Hepatitis Skenario 1 New [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Kein
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FOCUSED GROUP DISCUSSION SKENARIO 1 HEPATITIS



DISUSUN OLEH KELOMPOK D3:



1. Eka Aris Adiatma



17700108



2. Bobby Ibrahim Arbie



17700112



3. Ilham Akbar Habibie



17700114



4. Kadek Miranda Atsuri



17700116



5. Muhammad Rifqy Alfarizi



17700118



6. Yogi Suthalendra Thalib



17700122



7. Dewa Ayu Kartika Dewi



17700124



8. Alteri Herdian Satria Pratama



17700126



9. Prasetya Tunggal Dewa



14700154



10. Veronika Putri Ramadhini



13700027



PEMBIMBING : Hj. Andiani, dr.,M.Kes



FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA TAHUN AKADEMIK 2019/2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan skenario 1 pada Focus Group Discussion ini. Kami ucapkan terimakasih kepada Hj. Andiani, dr.,M.Kes yang telah membimbing kami dalam menganalisa kasus pada skenario 1 ini serta kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan laporan ini sehingga laporan ini dapat kami selesaikan tepat waktu. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna,maka dari itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna mengembangkan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan dapat berguna di kemudian hari bagi kita semua.



Surabaya, 30 September 2019



Tim Penyusun



i



DAFTAR ISI



COVER KATA PENGATAR………………………………………………………..………...i DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang..................................................................................................1 B. Rumusan Masalah.............................................................................................2 C. Tujuan umum....................................................................................................2 D. Tujuan khusus...................................................................................................2 E. Manfaat ……....................................................................................................2 BAB IIANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi masalah dan faktor resiko .............................................................3 1. Skenario......................................................................................................3 2. Inventaris masalah......................................................................................3 3. Tabel skoring……………………………………………………………..4 4. Analisis masalah………………………………………………………….5 5. Diagram Fishbone.......................................................................................6 B. Analisis dan pembahasan ................................................................................7 1. Analisis.......................................................................................................7 2. Pembahasan................................................................................................7 BAB IIIPENYUSUNAN PROGRAM A. Upaya/kegiatan pencegahan..............................................................................12 B. Upaya/kegiatan pengendalian pasien dan kontak.............................................13 C. Upaya/ kegiatan perbaikan lingkungan.............................................................15 BAB IV PENYUSUNAN KEGIATAN PRIORITAS A. Tabel Skoring....................................................................................................18 B. Rencana Kegiatan (POA).................................................................................19 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.......................................................................................................22 B. Saran.................................................................................................................22 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23 ii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan terdapatnya peradangan pada organ tubuh yaitu hati. Hepatitis merupakan suatu proses terjadinya inflamasi atau nekrosis pada jaringan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin gangguan metabolik, maupun kelainan autoimun. Inveksi yang disebabkan virus merupakan penyebab tersering dan terbanyak dari hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus hepatotropik penyebab utama infeksi akut, yaitu virus hepatitis A, B, C, D, E, dan G (Arief, 2012). Hepatitis A adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A. Penyebaran virus ini terjadi melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh feses orang yang terinfeksi (WHO, 2012). Penyakit ini dapat menyebabkan gejala seperti mual, muntah, lemas, hilang napsu makan, kulit dan sklera mata berubah menjadi kuning, demam, dan gejala lainnya (Sjaifoellah Noer, 2007). Proses penyembuhan penyakit ini membutuhkan waktu sekitar beberapa minggu hingga beberapa bulan. Hal ini dapat menimbulkan dampak sosioekonomi dalam masyarakat (WHO, 2012). Secara global didapatkan sekitar 1,4 juta kasus baru infeksi virus hepatitis A pertahun (WHO, 2012). Hepatitis A merupakan yang umum terjadi di seluruh dunia dimana infeksi virus hepatitis A lebih sering mengenai anak-anak (CDC, 2011). Didaerah dengan 4 musim, infeksi virus hepatitis A terjadi secara epidemik musiman yang puncaknya terjadi pada akhir musim semi dan awal musim dingin. Didaerah tropis, puncak insidensi pernah dilaporkan cenderung terjadi selama musim hujan dan pola epidemik siklik berulang setiap 5-10 tahun sekali yang mirip dengan penyakit virus lainnya (Sjaifoellah Noer, 2007). Berdasarkan sidang World Health Assembly ke-63 pada tanggal 20 Mei 2010, Indonesia bersama Brasil dan Kolombia mencetuskan hepatitis menjadi salah satu agenda prioritas kesehatan dan menetapkan setiap tanggal 28 Juli sebagai Hari Hepatitis Sedunia (kemenkes. go.id, 12 September 2013). Hepatitis merupakan masalah kesehatan yang cukup serius baik di negara berkembang maupun negara maju. Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi penyakit hepatitis yang cukup tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), pada tahun 2018 sebesar 0,39% penduduk Indonesia menderita hepatitis. Kondisi ini menurun tiga kali lipat dibandingkan tahun 2013 (1,2%). Walau secara nasional telah terjadi penurunan, namun masih ditemukan KLB hepatitis A di daerah seperti yang terjadi di Kabupaten Pacitan. Pemerintah Kabupaten Pacitan menetapkan KLB hepatitis A sejak 25 Juni 2019.



