Gita Mahatmya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Gita Mahatmya (dari padma purana) Dewa Siva Mengagungkan BhagavadGita



Keagungan Bab 1 Parvati : “suamiku yang baik, Anda mengetahui semua kebenaran rohani dan atas karunia Anda hamba telah mendengar tentang keagungan-keagungan Personalitas Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna dan dengan mendengar sabda-sabda tersebut bakhti seseorang kepada Sri Krishna akan bertambah”. Deva Shiva : “Kepribadian tersebut, yang badan-Nya adalah raja bangsa burung, Garuda, dan yang berbaring diatas Ananta-Sesa, ular berkepala seribu, aku senantiasa memuja Sri Vishnu tersebut, yang keagungan-Nya tanpa batas. Parwati yang baik, suatu ketika setelah Sri Vishnu membunuh raksasa Mura, Dia berbaring tenang di atas Ananta-Sesa, ketika Sri Laksmi memberkati segala kemujuran kepada alam semesta bertanya kepada-Nya dengan hormat. Laksmi : “Bhagavan, Engkau adalah pengendali dan pemelihara seluruh alam semesta, tetapi engkau berbaring tidur tidak berbahagia di lautan susu ini. Apa penyebabnya ? “. Sri Vishnu : “Laksmi yang kucintai, Aku tidaklah sedang tidur, melainkan Aku sedang mengamati betapa menabjubkan energy-Ku bekerja.



Dengan



energy-Ku



yang



menabjubkan



inilah



Aku



mengendalikan segala sesuatu namun Aku tetap terpisah. Dan dengan mengingat kegiatan rohani-Ku inilah para penyembah agung dan para yogi berusaha untuk membebaskan diri dari roda kelahiran dan kematian dan mencapai alam rohani-Ku, yang kekal dan bebas dari segala sifat material”.



Laksmi : “Wahai pengendali segala sesuatu. Engkau adalah tujuan meditasi para yogi agung. Tidak ada sesuatu apapun yang bisa terjadi tanpa diri-Mu. Namun engkau juga terpisah dari segala sesuatu. Engkau adalah penyebab penciptaan, pemeliharaan, dan juga peleburan seluruh alam semesta material. Berkenanlah memberi tahu hamba tentang cara kerja energi-energi-Mu yang menabjubkan ini, yang begitu memikat, hingga bahkan Engkau sendiri pun berbaring di sini memusatkan pikiran pada energi-energi tersebut”. Sri Vishnu : “Laksmi yang kucintai, cara kerja berbagai jenis energi-Ku, cara bagaimana menjadi bebas dari ikatan kelahiran dan kematian, dan mencapai alam kekal milik-Ku, hanya dapat dimengerti oleh



orang



kecendrungan



yang



memiliki



untuk



kecerdasan



mempersembahkan



murni,



yang



pelayanan



memiliki



kepada-Ku.



Pengetahuan rohani ini dijelaskan sepenuhnya didalam keagungan Srimad Bhagavad-Gita” Laksmi : “Tuhanku tercinta, jika Engkau sendiri tabjub melihat cara kerja energi-energi-Mu dan terus berusaha mengukur batasbatas dari energy tersebut, maka bagaimana mungkin Bhagavad-Gita dapat menjelaskan energi-energi-Mu yang tanpa batas itu dan cara menyeberanginya untuk mencapai alam rohani ?”. Sri Vishnu : “Aku sendiri telah memanifestasikan diri dalam wujud Bhagavad-Gita. Mengertilah bahwa lima bab yang pertama adalah lima kepala-Ku, sepuluh bab berikutnya adalah sepuluh tangan-Ku, dan Bab enam belas adalah perut-Ku. Dua bab yang terakhir adalah kaki padmaKu. Dengan cara demikian engkau hendaknya mengerti sosok rohani Bhagavad-Gita. Bhagavad-Gita adalah penghancur segala dosa. Dan



orang cerdas yang setiap hari mengucapkan satu bab atau bahkan satu sloka, setengah sloka, atau setidaknya seperempat sloka, akan mencapai kedudukan yang sama dengan kedudukan yang dicapai oleh Susharma”. Laksmi : “Siapa Susharma itu ?.Termasuk golongan manakah dia ?. Dan tempat tujuan mana yang telah dicapainya ?”. Sri Vishnu : “Laksmi yang amat Kucintai, Susharma adalah orang jahat yang paling berdosa. Walau ia lahir dalam keluarga brahmana, keluarganya tidak berpengetahuan Veda. Dan dia bergembira hati jika menyakiti orang lain. Tidak pernah berniat mengucapkan nama suci-Ku, bersedekah, atau menerima tamu. Kenyataanya, ia tidak pernah sama sekali melakukan kegiatan saleh. Untuk mata pencahariannya, ia mengumpulkan dedaunan kemudaian menjualnya ke pasar. Ia sangat gemar minuman keras dan makan daging. Dengan cara demikianlah ia menjalani kehidupannya. Suatu hari Susharma yang bodoh itu pergi ke kebun milik seorang Resi untuk mengumpulkan dedaunan. Ketika itu seekor ular datang lalu mematuknya dan dia pun mati. Setelah kematiannya dia di lempar ke banyak neraka, tempat dia menderita selama waktu yang panjang. Setelah itu, ia pun lahir sebagai seekor sapi jantan. Sapi jantan itu dibeli oleh seseorang yang pincang, yang menggunakan sapi jantan tersebut untuk berbagai keperluan. Selama sekitar tujuh atau delapan tahun Susharma yang sebagai sapi jantan itu memikul beban yang sangat berat. Suatu hari orang pincang itu menumpuk beban yang sangat berat di punggung sapi jantan miliknya. Dengan tergesa-gesa ia memaksa sapi jantan itu berjalan, kesetika sapi jantan itu roboh tidak



