Hadis Tentang Akhlak Sayyiah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Akhlak al-Karimah Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits Dosen Pengampu : Dr. Mundzier Suparta, M.A.



DISUSUN OLEH : Resti Fauziah



11140110000009



Tsamrotul Fuadah



11140110000022



Miftah Farid



11140110000029



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan kepada kami rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa suatu halangan apapun. Shalawat serta salam tak lupa selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad Saw. Yang kami nanti-natikan syafa’atnya di Yaumul Qiyamah nanti. Ucapan terima kasih yang mendalam kami sampaikan kepada dosen mata kuliah hadis yaitu Bapak Dr. Mundzier suparta,



M.A.



yang



telah



memberikan



bimbingan



dan



kesempatan untuk kami menyusun makalah ini. Makalah yang berjudul “Akhlak al-Karimah” ini, disusun berdasarkan



buku-buku



referensi



yang



semoga



dapat



memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya pemakalah sebagai pembekalan calon guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.



Penyusun



1



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................



i



DAFTAR ISI ..............................................................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................



1



A. Latar Belakang ................................................................................



1



B. Rumusan Belakang ..........................................................................



1



BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................



2



A. Orang yang Baik adalah Orang yang Baik Akhlaknya ...................



2



B. Kejujuran Membawa Kepada Kebikasanaan ..................................



4



C. Orang yang Paling Berkah untuk dihormati ...................................



7



D. Berbuat Baik Kepada Tetangga .......................................................



11



BAB III PENUTUP ...................................................................................



15



A. Kesimpulan .....................................................................................



15



DAFTAR PUSTAKA .................................................................................



16



2



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhlak adalah suatu gerakan dalam jiwa seseorang yang menjadi sumber perbuatann yang bersifat baik atau buruk, sesuai dengan pendidikan yang diberikan kepadanya. Apabila jiwa dididik untuk mengutamakan kemuliaan dan kebenaran, maka dengan mudah akan lahirnya perbutanperbuatan yang baik dan tidak sulit baginya untuk melakukan akhlak baik. Sebagai manusia yang sempurna dan sebagai khalifah di muka bumi ini maka manusia di tuntut untuk berakhhlak terpuji karena dengan aklak terpuji maka manusia akan selamat di dunia dan akhirat dan hendaklah berakhlak terpuji dimanapun berada dimulai dengan berbuat baik terhadap diri sendiri, lingkungan keluarga dan masyarakat. Islam menekankan akhlak baik dan menyeru kaum Muslim untuk senantiasa membinanya serta menanamkannya didalam jiwa mereka dan keimanan seorang hamba berdasarkan keutamaan dirinya dan mengukur keislaman seorang hamba berdasarkan kebaikan akhlaknya. B. Perumusan Masalah Apakah hadist yang berkaitan dengan; Tingkah Laku yang Terpuji (Akhlak al-karimah) mengenai orang yang baik adalah orang yang baik akhlaknya, kejujuran membawa kepada kebijaksanaan, orang yang paling berhak dihormati, dan berbuat baik terhadap tetangga? C. Tujuan Mengetahui hadist yang berkaitan dengan orang yang baik adalah orang yang baik akhlaknya, kejujuran membawa kepada kebijaksanaan, orang yang paling berhak dihormati, dan berbuat baik terhadap tetangga.



1



BAB II PEMBAHASAN A. Orang yang Baik adalah Orang yang Baik Akhlaknya Rasulullah saw, bersabda:



‫ن‬ ‫مةعواوني ة ة‬ ‫ ة‬,‫ن‬ ‫ن ة‬ ‫م ة‬ ‫ة‬ ‫ن م‬ ‫ن ة‬ ‫مي ب م‬ ‫ن ة‬ ‫ح د‬ ‫حد دث ةنن ي م‬ ‫ ع ة ب‬,‫ي‬ ‫مهبد ن ي‬ ‫حد دث ةةنوا اب ب م‬ ‫منو ن‬ ‫مد م ب ب م‬ ‫ة بب ن‬ ‫حوات نم ن ب ب ن‬ ‫ة‬ ‫ن‬ ‫ن نم ة‬ ‫ن أنبي ن‬ ‫ن م‬ ‫ن ع ةب بد ن الدر ب‬ ‫ح ة‬ ‫ة‬ ‫ن الن د د‬ ‫ ع ة ب‬,‫ر‬ ‫ ع ة ب‬,‫ح‬ ‫في ب ن‬ ‫س بب ن‬ ‫نوا ن‬ ‫ ع ة ن‬,‫ه‬ ‫جب ةي برن ب ب ن‬ ‫ن بب ن‬ ‫م ن‬ ‫صوال ن ن‬ ‫ة‬ ‫ة‬ ‫سنو ة د‬ ‫ ةقوا ة‬,‫ي‬ ‫ن‬ ‫مةعوا ة‬ ‫ت ةر م‬ ‫ل ة‬ ‫ة‬ ‫سأل ب م‬ ‫س ب‬ ‫ن ا لن ب ة‬ ‫صوارن ي‬ ‫ل اللهن صلى الله عليه وسلم ع ة ن‬ ‫م‬ ‫ب‬ ‫ب‬ ‫ة‬ ‫صد برن ة‬ ‫حوا ة‬ ‫قوا ة‬ ‫ت‬ ‫ال بب نير ةوال نث بم ن فة ة‬ ‫ن ال م‬ ‫موا ة‬ ‫ل " الب نرر م‬ ‫ح ب‬ ‫ك وةكرنهب ة‬ ‫م ة‬ ‫ق ةوال نث ب م‬ ‫ك نف ي ة‬ ‫س م‬ ‫خل ن‬ ‫ة‬ ."‫س‬ ‫أ ب‬ ‫ن ي ةط دل نعة ع ةل ةي بهن الدنوا م‬ Artinya: (2553) “Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim bin Maymun, Telah menceritakan kepada kami Ibnu Mahdi, Dari Muawiyah bin Shalih, Dari Abdurrahman bin Jubair bin Nufair, Dari Ayahnya, Dari an-Nawas bin Sam’an al-Anshari, ia berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw tentang al-birr dan al-itsmi? Beliau menjawab: ‘Al-birr (kebajikan) itu adalah budi pekerti yang baik, sedangkan al-Itsmi (kejahatan) adalah segala sesuatu yang menyesakkan dadamu dan engkau tidak suka orang lain tahu.” (HR. Muslim)1 Akhlak adalah perilaku lisan, perbuatan fisik, bahkan perbuatan diam kita. Akhlak terpuji adalah akhlak yang baik, diwujudkan dalam bentuk sikap, ucapan, dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Akhlak terpuji yang ditujukan kepada Allah swt berupa ibadah, dan mengikuti ajaran-ajaran Rasulullah saw, serta kepada sesama manusia dengan selalu bersikap baik pada manusia yang lain. Hadits diatas yang terdapat dalam kitab Sahih Muslim dalam ‫سيرن‬ ‫بواب ت ة ب‬ ‫ف ن‬



‫ب‬ ‫ الب نير ةوال نث بم ن‬atau Bab makna ‘al-Birr’ dan ‘al-Itsm’ menjelaskan bahwa kebaikan itu adalah sebuah akhlak (budi pekerti yang baik).