1



Penetapan tersebut dikarenakan jumlah kasus semakin bertambah dan jumlahnya lebih dari dua kali dari rata-rata jumlah kejadian normal. Hingga pertengahan Juli 2019, jumlah kasus hepatitis A mencapai 1.102 orang. Jumlah tersebut tersebar di sembilan kecamatan di antaranya Sudimoro (583), Sukorejo (116), Ngadirojo (192), Wonokarto (63), Tulakan (73), Bubakan (29), Arjosari (34), Tegalombo (6) dan Ketrowonoyo (6) (cnnindonesia. com, 9 Juli 2019; Media Indonesia, 2 Juli 2019).



B. Rumusan Masalah Bagaimana metode pengendalian Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit hepatitis A di Kabupaten Pacitan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengendalikan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit hepatitis A di Kabupaten Pacitan. 2. Tujuan Khusus A. Mengetahui faktor risiko Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit hepatitis A di Kabupaten Pacitan. B. Mengetahui penyebab Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit hepatitis A di Kabupaten Pacitan. C. Mengetahui dampak Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit hepatitis A di Kabupaten Pacitan.Mengetahui pemecahan masalah Kejadian Luar Biasa penyakit hepatitis A di Kabupaten Pacitan. D. Manfaat 1. Bagi tenaga kesehatan: dapat menanggulangi dan menekan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit hepatitis A di Kabupaten Pacitan. 2. Bagi Masyarakat: masyarakat dapat melakukan upaya penanggulangan dan pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit hepatitis A di Kabupaten Pacitan.



2



BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi masalah dan faktor resiko 1. Skenario HEPATITIS Kabupaten Pacitan adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang terletak di daerah selatan. Kabupaten ini dibatasi di sebelah selatan oleh Samudra Hindia, di utara berbatasan dengan kabupaten Ponorogo, di timur dengan kabupaten Trenggalek, dan di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah). Kabupaten Pacitan terdiri dari 12 kecamatan, dimana wilayahnya merupakan wilayah yang bergunung – gunung dan berbukit – bukit menyebabkan sulitnya akses transportasi. Meskipun begitu mobilitas masyarakat di Pacitan sangat tinggi. Di daerah selatan kabupaten ini tanahnya merupakan tanah gamping atau mengandung batu kapur yang dapat dilihat dari banyaknya gua, aliran sungai bawah tanah dan lain sebagainya. Pacitan merupakan kawasan yang rawan gempa bumi, rawan tanah longsor bahkan beberapa titik rawan banjir. Letaknya yang berbatasan dengan samudra Indonesia menyebabkan Pacitan juga rawan Tsunami. Pada bulan Juni 2019 telah terjadi kejadian luar biasa dimana lebih dari 900 orang terjangkit penyakit Hepatitis A dengan kejadian tertinggi di Kecamatan Sudimoro sebanyak 481 kasus. Hepatitis A ditularkan melalui fekal oral dimana dimana menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan kemungkinan besar penularan yang terjadi karena penggunaan sumber air yang tercemar oleh virus Hepatitis A. Rerata masyarakat kabupaten Pacitan mata pencahariannya adalah petani, pedagang, dan pegawai negeri, bahkan ada wiraswasta dan nelayan. Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah dilihat dari karakterisitik pendidikan kepala keluarga yang terbanyak adalah tamatan SD/SLTP diikuti pada nomer dua adalah tidak tamat SD, lalu tamat SMA dan terakhir ahli madya atau sarjana sebagai yang paling rendah. Bagaimanakah mengatasi kejadian luar biasa ini beserta pencegahannya bila anda adalah kepala dinas kesehatan. 2. Inventaris masalah Dari skenario di atas dapat diperoleh masalah sebagai berikut:



3



1. Kabupaten Pacitan wilayahnya merupakan wilayah yang bergunung – gunung dan berbukit – bukit serta banyak aliran sungai bawah tanah. 2. Pacitan merupakan kawasan yang rawan gempa bumi, rawan tanah longsor, bahkan beberapa titik rawan banjir. 3. Pada bulan Juni 2019 telah terjadi lebih dari 900 orang terjangkit penyakit Hepatitis A. 4. Kejadian tertinggi Hepatitis A di Kecamatan Sudimoro sebanyak 481 kasus. 5. Kemungkinan besar penularan yang terjadi karena penggunaan sumber air yang tercemar oleh virus Hepatitis A. 6. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah buruh tani dan pedagang. 7. Tingkat pendidikan masyarakat dapat tergolong masih rendah. 3. Tabel Skoring PARAMETER



A



B



C



D



E



F



1. Prevalence 2. Severity 3. Rate % increase 4. Degree of unmeet need 5. Social benefit 6. Public concern 7. Technical feasibility study 8. Resources availability JUMLAH



47 49 47 30 41 42 41 32 329



20 20 19 35 28 35 15 20 192



45 39 42 38 41 40 35 30 310



25 20 18 35 40 38 20 22 218



25 30 20 20 33 38 20 25 211



35 35 40 35 38 30 30 35 278



Rata-Rata



41.125



24



38.75



27.25



26.375



34.75



A: Kejadian luar biasa hepatitis A di Kabupaten Pacitan. B: Pacitan merupakan kawasan yang rawan bencana alam. C: Penularan yang terjadi karena penggunaan sumber air yang tercemar oleh virus Hepatitis A. D: Sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah buruh tani dan pedagang. E: Sulitnya akses transportasi di Kabupaten Pacitan. F: Tingkat pendidikan masyarakat dapat tergolong masih rendah.