sadarkan diri. Banyak orang berkumpul di tempat itu untuk melihat apa yang sedang terjadi dan mengasihani sapi jantan itu. Ada orang saleh yang memberkati sapi jantan itu dengan hasil-hasil dari beberapa kegiatan saleh yang dilakukan. Melihat hal itu, orang lain yang berdiri disana juga muli mengingat-ingat kegiatan saleh yang pernah mereka lakukan lalu mempersembahkan hasil-hasil dari beberapa kegiatan tersebut kepada sapi jantan itu. Di kerumunan orang tersebut terdapat pula seorang pelacur yang tidak tahu apakah dirinya pernah melakukan suatu kegiatan saleh. Namun, karena ia melihat semua yang lain mempersembahkan hasil-hasil dari kegiatan saleh mereka kepada sapi jantan itu, ia juga ikut mempersembahkan hasil dari kegiatan saleh apa pun yang mungkin telah dilakukannya. Setelah itu, sapi jantan itu mati dan rohnya dibawa ke kediaman Yamaraja, Dewa Kematian. Di sana Yamaraja menyampaikan kepada Susharma,”sekarang engkau telah bebas dari reaksi semua tindakan berdosa yang telah engkau perbuat sebelumnya dilatari oleh pahala saleh yang diberikan kepadamu oleh sang pelacur itu.” Lalu ia lahir ditengah keluarga brahmana yang berderajat tinggi sekali. Dalam kelahiran tersebut, dia bisa ingat akan kehidupan terdahulu. Setelah beberapa lama, ia lalu memutuskan untuk mencari pelacur itu, yang telah menjadi penyebab terbebasnya dia dari hukuman di neraka. Setelah ia menemukan perempuan itu dan memperkenalkan dirinya, ia bertanya,”Kegiatan saleh macam apa yang telah anda lakukan yang hasilnya telah membebaskan saya dari hukuman di neraka ?”. Pelacur itu menjawab,”Tuan yang baik, di sangkar itu terdapat seekor burung kakatua,



yang



mengucapkan



sesuatu



setiap



hari.



Karena



slalu



mendengar pengucapan-pengucapan itu, hati sayapun menjadi bersih sepenuhnya. Hasil dari mendengar pengucapan-pengucapan tersebutlah yang telah saya berikan kepada anda.” Kemudian, mereka berdua bertanya kepada burung kakatua itu tentang kata-kata yang diucapkan oleh burung tersebut. Sambil mengingat kehidupan masa lampaunya, burung kakatua itu mulai menceritakan riwayatnya. “Sebelumnya, aku adalah seorang brahmana yang terpelajar. Tetapi, akibat sikapku yang congkak, aku sering menghina orang lain yang juga terpelajar. Juga aku sangat iri hati. Setelah meninggal aku dilemparkan ke banyak neraka dan menderita sangat lama aku mendapat badan sebagai burung kakatua ini. Akibat kegiatan berdosaku dalam kehidupan sebelumnya, kedua indukku mati ketika aku masih kecil. Suatu hari ketika aku terkapar di atas pasir yang panas, tanpa perlindungan, beberapa resi melihat



diriku



dan



membawa



aku



ke



pesraman



mereka



lalu



menempatkan aku di sebuah sangkar. Di tempat yang sama, anak para resi itu belajar pengucapan Bab Satu Srimad Bhagavad-Gita. Karena mendengar mereka mengulang-ulang sloka tersebut, akupun mulai mengulang-ulang mengucapkan sloka-sloka itu bersama mereka. “Tak lama kemudian seorang pencuri mencuri aku dari tempat itu dan menjualku kepada perempuan saleh ini.” Sri Vishnu : “Dengan mengucapkan Bab Satu Bhagavad-Gita, burung kakatua itu telah menjadi suci murni sepenuhnya. Dengan mendengar pengucapan itu, pelacur itu pun menjadi suci murni sepenuhnya. Dan dengan mendengar sebagaian dari pahala saleh mendengarkan pengucapan itu, Susharma juga turut serta menjadi suci murni sepenuhnya.



Setelah membahas beberapa saat keagungan-keagungan Bab Satu Bhagavad-Gita, Susharma pulang ke rumahnya dan ketiganya tekun sendiri-sendiri mengucapkan Bab Satu Srimad Bhagavad-Gita dan dengan cepat sekali mereka mencapai tujuan tertinggi, Vaikuntha.”



>> >> >>



Siapapun yang mengucapkan mendengar atau mempelajari Bab Satu Bhagavad-Gita akan sangat mudah menyebrangi lautan penderitaan material dan mencapai pelayanan kepada kaki padma Sri Krishna



Keagungan Bab 2 Sri Vishnu : “Laksmi yang Kucintai, engkau telah mendengar dariKu keagungan Bab Satu Bhagavad-Gita. Sekarang dengarlah dengan saksama, sebab Aku akan menyampaikan keagungan Bab Dua. Suatu ketika di selatan, di kota Pandharpur hiduplah seorang brahmana



sangat



terpelajar



bernama



Devashyama.



Ia



mampu



melaksanakan berbagai jenis upacara korban suci api. Ia pun mengenal makna penting dari menerima tamu. Dengan kegiatan-kegiatannya itu ia berusaha memuaskan semua dewa. Tapi, ia belum merasa bahagia dan damai di hati dan pikirannya. Ia berkeinginan untuk mencapai pengetahuan tentang hubungan sang roh dengan Roh Yang Utama, Paramaatma dan untuk mencapai tujuan ini, ia banyak mengundang banyak yogi dan tapasvi, dan melakukan berbagai pelayanan kepada mereka serta bertanya kepada mereka tentang kebenaran mutlak. Dengan cara demikianlah ia menjalani kehidupannya. Suatu hari, saat sedang berjalan-jalan ia melihat seorang yogi dihadapannya, duduk bersila dengan mata menatap ujung hidung, khusuk sepenuhnya dalam meditasi. Devashyama dapat mengerti bahwa yogi ini telah seutuhnya damai dan tidak memiliki keinginan-keinginan



duniawi apapun. Devashyama dengan sikap yang hormat, bersujud di kaki yogi tersebut dan bertanya darinya, bagaimana dirinya dapat mencapai kedamaian pikiran yang sempurna. Ketika itu, sang yogi yang memiliki pengetahuan lengkap tentang Personalitas Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, menyarankan agar Devashyama pergi ke desa Sowpur untuk



menemui



seseorang



bernama



Mitravan,



yang



bermata



pencaharian sebagai pengembala kambing dan menerima petuah-petuah mengenai



ilmu



pengetahuan



keinsafan



Tuhan



darinya.



