Guru Ideal Milenial [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Guru Ideal Yang Milenial sekitar 65 persen murid pendidikan dasar yang ada sekarang merupakan generasi milenial yang bakal dihadapkan pada jenis-jenis pekerjaan baru yang asing. Karena itu, dibutuhkan guru-guru berwawasan baru untuk menciptakan peserta didik yang siap menghadapi dunia kerja masa depan.



Total jumlah guru sekitar 2,9 juta. Yang pensiun sekitar 70 ribu-80 ribu. Produksi guru dari universitas tidak banyak yang punya kualifikasi bagus. Jadi, muridnya abad ke-21, gurunya masih abad ke-20. Guru abad ke-21 harus mempunyai sejumlah karakteristik yang tepat untuk mengajar siswa milenial. Karakteristik tersebut antara lain menjadikan siswa sebagai produser, belajar teknologi baru, berwawasan global, siap dengan era digital, berkolaborasi, pembelajaran berbasis proyek, dan terus berinovasi, mengingat karakteristik siswa di zaman milenial sangat  aware teknologi, warga global, otentik, liberal, progresif, percaya diri, dan berorientasi tim.



Generasi milenial merupakan generasi yang dilahirkan pada kisaran tahun 1980-2000, generasi masa kini yang berusia 15-34 tahun. Esensinya, generasi millenial hidup di era digital dan memanfaatkan media teknologi informasi dalam kehidupannya. Generasi millenial menghabiskan 6,5 jam setiap hari untuk membaca media cetak, elektronik, digital, broadcast dan berita. Mereka mendengarkan dan merekam musik; melihat, membuat, dan mempublikasikan konten Internet serta tidak ketinggalan menggunakan smartphone.



Suka Memegang Kendali



Selain itu, karakter generasi pada era kekinian ini memiliki berbagai macam diantaranya; mereka suka memegang kendali, tidak mau terikat dengan jadwal tambahan, dan mereka tidak terlalu suka duduk di ruang kelas untuk belajar atau di kantor untuk bekerja. Sebaliknya, mereka lebih suka menggunakan teknologi untuk belajar kapan saja, siang, atau malam, melakukan telekomunikasi dari mana saja dan mendefinisikan keseimbangan dengan cara masing-masing. Kemudian tidak menyukai komunikasi satu arah, kurang menyukai bacaan konvensional seperti buku, serta lebih tahu dan mahir teknologi dibanding orang tua termasuk gurunya. Oleh karena itu, guru perlu memahami model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan zaman, yaitu berpikir kritis, kolaborasi, keterampilan komunikasi, dan literasi, untuk mendidik peserta didikanya.



Sehingga menjadi suatu keharusan bagi guru untuk memahami karakter generasi digital. Hal ini sangat penting agar guru mampu memposisikan diri sebagi pendidik yang dipandang ideal di mata



peserta didik millenial. Profil guru yang mendapatkan kepercayaan untuk memberikan taktik dan strategi pembelajaran yang berdaya guna. Layaknya seorang pelatih sepak bola yang dipercaya secara penuh oleh anak asuhnya meracik formasi pemain kemudian menentukan pola permainan yang tepat sesuai karakter kesebelasannya agar mampu meraih kemenangan di akhir pertandingan



Profil guru zaman now harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman untuk menjaga marwah kedaulatan seorang guru. Profil guru era millenial yang dimaksud adalah: Pertama, melek digital. Hadirnya guru di dalam kelas bersama laptop akan memberi angin segar bagi siswa. Bukan tanpa alasan, karena umumnya ada pembelajaran menarik yang akan disajikan oleh sang guru, semisal media power point dan video. Urgensinya adalah guru harus memiliki kemampuan menggunakan alatalat digital, dan kecakapan prilaku dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi. Kemampuan mengoperasikan komputer menjadi keharusan, justifikasinya adalah memudahkan guru dalam menjalankan tugas dan fungsi profesinya, semisal penyusunan RPP dan pengolahan nilai. Keterampilan digital lainnya adalah menjelajahi dunia maya dan akses surat elektronik. Adapun fakta di lapangan masih banyak guru yang belum melek digital menjadi PR besar untuk ditingkatkan kapasitasnya.