4. Analisis Masalah Dari hasil tabel scoring yang kami dapatkan, diperoleh hasil tertinggi yaitu Kejadian luar biasa hepatitis A di Kabupaten Pacitan. Kejadian ini dipengaruhi oleh



4



faktor-faktor yang telah diidentifikasi dalam permasalahan sebagai berikut: Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah, dilihat dari karakterisitik pendidikan kepala keluarga yang terbanyak adalah tamatan SD/SLTP diikuti pada nomer dua adalah tidak tamat SD, lalu tamat SMA dan terakhir ahli madya atau sarjana sebagai yang paling rendah. Perlu disadari bahwa tingkat pendidikan sangat erat kaitannya dengan kondisi perekonomian orang tua dari pendapatan yang mereka hasilkan dengan bekerja sebagai buruh tani dan pedagang. Orang tua berkewajiban untuk membiayai seluruh keperluan pendidikan anaknya, dalam hal ini kondisi ekonomi orang tua menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan anak. Rendahnya tingkat pendidikan berdampak terhadap wawasan serta pengetahuan dari masyarakat setempat misalnya di bidang kesehatan yang berkaitan dengan kasus hepatitis A di Kabupaten Pacitan. Masyarakat tidak mengetahui mengenai bagaimana itu Hepatitis A, mereka tidak mengetahui apa penyebab serta bagaimana gejala dari Hepatitis A sehingga mereka tidak bisa melakukan pencegahan. Rendahnya tingkat pendidikan juga mengakibatkan kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya menjaga higienitas diri dan lingkungan sekitarnya. Rendahnya



tingkat



perekonomian



masyarakat



menyebabkan



sulitnya



pemenuhan kebutuhan, di mana ketidakmampuan keluarga untuk melakukan vaksinasi dasar khususnya vaksin hepatitis A sejak dini, penyediaan air bersih layak konsumsi untuk diminum atau air kebutuhan untuk MCK yang bersih sehari-hari, selain itu ketidakmampuan membeli alat pelindung diri yang seharusnya digunakan saat bekerja, termasuk salah satunya adalah alas kaki di mana seseorang bisa terinfeksi virus Hepatitis A apabila bersentuhan langsung dengan air yang tercemar virus.



5



1. Konsep Sebab-Akibat, Kausa dan Efek Dari permasalahan-permasalahan tadi dapat disusun hubungan sebab-akibat sebagaimana diagram fish bone dibawah:



6



Analisis dan Pembahasan 1) Analisis 1) Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A di Kabupaten Pacitan. 2) Kabupaten Pacitan terdiri dari wilayah yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit menyebabkan sulitnya akses transportasi. 3) Kemungkinan besar penularan Hepatitis A terjadi karena penggunaan sumber air yang tercemar oleh Virus Hepatitis A. 4) Tingkat pendidikan masyarakat rendah. Pendidikan kepala keluarga yang terbanyak adalah tamatan SD/SLTP diikuti pada nomor dua adalah tidak tamat SD, lalu tamat SMA dan terakhir ahli madya atau sarjana sebagai yang paling rendah. 5) Rerata masyarakat Kabupaten Pacitan mata pencahariannya adalah petani, pedagang, pegawai negeri, bahkan ada wiraswasta dan nelayan. 2) Pembahasan 1) MASUKAN a) TENAGA Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A di Kabupaten Pacitan, apabila ditinjau dari manusianya sendiri disebabkan karena tingkat pendidikan dari masyarakatnya masih tegolong rendah dimana apabila dilihat dari karakteristik pendidikan kepala keluarga yang terbanyak adalah tamatan SD/SLTP. Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap individu. Pendidikan adalah salah satu faktor internal yang mempengaruhi status kesehatan seseorang. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pendidikan merupakan perlindungan untuk kesehatan. Di negara kaya, penambahan lama pendidikan satu tahun dapat mengurangi angka kematian sekitar 8% (Fred C. Pampel, 2010). Dengan memiliki pengetahuan, seseorang dapat mencegah terjadinya suatu penyakit. Dalam kasus ini tingkat pendidikan masyarakat yang rendah menyebabkan: a. Kurangnya pengetahuan mengenai Hepatitis A, dimana dalam hal ini hepatitis A merupakan penyakit menular. Penularan dari hepatitis A yaitu melalui fecal-oral, dimana dalam hal ini virus masuk ke mulut melalui benda, makanan, atau minuman



yang



sudah



terkontaminasi



virus



Hepatitis



A.



Ketika



pengetahuan/informasi yang dimiliki oleh masyarakat mengenai hepatitis A kurang akan berdampak pada kewaspadaan diri yang kurang. b. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga higienisasi diri. Penularan Hepatitis A sangat erat kaitannya dengan kebersihan dan sanitasi yang buruk.