1 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Shahih Muslim, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah: 2010), Cet. I, Jilid 4, h. 397. 2



Asbabul Wurud hadits ini adalah, Kata Abu Umamah, seorang laki-laki telah bertanya kepada Rasulullah tentang iman. Dijawab oleh Rasulullah seperti bunyi hadits diatas. Dan sebagai kelengkapannya, orang tersebut bertanya: “Ya Rasulullah apakah dosa itu?” Jawab Rasulullah: “Jika sesuatu menggoncangkan jiwamu, tinggalkanlah!”. Menjadi manusia yang berakhlak mulia bukanlah suatu hal yang mudah. Nabi Muhammad saw. diutus oleh Allah swt kepada kita semua untuk memeperbaiki akhlak manusia. Beliau bersabda:



‫م‬ ‫ق‬ ‫ح ابل ة ب‬ ‫صوال ن ة‬ ‫م ة‬ ‫ت نلت ة ي‬ ‫موا ب معنث ب م‬ ‫إ نن د ة‬ ‫م ة‬ ‫خةل ن‬ Artinya: “Sesungguhnya Aku diutus hanya untuk memperbaiki akhlak.” Rasulullah saw juga bersabda:



‫ قوال رسنول الله صلى الله عليه‬: ‫عن ابى هريرة رض ي الله عنه قوال‬ ‫ة‬ ‫ة‬ ‫م م‬ ‫قوا‬ ‫خل م ًق‬ ‫م م‬ ‫مؤ ب ن‬ ‫مواًقنوا أ ب‬ ‫ح ة‬ ‫سن مهم ب‬ ‫ن إ ني ب ة‬ ‫ل ال ب م‬ ‫وسلم أك ب ة‬ ‫من ني ب ة‬ Artinya: (1230) “Dari Abu Hurairah ra berkata, “Rasulullah saw bersabda: ‘Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban dan Hakim, Shahihul Jaami’) Akhlak adalah cermin hati. Artinya, ketika seseorang berakhlak baik maka berarti ia memiliki hati yang bersih dan jernih. Sedangkan orang yang memiliki akhlak buruk maka hatinya pun tidak jernih dan tidak jelas tujuan hidupnya, dan membawa keburukan baik untuk dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan sekitarnya. Itulah sebabnya setiap manusia harus memperbaiki akhlaknya. Hadist tersebut berkenaan dengan akhlak yang baik, yaitu menerangkan betapa tingginya nilai orang yang akhlaknya baik, orang yang berbudi pekerti luhur. Dinyatakan dalam hadist tersebut orang yang demikian adalah orang yang paling sempurna imannya. Iman adalah sesuatu yang paling tinggi nilainya di sisi Allah. Iman merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya, karena ia merupakan landasan dari segala-galanya. Dapat juga dikatakan seorang muslim yang akhlaknya baik, berarti kadar keimanan orang tersebut tinggi. Sebaliknya



3



seseorang yang buruk budi pekertinya, tergolong orang yang rendah imannya. Demikian pentingnya akhlak yang baik itu sampai Nabi menyetarakan akhlak tersebut dengan iman, padahal iman adalah suatu yang paling mendasar bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia di dunia maupun di akhirat. Memiliki akhlak yang baik atau akhlak mulia bagi setiap manusia adalah suatu hal yang sangat penting. Karena dimanapun kita berada, apapun pekerjaan kita, akan disenangi oleh siapa pun. Artinya, akhlak menentukan baik buruknya seseorang di hadapan sesama. Akhlak atau budi pekerti yang baik bisa dilakukan dengan berbagai cara antara lain seperti mengerjakan kebaikan, mencegah kemungkaran, lemah lembut serta pemaaf.2 Rasulullah saw adalah orang yang paling baik akhlaknya. Hal ini dinyatakan sendiri oleh Allah sesuai dalam Firman-Nya:



‫ك ل ةعةل ةى م م‬ ‫وةإ نن د ة‬ ٤ ‫ظيمم‬ ‫ق عة ن‬ ‫خل ن‬ ‫ى‬ Artinya: “Dan sesungguhnya Engkau (Muhammad) mempunyai pekerti yang agung”. (QS. Al-Qalam: 4). Sudah sepantasnya pula umatnya juga mewarisi perangai yang terpuji seperti Rasulullah saw.



‫م‬ ‫قدو ة‬ ‫م‬ ‫لد ة‬ ‫ن ي ةرو م‬ ‫ميين ك ةييوا ة‬ ‫ل ٱلل دهن أ سونوةة ة ة‬ ‫كوا ة‬ ‫ه وةٱلوي ةييوو ة‬ ‫ح ة‬ ‫ن ل ةك ممو نف ي ةر م‬ ‫جيينوا ب ٱلل ديي ة‬ ‫سيين ةةة ل ي ة‬ ‫سنو ن‬ ‫أ‬ ٢١ ‫ه ك ةنثيررا‬ ‫ٱلوأ ن‬ ‫خةر وةذ ةك ةةر ٱلل د ة‬ Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21). B. Kejujuran Membawa Kepada Kebijaksanaan Kejujuran selalu melekat pada pribadi Muslim. Ajaran Islam yang telah menjadi bagian hidupnya mengajarinya bahwa kejujuran merupakan puncak segala keutamaan, dan asas kemuliaan akhlak. Kejujuran pada akhirnya akan 2 Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim, Asbabul Wurud 1, (Jakarta, Kalam Mulia: 2003), Cet. I, h. 59. 4



membimbing manusia kearah kebaikan, mengantarkan manusia ke surga. Sebaliknya, dusta membawa manusia menuju kezaliman dan kejahatan, menyeret ke dalam api neraka dan siksa. Seorang Muslim yang benar akan selalu menghiasi dirinya dengan kejujuran di dalam setiap ucapan dan amalan. Yang demikian itu merupakan martabat yang tinggi dan mulia.3 Rasulullah Saw bersabda :