Kedua, memanfaatkan gawai pintar sebagai sumber belajar dan komunikasi pembelajaran. Misalnya media sosial, jangan sampai kita disebut guru “cupu” dikarenakan tidak memiliki medsos. Tujuannya untuk menjalin gaya komunikasi yang efektif terkait pembelajaran atau konseling di luar dunia nyata.



Ketiga, menyuguhkan pembelajaran yang menyenangkan dan penuh makna (Joyful And Meaningful), siswa generasi now tidak layak disuguhi metode ceramah. Paradigma pembelajaran masa kini harus memberikan keleluasaan siswa berperan aktif. Intinya harus memenuhi unsur berfikir yaitu melakukan atau mengamati, interaksi , komunikasi ke segala arah dan refleksi.



Keempat, guru harus menjadi Role Model. Generasi digital identik pula dengan pandangan rasional, apa yang dilihat, didengar, dirasa akan melahirkan persepsi. Membentuk persepsi yang baik sangat penting ditunjukkan melalui keteladanan. Namun bahayanya ketika ada kesenjangan antara ucapan dan perbuatan maka akan melunturkan loyalitas pembelajaran sang anak.



Kelima, guru sebagai pembelajar sepanjang hayat. Guru harus terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan teknik mengajarnya. Memaksimalkan gawai pintar untuk mengakses informasi sebanyak-banyaknya agar tidak kalah tahu dibandingkan anak didiknya dan men-download aplikasi keperluan guru. Pada muaranya, profil guru yang memiliki kapasitas mumpuni diharapkan mampu menghadapi tantangan generasi milenial sehingga melahirkan generasi yang cerdas berkarakter.



Tantangan bagi guru tidak berhenti di sini, generasi milenial bukan generasi yang bisa dipaksapaksa. Contoh dengan melarang siswa membawa handphone. Guru di era sekarang harus lebih terbuka dengan pemikiran-pemikiran baru. Guru dituntut mendidik siswa sesuai dengan zamanya. Selama tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada tentu hadirnya teknologi tidak perlu dipermasalahkan.



Pendekatan persuasif baiknya lebih prioritaskan ketimbang melakukan kebijakan-kebijakan yang terkesan otoriter maupun memaksakan kehendak. Guru bisa memberikan pengertian kepada siswa melalui kebijakan-kebijakan konkret dengan memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Misalnya dengan e-learning menggunakan sosial media dll. Siswa justru mendapatkan edukasi bahwa teknologi ketika dimanfaatkan dengan baik justru memiliki dampak yang positif.



Berfikir Rasional



Pendekatan yang gunakan oleh guru kepada para murid generasi millenial agar pembelajaran berjalan dengan baik bisa menggunakan metode 4R, yaitu; Pertama, Research, perlu cari tahu teknologi apa yang bisa dikaitkan atau dibawakan di kelas. Contoh yang diberikan misalnya penggunaan power point dengan lebih banyak gambar. Apa yang lebih cocok dan nyaman bagi para murid sehingga pengajaran lebih efektif. Dalam poin ini ditekankan untuk melakukan riset terlebih dahulu pendekatan apa yang paling mengena untuk para murid.



Kedua, Relevance, dari segi materi yang dibawakan apakah masih relevan dengan generasi yang sekarang. Apakah hal tersebut masih bermanfaat dan up to date. Ketiga, Rapport, Generasi milenial sangat mementingkan relasi. Kecenderungan ini ditunjukkan dengan adanya kesukaan untuk pertemanan secara berkelompok. Sehingga para murid akan senang dan merasa connect dengan pengajar apabila pengajar memiliki kesukaan yang sama dengan mereka.



Keempat, Rational, perlunya diberikan penjelasan terlebih dahulu kepada para murid tentang garis besar dan tujuan dari tugas atau materi yang akan diberikan. Generasi milenial cenderung akan lebih mengikuti aturan, apabila para pengajar menyediakan mereka dasar pemikiran rasional tentang pentingnya suatu tugas atau kebijakan tertentu.



Dengan adanya perubahan generasi peserta didik atau dikenal dengan generasi milenial, guru harus melihat tantangan ini sebagai suatu hal yang positif dengan selalu melakukan inovasi dan keterampilan dalam pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan zaman. Sebab maju mundurnya suatu bangsa tergantung para guru sebagai pencetak generasi bangsa yang berkualitas.