Menjaga higienisasi diri sangat penting untuk mencegah terjadinya



penularan dari hepatitis A. Cara mencegahnya yaitu misalnya dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir dengan baik dan benar sebelum makan dan setelah menggunakan toilet, Hindari pemakaian peralatan



7



makan, handuk, sikat gigi secara bersama dan hindari konsumsi air yang tidak bersih. c. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya penggunaan alat pelindung diri saat bekerja. Penggunaan alat pelindung diri saat bekerja sangat penting terutama bagi masyarakat yang pekerjaannya mengharuskan untuk kontak dengan air misalnya masyarakat yang bekerja sebagai petani dan pedagang, dimana dalam hal ini kemungkinan besar penularan terjadi karena sumber air yang tercemar. Berdasarkan masalah di atas maka didapatkan solusi yaitu dengan membuat suatu program yaitu 1) Penyuluhan kepada masyarakat dengan tujuan untuk memberikan informasi mengenai hepatitis A baik itu penyebabnya, gejala setelah terinfeksi, cara mencegah, dan cara menanggulangi apabila sudah terinfeksi. 2) Penyuluhan kepada masyarakat mengenai cara mencuci tangan yang baik dan benar. 3) Penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya penggunaan alat pelindung diri saat bekerja terutama yang kontak dengan air. b) FASILITAS Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A yang terjadi di Kabupaten Pacitan, apabila ditinjau dari segi fasilitas disebabkan oleh wilayah yang bergunung-gunung dan berbukitbukit yang menyebabkan sulitnya akses transportasi. Transportasi menjadi salah satu sarana yang penting, dimana dalam hal ini sarana transportasi pastinya sangat dibutuhkan untuk mengakses fasilitas kesehatan bagi orang yang sedang sakit. Ketika akses dari transportasi sulit maka akan menghambat proses dari pengobatan itu sendiri sehingga apabila terus menerus seperti itu maka masyarakat akan mengalami keterlambatan dalam penanganan atau dalam proses pengobatannya. Berdasarkan masalah di atas maka didapatkan solusi untuk menanggulanginya yaitu dengan membuat suatu program pembangunan jalur yang dapat dilewati dengan mudah oleh kendaraan sehingga akses transportasi ke daerah tersebut tidak sulit. c) DANA Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A di Kabupaten Pacitan, apabila ditinjau dari segi dana disebabkan karena tingkat pendidikan yang rendah, dalam kasus ini pendidikan kepala keluarga yang terbanyak adalah tamatan SD/SLTP. Tingkat pendidikan yang rendah akan berpengaruh terhadap penghasilan yang diperoleh, dengan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat akan berpengaruh juga terhadap tingkat perekonomian masyarakat. Tingkat perekonomian yang randah manjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam usaha pemenuhan kebutuhan. Dalam hal ini kebutuhan dari masyarakat yang seharusnya terpenuhi adalah kebutuhan vaksin terhadap virus hepatitis



8



A dan obat-obatan yang dibutuhkan untuk masyarakat yang telah terinfeksi virus hepatitis A. Rendahnya tingkat perekonomian menyebabkan masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan masalah di atas didapatkan solusi yaitu membuat program vaksin dan pengobatan gratis untuk masyarakat di daerah Pacitan. Vaksin dapat diberikan kepada orang yang mungkin berisiko terinfeksi sehingga penularan dari hepatitis A tersebut dapat dicegah sedangkan obat dapat diberikan kepada orang yang sudah terinfeksi dan sedang dalam proses pengobatan, akan tetapi obat yang dimaksud di sini bukan untuk mengobati hepatitis A, karena sistem kekebalan tubuh akan melenyapan virus dengan sendirinya. Pengobatan hanya bertujuan untuk meringankan gejala, misalnya pemberian obat penurun panas untuk menurunkan demam. 2) PROSES a) METODE Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A di Kabupaten Pacitan, apabila ditinjau dari segi metode disebabkan oleh kurangnya edukasi dan upaya pencegahan mengenai hepatitis A dari pihak puskesmas. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Upaya promotif adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang bersifat promosi kesehatan. Upaya preventif adalah kegiatan pencegahan terhadap suatu penyakit. Tanpa adanya dukungan dan soialisasi dari petugas kesehatan maka tidak akan terlaksana hubungan baik antara masyarakat dengan petugas kesehatan. Berdasarkan masalah di atas maka solusinya adalah petugas kesehatan harus terjun ke daerah tersebut dan ikut berperan dalam menangani kejadian luar biasa hepatitis A dengan cara melakukan upaya promotif dan preventif melalui pelaksanaan program 1) penyuluhan mengenai hepatitis A baik itu penyebab, gejala setelah terinfeksi, penanggulangan dan pencegahannya. 2) penyuluhan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) seperti cara mencuci tangan yang baik dan benar 3) Memberikan vaksin dan pengobatan gratis untuk masyarakat. b) MANAJEMEN Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A di Kabupaten Pacitan, apabila ditinjau dari segi manajemennya disebabkan karena pengelolaan sumber air yang kurang baik dari pihak pemerintahan kota maupun kecamatan sehingga menyebabkan sumber air menjadi terkontaminasi. Dalam hal ini sumber air sangat penting bagi masyarakat yang biasa digunakan untuk mandi, masak bahkan untuk minum sekalipun. Apabila sumbernya sudah tercemar maka untuk penyakit menular yang dapat ditularkan melalui air akan sangat cepat menyebar di suatu daerah. Berdasarkan masalah di atas maka solusinya



