam besi serta mineral industri (belerang). Emas, perak dan tembaga merupakan endapanhidrothermal dengan indikasi berupa urat-urat



kwarsa dengan ketebalan bervariasi, serta type pofiri. Indikasi adanya emas, perak dan tembaga ini hampir di seluruh wilayah Sumbawa bagian barat. Cebakan emas dan tembaga tipe porfiri dijumpai di lokasi Batu Hijau, Dusun Tongo DesaSekongkang Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat. Kini sedang dilakukan tahapeksplorasi/produksi bahan galian golongan B berupa tembaga dan emas dan telah diketahui jumlah cadangan yang potensial. Bahan galian golongan C (non strategis/non vital) yang telah dan masih dieksploitasi adalah batu bangunan, tanah liat, tanah urug, pasir/sirtu, batugamping dan batuapung. Bahan galian tersebutsebagian besar digunakan sebagai bahan bangunan dan konstruksi jalan, kecuali batuapung telahdikirim ke luar daerah sebagai komoditi ekspor.



3. Kondisi Tektonik di NTB Berdasarkan tatanan geologi Indonesia, Wilayah Nusa Tenggara Barat terletak pada pertemuan dua lempeng besar (Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia) yang berinteraksi dan saling berbenturan satu dengan yang lain. Batas kedua lempeng ini merupakan daerah yang sangat labil ditandai dengan munculnya tiga gunungapi aktif tipe A (Rinjani, Tambora dan Sangeangapi). Orogenesa ini membentuk rangkaian pegunungan lipatan dan sesar di Jawa dan Nusa Tenggara dengan puncak-puncak dengan ketinggian lebih dari 3000 m diatas permukaan laut. Lombok dan Sumbawa merupakan bagian paling timur Busur Sunda. Setelah Sumbawa, pulau2 volkanik ke sebelah timurnya kita sebut Busur Banda. Lombok dan Sumbawa adalah busur kepulauan sebelah dalam yang bersifat volkanik (inner volcanic island arc). Lombok dan Sumbawa pun karena posisinya paling barat sebagai pulau2 volkanik di Nusa Tenggara mereka paling tua umurnya sebab dari Busur Sunda ke Busur Banda cenderung material penyusunnya semakin muda bergerak ke timur. Di Lombok dan Sumbawa terdapat dua massif volkanik, di sebelah selatan berumur lebih tua (Miosen-Pliosen) yg saat ini sudah tererosi menjadi pematang-



pematang sempit, dan di sebelah utara yang lebih muda (Pleistosen-Holosen) berupa gunung2 api aktif. Ini mencerminkan perkembangan busur volkanik bagian dalam seiring dengan bergeraknya zone subduksi ke utara. Maka, bisa disimpulkan bahwa Lombok dan Sumbawa merupakan dua pulau oseanik penyusun busur volkanik dalam di sistem Busur Sunda paling timur yang berasal dari subduksi antara kerak oseanik Hindia dengan kerak oseanik yang membatasi Sundaland di sebelah tenggara. Proses Pembentukan Pegunungan di Sunda Kecil yaitu diawali dengan Gejala vulkanisme luar masih berlanjut sampai Resen, halmana diperlihatkan oleh gunung api-gunung api Kuarter yang masih giat, yang menempati daerah-daerah pegunungan berantai tersebut. Di daerah zona sirkum Pasifik, gunung api-gunung api tersebut dicirikan dengan sifatnya yang sangat esplosif dimana banyak dihasilkan rempah vulkanik dengan kandungan unsur-unsur kalsium alkali yang cukup tinggi, yang bisa digolongkan dalam Suite Pasifik. Suatu kelompok gunung api muda Kuarter yang telah padam pada Resen ini yang letaknya terpisah, menempati perbatasan kelompok gunung api aktif pada busur dalam vulkanik. Aktivitas magma pada masa lampau, yang menerobos daerah cekungan sedimen yang menempati daerah bagian utara pulau Jawa, yang terletak antara geantiklin–Jawa Selatan dan Tanah Sunda, menghasilkan batuan beku yang digolongkan dalam Suite Mediteran dan dicirikan dengan kandungan mineral-mineralnya yang kaya akan kalium. Tanah Sunda yang terletak di sebelah utara pulau Jawa, sebagian besar telah digenangi laut kecuali beberapa pulau yang masih tersisa dan muncul di atas permukaan air laut seperti misalnya pulau Karimunjawa. Daerah tersebut merupakan daerah “hinterland” yang masih dipengaruhi oleh aktivitas magma, yang umumnya digolongkan dalam basal datar tinggi. Evolusi tektonik yang mempengaruhi



pembentukan



pegunungan,



yang



disertai



dengan



gejala



vulkanisme, dapat dilihat dalam evolusi pembentukan pegunungan lipatan Bukit Barisan di Pulau Sumatera.