Setelah



mendengar saran tersebut, Devashyama berulang kali bersujud dikaki yogi itu dan segera berangkat menuju Sowpur. Ketika tiba disana, ia melihat diarah utara terdapat hutan yang indah dan diberitahukan kepadanya bahwa Mitravan tinggal disana. Ketika ia memasuki hutan itu, ia melihat Mitravan duduk di atas bebatuan di tepi sebuah sungai kecil. Mitravan sangat nampak rupawan dan damai. Di hutan itu angin bertiup sangat lembut dan aroma wanginya memancar dari segala penjuru. Kambing-kambing berkeliaran dalam rasa damai, tanpa rasa takut sekali. Beberapa kambing duduk disebelah macan dan binatang buas lainnya dengan sangat tenang. Ketika Devashyama melihat pemandangan ini, pikirannya menjadi sangat damai dan sikap penuh hormat ia mendekati Mitravan lalu duduk di dekatnya. Mitravan tampak sangat khusuk dalam meditasinya. Setelah beberapa saat, Devashyama bertanya kepadanya, bagaimana ia dapat mencapai bhakti kepada Sri Krishna. Ketika Mitravan mendengar pertanyaan ini, selama beberapa saat ia terlarut dalam perenungan yang mendalam. Lalu ia menjawab,”Devashyama yang baik, suatu ketika



aku sedang berada di hutan mengawasi kambing-kambing, ketika seekor macan buas menyerang. Kesetika itu kambing-kambing berlarian menyelamatkan diri. Aku pun lari karena takut pada macan itu. Dari jarak tertentu aku menoleh kebelakang dan melihat macan itu ditepi sungai ini menghadang salah satu kambing milikku. Ketika itu hal yang aneh dan menabjubkan terjadi. Macan itu kehilangan segala kebuasan dan keinginan memangsa kambing miliku. Karena itu, kambing itu bertanya pada macan,”Engkau telah mendapat santapanmu, lalu mengapa engkau tidak memakan daging dari badanku ini ?. Mestinya engkau membunuhku dan sangat berselera menikmati daging badanku. Mengapa engkau menahan diriku?”. Macan itu lalu menjawab,”Wahai kambing yang baik, begitu sampai di tempat ini segala kemarahan meninggalkan diriku dan aku tidak merasa lapar atau pun haus.” Kambing itu berkata,”Aku juga tidak tahu mengapa aku bisa tidak takut sama sekali dan aku merasa nyaman. Apa penyebab semua ini? Jika engkau mengetahuinya, maka berkenanlah menyampaikan kepada diriku.” Macan itu menjawab,”Aku juga tidak tahu. Mari kita tanyakan kepada orang itu.” Ketika melihat perubahan terjadi dalam hal perilaku macan dan kambing itu, aku sangat merasa heran. Ketika itu mereka berdua mendatangi diriku dan menanyakan penyebab semua ini. Aku memerhatikan bahwa ada seekor kera sedang duduk di cabang sebatang pohon di dekat sana. Aku pergi bersama kedua binatang itu untuk bertanya kepada raja kera itu. Kera itu lalu menjawab pertanyaan kami dengan sikap penuh hormat.



“Dengarkanlah, aku akan ceritakan kepada kalian sebuah kisah yang sangat tua. Di hutan itu, tepat dihadapan kalian terdapat sebuah kuil yang



sangat



luas



tempat



dewa



Brahma



menstanakan



sebuah



Shivalingga. Dahulu kala, seorang rsi terpelajar bernama Sukama yang telah banyak mengalami pertapaan tinggal disana. Setiap hari dia memetik bunga dari hutan dan air dari sungai itu, lalu memuja Dewa Shiva. Dengan cara demikianlah ia tinggal disana selama bertahun-tahun sampai



seorang



rsi



tiba



ditempat



itu.



Ketika



itu,



Sukama



menghidangkan buah-buahan dan air untuk rsi tersebut. Setelah sang rsi



selesai



makan



dan



beristirahat,



Sukama



menyampaikan



kepadanya,”Wahai orang bijak, hanya untuk mencapai pengetahuan tentang Sri Krishna aku tinggal di sini menjalani pertapaan dan pemujaan. Tetapi, hasil dari pertapaan-pertapaanku tercapai pada hari ini dengan cara bergaul dengan dirimu.” Ketika sang rsi mendengar ucapan Sukama yang penuh dengan sikap rendah hati itu, ia menjadi sangat puas. Ia lalu menuliskan Bab Dua Srimad Bhagavad-Gita diatas sebongkah batu. Ia lalu memerintah agar Sukama membaca sloka itu setiap hari. ”Dengan melakukan hal ini, engkau akan cepat sekali mencapai tujuanmu.” Setelah berbicara demikian, rsi tersebut menghilang dari tempat itu. Selanjutnya, Sukama mematuhi perintah sang rsi kemudian ia membacakan slokasloka itu setiap hari sepanjang hidupnya. Cepat sekali ia mencapai pengetahuan lengkap tentang Sri Krishna. Sejak hari saat ia memulai mengucapkan sloka-sloka itu, ia tidak lagi merasakan dahaga dan lapar.



Disebabkan oleh pertapaan dan bhaktinya ditempat ini, siapun yang datang kesini tidak dirasuki oleh rasa lapar dan haus dan langsung mencapai kedamaian sempurna.” Mitravan berkata,”Devashyama yang baik, sesuai kera tersebut menyampaikan kepada kami kisah yang menabjubkan itu, aku bersama macan dan kambing itu kembali ke kuil. Kami menemukan disana Bab Dua Bhagavad-Gita tertulis di atas sebongkah batu. Lalu aku pun mulai membaca sloka-sloka itu setiap hari. Dengan cara demikian, kami dapat dengan cepat sekali mencapai rasa bhakti kepada Sri Krishna. Wahai brahmana yang baik, jika engkau mulai mengucapkan sloka-sloka dari Bab Dua Srimad Bhagavad-Gita, engkau akan cepat sekali mencapai karunia Sri Krishna.” Sri Vishnu : “Laksmi yang Kucintai dengan cara demikianlah Devashyama memperoleh pengetahuan dari Mitravan dan setelah mempersembahkan pemujaan pada insan agung itu ia kembali ke Phandapur dan setiap hari mengucapkan Bab Dua tersebut. Kepada siapa pun yang mengunjungi Phandapur, Devashyama pertama-tama akan membacakan dihadapannya



Bab Dua Srimad Bhagavad-Gita.



Dengan cara itu ia mencapai kaki-padma Sri Krishna. Laksmi yang Kucintai, inilah kagungan Bab Dua Srimad BhagavadGita.