9



adalah 1) Membuat program pemberian air bersih kepada masyarakat yang kekurangan air bersih dengan melakukan kerjasama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah. 2) Program pembuatan jamban sehat agar masyarakat tidak melakukan BAB ataupun BAK di sembarang tempat (sungai) yang dapat mencemari lingkungan karena Hepatitis A dapat ditularkan melalui feses dan urine orang yang terinfeksi. Jamban sehat dalam hal ini adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia. 3) LINGKUNGAN a) KEBIJAKAN Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis di Kabupaten Pacitan, apabila ditinjau dari segi kebijakan adalah tidak adanya kebijakan mengenai vaksinasi Hepatitis A. Vaksinasi hepatitis A bertujuan untuk pencegahan agar tidak terinfeksi VHA (Virus Hepatitis A). Vaksin perlu dilakukan kepada: 1. Anak. IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) merekomendasikan pemberian vaksin Hepatitis A setelah anak berusia 2 tahun dalam 2 dosis. Dosis kedua diulang setelah 6 bulan sampai 12 bulan berikutnya. 2. Wisatawan yang akan mengunjungi daerah yang berisiko. 3. Orang yang rentan terkena infeksi virus hepatitis A seperti penderita penyakit hati kronis, para tenaga kesehatan, dan masyarakat yang harus bekerja di area yang kurang higienis. Berdasarkan masalah di atas maka solusinya adalah mengadakan program vaksinasi secara gratis kepada masyarakat serta pemberian vitamin untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. b) ORGANISASI Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A di Kabupaten Pacitan, apabila ditinjau dari segi organisasi disebabkan karena kurangnya sosialisasi dari petugas kesehatan misalnya dari pihak puskesmas sebagai tindakan pencegahan terjadinya infeksi virus hepatitis A. Sosialisasi yang kurang menyebabkan terbatasnya sumber daya manusia yang berkompeten sehingga sulit dibentuk organisasi dalam bidang kesehatan yang dapat terdiri dari kader-kader penggerak masyarakat, dimana kader-kader tersebut merupakan masyarakat di daerah itu sendiri. Organisasi semacam itu diperlukan untuk membantu tugas dari puskesmas dalam memberikan informasi seputar kesehatan untuk masyarakat, selain itu dengan adanya kader-kader tersebut maka untuk mengajak masyarakat terlibat dalam setiap kegiatan ataupun program yang dicanangkan baik itu dari pihak puskesmas maupun dari dinas kesehatan akan lebih mudah untuk dilakukan. Jadi solusinya adalah dengan mencari calon kader-kader kesehatan yang selanjutnya diberikan pembekalan mengenai penyebab terjadinya hepatitia S, gejala, penanggulangan dan pencegahannya.



c) PERAN MASYARAKAT Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A di Kabupaten Pacitan, apabila ditinjau dari segi peran masyarakat disebabkan karena pengaruh sosial budaya yaitu ketika masyarakat mengadakan suatu acara makan bersama di satu waktu dimana terjadi penggunaan peralatan makan secara bersama. Hal tersebut dapat menjadi salah satu media penularan dari virus Hepatitis A sehingga dapat menginfeksi orang lain. Apabila kebiasaan ini terus dikembangkan maka akan semakin banyak terjadinya penularan Hepatitis A. Selain itu faktor lainnya adalah di bidang pendidikan. Tingkat pendidikan masyarakat



di daerah tersebut rendah sehingga mengakibatkan tingkat pengetahuan



mengenai sanitasi lingkungan kurang. Sanitasi lingkungan sangat berperan dalam penularan dari Hepatitis A. Sanitasi lingkungan yang kurang seperti misalnya melakukan MCK di sungai, membuang sampah/limbah domestik ke sungai sehingga mengakibatkan terjadinya pencemaran sumber air. Apabila sumber air sudah tercemar maka penularan dari Hepatitis A akan semakin meluas di daerah tersebut. Berdasarkan masalah di atas maka didapatkan solusi yaitu dengan 1) Membuat program sosialisasi mengenai pengaruh sanitasi lingkungan dan higienisasi diri terhadap penularan dari Hepatitis A serta pemeragaan mengenai cara mencuci tangan yang baik dan benar. 2) Membuat program jamban sehat. 3) Melakukan gotong royong membersihkan sampah.