Melalui penampang yang ditarik melalui pulau tersebut, yaitu mulai Samudera Indonesia dan Kepulauan Mentawai di sebelah barat kea rah timur laut melalui daerah Jambi–kepulauan Lingga yang terletak di sebelah barat selat Karimata, Van Bemmelen (1954) memberikan gambaran hubungan evolusi gejala-gejala di pulau Jawa, seperti yang terlihat pada penampang yang ditarik dari pulau Christmas melalui daerah bagian timur Jawa Barat (daerah Bandung) ke arah timurlaut sampai kepulauan Karimunjawa yang terletak di Laut Jawa. Kepulauan Mentawai dalam penampang Sumatera, merupakan daerah busur luar bukan vulkanik, yang dicirikan oleh anomali isostatik negatif, serta  sebagian besar terbentuk dari batuan serpentin dan terobosan batuan ultra basa, yaitu menempati daerah yang terletak antara cekungan muka dan cekungan antara yang dipengaruhi oleh gejala pensesaran naik selama pengangkatan pada kala praMiosen. Daerah yang memiliki isostatik negatif yang menempati busur dalam bukan vulkanik di pulau Jawa, menurut Van Bemmelen (1954) merupakan punggungan dalam yang terletak di bawah samudera Indonesia, dimana daerah tersebut sedang mengalami proses pengangkatan, halmana dicirikan dengan pusat-pusat gempa bumi dalam yang tersebar di daerah tersebut.



Gambar 5: Wilayah NTB Termasuk dalam Sunda Arc



Gambar 6 : Beberapa Bentuk Permukaan Bumi NTB



Gambar 7 : Zona Gunung Api NTB Gempa bumi Lombok Juli 2018 adalah sebuah gempa darat berkekuatan 6,4 Mw yang melanda Pulau Lombok, Indonesia pada tanggal 29 Juli 2018, pukul 06.47 WITA. Pusat gempa berada di 47 km timur laut Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat dengan kedalaman 24 km. Guncangan gempa bumi dirasakan di seluruh wilayah Pulau Lombok, Pulau Bali, dan Pulau Sumbawa. Gempa ini merupakan rangkaian gempa awal sebelum gempa bermagnitudo lebih besar mengguncang Lombok pada 5 Agustus 2018. Gempa bumi ini berpusat di darat di dekat Gunung Rinjani wilayah Kabupaten Lombok Timur. Dengan memperhatikan lokasinya dan kedalaman hiposenter, maka gempa bumi ini merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust). Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).



Gambar 8 : Pusat titik gempa Lombok



Secara teori, pergerakan sesar naik harusnya lancar dan tidak terjadi gempa skala besar. Namun, karena permukaan sesar terdiri dari batuan yang sangat kasar, pergerakan sesar naik menjadi tersendat. Saat tersendat, sesar naik menimbun energi yang berasal dari gaya aksi-reaksi proses subduksi Lempeng Indo-Australia. Ketika energi yang ditimbun sudah terlalu banyak, batuan pada sesar akan retak dan sesar akan bergerak sangat cepat, energi potensial dilepaskan menjadi energi mekanik dalam bentuk gempa.



Penimbunan energi pada permukaan sesar terjadi di banyak tempat. Apabila terjadi pelepasan energi di satu bagian permukaan sesar, maka bagian sesar yang lain akan terpicu untuk melepaskan energinya juga. Oleh karena itu, setelah gempa utama, kita harus mewaspadai gempa susulan. Jumlah energi yang disimpan di setiap bagian sesar tidak pernah sama, sehingga magnitudo gempa susulan bisa lebih besar dari gempa sebelumnya.



4. Kondisi Geografi di NTB Propinsi nusa tenggara barat mempunyai iklim kering dan siklus periode hujan yang singkat. Sebagian wilayahnya merupakan wilayah bayangan hujan. Dari catatan stasiun Badan Meteorologi di ampean dan mataram, suhu terndah adalah 20,8˚C pada bulan januari dan suhu tertinggi 32,1˚C pada bulan oktober. Curah hujan rata-rata perbulan pada musim penghujan paling tinggi hanya 421 sampai 526 mm (bulan januari dan desember). Pada bulan lain, jarang turun hujan. Kalaupun turun hujan, curah hujannya umumnya tidak lebih dari 290-an mm dan lebih sering diwilayah 100 mm. Keadaan iklim dikota mataram dipengaruhi oleh dua kali perubahan angin, sehingga menghasilkan dua musim yaitu musim kemarau dan hujan. Pada bulan april-oktober bertiup angin kering dari tenggara yang mengakibatkan musim kemarau, sedangkan pada bulan nopember-maret bertiup angin yang mengandung uap air dari barat sehingga sehingga mengakibatkan musim hujan. Kecepatan angin pada musim hujan ini cukup kencang bahkan sering menimbulkan kerusakan pada beberapa bagian kota seperti tumbangnya pohon besar di pinggir jalan, sedang kecepatan angin pada musim kemarau rendah.