‫ ةقوا ة‬,‫م‬ ‫ن أ ةنب ي ة‬ ‫ل‬ ‫شي بب ة ة‬ ‫ن إ نب بةرا ن‬ ‫س ة‬ ‫موا م‬ ‫ن ة‬ ‫ة‬ ‫ وةإ ن ب‬,‫ة‬ ‫هي ة‬ ‫ وةع مث ب ة‬,‫ب‬ ‫حبر ن‬ ‫حواقم ب ب م‬ ‫ن بب م‬ ‫حد دث ةةنوا مزهةي بمر ب ب م‬ ‫ة‬ ‫ة‬ ‫خب ةةرةنوا وةةقوا ة‬ ,‫ل‬ ‫ل ال ة‬ ‫حواقم أ ب‬ ‫حد دث ةةنوا ة‬ ‫ ة‬,‫ن‬ ‫س ة‬ ‫إن ب‬ ‫ن ة‬ ‫من ب م‬ ‫ن أنب ي ةوائ ن ن‬ ‫ ع ة ب‬,‫صنورن‬ ‫ ع ة ب‬,‫ريةر‬ ‫خةرا ن‬ ‫ج ن‬ ‫سنو م‬ ‫ل ةقوا ة‬ ‫ ةقوا ة‬,‫ن ع ةب بد ن الل دهن‬ ‫صد بقة‬ ‫ل الل د ن‬ ‫ه صلى الله عليه وسلم " إ ن د‬ ‫ل ةر م‬ ‫ن ال ي‬ ‫عة ب‬ ‫ج ة‬ ‫ب‬ ‫ن ال بب ندر ي ةهب ن‬ ‫ي ةهب ن‬ ‫حدتى ي مك بت ة ة‬ ‫صد مقم ة‬ ‫ن الدر م‬ ‫جن دةن وةإ ن د‬ ‫دي إ نةلى ال ب ة‬ ‫دي إ نةلى ال بب نير وةإ ن د‬ ‫ل ل ةي ة ب‬ ‫ن‬ ‫ن ال ب م‬ ‫دي إ نةلى ال ب م‬ ‫دي ًق‬ ‫جنوةر ي ةهب ن‬ ‫ب ي ةهب ن‬ ‫ن‬ ‫دي إ نةلى الدنوارن وةإ ن د‬ ‫ف م‬ ‫جنورن وةإ ن د‬ ‫ف م‬ ‫ن ال بك ةذ ن ة‬ ‫قوا وةإ ن د‬ ‫ص ي‬ ‫ج ة‬ ‫ب كة د‬ . " ‫ذاًقبوا‬ ‫حدتى ي مك بت ة ة‬ ‫ب ة‬ ‫ل ل ةي ةك بذ ن م‬ ‫الدر م‬ Artinya : (2607) “Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harbin, dan ‘Utsman bin Abu Syaibah, dan Ishaq bin Ibrahim, Ishaq berkata, telah mengabarkan kepada kami, dan berkata dua orang yang lain, Telah menceritakan kepada kami Jarir, Dari Mansur, Dari Abu Wail, Dari Abdullah , dia berkata: “Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya kejujuran mengantarkan kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan mengantarkan masuk ke dalam surga. Dan seseorang senantiasa bersifat jujur sehingga dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kebohongan mengantarkan kepada kemaksiatan, sesungguhnya kemaksiatan mengantarkan masuk ke dalam neraka. Dan sesungguhnya seseorang senantiasa berbohong sehingga di catat sebagai seorang yang pembohong.” (H.R. Muslim).4 Sebagaimana diterangkan di atas bahwa berbagai kebaikan dan pahala akan diberikan kepada orang yang jujur, baik di dunia maupun di akhirat. Ia akan dimasukan ke dalam surga dan mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu siddiq, artinya orang yang sangat jujur dan benar. Bahkan dalam Al-qur’an



3Dr. Muhammad Ali Hasyimi, Apakah Anda Berkepribadian Muslim, (Jakarta: Gema Insani Press. 1994). Cet.9. h. 11 4 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Op.Cit., h. 435. 5



dinyatakan bahwa orang yang selalu jujur dan selalu menyampaikan kebenaran dinyatakan sebagai orang yang bertaqwa sebagaimana Allah swt berfirman: Artinya:



“Dan



‫صد دقة ب نهنۦۦ أ موبل أةىئ ن ة‬ ٣٣ ‫ن‬ ‫مت د م‬ ‫وةٱل د ن‬ ‫قنو ة‬ ‫ذي ة‬ ‫م ٱلو م‬ ‫ك هم م‬ ‫ق وة ة‬ ‫جاةء ب نٱل ي‬ ‫صدو ن‬



orang



yang



membawa



kebenaran



(Muhammad)



dan



membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zumar: 33) Hal itu sangat pantas diterima oleh mereka yang jujur dan dipastikan tidak akan berkhianat kepada siapa saja, baik kepada Allah SWT, sesama manusia, maupun dirinya sendiri. Orang yang jujur akan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, serta mengikuti segala sunah Rasulullah saw, karena hal itu merupakan janjinya kepada Allah ketika mengucapkan dua kalimat syahadat. Dengan kata lain, orang jujur akan menjadi orang yang paling taat kepada Allah SWT. Siapa orang yang berusaha untuk jujur dalam perkataan maka akan menjadi karakternya dan barangsiapa sengaja berdusta dan berusaha untuk dusta maka dusta juga akan menjadi karakterya. Hadits diatas menunjukkan agungnya perkara kejujuran dimana pada akhirnya akan membawa orang yang jujur ke jannah serta yang berdusta pada akhirnya akan membawa orang yang dusta ke neraka.5 Asbabul Wurud hadits diatas ialah As Aswad ibnu Ashram menceritakan: “Aku membawa unta yang gemuk badannya ke Madinah pada saat musim kurang subur dan keadaan tanah panas kering. Maka aku akan sebutkan mengenai unta itu kepada Rasulullah saw dan kemudian beliau menyuruh seseorang melihatnya. Maka unta itu dibawa kepada beliau. Beliau keluar rumah untuk melihatnya. Beliau bersabda: “Mengapa engkau giring untamu ini kesini ?”. Aku menjawab: “Aku ingin unta ini sebagai pelayan keperluanku”. Beliau bertanya lagi: “Untuk melayani siapa unta tersebut ?”. Usman ibnu Affan menjawab : “Untuk melayani keperluan saya wahai Rasulullah” . Beliau bersabda: “Bawalah kesini”. Maka unta itu dibawa dan aku mengikutinya, sedangkan Rasulullah saw menambatkan pula untanya. Maka aku berkata: “Wahai rasulullah aku wasiat.” Beliau bersabda: “Apakah engkau dapat menguasai lidahmu?”. Aku menjawab: “Bagaimana aku 5 Muhammad Abdul Aziz al-Khauli, Menuju Akhlak Nabi (Semarang: Pustaka Nuun, 2006), h. 150. 6



memiliki jika aku tidak menguasai lidahku?”. Beliau bertanya: “Apakah engkau menguasai tanganmu?”. Aku menjawab: “Bagaimana aku memiliki jika aku tidak menguasai tanganku?”. Beliau bersabda: “Janganlah lidahmu mengucapkan sesuatu melainkan kebaikan, dan janganlah engkau bentangkan tanganmu melainkan untuk kebaikan.” (Riwayat Bukhari) Orang yang jujur sudah pasti bijaksana, bijaksana pada dirinya, orang lain, dan lingkungan sekelilingnya dimanapun ia berada. Karena kejujuran adalah awal mula segala kebaikan. Mari tanamkan kejujuran pada diri kita sekecil apapun bentuknya. Inti yang bisa diambil dari hadits ini antara lain yaitu kejujuran termasuk akhlak terpuji yang dianjurkan oleh Islam, jujur merupakan sebaik-baik sarana keselamatan di dunia dan akhirat, seorang mukmin yang bersifat jujur dicintai di sisi Allah swt dan di sisi manusia, dusta merupakan sifat buruk yang dilarang Islam dan merupakan jalan yang menyampaikan ke neraka.6 C. Orang yang Paling Berhak untuk dihormat Setelah umat manusia mengemban beberapa tugas terhadap Allah swt, tugas terbesar dan terpenting berikutnya adalah berkaitan dengan perintah ibadah berbuat baik kepada orang tua. Jadi, siapakah orang yang paling berhak untuk dihormat? Jawabannya adalah kedua orang tua kita, terutama Ibu. Rasulullah saw bersabda:



‫ ةقوال ة‬,‫ب‬ ‫ف الث د ة‬ ‫حد دث ةةنوا قمت ةي بب ة م‬ ‫ق ن‬ ‫ج ن‬ ‫ن ة‬ ‫ري ن‬ ‫ن ة‬ ‫ة‬ ‫ن ة‬ ‫حبر ن‬ ‫ وةمزهةي بمر ب ب م‬,‫ ي‬ ‫ف ر‬ ‫مي ن‬ ‫ة بب م‬ ‫ن طة ن‬ ‫ل بب ن‬ ‫سنعيد ن ب ب ن‬ ‫ة‬ ‫ة‬ ‫ب‬ ,‫ة‬ ‫قع ب ة‬ ‫ن ال ة‬ ‫ن أنب ي همةري بةر ة‬ ‫ن أنب ي مزبرع ة ة‬ ‫حد دث ةةنوا ة‬ ‫ة‬ ‫ن عم ة‬ ‫ ع ة ب‬,‫ة‬ ‫ ع ة ب‬,‫قوانع‬ ‫ ع ة ب‬,‫ريةر‬ ‫ج ن‬ ‫مواةرة ة ب ب ن‬ ‫ة‬ ‫قوا ة‬ ‫ج ة‬ ‫ةقوا ة‬ ‫ل الل دهن صلى الله عليه وسلم فة ة‬ ‫نأ ة‬ ‫جواةء ةر م‬ ‫ل ة‬ ‫ل إ نةلى ةر م‬ ‫حق ر‬ ‫ل ة‬ ‫م ب‬ ‫سنو ن‬ ‫ل " ثم م‬ ‫م‬ ‫م ة‬ ‫م ة‬ ‫ن ةقوا ة‬ ‫ ةقوا ة‬. " ‫ك‬ ‫حواب ةنت ي ةقوا ة‬ ."‫ك‬ ‫ص ة‬ ‫س بن م‬ ‫ح ب‬ ‫مأ ر‬ ‫د‬ ‫م ة‬ ‫ل ثم د‬ ‫ل"أ ر‬ ‫ن ة‬ ‫م ب‬ ‫س ن‬ ‫الدنوا ن‬ ‫ل " ثم م‬ ‫م أ ةمبنو ة‬ ‫م ة‬ ‫ن ةقوا ة‬ ‫ ةقوا ة‬. " ‫ك‬ ‫ن ةقوا ة‬ ‫ةقوا ة‬ ."‫ك‬ ‫ل " ثم د‬ ‫م ة‬ ‫ل ثم د‬ ‫مأ ر‬ ‫د‬ ‫م ة‬ ‫ل ثم د‬ ‫م ب‬ ‫م ب‬ Artinya: (2548) “Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id bin Jamil bin Tharif suku as-Tsaqafi, dan Zuhair bin Harbin, Telah berkata (Qutaibah dan Zuhair) telah menceritakan kepada kami Jarir, Dari ‘Umar bin Qa’qa’, Dari Abu



6 Suparman Syukur, Etika Religius (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 274. 7



Zur’ah, Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw, lalu dia bertanya: ‘Siapakah manusia yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?’ Rasulullah saw menjawab: ‘Ibumu.’ Lalu siapa? ‘Ibumu’. Lalu siapa? ‘Ibumu’. Lalu siapa? ‘Ayahmu’. (HR. Muslim).7 Ibu adalah seseorang yang telah mengandung dan melahirkan kita serta memelihara dan mengasuh kita dengan kasih sayang tanpa memikirkan untung dan rugi. Sudah sepantasnya “Ibu” kita hormati dengan penuh kesungguhan. Begitu pentingnya seorang Ibu, sehingga sampai tiga kali Rasulullah menekankan bahwa Ibu berhak menerima penghormatan dari anak-anaknya. Hadist ke-2548 dalam kitab Shahih Muslim jilid ke-4 yang terdapat dalam



‫ة‬ ‫ة‬ ‫حقر ب نهن‬ ‫موا أ ة‬ ‫ن وةأن دهم ة‬ ‫ بواب ب نير ال ب ة‬atau Bab: Berbakti kepada Dua Orang Tua, ‫نوال ند ةي ب ن‬ memberi petunjuk bahwa kita harus menghormati, patuh, dan berbakti kepada kedua orang tua kita yang telah melahirkan, terlebih pada Ibu, selama kedua orang tua tidak mengajak durhaka kepada Allah. Asbab al-Wurud hadits tersebut adalah Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahawa ada seorang laki-laki yang datang menghadap Rasulullah saw, lalu ia bertanya: siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Lalu Rasulullah menjawab “Ibumu”, sampai bertanya tiga kali dengan jawabn yang sama, baru ketika si pria bertanya lagi untuk yang ke-4 kalinya, Rasulullah baru menjawab “Ayahmu”.8 Demikian tinggi dan mulianya taraf seorang Ibu dari pandangan Islam. berbakti kepada Ibu lebih didahulukan karena Ibu-lah asal dari segalanya. Ibu disebut juga sebagai “Madrasatul Ulaa” karena ibu adalah orang yang pertama kali mengajarkan anak-anaknya. Allah swt juga berfirman: 7 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Op.Cit., h. 387. 8 Ibnu Hamzah Al-Husaini Al-Hanafi AD Damsyiqi, Asbabul Wurud I – Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-hadist Rasul, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), Cet. VII, h. 377-378. 8



‫ب د‬ ‫ضى ةرب ر ة ة د‬ ‫عنييد ة ة‬ ‫ك‬ ‫ن ن‬ ‫ن إ نحو ىة‬ ‫سيين ًقاا إ ن د‬ ‫مييوا ي ةبول مغةيي د‬ ‫ك أل ت ةعوب مييد موأا إ نل إ ني دييواه م وةب نٱلونوىةل نييد ةيو ن‬ ‫وةقة ة ى‬ ‫م‬ ‫ة‬ ‫ة‬ ‫مييوا قةييوورل‬ ‫موا فةةل ت ة م‬ ‫ما أ ف م‬ ‫ٱلوك نب ةةر أ ة‬ ‫موا وةمقل ل دهم ة‬ ‫ف وةةل ت ةنوهةروهم ة‬ ‫قل ل دهم ة‬ ‫ما أوو ك نةلهم ة‬ ‫حد مهم ة‬ ‫موا ‪٢٣‬‬ ‫ري ر‬ ‫كة ن‬ ‫‪Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah‬‬ ‫‪selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik‬‬‫‪baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai‬‬ ‫‪berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu‬‬ ‫‪mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak‬‬ ‫‪mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Israa’:‬‬ ‫‪23).‬‬ ‫‪Dalam ayat tersebut, Allah swt tanpa terpisah setelah menjelaskan perintah‬‬ ‫‪menyembah dan bertauhid kepada-Nya, kemudian menyebutkan hak orang tua‬‬ ‫‪dengan berbakti dan berbuat baik kepada mereka.‬‬ ‫‪Imam Shadiq as dalam mengomentari ayat “wa bil waalidaini ihsana”,‬‬ ‫‪mengatakan bahwa ihsan disitu berarti bersopan santunlah kepada kedua orang‬‬ ‫‪tuamu, berikanlah perhatian kepada mereka, perhatikan dan penuhilah segala‬‬ ‫‪kebutuhannya sebelum mereka meminta kepada mu.9‬‬ ‫‪kewajiban‬‬