10



BAB III PENYUSUNAN PROGRAM A. Upaya/Kegiatan pencegahan 1. Memberikan edukasi kepada masyarakat di sekitar Kabupaten Pacitan mengenai bahaya penyakit Hepatitis A terhadap derajat kesehatan mayarakat di wilayah tersebut. 2. Memberikan edukasi kepada masyarakat di sekitar Kabupaten Pacitan mengenai pentingnya menjaga higienitas diri untuk membiasakan cuci tangan sebelum dan sesudah makan atau setelah keluar dari toilet. 3. Memberikan edukasi kepada masyarakat di sekitar Kabupaten Pacitan mengenai pentingnya menjaga sanitasi lingkungan sekitar dengan baik. 4. Memberikan edukasi kepada masyarakat di sekitar Kabupaten Pacitan mengenai pentingnya penggunaan air bersih layak konsumsi dan kebutuhan MCK seharihari. 5. Memberikan edukasi kepada masyarakat di sekitar Kabupaten Pacitan mengenai pentingnya penggunaan alas kaki pada saat bekerja sebagai bentuk pencegahaan sewaktu kontak langsung dengan air tercemar. Adapun bentuk program yang kami akan realisasikan untuk menangani kasus kejadian luar biasa Heptitis A di Kabupaten Pacitan dalam upaya/kegiatan pencegahan, yaitu: A. Gerakan Penyuluhan Bahaya Hepatitis A Gerakan Penyuluhan Bahaya Hepatitis A ini lebih mencangkup mengenai edukasi guna meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bagi masyarakat di sekitar Kabuaten Pacitan mengenai wabah Hepatitis A yang sedang mewabah di daerahnya. Program ini juga kami lakukan dengan pendekatan langsung dengan menjelaskan pentingnya pencegahan kesehatan sedari keluarga sejak dini. Di mana menurut data yang didapat, rendahnya wawasan serta pengetahuan dari masyarakat setempat di bidang kesehatan juga menjadi faktor yang berkaitan dengan terjadinya kejadian ini. Masyarakat tidak mengetahui mengenai apa itu Hepatitis A, penyebab, gejala awal yang dialami, pencegahan



11



dan pengobatan yang tepat yang darus didapat. Oleh karena itu, program penyuluhan ini kami rancang untuk menambah wawasan mereka dalam menumbuhkan kesehatan keluarga dengan baik. Di mana kami akan menginformasikan bahwa penularan dari hepatitis A ini yaitu melalui fecal-oral, dimana dalam hal ini virus masuk ke mulut melalui benda, makanan, atau minuman yang sudah terkontaminasi virus Hepatitis A. Oleh sebab itu, di sini juga diperlukan turut serta peran anggota keluarga agar membiasakan diri untuk menjaga higienitas diri dan lingkungan sekitarnya dengan baik dengan cara membiasakan diri agar mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, memegang makanan, maupun setelah keluar dari toilet dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir dengan baik. Selain itu menghindari pemakaian peralatan makan, handuk, sikat gigi secara bersama dan hindari konsumsi air yang tidak bersih atau tercemar. Di sini diperlukan pula pemahaman oleh masyarakat agar dapat membedakan air matang layak konsumsi serta air bersih untuk kebutuhan MCK sehari-hari. Penularan Hepatitis A juga erat kaitannya dengan sanitasi yang buruk, oleh sebab itu diperlukan upaya lagi dalam menjaga kebersihan lingkungan khususnya rumah dengan menyediakan ventilasi udara yang cukup dan baik serta pengolahan sampah dan selokan yang tepat pula. Selain itu, diperlukan pemaham bagi masyarakat dalam penggunaan alat pelindung diri saat bekerja sangat penting terutama bagi masyarakat yang pekerjaannya mengharuskan untuk kontak dengan air misalnya masyarakat yang bekerja sebagai petani dan pedagang, dimana dalam hal ini kemungkinan besar penularan terjadi karena sumber air yang tercemar. Nantinya setelah program Gerakan Penyuluhan Bahaya Hepatitis A ini, akan dilaksanakan cek kesehatan gratis serta vaksinasi Hepatitis A untuk masyarakat yang datang. Dari gerakan ini, diharapkan masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup, sehingga nantinya dapat menjadi bekal berguna dalam mawas diri serta dapat mencegah terjadinya suatu penyakit serta dapat meminimalkan kejadian luar biasa di Kabupaten Pacitan. B. Upaya/ Kegiatan pengendalian pasien dan kontak  Bagi Penderita



1. Melakukan pengobatan Hepatitis A dan kontrol rutin secara gratis kepada penderita Hepatitis A. 2. Melakukan pemberian vitamin sebagai suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita. 3. Mengedukasi tentang penggunaan pribadi barang-barang yang berkontak langsung dengan tubuh penderita seperti handuk, alat mandi, alat makan, dll.  Bagi Masyarakat 1. Mengadakan pelayanan kesehatan secara berkala bagi masyarakat dengan senantiasa kontrol kesehatan secara aktif setiap bulannya di Puskesmas Kabupaten Pacitan. 2. Senantiasa menyediakan pelayanan vaksinasi Hepatitis A dan vitamin sebagai suplemen pertahanan tubuh secara berkala bagi masyarakat di Kabupaten Pacitan. Adapun bentuk program yang kami akan realisasikan untuk menangani kasus kejadian luar biasa Heptitis A di Kabupaten Pacitan dalam upaya/kegiatan pasien dan kontak, yaitu: A. Gelar Program Sehat Pacitan Dengan lingkungan sehat, perilaku sehat, serta pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat tentunya program Gelar Program Sehat Pacitan dapat terlaksana dengan baik. Di sini diperlukan pihak puskesmas baik dari kader-kader serta petugas kesehatan setempat dalam mendukung program ini. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Upaya promotif adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang bersifat promosi kesehatan. Upaya preventif adalah kegiatan pencegahan terhadap suatu penyakit. Tanpa adanya dukungan dan soialisasi dari petugas kesehatan maka tidak akan terlaksana hubungan baik antara masyarakat dengan petugas kesehatan. Dalam program ini, petugas kesehatan harus terjun ke daerah tersebut dan ikut berperan dalam menangani kejadian luar biasa hepatitis A dengan cara melakukan upaya promotif dan preventif melalui pelaksanaan program