>> >> >>



Keagungan Bab 3 Sri Vishnu : “Laksmi yang Kucintai, di kota Janasthan tinggal seorang brahmana yang bernama Jada, yang lahir dalam dinasti Kaushik. Brahmana itu mengabaikan kegiatan-kegiatan keagamaan yang digariskan oleh sastra untuk diikuti oleh golongan brahmana. Ia malah melakukan



banyak



kegiatan



yang



bertentangan



dangan



aturan



keagamaan. Ia sangat gemar berjudi dan mabuk-mabukan, berburu, serta pergi ke tempat pelacuran. Dengan cara seperti itu ia menyianyiakan kekayaannya. Jada pergi ke negeri-negeri di utara dalam rangka bisnis. Ketika berada disana, ia mendapat banyak kekayaan lalu memutuskan untuk kembali ke kota Janasthan. Setelah berjalan jauh, Jada sampai di tengah sebuah gurun pasir. Suatu hari, setelah matahari terbenam dan gelap mulai menyelimuti, ia memutuskan untuk mulai beristirahat malam di bawah sebatang pohon. Saat beristirahat, beberapa perampok datang dan memukulinya hingga mati lalu merampas harta bendanya. Oleh karena Jada telah mengabaikan semua kegiatan saleh dan menjalani kehidupan yang penuh dosa, setelah kematiannya ia



mendapat badan hantu. Putra dari Jada ini sangatlah saleh dan terdidik dalam sastra Veda. Ketika ia melihat bahwa ayahnya belum juga kembali ke Janasthan setelah sekian lama, ia memutuskan untuk pergi dan mencari ayahnya. Selama berhari-hari ia mengembara mencari ayahnya dan pengembara mana pun yang dijumpainya ditanyakan tentang ayahnya. Suatu hari, ia berjumpa dengan seorang yang mengenal ayahnya, orang ini menyampaikan tentang peristiwa yang telah terjadi. Ketika putra Jada mendengar kabar kematian ayahnya, ia memutuskan untuk pergi ke Kasi (Banaras) untuk mempersembahkan



panda (pemujaan) untuk memohon agar arwah ayahnya terbebaskan dari neraka. Pada hari kesembilan perjalanannya, tanpa disengaja ia beristirahat dibawah pohon yang sama tempat ayahnya terbunuh. Malamnya di tempat itu, ia melaksanakan puja hariannya kepada Sri Krishna dan ia juga mengucapkan Bab Tiga Srimad Bhagavad-Gita. Begitu ia menyelesaikan pengucapannya, suara gemuruh terdengar dari langit. Ketika ia melihat ke atas, ia melihat arwah ayahnya di depan matanya dimana badan ayahnya telah menjadi salah satu makhluk paling rupawan, berlengan empat dan mengenakan dihoti kuning. Badan ayahnya berwarna gelap seperti awan hujan dan cahaya badannya menerangi segala penjuru. Pada saat itu ayahnya memberkati dia. Sang putra meminta agar ayahnya menjelaskan kejadian yang menabjubkan ini. Sang ayah berkata,”Putraku yang baik, engkau telah mengucapkan Bab Tiga Srimad Bhagavad-Gita dan dengan demikian aku terbebas dari badan hantu yang telah aku terima akibat kegiatan-kegiatan berdosa yang aku lakukan. Sekarang engkau kembalilah ke rumah,



sebab tujuanmu ke Kasi (Banaras) telah tercapai dengan cara mengucapkan Bab Tiga Srimad Bhagavad-Gita.” Ketika sang putra bertanya kepada ayahnya apakah ada petuahpetuah lebih lanjut untuk dirinya, sang ayah lalu menjawab,”Saudaraku juga telah menjalani kehidupan yang sangat penuh dosa dan ia sedang menderita di suatu tempat di wilayah tergelap neraka. Jadi, jika engkau berkeinginan untuk membebaskan dia, demikian pula dengan para arwah leluhur kita lainnya yang sedang menderita disana-sini di berbagai jenis kehidupan di alam semesta material, maka berkenanlah mengucapkan



Bab



Tiga



Srimad



Bhagavad-Gita.



Dan



dengan



mengucapkan tersebut mereka akan mencapai wujud mirip degan wujud Sri Vishnu dan pergi ke Vaikuntha.” Ketika sang putra mendengar petuah-petuah ayahnya ia lalu menjawab,”Jadi demikian adanya, maka aku akan mengucapkan Bab Tiga Srimad Bhagavad-Gita sampai semua roh yang terjebak dalam kehidupan di neraka terbebaskan.” Saat itu sang ayah memberkatinya dengan kata-kata,”Biarlah terjadi.” Kemudian, sebuah pesawat datang dari dunia spiritual yakni Vaikuntha dan membawa sang ayah ke tujuannya. Sang putra kembali ke Janasthan lalu duduk di depan Arca Sri Krishna dan dengan keinginan untuk membebaskan semua roh terikat yang berada dalam kehidupan di neraka, ia mulai mengucapkan Bab Tiga Srimad Bhagavad-Gita. Pengucapan yang dilakukan berlanjut terus hari demi hari, sehingga Sri Vishnu mengirim utusan-Nya, para Vishnuduta ke kerajaan Yamaraja yang bertugas untuk mengatur hukuman bagi makhluk-makhluk hidup yang berdosa. Ketika para Vishnuduta tiba di



hadapan Yamaraja, mereka menyampaikan bahwa mereka membawa sebuah pesan dari Sri Vishnu, yang berbaring di atas Ananta-Sesa dilautan susu. Mereka menyampaikan bahwa Sri Vishnu menanyakan bagaimana keadaannya dan juga memerintahkan agar Yamaraja membebaskan semua roh terikat yang sedang menderita di neraka. Ketika Yamaraja mendengar perintah dari Sri Vishnu ini, beliau langsung membebaskan semua roh yang terikat dari neraka dan secara pribadi pergi bersama Vishnuduta menuju lautan susu yang dikenal dengan nama Svetadwipa untuk mendapatkan dharsan Sri Vishnu. Ketika tiba disana, Yamaraja melihat Sri Vishnu sedang berbaring di atas Ananta-Sesa. Badan Sri Vishnu secemerlang matahari dan Devi Laksmi, devi keberuntungan sedang memijat kaki-padma Sri Vishnu. Sri Vishnu dikelilingi di semua sisi oleh para rsi, deva yang dipimpin oleh Deva Indra yang semuanya menyenandungkan puji-pujian kepada Sri Vishnu. Deva Brahma juga hadir mengucapkan matra-mantra Veda. Yamaraja sujud dihadapan Sri Vishnu dan memanjatkan pujian berikut,” Sri Vishnu yang hamba cintai, Engkau mengharapkan kebaikan semua roh terikat. Tidak ada batas bagi keagungan-Mu. Dari diri-Mu Veda berasal, Engkau adalah sang waktu. Dan seiring berjalannya waktu Engkau adalah penyebab dan pemelihara ketiga dunia dan Engkau adalah Roh Yang Utama di hati setiap makhluk yang sedang mengarahkan kegiatan mereka. Engkau adalah guru seluruh alam semesta dan merupakan tujuan bagi semua penyembah Tuhan. Wahai yang memiliki mata bagai bunga padma, mohon menerima sembah sujud hamba berulang-kali ini. Keagungan-Mu tiada batasnya.”