‫‪tentang‬‬



‫‪Rasulullah,‬‬



‫‪sahabat‬‬



‫‪dari‬‬



‫‪kisah‬‬



‫‪sebuah‬‬



‫‪Ada‬‬



‫‪mendahulukan berbakti kepada kedua orang tua daripada shalat sunnah, dijelaskan‬‬ ‫‪dalam kitab Shahih Muslim pada hadist ke-2550, Rasulullah saw bersabda:‬‬



‫ن فةررو ة‬ ‫حد دث ةةنوا ة‬ ‫ل‪,‬‬ ‫منغيةر ن‬ ‫حد دث ةةنوا م‬ ‫ة‪ ,‬ة‬ ‫موا م‬ ‫خ‪ ,‬ة‬ ‫شي بةبوا م‬ ‫ة‬ ‫حد دث ةةنوا م‬ ‫ح ة‬ ‫ن ال ب م‬ ‫سل ةي ب ة‬ ‫ن ه نل ة ن‬ ‫مي بد م ب ب م‬ ‫ن بب م‬ ‫ن بب م‬ ‫ة‬ ‫ة‬ ‫ة‬ ‫ل ة‬ ‫ه ةقوا ة‬ ‫ن أنب ي همةري بةر ة‬ ‫معةةن‬ ‫جةري ب ة‬ ‫ن م‬ ‫كوا ة‬ ‫صنوب ة‬ ‫ة‪ ,‬أن د م‬ ‫ج ي ةت ةعةب دد م نف ي ة‬ ‫ن أنب ي ةرافننع‪ ,‬ع ة ب‬ ‫عة ب‬ ‫ة‬ ‫ة‬ ‫م‬ ‫ه ‪ .‬ةقوا ة‬ ‫ص ة‬ ‫ص ة‬ ‫ف ة‬ ‫ص ة‬ ‫فةن‬ ‫ة أنب ي همةري بةرة ة ل ن ن‬ ‫ف ل ةةنوا أمبنو ةرافننع ن‬ ‫ل م‬ ‫فة ة‬ ‫ح ة‬ ‫م م‬ ‫تأ ر‬ ‫جواةء ب‬ ‫مي بد ة فةنوة ة‬ ‫م‬ ‫ت كة د‬ ‫فةهوا فةنوبقة‬ ‫ه ك ةي ب ة‬ ‫ه ن‬ ‫ف ة‬ ‫ةر م‬ ‫جعةل ة ب‬ ‫ن د ةع ةت ب م‬ ‫م م‬ ‫ل الل دهن صلى الله عليه وسلم أ د‬ ‫حي ة‬ ‫سنو ن‬ ‫م‬ ‫ة‬ ‫ب‬ ‫م ة‬ ‫منن ي ‪.‬‬ ‫عنوه م فة ة‬ ‫سةهوا إ نل ةي بهن ت ةد ب م‬ ‫جةري ب م‬ ‫ت ةيوا م‬ ‫ة‬ ‫ت ةرأ ة‬ ‫ك ك ةل ي ب‬ ‫ج أةنوا أ ر‬ ‫قوال ة ب‬ ‫م ةرفةعة ب‬ ‫جب نةهوا ث م د‬ ‫حوا ن‬ ‫م‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫ة‬ ‫ة‬ ‫قوا ة‬ ‫م‬ ‫صل ي فة ة‬ ‫صلنت ي ‪ .‬ةفوا ب‬ ‫ه فةةر ة‬ ‫ت ثم د‬ ‫جع ة ب‬ ‫ص لت ة م‬ ‫مأ ي‬ ‫ل اللهم د‬ ‫صواد ةفةت ب م‬ ‫خةتواةر ة‬ ‫م ي وة ة‬ ‫ه يم ة‬ ‫فة ة‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ة‬ ‫م ة‬ ‫منن ي ‪ .‬ةقوا ة‬ ‫م ي‬ ‫ت نف ي الدثوان ني ةةن فة ة‬ ‫ة‬ ‫جةري ب م‬ ‫ت ةيوا م‬ ‫مأ ي‬ ‫ل الل دهم د‬ ‫ك فةك ةل ي ب‬ ‫ج أةنوا أ ر‬ ‫قوال ة ب‬ ‫عواد ة ب‬ ‫ن هة ة‬ ‫ه‬ ‫ه فة ة‬ ‫صل ةنت ي ‪ .‬ةفوا ب‬ ‫قوال ة ن‬ ‫جةري ب ة‬ ‫ذا م‬ ‫م إن د‬ ‫مت م م‬ ‫ج وةهمنوة اب بنن ي وةإ نين ي ك ةل د ب‬ ‫ت الل دهم د‬ ‫صل ةت ة م‬ ‫خةتواةر ة‬ ‫وة ة‬ ‫ة‬ ‫ة‬ ‫ت ‪ .‬ةقوا ة‬ ‫ت‬ ‫سوا ن‬ ‫منو ن‬ ‫م فةل ة ت م ن‬ ‫ه ة‬ ‫فةأةبى أ ب‬ ‫م ة‬ ‫ل وةل ةنوب د ةع ة ب‬ ‫ه ال ب م‬ ‫حدتى ت مرني ة م‬ ‫مت ب م‬ ‫منن ي الل دهم د‬ ‫ن ي مك ةل ي ة‬ ‫‪9 Tim Akhlak, Etika Islam, (Jakarta: Al-Huda, 2003), Cet. 1, h. 28.‬‬ ‫‪9‬‬