Secara terperinci, jenis tanah di nusa tenggara barat terdiri atas tanah latosol. Aluvial coklat, mediteranatau campuran antara jenis-jenis itu. Secara morfologi, ada tanah dataran, lipatan maupun gabungan keduanya dengan permukaan yang datar, berbukit, juga bergunung-gunung. Jenis di pulau lombok bagian tengah dan utara umumnya aluvial coklat, dan di bagian selatan latosol. Bagian tengah pulau ber -berbukit dan berupa tanah datar, di utara berbukit dan di selatan bergununggunung. Jenis tanah yang ada di wilayah kota mataram sebagian besar dari jenis tanah liat, tanah liat berpasir dan tufa. Ini akibat endapan kuarter yang berasal dari hasil pengkikisan lereng gunung atau sungai yang banyak terdapat di daerah ini, kemudian di endapkan di wilayah yang letaknya relatif lebih rendah. Jenis tanah ini mempunyai kharakteristik daya penyerapan air yang lambat akibat kondisi permeabilitas yang rendah. Kondisi ini sebenarnya baik bagi pengembangan wilayah saluran pertanian atau irigasi, sehingga tanah di kota mataram berpotensi sebagai daerah pertanian. Tetapi apabila curah hujan tinggi, kondisi tanah dan topografi kota mataram mempunyai potensi sebagai daerah banjir dan genangan. Khusus di daerah Bima jenis tanah terdiri dari komplek aluvial, regosol, litosol dan meditaran. Tabel 2 : penyebaran jenis tanah di kabupaten Bima. Jenis Tanah



Luas



%



Aluvial



31,464



70,07



Regosol



98,934



22,02



Litosol



179481



40,31



Mediteran



116,064



26,07



Lain



19,307



4,34



a. Litosol, Jenis tanah ini dicirikan oleh kedalaman efektiv efektif tanah sangat dangkal dan langsung berada diatas batuan dan umumnya berada pada daerah pegunungan/perbukitan dengan kemiringan yang terjal. Untuk pengembangan,



faktor penghambat jenis tanah ini adalah kedalaman efektif tanah yang dangkalan lereng. b. Mediteran, Jenis tanah ini terbentuk pada wilayah berombak sampai bergelombang, mempunyai kedalaman efektif relatif dalam, drainase baik dan terbentuk pada itilin mediteran tekstur halus untuk pengembangan pertanian jenis tanah ini potensial unutk dikembangkan tanaman perkebunan/tanaman keras. c. Regosol, Tanah ini terbentuk dari batuan induk muda hasil letusan gunung berapi, dicirikan oleh adanya batuan yang menyebar baik dipermukaan tanah maupun pada lapisan tanah bagian atas. Tanah regosol mempunyai drainase tanah sangat cepat sehingga tidak potensial untuk pengembangan pertanian. Tanah ini dapat meresapkan air cukup sehingga dapat difungsikan sebagai kawasan lindung untuk resapan air. Di wilayah bima tanah regosol merupakan hasil letusan gunung tambora, sehingga sebarannya sekitar gunung tambora. d. Aluvial, Tanah aluvial merupakan tanah muda hasil endapan. Tanah ini mempunyai sifat kimia dan fisik relatif baik dari pada ke 3 jenis di atas. Di wilayah kebupaten bima jenis tanah ini menyebar di wilayah sekitar (mulai dari wilayah perlembahan). Dalam pemanfaatannya jenis tanah ini merupakan lahan potensial untuk pengembangan tanaman pangan. Sebagian besar tanah yang ada diwilayah kabupaten bima tergolong dalam tekstur sedang (77,8 %), tekstur kasar (21,26 %), dan tekstur halus (0,93 %), kelas tekstur dalam pemanfaatan lahan sangat berhubungan erat dengan drainase tanah dimana untuk tekstur kasar sangat tidak sesuai untuk tanaman yang memerlukan banyak air (padi sawah). Berdasarkan kedalaman efktivnya tanah di wilayah kabupaten bima 58.44 % diatas 60 cm, 30.39 % mempunyai kedalaman efektiv antara 0-30 %. Dengan demikian, berdasarkan kedalaman efektivnya tanah yang baik untuk dikembangkan lahan pertanian adalah sebesar 58.44 %. Wilayah perairan laut nusa tenggara barat termasuk pada perairan dalam dengan dasar perairan yang teriri dari batu karang dan pasir, khusunya di wilayah perairan laut selat lombok, selat alas dan selat sape. Wilayah perairan