Dengan cara demikian Yamaraja menyampaikan penghormatan kepada



Sri



Vishnu



sambil



mencakupkan



tangan.



Yamaraja



melanjutkan,”Mengenai perintah-Mu, hamba telah membebaskan semua roh terikat dari neraka. Jadi berkenanlah memberitahu hamba tugas apa yang Engkau inginkan untuk hamba lakukan sekarang?” Sri Vishnu menjawab dengan suara sedalam gemuruh dan semanis minuman kekekalan,”Dharmaraja



(Yamaraja)



yang



Ku-cintai,



engkau



adil



terhadap setiap orang dan Aku tidak perlu mengajarimu tentang tugastugasmu. Kembalilah ke kediamanmu sambil membawa berkat penuh dari-Ku dan lanjutkan tugas-tugasmu.” Ketika itu, Sri Vishnu menghilang dari penglihatan Yamaraja dan Yamaraja kembali ke kediamannya sendiri. Setelah Brahmana itu sukses membebaskan semua leluhurnya dan roh terikat lainnya dari neraka, para Vishnuduta datang lalu membawa dia ke kediaman Sri Vishnu dimana ia bisa tekun dalam pelayanan kaki-padma Personalitas Tuhan Yang Maha Esa selamanya.



>> >> >>



Keagungan Bab 4 Sri



Vishnu



:



“Laksmi



yang



Kucintai,



sekarang



Aku



akan



menguraikan keagungan dari Bab Empat Srimad Bhagavad-Gita. Di tempat sungai Gangga terdapat sebuah kota bernama Kasi (Banaras). Di sana terdapat sebuah kuil bernama Vishvanath tempat berdiamnya orang suci agung bernama Bharata. Setiap hari, dengan rasa bhakti yang sangat besar ia mengucapkan Bab Empat Srimad Bhagavad-Gita.



Sebelumnya,



ketika



Bharata



sedang



berkeliling



melakukan perziarahan suci, ia pergi ke kota Tapodan untuk dharsan kepada Arca Sri Krishna yang dipuja disana. Ketika meninggalkan kota tersebut, ia melihat dua buah pohon Bael. Setelah memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon itu, berbaringlah ia dengan menggunakan akar salah satu pohon sebagai bantal dan akar pohon lainnya untuk menyangga kakinya. Setelah beberapa saat, ketika Bharata meniggalkan tempat itu dua pohon tersebut mulai meranggas. Dalam lima atau enam hari kedua



pohon itu kering sepenuhnya lalu mati. Dua roh pohon tersebut lahir menjadi putri-putri dari seorang brahmana yang sangat saleh. Suatu hari, ketika gadis-gadis itu telah mencapai umur tujuh tahun, mereka pergi dalam perziarahan suci ke Kasi (Banaras). Ketika berada di Kasi, secara kebetulan mereka melihat Bharata Maharaja, mereka langsung bersujud di kakinya dengan kata-kata manis berkata,”Wahai Maharaja Bharata, atas karunia Andalah kami berdua terbebas dari kehidupan sebagai pohon.” Ketika Bharata Maharaja mendengar pernyataan mereka, ia terheran-heran. Ia bertanya kepada mereka,”Wahai putri putri yang baik, dimana dan kapan aku pernah berjumpa dengan kalian dan membebaskan kalian dari badan pohon? Juga beritahulah aku, bagaimana kalian bisa mendapatkan badan pohon sebab aku tidak mengerti sama sekali dengan semua ini.”kemudian, kedua gadis tersebut memberitahukan Bharata Maharaja alasan mengapa mereka mendapat badan pohon. Dari gadis itu berkata,”Maharaja di tepi sungai Godavari terdapat sebuah tempat suci bernama Chinnapaap. Di tempat itu, tinggal seorang rsi bernama Sachatapa. Rsi ini melakukan pertapaan yang keras dan sangat berat. Pada musim panas ia duduk di tengah-tengah api dan pada musim dingin ia berendam ditengah sungai yang dingin. Siring berjalannya waktu, ia menjadi murni dan dapat mengendalikan inderaindera



sepenuhnya



dan



lambat



laun



ia



mencapai



kaki-padma



Personalitas Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna. Dewa Brahma pun mulai datang setiap hari mengunjungi tempat itu untuk bertemu Sachatapa dan mengajukan pertanyaan kepadanya tentang bhakti kepada Sri Krishna. Sementara itu, Dewa Indra menjadi sangat cemas



melihat kedudukan mulia Sachatapa, berpikir bahwa mungkin saja pada suatu hari Sachatapa merampas kedudukannya sebagai raja surga. Pada saat itu, Dewa Indra memanggil kami berdua yang dalam kelahiran saat itu kami adalah kaum apsara di kerajaan surga. Indra memerintahkan kepada kami “Pergi dan jadilah penyebab jatuhnya Sachatapa sebelum ia berusaha untuk merampas kedudukanku.” Setelah menerima perintah dari Dewa Indra, kami pergi menuju tepi sungai Godavari tempat Sachatapa melaksanakan pertapaan. Di tempat itu, kami berdua mulai menyanyikan dan menari dengan gerakan-gerakan yang menggoyahkan iman di dekat Sachatapa dengan maksud untuk menggoda rsi itu untuk terlibat dalam hubungan suami istri bersama kami. Ketika menari, kain penutup badan kami melorot dan payudara kami menjadi terlihat. Ketika itu, rsi mengambil air dengan tangannya lalu mengutuk kami dengan kata-kata berikut. “Kalian berdua pergi dan jadilah pohon Bael di tepi sungai Gangga.” Begitu mendengar kutukan dari sang rsi kami berdua sujud dikakinya memohon pengampunan,”Wahai rsi yang baik, mohon maafkanlah kami sebab kami hanyalah abdi-abdi Dewa Indra.” Melihat sikap kami yang rendah hati, rsi itu merasa puas dan menyampaikan bahwa kami akan tetap menjadi pohon sampai Maharaja Bharata datang dan menyentuh kami. Rsi itu juga memberkati sehingga kami akan dapat mengingat kelahiran-kelahiran kami yang sebelumnya. “Maharaja Bharta yang baik hati, ketika anda mengunjungi Tapodan, anda berisitirahat di bawah kami. Ketika kami masih dalam badan pohon Bael, anda mengucapkan Bab Empat Srimad Bhagavad-Gita dan dengan mendengar pengucapan itu, kami bukan hanya terbebas dari