13



1) Penyuluhan mengenai hepatitis A baik itu penyebab, gejala setelah terinfeksi, penanggulangan dan pencegahannya. 2) Penyuluhan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) seperti cara mencuci tangan yang baik dan benar. 3) Memberikan vaksin dan pengobatan gratis untuk masyarakat. Pelayanan vaksinasi ini dapat diberikan kepada orang yang mungkin berisiko terinfeksi sehingga penularan dari hepatitis A tersebut dapat dicegah. Di sini masyarakat yang belum maupun sudah terjakit virus dapat melakukan kontrol kesehatan secara aktif setiap bulannya ke puskesmas. Bila masyarakat sudah merasakan gejala tidak enak badan yang berlarut diharapkan segera berobat ke puskesmas. Bagi penderita mendapatkan pengobatan gratis pula. Obat dapat diberikan kepada orang yang sudah terinfeksi dan sedang dalam proses pengobatan, akan tetapi obat yang dimaksud di sini bukan untuk mengobati hepatitis A, karena sistem kekebalan tubuh akan melenyapan virus dengan sendirinya. Pengobatan hanya bertujuan untuk meringankan gejala, misalnya pemberian obat penurun panas untuk menurunkan demam. Di samping itu, di sini puskesmas juga aktif dalam pemeberian vitamin sebagai suplemen pertahanan tubuh bagi masyarakat di Kabupaten Pacitan. C. Upaya/ Kegiatan perbaikan lingkungan 1. Membuat program pemberian air bersih kepada masyarakat yang kekurangan air bersih dengan melakukan kerjasama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah. 2. Membuat program pembuatan jamban sehat secara merata di Kabupaten Pacitan. 3. Pembentukan lokakarya bagi masyarakat di sekitar Kabupaten Pacitan dalam upaya membuka lapangan pekerjaan baru serta dalam upaya meningkatkan perekonomian keluarga. Adapun bentuk program yang kami akan realisasikan untuk menangani kasus kejadian luar biasa Heptitis A di Kabupaten Pacitan dalam upaya/kegiatan perbaikan lingkungan, di antaranya: A. Program Pengadaan Air Bersih Kejadian luar biasa hepatitis A di Kabupaten Pacitan diakibatkan karena salah satu faktor penting dalam pengelolaan sumber air yang kurang



14



baik dari pihak pemerintahan kota maupun kecamatan. Hal ini menyebabkan sumber air menjadi terkontaminasi. Melalui Program Pengadaan Air Bersih ini, bertujuan untuk meningkatkan jumlah fasilitas pada warga masyarakat kurang terlayani termasuk masyarakat berpendapatan rendah di Kabupaten Pacitan. Karena dalam hal ini sumber air sangat penting bagi masyarakat yang biasa digunakan untuk mandi, masak bahkan untuk minum sekalipun. Apabila sumbernya sudah tercemar maka untuk penyakit menular yang dapat ditularkan melalui air akan sangat cepat menyebar di suatu daerah. Program ini diharapkan bagi mereka yang kekurangan dapat mengakses pelayanan air minum dan sanitasi yang berkelanjutan serta meningkatkan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. Penerapan program ini dalam rangka mendukung pencapaian target MDGs (sektor air minum dan sanitasi) melalui pengarusutamaan masyarakat.



dan



perluasan



Untuk memenuhi



pendekatan



pembangunan



gap serta mewujudkan



berbasis



pembangunan



infrastruktur yang andal diperlukan kerja keras dan komitmen Pemerintah serta mekanisme penganggaran daerah yang optimal. Sumber air bersih yang digunakan berasal dari mata air yang terletak di gunung dan bukit yang terbentang di Kabupaten Pacitan. Di mana air akan ditampung terlebih dahulu pada bak penampung kemudian difilter dan disalurkan menuju reservoir distribusi yang selanjutnya akan disalurkan kedaerah layanan secara gravitasi. Sehingga dalam beberapa tahun mendatang, kebutuhan air domestic/kebutuhan air bagi para penduduk untuk kepentingan kehidupan sehari-hari seperti: untuk minum, memasak, kesehatan individu (mandi, cuci dan sebagainya), menyiram tanaman, pengangkutan air buangan (buangan dapur dan toilet) dapat terpenuhi dengan baik. B. Program jamban sehat Rendahnya tingkat perekonomian masyarakat menyebabkan sulitnya pemenuhan kebutuhan, masyarakat tidak mampu membangun jamban yang layak selain itu faktor pengetahuan yang rendah pula menyebabkan masyrakat memiliki kebiasaan untuk buang air besar/kecil sembarang tempat (sungai) yang dapat mencemari lingkungan karena Hepatitis A dapat ditularkan melalui feses dan urine orang yang terinfeksi. Oleh sebab itu, membangun jamban sehat yang layak menjadi solusinya. Kabupaten Pacitan diharapkan memiliki



akses sanitasi yang termasuk sarana Mandi, Cuci, Kakus (MCK) yang memadai. Diharapkan masyarakat dapat memanfaatkannya sebagai fasilitas bersama, mampu menurunkan perilaku buang air besar/kecil sembarangan, serta agar lebih peduli terhadap kebersihan diri dan lingungan di sekitar rumahnya kembali. Jamban sehat dalam hal ini adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang dilengkapi dengan septic tank yang baik.