ketiga selat tersebut merupakan suatu perairan yang menghubungkan dan mempertemukan dua masa air dari wilayah perairan laut jawa dan laut flores dengan samudra indonesia. Meskipun curah hujan di kabupaten lombok barat relativ rendah, di wilayah kontaini mengalir 4 buah sungai yang cukup besar dan potensial sebagai sumber mata air permukaan. Sampai saat ini, penduduk terutama yang bermukim di bantaran sungai masih memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan air sehari-harinya, Semua sungai tersebut berhulu di lereng gunung rinjani. Pada musim kemarau sungai tersebut tidak pernah kering sedangkan pada musim penghujan aliran airnya sangat deras. Sumber mata air yang utama berupa sungai, mata air embung. Sebagian besar dimanfaatkan unutk irigasi dan budidaya ikan air tawar, juga dimanfaatkan untuk air minum dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Dari 38 kali/sungai yang mengalir dikabupaten lombok barat terdapat 23 sungai yang merupakan sumber mata air tetap dengan debit rata-rata 8.588 liter/detik dan volume 270.831 m. Adapun kali/sungai yang merupakan sumber mata air dengan debit terbesar adalah sungai target satu (1) dengan debit rata-rata 1.500 liter/detik, sedangkan yang terkecil adalah sungai ampak tepang dengan debit rata-rata sebesar 45 liter/detik. Kebayakan sungai-sungai dimaksud mengalir dari utara dan timur dan bermuara ke wilayah selatan dan barat.



BAB III



PENUTUP 1. Kesimpulan Tatanan geologi Nusa Tenggara Barat merupakan wilayah yang berada pada kawasan pertemuan dua lempeng, yaitu lempeng Indo-Australia dan lempeng Australia yang bertumbukan, menghasilkan tiga vulkan aktif bertipe A, yaitu gunung Rinjani, gunung Tambora, dan gunung Sangeangapi. Potensi bahan galian logam di NTB tersebar di sejumlah wilayah kabupaten / kota, namun pertambangan terbesar sejauh ini 66 terletak di Pulau Sumbawa. Besarnya potensi tambang yang dimiliki NTB ini dibuktikan dengan adanya perusahaan tambang asing asal Amerika Serikat yakni PT. Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) yang beroperasi dan melakukan galian tambang emas di Sumbawa Barat. Secara rinici, tabel di bawah ini menunjukkan data letak dan jumlah potensi galian logam yang dimiliki oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat. Propinsi nusa tenggara barat mempunyai iklim kering dan siklus periode hujan yang singkat. Sebagian wilayahnya merupakan wilayah bayangan hujan. Secara terperinci, jenis tanah di nusa tenggara barat terdiri atas tanah latosol. Aluvial coklat, mediteran atau campuran antara jenis-jenis itu. Secara morfologi, ada tanah dataran, lipatan maupun gabungan keduanya dengan permukaan yang datar, berbukit, juga bergunung-gunung. Di Lombok dan Sumbawa terdapat dua massif volkanik, di sebelah selatan berumur lebih tua (Miosen-Pliosen) yg saat ini sudah tererosi menjadi pematangpematang sempit, dan di sebelah utara yang lebih muda (Pleistosen-Holosen) berupa gunung2 api aktif. Ini mencerminkan perkembangan busur volkanik bagian dalam seiring dengan bergeraknya zone subduksi ke utara. Maka, bisa disimpulkan bahwa Lombok dan Sumbawa merupakan dua pulau oseanik penyusun busur volkanik dalam di sistem Busur Sunda paling timur yang berasal dari subduksi antara kerak oseanik Hindia dengan kerak oseanik yang membatasi Sundaland di sebelah tenggara.



DAFTAR PUSTAKA



https://id.scribd.com/doc/60015262/Geologi-NTB http://www.academia.edu/5923869/106453611-Jawa-Bali-NTB www.liburansaja.com › Berita https://edward-jz.blogspot.com/2015/11/makalah-kondisi-fisiografis-dan.html https://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Barat