kehidupan sebagai pohon dan lahir di tengah keluarga penyembah Tuhan. Kami juga kehilangan segala keinginan untuk menikmati dunia material ini.” Sri Vishnu : “Laksmi yang Kucintai, ketika kedua gadis itu menceritakan sejarah hidup mereka kepada Bharata Maharaja, ia menjadi sangat bahagia lalu kembali ke pasramannya. Kedua gadis itu mengucapkan dengan saksama Bab Empat Srimad Bhagavad-Gita setiap hari sepanjang hidup mereka dan mencapai bhakti kepada kaki-padmaKu.” >>



Keagungan Bab 5 Sri Vishnu : “sekarang Aku akan menguraikan kepadamu tentang keagungan



tanpa



batas



dari



Bab



Lima



Srimad



Bhagavad-Gita.



Dengarkanlah dengan saksama. Di wilayah Madra, terdapat sebuah kota yang bernama Puru Kutsapur. Di sana hidup seorang brahmana bernama Pingala. Selama masa kanak-kanaknya, ia dilatih berbagai kegiatan kebrahmanaan dan diajarkan pengetahuan kitab –kitab Veda. Tetapi ia tidak berminat menempuh



pendidikan



tersebut.



Setelah



beranjak



remaja,



ia



meniggalkan upayanya untuk mengembangkan kebrahmanaan dan mulai belajar cara memainkan alat-alat musik demikian pula menyanyi dan menari. Tidak lama kemudian ia menjadi sedemikian masyurnya dalam bidang ini hingga sang raja sendiri mengajaknya untuk tinggal di istana. Saat tinggal di istana, perlahan-lahan ia menjadi semakin jauh masuk kedalam kehidupan yang sarat dosa. Ia mulai menikmati hubungan



dengan istri orang dan asik dalam segala jenis kegiatan berdosa dan mabuk-mabukan. Ia menjadi begitu sombong akan kedudukannnya seiring dengan semakin dekatnya dia dengan raja. Khususnya ia sangat senang mengkritik orang lain di depan hadapan sang raja secara sembunyisembunyi. Pingala memiliki istri bernama Aruna, yang lahir dari keluarga golongan rendah. Aruna penuh nafsu dan menikmati hubungan dengan banyak laki-laki. Ketika sang suami mengetahui tentang kegiatannya, Aruna memutuskan untuk membunuh suaminya. Kemudian pada suatu hari, Aruna memenggal kepala Pingala dan mengubur mayatnya di kebun. Setelah kematiannya, Pingala dikirim kewilayah tergelap neraka dan setelah menderita disana selama waktu yang panjang ia lahir sebagai burung pemakan bangkai. Aruna setelah menikmati hubungan kelamin dengan banyak laki-laki terjangkit penyakit kelamin dan badan mudanya lantas menjadi buruk dan tidak menarik lagi. Setelah mati ia dikirim ke neraka dan setelah menderita dalam waktu yang panjang ia dilahirkan sebagai burung kakatua betina. Suatu hari burung kakatua betina itu sedang mencari makanan kesanakemari. Sementara itu si burung oemakan bangkai, yang dalam kehidupannya sebelumnya adlaah Pingala melihat kakatua betina itu dan ingat pada kehidupan terdahulunya dan mengerti bahwa burung itu adlaah istrinya. Ia menyerang burung itu dengan paruhnya yang tajam. Burung kaktua itu jatuh kedalam genangan air pada tengkorak kepala manusia dan tenggelam. Tak lama kemudian seorang pemburu datang dan memanah burung pemakan bangkai tersebut. Burung itu jatuh pada tempat yang sama.



Kemudian utusan Yamaraja datang dan membawa mereka ke kerajaan kematian. Ketika itu mereka sangat ketakutan karena ingat akan kehidupan berdosanya yang terdahulu. Ketika



mereka



berada



dihadapan



Yamaraja,



Yamaraja



menyampaikan kepada mereka,”Sekarang kalian bebas dari segala dosa dan kalian boleh pergi ke Vaikuntha.” Ketika Pingala dan Aruna mendengar hal itu, mereka lalu bertanya kepada Yamaraja bagaimana bisa orang penuh dosa seperti mereka berhak untuk pergi ke Vaikuntha. Yamaraja menjawab,”Di tepi sungai Gangga tinggal seorang penyembah agung Sri Vishnu yang bernama Vat. Ia bebas dari hawa nafsu dan ketamakan. Setiap haari ia mengucapkan Bab Lima Srimad Bhagavad-Gita dan ketika Vat meniggal dunia ia langsung pergi ke Vaikuntha. Oleh karena ia mengucapkan Bab Lima Srimad BhagavadGita setiap hari, badannya menjadi suci sepenuhnya dank arena kalian bersentuhan dengan tengkorak kepala dari badan penyembah Tuhan itu kalian berdua mencapai Vaikuntha. Inilah keagungan Bab Lima Srimad Bhagavad-Gita.” Sri Vishnu : “Laksmi yang Kucintai, ketika mereka berdua mendengar keagungan Bhagavad-Gita dan



Yamaraja, merka menjadi



sangat bahagia lalu duduk diatas pesawat bunga yang telah datang untuk membawa mereka ke Vaikuntha.” Siapapun yang mendengar Bab Lima Srimad Bhagavad-Gita orang yang paling berdosapun akan mencapai Vaikuntha.



>> >> >>



Keagungan Bab 6 Sri Vishnu : “Sekarang Aku akan sampaikan kepadamu keagungan Bab Enam Srimad Bhagavad-Gita. Siapapun yang mendengar uraian ini akan terbebaskan dari dunia material. Di tepi sungai Godavari, terdapat sebuah kota yang indah bernama Pratishthanpur



(Paithan),



dimana



Aku



termasyur



dengan



nama



Pippalesh. Di kota itu berkuasa seorang raja bernama Janashruti yang sangat dicintai oleh rakyat karena sifat-sifat baiknya tanpa batas. Setiap hari ia menyelenggarakan korban suci api, yang begitu mewah dan besar hingga kepulan asap api korban suci itu sampai ketaman khayangan yang dikenal dengan nama Nandanvan dan membuat daundaun pohon Kalpavrksa menghitam. Pohon-pohon itu nampak seakanakan sedang menyampaikan sembah sujud kepada raja Janashruti. Disebabkan oleh kegiatan saleh yang dilakukan raja agung itu, para dewa selalu tinggal di Pratishthanpur.