C. Program Minggu Bersih Sanitasi lingkungan sekitar yang kurang baik di Kabupaten Pacitan menjadi salah satu faktor terjadinya kejadian luar biasa hepatitis A di daerah tersebut. Terlebih lagi kebiasaan membuang sampah/limbah domestik ke sungai dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran sumber air, di mana nantinya akan meningkatkan pula faktor resiko penularan Hepatitis A di daerah tersebut. Oleh sebab itu, Program Minggu Bersih ini dirancang secara berkala tiap minggunya. Di mana masyarakat nantinya ikut berpartisipasi melakukan gotong royong membersihkan lingkungan sekitar dari sampah, penataan got yang tergenang, pembersihan bantaran sungai dari sampah, pemeliharaan jamban sehat. Sehingga nantinya program sederhana ini mampu meminimalisir korban akibat wabah penyakit hepatitis A di Kabupaten Pacitan.



D. Lokakarya Tingkat ekonomi yang rendah akan berdampak pada rendahnya tingkat pendidikan, karena kurangnya pengetahuan masyarakat tersebut sehingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat juga berdampak terhadap rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan diri dan keluarganya. Tingkat perekonomian yang rendah pula menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam usaha pemenuhan kebutuhan. Banyak masyarakat yang bekerja khususnya sebagai petani dan pedagang yang tidak



menggunakan



alas kaki, salah satu faktor penyebabnya apabila ditinjau dari segi dana disebabkan karena ketidakmampuan masyarakat untuk membeli alat pelindung diri/alas kaki yang seharusnya digunakan saat bekerja bilamana kontak dengan air tercemar.



16



Dari susunan keenam program di atas ada 3 program yang kami pilih, yaitu: 1. Gerakan Penyuluhan Bahaya Hepatitis A 2. Program Pengadaan Air Bersih 3. Program Jamban Sehat Hal ini dikarenakan, karena menurut kami dari ketiga program tersebut sudah mampu mengatasi permasalahan dari fish bone mengenai kejadian luar biasa hepatitis A di Kabupaten Pacitan yang cukup tinggi di mana telah kami diskusikan sebelumnya. Namun dari ketiga program tersebut nantinya ada salah satu program lagi yang akan kami prioritaskan terlebih dahulu untuk direalisasikan dalam POA mendatang dalam perhitungan tabel skoring pemecahan masalah.



17



BAB IV PENYUSUNAN KEGIATAN PRIORITAS A. Tabel scoring prioritas pemecahan masalah Efektivitas



Efisiensi P=



Alternatif Jalan Keluar



No



Hasil



M



I



V



C



M x I xV C



1



Gerakan Penyuluhan Bahaya Hepatitis A



5



5



4



5



20



2



Program Pengadaan Air Bersih



4



4



4



5



12,8



3



Program Jamban Sehat



4



3



4



5



9,6



Keterangan: M: Magnitude, yaitu besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi/kegiatan ini dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya maslah lain) I: Implementasi, yaitu sensitifnya dalam mengatasi masalah V: Viability, yaitu kelanggengan selesainya masalah apabila kegiatan ini dilaksanakan. C: Cost, biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah P: Prioritas kegiatan/ pemecahan masalah Simpulan Tabel



Berdasarkan perhitungan tabel prioritas kegiatan atau pemecahan masalah yang ditetapkan dalam menanggulangi kejadian luar biasa hepatitis A di Kabupaten Pacitan diputuskan untuk melaksanakan program kegiatan yaitu “Gerakan Penyuluhan Bahaya Hepatitis A”. Karena menurut kelompok kami, kegiatan tersebut sangat efektif dan mencangkup keseluruhan permasalahan di fish bone yang harus kami realisasikan terlebih dahulu. Program tersebut juga akan kami lakukan dengan terjun langsung ke dalam masyarakat untuk melakukan pendekatan dengan menjelaskan bahaya peningkatan infeksi cacing tambang terhadap derajat kesehatan mayarakat di wilayah tersebut. Tentunya dengan gerakan penyuluhan ini diharapkan masyarakat lebih paham dan menyadari tentang pentingnya menjaga kesehatan diri dan sanitasi lingkungan di sekitar rumah khususnya yang terjadi di Kabupaten Pacitan ke depannya.



18



19



20



21



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan



22



DAFTAR PUSTAKA Pradono, Julianty dan Ning Sulistyowati. 2013. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN, PERILAKU HIDUP SEHAT DENGAN STATUS KESEHATANStudi Korelasi pada Penduduk Umur 10– 24 Tahun di Jakarta Pusat (Correlation between Education Level, Knowledge of Environmental Health, Healthy Behavior with Health Status) Correlation Study on People Aged 10–24 in Jakarta Pusat. Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negara 29 Jakarta. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 17 No. 1 Januari 2014: 89–95. Menkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2015. Mengenal Hepatitis pada Anak. [diunduh 1 Oktober 2019 pukul 09.00 WIB]. Tersedia pada http://www.idai.or.id/artikel/seputarkesehatan-anak/mengenal-hepatitis-a-pada-anak.



23