‫ب‬ ‫ة‬ ‫ل وة ة‬ ‫ ةقوا ة‬- ‫ن ي ةأ بنوي إ نةلى د ةي برنهن‬ ‫ ةقوا ة‬. ‫ن‬ -‫ل‬ ‫ن لة م‬ ‫ن يم ب‬ ‫ن ةرا ن‬ ‫ع ي ة‬ ‫كوا ة‬ ‫ع ةل ةي بهن أ ب‬ ‫ضأ ن‬ ‫فت ن ة‬ ‫فت ة ة‬ ‫خرجت ا ة‬ ‫موا‬ ‫ن ال ب ة‬ ‫قبري ةةن فةنوةقةعة ع ةل ةي بةهوا الدرا ن‬ ‫مةرأة ة ن‬ ‫ع ي فة ة‬ ‫ت غ مل ة ًق‬ ‫ت فةنوةل ةد ة ب‬ ‫مل ة ب‬ ‫ح ة‬ ‫فة ة ة ة ن ب‬ ‫م ة‬ ‫ ةقوا ة‬. ‫ذا الد دي برن‬ ‫قي ة‬ ‫ب هة ة‬ ‫موا هة ة‬ ‫م‬ ‫جوامءوا ب ن م‬ ‫صوا ن‬ ‫فمئنو ن‬ ‫ت ن‬ ‫فة ن‬ ‫ل فة ة‬ ‫سه ن ب‬ ‫ذا ةقوال ة ب‬ ‫ل ل ةةهوا ة‬ ‫ح ن‬ ‫ن ة‬ ‫م ب‬ ‫ة‬ ‫ ةقوا ة‬- ‫م‬ ‫خ م‬ ‫ن‬ ‫ فةأ ة‬- ‫ل‬ ‫سوا ن‬ ‫منو ة‬ ‫م ة‬ ‫ذوا ي ةهبد ن م‬ ‫مه م ب‬ ‫م ي مك ةل ي ب‬ ‫صيل ي فةل ة ب‬ ‫حيهن ب‬ ‫وة ة‬ ‫صواد ةمفنوه م ي م ة‬ ‫م فةةنواد ةوبه م فة ة‬ ‫ة‬ ‫موا ةرأ ى ذ ةل ن ة‬ ‫ ةقوا ة‬- ‫ل هةذ نهن‬ ‫س ب‬ ‫ك ن ةةز ة‬ ‫م‬ ‫م فة ة‬ ‫ فةت ةب ة د‬- ‫ل‬ ‫ه ة‬ ‫م ثم د‬ ‫س ة‬ ‫قواملنوا ل ة م‬ ‫ل إ نل ةي بهن ب‬ ‫د ةي بةره م فةل ة د‬ ‫ل أ ةب ي راع ي ال ب‬ ‫ب‬ ‫ن أ ةمبنو ة‬ ‫قوا ة‬ ‫ممعنوا‬ ‫ ي فة ة‬ ‫ك ةقوا ة ن ة ن‬ ‫س ن‬ ‫د‬ ‫س ة‬ ‫موا ة‬ ‫م ة‬ ‫ فةل ة د‬. ‫ن‬ ‫ل ة‬ ‫ة‬ ‫س ال د‬ ‫ح ةرأ ة‬ ‫ضأ ن‬ ‫م ب‬ ‫صب ن ي‬ ‫ة‬ ‫ب‬ ‫م‬ ‫ن د ةي برن ة‬ ‫ذ ةل ن ة‬ ‫ ةقوا ة‬. ‫ضةن‬ ‫ن‬ ‫ب ةوال ن‬ ‫مةنوا ن‬ ‫ك ن‬ ‫ف د‬ ‫موا هةد ة ب‬ ‫ه ةقوالنوا ن ةب بنن ي ة‬ ‫من ب م‬ ‫ك نبوالذ دهة ن‬ ‫ل ل ة وةلك ن ب‬ ‫م ب‬ ‫موا ة‬ ‫أ ة ن‬. ‫كوا ة‬ ‫عي م‬ ‫م ع ةل ةه م‬ ‫ن ثم د‬ ‫دوه م ت مةراًقبوا ك ة ة‬ Artinya: (2550) “Telah menceritakan kepada kami Syaiban bin Farukh, Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Mughirah. Telah menceritakan kepada kami Humaid bin Hilal, dari Abu Rafi’, dari Abu Hurairah, sesungguhnya dia berkata: “Ada seorang laki-laki yang bernama Juraij, dia beribadah di tempat peribadatannya, lalu ibunya datang.” Humaid berkata: “Lalu Abu Rafi’ menceritakan kepada kami, seperti yang diceritakan kepadanya Abu Hurairah dari Rasulullah saw bahwa ibunya (Juraij) tengah memanggilnya, bagaimana ibunya meletakkan telapak tangannya di dahinya, diangkatlah kepalanya untuk memanggilnya, lalu ibunya berkata: ‘Wahai Juraij! Aku Ibumu, bicaralah kepadaku! Ketika itu Juraij sedang shalat.’ Juraij berkata: ‘Ya Allah! Ibuku atau shalatku?’ Lalu dia memilih shala. Maka ibunya datang untuk kedua kalinya. Ibunya berkata: ‘Wahai Juraij! Aku Ibumu! bicaralah kepadaku!’ Juraij berkata: ‘Ya Allah! Ibuku atau shalatku?’ Lalu dia memilih shalat. Ibunya berkata: ‘Ya Allah! Sesungguhnya dia ini adalah Juraij, dia anakku, sungguh aku telah memanggilnya dan dia tidak menjawab panggilanku. Ya Allah jangan Engkau cabut nyawanya hingga Engkau uji dia dengan perempuanperempuan pezina.’ Humaid berkata: “Jika ibunya berdoa agar Juraij ditimpa fitnah pasti dia akan terfitnah.” Humaid berkata: “Ada seorang penggembala kambing yang datang ke peribadatan Juraij, lalu seorang perempuan desa lewat dan penggembala itu berzina dengannya sampai hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki. Perempuan itu ditanya: ‘Anak siapa ini?’ Dia menjawab: ‘Dari pemilik tempat 10



peribadatan itu!’ Lalu orang-orang datang dengan membawa kampak dan penggali dari besi, lalu mereka memanggil Juraij, ternyata dia sedang shalat, sehingga dia tidak menjawabnya. Maka mereka menghancurkan tempat peribadatan itu, ketika dia melihat hal itu, maka dia menemui mereka dan mereka bertanya kepadanya: ‘Tanyakan kepada perempuan ini?’ Dia tersenyum dan mengusap kepala anak bayi itu, lalu bertanya: ‘Siapa ayahmu?’ Bayi itu menjawab: ‘Ayahku adalah penggembala kambing.’ Ketika mereka mendengar hal itu mereka berkata: ‘Kami bangun lagi peribadatan yang telah kami hancurkan dengan emas dan perak.’ Dia (Juraij) berkata: ‘Jangan, bangun saja dari tanah, seperti semula.” (HR. Muslim)10 Dari hadits tersebut terlihat jelas bahwa berbakti kepada kedua orang tua, terutama Ibu harus lebih di dahulukan dari pada shalat sunnah, begitu luar pentingnya berbakti kepada seorang Ibu sampai-sampai disetarakan dengan shalat sunnah. Jika Ibu kita memanggil tapi kita dalam keadaan shalat sunnah, maka shalat tersebut boleh dibatalkan dan penuhilah panggilan Ibumu. Oleh karena itu sudah sepatutnya kita membalas jasa baik orang tua kita, terutama Ibu, sekurang-kurangya hormati-lah, muliakan-lah, dan jagalah segala kebajikannya terutama ketika mereka memerlukan penjagaan kita dihari tua mereka. D. Berbuat Baik kepada Tetangga Tetangga merupakan orang yang rumahnya paling dekat dengan kita. Dalam Islam, memperhatikan hak tetangga mendapat perhatian yang istimewa. Dan hal ini dipandang sebagai tanda beriman. Rasulullah saw bersabda:



‫ ع ة ة‬,‫ حدث ةنوا أ ةبنو ال ةحنوص‬,‫ة بن سنعيد‬ ‫ن أ ةنب ي‬ ‫ح ن‬ ‫ن أنب ي ة‬ ‫حد دث ةةنوا قمت ةي بب ة م ب م ة ن ة د ة م‬ ‫ة‬ ‫ ع ة ب‬,‫ن‬ ‫ب‬ ‫صي ن‬ ‫ب ة ن‬ ‫ة‬ ‫سنو م‬ ‫ل ةقوا ة‬ ‫ ةقوا ة‬,‫ة‬ " ‫ه صلى الله عليه وسلم‬ ‫ن أنب ي همةري بةر ة‬ ‫ل الل د ن‬ ‫ل ةر م‬ ‫ة‬ ‫ ع ة ب‬,‫ح‬ ‫صوال ن ن‬ ‫ن نبوالل ند‬ ‫ب‬ ‫د‬ ‫ة‬ ‫ة‬ ‫ة‬ ‫ة‬ ‫ب‬ ‫ب‬ ‫ب‬ ‫ه‬ ‫م‬ ‫ؤ‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫كوا‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫و‬ ,‫ه‬ ‫ر‬ ‫جوا‬ ‫ذ‬ ‫ؤ‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ‫ر‬ ‫خ‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫نو‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫وا‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫بوال‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ؤ‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫كوا‬ ‫ن‬ ‫ة‬ ‫ة م ن م‬ ‫م ن ة ة م ة ة ب‬ ‫م ب‬ ‫ن ن‬ ‫ة م ن م ن ن ة ة ب ن‬ ‫ب‬ ‫ب‬ ‫د‬ ‫ب‬ ‫ب‬ ‫ن ة‬ ‫ق ب‬ ‫ل‬ ‫خرن فةلي ة م‬ ‫ضي ب ة‬ ‫ن نبواللهن ةوالي ةنوبم ن ال ن‬ ‫ةوالي ةنوبم ن ال ن‬ ‫ن ي مؤ ب ن‬ ‫كوا ة‬ ‫م ة‬ ‫خرن فةلي مك برن ب‬ ‫ وة ة‬,‫ه‬ ‫ف م‬ ‫م م‬ ‫م ب‬ ‫ة‬ ." ‫ت‬ ‫ة‬ ‫م ب‬ ‫ص م‬ ‫خي بًقرا أوب ل ني ة ب‬ 10 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Op.Cit., h. 389-391. 11



Artinya: 6018 “Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id, telah menceritakan kepada kami Abu al-Ahwash, Dari Abu Hashin, Dari Abu Shalih, Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah saw telah bersabda, ‘Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya; siapa saja yang beriman kepda Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya; dan siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata-kata yang baik atau hendaknya dia diam.” (HR. Bukhari)11 Dari hadits diatas dapat kita ambil pelajaran, untuk mengukur keimanan seseorang menurut cara Rasulullah saw, yaitu keimanan seorang muslim dapat dilihat dari tiga hal, yaitu: kebaikannya terhadap tetangganya, berbuat baik kapada tamu dan perkataannya kepada orang lain. Tiga alat ukur yang sudah disampaikan oleh Rasulullah saw diatas dan bisa dijadikan barometer bagi seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Tidak menyakiti hati tetangga, menghormati tamu, dan berkata baik atau memilih diam menjadi kerangka ukur bagi orang yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir. Orang yang sudah mengaku beriman kepada Allah swt dan hari akhir, dilarang keras mengganggu apalagi menyakiti tetangga, baik fisik maupun psikis. Menghormati dan memuliakan orang lain merupakan langkah baik untuk membangun relasi antara keluarga dan tetangga. Asbabul Wurud hadits tersebut adalah Allah swt memperlihatkan kepada hamba-hamba Nya bahwa Allah melihat semua perbuatan yang terkecil sekalipun. Maka disaat itu datanglah tamu kepada Nabi saw dan Nabi saw tidak bisa menjamunya karena tidak ada makanan. Rasul bertanya pada istrinya “Punya makanan apa kita untuk menjamu tamu ini?”, Istri Nabi saw menjawab “Tidak ada, yang ada cuma air”. Maka Rasul berkata “Siapa yang mau menjamu tamuku ini?” Satu orang Anshar langsung mengacungkan tangan “Aku yang menjamu tamumu ya Rasulullah”. Kemudian sahabat itu membawa tamu Rasul itu ke 11 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Sahih Bukhari, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah: 2010), Cet. I, Jilid 5, h. 168. 12



rumahnya, sampai dirumah mengetuk pintu dengan keras hingga istrinya bangun. “Kenapa suamiku? Kau tampak terburu-buru”. “Kita dapat kemuliaan tamunya Rasulullah. Ayoo.. muliakan, keluarkan semua yang kita miliki daripada pangan dan makanan, semua keluarkan. Ini tamu Rasulullah bukan tamu kita, datang kepada Rasul, Rasul saw tidak bisa menyambutnya. Rasul bertanya “Siapa yang bisa menyambutnya?”, Aku buru-buru tunjuk tangan, ini kemuliaan besar bagi kita.” Istrinya berkata “Suamiku, makanannya hanya untuk 1 orang. Tidak ada makanan lagi, itu pun untuk anak- anak kita. 2 orang anak- anak kita hanya akan makan makanan untuk 1 orang, Kau ini bagaimana menyanggupi undangan tamu Rasul? Kau tidak bertanya lebih dulu? Apakah kita punya kambing, punya ayam, punya beras, punya roti, jangan main terima sembarangan!” Maka suaminya sudah terlanjur menyanggupi “Sudah kalau begitu anak kita tidurkan cepat- cepat, matikan lampu agar anaknya tidur”. Di tidurkan anaknya tanpa makan. Lalu tinggal makanan yang 1 piring untuk 1 orang, “Ini bagaimana? tamunya tidak mau makan kalau hanya ditaruh 1 piring kalau shohibul bait (tuan rumah) tidak ikut makan karena cuma 1 piring makanannya”. Suaminya berkata “Nanti sebelum kau keluarkan piringnya, lampu ini kau betulkan lalu saat makan tiup agar mati pelitanya, jadi pura- pura lampu mati. Taruh piring, silahkan makan dan kita taruh piring kosong di depan kita, tamu makan kita tidak usah makan tapi seakan-akan makan dan tidak kelihatan lampunya gelap”. Maka tamunya tidak tahu cerita lampunya mati, pelitanya rusak, tamunya makan dengan tenangnya, nyenyak dalam tidurnya, pagi-pagi shalat subuh kembali kepada Rasul saw “Alhamdulillah ya Rasulullah aku dijamu dengan makanan dan tidur dengan tenang”. Rasul berkata “Allah semalam sangat ridho kepada shohibul bait (tuan rumah) yang menjamumu itu.” (Riwayat Bukhari) Rasulullah saw juga bersabda:



‫ن‬ ‫م ب‬ ‫حد دث ةةنوا الل دي ب م‬ ‫س ة‬ ‫ ة‬,‫ث‬ ‫ ة‬,‫ف‬ ‫ة‬ ‫حد دث ةةنوا ة‬ ‫ن مينو م‬ ‫سنعيد ة ي همنوة ال ب ة‬ ‫قب مرنير ي ع ة ب‬ ‫حد دث ةةنوا ع ةب بد م الل دهن ب ب م‬ ‫ة‬ ‫ة‬ ‫ل ة‬ ‫قنو م‬ ‫ ةقوا ة‬,‫ن أنب ي همةري بةرة ة‬ ‫ل " ةيوا‬ ‫ ي صلى الله عليه وسلم ي ة م‬ ‫كوا ة‬ ‫ن الن دب ن ر‬ ‫ ع ة ب‬,‫أنبيهن‬ ‫ن ة‬ ‫شواةن‬ ‫جواةرت نةهوا وةل ةنوب فنبر ن‬ ‫ح ن‬ ‫موا ن‬ ‫جواةرة ة ل ن ة‬ ‫ن ة‬ ‫قةر د‬ ‫ت ل ة تة ب‬ ‫م ب‬ ‫"ن ن ة‬ ‫سل ن ة‬ ‫سواةء ال ب م‬ ‫س ة‬ 13



Artinya: 6017 “Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf,



telah



menceritakan kepada kami al- Laits, telah menceritakan kepada kami Sa’id yaitu al-Maqburi Dari Ayahnya Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Nabi saw bersabda, ‘Wahai wanita-wanita muslimah, janganlah tetangga wanita meremeh-kan (pemberian) tetangga wanita lainnya meskipun berupa kaki kambing.” (HR. Bukhari)12



‫ف م‬ ‫حد دث ةةنوا أ ةمبنو ة‬ - ‫حواقة‬ ‫ ةوالل د ب‬- ,‫م‬ ‫ن إ نب بةرا ن‬ ‫كوا ن‬ ‫س ة‬ ‫س ة‬ ‫ج ب‬ ‫ل ال ب ة‬ ‫ة‬ ‫ظ لن ب‬ ‫ وةإ ن ب‬,‫حد ةرنير‬ ‫هي ة‬ ‫حواقم ب ب م‬ ‫م ن‬ ‫ة‬ ‫ة‬ ‫ل أمبنو ة‬ ‫ةقوا ة‬ ‫حواقم أ ب‬ ‫مد ن‬ ‫كوا ن‬ ‫س ة‬ ‫ل ة‬ ‫ إ ن ب‬:‫حد دث ةةنوا وةةقوال‬ ‫ص ة‬ ‫ن ع ةب بد ن ال د‬ ‫زيزن ب ب م‬ ‫م ن‬ ‫خب ةةرةنوا ع ةب بد م ال بعة ن‬ ‫ة‬ ‫ة‬ ‫د‬ ,‫ن أنب ي ذ ةير‬ ‫حد دث ةةنوا أمبنو ن‬ ‫م ن‬ ‫صوا ن‬ ‫ن ال ب ة‬ ‫مةرا ة‬ ‫ ة‬,‫ ي‬ ‫ع ب‬ ‫ال بعة ي‬ ‫ن ال د‬ ‫ ع ة ب‬,‫ت‬ ‫ ي ع ة ب‬ ‫جنوبن ن ر‬ ‫م ر‬ ‫ن ع ةب بد ن اللهن ب ب ن‬ ‫سنو م‬ ‫ل ةقوا ة‬ ‫ةقوا ة‬ ‫ه صلى الله عليه وسلم " ةيوا أ ةةبوا ذ ةير إ ن ة‬ ‫ة‬ ‫ذا ط ةب ة ب‬ ‫مةرقة ًق‬ ‫ل الل د ن‬ ‫ل ةر م‬ ‫ت ة‬ ‫خ ة‬ ‫ة‬ ‫جيةران ة ة‬ "‫ك‬ ‫مواةء ة‬ ‫هوا وةت ةةعواهةد ب ن‬ ‫فةأك بث نبر ة‬ Artinya: 2625 “Telah menceritakan kepada kami Abu Kamil al-Jahdari, dan Ishaq bin Ibrahim, dan lafadz haditsnya kepunyaan Ishaq, telah berkata Abu Kamil telah bercerita kepada kami dan telah berkata, Ishaq telah mengabarkan kepada kami, Abdul Aziz bin Abdi Shomad al-‘Ammi, telah bercerita kepada kami Abu ‘Imran al-Jauni dari Abdullah bin Shomit. Dari Abu Dzar, dia berkata: “Rasulullah saw bersabda: ‘Wahai Abu Dzar! Jika engkau memasak daging berkuah, maka perbanyaklah kuahnya dan sisihkan untuk tetanggamu”. (HR. Muslim)13 Dari beberapa penjelasan hadits diatas dapat dipahami bahwa Rasulullah sangat menganjurkan untuk saling berbagi terutama kepada orang yang pintu rumahnya paling dekat dengan kita, yaitu tetangga. Apabila memasak maka jangan sampai lupa untuk berbagi kepada tetangga kita walaupun diumpamakan hanya “kaki kambing” atau “kuahnya” saja. Jangan sampai kita membiarkan tetangga kita hanya mencium aroma harumnya masakan yang kita masak. Perlu diketahui, tetangga itu bukan hanya orang yang tempat tinggalnya persis di depan rumah kita, namun sesuai sabda Rasulullah tetangga itu adalah empat puluh rumah di depan, di belakang, di sebelah kanan dan disebelah kiri rumah kita. 12 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Op.Cit., h. 168. 13 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Op.Cit., h. 450. 14



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Akhlak adalah perilaku lisan, perbuatan fisik, bahkan perbuatan diam kita. Akhlak terpuji adalah akhlak yang baik, diwujudkan dalam bentuk sikap, ucapan, dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Akhlak adalah cermin hati. Artinya, ketika seseorang berakhlak baik maka berarti ia memiliki hati yang bersih dan jernih. Sedangkan orang yang memiliki akhlak buruk maka hatinya pun tidak jernih dan tidak jelas tujuan hidupnya, dan membawa keburukan baik untuk dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan sekitarnya. Kejujuran termasuk akhlak terpuji yang dianjurkan oleh Islam, jujur merupakan sebaik-baik sarana keselamatan di dunia dan akhirat, seorang mukmin yang bersifat jujur dicintai di sisi Allah swt dan di sisi manusia, dusta merupakan sifat buruk yang dilarang Islam dan merupakan jalan yang menyampaikan ke neraka.



Tetangga itu bukan hanya orang yang tempat tinggalnya persis di depan rumah kita, namun sesuai sabda Rasulullah tetangga itu adalah empat puluh rumah di depan, di belakang, di sebelah kanan dan disebelah kiri rumah kita.



15



DAFTAR PUSTAKA Akhlak, Tim, Etika Islam, (Jakarta: Al-Huda, 2003). Baqi, Muhammad Fuad Abdul, Sahih Bukhari, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah: 2010). Baqi, Muhammad Fuad Abdul, Shahih Muslim, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah. 2010). Damsyiqi, Ibnu Hamzah Al-Husaini Al-Hanafi AD, Asbabul Wurud I – Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-hadist Rasul, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), Cet. VII. Hasyimi, Dr. Muhammad Ali, Apakah Anda Berkepribadian Muslim, (Jakarta: Gema Insani Press. 1994). Cet.9. Khauli, Muhammad Abdul Aziz al-, Menuju Akhlak Nabi (Semarang: Pustaka Nuun, 2006). Syukur, Suparman, Etika Religius (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004). Wijaya, Suwarta dan Zafrullah Salim, Asbabul Wurud 1. (Jakarta: Kalam Mulia. 2003).



16