Ketika Janashruti memberikan derma, ia membagikannya persis seperti awan-awan mencurahkan hujan. Disebabkan oleh kegiatan saleh dan suci yang dilakukan Janashruti, hujan selalu turun pada saat yang tepat. Ladang-ladang selalu dipenuhi oleh hasil panen dan tidak diganggu oleh enam jenis hewan pengerat. Sang raja selalu menggali sumur-sumur dan telaga untuk kesejahteraan rakyat. Karena sangat puas terhadap Janashruti, para dewa datang ke istananya dalam wujud angsa-angsa untuk memberkatinya. Mereka terbang dilangit berbaris dan berbicara satu sama lainnya. Badrashva, bersama dua atau tiga angsa lainnya terbang mendahului yang lainnya. Ketika itu, angsa-angsa lainnya berkata kepada Bhadrashva,”Wahai saudaraku, megapa engkau terbang mendahului? Tidakkah engkau melihat di depanmu ada raja agung Janashruti, yang begitu perkasa hingga ia dapat membakar musuhnya atas dasar kekuatan keingginannya saja.” Ketika Bhadrashva mendengar



kata-kata



angsa



lainnya



ia



mulai



tertawa



dan



berkata,”Wahai saudaraku, apakah raja Janashruti ini seperkasa rsi agung Raikva?” Ketika sang raja mendengar kata-kata angsa tersebut, ia langsung turun dari balkon istananya yang tinggi dan dengan gembira duduk di singgasananya.



Ketika



itu



ia



memanggil



kusir



keretanya



dan



memerintahkan agar kusirnya pergi mencari rsi agung Raikva. Ketika kusir kereta yang bernama Maha itu mendengar perintah raja, ia menjadi sangat gembira dan segera berangkat mencari Raikva. Pertama-tama ia pergi ke Kashipuri tempat berstananya Sri Vishvanath untuk kesejahteraan semua makhluk. Berikutnya ia pergi ke Gaya tempat berstananya Sri Gadadhara yang memiliki mata bagai bunga



padma dan yang dapat membebaskan semua makhluk dari belenggu kelahiran dan kematian. Setelah mengembara ke banyak tempat suci ia sampai di Mathura tempat yang dapat melebur segala dosa. Di tempat ini Personalitas Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna tinggal. Semua rsi agung, para dewa, juga kitab-kitab Veda dan sastra-sastra lainnya tinggal dalam wujud pribadi mereka, melaksanakan pertapaan dan mempersembahkan pelayanan kepada Sri Krishna. Mathura yang berbentuk bulan separuh berada di tepi sungai indah yang memberkati bhakti Jamuna. Di wilayah itu, terdapat bukit Govardhana yang indah yang



meningkatkan



kemegahan



dan keagungan Mathura-Mandala



bagaikan permata besar dalam sebuah mahkota. Bukit itu dikelilingi oleh pepohonan dan tumbuhan merambat yang suci. Terdapat dua belas hutan yang menabjubkan mengelilingi Mathura tempat Sri Krishna menikmati kegiatan-Nya yang menabjubkan. Setelah meniggalkan Mathura, Maha pergi kea rah barat kemudian ke utara. Suatu hari, ia sampai di sebuah kota bernama Kashmir. Dimana ia melihat sebuah tempat yang sangat luas dan bercahaya. Di tempat itu semua orang bahkan orang bodoh pun nampak setampan para dewa di sebabkan oleh kenyataan bahwa banyak korban suci api yang menyala secara terus menerus. Nampak seolah barisan awan selalu mengayut di atas kota itu. Arca Dewa Shiva yang dikenal dengan nama Manikeshvara berada di kota itu. Raja Kashmir baru saja kembali setelah menaklukan banyak raja dan ia sedang sibuk memuja Dewa Shiva. Disebabkan oleh pengabdiannya yang besar kepada Dewa Shiva raja tersebut dikenal sebagai Manikeshvar. Di dekat pintu kuil, Maha melihat rsi agung Raikva sedang duduk diatas kereta kecil di bawah



sebatang pohon. Ketika ia mengenali Raikva sesuai dengan uraian raja Janashruti, ia langsung bersujud di kaki sang rsi dan bertanya,”Wahai rsi agung, dimanakah Anda tinggal? Siapa nama lengkap Anda? Anda kepribadian yang begitu mulia. Mengapa Anda duduk di tempat ini?” Ketika Raikva mendengar kata-kata Maha, ia berfikir sebentar lalu menjawab,”Aku sudah puas sepenuhnya, aku tidak membutuhkan apapun.” Ketika Maha mendengar jawaban itu, dalam hatinya ia dapat mengerti semua maksudnya. Ia segera pergi melakukan perjalanan panjang kembali ke Pratishthanpur. Ketika sampai ditempat tujuan, ia langsung pergi menghadap raja dan menyampaikan penghormatan dan sambil mencakupkan tangan ia menyampaikan tentang semua yang telah terjadi. Setalah raja mendengar semuanya dari Maha, ia memutuskan untuk segera berangkat untuk darshan kepada rsi agung Raikva. Duduk diatas kereta yang indah dan membawa serta banyak hadiah yang bernilai tinggi ia berangkat menuju Kashmir. Ketika sampai ditempat tinggal rsi Raikva, ia bersujud di kaki sang rsi dan mempersembahkan kain-kain sutra dan permata-permata yang bernilai tinggi yang telah dibawanya ke hadapan Raikva. Ketika itu, rsi Raikva menjadi sangat marah. Ia berkata,”Wahai raja bodoh, Anda ambillah semua benda tanpa guna ini dan taruh dikereta Anda dan pergilah dari tempat ini.” Dengan rasa bhakti yang besar sang raja langsung bersimpuh di kaki Raikva dan memohon maaf agar sang rsi berkarunia kepada dirinya. Ia bertanya kepada Raikva,”Wahai rsi, bagaimana bisa Anda mencapai kedudukan yang sedemikian tinggi dalam pelepasan ikatan dan bhakti kepada Tuhan?”



Karena merasa puas melihat perilaku rendah hati sang raja, Raikva menjawab,”Setiap hari aku mengucapkan Bab Enam Srimad BhagavadGita.” Setelah itu, Janashruti mendengarkan dari Raikva Bab Enam Srimad Bhagavad-Gita dan kemudian ia sendiri tekun setiap hari mengucapkan Bab Enam Srimad Bhagavad-Gita. Setelah beberapa waktu, sebuah pesawat terbuat dari bunga tiba dan membawa dia ke Vaikuntha. Sementara itu sang rsi agung, yangmengucapkan Bab Enam Srimad Bhagavad-Gita setiap hari di kirim ke Vaikuntha dimana ia tekun dalam pelayanan kepada kaki-padma Sri Vishnu. >> >>



Keagungan Bab 7 Deva



Shiva : “Parvathi yang Kucintai, sekarang Aku akan



menyampaikan kepadamu keagungan Bab Tujuh Srimad Bhagavad-Gita yang dengan mendengarkan uraian ini, seseorang akan merasakan bahwa telinganya dipenuhi dengan minuman kekekalan. Pataliputra adalah nama sebuah kota yang luas, yang memiliki banyak gerbang. Di kota itu hiduplah seorang brahmana yang bernama Shankukarna. Ia telah mengambil mata pencaharian sebagai pengusaha dan telah mengumpulkan banyak harta. Tapi ia belum pernah melakukan kegiatan bhakti ataupun melaksanakan ritual yang perlu dilakukan bagi para leluhurnya. Ia menjadi sangat kaya sampai raja-raja agung pun dijamu makan di rumahnya. Juga, Shankukarna adalah orang yang paling pelit dan ia menyimpan hartanya dengan cara menguburnya di dalam tanah.



Suatu ketika brahmana itu pergi bersama anak-anak dan sanak keluarganya untuk tujuan acara perkawinannya yang keempat mereka berhenti di sebuah tempat untuk beristirahat pada malam hari. Saat ia tertidur, seekor ular datang dan mematuk dia. Ketika anak-anak dan kerabatnya menyadari bahwa seekor ular telah menggigit Shankukarna, mereka memanggil tabib dan membaca mantra. Tapi tak seorang pun mampu menyelamatkan Shankukarna dan tidak lama kemudian ia mati. Setelah itu, ia mendapat badan Preta Sarpa , hantu ular. Satu-satunya yang ia pikirkan adalah kekayaannya yang dikuburkan di dekat rumah tempat tinggalnya. Ia bahkan tidak pernah memberitahu keluarganya sendiri tempat ia menyimpan harta bendanya. Bahkan dalam wujud sebagai Preta Sarpa ia tinggal di tempat ia mengubur kekayaannya menjaga agar tak seorang pun dapat mengambilnya. Setelah beberapa waktu, ia merasa lelah terjebak dalam wujud



Preta Sarpa maka ia masuk kedalam mimpi anak-anaknya dan meminta agar mereka membantu dirinya. Pada pagi harinya, ketika anak-anaknya yang malas itu bangun, mereka menyampaikan kepada satu sama lain tentang mimpi yang telah mereka alami. Salah seorang dari mereka mengambil alat gali yang besar dan pergi menuju tempat yang telah ditunjukkan ayahnya. Ketika sampai ditempat itu, ia menyadari bahwa ia tidak tahu persis dimana kekayaan itu di kuburkan. Putra yang satu ini sangat tamak dan ia harus mencari sekian lama sampai akhirnya ia menjumpai sebuah liang ular yang kemudian segera di galinya. Tak lama kemudian seekor ular yang sangat besar menyeramkan keluar dari liang itu lalu berbicara sebagai berikut,”Wahai orang bodoh, siapa engkau? Mengapa engku datang kesini? Siapa yang telah



mengirim mu kesini? Mengapa engkau menggali tempat ini? Segera jawab pertanyaanku.” Sang putra menjawab,”aku adalah putramu. Namaku Shiva. Dalam sebuah mimpi kemarin malam aku melihat ada harta karun terkubur di tempat ini dan aku datang untuk mengambilnya.” Ketika mendengar Shiva berbicara demikian, Preta Sarpa itu mulai tertawa dan berkata,”Jika



engkau



adalah



putraku,



mengapa



engkau



tidak



melaksanakan ritual yang diperlukan untuk membebaskan aku dari keadaan bagai di neraka ini. Akibat dari sifat tamak dalam kehidupanku terdahulu, aku mendapatkan badan seperti ini dan engkau sedang mengarah ke jalan yang sama.” Sang putra bertanya,”Wahai ayah, katakanlah kepadaku bagaimana ayah akan bisa terbebas dari keadaan bagai di neraka ini?” Preta Sarpa itu berkata,”Bukan dengan derma, tapasya atau yajna jenis apa pun, hanya dengan mengucapkan Bab Tujuh Srimad Bhagavad-Gita aku bisa terbebas dari roda kelahiran dan kematian. Putraku yang baik, selenggarakanlah upacara shraddha dan pada hari itu undanglah seorang brahmana yang terbiasa mengucapkan Bab Tujuh Srimad Bhagavad-Gita dan jamulah ia dengan makanan berlimpah.” Setelah itu, Shiva dan saudaranya yang lain memenuhi perintah ayah mereka dan ketika sang brahmana mengucapkan Bab Tujuh Srimad Bhagavad-Gita Shankukarna terlepas dari badan Preta Sarpa yang menakutkan itu dan memperolah badan rohani berlengan empat. Ketika itu, ia memberkati putra-putranya dan menyampaikan kepada mereka dimana ia mengubur kekayaannya dan kemudian berangkat menuju Vaikuntha. Putra-putra tersebut yang pikirannya telah mantap



dalam bhakti kepada Sri Krishna menggunakan harta kekayaan tersebut untuk membangun kuil-kuil menggali sumur dan sejenisnya dan membagikan makanan. Mereka semua tekun setiap hari mengucapkan Bab Tujuh Srimad Bhagavad-Gita. Tak lama kemudian mereka mencapai kaki-padma Sri Krishna. Deva Shiva : “Pharvati yang Kucintai, aku telah menyampaikan kepadamu keagungan yang menabjubkan dari Bab Tujuh Srimad Bhagavad-Gita. Siapapun yang mendengar uraian ini akan di bebaskan dari segala reaksi dosa.” >> >>



Laksmi : “ Sri Vishnu : “ Laksmi : “ Sri Vishnu : “ Laksmi : “ Sri Vishnu : “ Laksmi : “ Sri Vishnu : “ Laksmi : “ Sri Vishnu : “ Laksmi : “